Anda di halaman 1dari 143

BAB III EDITOR BAHASA

KATA, FRASA, DAN


ISTILAH

Dra. Sugihastuti, M.S.

1
Kata merupakan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa.

Dalam linguistik, kata merupakan morfem atau kombinasi morfem yang


oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai
bentuk yang bebas.

2
3
 Kata asli: kata yang berkembang dari perbendaharaan asli suatu
bahasa dan bukan kata pinjaman.
 Kata bantu bilangan: kata penggolong, kata nomina, atau kata nama.
 Kata benda: disebut sebagai nomina.
 Kata sifat dikategorikan ke dalam adjektiva.
 Kata tambahan terkategori ke dalam adverbial.
 Kata tanya adalah kata yang dipakai sebagai penanda pernyataan
dalam kalimat tanya.
 Kata transisi adalah penghubung antaralinea.
 Kata tugas adalah kata yang terutama meyatakan hubungan
gramatikal yang tidak dapat tergabung dengan afiksasi, reduplikasi,
atau penggabungan.

4
Alwi dkk. (2003) mengatakan bahwa nomina, yang sering
juga disebut kata benda, dapat dilihat dari tiga bentuk, yaitu:

1. Segi semantis nomina adalah kata yang mengacu pada


manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.
Contoh: guru, kucing, meja, dll.

2. Segi sintaksis nomina mempunyai ciri-ciri tertentu,


yaitu, sebagai berikut
a. Dalam kalimat yang predikatnya verba, nomina cenderung
menduduki fungsi subjek, objek, dan pelengkap.
Contoh:
Ayah mencarikan saya pekerjaan.
Kata pekerjaan adalah nomina.
5
b. Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. kata pengingkarnya
ialah bukan.
Contoh:

Ayah saya guru. Ayah saya bukan guru.

c. Nomina umumnya dapat diikuti oleh objektiva, baik secara langsung maupun
dengan disambungkan oleh kata yang.
Contoh:

Buku dan rumah Buku baru dan rumah mewah.


atau
Buku yang baru dan rumah yang mewah.

6
3. Segi bentuk kata bentukan adalah kata turunan, kata
berimbuhan, kata yang sudah mandapat imbuhan afiks
berupa prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran),
atau konfiks (gabungan prefiks dan sufiks). Kata yang
dibentuk dari kata lain umumnya mengalami tambahan
bentuk dari kata dasarnya.
Contoh:
bertiga
ancaman
berdatangan

7
 Prefiks: afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar.
Contoh: ber-, meng-, peng-, dan per-
 Sufiks: afiks yang ditempatkan di bagian belakang suatu kata dasar.
Contoh: -an, -kan, -i
 Infiks: afiks yang diselipkan di tengah kata dasar.
Contoh: -er-, -el-
 Konfiks: gabungan prefiks dan sufiks yang membentuk satu kesatuan.
Contoh: ber-an

8
Kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya maujud (orang,
binatang, atau barang) dan konsep. Pada dasarnya bahasa Indonesia ada dua
macam numeralia, yaitu, sebagai berikut
1. Numeralia pokok, yang memberi jawaban atas pertanyaan “Berapa?”
2. Numeralia tingkat, yang memberi jawaban atas pertanyaan “Yang
keberapa?”
Numeralia pokok juga disebut numeralia cardinal, sedangkan numeralia
tingkat disebut pula numeralia ordinal. Tiap kelompok itu dapat pula dibagi
lagi menjadi subbagian yang lebih kecil (Alwi dkk., 2003).

9
Kata yang terdiri atas satu morfem bebas dan satu morfem terikat.
Contoh:
berlari
Lari merupakan morfem bebas dan ber- merupakan morfem terikat. Kata
berlari merupakan kata bersusun.

10
Kata yang mempunyai dua makna yang berlawanan.

 Homograf: kata yang memiliki makna yang berbeda dan pengucapannya pun juga
berbeda, tetapi memiliki huruf yang sama.
Contoh: Dia duduk di teras.
Dia pejabat teras.
 Homofon: kata yang memiliki makna yang berbeda dan hurufnya pun berbeda, tetapi
pengucapannya sama.
Contoh: Bang Marwan pergi ke toko.
Marwan pergi ke bank.

11
Kata-kata yang mejadi dasar bentukan kata yang lebih besar. Di dalam
bahasa Indonesia ada dua macam kata dasar yang dipakai dalam pembentukan
kata, misalnya dalam pembentukan verba, sebagai berikut
1. Dasar yang tanpa afiks apa pun telah memiliki kategori sintaksis dan
mempunyai makna yang mandiri.
2. Dasar yang kategori sintaksis ataupun maknanya baru dapat ditentukan
setelah diberi afiks.

12
 Dasar dari kelompok pertama itu dinamakan dasar bebas.
Contoh: marah, darat, dan pergi

 Dasar dari kelompok kedua dinamakan dasar terikat.


Contoh: juang, temu, dan selenggara
Ketiga contoh yang terakhir itu belum dapat dimasukkan ke dalam kelas kata
mana pun dan belum pula mempunyai makna yang mandiri. Jika kita tambahkan
afiks ber- atau meng- -kan, yang kita peroleh adalah verba berjuang, bertemu,
dan menyelenggarakan dengan artinya masing-masing (Alwi dkk., 2003).

13
Kata yang menunjukkan tempat, waktu, atau partisipan dalam ujaran
dari sudut pandang pembicara.

Deiksis adalah gejala semantis yang terdapat pada kata atau konstruksi yang
hanya dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhitungkan situasi
pembicaraan.

14
Contoh:
Perhatikan kata sekarang pada kalimat berikut:
1. Kita harus berangkat sekarang.
2. Harga barang naik semua sekarang.
3. Sekarang pemalsuan barang terjadi di mana-mana.

Penjelasan:
Pada kalimat (1) sekarang merujuk ke jam atau bahkan menit.
Pada kalimat (2) cakupan waktunya lebih luas, mungkin sejak minggu
lalu sampai ke hari ini. Pada kalimat (3) cakupannya lebih luas lagi,
mungkin berbulan-bulan dan tidak mustahil bertahun-tahun pula.

15
Jika ditinjau dari perilaku semantisnya, preposisi menandai berbagai
hubungan makna antara konstituen di depan prepposisi tersebut dengan
konstituen di belakangnya.
Contoh:
Pergi ke pasar.
Preposisi ke menyatakan hubungan makna arah antara pergi dan pasar.

16
Kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain.
Contoh:
Meja itu kakinya tiga.
Bentuk –nya mengacu ke kata meja.

17
Kata yang maknanya mencakup semua anggota dari suatu kelas tertentu.

18
Satuan gramatikal yang antara di antara morfem dan frasa yang
mempunyai ciri keutuhan intern dan diapit oleh jeda potensial dan yang terjadi
dari morfem dan gabungan morfem.

19
Kata keadaan tergolong ke dalam adjektiva. Alwi dkk. (2003)
menjelaskan bahwa adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang
lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.

20
Kata yang diterangkan dalam kamus dan ensiklopedia, biasanya dicetak
dengan huruf tebal, merupakan bentuk dasar dari subentri, entri pokok, atau
lema.

21
Ciri verba dapat diketahui dengan mengamati:
1. perilaku semantik
2. perilaku sintaksis
3. bentuk morfologisnya
Namun, secara umum verba dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata
yang lain, terutama dari adjektiva, karena ciri-cirinya.

22
Dalam tatarannya adverbia dibedakan menjadi dua, yaitu,
sebagai berikut
 Adverbia dalam tataran frasa
Adverbia adalah kata yang menjelaskan verba, adjektiva, dan adverbial
lain.
Contoh: Ia selalu sedih mendengar lagu itu.
Adverbia selalu menjelaskan adjektiva sedih.
 Adverbia dalam tataran klausa
Adverbia menjelaskan fungsi-fungsi sintaksis. Umumnya berfungsi
sebagai predikat.
23
Kata yang sering digunakan sehingga kehilangan keaslian maknanya.
Kata klise juga merupakan kata atau ungkapan yang mewakili konsep yang telah
disebutkan.

24
Kata kunci adalah kata atau ungkapan yang mewakili konsep atau
gagasan yang menandai suatu zaman atau suatu kelompok.

25
Kata yang tidak mempunyai acuan di luar bahasa. Konjungsi atau kata
sambung atau kata hubung termasuk golongan kata nonreferensial.

26
Kata leksikal adalah satuan bahasa yang dianggap satuan terkecil dan
menjadi unsur dari leksikon suatu bahasa, dan umumnya diterangkan dalam
kamus sebagai entri.

27
Gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang
mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khususnya menurut
kaidah bahasa yang bersangkutan.

