Anda di halaman 1dari 19

Ciri kebahasaan

Dalam menulis laporan, bahasa memegang peran penting. Tanpa bahasa, mustahil
suatu informasi dapat disampaikan kepada pembaca. Bahasa digunakan sebagai media
komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pikiran, pendapat, ataupun informasi.
Bahasa memegang peran yang signifikan. Bahasa yang digunakan dalam teks laporan hasil
observasi memiliki ciri yang berbeda dibanding jenis-jenis laporan lainnya. Umumnya,
setiap laporan menggunakan unsur kebahasaan yang berbeda-beda. Hal tersebut
merupakan ciri khusus yang mampu menjadi pembeda antara laporan hasil observasi dan
jenis-jenis laporan lainnya.

Adapun ciri kebahasaan yang terdapat dalam teks laporan hasil observasi, sebagai berikut.

1. Penggunaan Verba
Verba atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan,
pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Biasanya, verba menjadi predikat dalam
suatu kalimat. Sebagai salah satu kelas kata dalam tuturan kebangsaan, verba mempunyai
frekuensi yang tinggi pemakalannya dalam suatu kalimat. Selain itu, verba mempunyai
pengaruh yang besar terhadap penyusunan kalimat. Perubahan struktur pada kalimat
sebagian besar ditentukan oleh perubahan bentuk verba.

Kata yang termasuk verba, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:


a. Berfungsi utama sebagai predikat atau ciri predikat dalam kalimat walaupun dapat juga
mempunyai
fungsi lain
b. Verba mengandung dasar perbuatan (aksi proses atau keadaan yang bukan bersifat
kualitas), dan
c. Verba khususnya yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefikster, yang berarti
paling.
Berdasarkan objeknya, verba dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.

A. Verba transitif, yaitu kata kerja yang membutuhkan objek.


Contoh:
1) Ali memukul ular,
2) Ani menanam bunga di taman.
3) Para petani memanen padi di sawah.
4) Paman memanjat pohon mangga di belakang rumah.

B. Verba intransitif, yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan objek.


Contoh:
1) Adik menangis.
2) Mereka berjalan.
3) Kami sedang mandi.
4) Kami bernyanyi bersama-sama.
2. Penggunaan Nomina
Kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan
segala yang dibendakan. Nomina biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari
klausa. Nomina memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
a. menduduki posisi subjek, objek, atau pelengkap dalam kalimat yang predikatnya
verba;
b. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak,
c. umumnya dapat diikuti oleh adjektiva, baik secara langsung maupun diantarai oleh
kata yang.

Kata benda dibedakan menjadi dua, yaitu kata benda konkret dan abstrak. Kata benda
konkret adalah kata benda yang dapat dikenal dengan pancaindra (misalnya buku). Kata
benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal dengan pikiran
(misalnya cinta).

3. Penggunaan Konjungsi
Dalam teks laporan, proses yang dijelaskan merupakan runtutan yang berkaitan satu
sama lain sehingga untuk menghubungkan paragraf satu dan lainnya dibutuhkan sebuah
konjungsi yang menunjukkan keterangan waktu. Konjungsi adalah kata atau ungkapan kata
penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat. Konjungsi memiliki
banyak jenis. Konjungsi disebut juga dengan kata penghubung.

Adanya konjungsi dalam suatu kalimat dapat menyebabkan kalimat tersebut menjadi
kompleks atau luas. Berdasarkan kompleksitasnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat
simpleks dan kompleks.

a. Kalimat simpleks disebut juga dengan kalimat tunggal. Kalimat simpleks


adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu struktur dengan satu verba utama
atau kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Contoh:
1) Alam adalah sumber kehidupan.
2) Randika sedang melihat alam sekitar.
3) Alam yang indah membuat kita nyaman.
4) Jangan sekali-kali kita merusak tanaman.
5) Rizal mengamati tumbuhan yang ada di sekitar rumahnya.

b. Kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri atas dua struktur atau lebih
dengan dua verba atau lebih. Kalimat kompleks juga bisa diartikan sebagai
kalimat yang telah mengalami perluasan, baik itu berupa penambahan fungsi
keterangan ataupun dengan perluasan pada fungsi-fungslnya. Kalimat kompleks
sering pula disebut kalimat luas.
Contoh:
1) Alam indah jika dirawat dengan baik.
2) Apabila alam dirawat dengan baik maka hidup kita akan sehat.
3) Rawat dan siramilah pohon agar lingkungan di sekitar kita asri.
4) Hanya kita yang bisa merawat dan memelihara alam ini.
5) Banyak orang tak bertanggung jawab yang menebang hutan hanya karena ingin
mendapat keuntungan.

