Anda di halaman 1dari 15

PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU


DALAM ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI
KITABULLAH

OLEH: H.MASOED ABIDIN


KETUA MUI SUMBAR

PEREMPUAN menyimpan kata empu yang


mempunyai arti pemimpin (raja), orang pilihan, ahli, yang
pandai, pintar dengan segala sifat keutamaan. Alquran
menyebut perempuan dengan Annisa' atau Ummahat artinya
sama dengan ibu, atau "Ikutan Bagi Umat" dan tiang suatu
negeri.1 Sunnah Nabi Muhammad SAW menyebutkan ad-
dunya mata’un, wa khairu mata'iha al mar’ah as-shalihah artinya
perhiasan paling indah adalah perempuan saleh (perempuan
yang istiqamah pada peran dan konsekwen dengan citra-
nya). Alquran mendudukkan perempuan dengan derajat
sama dengan jenis laki-laki pada posisi azwajan = mitra
setara atau pasangan dalam hidup (lihat Q.S.16:72, 30:21,
42:11).
BUDAYA MINANGKABAU dalam adat bersendi
syarak, syarak bersendi kitabullah” menempatkan perempuan
pada posisi peran orang rumah (hiduik batampek, mati
bakubua, kuburan hiduik dirumah gadang, kuburan mati
ditangah padang), dalam sebutan induak bareh (nan lamah di
tueh, nan condong di tungkek, ayam barinduak, siriah
bajunjuang), karena hakekatnya perempuan Minang itu
adalah pemimpin (tahu di mudharat jo manfaat, mangana labo
jo rugi, mangatahui sumbang jo salah, tahu di unak
kamanyangkuik, tahu di rantiang ka mancucuak, ingek di dahan
ka mahimpok, tahu di angin nan basiruik, arih di ombak nan
basabuang, tahu di alamat kato sampai),

H. MAS’OED ABIDIN 1
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

Perempuan Minang sangat arif, mengerti dan tahu


dengan yang pantas dan patut. Pemahaman ini menjadi
asas utama kepemipinan ditengah masyarakat.
Anak Minangkabau memanggil ibunya dengan bundo
lantaran perempuan Minangkabau pandai menjaga
martabat, dengan bersikap panutan, antara lain
1. Hati-hati (watak Islam khauf), bakato sapatah di
pikiri, bajalan salangkah maliek suruik, muluik
tadorong ameh timbangannyo, kaki tataruang inai
padahannyo, urang pandorong gadang kanai, urang
pandareh hilang aka, (arti-nya, berkata sepatah
dipikirkan, berjalan selangkah memandang surut
kebelakang, mulut terdorong emas timbangannya,
kaki tertarung inai padahannya, orang yang suka
pendorong itu besar kenanya, dan orang yang
seringn keras mulut pertanda hilang akal). Lagi
bimbingan adat mengatakan, ingek dan jago pado adat,
ingek di adat nan ka rusak, jago limbago nan kasumbiang,
(ingat dan jaga pada adat, ingat adat akan rusak, jaga
lembaga yang akan sumbing).
2. Yakin kepada Allah (iman bertauhid), iman nan
tak bulieh ratak kamudi nan tak bulieh patah,
padoman indak bulieh tagelek, haluan nan tak
bulieh barubah, (iman tidak boleh retak, kemudi
tidak boleh patah, pedoman tidak boleh beranjak,
haluan tidak boleh berubah). Perwujudannya
tampak dalam kearifan pergaulan jan taruah bak
katidiang, jan baserak bak amjalai, kok ado
rundiang ba nan batin, patuik baduo jan batigo,
nak jan lahie di danga urang, (jangan di letak bagai
ketiding = menampung apa saja yang masuk, jangan
bersertak bagai amjalai, jika ada rundingan yang
rahasia (berbatin), patut berdua jangan bertiga, agar

