Anda di halaman 1dari 7

MATERI BAHASA INDONESIA

1. Teks Laporan Hasil Observasi


STRUKTUR TEKS :
(a) pernyataan umum atau klasifikasi,
Pernyataan umum berisi pembuka atau pengantar hal yang akan disampaikan. Bagian ini
berisi hal umum tentang objek yang akan dikaji, menjelaskan secara garis besar pemahaman
tentang hal tersebut.
(b) deskripsi bagian
Deskripsi per bagian berisi penjelasan detail mengenai objek atau bagian yang
diklasifikasikan
(c) deskripsi manfaat.
Deskripsi manfaat menunjukkan bahwa setiap objek yang diamati memiliki manfaat atau
fungsi dalam kehidupan. 

Aspek Kebahasaan Teks Laporan Hasil Observasi


1. Kata serta Frasa Verba dan Nomina
Jenis kata dan kelompok kata (frasa) yang dominan digunakan dalam sebuah teks
laporan hasil observasi adalah verba (kata kerja) dan nomina (kata benda).
2. Afiksasi
Kata bentukan adalah kata yang telah mendapat imbuhan (afiksasi), pengulangan
(reduplikasi), dan
pemajemukan ketika digunakan.
Kata yang mendapat proses pengimbuhan dapat berubah jenis. Misalnya, kata berjenis
verba dapat berubah menjadi nomina jika mendapat imbuhan. Contoh, kata “minum”
(verba) mendapat imbuhan “– an” menjadi “minuman” (nomina).
3. Kalimat Definisi dan Kalimat Deskripsi
kalimat definisi, yaitu kalimat yang menggunakan verba definitif dan kalimat
deskripsi, yaitu kalimat yang menggunakan verba sebagai deskriptif.
4. Kalimat Simpleks dan Kompleks
Kalimat yang hanya memiliki satu klausa disebut sebagai kalimat simpleks atau biasa
disebut pula sebagai kalimat tunggal.
Kalimat kompleks atau kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua atau
lebih klausa. Kalimat kompleks dibagi menjadi dua macam, yaitu kalimat kompleks
atau majemuk setara dan kalimat kompleks atau majemuk bertingkat. Kalimat
majemuk setara memiliki dua klausa yang setara dalam suatu kalimat, sedangkan
kalimat majemuk bertingkat memiliki klausa ganda yang tidak sama atau berada di
bawah fungsi utama suatu kalimat.

2. Teks Eksposisi
Tujuan dari teks eksposisi ialah untuk menjelaskan informasi tertentu agar bisa menambah
ilmu pengetahuan pembaca.
Tujuan lainnya adalah supaya karangan tersebut dapat membuat pembaca tertarik untuk terus
membaca karangan tersebut.
STRUKTUR TEKS
Teks eksposisi mempunyai struktur sendiri, yaitu pernyataan umum/tesis, rangkaian argumen,
dan penegasan umum/rekomendasi.

 Tesis/Pernyataan Umum

Tesis atau pernyataan umum merupakan kalimat-kalimat yang memberikan gambaran


umum tentang permasalahan yang akan diangkat di dalam teks itu.

 Rangkaian Argumen

Pada bagian rangkaian argumen penulis atau pembicara akan mengemukakan sejumlah
pendapat yang seringkali diperkuat dengan fakta-fakta.

 Penegasan ulang/Rekomendasi

Bagian ini merupakan simpulan, dapat berupa penegasan ulang atau rekomendasi/saran
atas argumen-argumen penulis atau pembicara yang telah dikemukakan sebelumnya.
Mungkin juga pada bagian ini terkandung rekomendasi atau saran dari penulis.
ASPEK KEBAHASAAN

 Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan.

 Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan penyebaban

Misalnya: jika, maka, sebab, disebabkan, karena, dengan demikian, akibatnya,


sehingga, oleh karena itu.

 Menggunakan kata-kata yang menyatakan hubungan temporal

Beberapa kata yang menyatakan hubungan temporal antara lain: sebelum itu,


kemudian, pada akhirnya, sebaliknya. Selain itu, ada juga kata yang menyatakan
perbandingan/pertentangan seperti sementara itu, sedangkan berbeda halnya,namun,
tetapi.
Kata-kata itu digunakan untuk menyampaikan urutan argumentasi/fakta atau
penolakan/pertentangan terhadap argumenlainnya

 Menggunakan kata-kata kerja mental

Kata-kata kerja mental yakni kata kerja yang menyatakan kegiatan abstrak, sebagai
bentuk aktivitas pikiran. Kata-kata yang dimaksud ialah: memperhatikan,
menggambarkan, mengetahui, memahami, berkeyakinan, berpikir, dan sebagainya.
Kata-kata tersebut digunakan dalam pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan
pendapat penulis terkait dengan masalah yang dibahasnya.

