Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang terususun atas beberapa
unsur. Kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih Bahasa
Indonesia mengenal pengelompokkan kosa dalam bentuk kelas kata. Kelas kata
(jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori
bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem dramatikal. Untuk menyusun kalimat
yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai harus
mengenal jenis dan fungsi kelas kata.

Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat Menurut Prof. M. Ramlan, frasa
adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui
batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata
tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek,
pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.

klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi


predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa atau frase, yang
berfungsi sebagai predikat dan yang lain sebagai subjek, dan sebagai keterangan.
Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek
boleh dikatakan bersifat wajib. Kalau kita bandingkan konstruksi kamar mandi
dan adik mandi bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar dan
komponen mandi tidaklah bersifat prediktif. Sebaliknya, konstruksi nenek mandi
adalah sebuah klausa karenahubungan komponen nenek dan mandi bersifat
predikatif nenek adalah pengisi fungsi subjek dan mandi adalah pengisi fungsi
predikat.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Kelas kata, Frasa, dan Klausa?
2. Apa fungsi dan jenis Kelas kata, Frasa, dan Klausa?
3. Apa ciri-ciri Kelas kata, Frasa, dan Klausa?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui pengertian dari kelas kata, frasa, dan klausa
2. Untuk mengetahui fungsi dan jenis dari kelas kata, frasa, dan klausa
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dari kelas kata, frasa, dan klausa

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. KELAS KATA


Kata merupakan bentuk yang sangat komplek yang terususun atas beberapa
unsur. Kata dalam Bahasa Indonesia terdiri atas satu suku kata atau lebih Bahasa
Indonesia mengenal pengelompokkan kosa dalam bentuk kelas kata. Kelas kata
(jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan kategori
bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal. Untuk menyusun kalimat
yang baik dan benar dengan berdasarkan pola-pola kalimat baku, pemakai harus
mengenal jenis dan fungsi kelas kata.
Adapun Fungsi Kelas Kata antara lain :
 Melambangkan gagasan atau pikiran yang abstrak menjadi konkret
 Membentuk bermacam macam struktur kalimat
 Memperjelas makna gagasan kalimat
 Membentuk kesatuan makna Frase, Klausa

Menurut Tata Baku Bahasa Indonesia, Kelas Kata Dibagi Menjadi 5 Kelompok
Yaitu:Verba; Nomina, Pronomina, dan Numeralia; Adjektiva; Adverbia; dan kata
tugas.

A. Verba ( Kata Kerja )


kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau
pengertian dinamis lainnya.
Cirinya :
 Verba berfungsi sebagai predikat atau inti predikat dalam kalimat.
 Verba mengandung makna dasar perbuatan, proses ,atau keadaan yang
bukan sifat.
 Verba yang bermakna keadaan tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti
paling.

Misalnya :
a. Pencuri itu lari
b. Mereka sedang belajar dikamar
Maknanya,Verba lari dan belajar mengandung makna perbuatan.Verba dilihat dari
bentuknya

 Verba asal : Berdiri sendiri tanpa afiks.


Contoh , Ada,datang,mandi,pergi,tinggal,tiba,turun.

 Verba Turunan dibagi menjadi 5 kategori , yaitu :


a. Dasar bebas afiks wajib, seperti mendarat,melebar,berlayar,bersepeda.

2
b. Dasar bebas afiks manasuka, sepeeti membaca, membeli, berjalan,
bekerja.
c. Dasar terikat afiks wajib,seperti bertemu,bersua,berjuang,mengungsi.
d. Reduplikasi, seperti berjalan-jalan, memukul- mukul.
e. Majemuk, seperti naik haji,cuci muka,mempertanggungjawabkan.

Verba dilihat dari semantiknya/Maknanya :


1. Verba Transitif, diikuti objek,seperti jahit,baca,uji coba.
2. Verba Tak Transitif tidak iikuti objek,seperti kalah,jatuh,pulang balik.

