Anda di halaman 1dari 5

PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU SEKARANG DALAM ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU SEKARANG


DALAM ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

MUKADDIMAH

PEREMPUAN menyimpan kata empu yang mempunyai arti pemimpin (raja), orang
pilihan, ahli, yang pandai, pintar dengan segala sifat keutamaan yang lain. Alquran menyebut
perempuan dengan Annisa' atau Ummahat yang sama dengan ibu, atau "Ikutan Bagi Umat" dan
tiang suatu negeri.1 Sunnah Nabi menyebutkan ad-dunya mata’un, wa khairu mata'iha al mar’ah
as-shalihah artinya perhiasan paling indah adalah perempuan saleh (perempuan yang istiqamah pada
peran dan konsekwen dengan citra-nya). Alquran mendudukkan perempuan pada derajat yang
sama dengan jenis laki-laki di posisi azwajan = mitra setara atau pasangan dalam hidup (lihat
Q.S.16:72, 30:21, 42:11).
BUDAYA MINANGKABAU dalam adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”
menempatkan peranan perempuan orang rumah (hiduik batampek, mati bakubua, kuburan hiduik
di rumah gadang, kuburan mati di tangah padang). Kadang-kadang perempuan dipanggil dengan
induak bareh (nan lamah ditueh, nan condong ditungkek, ayam barinduak, siriah bajunjuang). Pada
hakekatnya, perempuan Minang itu pemimpin (tahu di mudharat jo manfaat, mangana labo jo
rugi, mangatahui sumbang jo salah, tahu di unak kamanyangkuik, tahu di rantiang ka mancucuak, ingek
di dahan ka mahimpok, tahu di angin nan basiruik, arih di ombak nan basabuang, tahu di alamat kato
sampai), artinya tahu dengan kiasan.

PROFIL PEREMPUAN MINANGKABAU


Idealnya, perempuan Minang itu sangat arif, mengerti dan tahu dengan yang pantas dan
patut, menjadi asas utama kepemimpinan di tengah masyarakat. Anak Minangkabau
memanggil ibunya dengan bundo karena perempuan Minangkabau umumnya menjaga
martabat, dengan sikap-sikap utama ;
1) Hati-hati (watak Islam khauf), bakato sapatah dipikiri, bajalan salangkah maliek suruik,
muluik tadorong ameh timbangannyo, kaki tataruang inai padahannyo, urang pandorong
gadang kanai, urang pandareh hilang aka, dan ada lagi bimbingan adat mengatakan, ingek
dan jago pado adat, ingek dan jago pado martabat, ingek di adat nan ka rusak, jago limbago nan ka
sumbiang,
2) Yakin kepada Allah (iman bertauhid), iman nan tak bulieh ratak, kamudi nan tak bulieh
patah, padoman indak bulieh tagelek, haluan nan tak bulieh barubah, perwujudannya
tampak dalam kearifan pergaulan jan taruah bak katidiang, jan baserak bak amjalai, kok
ado rundiang ba nan batin, patuik baduo jan batigo, nak jan lahie di danga urang, sebab
ka tiadaan ameh bulieh di cari, ka tiadaan aka putuih bicaro, ka tiadaan budi jo apo di
ganti, tak barameh putuih tali, tak baraka taban bumi; akal inilah anugerah Allah yang
wajib dijaga dengan iman.
3) Perangai berpatutan (uswah istiqamah) karena perangainya akan menjadi contoh generasi
pelanjut, bahimat sabalun abih, sadiokan payuang sabalun hujan, ingek sabalun kanai,
kulimek sabalun abih. Kewajiban masa depan itu tentulah terpaut kepada bagaimana
menolong pusaka (adat) yang diterima dan menjadi keunggulan perempuan Minangkabau.
Maha tak dapek di bali, murah tak dapek di mintak, takuik di paham ka tagadai, takuik di
budi katajua, dan jika hal ini terlupakan maka bencana akan datang tindih bertindih. Ka
ateh indak bapucuak, ka bawah indak ba urek, di tangah di giriak kumbang, hiduik sagan
mati tak amuah, bagai karakok tumbuah di batu. Ujungnya adalah sawah kariang, tebasan
anguih, anak buah jadi melaraik, urang kampung jadi binaso, alamat rusak alam nangko. Artinya