 Menggunakan kata-kata perujukan

Beberapa kata-kata perujukan antara lain: menurut, berdasarkan..., merujuk...

 Menggunakan kata-kata lugas


Teks eskposisi juga ditandai kata-kata yang pada umumnya menggunakan kata-kata
lugas, yakni kata yang bermakna apa adanya. Kata-kata dalam teks eksposisi lazimnya
tidak mengandung makna kias atau penambahan-penambahan arti dari makna
dasarnya.
3. TEKS ANEKDOT
Tujuan teks anekdot untuk membangkitkan tawa bagi pembacanya dan sebagai sarana
mengkritik. Di balik kelucuan, kalimat yang disampaikan juga terdapat pesan moral.

Struktur Teks Anekdot


1. Abstraksi
Teks anekdot diawali dengan abstrak yang berisi uraian ringkas tentang objek atau hal
yang hendak disindir atau dikritik.

2. Orientasi
Cerita dilanjutkan dengan pengenalan terhadap pelaku dan peristiwa.

3. Krisis
Di tahap ini berisi tahapan peristiwa dan cerita mulai memuncak dan hampir menuju ke
penyelesaian.

4. Reaksi
Jawaban terhadap permasalahan yang diajukan pada tahap krisis. Ini merupakan inti
kritik yang memuat unsur lucu.

5. Koda
Berisi penutup yang menjadi penegas terhadap hal yang dikritik atau disindir.

Ciri-ciri Teks Anekdot


1. Teks anekdot bersifat humor atau lelucon,
2. Bersifat menggelitik,
3. Bersifat menyindir.
4. Bisa jadi mengenai orang penting.
5. Memiliki tujuan tertentu.
6. Kisah cerita yang disajikan hampir menyerupai dongeng.
7. Menceritakan karakter hewan dan manusia sering terhubung secara umum dan
realistis.

Isi teks anekdot biasanya memiliki dua macam, yang tersurat (makna tertulis) dan yang
tersirat (makna konteks).

teks anekdot memiliki unsur kebahasaan yang khas yaitu:

1. Menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu.


2. Menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.
3. Menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu.
4. Menggunakan kata kerja aksi seperti menulis, membaca dan berjalan.
5. Menggunakan kalimat perintah.
6. Menggunakan kalimat seru.

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot


 Kalimat Langsung

 Penggunaan Nama Tokoh Utama atau Orang Ketiga Tunggal.

 Keterangan Waktu

 Kata Kiasan

 Kalimat Sindiran

 Konjungsi Penjelas

4. CERITA RAKYAT (HIKAYAT)


5. CERPEN DAN CERITA RAKYAT
Ciri kebahasaan cerpen dan cerita rakyat: 1) Majas, 3) menggunakan idion/ungkapan, 4)
pronomina: kata ganti, 3) verba material: menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata
yang dilakukan, 2) frasa adverbial: menunjukkan kejadian atau peristiwa, waktu, dan
tempat, 3) verba material: menunjukkan aktivitas atau perbuatan nyata yang dilakukan,
4) konjungsi temporal: berguna untuk menata urutan peristiwa yang diceritakan.
Sedangkan, yang membedakan ialah cerpen menggunakan bahasa yang tidak baku
sedangkan cerita rakyat menggunakan bahasa baku.
Ciri-ciri Cerpen

Dikutip dari modul Bahasa Indonesia oleh Sumiati, M,Pd., menuliskan ciri-ciri cerpen
adalah sebagai berikut:

- Jumlah katanya tidak lebih dari 10.000 kata

- Bersifat fiksi (ceritanya hanya rekayasa)

- Berfokus pada satu konflik saja atau kesan tunggal

- Isi ceritanya kebanyakan menggambarkan kehidupan sehari-hari

- Pemilihan katanya sederhana, agar mampu memudahkan para pembaca untuk


memahaminya

- Menggunakan alur cerita tunggal dan lurus.

- Membacanya relatif singkat, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama.

- Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam, sehingga mampu membuat
pembaca akan ikut merasakan kesan dari cerita.

