180110210067
Kelas A
Rangkuman Morfologi 11
Kategori Nomina
Nomina adalah kelas kata dalam bahasa Indonesia yang ditandai oleh tidak dapatnya
bergabung dengan kata tidak, sebagaimana dikutip dari penjelasan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
Harimurti Kridalaksana dalam buku Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia (1986)
menjelaskan, nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi
untuk bergabung dengan partikel tidak. Namun demikian, nomina mempunyai potensi
A. Nomina Dasar
Dilansir dari Perilaku Sintaksis Verba, Nomina, Pronomina, dan Numeralia dalam
Bahasa Indonesia (2017) karya I Gusti Ngurah Ketut Putrayasa, nomina dasar memiliki
B. Nomina Turunan
Bentuk nomina ini mempunyai sifat polimorfemis. Karena nomina turunan dibentuk dari
nomina dasar atau kategori kata lainnya, seperti verba dan adjektiva. Nomina turunan
Dalam Sistem Morfologi Nomina dalam Bahasa Kulisusu (2015) karya Sarmin, nomina
sering juga disebut kata benda. Nomina dapat dilihat dari dua segi, yakni segi semantik
dan sintaksis. Jika dilihat secara semantik, nomina mengacu pada binatang, manusia,
benda, konsep atau pengertian. Sedangkan dari segi sintaksis, nomina mempunyai tiga
ciri, yaitu:
- Pada kalimat yang predikatnya berupa verba, nomina cenderung memiliki fungsi
- Nomina biasanya dapat diikuti dengan kata adjektiva, baik secara langsung, maupun
Kategori Adjektiva
keterangan yang lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Dilengkapi oleh Chaer yang mengemukakan ciri-ciri yang dapat diikuti dengan kata keterangan
sekali serta dapat dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan gabung se – nya, misalnya kata-kata
berikut. Indah (indah sekali, seindah-indahnya), jauh (jauh sekali, sejauh-jauhnya) dan baik
(baik, sebaik-baiknya).
Dari segi morfologisnya, Alwi et al membagi adjektiva menjadi dua, yaitu adjektiva
dasar yang selalu monomorfemis dan adjektiva turunan yang selalu polimorfemis. Selanjutnya
adjektiva turunan ini dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu adjektiva berafiks, adjektiva
dapat disimpulkan bahwa adjektiva pada dasarnya adalah kata-kata yang dapat
menjelaskan kata benda, tetapi tidak semua nomina dijelaskan oleh adjektiva, karena terkadang
ada nomina yang dapat dijelaskan oleh nomina lain. Dalam kebanyakan kasus, adjektiva dapat
diidentifikasi dengan mengulangi bentuk dan menambahkan awalan prefiks se- dan sufiks -
nya.
Kata-kata yang tergolong adjektiva berakhiran -er, -if, dan -wi. Adjektiva juga dapat
dibentuk dari nomina yang diawali dengan ke-...-an, meskipun hanya berlaku untuk beberapa
adjektiva dasar. Dari segi makna, adjektiva dapat mengungkapkan tidak hanya makna sifat atau
keadaan, tetapi juga makna kualitas, intensitas, ukuran, warna, waktu, jarak, sikap batin,
serapan, dll.
Rangkuman Morfologi 13
Pronomina
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang
digantikanya itu disebut anteseden. Anteseden itu ada di dalam atau di luar wacana (di luar
bahasa). Sebagai pronomina kategori ini tidak bisa berafiks, tetapi beberapa di antaranya bisa
direduplikasikan, yakni kami – kami, dia – dia, beliau – beliau, mereka – mereka, dengan
1. Subkategorisasi Pronomina
1. Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya anteseden
anteseden terdapat sebelum pronomina, pronomina itu dikatakan bersifat anaforis. Bila
Contoh:
Bersifat anaforis
Anteseden
Bersifat kataforis
Dengan gayanya yang berapi – api itu, Sukarno berhasil menarik massa.
Anteseden
bersifat deiktis. Contoh: Aku yang memilikinya Itu yang kutulis Engkau jangan pergi
2. Dilihat dari jelas atau tidaknya refrennya. Berdasarkan hal ini pronomina terdiri dari:
a. Pronomina takrif Pronomina ini menggantikan nomina yang referennya jelas. Jenis ini terbatas
b. Pronomina tak takrif Pronomina yang tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu. Contoh:
sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa, apa – apa, anu, masing – masing, sendiri.
2. Pemakaian Pronomina
1. Dalam ragam nonstandar jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut,
2. Dalam bahasa kuna juga terdapat pronomina, seperti patik dan baginda.
3. Semua pronomina tersebut hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal
Adverbia
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau proporsisi
dalam kontruksi sintaksis. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan ketengan karena adverbia
merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi. Adverbia dapt
ditemui dalam bentuk dasar dan bentuk turunan. Bentuk turunan tersebut terwujud melalui
a. Adverbia dasar bebas, merupakan adverbia dasar bebas. Misalnya alangkah, banget, rada,
bukan, paling.
