Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN KALIMAT SIMPLEKS DAN KALIMAT KOMPLEKS OLEH SISWA

SD DALAM MEMBUAT CERPEN

Kenzie Filbert Pratiwan

211134093

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Menulis merupakan sebuah kegiatan yang berisi penuangan perasaan dan

gagasan atau ide dalam bentuk tulisan. Dalam kegiatan tersebut, penulis dapat

mengarang atau memikirkan beberapa ide yang dapat dituangkan dalam sebuah

karya, bahkan tidak jarang jika penulis menuliskan beberapa cerita pribadi dalam

karya tulisannya tersebut. Hal ini menjadikan karya tulis menjadi kaya akan isi atau

cerita.

Menulis cerita sudah diajarkan pada bangku sekolah dasar, biasanya siswa akan

menuliskan beberapa cerita menarik yang pernah dialaminya. 1 Cerita yang menarik

mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan ketegangan. Tetapi, apabila sebuah

cerita tidak mampu memberikan rasa ingin tahu kepada pembaca, maka boleh

dikatakan gagal dalam menyampaikan cerita (Ermawati Zulikhatin Nuroh,

1
Nuroh, Ermawati Z. “Analisis Stilistika Dalam Cerpen”. Dalam PEDAGOGIA Vol. 1, No. 1, Desember
2011:23.
2011:23). Kegiatan menulis cerita merupakan salah satu karya sastra yang

dinamakan cerpen

2
Kegiatan memproduksi sebuah teks cerpen (menulis), merupakan bagian yang

tidak dapat disahkan dalam sebuah proses pembelajaran yang dialami siswa selama

menuntut ilmu (Lintang Kironoratri, 2020:2). Dalam membuat karya sastra cerpen,

siswa akan menulis atau membuat berbagai kalimat sehingga berbentuk menjadi

paragraf-paragraf yang padu.

Paragraf-paragraf yang padu tersebut dalam penyusunannya terdiri dari

beberapa kalimat. Kalimat memiliki tiga jenis, yaitu kalimat simpleks, kalimat

kompleks, dan kalimat campuran. Kalimat simpleks, kalimat kompleks, dan kalimat

campuran memiliki struktur penyusunan yang berbeda. Sebuah kalimat dapat

dikatakan sebagai kalimat simpleks apabila susunan strukturnya sudah memenuhi

satu klausa lengkap (terdiri dari subjek dan predikat). Sebuah kalimat dikatakan

sebagai kalimat kompleks jika dalam kalimat tersebut terdiri dari satu klausa utama,

satu klausa subordinatif, dan terdapat konjungsi subordinatif. Sebuah kalimat dapat

dikatakan sebagai kalimat campuran, apabila di dalam kalimat tersebut terdiri dari

kalimat simpleks dan kalimat kompleks.

Atas dasar-dasar tersebut, penggunaan kalimat simpleks dan kalimat kompleks

dalam cerpen merupakan topik utama dalam makalah ini. Pemakalah ingin

mengetahui penggunaan jenis kalimat yang sering digunakan dan ketepatan struktur

kalimat dalam cerpen yang ditulis oleh siswa SD.

2
Kironoratri, Lintang. “Komik Berbasis Pendidikan Karakter Sebagai Media Pembelajaran Memproduksi
Teks Cerpen”. Jurnal Pendidikan Dasar, Oktober, 2020:2.
2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang, Pemakalah merumuskan beberapa masalah

yang timbul, seperti:

a. Apa penggunaan jenis kalimat yang sering digunakan oleh siswa SD dalam

menulis cerpen?

b. Apakah penggunaan kalimat simpleks dan kalimat kompleks sudah

memenuhi struktur yang tepat?

3. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, pemakalah ingin

mengetahui penggunaan jenis kalimat yang sering digunakan oleh siswa SD

dalam menulis cerpen, serta Pemahaman siswa SD dengan penggunaan kalimat

simpleks dan kalimat kompleks dalam penyusunan paragraf.

B. Landasan Teori
3
Cerita dapat diartikan sebagai sebuah narasi berbagai kejadian yang sengaja

disusun berdasarkan urutan waktu, seperti kejadian mengantuk lalu tertidur,

kemudian marah-marah karena disinggung perasaannya, dan sebagainya (Ermawati

Zulikhatin Nuroh, 2011:23).


