Anda di halaman 1dari 10

1.

Pengertian Surat Lamaran Pekerjaan

Surat lamaran pekerjaan adalah surat dari seseorang yang memerlukan pekerjaan kepada

orang atau pejabat yang dapat memberikan pekerjaan atau jabatan. Melalui surat lamaran,

pelamar meminta agar ia diberi pekerjaan. Surat lamaran pekerjaan dapat juga diartikan sebagai

surat dari calon karyawan kepada calon majikan yang berisi permintaan agar karyawan diberi

pekerjaan oleh calon majikan. Surat lamaran pekerjaan biasanya bersifat formal atau resmi,

misalnya surat untuk melamar pekerjaan menjadi karyawan ataupun jabatan tertentu sesuai

dengan iklan yang ditawarkan. Dalam hal ini, pelamar dalam surat lamarannya perlu

menyebutkan sumber lamaran tersebut pada alinea atau paragraf pembuka. Jika lamaran itu

tidak berdasarkan pada suatu sumber, tentu tidak diperlukan penyebutan sumber pada alinea

pembuka.

Jenis-jenis Surat Lamaran Pekerjaan

Menurut jenis pembuatannya surat lamaran pekerjaan terbagi menjadi dua, yaitu :

a. Surat lamaran pekerjaan yang digabungkan dengan riwayat hidup (curriculum vitae). Dalam

cara ini, riwayat hidup termasuk isi surat karena isinya berupa gabungan, cara ini juga disebut

model gabungan.

b. Surat lamaran yang dipisahkan dari riwayat hidup. Dalam cara ini riwayat hidup merupakan

lampiran dan cara ini disebut model terpisah.

Dalam praktek pemakain yang banyak dipakai adalah model terpisah. Walaupun dalam

pembuatannya memerlukan dua kali kerja, dan model ini lebih digemari oleh pencari kerja

karena suratnya tidak terlalu panjang.


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan surat lamaran, yaitu

sebagai berikut :

1. Surat lamaran ditulis tangan di atas kertas bergaris ukuran folio. Tulisan harus jelas, bersih,

dan tidak ada coretan. Surat lamaranpun dapat dibuat menggunakan mesin tik atau komputer.

2. Pelamar menyebutkan dirinya bukan dengan kata ganti kami melainkan saya. Pelamar harus

menyebut pimpinan instansi dengan Bapak/Ibu (jika sudah jelas pemimpinnya). Apabila masih

belum jelas, dapat langsung menyebutkan jabatannya.

Dalam surat lamaran pekerjaan, terdapat unsur-unsur surat, yakni :

1. Kepala surat

2. Tempat dan tanggal penulisan surat

3. Salam pembuka

4. Pembuka surat

5. Tujuan surat lamaran pekerjaan

6. Lampiran persyaratan yang ditentukan

7. Penutup surat

8. Tanda tangan dan nama jelas pelamar


2.Pengertian teks cerita sejarah
Teks cerita sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan dan menceritakan tentang
fakta dan kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal atau latar belakang terjadinya sesuatu
yang memiliki nilai sejarah.

Struktur Teks Cerita Sejarah


Struktur teks merupakan gambaran cara teks tersebut dibangun. Tahukah kalian bahwa teks
cerita sejarah disusun dengan struktur teks orientasi cerita sejarah diikuti oleh urutan
peristiwa dan diikuti oleh reorientasi? Silahkan lihat dibawah ini agar dapat lebih mudah
dipahami.

1. Orientasi, merupakan bagian pengenalan atau pembuka dari teks cerita sejarah.
2. Urutan Peristiwa, merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, yang biasanya
disampaikan dalam urutan kronologis.
3. Reorientasi, berisi komentar pribadi penulis tentang peristiwa atau kejadian sejarah
yang diceritakan. Bagian ini merupakan tahapan yang bersifat pilihan, artinya boleh
saja bagian ini tidak disajikan oleh penulis teks cerita sejarah.

Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah


Ciri kebahasaan teks cerita sejarah ditandai dengan adanya pronomina atau kata ganti, kata-
kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa, adanya kata kerja (verba) material, dan
konjungsi (kata penghubung) temporal. Untuk lebih jelasnya bisa sobat lihat dibawah ini.

1. Pronomina (kata ganti), merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan benda
dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung.
2. Frasa adverbial, meupakan kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa, waktu,
dan tempat.
3. Verba material, merupakan kata yang berfungsi untuk menunjukan aktivitas atau
perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material menunjukan
perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan menyapu.
4. Konjungsi Temporal (kata sambung waktu), berguna untuk menata urutan-urutan
peristiwa yang diceritakan, teks cerita sejarah banya memanfaatkan konjungsi (kata
penghubung) temporal.