H. MAS’OED ABIDIN 2
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

jangan lahir di dengar orang), sebab katiadaan ameh


bulieh di cari, katiadaan aka putuih bicaro, tak
barameh putuih tali, tak baraka taban bumi, (tidak
ada emas boleh dicari, tidak ada akal putuslah
bicara, tidak punya emas putus tali karena ketiadaan
harta, namun tidak berakal terban bumi). Akal inilah
anugerah Allah yang wajib di jaga dengan iman.
3. Perangai berpatutan (uswah istiqamah) karena
perangainya akan menjadi contoh anak cucu atau
generasi pelanjut, bahimat sabalun abih, sadiokan
payuang sabalun hujan (=berhemat sebelum habis,
sediakan paying sebelum hujan). Kewajiban masa
depan itu tentulah terpaut kepada bagaimana
menolong pusaka (adat) yang diterima turun
temurun. Keunggulan perempuan Minangkabau
adalah, maha tak dapek di bali, murah tak dapek
dimintak, takuik di paham ka tagadai, takuik di
budi katajua (=mahal tidak dapat dibeli, murah
tidak dapat diminta, takut pada paham akan
tergadai, takuk jika budi akan terjual). Jika ini
terlupakan maka bencana akan datang tindih
bertindih, ka ateh indak bapucuak, ka bawah indak
ba urek, di tangah di giriak kumbang, hiduik sagan
mati tak amuah, bagai karakok tumbuah di batu (=
ke atas tidak berpucuk, kebawah tidak berurat, di
tengah dilarik kumbang, hidup segan mati tak bisa,
bagaikan kerakap tumbuh di batu). Akhirnya adalah,
sawah kariang, tebasan anguih, anak buah (anak cucu)
melaraik, alamat rusak alam nangko (=sawah kering,
tebasan angus, anak cucu jadi melarat, alamat akan
rusak alam ini). Artinya lebih jauh, kewajiban dalam
perangai yang berpatutan itu menyangkut watak diri
sendiri dan kebisaaan hidup masyarakat, baik
sekarang, besok bahkan dimana saja, nan barisuak

H. MAS’OED ABIDIN 3
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

bukan kini, nan kini bukan kapatang (= yang besok


bukan kini, dan yang kini bekan kemarin, makna
realistis),berpangkal pada usaha nyata.
4. Kaya hati (Ghinaun nafs), tagak badunsanak,
mamaga dunsanak, tagak bakampuang, mamaga
kampuang, tagak basuku, mamaga suku, tagak banagari,
mamaga nagari, tagak babangso, mamaga bangso (= bila
berdiri berdunsanak, memagar dunsanak, tegak
berkampung memelihara kampung, tegak bersuku
menjaga suku, tegak bernegari (negara)
membentengi negeri (negara) tegak berbangsa
menjaga bangsa), artinya sopan santun, kuat dan
tegas, berani dan setia, hemat dan khidmat, muluik
manih, kucindan murah, pandai bagaue samo
gadang (artinya, mulut manis kecindan = kelakar
menyejukkan, pandai bergaul sesama besar), yakni
yang tua dimuliakan, yang muda di kasihi, sama
besar saling hormat menghormati.
5. Tabah (redha), haniang ulu bicaro, naniang saribu
aka, dek saba bana mandatang (= hening itu pangkal
bicara, berfikir naming = ingat itu seribu akal, karena
sabar benar mendatang). Falsafah hidup beradat
mendudukkan perempuan Minang pada sebutan
mandeh atau bundo kandung secara simbolik
menjadi limpapeh rumah nan gadang = perhiasan
dan pemilik rumah, umban puro pegangan kunci,
umban puruak aluang bunian yakni pemilik harta
pusaka, hiasan di dalam kampuang, sumarak dalam
nagari = hiasan kampung semarak nagari, sama
seperti tiang nagari, nan gadang basa batauah =
yang besar, dipuja dan bertuah. Peran perempuan
Minangkabau sebagai tiang tua dam utama di dalam
rumah gadang kok hiduik tampek ba nasa, kalau
mati tampek ba niaik, ka unduang-unduang ka