4
Cerpen merupakan sebuah cerita. Cerita atau kisah dalam sebuah karya fiksi

merupakan salah satu hal yang penting. Jalannya sebuah cerita akan ditopang oleh

3
Nuroh, Ermawati Z. loc. Cit.
4
Nuroh, Ermawati Z. loc. Cit.
kepaduan berbagai unsur pembangun itu. Oleh sebab itulah, cerita merupakan hal

yang fundamental dalam suatu karya fiksi (Ermawati Zulikhatin Nuroh, 2011:23).

5
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil berupa tulisan atau lisan yang

diungkapkan oleh penulis dari isi pikiran yang utuh (Alwi dkk, 2014:2).
6
Kalimat juga dapat didefinisikan sebagai kesatuan bahasa yang didahului dan

diakhiri oleh kesenyapan, sedangkan intonasi menunjukkan bahwa pikiran yang

terkandung di dalamnya sudah lengkap (Arifin, 2014:2).

Kalimat merupakan satuan bahasa yang tersusun dari beberapa kata yang saling

padu hingga membentuk sebuah klausa. Dalam pembentukan kalimat terdapat

beberapa unsur yang terkandung, seperti subjek (s), predikat, (p), objek, (o),

pelengkap (p), dan keterangan (ket). Sebuah tulisan bisa dikatakan sebagai kalimat

apabila sudah memenuhi satu klausa lengkap (subjek dan predikat).

Kalimat terbagi menjadi tiga jenis bentuk kalimat, kalimat tersebut di antaranya

adalah kalimat simpleks atau kalimat tunggal, kalimat kompleks atau kalimat

majemuk, dan kalimat campuran (terdiri dari kalimat simpleks dan kalimat

campuran). 7 kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa atau terdiri

dari satu predikat (satu pola kalimat), baik berpola S-P, S-P-O, S-P-O-Pel maupun

bentuk struktur lainnya (Taib, 2014:5). 8 Kalimat majemuk adalah kalimat turunan

yang terbentuk dari dua atau lebih klausa bebas yang dihubungkan dengan sebuah

konjungsi (konektor). Konjungsi yang biasa digunakan adalah dan, atau, tetapi,

serta, dan sebagainya (Ba’dulu dan Herman, 2005:51). 9 Apabila klausa di dalam

5
Utami, Ira, dkk. “Kemampuan Siswa Kelas XI Inshafuddin Banda Aceh Mengubah Kalimat Simpleks Menjadi
Kalimat Kompleks”. JIM Pendididikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(3):276.
6
Utami, Ira, dkk. loc. Cit.
7
Ibid., h. 277.
8
Utami, Ira, dkk. loc. Cit.
9
Utami, Ira, dkk. loc. Cit.
sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat tersebut dapat dikatakan
10
sebagai kalimat majemuk (Chaer, 2003:243). Kalimat majemuk dapat juga

didefinisikan sebagai kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih yang

mengandung dua pola kalimat atau lebih di dalamnya (Taib, 2014:165). Sedangkan

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari kalimat simpleks atau kalimat

tunggal dan kalimat kompleks atau kalimat majemuk.

C. Pembahasan

Penggunaan kalimat simpleks dan kompleks pada contoh cerpen yang dibuat

oleh siswa SD dengan judul “Berbagi Hal yang Indah”. Terdapat 20 penggunaan

jenis kalimat simpleks yang memenuhi struktur yang tepat (Setidaknya terdapat

subjek dan predikat). Sedangkan pada penggunaan kalimat kompleks, hanya 10

kalimat kompleks yang strukturnya baik.

Struktur kalimat simpleks yang sering muncul pada cerpen “Berbagi Hal yang

Indah” adalah subjek (s), predikat (p), dan objek (o). Contohnya “Kami saling

berdiskusi satu sama lain agar dapat mengumpulkan dana”. Sedangkan pada

kalimat kompleks, struktur yang sering muncul adalah subjek (s), predikat (p),

objek (o), konjungsi, subjek (s), predikat (p), dan objek (o). Contohnya “Kita baru

saja lulus sekolah menengah kejuruan dan kita ingin segera mencari lowongan

pekerjaan yang tersedia.”.