28
Satuan terkecil yang mempunyai posisi tertentu dalam kalimat.

29
Kata yang berlebihan dalam kalimat, jika dihilangkan salah satunya, hal
itu tidak akan mengubah makna kalimat.
Contoh:
Berobatlah agar supaya cepat sembuh.
Kata agar supaya adalah kata mubazir, seharusnya dihilangkan salah satu.

30
Kata ortografis adalah satuan terkecil yang oleh bahasawan dianggap
sebagai bentuk bebas dan dituliskan dengan diapit oleh spasi, mungkin bentuk
ini bukan kata dipandang dari sudut lain.

31
Kata pembimbing adalah kata yang dicantumkan pada sudut atau (kanan
dan kiri) yang menyatakan lema pertama dam lema terakhir pada satu halaman
kamus.

32
Kata sandang disebut partikel. Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Contoh:
Lelaki itu marah sekali kepada si penipu.

33
Kata sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa seseorang.
Contoh:
Anda, Saudara, Tuan, Nyonya, dll.

34
Kata seru adalah kata atau frasa yang dipakai untuk mengawali seruan.
Tanda baca yang dipakai untuk menyertai kata seru adalah tanda seru (!). Tidak
perlu menuliskan tanda seru lebih dari sebuah sebagai tanda penyangat. Cukup
ditulis sebuah saja.

35
Kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi.
Contoh:
rumah-rumah
Tanda baca yang dipakai untuk menulis kata ulang adalah tanda hubung (-),
bukan angka 2 (dua). Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan
cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan, terlebih lagi pada
laporan penelitian.

36
Kata wantahan adalah kata yang diserap dari bahasa asing dan digunakan
dalam bentuk aslinya.
Contoh:
de facto, de jure

37
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
Misalnya, gunung tinggi disebut frasa karena merupakan konstruksi non
predikatif. Prediktif artinya bersangkutan dengan predikat atau sebagai predikat.
Nonprediktif artinya yang bersifat bukan predikat.

38
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoonesia Yang
Disempurnakan diatur perihal penulisan kata dasar, kata
turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti –ku, kau-, -mu,
dan –nya, kata depan di, ke, dan dari, kata si dan sang, partikel,
singkatan, akronim, angka, dan lambang bilangan.
Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa
lain, baik bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti
Sansekerta, Arab, Belanda, dan Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat
dibagi atas dua golongan besar, yaitu:
1. Unsur pinjaman yang belum seluruhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock,
I’ exploitation de I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing.
2. Unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
39
40
 Kata baku, kata formal, atau kata resmi. Kata baku me-
rupakan kata yang benar tulisanya seperti tertera dalam
kamus. Kata baku adalah kata utama dengan tolok ukur yang
berlaku untuk kualitas atau kuantitas yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan. Misalnya, risiko bukan resiko,
hakikat bukan hakekat, dll.
 Dalam hubungannya dengan perihal salah tulis kata, frasa,
dan istilah, tidak jarang pula dalam naskah didapati salah
diksi. Diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras dalam
penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.

41
(Contoh-1)
Tulisan Tjilik Riwut Paska Kemerdekaan RI

(Suntingan-1)
Tulisan Tjilik Riwut Pascakemrdekaan RI

Contoh-1 merupakan tajuk anak bab dalam sebuah bab laporan penelitian.
Penulisannya bernomor anak bab dan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut.
Huruf dicetak tebal, tanpa garis bawah, tanpa tanda titik (.) dibelakanf huruf akhir.
Jika ada kata tugas, kata tugas itu tidak diawali dengan huruf kapital.

42
(Contoh-2)
Dari Bukit Batu inilah rupanya perjalanan pribadi Tjilik Riwut berpangkal.
(Suntingan-2)
Dari Bukit Batu inilah rupa-rupanya perjalanan Tjilik Riwut berpangkal.
(Suntingan-2a)
Rupa-rupanya dari Bukit Batu inilah perjalanan Tjilik Riwut berpangkal.
(Sutingan-2b)
Dari Bukit Batu inilah perjalanan Tjilik Riwut bermula.

43
(Contoh-3)
Kesepian di Kasongan dan di Kalimantan Tengah pada
umumnya mungkin justeru menjadi sperti kesenyapan gedung-
gedung arsip di dunia pada umumnya, yang jelas bertolak
belakang dalam ributnya pasar.

(Suntingan-3)
Sepinya suasana di Kasongan dan di Kalimantan
Tengah ….

Kata sepi berarti sunyi atau lengang. Kata kesepian


berarti perasaan sunyi. Jika yang dimaksud adalah untuk
menyatakan keadaan sepi, kata kesepian dalam contoh-3 tidak
tepat digunakan. Kata itu disunting menjadi sepinya suasana.

44
(Contoh-4)
Saat itu Tjilik Riwut sudah bukan lagi kanak-kanak,
tetapi sedang tumbuh menuju pemuda, namun belum
sepenuhnya pemuda.

(Suntingan-4)
Pada saat itu Tjilik Riwut bukan lagi kanak-kanak,
sedang tumbuh menjadi remaja.

Kata kanak-kanak berarti periode perkembangan anak


masa prasekolah, berusia antara 2-6 tahun. Periode
perkembangan berikutnya disebut remaja, yaitu anak yang
mulai dewasa. Jika digunakan kata pemuda, artinya menjadi
lain, yaitu orang yang masih muda atau orang muda. Arti
pemuda ini lebih luas daripada remaja.

45
Ada perbedaan antara kata tidak dan bukan. Kata tidak
merupakan partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan,
dan sebagainya. Sinonimnya ialah kata tiada. Kata bukan
merupakan adverbia, yang berarti berlainan dengan sebenarnya
atau sebenarnya tidak, dipakai untuk menyangkal.
Kata yang didahului dengan kata bukan merupakan kata
benda, misalnya bukan meja, bukan remaja, sedangkan yang
didahului kata tidak adalah kata kerja dan kata sifat, misalnya
tidak marah, tidak lupa.
Pasangan kata tidak dalam struktur kalimat ialah tetapi,
sedangkan bukan adalah melainkan.

46
(Contoh-5)
Baru tahun 1953 ia menyelesaikan sekolahnya dari
Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat di Universitas
Indonesia.

(Suntingan-5)
Baru pada tahun 1953 ia menyelesaikan kuliah di
Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas
Indonesia.

(Suntingan-5a)
Baru pada 1953 ia menyelesaikan kuliah di Fakultas
Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Indonesia.

47
(Contoh-6)
Dilukiskan oleh Bundo F. Jahan bahwa kondisi
Palangkaraya relatif terisolir dan tidak memiliki akses yang
mudah untuk memasukkan dan membawa komiditi dari luar.

(Suntingan-6)
Dilukiskan oleh Bundo F. Jahan bahwa daerah
Palangkaraya terisolasi sehingga sulit mengakses komoditas
dari luar.

48
(Contoh-7)
Gawang paling dekat dengan teori sastra bukanlah
realita empirik atau kehidupan itu sendiri, melainkan karya
sastra.

(Suntingan-7)
Gawang paling dekat dengan teori sastra bukan realitas
empiris, melainkan karya sastra.

(Sunting-7a)
Hal yang terdekat teori sastra adalah karya sastra.

49
(Contoh-8)
Pendapat umum atau akal sehat (Common sense) adalah
serangkaian konsep (consepts) dan bagan konseptual
(conceptual schemes) yang memuaskan untuk penggunaan
praktis bagi kemanusiaan.

(Suntingan-8)
(?)
Arti frasa pendapat umum adaah kepercayaan dan sikap
orang yang umumnya berkisar pada masalah yang berhubungan
dengan fakta dan keinginan. Arti frasa akal sehat adalah daya
pikir untuk memahami sesuatu dan sebagainya itu sehat.
Dengan melihat artti keduanya, yaitu pendapat umum dan akal
sehat, frasa ini tidak dapat di-atau-kan. Akibatnya, kalimat itu
tidak bermakna logis, sehingga suntingan sulit dilakukan.
50
Arti frasa pendapat umum adalah kepercayaan dan sikap orang yang
umumnya berkisar pada masalah yang berhubungan dengan fakta dan keinginan.
Arti frasa akal sehat adalah daya pikir untuk memhami sesuatu dan sebagainya
itu sehat. Dengan melihat arti keduanya, yaitu pendapat umum dan akal sehat,
frasa ini tidak dapat di-atau-kan. Akibatnya, kalimat itu tidak bermakna logis,
sehingga suntingan sulit dilakukan.
Dalam hal penggunaan kata asing, kalimat di atas memperhatikan diri
sebagai kalimat yang sok-asing. Jika ada kata asing yang sudah ada padanannya
dalam bahasa Indonesia, tidak perlu ditulis kata asingnya.

