Surat lamaran pekerjaan adalah surat dari seseorang yang memerlukan pekerjaan kepada
orang atau pejabat yang dapat memberikan pekerjaan atau jabatan. Melalui surat lamaran,
pelamar meminta agar ia diberi pekerjaan. Surat lamaran pekerjaan dapat juga diartikan sebagai
surat dari calon karyawan kepada calon majikan yang berisi permintaan agar karyawan diberi
pekerjaan oleh calon majikan. Surat lamaran pekerjaan biasanya bersifat formal atau resmi,
misalnya surat untuk melamar pekerjaan menjadi karyawan ataupun jabatan tertentu sesuai
dengan iklan yang ditawarkan. Dalam hal ini, pelamar dalam surat lamarannya perlu
menyebutkan sumber lamaran tersebut pada alinea atau paragraf pembuka. Jika lamaran itu
tidak berdasarkan pada suatu sumber, tentu tidak diperlukan penyebutan sumber pada alinea
pembuka.
Menurut jenis pembuatannya surat lamaran pekerjaan terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Surat lamaran pekerjaan yang digabungkan dengan riwayat hidup (curriculum vitae). Dalam
cara ini, riwayat hidup termasuk isi surat karena isinya berupa gabungan, cara ini juga disebut
model gabungan.
b. Surat lamaran yang dipisahkan dari riwayat hidup. Dalam cara ini riwayat hidup merupakan
Dalam praktek pemakain yang banyak dipakai adalah model terpisah. Walaupun dalam
pembuatannya memerlukan dua kali kerja, dan model ini lebih digemari oleh pencari kerja
sebagai berikut :
1. Surat lamaran ditulis tangan di atas kertas bergaris ukuran folio. Tulisan harus jelas, bersih,
dan tidak ada coretan. Surat lamaranpun dapat dibuat menggunakan mesin tik atau komputer.
2. Pelamar menyebutkan dirinya bukan dengan kata ganti kami melainkan saya. Pelamar harus
menyebut pimpinan instansi dengan Bapak/Ibu (jika sudah jelas pemimpinnya). Apabila masih
1. Kepala surat
3. Salam pembuka
4. Pembuka surat
7. Penutup surat
1. Orientasi, merupakan bagian pengenalan atau pembuka dari teks cerita sejarah.
2. Urutan Peristiwa, merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, yang biasanya
disampaikan dalam urutan kronologis.
3. Reorientasi, berisi komentar pribadi penulis tentang peristiwa atau kejadian sejarah
yang diceritakan. Bagian ini merupakan tahapan yang bersifat pilihan, artinya boleh
saja bagian ini tidak disajikan oleh penulis teks cerita sejarah.
1. Pronomina (kata ganti), merupakan kata yang digunakan untuk menggantikan benda
dan menamai seseorang atau sesuatu secara tidak langsung.
2. Frasa adverbial, meupakan kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa, waktu,
dan tempat.
3. Verba material, merupakan kata yang berfungsi untuk menunjukan aktivitas atau
perbuatan nyata yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material menunjukan
perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya membaca, menulis, dan menyapu.
4. Konjungsi Temporal (kata sambung waktu), berguna untuk menata urutan-urutan
peristiwa yang diceritakan, teks cerita sejarah banya memanfaatkan konjungsi (kata
penghubung) temporal.
Berikut akan saya jelaskan ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan dati teks editorial. Teks
editorial memiliki ciri kebahasaan yang diantaranya adverbia, konjungsi, verba material,
verba mental, dan verba relasional. Untuk lebih jelasnya simaklah penjelasannya dibawah ini.
1. Adverbia, agar dapat meyakinkan pembaca diperlukan ekspresi kepastian yang bisa
dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, yaitu adverbia yang
menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu
yang diterangkan adverbia itu. Kata-kata yang digunakan antara lain selalu, biasanya,
sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya.
2. Konjungsi, merupakan kata penghubung pada teks editorial seperti kata bahkan.
3. Verba Material, adalah verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa.
4. Verba relasional, adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A
adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama
tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan
ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif.
5. Verba Mental, adalah verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa),
afeksi (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, mengerti). Pada
verba mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan fenomena.
Teks cerita fiksi merupakan salah satu genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil
imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang teks cerita fiksi tersebut diolah berdasarkan
pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap
berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata.
Teks Eksposisi adalah adalah sebuah teks atau yang berisi informasi dan pengetahuan yang
dimuat secara singkat dan padat yang bertujuan untuk memaparkan atau menjelaskan
informasi-informasi tertentu agar dapat menambah ilmu pengetahuan sang pembaca.
Teks eksposisi dibangun oleh tiga struktur yang membangun teks tersebut menjadi sebuah
teks eksposisi. Ketiga struktur tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Pernyataan Pendapat (tesis), adalah bagian teks yang berisikan pernyataan pendapat (tesis)
sang penulis. Bagian ini juga biasa disebut sebagai bagian pembuka.
2. Argumentasi, adalah bagian yang berisikan alasan yang dapat memperkuat argumen penulis
dalam memperkuat ataupun menolak suatu gagasan.
3. Penegasan Ulang Pendapat, merupakan bagian yang berisi penegasan ulang pendapat sang
penulis.
Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi
Unsur Kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks eksposisi adalah ciri kebahasaan yang digunakan
dalam pembuatan teks eksposisi. Adapun kaidah kebhasaan teks eksposisi adalah sebagai berikut.
1. Pronomina
Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina.
Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina persona dan pronomina
nonpersona.
1. Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya seperti ia, dia,
anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya seperti kita,
kami, kalian, mereka, hadirin, para.
2. Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk contohnya
seperti ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti apa, mana, siapa.
Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat
berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar
maupun nomina turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan
contohnya perbuatan, pembelian, kekuatan, dll.
Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang bukan sifat.
Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi
dua yaitu :
Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi, reduplikasi,
komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.
Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena proses
morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang,
memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggungjawabkan, dll.
Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, benda, dan
binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar, luas, negatif, positif,
jernih, dingin, jelek, dan lain-lain.
Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat, waktu,
suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat, ketika, mula-mula,
dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain.
Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) yang terdapat dalam teks eksposisi di atas,
misalnya:
Konjungsi
Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu jenis
konjungsi dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam suatu
kalimat yang saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula
mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta keharmonisan
makna maupun struktur.
Adapun berikut adalah beberapa jenis konjungsi dan contohnya yang biasa kita temukan didalam
sebuah teks eksposisi.
Teks cerita fiksi merupakan salah satu genre karya sastra yang berisi cerita rekaan hasil
imajinasi pengarang. Imajinasi pengarang teks cerita fiksi tersebut diolah berdasarkan
pengalaman, pandangan, tafsiran, kecendikiaan, wawasan, dan penilaiannya terhadap
berbagai peristiwa, baik peristiwa nyata maupun peristiwa hasil rekaan semata.
1. Abstrak, bagian ini hanyalah opsional boleh ada ataupun tidak. Bagian ini merupakan
inti dari dari teks cerita fiksi.
2. Orientasi, pada bagian ini berisi pengenalawan tema, latar dan juga tokoh. Tahap
orientasi ini merupakan bagian awal dari sebuah teks cerita fiksi dalam novel.
3. Komplikasi, merupakan klimaks dari teks cerita fiksi karena pada bagian ini mulai
muncul berbagai permasalahan.
4. Evaluasi, merupakan bagian yang berisi mulai munculnya pemecahan dan
penyelesaian masalah.
5. Resolusi, merupakan bagian berisi pemecahan masalah dari masalah yang dialami
tokoh.
6. Koda (reorientasi), berisi amanat dan juga pesan-pesan positif yang bisa dipetik dari
teks cerita fiksi.
1. Pernyataan pendapat (thesis), bagian ini berisi sudut pandang penulis terhadap
permasalahan yang diangkat. Istilah ini mengacu ke suatu bentuk penryataan atau bisa
juga sebuah teori yang nantinya akan diperkuat oleh argumen.
2. Argumentasi, merupakan bentuk alasan atau bukti yang digunakan untuk mempekuat
pernyataan dalam tesis walaupun dalam pengertian umum, argumentasi juga dapat
digunakan untuk menolak suatu pendapat. Argumentasi dapat berupan pernyataan
umum (generalisasi) atau dapat juga berupa data hasil penelitian, pernyataan para ahli,
atau fakta-fakta yang didasari atas referensi yang dapat dipercaya.
3. Penyataan/Penegasan ulang pendapat (Reiteration), bagian ini berisi penguatan
kembali atas pendapat yang telah ditunjang oleh fakta-fakta dalam bagian
argumentasi. Terdapat pada bagian akhir teks.
Kaidah Kebahasaan Teks Editorial
Berikut akan saya jelaskan ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan dati teks editorial. Teks
editorial memiliki ciri kebahasaan yang diantaranya adverbia, konjungsi, verba material,
verba mental, dan verba relasional. Untuk lebih jelasnya simaklah penjelasannya dibawah ini.
1. Adverbia, agar dapat meyakinkan pembaca diperlukan ekspresi kepastian yang bisa
dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, yaitu adverbia yang
menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu
yang diterangkan adverbia itu. Kata-kata yang digunakan antara lain selalu, biasanya,
sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya.
2. Konjungsi, merupakan kata penghubung pada teks editorial seperti kata bahkan.
3. Verba Material, adalah verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa.
4. Verba relasional, adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian A
adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama
tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan
ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif.
5. Verba Mental, adalah verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa),
afeksi (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, mengerti). Pada
verba mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan fenomena.
1. Teks ini memuat tanggapan terhadap fenomena yang terjadi di sekitar dengan disertai
fakta dan alasan.
2. Mempunyai 3 Struktur teks yaitu : Evaluasi , Deskripsi Teks , dan Penegasan Ulang.
3. Mengandung kaidah kebahasaan atau ciri kebahasaan yang dimiliki teks tanggapan
kritis.
1. Evaluasi, merupakan bagian pertama dalam Teks Tanggapan Kritis. Bagian Evaluasi
berisi pernyataan umum tentang apa yang akan disampaikan penulis dalam teks.
2. Deskripsi Teks, merupakan bagian kedua atau lebih jelasnya adalah bagian isi dalam
Teks Tanggapan Kritis. Bagian Deskripsi Teks ini memuat informasi tentang data-
data dan pendapat pendapat yang mendukung pernyataan atau melemahkan
pernyataan.
3. Penegasan Ulang, merupakan bagian ketiga teks atau lebih jelasnya adalah bagian
terakhir teks yang berisi penegasan ulang terhadap apa yang telah dilakukan atau yang
telah diputuskan.
1. Kalimat kompleks, kalimat yang memiliki lebih dari dua struktur dan dua verba.
2. Konjungsi, kata penghubung yang menghubungkan setiap kata dan juga setiap
struktur.
3. Kata Rujukan, sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk
menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Dikenal juga dengan sebutan
referensi.
4. Pilihan Kata, pemilihan kata yang sesuai dalam penggunaan dan pembuatan teks
tanggapan kritis.
Unsur-Unsur Drama