Anda di halaman 1dari 32

IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK,


SYARAK BASANDI KITABULLAH
BAGI MASYARAKAT NAGARI DEWASA INI
PERANAN ‘MUSYAWARAT’ - ASAS DEMOKRASI -,
DASAR MENGEMBANGKAN ADAT BASANDI SYARAK,
SYARAK BASANDI KITABULLAH

Oleh : H. MAS’OED ABIDIN 1

PENGANTAR
Kehidupan bermasyarakat di Sumatera Barat sudah lama direkat
oleh kentalnya hubungan kebersamaan (gotongroyong,ta’awun) di
dalam tataran ranah budaya berat sepikul ringan sejinjing sebagai
perwujudan nyata nilai-nilai Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi
Kitabullah (ABS-SBK).
Tatanan budaya Minangkabau dengan ABS-SBK ternyata telah
terbukti dalam masa sangat panjang, mampu memberikan dorongan-
dorongan beralasan (motivasi) bagi semua gerak perubahan (reformasi)
dari satu generasi ke generasi berikut di Ranah Bundo ini.
Bahkan telah pula terbukti menjadi modal sangat besar untuk
meraih kemajuan di berbagai bidang pembangunan di daerah dan
nagari, di dusun dan taratak.
Sumbangan adat budaya ini tidak kecil artinya dalam mewujudkan
persatuan bangsa dan kesatuan wilayah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia tercinta ini.

1
Disampaikan sebagai materi dalam Bimbingan Teknis bagi Aparat
Pembina Pemerintahan Nagari se Sumatera Barat, tahun 2007, tanggal 2
– 4 Desember 2007, di Pangeran’s City, Jalan Dobi no.3-5, Padang, oleh
Wakil Ketua Dewan Penasehat MUI Sumbar, Ketua Dewan Dakwah
Sumbar, Ketua Umum BAZ Prov.Sumbar.

H. MAS’OED ABIDIN 1
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Kehidupan masyarakat Sumatra Barat kedepan, mesti di pacu


dengan ajakan selalu menanam kebaikan-kebaikan yang makruf.
Karena itu, kehidupan bermasyarakat mesti pula dipagar rapat-rapat,
agar dapat dicegah dari hal-hal yang merusak dan mungkarat.
Di samping itu, mesti pula digerakkan berbagai upaya yang dapat
menumbuhkan harga diri dengan sikap mental mau berusaha sendiri,
giat bekerja (enterprising), dengan pemantapan perilaku beradat
(sibgah, jati diri), dalam mengimplementasikan adat basandi syarak
syarak basandi Kitabullah, untuk membangun masyarakat baru
Sumatra Barat, yang dapat menolong diri sendiri (independent), serta
mampu mereposisi kondisinya dalam mengatasi kemiskinan, dan
ketertinggalan, di berbagai bidang.
Prakarsa ummat di Ranah Minang dalam membina anak nagari,
terutama di dalam berprilaku beradat, amat signifikan sepanjang
sejarah Ranah Bundo sampai kepelosok kampung, dusun dan taratak,
dengan pemahaman bahwa,
Rarak kalikih dek mindalu, tumbuah sarumpun jo sikasek,
Kok hilang raso jo malu, bak kayu lungga pangabek
Dan kata-kata bidal selanjutnya,
Nak urang Koto Hilalang, nak lalu ka pakan baso,
malu jo sopan kalau lah hilang, habihlah raso jo pareso,
Kedua ungkapan ini menjadi bukti terlaksana aturan beradat di
dalam tatanan masyarakat Minangkabau, yang mencakup cara bicara
(bahasa), pakaian, makanan, peralatan, gerak usaha ekonomi, struktur
masyarakat dan kekerabatan, kekayaan seni, tari, lagu, dan
peninggalan2 sejarah sebagai satu hasil produk budaya ranah Minang.
Pentingnya akhlak di ungkap penyair (ahli hikmah) ;

‫ وَ انْهُمُوا ذَهَبَتْ أَخْالَقُهُمْ ذَهَبُوا‬،ْ‫إِنَّمَا األُمَمُ األَخْالَقُ مَا بَقِيَت‬