Struktur Teks Laporan Hasil Observasi


Struktur adalah bagian-bagian yang membangun sebuah teks menjadi sebuah teks laporan
hasil observasi, Secara umum, teks laporan hasil observasi memiliki 2 struktur, diantaranya
yaitu.

Pernyataan umum (klasifikasi), merupakan semacam pembuka atau pengantar


tentang hal yang dilaporkan. Pada tahap pembukaan disampaikan bahwa benda-
benda di dunia dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria persamaan dan perbedaan.
Anggota/aspek yang dilaporkan, merupakan bahasan atau rincian tentang objek
yang diamati.
Adapun struktur lainnya dari teks laporan ini adalah sebagai berikut.

Definisi Umum, adalah pembukaan yang berisi pengertian tentang sesuatu yang
dibahas didam teks.
Definisi Bagian, adalah bagian yang berisi ide pokok dari setiap paragraf
(penjelasan rinci).
Definisi Manfaat, bagian yang menjelaskan manfaat dari sesuatu yang dilaporkan
Penutup, adalah bagian rincian akhir dari teks.

Struktur Teks Deskripsi


Adapun 3 struktur yang menyusun teks deskripsi sehingga menjadi satu
keutuhan. 3 struktur tersebut yaitu:

1. Identifikasi: penentu identitas seseorang, benda, dan sebagainya.

2. Klasifikasi, penyusunan ber-sistem dalam kelompok menurut kaidah atau standar


yang telah ditetapkan.

3. Deskripsi bagian: bagian teks yang berisi tentang gambaran-gambaran bagian


didalam teks tersebut.

Ciri kebahasaan

Teks Tanggapan Deskriptif memiliki ciri kebahasaan sebagaimana teks yang lainnya, baik
teks hasil observasi, eksposisi maupun teks lainnya. Adapun ciri kebahasaan teks tanggapan
Deskriptif yaitu :
1. Penggunaan kata baku, seperti formal, kreativitas, aktif dan lainnya.
2. Penggunaan kata hubung/ kata sambung atau konjungsi, seperti atau, dan, tetapi,
sehingga.
3. Penggunaan kata berimbuhan, seperti imbuhan ber- , men- (proses apiksasi).
4. Penggunaan kata rujukan, seperti itu, ini, di sana, di sini dan tersebut.

Struktur Teks Eksposisi


Teks eksposisi dibangun oleh tiga struktur yang membangun teks tersebut
menjadi sebuah teks eksposisi. Ketiga struktur tersebut diantaranya adalah
sebagai berikut.

1. Pernyataan Pendapat (tesis), adalah bagian teks yang berisikan pernyataan


pendapat (tesis) sang penulis. Bagian ini juga biasa disebut sebagai bagian pembuka.
2. Argumentasi, adalah bagian yang berisikan alasan yang dapat memperkuat
argumen penulis dalam memperkuat ataupun menolak suatu gagasan.
3. Penegasan Ulang Pendapat, merupakan bagian yang berisi penegasan ulang
pendapat sang penulis.

Unsur Kebahasaan Teks Eksposisi

Unsur Kebahasaan atau kaidah kebahasaan teks eksposisi adalah ciri kebahasaan
yang digunakan dalam pembuatan teks eksposisi. Adapun kaidah kebhasaan teks
eksposisi adalah sebagai berikut.

1. Pronomina

Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina.
Pronomina dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu pronomina persona dan
pronomina nonpersona.

Pronomina Persona (kata ganti orang) yaitu Persona Tunggal. Contohnya seperti ia,
dia, anda, kamu, aku, saudara, -nya, -mu, -ku, si-., dan Persona Jamak Contohnya
seperti kita, kami, kalian, mereka, hadirin, para.
Pronomina Nonpersona (kata ganti bukan orang) yaitu Pronomina Penunjuk
contohnya seperti ini, itu, sini, situ, sana. dan pronomina penanya contohnya seperti
apa, mana, siapa.
2. Kata Leksikal (Nomina, Verba, Adjektiva, Adverbia)

Nomina (kata benda)

Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata maupun abstrak. Dalam kalimat
berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk dan maknanya ada yang berbentuk
nomina dasar maupun nomina turunan. Nomina dasar contohnya gambar, meja, rumah,
pisau. Nomina turunan contohnya perbuatan, pembelian, kekuatan, dll.

