Anda di halaman 1dari 18

Vito Arrahman Prakoso

180110210067

Kelas A

Rangkuman dan Perlatihan

Rangkuman Morfologi 11

Kategori Nomina

Nomina adalah kelas kata dalam bahasa Indonesia yang ditandai oleh tidak dapatnya

bergabung dengan kata tidak, sebagaimana dikutip dari penjelasan Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI).

Harimurti Kridalaksana dalam buku Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (1986)

menjelaskan, nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi

untuk bergabung dengan partikel tidak. Namun demikian, nomina mempunyai potensi

untuk didahului oleh partikel dari.

A. Nomina Dasar

Dilansir dari Perilaku Sintaksis Verba, Nomina, Pronomina, dan Numeralia dalam

Bahasa Indonesia (2017) karya I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa, nomina dasar memiliki

bentuk monomorfemik. Contohnya gambar, rumah, kemeja, batang, dan lainnya.

B. Nomina Turunan
Bentuk nomina ini mempunyai sifat polimorfemis. Karena nomina turunan dibentuk dari

nomina dasar atau kategori kata lainnya, seperti verba dan adjektiva. Nomina turunan

dibuat dengan menambahkan prefiks, sufiks, atau konfiks. Contohnya pembeli,

perbuatan, kekuatan, dan lainnya.

Ciri Sintaksis Nomina

Dalam Sistem Morfologi Nomina dalam Bahasa Kulisusu (2015) karya Sarmin, nomina

sering juga disebut kata benda. Nomina dapat dilihat dari dua segi, yakni segi semantik

dan sintaksis. Jika dilihat secara semantik, nomina mengacu pada binatang, manusia,

benda, konsep atau pengertian. Sedangkan dari segi sintaksis, nomina mempunyai tiga

ciri, yaitu:

- Pada kalimat yang predikatnya berupa verba, nomina cenderung memiliki fungsi

subyek, obyek, atau pelengkap.

- Nomina tidak dapat dijadikan bentuk ingkar dengan kata ‘tidak’.

- Nomina biasanya dapat diikuti dengan kata adjektiva, baik secara langsung, maupun

dengan memakai perantaraan kata ‘yang’.


Rangkuman Morfologi 12

Kategori Adjektiva

Alwi et al (2003:171) berpendapat bahwa adjektiva adalah kata yang memberikan

keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.

Dilengkapi oleh Chaer yang mengemukakan ciri-ciri yang dapat diikuti dengan kata keterangan

sekali serta dapat dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan gabung se – nya, misalnya kata-kata

berikut. Indah (indah sekali, seindah-indahnya), jauh (jauh sekali, sejauh-jauhnya) dan baik

(baik, sebaik-baiknya).

Dari segi morfologisnya, Alwi et al membagi adjektiva menjadi dua, yaitu adjektiva

dasar yang selalu monomorfemis dan adjektiva turunan yang selalu polimorfemis. Selanjutnya

adjektiva turunan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu adjektiva berafiks, adjektiva

bereduplikasi, dan adjektiva yang berasal dari berbagai kelas.

dapat disimpulkan bahwa adjektiva pada dasarnya adalah kata-kata yang dapat

menjelaskan kata benda, tetapi tidak semua nomina dijelaskan oleh adjektiva, karena terkadang

ada nomina yang dapat dijelaskan oleh nomina lain. Dalam kebanyakan kasus, adjektiva dapat

diidentifikasi dengan mengulangi bentuk dan menambahkan awalan prefiks se- dan sufiks -

nya.