H. MAS’OED ABIDIN 4
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

madinah, ka payuang panji ka sarugo (= jika hidup


tempat anak cucu bernazar, yang akan dikunjungi
setiap saat, jika sudah meninggal tempat berniat dan
diziarahi setiap waktu, untuk pelindung ke
Madinah, sebagai payung panji ke sorga), artinya
lebih menukik menjadi sandaran anak cucu.
6. Jimek (hemat tidak mubazir), di kana labo jo
rugi, dalam awal akia membayang, ingek di paham
nan ka tagadai, ingek di budi nan ka tajua,
mamakai malu dengan sopan (= di ingat laba dan
rugi, sejak awal bertindak akhir tujuan sudah
terbayangkan, ingat paham yang akan tergadai, ingat
budi akan terjual, dengan memakai selalu rasa malu
dan sopan santun). Inilah ciri utama perempuanb
Minangkabau dalam bertindak menurut peraturan
“sehayun-selangkah”.
Ungkapan ini menjelaskan betapa idealnya
perempuan Minangkabau, selaku pemilik suku, ulayat,
kekayaan, rumah, anak, bahkan kaum. Posisi ini pula,
menempatkan laki-laki pada peran pelindung, pemelihara dan
penjaga harta dari perempuan dan anak turunannya. Maka
generasi Minangkabau terlahir bernasab ayah (laki-laki),
bersuku ibu (perempuan), bergelar mamak (garis matrilineal),
suatu persenyawaan budaya dan syarak yang indah.
Perempuan Minang, acap kali pula disebut dengan
panggilan padusi artinya padu isi dengan sifat utama; (a).
benar, (b).jujur lahir batin, (c). cerdik pandai, (d). fasih
mendidik dan terdidik, (e). bersifat malu (Rarak kalikih dek
mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek, kok hilang raso jo malu,
bak kayu lungga pangabek (artinya, jika rasa malu telah hilang,
bagaikan kayu longgar pengikat). Selanjutnya Anak urang
Koto Hilalang, Handak lalu ka Pakan Baso, malu jo sopan kalau
lah hilang, habihlah raso jo pareso, maknanya adalah apabila

H. MAS’OED ABIDIN 5
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

malu dan sopan telah hilang habislan rasa dan periksa). Di


dalam kebenaran Islam, al hayak nisful iman = malu adalah
paruhan dari Iman.
Dalam kesehariannya perempuan Minangkabau
adalah perempuan yang mandiri dengan ciri khasnya,
berpendirian teguh dan kokoh dengan sifat-sifat mulia di
antaranya lembut hatinya, penyabar, penyayang kepada
sesama, keras dalam mempertahankan harga diri, tegas,
teguh dan kuat iman dalam melaksanakan suruhan Allah,
pendamai, suka memaafkan dan mampu menjadi
pemimpin masyarakatnya. Profil perempuan Minangkabau
yang ideal itu, telah menempatkan perempuan Minang pada
posisi sentral, menjadi pemilik seluruh kekayaan, rumah,
anak, suku bahkan kaum, dan kalangan awam di nagari dan
taratak memanggil perempuan Minang dengan “biaiy,
mandeh”, yang bermakna sosiologis menempatkan laki-laki
pada peran pelindung, pemelihara dan penjaga harta dari
perempuan-nya dan anak turunannya. Dalam siklus ini
generasi Minangkabau lahir bernasab ayah (laki-laki),
bersuku ibu (perempuan), bergelar mamak (garis matrilineal),
memperlihatkan egaliternya suatu persenyawaan budaya
dan syarak yang indah.(2)
Dalam syarak (Agama Islam) menempatkan perempuan
(ibu) mitra setara (partisipatif) dan lelaki menjadi pelindung
wanita (qawwamuuna 'alan-nisaa'), karena kelebihan pada
kekuatan, badan, fikiran, keluasaan, penalaran,
kemampuan, ekonomi, kecerdasan, ketabahan, kesigapan
dan anugerah (QS. An Nisa' 34). Wanita dibina menjadi
mar'ah shalihah (= perempuan shaleh yang ceria, hangat
dan lembut dalam menjaga diri, memelihara kehormatan,
patuh (qanitaat) kepada Allah, hafidzaatun lil ghaibi bimaa
hafidzallahu (= memelihara kesucian faraj di belakang
pasangannya, karena Allah menempatkan faraj dan rahim
perempuan terjaga, maka tidak ada keindahan yang bisa

H. MAS’OED ABIDIN 6
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

melebihi perhiasan atau tampilan "indahnya wanita shaleh"