Verba (kata kerja)

Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan, proses, atau keadaan yang
bukan sifat. Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai predikat. Verba dilihat dari
bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu :

Verba dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi,
reduplikasi, komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh, tinggal, tiba, dll.

Verba turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena
proses morfologis (afiksasi, reduplikasi, komposisi). Contohnya melebur, mendarat,
berlayar, berjuang, memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggungjawabkan,
dll.

Adjektiva (kata sifat)

Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang,
benda, dan binatang. Contohnya cantik, gagah, indah, menawan, berlebihan, lunak, lebar,
luas, negatif, positif, jernih, dingin, jelek, dan lain-lain.

Adverbia (kata keterangan)

Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi berupa keterangan tempat,
waktu, suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat,
ketika, mula-mula, dengan, memakai, berdiskusi, dan lain-lain.
Kata leksikal (nomina, verba, adjektiva, dan adverbia) yang terdapat dalam teks eksposisi
di atas, misalnya:

kata percaya (verba), mempercayai (verba), kepercayaan (nomina)


kata yakin (adjektif), menyakini (verba), keyakinan (nomina)
kata optimistis (adjektif)
kata potensial (adjektif), berpotensi (verba)

Konjungsi
Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk memperkuat argumentasi. Suatu
jenis konjungsi dapat digunakan dengan menggabungkannya dengan konjungsi yang
sejenis dalam suatu kalimat yang saling berkorelasi sehingga membentuk koherensi
antarkalimat. Dapat pula mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks
sehingga tercipta keharmonisan makna maupun struktur.

Adapun berikut adalah beberapa jenis konjungsi dan contohnya yang biasa kita temukan
didalam sebuah teks eksposisi.

Konjungsi waktu : sesudah, setelah, sebelum, lalu, kemudian, setelah itu.


Konjungsi gabungan : dan, serta, dengan.
Konjungsi pembatasan : kecuali, selain, asal.
Konjungsi tujuan : agar, supaya, untuk.
Konjungsi persyaratan : kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana,
apabila.
Konjungsi perincian : yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni.
Konjungsi sebab akibat : karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya.
Konjungsi pertentangan : tetapi, akan tetapi, namun, melainkan,
sedangkan.
Konjungsi pilihan : atau.
Konjungsi penegasan/penguatan : bahkan, apalagi, hanya, lagi pula, itu
pun.
Konjungsi penjelasan : bahwa.
Konjungsi perbandingan : bagai, seperti, ibarat, serupa.
Konjungsi penyimpulan :oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan
demikian.
Struktur Teks Eksplanasi
Berdasarkan pertanyaan di atas dan paragraf di atas, kalian telah mengamati teks
eksplanasi tentang proses metamorfosis kupu-kupu. Melaui pengamatan tersebut kalian
telah mengetahui gambaran awal struktur teks eksplanasi. Selanjutnya, amatilah
penjelasan lebih mendalam mengenai struktur teks eksplanasi berikut ini :

1. Judul
2. Pernyataan umum, menjelaskan fenomena yang disebut metamorfosis.
3. Rincian penjelasan, menjelaskan secara rinci proses perubahan larva (telur kupu-
kupu betina) sampai akhirnya menjadi seekor kupu-kupu:
4. Telur (larva) menetas menjadi ulat
5. Ulat dalam beberapa hari menjadi kepompong
6. Di dalam kepompong tumbuh sayap, kaki, dan anggota tubuh lain.
7. Kepompong pecah keluar kupu-kupu.
8. Kesimpulan, menyimpulkan bahwa porses metamorfosis terjadi secara alami sebagai
bukti kemahakuasaan Allah.
Berikut ini struktur teks Eksplanasi jika dikerangkakan:

1. Judul
2. Pernyataan umum
3. Rincian Penjelasan
4. Kesimpulan
Unsur Kebahasaan Teks Eksplanasi
Dalam sebuah teks atau karangan tentunya memiliki unsur kebahasaan, begitu juga
dengan Teks Eksplanasi. Adapun unsur kebahasaan pada teks eksplanasi yang akan
dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan kata sambung