Kata-kata yang tergolong adjektiva berakhiran -er, -if, dan -wi. Adjektiva juga dapat

dibentuk dari nomina yang diawali dengan ke-...-an, meskipun hanya berlaku untuk beberapa

adjektiva dasar. Dari segi makna, adjektiva dapat mengungkapkan tidak hanya makna sifat atau

keadaan, tetapi juga makna kualitas, intensitas, ukuran, warna, waktu, jarak, sikap batin,

serapan, dll.
Rangkuman Morfologi 13

Kategori Pronomina, Artikula, Adverbia

Pronomina

Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang

digantikanya itu disebut anteseden. Anteseden itu ada di dalam atau di luar wacana (di luar

bahasa). Sebagai pronomina kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya bisa

direduplikasikan, yakni kami – kami, dia – dia, beliau – beliau, mereka – mereka, dengan

pengertian meremehkna atau merendahkan. (kridalaksana, 1986:76)

1. Subkategorisasi Pronomina

Subkategorisasi terdapat pronomina didasarkan atas dua hal, yaitu:

1. Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya anteseden

dalam wacana. Berdasarkan hal itu pronomina dibagi atas:


a. Pronomina intratekstual, yang menggantikan nomina yang terdapat dalam wacana. Bila

anteseden terdapat sebelum pronomina, pronomina itu dikatakan bersifat anaforis. Bila

anteseden muncul sesudah pronomina, pronomina itu dikatakan bersifat kataforis.

Contoh:

Bersifat anaforis

Pak Karta supir kami. Rumahnya jauh.

Anteseden

Bersifat kataforis

Dengan gayanya yang berapi – api itu, Sukarno berhasil menarik massa.

Anteseden

(Nya yang bersifat kataforis ini hanya bersifat intra kalimat.)

b. Pronomina ekstratekstual, yang menggantikan nomina yang terdapat di luar wacana. Ia

bersifat deiktis. Contoh: Aku yang memilikinya Itu yang kutulis Engkau jangan pergi

2. Dilihat dari jelas atau tidaknya refrennya. Berdasarkan hal ini pronomina terdiri dari:

a. Pronomina takrif Pronomina ini menggantikan nomina yang referennya jelas. Jenis ini terbatas

pada pronomina persona.

b. Pronomina tak takrif Pronomina yang tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu. Contoh:

sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa – apa, anu, masing – masing, sendiri.

2. Pemakaian Pronomina

1. Dalam ragam nonstandar jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut,

karena pemakaian non-standar tergantung dari daerah pemakaiannya.

2. Dalam bahasa kuna juga terdapat pronomina, seperti patik dan baginda.
3. Semua pronomina tersebut hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal

lain yang dipersonifikasikan.

Adverbia

Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proporsisi

dalam kontruksi sintaksis. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan ketengan karena adverbia

merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Adverbia dapt

ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan tersebut terwujud melalui

afiksasi, reduplikasi, dan lain-lain.

a. Adverbia dasar bebas, merupakan adverbia dasar bebas. Misalnya alangkah, banget, rada,

bukan, paling.

b. Adverbia turunan terbagi atas

(1) Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas. Misalnya, bisa- bisa, masih belum, belum

boleh, paling- paling.

(2) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas. Misalnya mula- mula, terlalu, sekali,

malam- malam.

(3) Adverbia deajektival. Misalnya jauh- jauh, benar- benar.

(4) Adverbia denumeralia. Misalnya Satu- satu dan sedikit- sedikit.

(5) Adverbia deverbal. Misalnya Kira- kira. c. Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain

dan pronomina. Misalnya, agaknya, pada dasarnya, biasanya, seluruhnya.

d. Adverbia deverbal gabungan. Misalnya masih belum juga, mau tidak mau, ingin benar.

e. Adverbia deajektival gabungan. Misalnya kerap kali, tidak jarang.


f. Gabungan proses. Misalnya secepat- cepatnya, sesungguhnya. Terdapat dua jenis adverbia,

yaitu:

1. Adverbia intraklausal yang berkonstruksi dengan verba, adjektiva, numeralia atau yang

lainnya. Misalnya baku, hampir, sering, alangkah.

2. Adverbia ekstratekstual yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk

berpindahpindah posisi dan secara semantis mengungkapkan tingkat proposisi secara

keseluruhan. Misalnya mungkin, bukan, barangkali, memang.