B. Nomina(kata benda),Pronomina(kata ganti),dan Numeralia(kata bilangan).

a. Nomina(kata benda)
kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua
benda dan segala yang dibendakan
Ciri-ciri Nomina :
 Sebagai subjek dalam kalimat yang predikatnya verba,
 Dapat diingkari dengan kata tidak,
 Dapat diikuti adjektiva.

Nomina dilihat dari bentuk dan makna :


1. Nomina dasar,seperti gambar,meja.
2. Nomina turunan,seperti perbuatan,pembelian.

b. Pronomina(kata ganti)
Jenis kata yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contohnya
adalah saya, kapan, -nya, in
Jenis – jenis pronomina :
 Pronomia persona,seperti saya,engkau,diamereka,-nya
 Pronomina penunjuk, seperti ini,itu,sini,situ,sana
 Pronomina penanya,sepeeti apa,siapa,nama

c. Numeralia
Numeralia ialah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya (orang,
binatang, barang, dan konsep )
 Numeralia pokok,seperti dua,empat,delapan.
 Numeralia pecahan,seperti seperdua,separuh,sebelah
 Numeralia tingkat seperti kesatu,kesepuluh

3
C. Adjektiva ( Kata sifat )
Adjektiva adalah kata sifat atau keadaan yang di pakai untuk
mengungkapkan kata sifat atau keadaan orang, benda atau binatang.

Ciri- Ciri :
 Adjektiva dapat diberi keterangan pembanding,seperti lebih,kurang
paling
 Adjektiva dapat diberiketerangan penguat,seperti sangat,amat,terlalu
 Adjektiva dapat diingkari dengan kata tidak,seperti tidak bodoh,tidak
benar
 Adjektiva dapat diulang dengan awalan se-, seperti sejelak –jeleknya
 Adjektiva berakhir dengan akhiran tertentu ,seperti duniawi,negatif

D. Adverbia ( Kata Keterangan )


Adverbia dalam Bahasa Indonesia diklasifikasikan dengan
mempertimbangkan bentuk, sintaksis, dan makna.
Bentuk Adverbia:
Kelompok 1 : sangat, hanya, lebih, segera
Kelompok 2 : diam-diam, lekas-lekas, sedalam-dalamnya, sekuat-kuatnya

2.2. FRASA
Frasa didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Menurut Prof. M. Ramlan, frasa
adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui
batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata
tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek,predikat, objek, pelengkap,
atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.

Jenis frasa:
A. Frasa eksosentris
Frasa eksosentris adalah frasa yang komponen –komponennya tidak
mempunyai prilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Misalnya:di pasar, ke sekolah, dari kampung

(1.)Frasa eksosentris direktif komponen pertamanya berupa preposisi,


seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau
kelompok kata yang biasanya berkategori nomina.
Contohnya :Di pasar, Dari kayu jati, Demi keamanan

4
(2.)Frasa eksosentris nondirektif komponen pertamanya berupa
artikulus , seperti si dan sang atau kata lain seperti yang, para, dan
kamu Komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata
berkategori nomina ajektifa atau ferba.
Contohnya: si miskin, Sang mertua, Kaum cerdik pandai

Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata,
frase terdiri atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektival, frase pronomina,
frase numeralia

 Frasa nominal adalah frasa endosentrik yang intinya berupa nomina atau
pronomina. Misalnya: bus sekolah,kecap manis, karya besar, dan guru
muda Frasa nominal ini di dalam sintaksis dapat menggantikan kedudukan
kata nominal sebagai salah satu fungsi sintaksis.
 Frasa verbal adalah frasa endosentrik yang intinya berupa kata verbal
karena itu frasa ini dapat menggantikan kedudukan kata verbal didalam
sintaksi misalnya: sedang membaca , sudah mandi , makan lagi , dan tidak
akan datang.
 Frasa ajektifa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih
sedang intinya adalah ajektival (sifat). Misalnya: sangat cantik, indah
sekali, dan kurang baik
 Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan
hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya: saya sendiri akan
pergi ke pasar, Kami sekalian akan bekunjung ke Tator, Kamu semua
akan pergi studi wisata di Tator
 Frasa numeralia, yaitu kata yang secara semantis menyatakan bilangan
atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata
bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh: dua buah, tiga ekor , lima biji, dua puluh lima orang.

