2. Teks Eksposisi
Tujuan dari teks eksposisi ialah untuk menjelaskan informasi tertentu agar bisa menambah
ilmu pengetahuan pembaca.
Tujuan lainnya adalah supaya karangan tersebut dapat membuat pembaca tertarik untuk terus
membaca karangan tersebut.
STRUKTUR TEKS
Teks eksposisi mempunyai struktur sendiri, yaitu pernyataan umum/tesis, rangkaian argumen,
dan penegasan umum/rekomendasi.
Tesis/Pernyataan Umum
Rangkaian Argumen
Pada bagian rangkaian argumen penulis atau pembicara akan mengemukakan sejumlah
pendapat yang seringkali diperkuat dengan fakta-fakta.
Penegasan ulang/Rekomendasi
Bagian ini merupakan simpulan, dapat berupa penegasan ulang atau rekomendasi/saran
atas argumen-argumen penulis atau pembicara yang telah dikemukakan sebelumnya.
Mungkin juga pada bagian ini terkandung rekomendasi atau saran dari penulis.
ASPEK KEBAHASAAN
Kata-kata kerja mental yakni kata kerja yang menyatakan kegiatan abstrak, sebagai
bentuk aktivitas pikiran. Kata-kata yang dimaksud ialah: memperhatikan,
menggambarkan, mengetahui, memahami, berkeyakinan, berpikir, dan sebagainya.
Kata-kata tersebut digunakan dalam pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan
pendapat penulis terkait dengan masalah yang dibahasnya.
2. Orientasi
Cerita dilanjutkan dengan pengenalan terhadap pelaku dan peristiwa.
3. Krisis
Di tahap ini berisi tahapan peristiwa dan cerita mulai memuncak dan hampir menuju ke
penyelesaian.
4. Reaksi
Jawaban terhadap permasalahan yang diajukan pada tahap krisis. Ini merupakan inti
kritik yang memuat unsur lucu.
5. Koda
Berisi penutup yang menjadi penegas terhadap hal yang dikritik atau disindir.
Isi teks anekdot biasanya memiliki dua macam, yang tersurat (makna tertulis) dan yang
tersirat (makna konteks).
Keterangan Waktu
Kata Kiasan
Kalimat Sindiran
Konjungsi Penjelas
Dikutip dari modul Bahasa Indonesia oleh Sumiati, M,Pd., menuliskan ciri-ciri cerpen
adalah sebagai berikut:
- Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam, sehingga mampu membuat
pembaca akan ikut merasakan kesan dari cerita.
B. Unsur-unsur Cerpen
Cerpen juga memiliki unsur-unsur pembangun yang terbagi menjadi unsur intrinsik dan
ekstrinsik.
Unsur-unsur pembangun cerpen, yaitu:
1. Unsur Intrinsik
- Tema: pokok cerita dalam cerpen yang akan membentuk alur. Namun, tema dalam
cerpen jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya.
- Latar: meliputi tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam cerita.
- Gaya bahasa: digunakan untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif dan
merumuskan dialog antara sesama tokoh.
2. Unsur Ekstrinsik
- Latar belakang masyarakat: meliputi ideologi, kondisi politik, kondisi sosial dan kondisi
ekonomi.
- Latar belakang penulis: meliputi riwayat hidup penulis, kondisi psikologis dan aliran
sastra penulis.
- Nilai yang terkandung dalam cerpen: meliputi nilai agama, nilai sosial, nilai moral, dan
lain-lain.
C. Struktur Cerpen
Struktur teks cerita pendek merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu
sendiri. Struktur pada cerpen adalah unsur yang berupa alur yang terbentuk oleh
hubungan sebab akibat secara kronologis.
Pada bagian awal ini, pengarang akan memperkenalkan para tokoh, dan hubungan
antartokoh yang disusun berdasarkan adegannya.
Setelah suatu peristiwa atau kejadian muncul, kemudian akan terjadi peningkatan
perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan dari berbagai situasi yang
menyebabkan bertambahnya kehebohan tokoh.
Puncak konflik atau klimaks adalah puncak dari suatu permasalahan dalam cerita.
Bagian ini akan cerita semakin mendebarkan. Pada bagian juga, akan ditentukan
perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia bisa berhasil menyelesaikan
masalahnya atau tidak.
5. Penyelesaian (Ending)
Tahap penyelesaian atau coda merupakan bagian akhir cerita. Bagian ini akan berisi
penjelasan tentang sikap maupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami
klimaks. Selain itu, akhir cerita cerpen yang dibiarkan menggantung dengan tanpa
adanya penyelesaian. Artinya, akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi
pembacanya.
1. Kalimatnya banyak yang bermakna lampau. Hal itu ditandai dengan kata-kata seperti:
saat, telah terjadi, ketika itu, beberapa tahun yang lalu.
3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi.
Contoh: mengobati, menghindar, menangis, menyuruh, melompat, menghindar.
4. Menunjukkan kalimat tak langsung untuk menceritakan perkataan seorang tokoh oleh
pengarang. Contoh: menceritakan tentang, menuturkan, mengungkapkan, mengatakan
bahwa, menyatakan.
5. Pikiran dan perasaan tokoh banyak digambarkan dengan menggunakan kata kerja
yang menyatakan sesuatu. Contoh: berharap, mengalami, merasakan, menginginkan.
6. Menggunakan banyak dialog, yang ditunjukkan oleh tanda petik ganda ("...."),
maupun kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung. Contoh: "Habis kemana saja
kamu?" tanya Rini pada Andi.
6.