2. Penggunaan kata bilangan
3. Penggunaan kata berimbuhan
4. Penggunaan kata ganti
5. Istilah dalam bidang tertentu
Berikut ini akan menjelaskan perihal 5 unsur kebahasaan yang dituliskan di atas, yaitu :

1. Penggunaan kata sambung (konjungsi)


Apakah yang dimaksud dengan kata sambung atau konjungsi? Kata sambung adalah kata
yang berfungsi menyambung dua atau lebih kalimat tunggal. Dua kalimat yang digabung
tersebut tentu memiliki hubungan. Tugas kata sambung adalah menjelaskan hubungan
tersebut. Misalnya, kata sambung yang menyertakan hubungan sebab-akibat, kata
sambung yang alasan, kata sambung yang menyertakan pilihan, dan sebagainya.

Menurut letaknya, kata sambung (konjungsi), dibedakan menjadi :


1. Kata sambung yang berada dalam kalimat, yang berfungsi menggabungkan dua atau
lebih kalimat menjadi satu kalimat. Misalnya, dan, atau, tetapi, karena, sehingga,
lalu, kemudian dan sebagainya.
2. Kata sambung yang berada di dalam satu paragraf, yang berfungsi menggabungkan
dua kalimat, namun berada dalam satu paragraf. Misalnya, akan tetapi, namun,
meskipun demikian, setelah itu, dan sebagainya. Kata sambung seperti ini dalam
paragraf juga berfungsi sebagai kata transisi.
3. Penggunaan kata bilangan
Dalam teks eksplanasi terdapat sebuah proses. Untuk menyatakan tahapan terjadinya
suatu proses dapat juga digunakan kata bilangan. Misalnya proses pertama diawali dengan
menetasnya larva kupu-kupu menjadi ulat. Tahap kedua adalah ulat beruabah menjadi
kepompong. Tahap ketiga di dalam kepompong terjadi perubahan wujdu fisik ulat dengan
muncul kaki, sayap dan lainnya. Tahap terakhir, kepompong pecah dan keluarlah wujud
kupu-kupu.

3. Penggunaan kata berimbuhan


Dalam menjelaskan sutau proses peristiwa, selain adanya kata bilangan, ada hal lain yang
harus diperhatikan, yakni penggunaan kata berimbuhan, baik kata berimbuhan aktif
maupun pasif. Di antara berbagai kata berimbuhan yang ada, diantara yang sering
digunakan dalam teks eksplanasi yaitu terbentuk, bertelur, berkembang, menetas, dan
berubah.

4. Penggunaan kata ganti


Selain penggunaan kata-kata di nomor satu, dua dan tiga di atas, penggunaan selanjutnya
yaitu penggunaan kata ganti. Penggunaan kata ganti merupakan sarana untuk memadukan
kalimat dan paragraf. Begitu juga dalam teks eksplanasi, dapat ditemukan penggunaan
kata ganti.

Seperti : Dalam beberapa hari, telur-telur tersebut akan menetas, dan ulat-ulat kecil akan
keluar dari telur-telur itu. Mereka akan bertahan selama kurang lebih 20 hari dengan terus
makan dedaunan. Setelah itu mereka akan menjadi kepompong.

5. Penggunaan istilah bidang tertentu


Setiap membuat teks eksplanasi atau karangan lain harus disesuaikan dengan tema.
Jangan sampai membahas perihal IPA, namun istilah, kata yang digunakan perihal sosial,
rasanya kurang cocok. Begitu juga ketika menulis karangan dengan tema teknologi maka
kata dan istilah yang digunakan adalah istilah teknologi. Contoh istilah IPA yakni
metamorfosis, larva, kepompong, fase, dan pupa.

Untuk mengetahui, memahami dan mampu secara jelas mengetahui bahasan yang
dijadikan sebagai kajian, maka hal yang harus dilakukan adalah mempertanyakan. Namun,
dalam membuat sebauh pertanyaan harus mampu membuat pertanyaan yang tidak asal-
asalan, melainkan ada maksud dan tujuannya. Begitu juga ketika akan mengkaji teks
eksplanasi secara mendalam harus mampu membuat pertanyaan dan mempertanyakan
secara jelas seputar isi teks yang dimaksud. Sebagai contoh jenis pertanyaan, bentuk
pertanyaan dan jawaban adalah sebagai berikut :
Struktur Cerpen
Abstrak
Abstrak merupakan bagian awal dalam cerita atau ringkasan utama dari cerpen yang
dikembangkan dalam rangkaian-rangkaian peristiwa. Dalam sebuah cerpen struktur abstrak
bersifat opsional (boleh ada ataupun tidak).