51
(Contoh-9)
Penelitian kuantitatif adalah setiap jenis penelitian yang
didasarkan atas pertimbangan prosentase rata-rata atau
penghitungan statistik.
(Suntingan-9)
Penelitian kuantitatif adalah setiap jenis penelitian yang
didasarkan atas petimbangan persentase rata-rata atau
perhitungan statistik.

(Contoh-10)
Karena itu, statistik merupakan salah satu cara dalam
menyerderhanakan data penelitan kuantitatif.
(Suntingan-10)
Oleh karena itu, statistik merupakan salah satu cara
dalam menyederhanakan data penelitian kuantitatif.
52
Kesalahan dalam pengetikan dapat berujung pada salah kata, bahkan
salah arti dan makna kata. Kesalahan ketik tidak dapat diremehkan, misalnya
kata gila berarti lain sama sekali dengan gula; berbeda arti pula dengan gala.
Satu huruf vokal yang berbeda membedakan arti keduanya. Kata
menyerderhanakan merupakan salah ketik kata, perbaikannya menjadi
menyederhanakan. Yang perlu diperhatikan adalah sikap tidak meremehkan
salah ketik kata karena salah ketik kata akan berakibat pada salah arti kata.

53
Non disebut sebagai bentuk terikat. Bentuk terikat ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya. Beberapa bentuk
terikat dalam bahasa Indonesia selain non- adalah anti-, antar-,
pasca-, swa-, a-. Contoh kata yang mengandung bentuk terikat
adalah antinyamuk, antarnegara, pascasarjana, swadaya.
(Contoh-11)
Pendekatan Non-Ilmiah
(Suntingan-11)
Pendekatan Nonilmiah.

Jika bentuk terikat itu diikuti oleh kata yang huruf


awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu
dituliskan tanda hubung. Misalnya: non-Amerika, anti-Korea
Utara. Kalau frasa pada contoh tersebut merupakan tajuk anak
bab, dicetak tebal.

54
Pun disebut sebagai partikel. Partikel lain dalam bahasa
Indonesia adalah -lah, -kah, dan -tah. Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya. Yang benar adalah apa
pun bukan apapun.
(Contoh-12)
Perlu diingat bahwa kegiatan penelitian jenis
apapun, termasuk penelitian sastra itu bermula dari
pertanyaan.
(Suntingan-12a)
Penelitian jenis apa pun, termasuk penelitian
sastra, bermula dari pertanyaan.
(Suntingan-12b)
Penelitian apa pun, termasuk penelitian sastra,
bermula dari pertanyaan.

55
(Contoh-13)
Artinya, teori-teori sastra barat yang sesuai saja
yang dapat dimanfaatkan untuk menganalisis karya sastra
Indonesia dan karya-karya sastra lainnya.
(Suntingan-13)
Teori-teori satra Barat yang sesuai saja yang dapat
diterapkan untuk menganalisis karya sastra Indonesia.

56
Kata barat yang tidak ditulis dengan huruf kapital berarti nama mata
angin yang arahnya berlawanan dengan timur atau berarti pula arah tempat
matahari terbenam. Jika kata barat ditulis menjadi Barat, kata ini berarti orang,
bangsa, atau negara Eropa dan Amerika, adapun catatan bahwa kata kebarat-
baratan tidak ditulis menjadi ke-Barat-Baratan; yang baku adalah kebarat-
baratan yang artinya adalah bertingkah laku atau berlagak seperti orang Eropa
atau orang Amerika. Contoh kalimatnya adalah “Kita boleh mengambil
kebudayaan Barat, tetapi jangan sampai membuat kita kebarat-baratan.”

57
(Contoh-14)
1.2.3 Melalui Intuitif
(Suntingan-14)
1.2.3 Melalui Intuisi

Contoh-14 di atas adalah contoh tajuk anak bab atau tajuk


anak subbab yang berupa frasa. Kesalahan muncul ketika
penulis naskah tidak membedakan kata benda atau nomina dan
adjektiva. Adjektiva adalah kata yang menjelaskan nomina atau
pronomina. Kata intuitif adalah adjektiva, seharusnya disunting
menjadi intuisi. Adjektiva intuitif artinya bersifat (secara)
intuisi, berdasarkan bisikan (gerak) hati. Terkesan bahwa kata
intuisi dan intuitif disamakan, padahal keduanya berbeda.
Intuitif merupakan adjektiva dan intuisi merupakan nomina.

58
(Contoh-15)
Intuisi adalah suatu daya atau kemampuan dalam
melihat suatu “kebenaran” atau kenyataan tanpa pengalaman
langsung, tanpa dibantu oleh proses logika atau dipikirkan
terlebih dahulu, tanpa disadari, dan tanpa didahului oleh suatu
renungan.
(Suntingan-15)
Intuisi adalah daya atau kemampuan mengetahui
dan memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari.

Kata kebenaran diapit dengan tanda petik (“…”) menjadi


“kebenaran”. Tanda petik, antara lain, digunakan untuk
mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.

59
(Contoh-16)
Penelitian jenis apapun termasuk penelitian sastra
dipandang sangat bermanfaat bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang
bersangkutan.
(Suntingan-16)
Penelitian jenis apa pun, termasuk penelitian
sastra, bermanfaat bagi perkembangan iptek.

60
Seperti contoh di atas, partikel pun pada contoh-16 yang ditulis serangkai
itu seharusnya dipisah menjadi apa pun.
Kesalahan lain adalah tulisan akronim IPTEK, yang seharusnya
ditulis iptek. Sering akronim itu dianggap menjadi sebagai sebuah kata. Jadi,
tidak perlu ditulis kepanjangannya, yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi.

61
AKRONIM
Akronim dibedakan dengan singkatan. Singkatan ialah
bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Yang disebut dengan akronim adalah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai
kata.

62
Ada tiga jenis akronim, yaitu:
a) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP, dan SIM.
b) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya: Akabri, Bappenas, Iwapi, Kowani, dan Sespa.
c) Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar, rapim, rudal, dan tilang.

63
(Contoh-17)
Pendekatan (approach) merupakan proses,
perbuatan, atau cara mendekati.
(Suntingan-17)
Pendekatan merupakan proses, perbuatan, atau
cara mendekati.

Kata approach dihilangkan karena kata itu sudah ada


padanannya dalam bahasa Indonesia supaya tidak terkesan
sebagai kalimat sok asing. Kata pendekatan dibentuk dari kata
dasar dekat. Di dalam bidang antropologi, pendekatan
merupakan istilah yang berarti usaha dalam rangka aktivitas
penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang
diteliti. Adapun dalam bidang penelitian, arti kata pendekatan
adalah metode untuk mencapai pengertian tentang masalah
penelitian.
64
(Contoh-18)
Berbicara tentang “struktur” dan juga
“strukturalisme” tidak selalu dalam arti yang sama
dan banyak dipakai dalam berbagai bidang.
(Suntingan-18)
Pengertian struktur dan strukturalisme tidak sama.
Kedua istilah itu dipakai dalam berbagai bidang.

Kata struktur dan stukturalisme pada contoh-18 yang


diapit dengan tanda petik (“…”) berarti kata itu merupakan
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus, padahal bukan itu maksudnya. Jika akan
menekankan arti, kata yang dimaksudkan itu dicetak miring
tidak tebal.

65
Kata sambung dan adalah penghubung satuan bahasa
(kata, frasa, klausa, dan kalimat) yang setara, yang termasuk
tipe yang sama serta memiliki fungsi yang tidak berbeda;
misalnya: “Ayah dan ibu, paman dan bibi, serta para anak, cucu,
dan kemenakan bersama-sama merayakan lima puluh tahun
perkawinan nenek mereka.”
Kata juga merupakan adverbia, yaitu kata yang
menjelaskan verba, adjektiva, adverbia lain, atau kalimat.
Adverbia juga berarti selalu demikian halnya (kadang-kadang
untuk menekankan kata di depannya); sama atau serupa halnya
dengan yang lain atau yang tersebut terdahulu. Dua kata dan
juga pada contoh-18 tidak efektif. Suntingannya adalah
penghilangan salah satu, yaitu juga, dan hanya dipakai
penghubung dan. Misalnya, “Ayahnya pandai, anaknya juga
demikian.”

66
(Contoh-19)
Istilah “struktur” pertama kali muncul pada
konggres pertama tentang linguistik yang diadakan di Den
Haag pada tahun 1928.
(Suntingan-19)
Pertama kali istilah struktur muncul pada kongres
pertama linguistik di Den Haag pada 1928.

Kata konggres pada contoh-19 tidak baku, yang baku


adalah kongres.

67
(Contoh-20)
Sementara itu, metode analisis struktural karya
sastra bertujuan untuk membongkar dan memaparkan
secermat, seteliti, semenditel, dan sememndalam
mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur karya
sastra yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh.
(Suntingan-20)
Metode analisis struktural karya sastra bertujuan
untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti,
semendetail, dan….

