Atau teks laporan hasil observasi biasanya berisi tentang informasi mengenai sesuatu, contohnya:
Keadaan alam, keadaan lingkungan, makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan), peristiwa,
kesenian, kebudayaan.
Ide pokok merupakan kalimat yang bersifat umum, kemudian bisa dijelaskan melalui kalimat
penjelas yang lebih khusus, sehingga bacaan lebih runut.
Fakta
Adalah kenyataan atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi nyata dengan disertai
bukti yang mengandung kebenarannya. Fakta biasanya dapat menjawab pertanyaan (apa,
siapa, kapan, di mana, atau berapa)
a. Ciri-ciri fakta
Merupakan suatu kebenaran umum
Menyertakan bukti berupa data-data yang akurat
Mengungkapkan peristiwa yang benar terjadi
Opini
Adalah pendapat, pikiran, atau pendirian seseorang terhadap sesuatu. Opini biasa nya
dapat menjawab pertanyaan (bagaimana dan mmengap)
a. Ciri-ciri opini
Menggunakan kutipan kata-kata seseorang, ditandai dengan ("...")
Menggunakan sudut pandang penulis dalam bentuk penafsiran terhadap fakta
Menggunakan kata yang tidak pasti (mungkin, rasanya, dll)
Menggunakan kata yang bertujuan menyampaikan sesuatu (sebaiknya, saran,
pendapat, dll)
Hal yang harus diketahui dalam mengidentifikasi informasi dalam teks eksplanasi adalah urutan-
urutan terjadinya suatu fenomena mulai dari sebab hingga akibat yang dihasilkan oleh fenomena
tersebut.
Maksud penulis
Pandangan penulis
Keberpihakan penulis
Sebab akibat
8. Kebahasaan resensi
Resensi adalah ulasan atau penilaian atau pembicaraan mengenai suatu karya baik itu buku, film,
atau karya orang lain.
9. Konjungsi
a. Konjungsi kausalitas
Konjungsi kausalitas berguna untuk membuat kalimat sebab akibat dari sebuah peristiwa yang
terjadi.
b. Konjungsi kronologis
Pada konjungsi ini, kalimat menerangkan tentang suatu kejadian atau kalimat yang bersifat
runtut. (Sejak itu, lalu, sementara itu, setelah itu, mula-mula, pada akhirnya, sebelum, setelah,
pertama, kedua, ketiga, keempat)
c. Konjungsi korelatif
adalah kata untuk menghubungkan dua kata yang setara, baik itu kata, frasa, klausa, ataupun
kalimat. (demikian-sehingga, baik-maupun, tidak hanya-tetapi juga, jangankan-pun)
d. Konjungsi temporal
Contoh soal:
Seharusnya pukul tujuh tadi Deo sudah mencangkung di kelas. Bersiap menjalani
rutinitas harian sebagai anak 11 tahun: belajar di sekolah. Namun, Deo bosan. Itu
yang ia sampaikan berulang kali kepada ayah dan ibunya. Deo bosan sekolah.
Sayangnya ayah dan ibu tidak sekali pun menganggap serius perkataan Deo tersebut.
Dengan pola yang selalu sama, mereka menyuruh Deo agar rajin belajar di sekolah,
jangan malas, supaya nanti menjadi orang sukses. Seperti ayah dan ibu? Suatu kali
Deo bertanya. Kedua orang tuanya saling bertatapan. Tanpa menjawab apa-apa. "Tapi
Deo tidak mau menjadi seperti ayah dan ibu yang sibuk kerja terus," lanjut Deo. Bila
sudah seperti orang tua membelokkan pembicaraan ke arah hal-hal yang disukai Deo:
video game, sepatu baru, drone edisi anak-anak, kacamata VR. Mereka mengira
omongan Deo hanyalah jalan memutar yang Deo lalui demi maksud -maksud lain.
Penyebab konflik dalam kutipan cerpen tersebut adalah ....