Orientasi
Pada bagian ini berkaitan dengan waktu, tempat, suasana dan alur pada cerita tersebut.

Komplikasi
Pada bagian komplikasi berisikan urutan dari kejadian yang dihubungkan dengan sebab dan
akibat. Pada bagian ini biasanya menunjukan watak dari tokoh cerpen tersebut serta mulai
muncul kerumitan.

Evaluasi
Evaluasi merupakan struktur konflik yang terjadi serta mengarah pada puncak atau
klimaks. Pada bagian ini sudah mulai muncul penyelesaian dari konflik yang muncul dalam
cerpen.

Resolusi
Pada bagian struktur ini berisikan solusi dari masalah yang dihadapai dalam cerita.

Koda (coda)
Pada bagian ini berisikan amanat berupa nilai atau pelajaran yang disisipkan penulis dalam
cerita tersebut
Unsur Kebahasaan Teks Cerpen

Ada 2 unsur pembangun cerpen, yang biasa kita sebut

Unsur Intrinsik Cerpen


Macam macam unsur intrinsik adalah sebagai berikut:
1. Tema
2. Penokohan
3. Alur
4. Setting
5. Sudut Pandang
6. Gaya Bahasa
7. Amanat

Unsur Ekstrinsik Cerpen


Macam macam unsur ekstrinsik cerpen sebagai berikut:
1. Latar Belakang Pengarang
2. Latar Belakang Masyarakat

Struktur Teks
1. Orientasi, berisi pengenalan tokoh, latar tempat, dan waktu
2. Komplikasi, masalah utama muncul pada bagian ini
3. Reolusi, berisi pemecahan masalah yang menimpa tokoh
4. Koda, berisi pendapat tokoh tentang teks tersebut

Unsur Kebahasaan
1. Kata Kerja
Teks fabel memiliki 2 kata kerja yaitu
1. Kata Kerja Transitif : kata kerja yang memiliki objek. Contoh: Ibu
memakan nasi
1. Kata Kerja Intransitif : kata kerja yang tidak memiliki objek. Contoh:
Budi sedang bersiul

2. Kata Sandang Si dan Sang


Contoh :
1. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa teman temannya
2. Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut
3. Kata Keterangan Tempat dan Waktu
Contoh :
1. Pada suatu hari, terdapat semut yang sedang berjalan ditamna.
2. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu.
4. Penggunaan kata hubung lalu, kemudan, dan akhirnya
Contoh :
1. Lalu, sang semut memegang erat ranting itu
2. Akhirnya, sang semut meminta maaf dan berjanji untuk tidak
mengulanginya

4. STRUKTUR TEKS BIOGRAFI

A. ORIENTASI

Tahap ini adalah bagian pengenalan suatu tokoh, berisi gambaran awal
tentang tokoh tersebut di dalam teks biografi.

B. PERISTIWA DAN MASALAH

Tahap ini adalah bagian kejadian atau peristiwa yang dialami oleh tokoh.
Berisi penjelasan suatu cerita baik itu berupa pemecahan masalah, proses
berkarir, peristiwa menyenangkan, menegangkan, menyedihkan hingga
mengesankan yang pernah dialami oleh tokoh hingga mengantarkannya
meraih mimpi, cita-cita dan kesuksesan.

Semua kejadian tersebut diurai disini.

C. REORIENTASI

Tahap ini adalah bagian penutup. Berisi mengenai pandangan penulis


kepada tokoh yang dikisahkan. Reorentasi ini bersifat opsional semata, jadi
boleh ada maupun tidak ada.

UNSUR KEBAHASAAN TEKS BIOGRAFI

A. KATA HUBUNG

Kata hubung adalah kata yang berfungsi sebagai penyambung antara satu
kata dengan kata yang lain dalam sebuah kalimat dan juga kata hubung
antara satu kalimat dengan kalimat yang lain.
Apabila kata hubung tersebut berfungsi sebagai penyambung kata dalam
sebuah kalimat, kata hubung itu dinamakan konjungsi intrakalimat. Contoh :
dan , tetapi, lalu, kemudian.

Apabila kata hubung tersebut berfungsi menyambungkan antara satu


kalimat dengan kalimat lain, kata hubung itu dinamakan konjungsi
antarkalimat. Contoh : oleh karena itu, akan tetapi, meskipun demikian,
tidak hanya itu.