(Al Hadist).
Kodrat wanita adalah penyejuk hati dan pendidik utama.
Dalam naungan konsep Islam, perempuan berkepribadian
sempurna, bergaul ma'ruf dan ihsan, kasih sayang dan cinta,
lembut dan lindung, berkehormatan, berpadu hak dan
kewajiban, padanya terpatri kata azwajan. Tidak berarti
sesuatu kalau pasangannya tidak ada dan tidak jelas
eksistensi sesuatu kalau tidak ada yang setara di
sampingnya, inilah yang lebih tepat untuk azwajan itu.2
“Pasangan” adalah gambar kokoh peranan perempuan
membentuk generasi melalui wadah keluarga besar
(extended family).
Perempuan Minangkabau Profil Perempuan Mandiri
Dalam keadaan seperti itu, kaum perempuan di
Minangkabau telah memaksimalkan peranan sebagai
pendidik generasi bangsa. Peran perempuan mandiri
terlihat jelas pada penghormatan gender yang berlaku
secara pasti dalam batas kewajiban dan haknya. Tuntutan
formal yang menuntut kesamaan antara perempuan dan
lelaki, tanpa batasan hak dan kewajiban yang jelas, sesuai
penghormatan kultor dan hak tradisonalnya akan
berpeluang menjadikan perempuan Minangkabau mudah
kehilangan jati dirinya. Secara tidak sadar wanita sering
menjadi lebih maskulin daripada laki-laki. Ujung dari
proses itu adalah ancaman kehidupan rumah tangganya.
Padahal, "Sifat feminim yang merupakan sumber kasih
sayang, kelembutan, keindahan, dan sumber cahaya ilahi
mempunyai potensi untuk menyerap dan mengubah
kekuatan kasar menjadi sensitivitas, rasionalitas menjadi
intuisi, dan dorongan seksual menjadi spiritualitas
sehingga memiliki daya tahan terhadap kesakitan, pen-
deritaan dan kegagalan."3

H. MAS’OED ABIDIN 7
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

Penulis sastera Melayu, mengungkap peranan


perempuan Timur (Melayu dan Minangkabau) mempunyai
ciri-ciri khasnya, berpendirian teguh dan kokoh, lembut
hatinya, penyabar, penyayang kepada sesama, keras dalam
mempertahankan harga diri, tegas, teguh dan kuat iman
dalam melaksanakan suruhan Allah, pendamai, suka
memaafkan dan mampu menjadi pemimpin masyarakatnya.
PEREMPUAN DALAM SYARAK MANGATO ADAIK MAMAKAI
Dalam syarak (Agama Islam) menempatkan perempuan
(ibu) mitra setara (azwajan) dan lelaki menjadi pelindung
wanita (qawwamuuna 'alan-nisaa'), dengan sikap yang
kentara sebagai mar'ah shalihah (= perempuan shaleh yang
ceria, lembut menjaga diri, memelihara kehormatan, patuh
(qanitaat) kepada Allah, hafidzaatun lil ghaibi bimaa
hafidzallahu (= memelihara kesucian dirinya). Karena itu,
tidak ada keindahan yang tampil melebihi "indahnya wanita
shaleh" (Al Hadist). Karena itu, dalam Syara’ p[erempuan
Minangkabau adalah menjadi ;
1. Pemilik dari apa yang dimiliki pasangannya.
2. Apa yang sudah diberikan kepadanya secara
ikhlas (nihlah) tidak boleh dirampas kembali.
3. Perempuan mempunyai hak perlindungan
dari pasangannya.
4. Perempuan mempunyai kewajiban menjaga
kepemilikan dibelakang pasangannya.