3.Pengertian Teks Editorial


Teks editorial adalah teks yang berisi pendapat pribadi seseorang terhadap suatu isu/masalah
aktual. Isu tersebut meliputi masalah politik, sosial, ataupun masalah ekonomi yang memiliki
hubungan secara signifikan dengan politik. Teks jenis ini secara teratur muncul di koran atau
majalah. Dalam mengungkapkan pendapat harus dilengkapi dengan fakta, bukti-bukti, dan
alasan yang logis agar dapat diterima oleh pembaca atau pendengar.

Struktur Teks Editorial


Sebuah teks editorial/opini memiliki struktur teks yang sama dengan struktur yang
membangun teks eksposisi, yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan
pernyataan/penegasan ulang pendapat (reiteration). Untuk lebih jelasnya lihat lah dibawah
ini.
1. Pernyataan pendapat (thesis), bagian ini berisi sudut pandang penulis terhadap
permasalahan yang diangkat. Istilah ini mengacu ke suatu bentuk penryataan atau bisa
juga sebuah teori yang nantinya akan diperkuat oleh argumen.
2. Argumentasi, merupakan bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk mempekuat
pernyataan dalam tesis walaupun dalam pengertian umum, argumentasi juga dapat
digunakan untuk menolak suatu pendapat. Argumentasi dapat berupan pernyataan
umum (generalisasi) atau dapat juga berupa data hasil penelitian, pernyataan para ahli,
atau fakta-fakta yang didasari atas referensi yang dapat dipercaya.
3. Penyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration), bagian ini berisi penguatan
kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian
argumentasi. Terdapat pada bagian akhir teks.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

Berikut akan saya jelaskan ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan dati teks editorial. Teks
editorial memiliki ciri kebahasaan yang diantaranya adverbia, konjungsi, verba material,
verba mental, dan verba relasional. Untuk lebih jelasnya simaklah penjelasannya dibawah ini.

1. Adverbia, agar dapat meyakinkan pembaca diperlukan ekspresi kepastian yang bisa
dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, yaitu adverbia yang
menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu
yang diterangkan adverbia itu. Kata-kata yang digunakan antara lain selalu, biasanya,
sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya.
2. Konjungsi, merupakan kata penghubung pada teks editorial seperti kata bahkan.
3. Verba Material, adalah verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa.
4. Verba relasional, adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A
adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama
tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan
ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif.
5. Verba Mental, adalah verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa),
afeksi (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, mengerti). Pada
verba mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan fenomena.

4.Pengertian Teks Cerita Fiksi


Teks cerita fiksi adalah cerita rekaan. Teks cerita fiksi dibuat berdasarkan hasil olahan
imajinasi pengarangnya secara artistik dan intens yang diwarnai oleh kultur, pengalaman
batin, filosofi, religiusitas, dan latar belakang pengarang lainnya.

Teks cerita fiksi merupakan salah satu genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil
imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang teks cerita fiksi tersebut diolah berdasarkan
pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap
berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata.

Struktur Teks Cerita Fiksi


Struktur teks cerita fiksi dalam novel tidak berbeda dengan struktur cerpen. Secara
keseluruhan, struktur yang membangun teks cerita fiksi dalam novel terdiri dari abstra,
orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Namun, tidak sedikit juga teks cerita fiksi
dalam novel yang hanya berstrukturkan orientasi, komplikasi, evaluasi, dan resolusi. Untuk
lebih jelasnya bisa simak dibawah.
1. Abstrak, bagian ini hanyalah opsional boleh ada ataupun tidak. Bagian ini merupakan
inti dari dari teks cerita fiksi.
2. Orientasi, pada bagian ini berisi pengenalawan tema, latar dan juga tokoh. Tahap
orientasi ini merupakan bagian awal dari sebuah teks cerita fiksi dalam novel.
3. Komplikasi, merupakan klimaks dari teks cerita fiksi karena pada bagian ini mulai
muncul berbagai permasalahan.
4. Evaluasi, merupakan bagian yang berisi mulai munculnya pemecahan dan
penyelesaian masalah.
5. Resolusi, merupakan bagian berisi pemecahan masalah dari masalah yang dialami
tokoh.
6. Koda (reorientasi), berisi amanat dan juga pesan-pesan positif yang bisa dipetik dari
teks cerita fiksi.

Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fiksi


Ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks cerita fiksi merupakan salah satu cara agar kita
dapat mengetahui apakah teks tersebut termasuk kedalam teks cerita fiksi dalam novel atau
bukan. Teks cerita fiksi memiliki 3 ciri kebahasaan, diantaranya sebagai berikut.

1. Metafora, merupakan majas perumpamaan yang membandingkan benda dengan


melukiskan secara langsung atas dasar sifat yang sama.
2. Metonimia, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu sebagai
pengganti kata sebenarnya karena memiliki pertalian yang begitu dekat.
3. Simile (persamaan), merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit dengan maksud
menyatakan sesuatu saa dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan
kata pembanding seperti, seumpama, laksana, selayaknya, dan sebagainya.

5.Pengertian Teks Eksposisi

Teks Eksposisi adalah adalah sebuah teks atau yang berisi informasi dan pengetahuan yang
dimuat secara singkat dan padat yang bertujuan untuk memaparkan atau menjelaskan
informasi-informasi tertentu agar dapat menambah ilmu pengetahuan sang pembaca.

Struktur Teks Eksposisi

Teks eksposisi dibangun oleh tiga struktur yang membangun teks tersebut menjadi sebuah
teks eksposisi. Ketiga struktur tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Pernyataan Pendapat (tesis), adalah bagian teks yang berisikan pernyataan pendapat (tesis)
sang penulis. Bagian ini juga biasa disebut sebagai bagian pembuka.
2. Argumentasi, adalah bagian yang berisikan alasan yang dapat memperkuat argumen penulis
dalam memperkuat ataupun menolak suatu gagasan.
3. Penegasan Ulang Pendapat, merupakan bagian yang berisi penegasan ulang pendapat sang
penulis.
Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi

Unsur Kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks eksposisi adalah ciri kebahasaan yang digunakan
dalam pembuatan teks eksposisi. Adapun kaidah kebhasaan teks eksposisi adalah sebagai berikut.

1. Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina.
Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina persona dan pronomina
nonpersona.

1. Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya seperti ia, dia,
anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya seperti kita,
kami, kalian, mereka, hadirin, para.
2. Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk contohnya
seperti ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti apa, mana, siapa.

Nomina (kata benda)

Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat
berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar
maupun nomina turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan
contohnya perbuatan, pembelian, kekuatan, dll.

Verba (kata kerja)

Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan sifat.
Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi
dua yaitu :

Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi, reduplikasi,
komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.

Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena proses
morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang,
memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggungjawabkan, dll.

Adjektiva (kata sifat)

Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan
binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif, positif,
jernih, dingin, jelek, dan lain-lain.

Adverbia (kata keterangan)

Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat, waktu,
suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat, ketika, mula-mula,
dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain.

Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) yang terdapat dalam teks eksposisi di atas,
misalnya:

1. kata percaya (verba), mempercayai (verba), kepercayaan (nomina)


2. kata yakin (adjektif), menyakini (verba), keyakinan (nomina)
3. kata optimistis (adjektif)
4. kata potensial (adjektif), berpotensi (verba)

Konjungsi
Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu jenis
konjungsi dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam suatu
kalimat yang saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula
mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta keharmonisan
makna maupun struktur.

Adapun berikut adalah beberapa jenis konjungsi dan contohnya yang biasa kita temukan didalam
sebuah teks eksposisi.

1. Konjungsi waktu : sesudah, setelah, sebelum, lalu, kemudian, setelah itu.


2. Konjungsi gabungan : dan, serta, dengan.
3. Konjungsi pembatasan : kecuali, selain, asal.
4. Konjungsi tujuan : agar, supaya, untuk.
5. Konjungsi persyaratan : kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana, apabila.
6. Konjungsi perincian : yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni.
7. Konjungsi sebab akibat : karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya.
8. Konjungsi pertentangan : tetapi, akan tetapi, namun, melainkan, sedangkan.
9. Konjungsi pilihan : atau.
10. Konjungsi penegasan/penguatan : bahkan, apalagi, hanya, lagi pula, itu pun.
11. Konjungsi penjelasan : bahwa.
12. Konjungsi perbandingan : bagai, seperti, ibarat, serupa.
13. Konjungsi penyimpulan :oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian.

6.Pengertian Teks Cerita Fiksi


Teks cerita fiksi adalah cerita rekaan. Teks cerita fiksi dibuat berdasarkan hasil olahan
imajinasi pengarangnya secara artistik dan intens yang diwarnai oleh kultur, pengalaman
batin, filosofi, religiusitas, dan latar belakang pengarang lainnya.