Kata yang baku adalah detail, bukan detil. Kata


semendetil disunting menjadi semendetail.

68
Penghubung antarkalimat sementara itu sering digunakan
oleh banyak penulis. Namun, penggunaannya tidak selalu tepat.
Sementara itu mempunyai arti dalam pada itu, waktu itu, atau
sedang. Contoh penggunaannya dalam kalimat, misalnya
“Sementara itu saya masuk ke dalam kamar, dia berangkat.”
Dengan melihat contoh ini, penghubung antarkalimat pada
contoh-20 di atas dapat dihilangkan seperti terlihat dalam
suntingannya.
Terlihat pada suntingan-20 ada tanda titik (.) berjumlah
empat buah. Tiga titik pertama merupakan tanda elipsis dan
sebuah titik terakhir merupakan titik akhir kalimat. Tanda elipsis
(…) ialah (1) tanda baca yang dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus dan (2) menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Jika bagian yang
dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, dipakai empat buah
titik. Tiga buah untuk menandai akhir kalimat.

69
(Contoh-21)
Dengan demikian, peneliti bergerak dari faktor-
faktor sosial (sosiologi) untuk memahami faktor-faktor
sosial yang terdapat (terkandung) dalam karya sastra.
(Suntingan-21)
Dengan demikian, peneliti bergerak dari faktor-
faktor sosial untuk memahami faktor-faktor sosial dalam
karya sastra.

70
(Contoh-22)
Semua ini akan mencerminkan perubahan sosial
yang cepat dan mendasar pada jamannya.
(Suntingan-22)
Semua ini mencerminkan perubahan sosial yang
cepat dan mendasar pada zamannya.

Kata yang baku adalah zaman, bukan jaman. Zaman


artinya jangka waktu yang panjang atau pendek yang menandai
sesuatu. Kata zaman bersinonim dengan kata masa, kala, atau
waktu. Akan adalah adverbia yang dipakai untuk menyatakan
sesuatu yang hendak terjadi juga sebagai kata perangkai untuk
menghubungkan verba dan sebagainya dengan pelengkapnya
yang berarti mengenai, tentang, atau terhadap, jika kata ini
dihilangkan, kalimat lebih efektif. Contohnya, “Akan harta
peninggalan orang tuanya itu tidak dipikirkannya lagi.”

71
(Contoh-23)
Anggapan demikian sering ditentukan oleh contoh
sastra Barat, khususnya sejak zaman Renaisance tanpa
menghiraukan bentuk-bentuk sastra khas di luar
lingkungan kebudayaan Erofa, di zaman-zaman
tertentu, atau di dalam lingkungan sosial tertentu.
(Suntingan-23)
Anggapan demikian sering ditentukan oleh contoh
sastra Barat, khususnya sejak zaman Renaisance tanpa
menghiraukan bentuk-bentuk sastra khas di luar
lingkungan kebudayaan Eropa, pada zaman-zaman
tertentu, atau di lingkungan sosial tertentu.

Yang baku adalah Eropa bukan Erofa.

72
(Contoh-24)
Secara metodologis pun terkadang juga lemah,
karena wilayah penelitiannya tidak pasti dan objek
analisisnya gamang (tidak mantap).
(Suntingan-24a)
Secara metodologis pun lemah karena wilayah
penelitiannya tidak pasti dan objek analisisnya
tidak mantap.
(Suntingan-24b)
Secara metodologis pun lemah karena wilayah
penelitiannya tidak pasti dan objek analisisnya tidak
mantap.

73
Kata gamang sebagai adjektiva berarti merasa takut, ngeri
serta khawatir ketika melihat ke bawah, dan sebagainya. Kata
tidak mantap berarti tidak tetap hati, tidak kukuh, tidak kuat,
tidak tetap, tidak berubah, atau tidak bergoyah. Dengan melihat
dua kata yang berbeda arti itu, dipilih saja kata yang paling tepat
mewakili maknanya, yaitu kata tidak mantap, bukan gamang.
Jika yang dipilih kata gamang dan disinonimkan dengan tidak
mantap, ini artinya bahwa diksi naskah itu lemah.
Tanda koma (,) tidak dipakai di depan kata karena sebab
tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya. Hal ini terlihat pada suntingan-24. Akan tetapi,
tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya, “Kalau
kaya, saya akan membeli mobil mewah.” “Karena sibuk, ia lupa
akan janjinya.”

74
(Contoh-25)
Kiranya sudah dapat disetujui bersama bahwa
karya seni (dalam hal ini seni sastra) merupakan tanggapan
seorang seniman (sastrawan) terhadap dunia di sekelilingnya
(realitas sosial).
(Suntingan-25)
Karya sastra merupakan tanggapan sastrawan
terhadap realitas sosial.

Contoh-25 adalah contoh kalimat yang menggunakan


kata-kata mubazir atau berlebih-lebihan. Celakanya lagi, kata
yang disinonimkan itu malahan salah. Akibatnya, selain salah
kata, kalimat pun menjadi tidak efektif seperti yang terlihat pada
suntingan-25 dengan menghilangkan banyak kata sehingga
kalimat itu lebih efektif.
75
(Contoh-26)
Pencipta (pengarang) melahirkan karya sastra
yang berwujud novel atau lainnya merupakan manifestasi
sosial. Manifestasi sosial yang berwujud karya sastra
tidaklah lahir dengan cara yang sederhana, tetapi ia lahir
dengan cara pencipta (pengarang) terlebih dahulu
melakukan analisis data-data yang ada dalam kehidupan
masyarakat, menginterpretasikan, mencoba menetapkan
tanda-tanda penting, dan kemudian mengubahkan
dalam bentuk tulisan (karya sastra). Dengan demikian,
yang harus diperhatikan pencipta (pengarang) adalah bahwa
karya sastra harus dilahirkan dari sebuah observasi yang
rasional dan pengalaman pencipta (pengarang) dari sebuah
realitas sosial.
(Suntingan-26)
(?)
76
Pada contoh-26 terlihat bahwa naskah itu tidak
menggunakan istilah yang pasti dan tidak konsisten. Pilihlah
istilah yang pasti mewakili maknanya tanpa harus mengulang-
ulang penyebutan sinonim kata. Contoh-26 memperlihatkan
bahwa penulis naskah mengulang-ulang kata pencipta dan
menyinonimkannya dengan pengarang di banyak halaman.
Selain terkesan membosankan, yang lebih dari itu adalah
ketidakefektifan kata dalam susunan kalimat efektif.
Tanda yang dimunculkan pada suntingan-26 adalah tanda
tanya (?); artinya kalimat yang terlalu panjang dan tidak efektif
itu sukar di sunting.

77
Kridalaksana (1989) memerinci bahwa dalam perbendaharaan kata
Indonesia, seperti halnya dalam bahasa lain, tidak ada kesinoniman
mutlak atau kesinoniman simetris. Perbedaan antara satu sinonim dengan
sinonim lain disebabkan oleh banyak hal.
Pertama, perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan dialek temporal.
Misalnya, lulubalang bersinonim dengan komandan, tetapi kata
lulubalang hanya cocok untuk pemakaian bahasa Indonesia yang arkais,
sedangkan kata komandan hanya cocok untuk pemakaian bahasa
Indonesia kini.
Kedua, perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan dialek regional.
Misalnya, handuk bersinonim dengan tuala. Akan tetapi, kata yang kedua
itu dikenal di beberapa daerah di bagian timur saja.
Ketiga, perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan dialek sosial.
Misalnya, tasawuf, kebatinan, mistik bersinonim. Akan tetapi, tasawuf
hanya lazim dalam agama Islam, kebatinan bersifat non-Islam, dan mistik
dipakai dalam agama mana saja.
78
Keempat, perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan ragam bahasa. Misalnya, aku
bersinonim dengan saya. Akan tetapi, kata yang aku hanya cocok untuk ragam lisan,
ragam akrab, sedangkan kata saya dipakai dalam ragam resmi dan bersifat lebih netral.
Kelima, perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan nuansa makna. Misalnya, hotel
bersinonim dengan penginapan. Akan tetapi, kata penginapan lebih luas maknanya
daripada kata hotel.
Sinonim kata dapat dipakai untuk membantu, antara lain, mengembangkan
kekayaan kata. Akan tetapi, mencari ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah yang tepat
untuk konsep tertentu tidak perlu menyinonimkan banyak kata, cukup pilih saja nuansa
makna yang cocok dengan konteks tertentu. Istilah dipilih secermat mungkin untuk
menghindarkan pengulangan kata dan untuk menyusun variasi dalam komposisi.
Perihal kesinoniman, Kridalaksana (1989) menyatakan bahwa kesinoniman ialah
kesamaan makna antara bentuk bahasa, baik yang berupa morfem, kata, frasa, ayat,
maupun yang berupa kalimat.