Perempuan Minangkabau yang sejatinya adalah


muslimah dalam bimbingan syarak mesti pandai menjaga
waktu dengan sebaiknya.
1. Perempuan Minangkabau selalu takut kepada Tuhan,
dan merasa selalu diawasi oleh Allah. Dalam keseharian

H. MAS’OED ABIDIN 8
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

perempuan Minangkabau tidak mungkin menyia-


nyiakan waktu tanpa faedah. Perempuan Minangkabau
lebih bersemangat di dalam mengoreksi diri setiap saat.
2. Perempuan Minangkabau selalu mengetahui tempat
yang utama, dan selalu mengambil faedah daripadanya.
Pemahaman ini menyebabkan tampilnya keteguhan
pada diri yang melahirkan responsibility yang tinggi
terhadap lingkungannya. Mereka, sejak dini diajar tahu
akan kewajibannya, yang kepiawaian dan kemandirian.
Kewajiban itu mencakup ;
a. kewajiban kepada Rabb-nya,
b. kewajiban kepada orang tuanya,
c. kewajiban kepada suaminya,
d. kewajiban terhadap anaknya,
e. kewajiban terhadap kaum kerabatnya
(sukunya),
f. kewajiban terhadap tetangga,
g. kewajiban terhadap saudara dan
temannya, dan
h. kewajiban terhadap masyarakatnya.

3. Perempuan Minangkabau selalu taat beribadah.


Kepatuhan ini berpengaruh kepada tatanan perilaku
yang bermuara pula kepada mode pakaian yang
dipakainya (saruang, kodek, baju kuruang, salendang,
tikuluak, dsb).4
4. Perempuan Minangkabau tahan uji (shabar), berdisiplin
(istiqamah), pandai memanfaatkan apa yang dimiliki
untuk mewujudkan kebahagiaan (syukur ni’mah) dan
merangkai keberhasilan, hemat dan qanaah, seperti
contohnya, dalam legenda Sabai nan Aluih,
kepahlawanan Siti Manggopoh di Lb.Basung, setelah itu
tampil puluhan srikandi Minangkabau pengharum

H. MAS’OED ABIDIN 9
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

bangsa, seperti Rohana Kudus, Rahmah el Yunusiyah,


Rasuna Said, yang kemudian patah tumbuh hilang
berganti oleh kader-kader pelanjut seperti Chadijah
Idroes, Mihramah Daoed, Enni Karim, Ratna Sari, dan
diikuti generasi lebih muda, seperti Upi Sundari,
Dhavida, Hayati Nizar, Nurhayati Hakim, Ati Taufiq Ismail,
dan ratusan bahkan ribuan pelanjut sesudah itu.
Semuanya adalah tipe perempuan Minangkabau yang
tampil karena kesalehan dan mewarisi kecintaan
kepada bangsa dan nagari.5 Perempuan Minangkabau
yang thaat, senantiasa bermohon taufik kepada Allah
dalam merealisasikan semua cita yang sedang di emban
dalam meraih masa depan yang lebih bermartabat itu!
5. Seorang perempuan Minangkabau amat arif di dalam
memilih dan menetapkan majlis yang baik. Sesuai
tabiatnya, perempuan Minangkabau tidak mungkin
hidup sendiri, bahkan dia harus mempunyai teman
duduk dan berbincang. Teman yang paling ideal adalah
yang mempunyai akhlak yang mulia.6
6. Dalam mengejar ketertinggalan, perempuan
Minangkabau mesti memacu diri membaca bacaan
yang bermanfaat seperti telah didorong oleh perintis
pendidikan perempuan Minangkabau (Rohana Kudus,
Rahmah el Yunusiyah), yang dengan bimbingan syarak
mengajarkan kepada setiap muslimah untuk
memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim, menghafal
serta menyimaknya.7
7. Perempuan Minangkabau mempunyai prinsip teguh,
elastis dan toleran bergaul, lemah lembut bertutur kata,
tegas dan keras melawan kejahatan, kokoh menghadapi
setiap percabaran budaya dan tegar menghadapi
percaturan kehidupan dunia, sanggup membuat
lingkungan sehat serta bijak menata pergaulan baik,