H. MAS’OED ABIDIN 1
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU SEKARANG DALAM ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

kewajiban yang berpatutan itu, menyangkut terhadap diri sendiri dan masyarakat,
sekarang, besok dan di mana saja. Karena alam takambang (natuurwet) mengajarkan, nan
barisuak bukan kini, nan kini bukan kapatang. Maknanya adalah, keberhasilan yang akan
di raih berpangkal pada usaha nyata.
4) Kaya hati (Ghinaun nafs), tagak badunsanak, mamaga dunsanak, tagak bakampuang,
mamaga kampuang, tagak basuku, mamaga suku, tagak banagari, mamaga nagari, tagak
babangso, mamaga bangso. Artinya sopan santun hemat dan khidmat, muluik manih,
kucindan murah, pandai bagaue samo gadang, yakni dipaut oleh kekerabatan pergaulan,
dimana yang tua dimuliakan, yang muda dikasihi, sama besar saling hormat menghormati.
5) Tabah (redha), haniang ulu bicaro, naniang saribu aka, dek saba bana mandating. Falsafah hidup
beradat mendudukkan perempuan Minang pada sebutan mandeh atau bundo kandung
secara simbolik menjadi limpapeh rumah nan gadang maknanya perhiasan rumah, umban
puro pegangan kunci, umban puruak aluang bunian yakni pemilik harta pusaka, hiasan di
dalam kampuang, sumarak dalam nagari sama seperti tiang nagari, nan gadang basa
batauah. Peran perempuan Minangkabau sebagai tiang tuo dalam rumah gadang kok
hiduik tampek ba nasa, kalau mati tampek ba niaik, ka unduang-unduang ka madinah, ka
payuang panji ka sarugo, artinya lebih menukik menjadi sandaran anak cucu.
6) Jimek (hemat tidak mubazir), di kana labo jo rugi, dalam awal akia membayang, ingek di
paham nan ka tagadai, ingek di budi nan ka tajua, mamakai malu dengan sopan, dalam
bertindak menurut peraturan “sehayun-selangkah”.
Ungkapan ini menjelaskan betapa idealnya perempuan Minangkabau, selaku pemilik
suku, ulayat, kekayaan, rumah, anak, bahkan kaum. Posisi ini pula, menempatkan laki-laki
pada peran pelindung, pemelihara dan penjaga harta dari perempuan dan anak turunannya. Maka
generasi Minangkabau terlahir bernasab ayah (laki-laki), bersuku ibu (perempuan), bergelar mamak
(garis matrilineal), suatu persenyawaan budaya dan syarak yang indah.
Perempuan Minang, acap kali pula disebut dengan panggilan padusi artinya padu isi
dengan sifat utama; (a). benar, (b).jujur lahir batin, (c). cerdik pandai, (d). fasih mendidik dan
terdidik, (e). bersifat malu (Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, kok hilang raso
jo malu, bak kayu lungga pangabek. Selanjutnya Anak urang Koto Hilalang, Handak lalu ka Pakan Baso,
malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso), artinya didalam kebenaran Islam, al hayak
nisful iman = malu adalah paruhan dari Iman.
Maka, dalam keseharian perempuan Minangkabau adalah perempuan yang mandiri
dengan ciri khasnya, berpendirian teguh dan kokoh dengan sifat-sifat mulia di antaranya
lembut hatinya, penyabar, penyayang kepada sesama, keras dalam mempertahankan harga
diri, tegas, teguh dan kuat iman dalam melaksanakan suruhan Allah, pendamai, suka
memaafkan dan mampu menjadi pemimpin masyarakatnya. Inilah profil perempuan
Minangkabau yang ideal itu.

PEREMPUAN DALAM SYARAK MANGATO ADAIK MAMAKAI


Dalam syarak (Agama Islam) menempatkan perempuan (ibu) mitra setara (azwajan) dan
lelaki menjadi pelindung wanita (qawwamuuna 'alan-nisaa'), (lihat QS. An Nisa' 34), dengan
sikap yang kentara sebagai mar'ah shalihah (= perempuan shaleh yang ceria, lembut menjaga
diri, memelihara kehormatan, patuh (qanitaat) kepada Allah, hafidzaatun lil ghaibi bimaa
hafidzallahu (= memelihara kesucian dirinya). Karena itu, tidak ada keindahan yang tampil
melebihi "indahnya wanita shaleh" (Al Hadist).
Perempuan Minangkabau yang sejatinya adalah muslimah dalam bimbingan syarak mesti
pandai menjaga waktu dengan sebaiknya.