Dalam cerpen yang berjudul “Gempa Bumi” karangan siswa SD. Terdapat 10

penggunaan kalimat simpleks yang memenuhi struktur yang tepat (Setidaknya

terdapat subjek dan predikat). Sedangkan pada penggunaan kalimat kompleks,

hanya terdapat 6 kalimat kompleks yang strukturnya baik.

10
Utami, Ira, dkk. loc. Cit.
Struktur kalimat simpleks yang sering muncul pada cerpen “Gempa Bumi”

adalah subjek (s), predikat (p), dan objek (o). Contohnya “salah satu pengawal

kerajaan memberi laporan kepada raja”. Sedangkan Struktur kalimat kompleks

yang sering muncul pada cerpen ini adalah subjek (s), predikat (p), objek (o),

konjungsi, objek (o), dan predikat (p). Contohnya “Para pengawal bersama-sama

mencari nenek tersebut untuk meminta maaf, tetapi sayangnya sang nenek tidak

dapat ditemukan”

Pada cerpen yang berjudul “Lomba hari kemerdekaan” karangan siswa SD.

Terdapat 9 penggunaan kalimat simpleks yang memenuhi struktur kalimat yang

tepat (setidaknya terdapat subjek dan predikat). Sedangkan penggunaan kalimat

kompleks, hanya terdapat 8 kalimat yang strukturnya baik.

Struktur kalimat simpleks yang sering muncul pada cerpen “Lomba hari

kemerdekaan” adalah subjek (s), predikat (p), objek (o), dan keterangan (ket.).

Contohnya “Teman-teman Dendu berusaha kembali menyemangati Dendu agar

Dendu tidak merasa takut lagi”. Sedangkan struktur kalimat kompleks yang sering

muncul dalam ini adalah subjek (s), predikat (p), objek (o), konjungsi, predikat (P),

dan objek (O). Contohnya “Dendu akhirnya mau mengikuti lomba tersebut dan

berhasil memenangkan lombanya”

Penggunaan jenis kalimat yang paling sering muncul dalam ketiga contoh

cerpen tersebut adalah penggunaan kalimat simpleks. Pada contoh cerpen yang

berjudul “Berbagi Hal yang Indah”. Terdapat 34 kalimat dalam penyusunan cerpen

ini, di antaranya 20 penggunaan kalimat simpleks, 10 penggunaan kalimat

kompleks, dan 4 penggunaan kalimat yang tidak memenuhi struktur kalimat

(setidaknya terdapat subjek dan predikat). Sedangkan, dalam cerpen yang berjudul

“Gempa Bumi”. Terdapat 18 kalimat dalam penyusunan cerpen tersebut, di


antaranya 10 penggunaan kalimat simpleks, 6 penggunaan kalimat kompleks, dan

2 penggunaan kalimat yang tidak memenuhi struktur kalimat (setidaknya terdapat

subjek dan predikat). Dan pada cerpen yang berjudul “Lomba hari kemerdekaan”.

Terdapat 19 kalimat dalam penyusunan cerpen tersebut, di antaranya 9 penggunaan

kalimat simpleks, 8 penggunaan kalimat kompleks, dan 2 penggunaan kalimat yang

memenuhi struktur kalimat (setidaknya terdapat subjek dan predikat).

Penggunaan jenis kalimat dengan struktur kalimat yang baik atau memenuhi

syarat untuk bisa dikatakan sebagai sebuah kalimat (setidaknya terdapat subjek dan

predikat) pada ketiga contoh cerpen tersebut banyak terdapat pada penggunaan jenis

kalimat simpleks. Dalam penyusunan cerpen tersebut, pemakalah sering menjumpai

struktur kalimat subjek (S), predikat (P), dan objek (O) pada ketiga contoh cerpen

tersebut. Sedangkan pada penggunaan kalimat kompleks pada ketiga contoh cerpen

tersebut, pemakalah menjumpai berbagai bentuk struktur kalimat dalam

penyusunan cerpen tersebut. Pemakalah menjumpai struktur kalimat kompleks

berupa subjek (S), predikat (P), objek (O), konjungsi, dan keterangan (ket.).

