Mrih pana pranaweng kapti, agar jelas apa yang menjadi tujuan (hidup) sejati.
Tis tising tyas marsudi, Hati bertekad selalu berusaha dengan tekun,
21 Sayektine tan bisa ngepleki kuna. persis sama seperti di masa silam.
Pra mudha kang den karemi, namun di masa yang akan datang (masa kini),
Saben seba mampir masjid, setiap akan bekerja singgah dulu di masjid,
Sawadine tyas mami, Berguru menimba ilmu pada yang haji, maka
yang terpendam dalam hatiku, menjadi
Banget wedine ing mbesuk,
sangat takut akan hari kemudian,
Pranatan ngakir jaman,
Keadaan di akhir zaman,
Tan tutug kaselak ngabdi,
Tidak tuntas keburu “mengabdi”
Nora kober sembahyang gya
tinimbalan. Tidak sempat sembahyang terlanjur dipanggil.
28 Tuwin ketip suragama, begitu pula jika aku menjadi pengurus dan juru
Pan ingsun nora winaris, dakwah agama.
Kongsi tumekeng samangkin, warisan leluhur dari zaman dahulu kala hingga
kelak kemudian hari.
Kikisane tan lyan amung ngupa
boga. Ujungnya tidak lain hanyalah mencari nafkah.
Uripe lan tri prakara, Paugeran orang hidup itu demikian seyogyanya,
30 Kang wus waspadha ing patrap, Yang sudah paham tata caranya,
Ing saben rikala mangsa, Gemar terbenam dalam sepi (meredam nafsu),
Yeku aran wong barek berag itulah sebenarnya yang disebut menghayati
31 agama. agama.
Arahe para taruni, sikap anak muda bila mendapat petunjuk nyata,
Yen antuk tuduh kang nyata,
Tur wus manggon pamucunge yang dianggap pandita negara yang pandai,