H. MAS’OED ABIDIN 2
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU SEKARANG DALAM ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

1. Perempuan Minangkabau selalu takut kepada Tuhan, dan merasa selalu diawasi oleh Allah.
Dalam keseharian perempuan Minangkabau tidak mungkin menyia-nyiakan waktu tanpa
faedah. Perempuan Minangkabau lebih bersemangat di dalam mengoreksi diri setiap saat.
2. Perempuan Minangkabau selalu mengetahui tempat yang utama, dan selalu mengambil
faedah daripadanya. Pemahaman ini menyebabkan tampilnya keteguhan pada diri yang
melahirkan responsibility yang tinggi terhadap lingkungannya. Mereka, sejak dini diajar
tahu akan kewajibannya, yang kepiawaian dan kemandirian. Kewajiban itu mencakup ;
a. kewajiban kepada Rabb-nya,
b. kewajiban kepada orang tuanya,
c. kewajiban kepada suaminya,
d. kewajiban terhadap anaknya,
e. kewajiban terhadap kaum kerabatnya (sukunya),
f. kewajiban terhadap tetangga,
g. kewajiban terhadap saudara dan temannya, dan
h. kewajiban terhadap masyarakatnya.

3. Perempuan Minangkabau selalu taat beribadah. Kepatuhan ini berpengaruh kepada tatanan
perilaku yang bermuara pula kepada mode pakaian yang dipakainya (saruang, kodek, baju
kuruang, salendang, tikuluak, dsb).2
4. Perempuan Minangkabau tahan uji (shabar), berdisiplin (istiqamah), pandai memanfaatkan
apa yang dimiliki untuk mewujudkan kebahagiaan (syukur ni’mah) dan merangkai
keberhasilan, hemat dan qanaah, seperti contohnya, dalam legenda Sabai nan Aluih,
kepahlawanan Siti Manggopoh di Lb.Basung, setelah itu tampil puluhan srikandi
Minangkabau pengharum bangsa, seperti Rohana Kudus, Rahmah el Yunusiyah, Rasuna Said,
yang kemudian patah tumbuh hilang berganti oleh kader-kader pelanjut seperti Chadijah
Idroes, Mihramah Daoed, Enni Karim, Ratna Sari, dan diikuti generasi lebih muda, seperti Upi
Sundari, Dhavida, Hayati Nizar, Nurhayati Hakim, Ati Taufiq Ismail, dan ratusan bahkan ribuan
pelanjut sesudah itu. Semuanya adalah tipe perempuan Minangkabau yang tampil karena
kesalehan dan mewarisi kecintaan kepada bangsa dan nagari.3 Perempuan Minangkabau
yang thaat, senantiasa bermohon taufik kepada Allah dalam merealisasikan semua cita
yang sedang di emban dalam meraih masa depan yang lebih bermartabat itu!
5. Seorang perempuan Minangkabau amat arif di dalam memilih dan menetapkan majlis yang
baik. Sesuai tabiatnya, perempuan Minangkabau tidak mungkin hidup sendiri, bahkan dia
harus mempunyai teman duduk dan berbincang. Teman yang paling ideal adalah yang
mempunyai akhlak yang mulia.4
6. Dalam mengejar ketertinggalan, perempuan Minangkabau mesti memacu diri membaca
bacaan yang bermanfaat seperti telah didorong oleh perintis pendidikan perempuan
Minangkabau (Rohana Kudus, Rahmah el Yunusiyah), yang dengan bimbingan syarak
mengajarkan kepada setiap muslimah untuk memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim,
menghafal serta menyimaknya.5
7. Perempuan Minangkabau mempunyai prinsip teguh, elastis dan toleran bergaul, lemah
lembut bertutur kata, tegas dan keras melawan kejahatan, kokoh menghadapi setiap
percabaran budaya dan tegar menghadapi percaturan kehidupan dunia, sanggup membuat
lingkungan sehat serta bijak menata pergaulan baik, penuh kenyamanan, tahu diri, hemat,
dan tidak malas, sesuai pesan Rasulullah SAW;”Jauhilah hidup ber-senang-senang (foya-foya),
karena hamba-hamba Allah bukanlah orang yang hidup bermewah-mewah (malas dan lalai)”
(HR.Ahmad).