B. RUJUKAN KATA

Rujukan kata yaitu kata yang merujuk pada kata lain yang sudah
diungkapkan sebelumnya. Kata rujukan dikatagorikan menjadi beberapa
bagian, antara lain :

Kata rujuk benda atau hal. Contoh : ini, itu, tersebut.


Kata rujuk tempat. Contoh : disini, disana, disitu.
Kata rujuk orang. Contoh : dia, ia, beliau, mereka, -nya.
C. PERISTIWA, WAKTU DAN TEMPAT

Dalam teks biografi, terdapat kata yang berfungsi menunjukkan peristiwa,


waktu dan tempat yang dialami oleh tokoh.

D. KATA KERJA

Kata kerja atau verba adalah suatu kelompok kata yang menjelaskan
sesuatu hal yang dilakukan oleh tokoh. Kata kerja dibagi menjadi dua, yakni
berdasarkan bentuk dan berdasarkan jenis.

KATA BERDASARKAN BENTUK

1 . Kata kerja dasar

Kata kerja dasar adalah kata kerja yang masih dalam bentuk aslinya, yang
berarti kata kerja ini belum mengalami pengimbuhan baik awalan, akhiran
ataupun sisipan.

Contoh : Adil, ambil, ajak


2. Kata kerja berimbuhan

Kata kerja berimbuhan merupakan kata kerja yang sudah mengalami


penambahan, baik berupa awalan, akhiran, maupun sisipan.

Contoh :

Mengambil. Awalan = me + ambil (kata kerja dasar)


Mengadili. Awalan = meng + adil (kata kerja dasar) + i (akhiran)

Struktur Teks Prosedur Kompleks


Teks prosedur sendiri memiliki tiga struktur dalam pembentukannya. Dalam hal ini ketiga struktur
tersebut adalah bagian tujuan, bagian material, dan bagian langkah-langkah. Untuk mengetahui
penjelasan dari setiap struktur tersebut kalian bisa simak langsung berikut ini.

Bagian Tujuan, bagian tujuan dari teks prosedur dapat berupa judul dan juga berisikan
tujuan dari pembuatan teks prosedur tersebut atau hasil akhir yang akan di capai jika
kita melakukan tahapan pada teks prosedur tersebut.
Bagian material, berisikan bahan-bahan, alat-alat, atau material yang diperlukan,
namun tidak tidak semua teks prosedur terdapat bagian ini. Pada umumnya
penggunaan bagian material terdapat pada teks prosedur tentang pembuatan suatu
hal seperti makanan dan sebagainya.
Bagian langkah-langkah, bagian ini berisikan langkah-langkah yang harus
ditempuh untuk memperoleh hasil sesuai dengan tujuan teks prosedur. Pada bagian ini
setiap langkah harus dilakukan secara urut tidak boleh secara acak dalam
melakukannya.

Kaidah Kebahasan Teks Prosedur Kompleks

Seperti teks lainnya teks prosedur juga memiliki ciri kaidah kebahasaan sendiri sebagai berikut.

1. Konjungsi temporal, Pada teks prosedur akan banyak sekali dijumpai kata
konjungsi temporal atau kata penghubung yang menyatakan waktu kegiatan yang hadir
dan berisifat kronologis seperti selanjutnya, berikutnya, kemudian, lalu, dan setelah itu.
2. Kata kerja imperatif atau kata perintah, dalam teks ini juga akan banyak dijumpai
perintah-perintah dan larangan yang harus ditaati dalam pelaksanaan teks prosedur.
3. Verba material dan tingkah laku, verba material merupakan sesuatu yang
mangacu pada tindakan fisik seperti potong ikan, haluskan bumbu dan lain-lain.
Sedangkan verba tingkah laku merupakan tindakan yang dilakukan dengan ungkapan.
4. Partisipan manusia, merupakan semua manusia yang ikut serta dalam teks
prosedur tersebut.
5. Terdapat bilangan sebagai penanda urutan.
6. Terdapat kalimat introgatif atau kalimat yang berisikan pertanyaan.
7. Terdapat kalimat deklaratif atau kalimat yang berisikan pernyataan.