Artikula

Artikula merupakan kata tugas yang membatasi makna nomina. Ada tiga jenis artikula,

yaitu artikula (a) yang bersifat gelar; (b) yang mengacu pada arti kelompok; dan (c) yang

menominalkan. Artikula yang bersifat gelar lazimnya berkaitan dengan seseorang atau hal yang

dianggap bermartabat. Contoh artikula pada jenis ini adalah sang, sri, hang, dan dang.
Rangkuman Morfologi 14

Kategori Numeralia, Demonstrativa, dan Preposisi

Numeralia

Numeralia adalah kategori yang dapat

1) mendamping nomina dalam konstruksi sintaksis,

2) mempunyai potensi untuk mendampinginumeralia lain,

3) tidak dapat bergabung dengan tidak atau sangat.

Subkategorisasi:

a. Numeralia Takrif Numeralia takrif yaitu numeralia yang menyatakan jumlah yang tentu.

Golongan ini terbagi atas:

1) Numeralia utama (kardinal)

2) Bilangan penuh, yaitu numeralia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Dapat berdiri tanpa

bantuan kata lain. Contoh: satu, tiga. Numeralia utama dapat dihubungkan langsung dengan

satuan waktu, harga uang, ukuran, panjang, dan sebagainya.

3) Bilangan pecahan, yaitu numeralia yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi

dengan partikel per- misalnya: dua pertiga,lima perenam.

4) Bilangan gugus, seperti likur: bilangan antara 20 dan 30, misalnyaselikur: 21, dua likur: 23.

b. Numeralia Tingkat Adalah numeralia takrif yang melambangkan urutan dalam jumlah dan

berstruktur ke + Num. Contoh: Catatan ketiga sudah diperbaiki.

c. Numeralia Kolektif Adalah numeralia takrif yang berstruktur ke + Num, ber- + N, ber- + NR,

ber- + Num R atau Num + -an. Contoh: Ribuan kaum buruh melakukan demonstrasi.
d. Numeralia Tak Takrif Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah yang

tak tentu. Misalnya berapa, sekalian, semua, segenap.

Demonstrativa

Demonstrativa adalah kategori yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu (antesenden)

di dalam maupun di luar wacana. Dari sudut bentuk dapat dibedakan berikut ini.

a. Demonstrativa dasar (itu dan ini)

b. Demonstrativa turunan (berikut, sekian)

c. Demonstrativa gabungan (di sini, di situ, di sana, ini itu, sana sini)

Berdasarkan ada tidaknya antesenden dalam wacana demonstrativa dibagi:

a. Demonstrativa Intratekstual (Endoforis) Demonstrativa ini menunjukkan sesuatu yang terdapat

dalam dalam wacana dan bersifat ekstrakalimat. Demonstrativa ekstrakalimat bersifat anaforis

(itu, begitu, demikian, sekian, sebegitu, sedemikian) dan kataforis (begini, berikut, sebagai

berikut).

b. Demonstrativa Ekstratekstual (Eksoforis atau deiktis) Demonstrativa ini menujukkan sesuatu

yang ada di luar bahasa, dan dapat dibagi atas jauh dekatnya antesenden dari pembicara, yaitu:

- proksimal (dekat) sini

- semi-proksimal (agak dekat) situ

- distal (jauh) sana

Preposisi
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga

terbentuk frasa eksosentris direktif. Ada tiga jenis preposisi, yaitu sebagai berikut.

a. Preposisi dasar (tidak dapat mengalami proses morfologis).

b. Preposisi turunan, terbagi atas:

- Gabungan preposisi dan preposisi

- Gabungan preposisi dan non-preposisi.


Rangkuman 15

Kategori Konjungsi, Interjeksi dan Kategori Fatis

Kategori Konjungsi

Konjungsi, konjungtor , atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Menurut Kridalaksana (1994:102) Konjungsi
adalah suatu kategori yang memiliki fungsi sebagai memperluas satuan yang lain dalam
konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan atau lebih dalam suatu konstruksi.

Kategori Interjeksi
Menurut Kridalaksana (1986: 117), interjeksi adalah kategori yang bertugas

mengungkapkan perasaan pembicara. Untuk memperkuat ungkapan hati atau perasaan,

pembicara memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok

yang dimaksud.