H. MAS’OED ABIDIN 10
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

penuh kenyamanan, tahu diri, hemat, dan tidak malas,


sesuai pesan Rasulullah SAW;”Jauhilah hidup ber-senang-
senang (foya-foya), karena hamba-hamba Allah bukanlah
orang yang hidup bermewah-mewah (malas dan lalai)”
(HR.Ahmad).
8. Sesuai perkembangan zaman, perempuan Minangkabau
mempunyai kemampuan tinggi dalam menghadapi
setiap perubahan tanpa harus mengabaikan nilai-nilai
moral dan tatanan pergaulan. Peran perempuan
Minangkabau yang diterima melalui bimbingan orang
tua mampu melakukan pengawasan melekat terhadap
diri dan turunannya sepanjang masa, dalam
menghindari tiga prilaku tercela, yaitu dusta (bohong),
mencuri dan caci maki, sesuai sabda Rasulullah SAW;
“Jauhilah dusta, karena dusta itu membawa kepada kejahatan,
dan kejahatan membawa kepada neraka” (Hadist Shahih).
Disini peran perempuan sangat dominan ditengah
rumah kaum dan sukunya. 8
Dalam naungan konsep Islam, perempuan
berkepribadian sempurna, bergaul ma'ruf dan ihsan, kasih
sayang dan cinta, lembut dan lindung, berkehormatan, berpadu
hak dan kewajiban, yang memadu kata azwajan itu. Tidak
berarti sesuatu kalau pasangannya tidak ada dan tidak
jelas eksistensi sesuatu kalau tidak ada yang setara di
sampingnya, inilah yang lebih tepat untuk azwajan adalah
gambar kokoh peranan perempuan membentuk generasi
melalui wadah keluarga besar (extended family) .9
Perempuan adalah IBU, artinya Ikutan Bagi Umat,
pemelihara rumah dan tetangga, perekat silaturrahim antara
warga. Masyarakat yang baik terlahir dari Ibu yang baik.
a) Penghormatan kepada Ibu menempati urutan
kedua sesudah iman kepada Allah.

H. MAS’OED ABIDIN 11
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

b) Penghormatan kepada Ibu (kedua orang tua),


merupakan disiplin hidup yang tak boleh diabaikan.
Disiplin ini tidak dibatasi oleh adanya perbedaan
keyakinan antara anak dan ibu, namun dalam
pergaulan duniawi diwajibkan mesti dipelihara
jalinan baik (ihsan).10
Perempuan adalah pembentuk generasi berdisiplin
dan memiliki sikap mensyukuri segala nikmat Allah. Dari
rahim dalam Ibu dilahirkan manusia yang bersih (menurut
fithrah, beragama tauhid), sepanjang sejarahnya telah
diperankan oleh perempuan Minangkabau. Di bawah
telapak kakinya terbentang jalan keselamatan (Sorga).
Kepada perempuan atau ibu diajarkan rasa hormat yang
tinggi. Pemelihara budaya dan Generasi.
a) Generasi berbudaya dengan prinsip yang
teguh, elastis dan toleran bergaul, lemah lembut
bertutur kata, tegas dan keras melawan kejahatan,
kokoh menghadapi setiap percabaran budaya dan
tegar menghadapi percaturan kehidupan dunia.
b) Generasi berbudaya selalu siap menghadapi
pergolakan dan pertarungan budaya kesejagatan
(global), hanyalah yang mampu menghindari teman
buruk, sanggup membuat lingkungan sehat serta
bijak menata pergaulan baik, penuh kenyamanan,
tahu diri, hemat, dan tidak malas. Sesuai pesan
Rasulullah SAW;”Jauhilah hidup ber-senang-senang
(foya-foya), karena hamba-hamba Allah bukanlah orang
yang hidup bermewah-mewah (malas dan lalai)”
(HR.Ahmad).
c) Generasi berbudaya selalu memiliki
kemampuan tinggi menghadapi setiap perubahan
dalam upaya mewujudkan kebaikan tanpa harus
mengabaikan nilai-nilai moral dan tatanan