Struktur.
Dalam teks diskusi, terdapat empat struktur kebahasaan, yaitu :
Isu/masalah
Pendapat mendukung
Pendapat menentang
Kesimpulan

Ciri ciri bahasa yang di gunakan dalam teks diskusi


A. Penggunaan istilah-istilah umum yang terkait dengan topik
B. Penggunaan konjungsi pertentangan
C. Mengawali dengan kalimat tanya
D. Menggunaan kohesi leksikal & gramatikal
E. Menggunakan kata modalitas

STRUKTUR TEKS ULASAN DRAMA/FILM


1. Pendahuluan (Orientasi)

Bagian teks ulasan yang menyatakan gambaran umum atau khusus mengenai karya seni
drama/film yang hendak di ulas kembali. Adapun bagian ini meliputi :

a.) Objek ulasan


Meliputi : judul drama/film, penulis drama/film, sutradara, para pelaku dan pemeran, film
hasil adaptasi dari novel/cerpen dengan judul dan karya siapa.

Contoh :

Mestakung merupakan akronim dari Semesta Mendukung sebuah film yang


disutradarai oleh John De Rantau, produksi Mizan Productions & Falcon Pictures.
Film ini diangkat dari novel non fiksi tentang seorang Profesor Yohanes Surya,
Ph.D.,

b.) Hal yang menarik untuk diulas (menonjol)

Meliputi : dialog, pemeran, alur, tata panggung, tata musik, tata lampu, kepiawaian
pemeran dalam adegan, kegunaannya, ciri khas produksinya, dan lain-lain.

c.) Pemutaran atau pementasan drama/film

Meliputi : tempat dan tanggal pementasan drama/film, kapan dirilisnya, siapa


sutradaranya, para pemain, penulis skenario, koreografer, dan sebagainya.

2. Tafsiran Isi (Interpretasi)

Bagian tafsiran umumnya berisi pandangan penulis tentang karya tersebut, meliputi :

a.) Unsur dari karya drama/film.

Misalnya : kekuatan/kelemahan alur, sinopsis cerita, kepiawaian pemeran, serius-tidaknya


pementasan, keserasian musik pengiring, kelancaran dialog pemeran, ketelitian
pendeskripsian setting ke dalam layar, dan hal lain sesuai dengan kriteria pementasan
drama/film.

b.) Nilai-nilai yang akan disampaikan kepada penonton.

Misalnya : nilai pendidikan, nilai moral, nilai agama, nilai sosial, nilai kebudayaan, nilai
kejujuran, dan sebagainya.

Contoh :
Dalam film Sang Pemimpi sikap moral yang disarankan kepada penonton adalah
kerja keras dan pantang menyerah untuk mencapai suatu impian.

c.) Perbandingan dengan karya drama/film yang mirip atau dengan sesuatu yang
suasana/kesannya mirip.

Contoh :

Suasana penantian, mungkin masih mengacu pada modernisme Beccket.


Taruhlah senada dengan penantian dalam Waiting for Godot (Menunggu Godot).

3. Evaluasi
Bagian evaluasi berisi penilaian pribadi penulis mengenai penampilan, dan produksi karya
seni drama/film yang diulas, meliputi :

a.) Kekuatan dan kelemahan dari pementasan drama atau produksi film.

Contoh :

Satu hal yang paling menonjol dari film ini adalah soundtracknya yang mampu
membangkitkan suasana percintaan antara pemeran utama pria dan wanita

b.) Rekomendasi untuk menggelitik keinginan/kemauan penonton ikut menonton


pementasan drama/film yang diulas.

Kelucuan film ini benar-benar terasa, para pemeran sangat piawai dalam
mempengaruhi penonton untuk tertawa.

Akting yang gemilang dipadu dengan naskah yang memikat, soundtrack yang enak
didengar, sinematografi yang indah, dan penyutradaraan yang tepat adalah alasan
kenapa film ini harus masuk ke dalam list film yang wajib kalian tonton.

4. Kesimpulan/Rangkuman

Bagian yang berisi kesimpulan tentang keadaan/kondisi suatu karya drama/film yang
diulas. Bagian kesimpulan juga dapat berisi komentar apakah karya tersebut
bernilai/berharga/berguna/layak atau tidak bagi pembaca/penonton.

Contoh :
Berharap film ini dapat menjadi tontonan inspiratif bagi anak-anak Indonesia yang
akan memulai sebuah kerajaan bisnis.

Berharap film ini mampu menggugah minat pemuda untuk tetap belajar dalam
keadaan apapun.