Jenis-jenis interjeksi dapat diuraikan sebagai berikut:

a Interjeksi seruan atau panggilan minta perhatian: ahoi, ayo, eh, hai, halo, he, sst, wahai.

b Interjeksi keheranan atau kekaguman: aduhai, ai, amboi, astaga, asyoi, hm, wah,

yahud.

c Interjeksi kesakitan: aduh.

d Interjeksi kesedihan: aduh.

e Interjeksi kekecewaan dan sesal: ah, brengsek, buset, wah, yaa.

f Interjeksi kekagetan: lho, masyaallah, astaghfirullah.

g Interjeksi kelegaan: alhamdulillah, nah, syukur.

h Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, hii, idih, ih.


Kategori Fatis

Menurut (Jayanti, 2010: 11). Kategori Fatis adalah penelitian tentang ujaran fatis pertama

kali diperkenalkan oleh Bronislaw Malinowski pada tahun 1923. Malinowski melakukan

penelitian terhadap beberapa bahasa primitif di Kepulauan Trobriand, daerah bagian timur Papua

Nugini yang ia sebut sebagai phatic communion yang kemudian disebut phatic communication.

Kategori fatis adalah kata dalam sebuah kalimat yang bertugas untuk memulai,

mempertahankan, dan mengkukuhkan komunikasi (Kunjana Rahardi, 2010:65)

Kategori fatis adalah tipe tuturan yang digunakan untuk menciptakan ikatan sosial yang

harmonis dengan semata- mata saling bertukar kata-kata.


Perlatihan 6 (Verba)

Tanaman yang memiliki nama ilmiah mitragyna speciosa ini oleh masyarakat setempat lebih
dikenal dengan nama purik. Sejak beberapa tahun terakhir tanaman ini banyak diperbincangkan,
bahkan juga menimbulkan kegamangan. Ini terkait rencana pemerintah pusat yang akan
memasukkan kratom ke dalam penggolongan Narkotika.
Berdasarkan cerita setempat, awalnya tanaman ini tumbuh di dalam hutan, terutama di jalur
sungai Kapuas. Sejak dulu biasa dikonsumsi untuk meredakan rasa sakit hingga mengatasi
kelelahan. Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya seharga Rp. 50.000 per
kilogram. Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi
karena diyakini memiliki khasiat yang lebih baik. Karena permintaan semakin meningkat,
masyarakat mulai membudidayakannya sejak tahun 2005 di lahan yang mereka miliki.
Tanaman kratom dapat tumbuh hingga 4 sampai 16 meter, namun biasanya dipertahankan sekitar
1,5 – 2 meter untuk memudahkan saat memetik daunnya. Data Dinas Koperasi, UKM dan
Perdagangan Kab. Kapuas Hulu (2020) menyebutkan di Kapuas Hulu terdapat 18.120 petani
kratom dengan luas lahan 11.225 hektar yang tersebar di 22 kecamatan. Adapun jumlah batang
pohon kratom sekitar 44.491.317 buah.
Budidaya kratom tergolong praktis. Dari awal tanam hingga panen pertama hanya membutuhkan
waktu sekitar 6 – 7 bulan. Daun segarnya dihargai Rp. 5.000 per kilogram. Bila daun telah kering
dan berbentuk remahan harganya Rp. 24.000 – 25.000 per kilogram. Untuk daun yang
difermentasi harganya naik menjadi Rp. 26.000 – 27.000. Harga ini sempat mencapai Rp. 35.000
per kilogram, sekitar 1,5 tahun yang lalu.
Fermentasi dilakukan dengan cara menjemur daun selama sehari kemudian dimasukkan ke
dalam karung dan ditutup rapat selama 2 hari hingga berwarna coklat dan memiliki kadar air
minimal. Setelah itu daun dijemur kembali dan digiling hingga berbentuk remah. Untuk
menjualnya tidaklah sulit karena setiap hari selalu ada pengepul yang datang untuk mengambil.
Satu hal yang menarik, walaupun kratom telah melekat di tengah masyarakat sejak 15 tahun
terakhir, sulit sekali menemukan warung yang menjual produk olahannya itu. Ini karena hampir
setiap kepala keluarga memiliki tanaman tersebut, sehingga bila mereka membutuhkan tinggal
memetik saja. Terkesan mereka sedikit menutupi usaha ini. Beruntung kami ditemani Mukhlis si
pendamping, sehingga memudahkan saat berinteraksi dengan mereka.
Sosok lain yang kami temui adalah Sumantri, kepala keluarga berusia 33 tahun, pemilik 2.000
batang pohon kratom, yang juga kemenakan Mukhlis. Sumantri lugas menjawab setiap
pertanyaan, senyumnya tidak pernah lepas saat habis memberikan penjelasan. “Saya dapat Rp. 4
– 5 juta untuk sekali panen, tiap 1,5 bulan,” ucapnya yang memulai budidaya sejak 5 tahun lalu.
Walau daun kratom bisa dipetik kapanpun, ia berpegang pada tenggang waktu 1,5 bulan untuk
mendapatkan ukuran daun maksimal. Menurutnya, hama kratom saat ini hanyalah kumbang dan
semak yang harus rutin dibersihkan. Untuk hama kumbang, pencegahan dilakukan dengan cara
menyiram pupuk pada daun, setelah panen pertama. Selanjutnya penyiraman dilakukan setiap 2
minggu sekali.
Contoh verba dalam teks tersebut:
1. “Sejak beberapa tahun terakhir tanaman ini banyak diperbincangkan, bahkan juga
menimbulkan kegamangan.”
2. “Ini terkait rencana pemerintah pusat yang akan memasukkan kratom ke dalam
penggolongan Narkotika.”
3. “Sejak dulu biasa dikonsumsi untuk meredakan rasa sakit hingga mengatasi kelelahan.”
4. “Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya seharga Rp. 50.000 per
kilogram.”
5. “Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi
karena diyakini memiliki khasiat yang lebih baik.”.
6. “Karena permintaan semakin meningkat, masyarakat mulai membudidayakannya sejak
tahun 2005 di lahan yang mereka miliki.”
Perlatihan 7 (Nomina)