79
(Contoh-27)
Dalam istilahnya, bekal pengetahuan itu membangun
horison harapan pembaca dalam mengahadapi karya.
(Suntingan-27)
Bekal pengetahuan itu membangun horizon harapan
pembaca dalam memaknai karya.

Pada contoh-27, ada penghubung antarkalimat dalam istilahnya.


Penghubung antarkalimat dalam istilahnya itu tidak perlu karena
menjadikan kalimat tidak padat dan terkesan ada pengaruh ragam lisan
pada naskah ini. Kata horison pada contoh di atas tidak baku, yang
baku adalah horizon. Arti kata horizon dalam geografi adalah langit
bagian bawah yang berbatasan dengan permukaan bumi atau laut.
Sinonimnya adalah laut atau cakrawalaa. Akan tetapi, horizon harapan
pada contoh-27 itu merupakan istilah, yang bukan berarti seperti
diuraikan di atas.

80
(Contoh-28)
Dewasa ini, penelitian-penelitian sastra yang menggunakan
prosedur ilmiah sangat dibutuhkan orang untuk memecahkan berbagai
persoalan sastra yang dihadapi oleh para peneliti sastra.
(Suntingan-28)
Dewasa ini penelitian sastra (berprosedur ilmiah) diperlukan
untuk memecahkan berbagai persoalan sastra yang dihadapi peneliti sastra.
(Suntingan-28a)
Dewasa ini penelitian sastra diperlukan untuk memecahkan
berbagai persoalan sastra yang dihadapi peneliti sastra.

Keterangan waktu dewasa ini tidak perlu diikuti dengan tanda koma karena
frasa itu tidak panjang dan tidak merancukan kalimat. Kalimat contoh-28 di atas
tidak efektif dengan dituliskannya subjek ganda, yang satu dengan menggunakan
kata orang dan yang lain peneliti sastra.

81
(Contoh-29)
Selama ini, sejauh pengamatan penulis,
kebanyakan orang hanya sibuk membicarakan teori sastra.
Persoalan metode, teknik, dan kiat atau cara yang lebih
operasional dalam penelitian sastra belum banyak dibicarakan.
Padahal kita memaklumi bahwa teori-teori sastra yang
berkembang saat ini dan yang sering dibicarakan orang adalah
teori-teori sastra barat yang lahir dari kebudayaan barat yang
asing bagi kita. Sementara itu, kebudayaan timur (karya sastra
timur) sebagai objek material penelitian sastra sangat berbeda
dengan kebudayaan barat (karya sastra barat).
(Suntingan-29)
(?)

82
(Suntingan-29)
Selama ini sibuk dibicarakan teori sastra. Metode,
teknik, dan cara yang lebih operasional dalam penelitian sastra
belum banyak dibicarakan. Hal ini berkait erat dengan
perkembangan teori sastra di Indonesia yang berasal dari Barat.
Sastra Barat dan teori Sastra Barat itu lahir dari kebudayaan
Barat, sedangkan sastra Indonesia sebagai sastra Timur lahir
dari kebudayaan Timur. Dengan mengingat perbedaan ini, teori
sastra Barat ini tidak dapat semena-mena diterapkan untuk
meneliti sastra Timur. Diperlukan metode, teknik, dan cara yang
lebih operasional dalam penelitian sastra Indonesia.

83
Kalimat pada contoh-29 bukan kalimat efektif
karena tiadanya paralelisme. Dilihat dari kata
membicarakan dan dibicarakan, kedua kata ini
mengindikasikan bahwa kalimat itu tidak efektif.
Ketidakefektifan kalimat diperlengkap lagi dengan salah
huruf, seperti penulisan sastra barat dan sastra timur
tanpa menggunakan huruf kapital B dan T pada kata barat
dan timur sebagai penamaan geografi, yang
membedakannya dengan arti arah mata angin.
Kesalahan penempatan kata hubung padahal di
awal kalimat juga menjadi indentifikasi ketidakefektifan
kalimat. Hal ini salah karena padahal merupakan kata
hubung intrakalimat, kata hubung yang terletak di tengah
kalimat. Kata hubung ini tidak dapat diletakkan pada awal
kalimat, seperti halnya kata hubung sedangkan.
Suntingan-29 ditandai dengan ditempatkannya tanda baca
tanda tanya (?) karena pada kesan pertama, editor bahasa
belum dapat secara pasti menyuntingnya melihat
kompleksnya kerancuan kalimat.
84
(Contoh-30)
Selain itu, situasi sastra berkaitan erat pula dengan
masyarakat tempat sastra dilahirkan, pengarang yang
melahirkan karya sastra, dan pembaca yang menanggapi karya
sastra.
(Suntingan-30)
Selain itu, situasi sastra berkaitan erat dengan
masyarakat tempat karya sastra diciptakan, pengarang sebagai
penciptanya, dan pembaca sebagai penanggapnya.
(Suntingan-30a)
Situasi sastra berkaitan erat dengan masyarakat
tempat karya sastra diciptakan, pengarang, dan pembacanya.

85
(Contoh-31)
Teknik (technique) adalah cara melakukan
(memecahkan) sesuatu yang berhubungan dengan objek
(sasaran) yang diteliti.
(Suntingan-31a)
Teknik adalah cara memecahkan objek penelitian.
(Suntingan-31b)
Teknik adalah sistem atau metode penelitian
dengan meneliti langsung objeknya.

Kata teknik tidak perlu diperjelas lagi dengan penulisan


kata Inggrisnya karena maknanya sudah jelas.Ada salah ketik
pada contoh, kata sasran seharusnya ditulis sasaran.

86
(Contoh-32)
Teknik kadang-kadang berhubungan pula dengan
kiat, yaitu cara yang berkaitan dengan kemampuan seorang
peneliti.
(Suntingan-32)
Teknik berhubungan dengan kiat penelitian.

Kata kadang-kadang pada contoh-32 dihilangkan. Kata


itu mempunyai arti adakalanya, sekali-sekali. Kata kiat berarti
seni atau cara melakukan; kiat penelitian artinya seni atau cara
meneliti.

87
(Contoh-33)
Dalam pembicaraan situasi sastra, pendekatan sastra yang
selama ini dapat kita ketahui adalah pendekatan yang dikemukakan oleh
Wellek dan Austin Werren (1977) yaitu pendekatan intrinsik dan ekstrinsik
dan pendekatan yang dikemukakan oleh Abrams (1981), yaitu pendekatan
objektif, ekspresif, pragmatic, dan mimetic.
(Suntingan-33)
Dalam situasi sastra, ada pendekatan intrinsic dan ekstrinsik yang
dikemukakan oleh Wellek dan Warren (1977) dan pendekatan objektif,
ekspresif, pragmatic, dan mimetic yang dikemukakan oleh Abrams (1981).

Penyebutan Wellek dan Austin Warren pada contoh-33 tidak sesuai dengan
kaidah teknik penulisan ilmah, yang hanya menyebutkan nama akhir penulis buku.
Suntingannya adalah Wellek dan Warren. Struktur kalimatnya pun diefektifkan
dengan tidak menggunakan kata ganti orang pertama jamak, kita.

88
(Contoh-34)
Sebagai contoh, apabila kita akan memanfaatkan
pendekatan ekstrinsik (menurut istilah Wellek dan Austin
Warren) atau pendekatan pragmatic (menurut istillah
Abrams), maka teori yang kita manfaatkan adalah teori
resepsi.
(Suntingan-34)
Pendekatan ekstrinsik dan pragmatic
memanfaatkan teori resepsi.

Kalimat contoh-34 merupakan kelanjutan dari kalimat


contoh-33 sehingga suntingan-34 tidak perlu menyebutkan lagi
Wellek dan Warren serta Abrams.

89
(Contoh-35)
Salah satu metode resepsi adalah metode
intertekstual, yaitu hubungan antar teks.
(Suntingan-35)
Salah satu metode resepsi adalah metode
intertekstual, yaitu……

Kesalahan contoh-35 bukan semata-mata terbatas pada


salah tulis kata antar teks yang seharusnya ditulis antarteks
karena antar- merupakan bentuk terikat yang harus ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya.

90
(Contoh-36)
Struktualisme merupakan sekelompok pemikir yang
menarik banyak perhatian sekitar tahun 60-an.
(Suntingan-36)
Struktualisme ialah gerakan linguistik yang berpandangan
bahwa hubungan antara unsur bahasa lebih penting daripada unsur itu
sendiri, satu-satunya objek bahasa adalah sistem bahasa, dan penelitian
bahasa dapat dilakukan secara sinkronis.Gerakan ini diikuti oleh
sekelompok pemikir dan menarik perhatian banyak ilmuwan pada
tahun 1960-an.