D. Kesimpulan

Berdasarkan data-data yang sudah pemakalah analisis. Pemakalah

menyimpulkan bahwa masih terdapat beberapa kalimat yang tidak memenuhi

standar atau struktur yang tepat. Terdapat beberapa struktur kalimat yang hanya

terdiri subjek (s) dan objek (o).

Pada cerpen yang berjudul “Berbagi Hal yang Indah” terdapat kalimat yang

strukturnya tidak lengkap, contohnya “Saya merupakan anak tunggal dari Ayah dan

Ibu saya”. Sedangkan struktur kalimat pada cerpen yang berjudul “Gempa Bumi”,

hanya ada beberapa kalimat yang tidak memenuhi struktur kalimat yang tepat
(Berstruktur subjek dan objek), tetapi selebihnya sudah tepat karena sudah

memenuhi struktur kalimat yang baik.

Pemakalah merasa bahwa siswa SD cenderung menggunakan kalimat simpleks

sebagai penyusun paragraf dalam sebuah karya sastra. Kalimat simpleks sangat

mudah dibuat karena sebuah kalimat simpleks bisa dikatakan sebagai kalimat yang

baik, apabila sudah terdiri dari subjek (S) dan predikat (P) atau satu klausa.

Sedangkan dalam penyusunan kalimat kompleks, siswa akan dipaksa untuk

membuat dua buah kalimat kompleks yang akan di satukan dengan konjungsi.

Pandangan pemakalah akan kasus-kasus penggunaan kalimat simpleks dan

kalimat kompleks pada cerpen yang ditulis oleh siswa SD. Menurut pemakalah,

pemahaman akan kalimat simpleks dan kalimat kompleks sangat penting diajarkan

kepada siswa SD. Hal ini bertujuan agar siswa SD bisa membuat sebuah karya

sastra yang baik dan juga melatih kosa kata dalam berbahasa Indonesia.

Karya sastra yang dibuat oleh siswa SD tersebut sangat kreatif, hanya saja perlu

pemahaman lebih akan penggunaan kalimat simpleks dan kalimat kompleks.

Apabila penggunaan kalimat simpleks dan kalimat kompleks sudah memenuhi

struktur dan dikolaborasikan dengan sebuah cerita yang sangat menarik dan

mendidik, maka cerpen tersebut dapat menjadi sumber bacaan maupun referensi

bacaan bagi siswa lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, I. A. (2017). KEMAMPUAN SISWA KELAS XI INSHAFUDDIN BANDA ACEH MENGUBAH KALIMAT
SIMPLEKS MENJADI KALIMAT KOMPLEKS. JIM Pendididikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
2(3), 275-284.

Ersani, N. N. (2017). ANALISIS POLA KALIMAT KOMPLEKS PADA TEKS KARYA SISWA UJIAN PRAKTIK
KELAS XII DI SMA NEGERI 8 DENPASAR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Undiksha, 7(2).

Kironoratri, L. (October, 2020). KOMIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN MEMPRODUKSI TEKS CERPEN. In PROSIDING SEMINAR DAN DISKUSI
PENDIDIKAN DASAR.

Noermanzah, N. (2017). STRUKTUR KALIMAT TUNGGAL BAHASA SINDANG DI KOTA LUBUKLINGGAU


DAN PENGARUHNYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. AKSIS: Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(1), 1-26.

Nuroh, E. Z. (2011). ANALISIS STILISTIKA DALAM CERPEN. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(1), 21-
34.

Pangesti, A. P. (October, 2018). KEMAMPUAN DALAM MENGANALISIS ASPEK KEBAHASAAN


LAPORAN HASIL OBSERVASI PADA SISWA KELAS X SMAN 7 MALANG. In Prosiding Seminar
Nasional Bahasa dan Sastra Indonesia (SENASBASA), Vol. 2, No. 2.

Prasetiyo, T. A. (2020). KEMAMPUAN MENGINTERPRETASI ISI TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI


SISWA KELAS X MAN 1 GRESIK TAHUN PELAJARAN 2018/2019. BASINDO: jurnal kajian
bahasa, sastra Indonesia, dan pembelajarannya, 4(2), 291-298.

Utami, S. R. (2017). PEMBELAJARAN ASPEK TATA BAHASA DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA
INDONESIA. Aksis: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2), 189-203.

Anda mungkin juga menyukai