(1) Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas. Misalnya, bisa- bisa, masih belum, belum
(2) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas. Misalnya mula- mula, terlalu, sekali,
malam- malam.
(5) Adverbia deverbal. Misalnya Kira- kira. c. Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain
d. Adverbia deverbal gabungan. Misalnya masih belum juga, mau tidak mau, ingin benar.
yaitu:
1. Adverbia intraklausal yang berkonstruksi dengan verba, adjektiva, numeralia atau yang
Artikula
Artikula merupakan kata tugas yang membatasi makna nomina. Ada tiga jenis artikula,
yaitu artikula (a) yang bersifat gelar; (b) yang mengacu pada arti kelompok; dan (c) yang
menominalkan. Artikula yang bersifat gelar lazimnya berkaitan dengan seseorang atau hal yang
dianggap bermartabat. Contoh artikula pada jenis ini adalah sang, sri, hang, dan dang.
Rangkuman Morfologi 14
Numeralia
Subkategorisasi:
a. Numeralia Takrif Numeralia takrif yaitu numeralia yang menyatakan jumlah yang tentu.
2) Bilangan penuh, yaitu numeralia utama yang menyatakan jumlah tertentu. Dapat berdiri tanpa
bantuan kata lain. Contoh: satu, tiga. Numeralia utama dapat dihubungkan langsung dengan
3) Bilangan pecahan, yaitu numeralia yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi
4) Bilangan gugus, seperti likur: bilangan antara 20 dan 30, misalnyaselikur: 21, dua likur: 23.
b. Numeralia Tingkat Adalah numeralia takrif yang melambangkan urutan dalam jumlah dan
c. Numeralia Kolektif Adalah numeralia takrif yang berstruktur ke + Num, ber- + N, ber- + NR,
ber- + Num R atau Num + -an. Contoh: Ribuan kaum buruh melakukan demonstrasi.
d. Numeralia Tak Takrif Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah yang
Demonstrativa
di dalam maupun di luar wacana. Dari sudut bentuk dapat dibedakan berikut ini.
c. Demonstrativa gabungan (di sini, di situ, di sana, ini itu, sana sini)
dalam dalam wacana dan bersifat ekstrakalimat. Demonstrativa ekstrakalimat bersifat anaforis
(itu, begitu, demikian, sekian, sebegitu, sedemikian) dan kataforis (begini, berikut, sebagai
berikut).
yang ada di luar bahasa, dan dapat dibagi atas jauh dekatnya antesenden dari pembicara, yaitu:
Preposisi
Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain (terutama nomina) sehingga
terbentuk frasa eksosentris direktif. Ada tiga jenis preposisi, yaitu sebagai berikut.
Kategori Konjungsi
Konjungsi, konjungtor , atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa
dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Menurut Kridalaksana (1994:102) Konjungsi
adalah suatu kategori yang memiliki fungsi sebagai memperluas satuan yang lain dalam
konstruksi hipotaktis, dan selalu menghubungkan dua satuan atau lebih dalam suatu konstruksi.
Kategori Interjeksi
Menurut Kridalaksana (1986: 117), interjeksi adalah kategori yang bertugas
pembicara memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung makna pokok
yang dimaksud.
a Interjeksi seruan atau panggilan minta perhatian: ahoi, ayo, eh, hai, halo, he, sst, wahai.
b Interjeksi keheranan atau kekaguman: aduhai, ai, amboi, astaga, asyoi, hm, wah,
yahud.
Menurut (Jayanti, 2010: 11). Kategori Fatis adalah penelitian tentang ujaran fatis pertama
kali diperkenalkan oleh Bronislaw Malinowski pada tahun 1923. Malinowski melakukan
penelitian terhadap beberapa bahasa primitif di Kepulauan Trobriand, daerah bagian timur Papua
Nugini yang ia sebut sebagai phatic communion yang kemudian disebut phatic communication.
Kategori fatis adalah kata dalam sebuah kalimat yang bertugas untuk memulai,
Kategori fatis adalah tipe tuturan yang digunakan untuk menciptakan ikatan sosial yang
Tanaman yang memiliki nama ilmiah mitragyna speciosa ini oleh masyarakat setempat lebih
dikenal dengan nama purik. Sejak beberapa tahun terakhir tanaman ini banyak diperbincangkan,
bahkan juga menimbulkan kegamangan. Ini terkait rencana pemerintah pusat yang akan
memasukkan kratom ke dalam penggolongan Narkotika.