Dengan memperhatikan suntingan-36, terlihat bahwa, editor bahasa


sudah melewati batas wilayah pekerjaannya, yaitu menyunting isi. Pekerjaan
ini seharusnya merupakan pekerjaan editor ahli. Editor bahasa yang
merangkap editor ahli dapat melakukan hal seperti ini. Namun, tidak sedikit
editor bahasa yang hanya berperan sebagai editor bahasa.
Penulisan angka tahun 60-an disunting menjadi 1960-an untuk
membedakannya dengan tahun 2060 yang dapat pula ditulis dengan tahun
60-an.
91
(Contoh-37)
Karena itu, pengertian struktur tidak hanya
terbatas pada terstruktur (structure), tetapi sekaligus
mencakup pengertian proses menstruktur (structurant).
(Suntingan-37)
(?)

Contoh ini memperlihatkan perihal pemakaian istilah.Jika


didapati penulisan istilah asing yang meragukan untuk
menjelaskan pengertian istilah dalam bahasa Indonesia, editor
bahasa membuka sumber rujukan istilah dan/atau
menanyakannya kepada editor ahli.

92
(Contoh-38)
Gagasan tentang sastra yang berpihak timbul
sebagai akibat dari pengaruh idiologi modern terhadap
kesusastraan.
(Suntingan-38)
Gagasan tentang sastra yang berpihak timbul
sebagai akibat dari pengaruh ideologi modern terhadap
kesusastraan.

Salah ketik kata seperti idiologi,yang seharusnya ideologi


menjadikan mutu ketik naskah itu rendah. Kalau dengan mudah
dapat dideteksi bahwa kata-kata tertentu itu hanya merupakan
salah ketik, hal ini bukan menjadi soal yang berat. Namun, tidak
boleh disepelekan jika salah ketik kata itu mengubah artinya.

93
(Contoh-39)
Karena itu, HB Yassin dengan tegas
mengkritiknya sebagai pendekatan “pseudo-ilmiah”.
(Suntingan-39)
Oleh karena itu, H.B. Jassin dengan tegas
mengkritiknya sebagai pendekatan pseudoilmiah.

Salah tulis nama H.B. Jassin muncul pada contoh-39 di


atas, bukan HB Yassin seperti tertera itu. Penulisan istilah yang
sudah diindonesiakan tidak perlu dicetak tebal dengan tanda
petik (“…”) yang mengapitnya. Istilah asing yang sudah ada
padanannya dalam bahasa Indonesia ditulis tegak,tidak tebal.

94
Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat
yang khas dalam bidang tertentu.
Tata istilah ialah seperangkat peraturan pembentukan
istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya. Tata nama
ialah perangkat peraturan penamaan beberapa cabang ilmu.
Istilah khusus ialah istilah yang pemakaiannya dan/atau
maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu, sedangkan istilah
umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan
secara umum.

95
(Contoh-40)
Selama ini, terdapat kesan bahwa kata atau istilah
sastra bagi masyarakat Indonesia mengandung suatu konsep
yang tidak menimbulkan persoalan meskipun itu tidak pernah
tertuang dalam pernyataan yang jelas dan tegas.
(Suntingan-40)
Selama ini terkesan bahwa istilah sastra bagi
masyarakat Indonesia mengandung konsep yang tidak
menimbulkan persoalan meskipun tidak pernah tertuang dalam
definisi yang jelas.

Di belakang penghubung selama ini tidak perlu diletakan


tanda koma karena keterangan waktu itu pendek dan tidak
menimbulkan kerancuan kalimat.

96
(Contoh-41)
Istilah sastra, tampaknya baru dipikirkan,
dipersoalkan, dipertanyakan, dan muncul sebagai masalah
apabila akan dikemukakan definisi, batasan, atau takrif
mengenai kata atau istilah sastra.
(Suntingan-41)
(?)

Hal-hal seperti ini perlu dicermati oleh editor bahasa


karena ada gaya-gaya bahasa tertentu penulis naskah yang
senang menyinonimkan kata. Maksudnya ialah untuk
memperjelas kata yang dimaksud. Namun, adakalanya
penyinoniman itu, bahkan, menjadikan kalimat tidak efektif.
Celakanya, penyinoniman kata yang salah akan menjadikan
makna kalimat juga salah.
97
(Contoh-42)
Beberapa usul untuk memberikan definisi. Batasan, atau
takrif mengenai kata atau istilah sastra tak terbilang jumlahnya,
tetapi beberapa usul yang dipandang memuaskan tidak banyak.
(Suntingan-42)
Banyak usul untuk mendefinisikan isitilah sastra, tetapi
yang memuaskan sedikit.

Kata usul dalam konteks kalimat contoh-42 mempunyai arti


anjuran, pendapat, dan sebagainya yang dikemukakan untuk
dipertimbangkan atau untuk diterima.
Kelompok kata memberikan definisi, batasan, atau takrif
diefektifkan menjadi mendefinisikan, seperti terlihat ubahannya pada
suntingan-42.
98
(Contoh-43)
Pengertian sastra pada zaman Romantik, seperti
kreasi, ekspresi, otonomi, koherensi, sintesa,…..
(Suntingan-43)
Pengertian sastra pada zaman Romantik, seperti
kreasi, ekspresi, Otonomi, koherensi, sintesis,…..

Kata yang baku ialah sintesis, bukan sintesa. Arti leksikal


kata sintesis ialah paduan atau campuran berbagai pengertian
atau hal sehingga merupakan kesatuan yang selaras.

99
(Contoh-44)
Batasan pengertian sastra menurutnya dikelompokkan menjadi 4
(empat) macam,..
(Suntingan-44)
Batasan sastra, menurutnya, dikelompokkan menjadi empat macam….
(Suntingan-44a)
Batasan sastra dikelompokkan menjadi empat macam,…

Perhatikan penulisan frasa batasan pengertian pada contoh di atas. Frasa itu
tidak efektif. Ubahannya ialah dengan cara menghilangkan salah satu. Dapat ditulis
batasan saja, atau pengertian saja karena arti kedua kata itu sama. Tidak efektif jika
ditulis batasan pengertian.
Penulisan 4 (empat) dengan cara menuliskan angka dan kata sekaligus juga
tidak sesuai dengan aturan penulisan lambing bilangan.

100
(Contoh-45)
Dalam pembicaraan soal ini dijelaskan seperlunya
atas dasar pandangan lama antara Plato dan Aristoteles
mengenai hakekat sastra, yang hingga sekarang masih
digunakan sebagai pijakan bagi tiap diskusi tentang hal
tersebut.
(Suntingan-45)
Hal ini dijelaskan seperlunya atas dasar pandangan
lama, antara Plato dan Aristoteles, mengenai hakikat
sastra, yang hingga sekarang masih digunakan sebagai
pijakan diskusi sastra.

Kata yang baku adalah hakikat, bukan hakekat.

101
(Contoh-46)
Sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan
realita (kenyataan) sosial yang ada dalam masyarakat.
(Suntingan-46)
Sastra diciptakan oleh pengarang berdasarkan
realitas sosial.

Kata yang baku adalah realitas, bukan realita. Realitas


artinya kenyataan. Suntingan-46 menunjukkan bahwa kata
realitas tidak perlu disinonimkan dengan kata kenyataan.

102
(Contoh-47)
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sastra
memang mencerminkan kenyataan, namun sering juga
dituntut dari sastra agar mencerminkan kenyataan.
Pendapat ini disebut penafsiran mimetik mengenai sastra.
(Suntingan-47)
(?)

Dihindari frasa dapat dikatakan bahwa dan memang


dalam ragam bahasa laporan penelitian karena frasa itu tidak
mengefektifkan kalimat.

103
(Contoh-48)
Semua perubahan dan pembetulan yang telat
dilakukan dicatat di tempat khusus agar selalu dapat
diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah
sehingga masih memungkinkan penyebaran teks
tersebembaca.
(Suntingan-48)
Semua perubahan dan pembetulan yang telah
dilakukan dicatat di tempat khusus agar selalu dapat
diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah
sehingga masih memungkinkan penyebaran teks terbaca.

Kata tersembaca disunting menjadi terbaca.

104
(Contoh-49)
Yang dimaksud teks adalah teks yang tidak
mengijinkan kebebasan dalam pembawaannya karena pe-
ngarang telah menentukan pilihan kata (diksi) urut-urutan kata,
dan komposisi untuk memenuhi maksud (tujuan) tertentu yang
ketat dalam bentuk literer. Dari teks abstrak dan konkret
di atas selanjutnya akan terjadi proses tranmisi teks secara
vertical ataupun horizontal dari satu generasi ke genarasi
lainnya.
(Suntingan-49)
Yang dimaksud teks adalah teks yang tidak
mengizinkan kebebasan dalam pembawaannya karena pe-
ngarang telah menentukan diksi, urut-urutan kata, dan
komposisi untuk memenuhi tujuan tertentu yang ketat dalam
bentuk literer. Dari teks abstrak dan konkret di atas selanjutnya
akan terjadi proses tranmisi teks secara vertical ataupun
horizontal dari satu generasi ke generasi lainnya.