C. CIRI KEBAHASAAN TEKS ULASAN DRAMA/FILM

1. Teks ulasan drama/film berisi penonjolan terhadap unsur-unsur karya seni yang
hendak diulas.

Dapat berupa dialog dalam cerita, hal yang menarik penulis, sesuatu yang khas pada objek
ulasan, dapat juga dengan membandingkan karya drama/film yang sejenis.

Pada teks ulasan drama/film ini, muncul kata adjektiva (kata sifat) seperti : menarik/tidak
menarik, mengharukan, memilukan, bernilai, memuaskan, baik/kurang baik, mencekam,
menakutkan, dan lain sebagainya. Hal ini tentu untuk mendeskripsikan objek yang diulas.

Kata sifat atau kata keadaan adalah kata yang menerangkan tentang keadaan, sifat, watak,
tabiat suatu benda. Kata sifat memberikan jawaban atas pertanyaan bagaimana atua dalam
keadaan apa. Adjektiva juga mampu diperluas lagi dengan amat..., ....sekali, sangat.....

2. Menggunakan kata-kata opini atau persuasif

Contohnya : inilah drama/film Indonesia yang patut untuk ditonton, drama/film ini sungguh
menarik untuk ditonton, drama/film ini benar-benar menghibur, drama/film yang ditampilkan
mengandung nilai moral yang perlu kita teladani, dan lain-lain.

3. Menggunakan konjungsi internal dan konjungsi eksternal

a.) Konjungsi internal (intrakalimat), konjungsi yang menghubungkan dua


argumen/gagasan/ide dalam kalimat simpleks atau dua kelompok klausa.

Terdapat 4 (empat) kategori makna hubungan :

Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi dan, atau, serta;


Menyatakan waktu, yaitu sejak, setelah, sesudah, ketika, saat;

Menyatakan perbandingan, yaitu tetapi, melainkan, sedangkan, tidak hanya, tetapi


juga, bukan saja/hanya..., melainkan juga...;

Menyatakan sebab-akibat, yaitu sebab, akibat, sehingga, jika, karena, apabila,


bilamana, jikalau.

b.) Konjungsi eksternal (antarkalimat), konjungsi yang menghubungkan dua


peristiwa/deskripsi hal/benda dalam kalimat kompleks atau 2 kalimat simpleks.

Sama halnya dengan intrakalimat, konjungsi ini juga dibedakan atas 4 kategori makna
hubungan :

Penambahan/kesejajaran, yaitu konjungsi lebih lanjut, di samping itu, selain itu;

Menyatakan waktu/temporal, yaitu pertama, kedua, ketiga, mula-mula, lalu,


kemudian, berikutnya, selanjutnya, akhirnya ;

Menyatakan perbandingan, yaitu sebaliknya, akan tetapi, sementara itu, di sisi lain,
namun, namun demikian, walaupun demikian/begitu, dan sebagainya ;

Menyatakan sebab-akibat, yaitu oleh karena itu, akibatnya, hasilnya, jadi, sebagai
akibat, maka.

4. Menggunakan ungkapan perbandingan (persamaan/perbedaan)

Contohnya : daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda dengan, seperti, seperti


halnya, serupa dengan, dan sebagainya.

5. Menggunakan kata kerja material dan kata kerja relasional

Kata kerja material, yaitu kata kerja yang menyatakan kegiatan fisik/proses. Misalnya :
makan, minum, membawa, berbicara, melamun, bertepuk tangan, mendengarkan,
menunggu, melebur, memukul, bertanya, dan lainnya.

Kata kerja relasional adalah kata kerja yang berfungsi untuk membentuk predikat nominal
(kata-kata kopulatif) dan dapat juga membantu memperjelas predikat (kata kerja bantu).
Contoh kata kerja relasional sebagai kopulatif : bernama, disebut, jadi/menjadi,
meruapakan, adalah, ialah, yaitu, yakni, dan sebagainya.

Contoh kata kerja relasional sebagai kata bantu : pasti, harus/perlu/wajib, jadi,
mungkin, boleh, harap, bisa, hendak/ingin/mau/akan, dapat/bisa, ada, dan
sebagainya.

Materi BI lainnya :

Pengertian teks LHO dan kaidah kebahasaannya

Pengertian teks anekdot, struktur dan contohnya

Mengulas suatu karya tentu mengharuskan kita untuk berpikir lebih kritis. Dengan kritik,
saran dan opini kita mengenai drama/film, itu berarti kita sudah berkontribusi guna
kemajuan drama/film tersebut.

Anda mungkin juga menyukai