Berdasarkan cerita setempat, awalnya tanaman ini tumbuh di dalam hutan, terutama di jalur
sungai Kapuas. Sejak dulu biasa dikonsumsi untuk meredakan rasa sakit hingga mengatasi
kelelahan. Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya seharga Rp. 50.000 per
kilogram. Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi
karena diyakini memiliki khasiat yang lebih baik. Karena permintaan semakin meningkat,
masyarakat mulai membudidayakannya sejak tahun 2005 di lahan yang mereka miliki.
Tanaman kratom dapat tumbuh hingga 4 sampai 16 meter, namun biasanya dipertahankan sekitar
1,5 – 2 meter untuk memudahkan saat memetik daunnya. Data Dinas Koperasi, UKM dan
Perdagangan Kab. Kapuas Hulu (2020) menyebutkan di Kapuas Hulu terdapat 18.120 petani
kratom dengan luas lahan 11.225 hektar yang tersebar di 22 kecamatan. Adapun jumlah batang
pohon kratom sekitar 44.491.317 buah.
Budidaya kratom tergolong praktis. Dari awal tanam hingga panen pertama hanya membutuhkan
waktu sekitar 6 – 7 bulan. Daun segarnya dihargai Rp. 5.000 per kilogram. Bila daun telah kering
dan berbentuk remahan harganya Rp. 24.000 – 25.000 per kilogram. Untuk daun yang
difermentasi harganya naik menjadi Rp. 26.000 – 27.000. Harga ini sempat mencapai Rp. 35.000
per kilogram, sekitar 1,5 tahun yang lalu.
Fermentasi dilakukan dengan cara menjemur daun selama sehari kemudian dimasukkan ke
dalam karung dan ditutup rapat selama 2 hari hingga berwarna coklat dan memiliki kadar air
minimal. Setelah itu daun dijemur kembali dan digiling hingga berbentuk remah. Untuk
menjualnya tidaklah sulit karena setiap hari selalu ada pengepul yang datang untuk mengambil.
Satu hal yang menarik, walaupun kratom telah melekat di tengah masyarakat sejak 15 tahun
terakhir, sulit sekali menemukan warung yang menjual produk olahannya itu. Ini karena hampir
setiap kepala keluarga memiliki tanaman tersebut, sehingga bila mereka membutuhkan tinggal
memetik saja. Terkesan mereka sedikit menutupi usaha ini. Beruntung kami ditemani Mukhlis si
pendamping, sehingga memudahkan saat berinteraksi dengan mereka.
Sosok lain yang kami temui adalah Sumantri, kepala keluarga berusia 33 tahun, pemilik 2.000
batang pohon kratom, yang juga kemenakan Mukhlis. Sumantri lugas menjawab setiap
pertanyaan, senyumnya tidak pernah lepas saat habis memberikan penjelasan. “Saya dapat Rp. 4
– 5 juta untuk sekali panen, tiap 1,5 bulan,” ucapnya yang memulai budidaya sejak 5 tahun lalu.
Walau daun kratom bisa dipetik kapanpun, ia berpegang pada tenggang waktu 1,5 bulan untuk
mendapatkan ukuran daun maksimal. Menurutnya, hama kratom saat ini hanyalah kumbang dan
semak yang harus rutin dibersihkan. Untuk hama kumbang, pencegahan dilakukan dengan cara
menyiram pupuk pada daun, setelah panen pertama. Selanjutnya penyiraman dilakukan setiap 2
minggu sekali.
Contoh verba dalam teks tersebut:
1. “Sejak beberapa tahun terakhir tanaman ini banyak diperbincangkan, bahkan juga
menimbulkan kegamangan.”
2. “Ini terkait rencana pemerintah pusat yang akan memasukkan kratom ke dalam
penggolongan Narkotika.”
3. “Sejak dulu biasa dikonsumsi untuk meredakan rasa sakit hingga mengatasi kelelahan.”
4. “Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya seharga Rp. 50.000 per
kilogram.”
5. “Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi
karena diyakini memiliki khasiat yang lebih baik.”.
6. “Karena permintaan semakin meningkat, masyarakat mulai membudidayakannya sejak
tahun 2005 di lahan yang mereka miliki.”
Perlatihan 7 (Nomina)
1. “Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya seharga Rp. 50.000 per
kilogram.”
2. “Pohon berusia lebih dari 4 tahun menghasilkan daun dengan harga jual lebih tinggi
karena diyakini memiliki khasiat yang lebih baik.”
3. “Ini karena hampir setiap kepala keluarga memiliki tanaman tersebut, sehingga bila
mereka membutuhkan tinggal memetik saja.”
4. “Masyarakat kemudian mulai memanen dan menjualnya.”
5. “Sosok lain yang kami temui adalah Sumantri”
6. “Adapun jumlah batang pohon kratom sekitar 44.491.317 buah.”
7. “Satu hal yang menarik, walaupun kratom telah melekat di tengah masyarakat sejak 15
tahun terakhir.”