8. Sesuai perkembangan zaman, perempuan Minangkabau mempunyai kemampuan tinggi


dalam menghadapi setiap perubahan tanpa harus mengabaikan nilai-nilai moral dan

H. MAS’OED ABIDIN 3
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU SEKARANG DALAM ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

tatanan pergaulan. Peran perempuan Minangkabau yang diterima melalui bimbingan orang
tua mampu melakukan pengawasan melekat terhadap diri dan turunannya sepanjang
masa, dalam menghindari tiga prilaku tercela, yaitu dusta (bohong), mencuri dan caci maki,
sesuai sabda Rasulullah SAW; “Jauhilah dusta, karena dusta itu membawa kepada kejahatan, dan
kejahatan membawa kepada neraka” (Hadist Shahih). Disini peran perempuan sangat dominan
ditengah rumah kaum dan sukunya. 6
Dalam naungan konsep Islam, perempuan berkepribadian sempurna, bergaul ma'ruf dan
ihsan, kasih sayang dan cinta, lembut dan lindung, berkehormatan, berpadu hak dan kewajiban, yang
memadu kata azwajan itu. Tidak berarti sesuatu kalau pasangannya tidak ada dan tidak jelas
eksistensi sesuatu kalau tidak ada yang setara di sampingnya, inilah yang lebih tepat untuk
azwajan itu.7 “Pasangan” adalah gambar kokoh peranan perempuan membentuk generasi
melalui wadah keluarga besar (extended family).
a) Perempuan adalah IBU, artinya Ikutan Bagi Umat, pemelihara rumah dan
tetangga, perekat silaturrahim antara warga. Masyarakat yang baik terlahir dari Ibu
yang baik.
b) Penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman kepada Allah.
Penghormatan kepada Ibu (kedua orang tua), merupakan disiplin hidup yang tak boleh
diabaikan. Disiplin ini tidak dibatasi oleh adanya perbedaan keyakinan antara anak dan
ibu, namun dalam pergaulan duniawi diwajibkan mesti dipelihara jalinan baik (ihsan).8
c) Perempuan adalah pembentuk generasi berdisiplin dan memiliki sikap
mensyukuri segala nikmat Allah. Dari rahim dalam Ibu dilahirkan manusia yang bersih
(menurut fithrah, beragama tauhid), sepanjang sejarahnya telah diperankan oleh
perempuan Minangkabau. Di bawah telapak kakinya terbentang jalan keselamatan
(Sorga). Kepada perempuan atau ibu diajarkan rasa hormat yang tinggi.

KHULASHAH
Menurut Adat dan Syarak, perempuan adalah menjadi pemilik dari apa yang dimiliki
pasangannya, sehingga apa saja yang sudah diberikan kepadanya secara ikhlas (nihlah) tidak
boleh di ambil (dirampas) kembali, mempunyai hak perlindungan dari pasangannya dan
mempunyai kewajiban menjaga kepemilikan di samping pasangannya.
Dari lubuk hati perempuan yang tulus dan dengan tangannya yang terampil dicetak
generasi bertauhid yang berwatak taqwa, selalu khusyuk (focus) dalam berkarya (amal) dan
kaya dengan rasa malu. Watak (karakter) yang manusiawi ini mewarnai masyarakat yang hidup
dengan tamaddun (budaya). Inilah peran perempuan Minangkabau hari ini dan masa
mendatang.