B. Unsur-unsur Cerpen

Cerpen juga memiliki unsur-unsur pembangun yang terbagi menjadi unsur intrinsik dan
ekstrinsik.
Unsur-unsur pembangun cerpen, yaitu:

1. Unsur Intrinsik

- Tema: pokok cerita dalam cerpen yang akan membentuk alur. Namun, tema dalam
cerpen jarang dituliskan secara tersurat oleh pengarangnya.

- Penokohan: cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tiap


tokoh dalam cerita.

- Alur: pola pengembangan cerita yang menggambarkan hubungan sebab akibat


sifatnya kronologis.

- Latar: meliputi tempat, waktu, dan suasana yang digunakan dalam cerita.

- Gaya bahasa: digunakan untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasif dan
merumuskan dialog antara sesama tokoh.

- Sudut pandang: strategi penulis untuk menyampaikan cerita.

- Amanat: pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

2. Unsur Ekstrinsik
- Latar belakang masyarakat: meliputi ideologi, kondisi politik, kondisi sosial dan kondisi
ekonomi.

- Latar belakang penulis: meliputi riwayat hidup penulis, kondisi psikologis dan aliran
sastra penulis.

- Nilai yang terkandung dalam cerpen: meliputi nilai agama, nilai sosial, nilai moral, dan
lain-lain.

C. Struktur Cerpen

Struktur teks cerita pendek merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen itu
sendiri. Struktur pada cerpen adalah unsur yang berupa alur yang terbentuk oleh
hubungan sebab akibat secara kronologis.

Struktur cerpen terbagi ke dalam bagian-bagian, yaitu:


1. Pengenalan Situasi (Exposition & Orientation)

Pada bagian awal ini, pengarang akan memperkenalkan para tokoh, dan hubungan
antartokoh yang disusun berdasarkan adegannya.

2. Pengungkapan Suatu Peristiwa (Complication)

Pemunculan peristiwa awal yang disajikan akan menimbulkan berbagai masalah,


pertentangan bagi para tokohnya.

3. Menuju Konflik (Rising Action)

Setelah suatu peristiwa atau kejadian muncul, kemudian akan terjadi peningkatan
perhatian kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan dari berbagai situasi yang
menyebabkan bertambahnya kehebohan tokoh.

4. Puncak Konflik (Turning Point)

Puncak konflik atau klimaks adalah puncak dari suatu permasalahan dalam cerita.
Bagian ini akan cerita semakin mendebarkan. Pada bagian juga, akan ditentukan
perubahan nasib beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia bisa berhasil menyelesaikan
masalahnya atau tidak.

5. Penyelesaian (Ending)

Tahap penyelesaian atau coda merupakan bagian akhir cerita. Bagian ini akan berisi
penjelasan tentang sikap maupun nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami
klimaks. Selain itu, akhir cerita cerpen yang dibiarkan menggantung dengan tanpa
adanya penyelesaian. Artinya, akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi
pembacanya.

D. Kaidah Kebahasaan Cerpen

Ciri atau kaidah kebahasaan cerpen antara lain:

1. Kalimatnya banyak yang bermakna lampau. Hal itu ditandai dengan kata-kata seperti:
saat, telah terjadi, ketika itu, beberapa tahun yang lalu.

2. Banyak menggunakan kata penghubung yang menyatakan urutan waktu (konjungsi


kronologis). Contoh: mula-mula, sebelumnya, kemudian, sejak saat, setelah itu.

3. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi.
Contoh: mengobati, menghindar, menangis, menyuruh, melompat, menghindar.

4. Menunjukkan kalimat tak langsung untuk menceritakan perkataan seorang tokoh oleh
pengarang. Contoh: menceritakan tentang, menuturkan, mengungkapkan, mengatakan
bahwa, menyatakan.

5. Pikiran dan perasaan tokoh banyak digambarkan dengan menggunakan kata kerja
yang menyatakan sesuatu. Contoh: berharap, mengalami, merasakan, menginginkan.

6. Menggunakan banyak dialog, yang ditunjukkan oleh tanda petik ganda ("...."),
maupun kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung. Contoh: "Habis kemana saja
kamu?" tanya Rini pada Andi.

7. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language), sebagai penggambaran tokoh,


latar atau suasana. Contoh: Pada sore hari, Bapak tua itu terlihat sedang meminum
segelas teh hangatnya sambil menikmati hujan dalam sebuah gubuk di tengah sawah.

6.

Anda mungkin juga menyukai