Gaya bahasa atau penggunaan bahasa cerita rakyat biasanya menggunakan bahasa
melayu klasik. Ciri bahasa yang dominan dalam cerita sejarah/ hikayat adalah
a) Menggunakan majas
Penggunaan majas bertujuan agar cerita lebih menarik.
b) Banyak menggunakan konjugsi pada setiap awal kalimat
Contoh:
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang
disangkanya susu harimau beranak muda itu Hatta datanglah kesembilan orang
anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda
itu .
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan
dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian.
c) Menggunakan kata arkais
Meskipun bahasa yang digunakan dalam cerita rakyat bahasa Indonesia (berasal
dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam cerita rakyat dijumpai dalam bahasa
Indonesia sekarang. Kata-kata dalam hikayat sudah jarang digunakan atau bahkan
sudah asing disebut sebagai kata-kata arkais.
d) Mengungkapkan sesuatu yang mustahil atau tidak masuk akal.
Hal ini ditandai oleh tokoh-tokohnya yang melakukan kegiatan yang tidak masuk
akal. Misalnya dapat berbicara dengan binatang, bisa memasak di telapak tangan,
bisa terbang dn lain-lain.
19. Peserta didik dapat membuktikan watak tokoh
utama dalam penggalan cerpen tersebutBerikut ini adalah beberapa jenis-jenis karakter tokoh
mulai yang membedakan watak atau penokohan tokoh yang satu dan tokoh yang lainnya.
1. Protagonis
Protagonis adalah jenis-jenis karakter tokoh yang paling disoroti di dalam jalannya atau alur
cerita. Biasanya tokoh protagonis ini digambarkan memiliki watak dan sifat yang baik dan juga
bersifat positif. Sehingga tokoh protagonis ini banyak disukai oleh penonton atau pembaca karya
sastra.
2. Antagonis
Selain tokoh protagonis, jenis-jenis karakter tokoh yang selanjutnya adalah karakter
antagonis. Tokoh antagonis ini adalah tokoh yang kontras dengan tokoh protagonis. Di mana
tokoh antagonis ini digambarkan sebagai tokoh yang memiliki watak atau sifat yang buruk dan
biasanya menjadi musuh atau memusuhi tokoh protagonis.
Tokoh antagonis juga bisa disebut sebagai tokoh yang menentang cerita karena tokoh
antagonis ini sering digambarkan sebagai sosok tokoh yang memiliki sifat negatif, yaitu
memiliki dendam, pembohong, jahat, sombong, penipu, kasar, tidak bersahabat, suka membuat
masalah, dan berbagai sikap buruk lainnya.
3. Tritagonis
Tokoh selanjutnya yang biasa muncul di dalam karakter tokoh atau penokohan adalah tokoh
tritagonis. Tokoh tritagonis ini biasanya muncul di dalam cerita sebagai tokoh yang mampu
menjadi penengah antara pertikaian atau konflik yang hadir di antara tokoh antagonis dan tokoh
protagonis.
Karena tokoh tritagonis ini diciptakan sebagai tokoh penengah, maka watak yang dimiliki
tokoh tritagonis biasanya bijak dan berwibawa. Hal ini karena tokoh tritagonis digambarkan
harus mampu menjadi pendamai atau jembatan atas penyelesaian konflik yang muncul di dalam
jalannya cerita.
4. Skeptic
Secara umum, pembagian jenis-jenis karakter tokoh yang terkenal memang hanya ada tiga
yang dijelaskan di atas yakni tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Namun ada
pula jenis-jenis karakter tokoh lain yang mewarnai jalannya alur di dalam sebuah cerita.
Salah satunya adalah tokoh skeptic. Tokoh skeptic ini biasa dikenal sebagai tokoh yang
memusuhi karakter baik. Artinya, tokoh skeptic ini merupakan tokoh yang mendukung tokoh
antagonis dalam cerita. Berbeda dengan tokoh antagonis, tokoh skeptic ini merupakan tokoh
pendukung yang tidak terlalu sering muncul di dalam cerita.
