Zaeni - Metode Penelitian
Zaeni - Metode Penelitian
Disusun Oleh :
2120301121 Zaeni
21 September 2022
BAB 1 :PENDAHULUAN
Cerpen terdiri atas susunan beberapa paragraf dan juga dialog. Paragraf-
paragraf itu kemudian tersusun atas kalimat-kalimat yang membangun sebuah
cerita . Kalimat sendiri menjadi unsur pokok sebuah cerpen karena tidak
mungkin cerpen terdiri atas satu kata saja. Selain itu, kalimat juga memuat
alur-alur juga jalannya cerita cerpen yang dibuat.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu predikat.
Kalimat majemuk sendiri dibedakan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan
bertingkat. Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang dihubungkan oleh
konjungsi hubungan setara sedangkan kalimat majemuk bertingkat adalah
kalimat yang dihubungkan konjungsi oleh konjungsi yang tidak setara.
Pada bab ini akan dibahas sumber pustaka yang mengambil sumber dari 2 jurnal
dan 1 skripsi rujukan. Adapun jurnal skripsi tersebut menjadi acuan dalam
penulisan penelitian ini. Didalamnya terdapat judul, penulis, teori yang
digunakan, dan hasil yang diperoleh. Selain itu juga memuat persamaan dan
perbedaan sumber rujukan dengan karya tulis. Berikut adalah paparan kajian
pustakanya :
Skripsi ini berjudul “Analisis Kalimat Majemuk Dalam Buku Cerita Anak
Usia 10 Tahun Berjudul Vater, Mutter, Ich Und Sie Karya Jurg Schubiger
Ditinjau Dari Aspek Sintaksis”.Skripsi ini ditulis oleh Dira Fadila. Skripsi
menggunakan metode campuran yaitu kualitatif dan kuantitatif yaitu deskripsi
disertai tabel, grafik, juga diagram. Teori yang digunakan adalah teori jenis-jenis
kalimat majemuk dalam Duden band 4(2006) dan teori penggunaan kalimat
kompleks pada anak usia 10 tahun oleh Hulit dan Howard (1997).Hasilnya
terdapat kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk dalam teks tersebut.
Adapun kalimat majemuk bertingkat dibagi menjadi kalimat adverbial, inhalazt,
dan relatif.
Persamaan karya saya dengan skripsi adalah sama-sama membahas kalimat
majemuk (setara dan bertingkat),objek penelitian berupa buku cerita anak.
Sedangkan perbedaannya metode yang saya gunakan hanya kualitatif saja. Teori
yang digunakan pun berbeda.
2.2 Kerangka Teoretis
Majemuk Setara
Kalimat Majemuk
Cerpen Seperti Bunga dan
Majemuk Bertingkat
Lebah
Majemuk Campuran
Majemuk Setara
Majemuk Bertingkat
Dianalis
is
Hasil Analisis
Dari kerangka berpikir diatas terdapat suatu hal yaitu cerpen Seperti Bunga
dan Lebah kemudian muncul masalah yaitu kalimat majemuk. Kalimat majemuk
terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Adapun
kedua hal tersebut kemudian dianalisis dan akan menghasilkan hasil analisis
/temuan mengenai penggunaan kalimat majemuk pada cerpen “Seperti Bunga
dan Lebah”.
Penelitian dilakukan secara mandiri di rumah dengan jangka waktu satu bulan.
Adapun satu bulan digunakan untuk menganalisis kalimat pada cerpen dan juga
menyusun gambar-gambar berupa kalimat pada cerpen “Seperti Bunga dan
Lebah”
Pemerolehan data pada penelitian ini dari cerpen “Seperti Bunga dan Lebah
“yang dianalisis mandiri dengan membaca teks. Adapun sumber penelitian berasal
dari cerpen “Seperti Bunga dan Lebah” yang ada di internet.
3.4.Subjek Penelitian
Teknik pengumpulan data pada karya tulis ini menggunakan metode observasi.
Maksudnya melakukan analisis langsung melalui proses pengamatan kalimat
yang terdapat pada cerpen “Seperti Bunga dan Lebah”. Adapun kalimat yang
diamati terdapat pada dialog juga kalimat narasi pada cerpen. Kalimat yang
diamati adalah kalimat itu tergolong kalimat majemuk setara atau bertingkat yang
dilihat dari banyaknya predikat pada kalimat. Kemudian disusun dalam bentuk
tabel kalimat.
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
“Rif, berikan aku sebuah kisah untuk kujadikan pelajaran” ujar Risa tiba-tiba di sore hari
yang sejuk itu.
“Hmm, kisah apa ya? Aku bacakan sepenggal kisah tentang analogi Bunga dan Lebah,
mau?” jawabku yang berbalas anggukan penuh semangat dari Risa.
Ya, aku lebah dan ia bunganya. Atau mungkin sebaliknya. Aku tak peduli.
Simbiosis mutualisme, pikirku. Karena kami saling memberi, dan tanpa sadar saling
menerima.
Lalu aku mulai meminta lebih banyak. Dan otomatis ia memberi lebih banyak.
Objek yang tidak akan pernah bisa berpindah tempat, hanya menunggu untuk disinggahi
sesaat.
Ia lebahnya.
Hadir kala memang saatnya hadir. Pergi kala memang saatnya pergi.
Kala sang bunga menutup diri, berhenti untuk meminta, maka sunyi akan segera
tercipta. Sang lebah boleh pergi, mencari keindahan bunga yang lain.
Lalu sepi.
Risa menatapku dengan nanar, seraya berkata “Tuan Rifazi, sejak kapan kamu pandai
bercerita seperti ini?”.
“Sejak aku sadar, bahwa aku dan kamu hanya bisa sekedar menjadi teman, Nyonya Risa.
Aku-lah bunganya, dan tentu, kau lebahnya” ujarku, tentu saja hanya berani
kusampaikan dalam hati