H. MAS’OED ABIDIN 12
PERANAN PEREMPUAN MINANGKABAU

pergaulan. Perempuan Minangkabau wajib


melakukan pengawasan ketat terhadap generasinya
sepanjang masa dari tiga prilaku tercela (buruk),
yaitu dusta (bohong), mencuri dan mencela (caci
maki). Sesuai sabda Rasulullah SAW; “Jauhilah dusta,
karena dusta itu membawa kepada kejahatan, dan
kejahatan membawa kepada neraka” (Hadist Shahih).
Khulashah
Menurut Adat dan Syarak, perempuan menjadi
pemilik dari apa yang dimiliki pasangannya, sehingga apa
saja yang sudah diberikan kepadanya secara ikhlas (nihlah)
tidak boleh di ambil (dirampas) kembali, mempunyai hak
perlindungan dari pasangannya dan mempunyai kewajiban
menjaga kepemilikan di samping pasangannya.
Dari lubuk hati perempuan yang tulus dan dengan
tangannya yang terampil dicetak generasi bertauhid yang
berwatak taqwa, selalu khusyuk (focus) dalam berkarya
(amal) dan kaya dengan rasa malu. Watak (karakter life
style) ini mewarnai masyarakat tradisonal yang mewarisi
tamaddun (budaya). Inilah peran perempuan Minangkabau
hari ini dan masa mendatang.
Padang , April 2005