Teks cerita fiksi merupakan salah satu genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil
imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang teks cerita fiksi tersebut diolah berdasarkan
pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap
berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata.

Struktur Teks Cerita Fiksi


Struktur teks cerita fiksi dalam novel tidak berbeda dengan struktur cerpen. Secara
keseluruhan, struktur yang membangun teks cerita fiksi dalam novel terdiri dari abstra,
orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, dan koda. Namun, tidak sedikit juga teks cerita fiksi
dalam novel yang hanya berstrukturkan orientasi, komplikasi, evaluasi, dan resolusi. Untuk
lebih jelasnya bisa simak dibawah.

1. Abstrak, bagian ini hanyalah opsional boleh ada ataupun tidak. Bagian ini merupakan
inti dari dari teks cerita fiksi.
2. Orientasi, pada bagian ini berisi pengenalawan tema, latar dan juga tokoh. Tahap
orientasi ini merupakan bagian awal dari sebuah teks cerita fiksi dalam novel.
3. Komplikasi, merupakan klimaks dari teks cerita fiksi karena pada bagian ini mulai
muncul berbagai permasalahan.
4. Evaluasi, merupakan bagian yang berisi mulai munculnya pemecahan dan
penyelesaian masalah.
5. Resolusi, merupakan bagian berisi pemecahan masalah dari masalah yang dialami
tokoh.
6. Koda (reorientasi), berisi amanat dan juga pesan-pesan positif yang bisa dipetik dari
teks cerita fiksi.

Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Fiksi


Ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks cerita fiksi merupakan salah satu cara agar kita
dapat mengetahui apakah teks tersebut termasuk kedalam teks cerita fiksi dalam novel atau
bukan. Teks cerita fiksi memiliki 3 ciri kebahasaan, diantaranya sebagai berikut.

1. Metafora, merupakan majas perumpamaan yang membandingkan benda dengan


melukiskan secara langsung atas dasar sifat yang sama.
2. Metonimia, merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata tertentu sebagai
pengganti kata sebenarnya karena memiliki pertalian yang begitu dekat.
3. Simile (persamaan), merupakan perbandingan yang bersifat eksplisit dengan maksud
menyatakan sesuatu saa dengan hal yang lain. Gaya bahasa simile ini ditandai dengan
kata pembanding seperti, seumpama, laksana, selayaknya, dan sebagainya.

7.Pengertian Teks Editorial


Teks editorial adalah teks yang berisi pendapat pribadi seseorang terhadap suatu isu/masalah
aktual. Isu tersebut meliputi masalah politik, sosial, ataupun masalah ekonomi yang memiliki
hubungan secara signifikan dengan politik. Teks jenis ini secara teratur muncul di koran atau
majalah. Dalam mengungkapkan pendapat harus dilengkapi dengan fakta, bukti-bukti, dan
alasan yang logis agar dapat diterima oleh pembaca atau pendengar.

Struktur Teks Editorial


Sebuah teks editorial/opini memiliki struktur teks yang sama dengan struktur yang
membangun teks eksposisi, yaitu pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan
pernyataan/penegasan ulang pendapat (reiteration). Untuk lebih jelasnya lihat lah dibawah
ini.

1. Pernyataan pendapat (thesis), bagian ini berisi sudut pandang penulis terhadap
permasalahan yang diangkat. Istilah ini mengacu ke suatu bentuk penryataan atau bisa
juga sebuah teori yang nantinya akan diperkuat oleh argumen.
2. Argumentasi, merupakan bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk mempekuat
pernyataan dalam tesis walaupun dalam pengertian umum, argumentasi juga dapat
digunakan untuk menolak suatu pendapat. Argumentasi dapat berupan pernyataan
umum (generalisasi) atau dapat juga berupa data hasil penelitian, pernyataan para ahli,
atau fakta-fakta yang didasari atas referensi yang dapat dipercaya.
3. Penyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration), bagian ini berisi penguatan
kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian
argumentasi. Terdapat pada bagian akhir teks.
Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

Berikut akan saya jelaskan ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan dati teks editorial. Teks
editorial memiliki ciri kebahasaan yang diantaranya adverbia, konjungsi, verba material,
verba mental, dan verba relasional. Untuk lebih jelasnya simaklah penjelasannya dibawah ini.