Meski hanya jadi tokoh pendukung, tokoh skeptic ini biasanya menjadi pelengkap
munculnya konflik. Tokoh skeptic ini juga bisa berperan menghidupkan alur atau jalan cerita
agar jalan cerita tidak terkesan datar dan monoton.
5. Sidekick
Selain tokoh skeptic, karakter tokoh yang juga mendukung jalannya cerita selain tokoh
protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis adalah tokoh sidekick. Tokoh sidekick ini
biasanya tokoh yang muncul atau dimunculkan sebagai penyeimbang munculnya tokoh skeptic.
Konsep tokoh sidekick yang menyeimbangkan tokoh skeptic ini hampir sama dengan peran
tokoh protagonis dan tokoh antagonis, namun bedanya tokoh sidekick ini merupakan tokoh
pendukung. Tokoh sidekick ini tokoh yang menjadi pendukung tokoh protagonis atau pendukung
tokoh yang berperilaku baik.
6. Contagonist
Tokoh contagonist ini adalah tokoh yang mendukung atau tokoh pendukung dengan
karakter yang berseberangan dengan tokoh protagonis. Biasanya, tokoh contagonist ini muncul
di tengah-tengah jalannya cerita. Mengapa demikian? Penulis atau pengarang memang biasanya
memunculkan tokoh contagonist di tengah cerita.
Hal ini karena sifat dari tokoh contagonist ini hanya menjadi pendukung konflik yang
muncul, sehingga konflik atau jalannya cerita yang terjadi atau berlangsung lebih hidup dan lebih
menarik lagi.
7. Guardian
Sama dengan peran seperti namanya, tokoh guardian ini muncul sebagai pelindung dari
peran utama. Tokoh guardian ini biasanya muncul setelah hadirnya tokoh contagonist. Tokoh
guardian akan muncul sebagai penyeimbang para tokoh yang muncul sebelumnya.
Karena tokoh guardian ini berperan sebagai pelindung pemeran utama, tokoh guardian ini
biasanya digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki sifat yang bijak dan baik hati
sehingga mampu menjadi pelindung bagi pemeran utama di dalam cerita yang berlangsung.
8. Reason
Selain itu, jenis-jenis karakter tokoh yang muncul lainnya adalah tokoh reason. Tokoh
reason ini juga merupakan tokoh pendukung. Yang mana meskipun tidak berperan sebagai
pemeran utama, namun perannya akan menjadi penentu dan menjadi warna bagi alur cerita yang
berlangsung.
Tokoh reason ini digambarkan sebagai tokoh yang memiliki karakter yang tenang dan selalu
berpikiran logis serta sabar. Oleh sebab itu, tokoh reason ini akan membantu menyelesaikan
masalah dengan cara membantu tokoh utama dalam penyelesaian masalah atau konflik yang
dihadapi.
9. Emotion
Meski merupakan tokoh pendukung, namun tokoh emotion ini juga memiliki peran yang
cukup penting dalam jalannya sebuah alur cerita, yang mana tokoh ini akan mampu jadi tokoh
yang memicu konflik di dalam sebuah cerita sehingga jalan cerita jadi semakin menarik.
Tokoh emotion ini memiliki sikap atau sifat yakni tidak bisa berpikir tenang. Tokoh
emotion ini digambarkan sebagai tokoh yang tidak bisa mengendalikan perasaannya dan tidak
bisa berpikir tenang. Oleh sebab itu, kehadiran tokoh emotion ini menambah bumbu di dalam
jalannya sebuah cerita.
Tokoh emotion ini bisa muncul dan memicu adanya konflik baru atau memicu konflik besar
yang akan terjadi di dalam rangkaian cerita sehingga cerita semakin panjang dan juga semakin
menarik.
10. Deutragonis
Sama dengan tokoh sidekick, tokoh pendukung yakni tokoh deutragonis ini menjadi teman
setia bagi tokoh protagonis yang akan selalu menemani dan mendukung para tokoh utama, yakni
tokoh protagonis.