2 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

“tegak rumah karena sendi, sendi hancur rumah binasa. Tegaknya bangsa
karena berbudi, budi hancur luluhlah bangsa”.
Masyarakat Minangkabau dengan falsafah “adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah”, mengajarkan pepatah tentang akhlak ini, di
antaranya, “Nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baiak budi, nan
indah baso” 2, atau “Bahasa menunjukkan bangsa”. Baik buruk
perangai (akhlak), menunjukkan tinggi rendahnya asal turunan. Budi
Pekerti selalu hidup, walaupun pelakunya sudah tiada. “Utang ameh
buliah dibaia, utang budi dibao mati”.
Dengan berakhlak kita menuju kepada taraf melakukan selfless help,
memberikan bantuan atau menanamkan ruhul infaq tanpa mengharapkan
balasan jasa.
Pembinaan masyarakat, memulai dari akar rumput, dari surau dan
rumah tangga serta lingkungan masyarakat yang diawali dengan
penanaman saling menghormati sesama besar, terhadap orang tua dan
anak-anak. Disini terletak kekuatan utama. Sayang menyayangi
medidik masyarakat mengarusutamakan ukhuwah mengedepankan
kepentingan orang banyak dengan sikap pemurah.

‫ وَ ل ْم‬،‫ وَ لمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا‬،َ‫لَيْـسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لمْ يُجِلُّ كَبِيْرَنا‬
)‫يَعْرِفْ لِعَالِمِنَا (رواه أحمد‬
Tidak terbilang kepada umatku – yakni umat Muhammad SAW – barang
siapa yang tidak menghormati yang tua, dan tidak menyayangi yang muda,
dan juga yang tidak mau arif mengikuti nasehat dari kalangan berilmu”
(HR. Ahmad).
Ahmad).
Potensi masyarakat mestinya digerakkan optimal dan terpadu
untuk menghidupkan tata masyarakat beradat itu.
Tujuan hendak dicapai adalah mencerdaskan ummat dengan
menanamkan budi pekerti (akhlaq) yang sesuai dengan bimbingan
2
Kuriak=rintik-rintik, kundi=biji saga. Arti peribahasa ini adalah “tiada
yang lebih baik dari budi bahasa”, Anas Nafis, Peribahasa Minangkabau,
Jakarta, Intermasa, 1996, kerjasama dengan YDIKM, hal.47.

H. MAS’OED ABIDIN 3
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

syariat Islami (adat bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah) di


Ranah Minang.
Sesungguhnya bimbingan aqidah bersendikan Kitabullah telah
mengajarkan bahwa tidak pantas bagi satu masyarakat yang hanya
selalu menuntut hak tanpa dibebani keharusan menunaikan kewajiban.
Martabat satu kaum akan hilang bila yang ada hanya memiliki
kewajiban-kewajiban tetapi tidak dapat menentukan hak apa-apa.
Sangat penting ditanam kembali upaya mambangkik batang tarandam.
Kandungan Kitabullah mewajibkan untuk memelihara hubungan
yang akrab dengan qarib ba’id dan daerah tetangga, sebagai kewajiban
iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Melaknat atau mengutuk
adalah perbuatan zalim, berarti mengusir dan menjauhkan dari rahmat-
Nya, karena Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya.
       
 
«  Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun,
akan tetapi manusia Itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka
sendiri. 
sendiri.  » (QS. 10, Yunus ayat 44).
Memperbaiki nasib dalam berbagai bidang, hanya dengan ikhtiar
terus menerus (sustainablity), berakhlak sabar (konsisten) tanpa
kesombongan, serta tidak mudah berputus asa (optimis). Sikap di atas,
sangat diperlukan dalam implementasi Otonomi Daerah di Sumatra
Barat di abad ini.

PERUBAHAN DALAM KEHIDUPAN BERADAT TELAH


MERAMBAH MINANGKABAU.
Ada gejala bahwa Adaik ndak di pacik arek, agamo ndak di
pagang taguah. Fakta menunjukkan bahwa adat tidak berdampak
banyak terhadap generasi muda.