B. Frasa Preposisi
yaitu frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda
dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh: Ke rumah teman, daris sekolah, untuk saya
C. Frasa Konjungsi
yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai
penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah
predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contohnya : terus diam, Ketika belajar, Masa lampau, Kemarin malam.

Ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena


keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.

5
D. Frasa endosentris
merupakan frasa yang kedudukannya sejajar, sehingga dalam suatu fungsi
tertentu dapat digantikan oleh unsurnya. Artinya salah satu komponennya
itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya.
Contohnya: sedang membaca dalam kalimat (a) komponen keduanya yaitu
membaca dapat menggantikan kedudukan frasa tersebut, sehingga menjadi
kalimat (b)
(a) Nenek sedang membaca komik di kamar
(b) Nenek membaca di kamar

Frasa endosentris terbagi atas tiga jenis:


a. frase endosentris koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara
dapat di hubungkan dengan kata misalnya, rumah pekarangan, kakek
nenek, suami isteri
b. frase endosentris atributif,yakni frase yang unsur-unsurnya tidak
setara sehingga tak dapat disisipkan kata penghubung misalnya: buku
baru, sedang belajar, belum mengajar
c. Frase endosentris apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling
menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata
misalnya : Almin, anak Pak Darto sedang membaca, anak Pak Darto
sedang belajar, Ahmad sedang belajar

E. Frasa koordinatif
Frasa koordinatif adalah frasa yang komponen pembentukannya terdiri
dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara
potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif, baik yang tunggal
seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi terbagi seperti baik .... baik,
mikin.....makin,dan baik......maupun....Frasa koordinatif yang tidak
menggunakan konjungsi secara eksplisit, biasanya disebut frasa
parataksis. Contohnya: hilir mudik, tua muda, pulang pergi, dan dua tiga
hari.
F. Frasa apositif
Frasa apositif adalah frasa koordinatif yang kedua komponenya saling
merujuk sesamanya dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat
dipertukarkan. Contohnya: pak ahmad guru saya dalam kalimat (a) dapat
diubah susunannya atau urutannya seperti pada kalimay (b)
(a.) Pak ahmad, guru saya, rajin sekali
(b.)Guru saya, pak ahmad , rajin sekal

6
2.3. KLAUSA
klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi
predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen,berupa atau frase, yang
berfungsi sebagai predikat dan yang lain sebagai subjek, dan sebagai keterangan.
Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi
subjek boleh dikatakan bersifat wajib.Kalau kita bandingkan konstruksi kamar
mandi dan adik mandi bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen
kamar dan komponen mandi tidaklah bersifat prediktif. Sebaliknya, konstruksi
nenek mandi adalah sebuah klausa karenahubungan komponen nenek dan mandi
bersifat predikatif nenek adalah pengisi fungsi subjek dan mandi adalah pengisi
fungsi predikat.
Anda mungkin bertanya, kalau begitu apakah bedanya klausa dan
kalimat? bukankah konsrukisi nenek mandi adalah sebuah kalimat? sebuah
konstruksi disebut kalimat kalau kepada konstuksi itu diberikan intonasi final atau
intonasi kalimat. Jadi, intonasi konstruksi nenek mandi baru dapat disebut kalimat
kalau kepadanya diberi intonasi final, entah berupa intonasi deklaratif, intonasi
interogatif, maupun intonasi interjektif. kalau belum diberi intonasi, maka
konstruksi nenek mandi itu masih berstatus klausa.