Padang, 24 Maret 2005

H. MAS’OED ABIDIN 4
1
Catatan
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits). Kaidah Alqurani
menyebutkan, Nisa'-nisa' kamu adalah perladangan (persemaian) untukmu, kamupun (para lelaki) menjadi benih bagi
Nisa'-nisa' kamu. Kamu dapat mendatangi ladang-ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu berkewajiban
menjaga anfus (diri, eksistensi dan identitas) dengan selalu bertaqwa kepada Allah (Q.S.2:23).
2
Dalam khazanah syarak kita menemui hadist Rasulullah SAW sebagai riwayat Abdullah bin Mas'ud, "Aku bertanya
kepada Rasulullah saw, apakah amal yang paling utama?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku
bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab, "Berbakti kepada orang tua." Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau
menjawab, "Jihad di jalan Allah." (Muttafaq Alaih).
3
Sesuai sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadist qudsy Allah berfirman, "Hambaku senantiasa mendekatkan diri
kepadaKu dengan melaksanakan shalat-shalat nafilah hingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka
Aku menjadi pendengarannya, dengannya dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya, dengan itu dia melihat, Aku
menjadi tangannya, dengan itu pula dia bertindak (sehingga dia tidak pernah merasa cemas dan takut di dalam meraih
cita2nya), Aku menjadi kakinya, dengan itu dia berjalan. Jika dia memohon kepadaKu maka Aku benar-benar akan
memberinya dan Jika dia meminta perlindungan kepadaKu maka Aku benar-benar akan melindunginya". (HR.Al-
Bukhari).
4
Sabda Nabi SAW, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah seperti pembawa
minyak wangi dengan seorang pandai besi". (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Orang-orang yang mendapatkan taufik dari
Allah selalu menjaga waktu mereka untuk hal-hal yang benar-benar bermanfaat. Seorang sahabat terkenal, Abdullah Ibnu
Mas'ud telah berkata, "Tidaklah aku menyesali sesuatu, seperti penyesalanku atas suatu hari yang berlalu dengan
terbenamnya matahari, semakin berkurang umurku tetapi tidak bertambah amalanku."
5
Rasul saw bersabda, "Orang yang membaca Al-Qur'an sedang dia terbata-bata dalam membacanya serta kesulitan
dalam membacanya maka dia mendapatkan dua pahala, sedangkan orang yang membaca dengan mahir maka dia
bersama para penulis kitab (malaikat) yang mulia lagi berbakti." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Perempuan
Minangkabau sejak masa lalu selalu berdzikir kepada Allah, satu amalan yang mudah, dimana setiap orang mampu
melakukannya, baik kaya maupun miskin, berilmu maupun tidak, perempuan maupun pria, besar ataupun kecil. Berdzikir
kepada Allah dalam setiap keadaan. Rasulullah SAW mengabarkan perbedaan antara orang yang berdzikir kepada Allah
dengan orang yang tidak berdzikir, seperti perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang mati. Sabda Rasul,
"Barangsiapa yang bangun di malam hari kemudian mengucapkan, "Laa ilaaha wahdahu laa syariika lah, lahul mulku
wa lahul hamdu bi yadihil khair yuhyi wa yumiitu wa Hua ala kulli syai'in qadiir, subhanallah wal hamdulillah wa laa
ilaaha illallah wallaahu akbar wa laa haula walaa quwwata illa billah." Kemudian dia berdo'a, "(Ya Allah ampunilah
aku) niscaya akan diterima do'anya. Dan jika dia berwudhu (untuk shalat) niscaya diterima shalatnya". (HR. Al-
Bukhari).
6
Perempuan Minangkabau sangat bijak mendidik anak-anak yang menjadi tanggung jawab yang agung. Seorang anak di
Minangkabau, lebih takut kehilangan ibunya dari pada kehilangan bapaknya. Inilah satu tanggung jawab besar bagi
perempuan Minangkabau, membentuk dan memberi warna dari generasi pengganti, karena seorang ibu lebih dekat kepada
anak-anaknya ketimbang yang lainnya. Seorang ibu (perempuan Minangkabau) selalu menerapkan amar makruf nahi
munkar, sebagaimana dinasehatkan dalam satu hadist dari Abu Said Al-Khudri dia berkata, "Aku telah mendengar
Rasulullah saw bersabda, 'Barang-siapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan
tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisan (nasihat). Dan jika tidak mampu maka hendaklah meng-
ubahnya dengan hati (tidak senang dengan kemungkaran itu) dan itulah selemah-lemah iman'." (HR. Muslim).
7
Penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman kepada Allah (konsep tauhidullah). Bersyukur
kepada Allah dan berterima kasih kepada Ibu. Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat
QS. 31, Luqman : 14-15). Kandungan nilai pendidikan dan filosofi ini terikat kasih sayang. Hakikinya semua terjadi
karena Rahman dan RahimNya, dan semuanya berakhir dengan menghadapNya. Maka kewajiban asasi insani menjaga
diri dan keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6). Dengan memakai hidayah religi Alqurani.
8
Tuntunan Al Quran menjelaskan; (QS. 31, Luqman; ayat 14-15).
Untuk mendalami, dapat ditelaah dari kitab-kitab yang ditulis oleh ;
1. Sulaiman Ibnu Muhammad, “Kaifa Taqdhi Al-Mar’at ul Muslimah Waqtaha”,
2. Abdullah Ibnu Jarullah Ibrahim Al-Jarullah, dalam “Risalah Ilaa Kulli Muslim”,
3. Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimy, dalam “Syakhshiyah Al-Mar'ah Al-Muslimah”,
4. Ummu Abdillah, “Hadits Arba'in An-Nawawi”.

Anda mungkin juga menyukai