H. MAS’OED ABIDIN 13
1
Catatan
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits). Kaidah Alqurani
menyebutkan, Nisa'-nisa' kamu adalah perladangan (persemaian) untukmu, kamupun (para lelaki) menjadi benih bagi
Nisa'-nisa' kamu. Kamu dapat mendatangi ladang-ladangmu darimana (kapan saja). Karena itu kamu berkewajiban
menjaga anfus (diri, eksistensi dan identitas) sesuai perintah Qaddimu li anfusikum, dengan selalu bertaqwa kepada Allah
(Q.S.2:23).
2
Dalam Ajaran Islam, penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman kepada Allah (konsep
tauhidullah). Bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Ibu, diwasiatkan sejalan untuk seluruh manusia.
Penghormatan kepada Ibu (perempuan) menjadi disiplin hidup yang tidak boleh diabaikan. Disiplin ini tidak dibatas oleh
adanya perbedaan anutan keyakinan. Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat QS. 31,
Luqman : 14-15). Universalitas (syumuliyah) Alquran menjawab tantangan zaman (QS. Al Baqarah, 2 dan 23) dengan
menerima petunjuk berasas taqwa (memelihara diri), tidak ragu kepada Alquran menjiwai hidayah, karena Allahul
Khaliqul 'alam telah menciptakan alam semesta amat sempurna, tidak ditemui mislijk kesiasiaan (QS. 3, Ali 'Imran, ayat
191), diatur dengan lurus (hanif) sesuai fithrah yang tetap (QS. 30, Ar Rum, ayat 30) dalam perangkat natuur- wet atau
sunnatullah yang tidak berjalan sendiri, saling terkait agar satu sama lain tidak berbenturan. Kandungan nilai pendidikan
dan filosofi ini terikat kokoh kasih sayang, hakikinya semua datang dan terjadi karena Rahman dan RahimNya dan akan
berakhir dengan menghadapNya, maka kewajiban asasi insani menjaga diri dan keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6)
dengan memakai hidayah religi Alqurani.
3
(Hani'ah, "Wanita Karir dalam Karya Sastra: Ada Apa Dengan Mereka?", makalah Munas IV dan Pertemuan Ilmiah
Nasional VIII, HISKI 12-14 Desember 1997 di Padang).
4
Dalam khazanah syarak kita menemui hadist Rasulullah SAW sebagai riwayat Abdullah bin Mas'ud, "Aku bertanya
kepada Rasulullah saw, apakah amal yang paling utama?" Beliau menjawab, "Shalat tepat pada waktunya." Aku bertanya,
kemudian apa lagi? Beliau menjawab, "Berbakti kepada orang tua." Aku bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab,
"Jihad di jalan Allah." (Muttafaq Alaih).
5
Sesuai sabda Rasulullah saw dalam sebuah hadist qudsy Allah berfirman, "Hambaku senantiasa mendekatkan diri kepadaKu
dengan melaksanakan shalat-shalat nafilah hingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku menjadi
pendengarannya, dengannya dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya, dengan itu dia melihat, Aku menjadi tangannya, dengan
itu pula dia bertindak (sehingga dia tidak pernah merasa cemas dan takut di dalam meraih cita2nya), Aku menjadi kakinya,
dengan itu dia berjalan. Jika dia memohon kepadaKu maka Aku benar-benar akan memberinya dan Jika dia meminta perlindungan
kepadaKu maka Aku benar-benar akan melindunginya". (HR.Al-Bukhari).
6
Sabda Nabi SAW, "Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah seperti pembawa minyak
wangi dengan seorang pandai besi". (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Orang-orang yang mendapatkan taufik dari Allah selalu
menjaga waktu mereka untuk hal-hal yang benar-benar bermanfaat. Seorang sahabat terkenal, Abdullah Ibnu Mas'ud telah
berkata, "Tidaklah aku menyesali sesuatu, seperti penyesalanku atas suatu hari yang berlalu dengan terbenamnya matahari, semakin
berkurang umurku tetapi tidak bertambah amalanku."
7
Rasul saw bersabda, "Orang yang membaca Al-Qur'an sedang dia terbata-bata dalam membacanya serta kesulitan dalam
membacanya maka dia mendapatkan dua pahala, sedangkan orang yang membaca dengan mahir maka dia bersama para penulis kitab
(malaikat) yang mulia lagi berbakti." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Perempuan Minangkabau sejak masa lalu selalu
berdzikir kepada Allah, satu amalan yang mudah, dimana setiap orang mampu melakukannya, baik kaya maupun
miskin, berilmu maupun tidak, perempuan maupun pria, besar ataupun kecil. Berdzikir kepada Allah dalam setiap
keadaan. Rasulullah SAW mengabarkan perbedaan antara orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak
berdzikir, seperti perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang mati. Sabda Rasul, "Barangsiapa yang bangun di
malam hari kemudian mengucapkan, "Laa ilaaha wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu bi yadihil khair yuhyi wa
yumiitu wa Hua ala kulli syai'in qadiir, subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallaahu akbar wa laa haula walaa
quwwata illa billah." Kemudian dia berdo'a, "(Ya Allah ampunilah aku) niscaya akan diterima do'anya. Dan jika dia berwudhu
(untuk shalat) niscaya diterima shalatnya". (HR. Al-Bukhari).
8
Perempuan Minangkabau sangat bijak mendidik anak-anak yang menjadi tanggung jawab yang agung. Seorang anak di
Minangkabau, lebih takut kehilangan ibunya dari pada kehilangan bapaknya. Inilah satu tanggung jawab besar bagi
perempuan Minangkabau, membentuk dan memberi warna dari generasi pengganti, karena seorang ibu lebih dekat
kepada anak-anaknya ketimbang yang lainnya. Seorang ibu (perempuan Minangkabau) selalu menerapkan amar makruf
nahi munkar, sebagaimana dinasehatkan dalam satu hadist dari Abu Said Al-Khudri dia berkata, "Aku telah mendengar
Rasulullah saw bersabda, 'Barang-siapa di antara kalian melihat kemungkaran hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka ubahlah dengan lisan (nasihat). Dan jika tidak mampu maka hendaklah meng-ubahnya dengan hati (tidak senang
dengan kemungkaran itu) dan itulah selemah-lemah iman'." (HR. Muslim).
9
Penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua sesudah iman kepada Allah (konsep tauhidullah). Bersyukur
kepada Allah dan berterima kasih kepada Ibu. Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara baik dengan jalinan ihsan (lihat
QS. 31, Luqman : 14-15). Kandungan nilai pendidikan dan filosofi ini terikat kasih sayang. Hakikinya semua terjadi karena
Rahman dan RahimNya, dan semuanya berakhir dengan menghadapNya. Maka kewajiban asasi insani menjaga diri dan
keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6). Dengan memakai hidayah religi Alqurani.
10
Tuntunan Al Quran menjelaskan; (QS. 31, Luqman; ayat 14-15).

Untuk mendalami, dapat ditelaah dari kitab-kitab yang ditulis oleh ;


1. Sulaiman Ibnu Muhammad, “Kaifa Taqdhi Al-Mar’at ul Muslimah Waqtaha”,
2. Abdullah Ibnu Jarullah Ibrahim Al-Jarullah, dalam “Risalah Ilaa Kulli Muslim”,
3. Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimy, dalam “Syakhshiyah Al-Mar'ah Al-Muslimah”,
4. Ummu Abdillah, “Hadits Arba'in An-Nawawi”.

Anda mungkin juga menyukai