Selain subjek dan predikat yang bersifat wajib hadir itu,ada pula unsur lain
yang boleh ada atau boleh tidak ada di dalam sebuah klausa, yaitu objek,
pelengkap, dan keterangan. Kehadiaran objek menjadi wajib kalau predikatnya
berupa verba transitif. Kalau predikatnya berupa verba bitransitif, maka akan
hadir dua buah objek, yaitu secara tradisional di sebut objek langsung dan sebuah
objek tidak langsung.Unsur pelengkap, lazim juga disebut komplemen adalah
bagian dari predikat verbal (yang bukan verbal transitif) yang melengkapi verba
tersebut. Pelengkap ini memang agak mirip dengan objek, tetapi bedanya jelas
objek berada dibelakang verba transitif itu objek dapat dijadikan subjek dalam
kalimat pasif, sedangkan pelengkap tidak berada dibelakang verba transitif itu.
Objek dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap tidak
dapat.
Keterangan merupakan bagian dari klausa yang memberi informasi
tambahan, misalnaya, mengenai waktu terjadi tindakan, tempatnya, tujuanya, dan
sebagainya, yang disebutkan oleh predikat.Keterangan ini bersifat tidak wajib
kehadiranya apbila diperlukan, letaknya bisa di awal,di tengah, atau di akhir
klausa.perhatikan letak keterangan tadi pagi dan di kamar pada klausa klausa
berikut.
(a) Tadi pagi nenek embaca komik di kamar

(a) Tadi pagi di kamar nenek membaca komik

7
(c) Tadi pagi nenek di kamar membaca komik

(d) Di kamar nenek tadi pagi membaca komik

Masalah berikutnya adalah dimanakah tempat klausa didalam sintaksis?


Kalau kata dan frase menjadi pengisi fungsi-fungsi sintaksis,maka klausa menjadi
“pengisi”kalimat. Sebuah kalimat paling sederhana terdiri dari satu klausa,
sedangkan kalimat yang lebih rumit terdiri dari bebrapa klausa.

Klausa sering kali dikontraskan dengan frasa.sebuah kumpulan kata


dikatakan sebagai klausa apabila ia mempunyai kata kerja finit dan subjeknya
sementara sebuah frasa berisi kata kerja finit namun tanpa subjeknya frasa kata
kerja,tau tidak berisi kata kerja.Sebagai contoh kalimat “aku tidak tahu kalau
kamu membuat lukisan itu” adalah klausa dan sebuah kalimat benuh sedangkan
“lukisan itu” adalah sebuah frasa. Ahli bahsa masa kini tidak membuat perbedaan
seperti itu, mereka menerima ide akan klausa non-finit, klausa yang diatur
disekitar kata kerja non-finit.

Jenis-jenis klausa

Jenis klausa dapat diperbedakan berdasarkan strukturnya dan berdasarkan


kategori segmental yang menjadi predikatnya.

a. Berdasarkan struktur
a. klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap,
sekurang-kurangnya mempunyai subjek dan predikat dan karena itu,
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat mayor.
b. klausa terikat adalah klausa yang memiliki struktur yang tidak lengkap.
Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek saja, mungkin
hanya objeknya saja, atau hanya berupa keterangan saja. Oleh karena
itu klausa terikat tidak mempunyai potensi untuk menjadi kalimat
mayor. Klausa terikat yang diawali dengan konjungsi subordinatif
biasanya dikenal pula dengan nama klausa subordinatif, atau klausa
bawahan. Sedangkan klausa lain yang hadir bersama dengan klausa
bawahan itu di dalam sebuah kalimat majemuk disebut klausa atasan
atau klausa utama. Klausa terikat ini tidak dapat berdiri sendiri.
Kehadiranya dalam kalimat sangat tergantung pada adanya klausa
bawahan.