1. Adverbia, agar dapat meyakinkan pembaca diperlukan ekspresi kepastian yang bisa
dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, yaitu adverbia yang
menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu
yang diterangkan adverbia itu. Kata-kata yang digunakan antara lain selalu, biasanya,
sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya.
2. Konjungsi, merupakan kata penghubung pada teks editorial seperti kata bahkan.
3. Verba Material, adalah verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa.
4. Verba relasional, adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A
adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama
tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan
ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif.
5. Verba Mental, adalah verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa),
afeksi (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, mengerti). Pada
verba mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan fenomena.

8.Pengertian Teks Tanggapan Kritis


Teks Tanggapan Kritis adalah teks yang berisi kritik tajam terhadap suatu hal yang mengenai
kesalahan. Biasanya terjadi jika ada debat , orang B memberi kritik kepada orang A karena
apa yang disampaikannya kurang pas. Bisa disebut juga dengan menganalisa suatu pendapat.
Kita harus menerima semua tanggapan yang diberikan oleh orang atau teman kita saat kita
memberikan pendapat. Karena setiap tanggapan yang mereka berikan pasti ada alasan dan
bisa membuat kita menjadi lebih baik.

Ciri-ciri Teks Tanggapan Kritis


Ciri teks tanggapan kritis ini berfungsi agar kita dapat lebih mudah untuk mengenali apakah
teks yang kita baca merupakan teks tanggapan kritis atau bukan. Jika suatu teks memiliki
semua ciri teks tanggapan kritis, maka dapat dikatakan bahwa teks tersebut adalah sebuah
teks tanggapan kritis. Berikut ciri teks tanggapan kritis.

1. Teks ini memuat tanggapan terhadap fenomena yang terjadi di sekitar dengan disertai
fakta dan alasan.
2. Mempunyai 3 Struktur teks yaitu : Evaluasi , Deskripsi Teks , dan Penegasan Ulang.
3. Mengandung kaidah kebahasaan atau ciri kebahasaan yang dimiliki teks tanggapan
kritis.

Struktur Teks Tanggapan Kritits

1. Evaluasi, merupakan bagian pertama dalam Teks Tanggapan Kritis. Bagian Evaluasi
berisi pernyataan umum tentang apa yang akan disampaikan penulis dalam teks.
2. Deskripsi Teks, merupakan bagian kedua atau lebih jelasnya adalah bagian isi dalam
Teks Tanggapan Kritis. Bagian Deskripsi Teks ini memuat informasi tentang data-
data dan pendapat pendapat yang mendukung pernyataan atau melemahkan
pernyataan.
3. Penegasan Ulang, merupakan bagian ketiga teks atau lebih jelasnya adalah bagian
terakhir teks yang berisi penegasan ulang terhadap apa yang telah dilakukan atau yang
telah diputuskan.

Kaidah Kebahasaan Teks Tanggapan Kritis

1. Kalimat kompleks, kalimat yang memiliki lebih dari dua struktur dan dua verba.
2. Konjungsi, kata penghubung yang menghubungkan setiap kata dan juga setiap
struktur.
3. Kata Rujukan, sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan
referensi.
4. Pilihan Kata, pemilihan kata yang sesuai dalam penggunaan dan pembuatan teks
tanggapan kritis.

9.Pengertian Teks Drama


Teks Drama adalah suatu teks cerita yang dipentaskan di atas panggung (disebut teater) atau
tidak dipentaskan di atas panggung (drama radio, telivisi, film). Drama secara luas dapat
diartikan sebagai salah satu bentuk sastra yang isinya tentang hidup dan kehidupan yang
disajikan atau dipertunjukkan dalam bentuk gerak.

Struktur Teks Drama


Berikut adalah 3 struktur yang membangun sebuah teks drama:

1. Prolog (adegan pembukaan).


2. Dialog (percakapan).
3. Epilog (adegan akhir atau penutup).

Unsur-Unsur Drama

1. Alur, merupakan rangkaian alur terjadinya drama.


2. Amanat, pesan nasihat yang terkandung dalam cerita drama.
3. Tokoh, pelaku yang memerankan seorang tokoh dalam cerita. Penokohan adalah
penggambaran watak setiap tokoh. Ada tiga macam tokoh: (1) protagonis tokoh yang
meampilkan kebaikan, (2) Antagonis tokoh jahat atau tokoh penentang kebaikan, (3)
Tirtagonis tokoh pendukung protagonis.
4. Tema, adalah ide pokok cerita (gagasan).
5. Latar, merupakan tempat dan waktu terjadinya peristiwa dalam drama.
6. Aneka sarana kesastraan dan kedramaan yang mendukung penampilan pelaku dalam
suatu drama, misalnya tata panggung dan tata rias

Anda mungkin juga menyukai