105
(Suntingan-49)
Yang dimaksud teks adalah teks yang tidak mengizinkan
kebebasan dalam pembawaannya karena pengarang telah menentukan diksi,
urut-urutan kata, dan komposisi untuk memenuhi tujuan tertentu yang ketat
dalam bentuk literer. Dari teks abstrak dan konkret di atas selanjutnya akan
terjadi proses tranmisi teks secara vertical ataupun horizontal dari satu
generasi ke generasi lainnya.

Yang baku adalah izin/mengizinkan, bukanijin/mengijinkan. Kata


horisontal tidak baku, yang baku adalah horizontal.

106
(Contoh-50)
Ia seorang bekas gelandangan dan pengemis yang
telah berusia kira-kira 50 tahun atau 55 tahun yang sudah
tua renta, bungkuk, dagunya melengos ke kanan dan
giginya sudah hampir semuanya rapuh serta lumpuh. Ia
terkenal sebagai pensiunan gelandangan dan pengemis.
(Suntingan-50)
Ia seorang bekas gelandangan dan pengemis,
berusia antara 50-55 tahun, sudah tua renta, bungkuk,
berdagu pencong, hampir semua giginya rapuh, dan
badannya lumpuh.

107
(Contoh-51)
Kau harus berlatih terus, pergilah ke ruangan ini secara kontinue dan
pukullah karung goni itu untuk latihan.
(Suntingan-51)
Kau harus berlatih terus. Pergilah ke ruangan ini dan berlatihlah
memukul karung goni secara kontinu.

Yang baku adalah kontinu, bukan kontinue, bukan pula kontinyu.

(Contoh-52)
Dalam hati si Pincang timbul perasaan aman dan tentram karena ada
orang yang menolong dirinya.
(Suntingan-52)
Hati si Pincang tenteram karena ada yang menolongnya.

Kata yang baku adalah tenteram, bukan tentram.


108
(Contoh-53)
Akan tetapi ketika Ia melangkah menunuju
gubuknya yang reot itu hatinya terasa kecut, takut, dan hambar
karena paman Ibrahim adalah orang yang keras dan tak kenal
belas kasihan.
(Suntingan-53)
Akan tetapi, ketika Ia melangkah menuju
gubuknya yang reyot itu hatinya terasa kecut, takut, dan hambar
karena Paman Ibrahim bersikap kelas dan tidak mengenal belas
kasihan.

Ada salah ketik kata menunuju, yang disunting menjadi


menuju.Yang baku adalah reyot, bukan reot seperti tertulis pada
contoh-53 di atas. Penulisan huruf capital pada paman Ibrahim
juga salah, seharusnya Paman Ibrahim.
109
(Contoh-54)
Ia menjulurkan tanganya dengan tersenyum
setelah menerima belas kasihnya.
(Suntingan-54)
Ia mengulurkan tangannya dengan tersenyum
setelah menerima belas kasihnya.

Ada salah ketik tanganya, yang disunting kemudian


menjadi tangannya. Kata menjulurkan diganti dengan
mengulurkan.

110
(Contoh-55)
Mereka lari terbirit-birit dan kacau balau.
(Suntingan-55)
Mereka lari terbirit-birit.

Kata kacau balau diganti dengan bancuh.

111
(Contoh-56)
Hal tersebut dilakukan untuk menjembatani gap komunikasi
antara pengarang dan pembaca yang terlibat di dalamnya.
(Suntingan-56)
Hal tersebut dilakukan untuk menjembatani gap komunikasi
antara pengarang dan pembaca.

Kata gap bukan lagi merupakan kata asing yang harus dimiringkan,
melainkan sudah menjadi kata Indonesia sehingga tulisannya tegak.

112
(Contoh-57)
… penelitian filologi karena di dalamnya
menyimpan berbagai ungkapan ….
(Suntingan-57)
… penelitian filologi karena di dalamnya tersimpan
berbagai ungkapan ….

(Contoh-58)
Cara kedua pengangkatan data penelitian sastra
adalah penyusunan sinopsis, yaitu suatu bentuk ringkas
dari karya sastra prosa.
(Suntingan-58)
Cara kedua pengangkatan data penelitian sastra
adalah penyusunan sinopsis (prosa).
113
(Contoh-59)
Dalam penelitian jenis apapun termasuk penelitian
sastra tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu atau
semua unit analisis dalam populasi karena akan memakan
beaya yang cukup banyak, membutuhkan waktu yang cukup
lama, dan dipandang kurang efisien.

 Partikel pun dari kata ‘apapun’ seharusnya dipisah.


 Kata baku dari ‘beaya’ adalah ‘biaya’.
 Kalimat tersebut juga belum efektif karena tidak
mempertimbangkan kesejajaran unsur-unsur kalimat

114
(Contoh-60)
Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada
DKKS beserta jajarannya, bagian Sosial Sekretaris
Daerah, pengurus KPAD, anggota Komisi E DPRD, kepala
Puskesmas Baturaden beserta jajarannya, serta ….
(Suntingan-60)
Terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada
DKKS beserta jajarannya, Bagian Sosial Sekretaris
Daerah, pengurus KPAD, anggota Komisi E DPRD, Kepala
Puskesmas Baturaden beserta jajarannya, serta ….

115
(Contoh-61)
Studi ini menunjukkan bahwa praktik otonomi daerah
dalam bidang kesehatan (desentralisasi kesehatan) di Kabupaten
Banyumas ternyata belum mampu ….
(Suntingan-61)
Studi ini menunjukkan bahwa praktik otonomi daerah
dalam bidang kesehatan (desentralisasi kesehatan) di Kabupaten
Banyumas belum mampu ….

(Contoh-62)
… termasuk upaya perawatan kesehatan reproduksi PSK,
menjadi merosot.
(Suntingan-62)
… termasuk upaya perawatan kesehatan reproduksi PSK,
merosot.
116
(Contoh-63)
Respon anggota DPRD, warga masyarakat, dan
PSK….
(Suntingan-63)
Respons anggota DPRD, warga masyarakat, dan
PSK….

(Contoh-64)
…, sedangkan AIDS (Aiquired Immuno Deficiency
Syndrome) yang merupakan kumpulan gejala-gejala ….
(Suntingan-64)
…, sedangkan AIDS (Aiquired Immuno Deficiency
Syndrome) merupakan kumpulan gejala-gejala ….
117
(Contoh-65)
…, tidak lagi sebagai masalah kesehatan semata,
namun juga menjadi ….
(Suntingan-65)
…, tidak lagi sebagai masalah kesehatan semata-
mata, namun juga menjadi ….

(Contoh-66)
Pemerintah daerah maupun masyarakat
mempunyai cukup kepedulian untuk mengeliminasi penularan
PMS dan HIV/AIDS.
(Suntingan-66)
Pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai
cukup kepedulian untuk mengeliminasi penularan PMS dan
HIV/AIDS.
118
(Contoh-67)
Dalam era desentralisasi kesehatan, kewenangan
untuk merumuskan dan mengembangkan sistem
kesehatan di daerah disusun sesuai aspirasi dan kebutuhan
masyarakat serta kondisi dan kemampuan daerah.
(Suntingan-67)
Pada era desentralisasi kesehatan, kewenangan
untuk merumuskan dan mengembangkan sistem
kesehatan di daerah disusun sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat serta kondisi dan kemampuan daerah.

119
(Contoh-68)
Jumlah 8 orang yang terinfeksi HIV
menempatkan Kabupaten Banyumas (bersama Kabupaten
Pati) pada urutan ke-3 kasus pengidap HIV di Jawa Tengah
(Kompas, 5 November 2001).
(Suntingan-68)
Jumlah delapan orang yang terinfeksi HIV
menempatkan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Pati pada
urutan ketiga kasus pengidap HIV di Jawa Tengah (Kompas, 5
November 2001).

120
(Contoh-69)
Prinsip bekerjasama memang dia terapkan, terutama saat
membabat hutan Kalimantan yang dipersiapkan menjadi ibukota.
(Suntingan-69)
Prinsip bekerja sama memang dia terapkan, terutama pada
saat membabat hutan Kalimantan yang dipersiapkan menjadi lahan
ibukota.

(Contoh-70)
…, dia turut menebas, mengangkat batu, dan istirahat
tiduran bersama dengan para pekerja lainnya.
(Suntingan-70)
…, dia turut menebas hutan, mengangkat batu, dan
beristirahat sambil tidur-tiduran bersama dengan para pekerja lain.

