H. MAS’OED ABIDIN 1
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 2
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 3
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 4
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 5
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 6
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 7
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 8
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 9
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 10
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 11
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 12
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU
H. MAS’OED ABIDIN 13
1
Catatan
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits). Kaidah Alqurani
menyebutkan, Nisa'-nisa' kamu adalah perladangan (persemaian) untukmu, kamupun (para lelaki) menjadi benih bagi
Nisa'-nisa' kamu. Kamu dapat mendatangi ladang-ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu berkewajiban
menjaga anfus (diri, eksistensi dan identitas) sesuai perintah Qaddimu li anfusikum, dengan selalu bertaqwa kepada Allah
(Q.S.2:23).
2
Dalam Ajaran Islam, penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman kepada Allah (konsep
tauhidullah). Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Ibu, diwasiatkan sejalan untuk seluruh manusia.
Penghormatan kepada Ibu (perempuan) menjadi disiplin hidup yang tidak boleh diabaikan. Disiplin ini tidak dibatas oleh
adanya perbedaan anutan keyakinan. Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat QS. 31,
Luqman : 14-15). Universalitas (syumuliyah) Alquran menjawab tantangan zaman (QS. Al Baqarah, 2 dan 23) dengan
menerima petunjuk berasas taqwa (memelihara diri), tidak ragu kepada Alquran menjiwai hidayah, karena Allahul
Khaliqul 'alam telah menciptakan alam semesta amat sempurna, tidak ditemui mislijk kesiasiaan (QS. 3, Ali 'Imran, ayat
191), diatur dengan lurus (hanif) sesuai fithrah yang tetap (QS. 30, Ar Rum, ayat 30) dalam perangkat natuur- wet atau
sunnatullah yang tidak berjalan sendiri, saling terkait agar satu sama lain tidak berbenturan. Kandungan nilai pendidikan
dan filosofi ini terikat kokoh kasih sayang, hakikinya semua datang dan terjadi karena Rahman dan RahimNya dan akan
berakhir dengan menghadapNya, maka kewajiban asasi insani menjaga diri dan keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6)
dengan memakai hidayah religi Alqurani.
3
(Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa Dengan Mereka?", makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah
Nasional VIII, HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang).
4
Dalam khazanah syarak kita menemui hadist Rasulullah SAW sebagai riwayat Abdullah bin Mas'ud, "Aku bertanya
kepada Rasulullah saw, apakah amal yang paling utama?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya,
kemudian apa lagi? Beliau menjawab, "Berbakti kepada orang tua." Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab,
"Jihad di jalan Allah." (Muttafaq Alaih).
5
Sesuai sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadist qudsy Allah berfirman, "Hambaku senantiasa mendekatkan diri kepadaKu
dengan melaksanakan shalat-shalat nafilah hingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku menjadi
pendengarannya, dengannya dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya, dengan itu dia melihat, Aku menjadi tangannya, dengan
itu pula dia bertindak (sehingga dia tidak pernah merasa cemas dan takut di dalam meraih cita2nya), Aku menjadi kakinya,
dengan itu dia berjalan. Jika dia memohon kepadaKu maka Aku benar-benar akan memberinya dan Jika dia meminta perlindungan
kepadaKu maka Aku benar-benar akan melindunginya". (HR.Al-Bukhari).
6
Sabda Nabi SAW, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah seperti pembawa minyak
wangi dengan seorang pandai besi". (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Orang-orang yang mendapatkan taufik dari Allah selalu
menjaga waktu mereka untuk hal-hal yang benar-benar bermanfaat. Seorang sahabat terkenal, Abdullah Ibnu Mas'ud telah
berkata, "Tidaklah aku menyesali sesuatu, seperti penyesalanku atas suatu hari yang berlalu dengan terbenamnya matahari, semakin
berkurang umurku tetapi tidak bertambah amalanku."
7
Rasul saw bersabda, "Orang yang membaca Al-Qur'an sedang dia terbata-bata dalam membacanya serta kesulitan dalam
membacanya maka dia mendapatkan dua pahala, sedangkan orang yang membaca dengan mahir maka dia bersama para penulis kitab
(malaikat) yang mulia lagi berbakti." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Perempuan Minangkabau sejak masa lalu selalu
berdzikir kepada Allah, satu amalan yang mudah, dimana setiap orang mampu melakukannya, baik kaya maupun
miskin, berilmu maupun tidak, perempuan maupun pria, besar ataupun kecil. Berdzikir kepada Allah dalam setiap
keadaan. Rasulullah SAW mengabarkan perbedaan antara orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak
berdzikir, seperti perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang mati. Sabda Rasul, "Barangsiapa yang bangun di
malam hari kemudian mengucapkan, "Laa ilaaha wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu bi yadihil khair yuhyi wa
yumiitu wa Hua ala kulli syai'in qadiir, subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar wa laa haula walaa
quwwata illa billah." Kemudian dia berdo'a, "(Ya Allah ampunilah aku) niscaya akan diterima do'anya. Dan jika dia berwudhu
(untuk shalat) niscaya diterima shalatnya". (HR. Al-Bukhari).
8
Perempuan Minangkabau sangat bijak mendidik anak-anak yang menjadi tanggung jawab yang agung. Seorang anak di
Minangkabau, lebih takut kehilangan ibunya dari pada kehilangan bapaknya. Inilah satu tanggung jawab besar bagi
perempuan Minangkabau, membentuk dan memberi warna dari generasi pengganti, karena seorang ibu lebih dekat
kepada anak-anaknya ketimbang yang lainnya. Seorang ibu (perempuan Minangkabau) selalu menerapkan amar makruf
nahi munkar, sebagaimana dinasehatkan dalam satu hadist dari Abu Said Al-Khudri dia berkata, "Aku telah mendengar
Rasulullah saw bersabda, 'Barang-siapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka ubahlah dengan lisan (nasihat). Dan jika tidak mampu maka hendaklah meng-ubahnya dengan hati (tidak senang
dengan kemungkaran itu) dan itulah selemah-lemah iman'." (HR. Muslim).
9
Penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman kepada Allah (konsep tauhidullah). Bersyukur
kepada Allah dan berterima kasih kepada Ibu. Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat
QS. 31, Luqman : 14-15). Kandungan nilai pendidikan dan filosofi ini terikat kasih sayang. Hakikinya semua terjadi karena
Rahman dan RahimNya, dan semuanya berakhir dengan menghadapNya. Maka kewajiban asasi insani menjaga diri dan
keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6). Dengan memakai hidayah religi Alqurani.
10
Tuntunan Al Quran menjelaskan; (QS. 31, Luqman; ayat 14-15).