Contoh nomina dalam teks di atas:


1. “Tanaman yang memiliki nama ilmiah mitragyna speciosa ini oleh masyarakat setempat
lebih dikenal dengan nama purik.”
2. “Berdasarkan cerita setempat, awalnya tanaman ini tumbuh di dalam hutan, terutama di
jalur sungai Kapuas.”
3. “Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya seharga Rp. 50.000 per
kilogram.”
4. “Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi…”
5. “Menurutnya, hama kratom saat ini hanyalah kumbang dan semak yang harus rutin
dibersihkan.”
6. “pencegahan dilakukan dengan cara menyiram pupuk pada daun…”
7. “Untuk hama kumbang…”

Perlatihan 8 (Adjektiva, pronomina, artikula, dan adverbia)

Contoh Adjektiva dalam teks di atas


1. “awalnya tanaman ini tumbuh di dalam hutan.”
2. “Satu hal yang menarik, walaupun kratom telah melekat di tengah masyarakat sejak 15
tahun terakhir…”
3. “sulit sekali menemukan warung yang menjual produk olahannya.”
4. “Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi…”
5. “Beruntung kami ditemani Mukhlis si pendamping…”
6. “Sejak dulu biasa dikonsumsi untuk meredakan rasa sakit hingga mengatasi kelelahan.”
7. “Sejak dulu biasa dikonsumsi untuk meredakan rasa sakit hingga mengatasi kelelahan.”
8. “Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi....”
9. “Karena diyakini memiliki khasiat yang lebih baik.”
10. “Untuk daun yang difermentasi harganya naik menjadi Rp. 26.000 – 27.000.”

Contoh Pronomina dalam teks di atas:


1. “senyumnya tidak pernah lepas saat habis memberikan penjelasan.”
2. “Menurutnya, hama kratom saat ini hanyalah kumbang dan semak yang harus rutin
dibersihkan.”
3. “Daun segarnya dihargai Rp. 5.000 per kilogram.”
4. “Untuk menjualnya tidaklah sulit karena setiap hari selalu ada pengepul yang datang
untuk mengambil.”
5. “sulit sekali menemukan warung yang menjual produk olahannya.”
6. ““Saya dapat Rp. 4 – 5 juta untuk sekali panen, tiap 1,5 bulan,” ucapnya yang memulai
budidaya sejak 5 tahun lalu.”
7. “Bila daun telah kering dan berbentuk remahan harganya Rp. 24.000 – 25.000 per
kilogram.”