Tokoh deutragonis ini digambarkan sebagai sosok tokoh yang menjadi teman, baik tempat
curhat atau sosok yang selalu ada bagi tokoh protagonis dan membantu tokoh protagonis
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
11. Foil
Selanjutnya adalah tokoh pendukung yang sama dengan tokoh pendukung skeptic. Tokoh
pendukung foil yang memiliki peran sama dengan tokoh skeptic ini merupakan tokoh yang akan
selalu menemani dan mendukung peran dari tokoh utama dalam hal ini adalah tokoh antagonis.
Tokoh foil ini nanti akan berperan sebagai tokoh yang membantu tokoh antagonis dalam
menyelesaikan masalah atau memenangkan konflik di dalam cerita atau alur cerita yang
disajikan.
12. Figuran
Jenis-jenis karakteristik tokoh yang selanjutnya adalah tokoh figuran. Seperti yang kita
ketahui bersama, tokoh figuran yang ada di dalam jalannya cerita adalah sebagai karakter yang
melengkapi jalannya sebuah cerita. Tokoh figuran di dalam cerita ini tidak terlalu sering muncul
seperti pemeran utama.
Namun meski demikian, peran dari tokoh figuran ini tidak kalah penting dari tokoh utama.
Tokoh figuran ini bahkan biasanya menjadi pemanis dan membuat jalan cerita akan lebih
menarik. Hal ini karena tokoh figuran biasanya digambarkan sebagai sosok yang memiliki sifat
unik sehingga menjadi warna dalam jalannya cerita.
Tokoh figuran seringkali memiliki sifat yang lucu dan menyenangkan, sehingga bisa
menjadi penghibur bagi tokoh utama dan juga mampu menyeimbangkan jalannya cerita sehingga
bisa diterima pembaca atau penonton dengan baik.
Nilai moral, yaitu nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dan berkaitan dengan akhlak
atau etika yang berlaku di dalam masyarakat. Di dalam suatu cerpen, nilai moral bisa menjadi
suatu nilai yang baik ataupun nilai yang buruk.
Nilai budaya/adat, yaitu nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan, tradisi, dan
adat istiadat yang berlaku.
Nilai agama/religi, yaitu hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang terkandung di dalam
cerpen, berkaitan dengan ajaran agama.
Nilai sosial, yaitu nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi tokoh-tokoh yang ada di
dalam cerpen dengan tokoh lain, lingkungan, dan masyarakat sekitar tokoh.
21. Menilai isi dua buku fiksi dan satu buku pengayaan
22. Peserta didik dapat melengkapi kebahasaan proposal yang
dirumpangkan.
25. Peserta didik dapat merancang proposal karya ilmiah dengan melengkapi
kerangka proposal dengan memerhatikan sistematika.
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Review Literatur
Batasan Konseptual
Kerangka Teori/Hipotesis
Metode Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Metafora
Simile
Asosiasi
Majas yang menggunakan perbandingan dengan kata pembanding dan sifat yang dibandingkan
Personifikasi
Hiperbola
Litotes
Majas yang kebalikan dari apa yang disampaikan untuk merendahkan diri
Parabel
Majas yang menggunakan perbandingan secara halus untuk menyampaikan ajaran hidup, moral,
atau kebenaran dalam sebuah cerita
Contoh: Malin Kundang dikutuk menjadi batu karena tidak mau mengakui ibu kandungnya
Simbolik
Alegori
Majas yang menggunakan perbandingan secara utuh untuk melukiskan beberapa hal atau
keadaan.
Contoh: Hidup ini bagaikan sebuah biduk yang berlayar ke sebuah pulau. Ia akan menghadapi
ombak dan karang sebelum sampai tujuan.
Eufimisme
Majas yang menggunakan kata-kata yang halus (konotasi positif) agar lebih sopan.
Majas yang menjelaskan pekerjaan seseorang dengan kata-kata atau istilah lain tetapi memiliki
kesamaan makna
Metonimia
Majas yang menggunakan nama ciri atau hal yang dikaitkan dengan orang, barang/merk, atau hal
sebagai penggantinya.