8
B. berdasarkan kategori segmental yang menjadi predikatnya
a. klausa verbal adalah klausa yang predikatnya berkatagori verba, misalnya,
nenek mandi, sapi itu berlari ,dan matahari terbit.
b. klausa nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase
nominal,misalnya,petani,dosen linguistik,dan satpam bank swasta dalam
klausa berikut:
(a) kakenya petani didesa itu
(b) dia dulu dosen linguistik
(c) pacarnya satpam bank swasta
c. klausa ajektifa adalah klausa yang predikatnya berkategori ajektifa,baik
berupa kata maupun frase, misalnya:
(a) ibu dosen itu cantik sekali
(b) bumi ini sangat luas
(c) gedung itu sudah tua sekali

Sama dengan klausa nominal, dalam bahasa-bahasa fleksi dan bahasa-bahsa yang
mengharuskan, Predikat harus berupa kategori verba, maka dala bahasa-bahsa
tersebut tidak dikenal adanya klausa ajektival.
a. Klausa adverbial adalah klausa yang predikatnya berupa adverbial,
misalnya, klausa, bandelnya teramat sangat.
b. klausa preposisional adalah klausa yang predikatnya berupa frase yang
berkatagori preposisi.Misalnya,nenek di kamar,dia dari medan; dan kakek
dari pasar baru.
c. klausa numeral adalah klausa yang predikatnya berupa kata atau frase
numeralia.Misalnya, gajinya lima juta sebulan; anaknya dua belas
orang;da taksinya delapan buah.

Perlu dicatat adanya istilah klausa berpusat dan klausa tak berpusat
klausa berpusat adalah klausa yang subjeknya terikat didalam predikatnya,
meskipun di tempat lain ada nomina atau frase nominal yang juga berlaku sebagai
subjek.

9
BAB III
PENUTUP

3.1.KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
Kelas kata (Jenis kata) adalah golongan kata dalam satuan bahasa berdasarkan
bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem gramatikal.
Fungsi kelas kata yaitu :
Ø  Melambangkan pikiran atau gagasan yang abstrak menjadi konkret.
Ø  Membentuk bermacam – macam struktur kalimat.        
Ø  Memperjelas makna gagasan kalimat.
Ø  Membentuk satuan makna sebuah frasa, klausa, atau kalimat,
Jenis – jenis kelas kata terdiri dari :
Ø  Verba.
Ø   Adjektiva.
Ø  Nomina.
Ø   Promina.
Ø   Numeralia.
Ø   Adverbia.
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif, misalnya :
bayi sehat, pisang goreng, sangat enak, sudah lama sekali, dan dewan perwakilan
rakyat.
Frasa dapat dibedakan berdasarkan kelas katanya, yaitu :
Ø  Frasa verbal
Ø  Frasa adjectival.
Ø  Frasa nominal.
Ø  Frasa adverbial.
Ø  Frasa pronominal.
Ø  Frasa numeralia.
Ø  Frasa koordinatif.
Ø  Frasa apositif
Klausa merupakan bentuk susunan kalimat predikatif, yaitu selalu mengandung
predikat. Unsur yang membangun sebuah klausa adalah S dan P dengan
menyertakan O, KET, dan PEL atau tidak. Klausa memiliki inti pada P-nya
sehingga klausa dapat hanya terdiri dari P dengan menghilangkan S, namun yang
demikian merupakan klausa tidak lengkap. Klausa lengkap (yaitu klausa yang
terdiri dari S dan P).

Klausa yang mengandung kata negatif, secara gramatik akan menegatifkan P-nya,
namun secara semantik belum tentu demikian.

Berdasarkan frase yang menduduki fungsi P-nya, klausa juga memiliki berbagai
variasi sehingga klausa memiliki penggolongan klausa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : PT REINKA CIPTA


Ishak, Ahmad dan Yustinah. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta : Eirlangga
Dra. Novi Resmini, M.Pd. 2006. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jurnal Bahasa
indonesia Vol.47:4-11
Ramlan, M. 1985. Tata Bahasa Indonesia: Penggolongan Kata. Yogyakarta:
Andi Offset.
Ramlan, M. 1988. Sintaksis. Yogyakarta: UP Kencono
Ramlan, M.1978. Kata Verbal dan Proses Verbalisasi dalam Bahasa Indonesia

11

Anda mungkin juga menyukai