Contoh Artikula dalam teks di atas:


Tidak ada contoh kalimat yang mengandung artikula dalam teks diatas.
Contoh Adverbia dalam teks di atas:
1. “Tanaman yang memiliki nama ilmiah mitragyna speciosa ini oleh masyarakat setempat
lebih dikenal dengan nama purik.”
2. “Budidaya kratom tergolong praktis. Dari awal tanam hingga panen pertama hanya
membutuhkan waktu sekitar 6 – 7 bulan.”
3. “Terkesan mereka sedikit menutupi usaha ini.”
4. “Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi.”
5. “…karena diyakini memiliki khasiat yang lebih baik.”
6. “Menurutnya, hama kratom saat ini hanyalah kumbang dan semak yang harus rutin
dibersihkan.”

Perlatihan 9 (Numeralia, Demonstrativa, dan Preposisi)


Contoh Numeralia dalam teks di atas:
1. “Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya seharga Rp. 50.000 per
kilogram.”
2. “Tanaman kratom dapat tumbuh hingga 4 sampai 16 meter, namun biasanya
dipertahankan sekitar 1,5 – 2 meter untuk memudahkan saat memetik daunnya.”
3. “apuas Hulu (2020) menyebutkan di Kapuas Hulu terdapat 18.120 petani kratom…”
4. “…dengan luas lahan 11.225 hektar”
5. “…yang tersebar di 22 kecamatan.”
6. “Adapun jumlah batang pohon kratom sekitar 44.491.317 buah.”
7. “Selanjutnya penyiraman dilakukan setiap 2 minggu sekali.”

Contoh Demonstratova dalam teks di atas:


1. “Tanaman yang memiliki nama ilmiah mitragyna speciosa ini oleh masyarakat setempat
lebih dikenal dengan nama purik.”
2. “Menurutnya, hama kratom saat ini hanyalah kumbang dan semak yang harus rutin
dibersihkan.”
3. “sulit sekali menemukan warung yang menjual produk olahannya itu.

Contoh Preposisi dalam teks di atas:


1. “Tanaman yang memiliki nama ilmiah mitragyna speciosa ini oleh masyarakat
setempat…”
2. “…lebih dikenal dengan nama purik.”
3. “Berdasarkan cerita setempat, awalnya tanaman ini tumbuh di dalam hutan…
4. “…terutama di jalur sungai Kapuas.”
5. “namun biasanya dipertahankan sekitar 1,5 – 2 meter untuk memudahkan saat memetik
daunnya.”
6. “Tanaman kratom dapat tumbuh hingga 4 sampai 16 meter.”
7. “Fermentasi dilakukan dengan cara menjemur daun selama sehari kemudian dimasukkan
ke dalam karung dan ditutup rapat.”
8. “namun biasanya dipertahankan sekitar 1,5 – 2 meter untuk memudahkan saat memetik
daunnya.”

Perlatihan 10 (Kategori Konjungsi, Interjeksi dan Kategori Fatis)

Contoh Kategori Konjungsi pada teks di atas:

1. “Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya seharga Rp. 50.000 per
kilogram.”
2. “Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi
karena diyakini memiliki khasiat yang lebih baik.”
3. “Ini karena hampir setiap kepala keluarga memiliki tanaman tersebut, sehingga bila
mereka membutuhkan tinggal memetik saja.”
4. “Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya.”
5. “Sosok lain yang kami temui adalah Sumantri”
6. “Adapun jumlah batang pohon kratom sekitar 44.491.317 buah.”
7. “Satu hal yang menarik, walaupun kratom telah melekat di tengah masyarakat sejak 15
tahun terakhir.”

Contoh Kategori Interjeksi pada teks di atas:


Tidak ada contoh kalimat yang mengandung interjeksi pada teks di atas.

Contoh Kategori Fatis pada teks di atas:


Tidak ada contoh kalimat yang mengandung fatis pada teks di atas.

Anda mungkin juga menyukai