Alusio
Alusi
Majas yang merujuk secara tidak langsung pada orang, karya, atau peristiwa.
Perifrasis
Majas yang menggunakan frasa atau rangkaian kata yang sama artinya dengan kata yang
dimaksud.
Contoh: ketika sang surya keluar dari persembunyian, dia berangkat bekerja.
Antonomasia
Majas yang meggunakan sifat atau ciri tubuh seseorang sebagai pengganti.
B. Penegasan
Repetisi
Contoh: Selama darah masih mengalir. Selama jantung masih berdetak. Selama itu aku tetap
belajar.
Pararelisme
Majas yang mengulang kata pada awal dan akhir baris puisi.
Anafora
Contoh
: Apatah kekal
Apatah tetap
Epifora
Contoh:
Tautologi
Pleonasme
Majas yang memberi katerangan pada kata yang maknanya sudah jelas.
Klimaks
Contoh: Jangankan satu juta, sepuluh juta, seratus juta pun akan kuberi
Antiklimaks
Majas yang menyatakan hal secara berurutan yang semakin menurun
Contoh: Jangankan seratus ribu, sepuluh ribu, seribu pun aku tidak punya
Asindeton
Contoh: Memasak, mencuci, membersihkan rumah merupakan tugas ibu rumah tangga.
Polisindeton
Contoh: Memasak dan mencuci, serta membersihkan rumah merupakan tugas ibu rumah tangga.
Retoris
Majas yang menggunakan kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban karena jawabannya
sudah dipahami.
Inversi
Majas yang menggunakan struktur kalimat dengan pola predikat mendahului subjek
Elipsis
Majas yang menggunakan kalimat yang tidak lengkap karena ada unsur kalimat yang
dihilangkan.
Koreksio
Majas yang menggunakan kata untuk membenarkan apa yang sudah disampaikan
Interupsi
Majas yang menyisipkan kata-kata atau kalimat di dalam kalimat pokok untuk memperjelas
sesuatu yang disampaikan.
Enumerasio
Majas yang menyatakan bagian demi bagian secara keseluruhan agar lebih jelas.
Contoh: Laut tenang. Perahu meluncur perlahan. Angin berembus sepoi-sepoi. Bulan bersinar
terang. Itulah keindahan sejati
Contoh: Masalah itu tak perlu kuceritakan agar kalian menyaksikan sendiri.
C. Pertentangan
Paradoks
Majas yang menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, padahal tidak karena objeknya
berbeda
Antitesis
Kontradiksi interminis
Anakronisme
Okupasi
Contoh: Rokok dapat menyebabkan penyakit, tetapi masih banyak yang mengisapnya.
D. Sindiran
Ironi
Sinisme
Sarkasme
Majas sindiran yang menggunakan kata-kata yang sangat kasar dan cenderung menggunakan
nama binatang.
1. Abstrak
Abstrak sebagai struktur pembentuk cerpen digunakan untuk melengkapi cerita. Sebagai
pelengkap cerita, abstrak bersifat opsional dalam pembuatan sebuah cerpen.
2. Orientasi
Struktur pembentuk cerpen yang kedua ialah orientasi. Bagian ini difungsikan untuk
memperkenalkan latar cerita atau setting, baik waktu, tempat maupun peristiwa. Orientasi atau
yang kerap dianggap pengenalan situasi cerita mulai menata berbagai adegan, memperkenalkan
tokoh, dan menjelaskan hubungan tokoh satu sama lain.
3. Komplikasi
Struktur pembentuk cerpen selanjutnya adalah komplikasi. Elemen dasar yang satu ini menjadi
bagian dimana berbagai konflik mulai muncul. Konflik yang dihadirkan dalam cerpen biasanya
berwujud masalah, pertentangan, dan kesukaran-kesukaran bagi tokoh utama.
Pada bagian komplikasi kerap menampilkan penjelasan bagaimana sebab-akibat konflik yang
terjadi antartokoh. Kemudian konflik yang terjadi mulai membentuk, mengubah atau
memperlihatkan karakter tokoh yang sebenarnya.