121
(Contoh-71)
Dia juga orang yang merakyat yaitu mengerti kehidupan dan
jiwa rakyat Kalimantan.
(Suntingan-71)
Dia juga orang yang merakyat yaitu sosok yang bersifat
atau berlaku seperti rakyat atau orang kebanyakan. Dia mudah mengerti
kehidupan dan jiwa rakyat Kalimantan.

(Contoh-72)
Tjilik Riwut merupakan seorang pejabat pemerintah yang
mau menembus hutan mendatangi masyarakat yang tinggal di pedalaman.
(Suntingan-72)
Tjilik Riwut merupakan sosok pejabat pemerintah yang
sedia menembus hutan mendatangi masyarakat yang tinggal di pedalaman.

122
(Contoh-73)
Tak jauh berbeda juga dengan urusan istirahat,
dalam urusan makan dia adalah orang yang bisa memenuhi
kebutuhan perutnya dengan sangat sederhana. Nasi dengan ikan
asin pun jadilah.
(Suntingan-73)
Tidak jauh berbeda dengan cara beristirahat,
dalam hal makan pun dia berselera mudah. Makan nasi berlauk
ikan asin pun dia mau.

(Contoh-74)
Dia mudah menyesuaikan dengan orang lain.
(Suntingan-74)
Dia mudah menyesuaikan diri dengan orang lain.
123
(Contoh-75)
Sekarang orang dapat menikmati infrastruktur
tersebut.
(Suntingan-75)
Sekarang penduduk dapat menikmati infrastruktur
tersebut.

(Contoh-76)
Jadi saling isi mengisi.
(Suntingan-76)
Jadi, saling mengisi.
(Suntingan-76a)
Jadi, isi-mengisi.
(Suntingan-76b)
Jadi, saling isi.
124
(Contoh-77)
Beliau berani mengambil resiko.
(Suntingan-77)
Beliau berani mengambil risiko.

(Contoh-78)
… memberi inspirasi dalam perjuangan dan
menghasilkan karya-karyanya.
(Suntingan-78)
… memberikan inspirasi kepadanya dalam
berjuang dan berkarya.

125
(Contoh-79)
Dia juga dikenal sebagai seorang pekerja keras.
(Suntingan-79)
Dia juga dikenal sebagai pekerja keras.

(Contoh-80)
Kijang yang dipelihara sering lepas dari rumah.
(Suntingan-80a)
Kijang yang dipelihara sering lepas dari halaman
rumah.
(Suntingan-80b)
Kijang yang dipelihara sering lepas dari halaman
rumah.

126
(Contoh-81)
… pandangan pro poligami ….
… pandangan anti poligami ….
(Suntingan-81)
… pandangan propoligami ….
… pandangan antipoligami ….
(Contoh-82)
Seperti beberapa waktu yang lalu, yaitu pada
April 2003, salah satu majalah dengan oplag yang terbesar di
Indonesia, Gatra, menempatkan isu poligami sebagai topik
utama.
(Suntingan-82)
Seperti diberitakan beberapa waktu yang lalu,
yaitu pada April 2003, salah satu majalah dengan oplah terbesar
di Indonesia, Gatra, menempatkan isu poligami sebagai topik
utama.

127
(Contoh-83)
Anak yang dilahirkan dari penikahan sirri juga
tidak mendapatkan pengakuan oleh negara.
(Suntingan-83a)
Anak yang dilahirkan dari penikahan siri juga tidak
mendapatkan pengakuan oleh negara.
(Suntingan-83b)
Anak yang dilahirkan dari penikahan siri juga tidak
diakui negara.

128
(Contoh-84)
Undang-Undang Perkawinan tersebut tampaknya kurang berhasil, karena
tidak ada keterangan yang jelas mengenai sanksi jika melanggar undang-undang
tersebut.
(Suntingan-84)
Undang-Undang Perkawinan tersebut kurang berhasil karena tidak ada
sanksi jika seseorang melanggarnya.

129
(Contoh-85)
Kejatuhan rezim Suharto pada tahun 1998
menjadi titik awal yang krusial dimana rakyat lebih berani
menyuarakan kondisi tertentu.
(Suntingan-85)
Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998 menjadi
titik awal yang krusial ketika rakyat lebih berani
menyuarakan aspirasinya.

130
(Contoh-86)
Untuk dapat mengakomodir pihak yang pro dan kontra
poligami pemerintah sudah seharusnya ikut turun tangan.
(Suntingan-86)
Untuk dapat mengakomodasi pihak yang bersikap pro dan
kontra poligami, pemerintah sudah seharusnya turun tangan.

131
(Contoh-87)
Artinya, di dunia memang tidak bakal pernah ada
dinamakan kebenaran obyektif.
(Suntingan-87)
Di dunia tidak akan pernah ada kebenaran
objektif.

132
(Contoh-88)
Kami membayar terlalu banyak untuk firdaus sederhana kami,
tetapi yang penting adalah bahwa kami mempunyai tempat tinggal yang
nyaman.
(Suntingan-88)
Kami membayar sewa rumah sederhana terlalu mahal, tetapi yang
penting adalah bahwa kami bertempat tinggal nyaman.

133
(Contoh-89)
Akan tetapi, di kampung ini saya telah amati
perbedaan diantara generasi yang jauh lebih berbeda.
(Suntingan-89)
Akan tetapi, di kampung ini saya telah mengamati
perbedaan antara generasi yang satu dan generasi lain yang jauh
berbeda.

134
(Contoh-90)
Sebelum saya menentukan rumusan masalahnya ataupun
lapangan di mana saya ingin teliti saya sudah tinggal di wilayah Pogung Rejo
untuk enam bulan.
(Suntingan-90)
Sebelum menentukan rumusan masalah dan lokasi penelitian,
peneliti sudah tinggal di Pogung Rejo selama enam bulan.

135
(Contoh-91)
Kira-kira 20 tahun yang lalu Pogung Rejo
dikarakterisasi oleh sawah dengan hanya renjisan rumah.
(Suntingan-91)
Kira-kira dua puluh tahun yang lalu Pogung Rejo
dikarakterisasi oleh sawah dengan hanya di sekitarnya berdiri
beberapa rumah.

136
(Contoh-92)
Pondok-pondok yang hanya setengah dibangun sekarang
digunakan oleh para pekerja yang membangun sebuah tembok di landaian
kali.
(Suntingan-92)
Pondok-pondok tidak permanen itu sekarang ditempati oleh para
pekerja dengan membangun tembok di landaian kali.

137
(Contoh-93)
Rumah-rumah yang terletak di atas biasanya lebih
luas dan mempunyai atap yang kuat menghadapi hujan.
(Suntingan-93)
Rumah-rumah yang terletak di lokasi atas
biasanya lebih luas dan beratap kuat untuk menahan curah
hujan.

138
(Contoh-94)
Maka kita bisa mengkategorikan perumahannya sebagai ‘yang di
atas’ dan ‘yang di bawah’.
(Suntingan-94a)
Maka dari itu, perumahan bisa dikategorikan sebagai ‘yang di
atas’ dan ‘yang di bawah’.
(Suntingan-94b)
Maka dari itu, perumahan dapat dikategorikan sebagai ‘yang di
atas’ dan ‘yang di bawah’.

139
(Contoh-95)
… dengan Adzan Subuh ….
(Suntingan-95)
… dengan azan Subuh ….

(Contoh-96)
Ada banyak mahasiswa S-2 yang berasal dari
daerah-daerahnya dan sering sekali mereka PNS yang disuruh
belajar di Yogya.
(Suntingan-96)
Ada banyak mahasiswa pascasarjana yang berasal
dari daerah dan banyak diantara mereka berstatus PNS yang
bertugas belajar di Yogyakarta.
140
(Contoh-97)
Oleh karena trend imigrasi, ada jaringan kuat
antara keluarga dan teman di antara masyarakatnya.
(Suntingan-97)
Oleh karena banyak diantara mereka berimigrasi,
ada jaringan kuat antara keluarga dan teman di kelompoknya.

(Contoh-98)
… keanekaragam kelompok dan warga di Pogung
Rejo.
(Suntingan-98)
… keanekaragaman kelompok dan warga di
Pogung Rejo.
141
(Contoh-99)
Di sana ada dua tokoh penjahit dan empat tokoh
laundry.
(Suntingan-99)
Di sana ada 2 penjahit dan 2 pencuci pakaian.

(Contoh-100)
Pendapatan rendah di antara warga di daerah itu
telah menyebabkan sistem credit yang ruwet.
(Suntingan-100)
Pendapatan rendah mayoritas warga di daerah itu
telah menyebabkan terjadinya sistem kredit yang ruwet.

142
 Kalimat efektif terbentuk dari susunan kata, frasa, dan istilah yang efektif pula,
yang tepat arti dan maknanya.
 Editor bahasa harus bersikap cermat, teliti, dan akurat dalam menyunting
kalimat.

143

Anda mungkin juga menyukai