4. Evaluasi
Evaluasi menjadi struktur atau elemen dasar yang memunculkan berbagai puncak konflik atau
masalah lain untuk menemukan jalan penyelesaiannya. Biasanya bagian ini menampilkan konflik
yang mulai menuju klimaks. Evaluasi merupakan bagian atau tahap konflik diselesaikan atau
justru menghentikan keinginan tokoh utama.
5. Resolusi
Pada bagian resolusi menjelaskan bagian akhir cerita mengenai berbagai sikap atau nasib yang
dialami tokoh setelah mengalami peristiwa puncak. Struktur cerpen yang satu ini menghadirkan
akhir dari penyelesaian atau konflik secara utuh. Kemudian resolusi juga kerap menampilkan
kondisi akhir yang dialami tokoh utama dalam cerita.
6. Koda
Koda atau yang kerap dikenal penutup merupakan bagian akhir dari keseluruhan isi cerita.
Bagian koda memuat kesimpulan dari seluruh cerita sebagai interpretasi penulis mengenai kisah
yang disampaikan.
Pelukisan lingkungan tempat tinggal tokoh, seperti tempat belajar, kamar, kolong jembatan, dan
sebagainya.
Berbagai pandangan tokoh lain mengenai perilaku dan sikap tokoh yang bersangkutan.
Tokoh utama merupakan tokoh yang melakukan interaksi secara langsung atau terlibat dalam
konflik.
Tokoh tambahan merupakan tokoh yang hanya diungkapkan dalam cerpen tanpa adanya
interaksi yang dilakukan tokoh atau tokoh yang tidak terlibat dalam konflik.
2. Alur cerita
Unsur intrinsik selanjutnya ialah alur atau plot cerita yang menjadi elemen fundamental dari
sebuah cerita. Alur cerita atau yang kerap disebut plot hadir sebagai ruh atau jiwa sebuah cerita
rekaan.
Alur maju adalah cerpen dengan peristiwa yang disajikan secara kronologis atau sesuai dengan
urutan waktu dari awal ke akhir.
Alur mundur adalah cerpen dengan peristiwa yang dimulai dari akhir cerita ke awal cerita. Alur
mundur disebut juga dengan istilah kilas balik.
Alur campuran adalah alur cerpen yang merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur.
Jadi, rangkaian peristiwanya melompat-lompat antara peristiwa masa lalu dengan masa kini.
3. Sudut pandang
Sudut pandang orang pertama adalah pengarang terlibat langsung atau orang pertama dalam
cerita yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang aku, saya, dan sebagainya.
Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak terlibat langsung dalam cerita yang ditandai
dengan penggunaan kata ganti orang seperti dia, mereka, dan sebagainya atau menggunakan
nama tokoh. Sudut pandang orang ketiga terbagi atas orang ketiga terarah dan orang ketiga serba
tahu.
4. Tema
Tema adalah gagasan utama yang ingin disampaikan pengarang dalam cerpen.
5. Sudut pandang
Sudut pandang orang ketiga (sebagai pengamat). Menempatkan pengarang hanya sebagai
pengamat cerita. Sehingga pengarang hanya akan menyampaikan apa yang dilihat, dirasakan,
didengar, dan disimpulkannya dalam cerita.
Sudut pandang orang pertama (sebagai pelaku utama). Pengarang dalam sudut pandang ini
berperan sebagai tokoh utama dalam cerita. Sehingga apa yang diceritakannya adalah
pengalaman yang dirasakannya di dalam cerita.
Sudut pandang orang pertama (sebagai pelaku sampingan). Posisi pengarang dalam cerita ini
adalah sebagai pelaku di luar tokoh utama. Tugasnya sebagai pencerita apa yang dilihatnya dari
pelaku utama dan apa tanggapannya pada situasi tersebut. Sehingga pengarang di sini memiliki
peran ganda.
6. Gaya bahasa (Majas no 29)
7. Amanat