4 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

Kendala ; buku susah dicari, tempat bertanya tidak ada, banyak


ninik mamak yang tidak mengerti adat, dan generasi muda di Nagari
mulai kebingungan.
Satu solusi yang dapat diterapkan, “giatkan kembali ke surau”
sebagai pusat pendidikan anak nagari dan pembinaan karakter generasi
Minang. Ranah Minang sedang menghadapi berbagai perubahan ;
 Terjadi krisis identitas pada generasi muda Minangkabau,
karena perubahan dalam nilai – nilai adat Minang itu.
 Adat tidak memberi pengaruh yang terlalu banyak terhadap
generasi muda Minangkabau.
 Generasi tua tidak memberikan suri teladan ke generasi muda
sehingga menimbulkan sikap apatis generasi muda terhadap adat
Minangkabau sendiri.
 Kembali ke surau dengan membuatnya menjadi satu
pendidikan informal.

SURAU ADALAH SUATU INSTITUSI YANG KHAS DALAM


MASYARAKAT MINANGKABAU.
Fungsinya bukan sekedar tempat sholat. Juga sebagai tempat
pendidikan. Tempat mendapat pengajaran bagi anak muda. Banyak
tokoh-tokoh besar tanah air dari Minang telah lahir dari surau.
Pengelolaan surau bisa dihidupkan kembali secara modern. Esensi dan
semangatnya melalui gerakan bersama anak Nagari. Kekuatan anak
nagari terletak pada gotongroyong, implementasi dari hidup berpuak
bersuku. Secara aplikatif, dalam kehidupan masyarakat beradat terbina
kerukunan dengan saling menghormati perbedaan (multi cultural),
diikat nilai “segan menyegani”, sesuai firman Allah SWT yang
menyatakan ;
      
     
        
“ Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah
(bangsa-bangsa)dan berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal
mengenal …”, (QS.49, al Hujurat : 13).

H. MAS’OED ABIDIN 5
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Nabi Muhammad SAW memesankan, “Perbedaan di tengah-


tengah umatku adalah rahmat” (Al Hadist). Selanjutnya, umat tidak
perlu cemas dengan perubahan, “innaz-zaman qad istadara”, bahwa
zaman selalu berubah dan masa senantiasa berganti (Al Hadist).
Petatah petitih (kata hikmah) di Minangkabau mengungkapkan ;
“Pawang biduak nak rang Tiku, Pandai mandayuang manalungkuik,
Basilang kayu dalam tungku, Disinan api mangko hiduik”.
hiduik”.
Kembali ke Nagari sesungguhnya menerapkan kembali sistim
banagari gerakan antisipatif terhadap derasnya perubahan arus
gelombang globalisasi dan penetrasi budaya luar (asing). Global
lifestyle telah mengubah perilaku masyarakat, praktek pemerintahan,
pengelolaan wilayah, asset, perkembangan norma dan adat istiadat,
mulai tampak terabaikan. Perubahan perilaku sangat kentara di dalam
perebutan prestise materialistis dan individualis, lebih utama dari
pencapaian kepentingan bermasyarakat. Akibatnya, idealisme
kebudayaan Minangkabau (gotong royong) mulai melemah, dan
menjadi sasaran cercaan.
Mengantisipasi perubahan perilaku ini, perlu segera menyiapkan
Nagari berprestasi dengan program kembali ke surau. Antara lain,
dengan cara ;
1. memberikan pendidikan dan pelatihan adat basandi
syarak-syarak basandi kitabullah terutama kepada generasi
muda di Nagari.
2. memberikan penyegaran pada tokoh-tokoh masyarakat
melalui pelatihan dan workshop tentang adat basandi syarak-
syarak basandi kitabullah.
3. mengevaluasi struktur kelembagaan dalam Nagari

Pada beberapa Nagari yang sudah berdaya, perlu ada dewan


pendidikan nagari, dilengkapi dengan sarana-sarana untuk memajukan
anak Nagari. Di ataranya perpustakaan Nagari, sebagai bagian dari
menghidupkan kembali banagari dan basurau melalui gerakan
pendidikan dan pengajaran generasi muda. Pendidikan dapat

6 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

dilaksanakan di berbagai tempat di lingkungan ba-korong ba-


kampuang, ba-jorong atau ba-kaum.

Kegiatan surau dikelola oleh alim ulama dan cerdik pandai yang
disebut suluah bendang di dalam Nagari, yang menjadi bagian
seutuhnya dari gerakan tali tigo sapilin, di tingkat Nagari.
Adanya Majelis Ulama Nagari sebagai suluah bendang adalah
benteng agama di Nagari.
Pertanyaannya adalah, apakah alim ulama suluah bendang di
Nagari telah menjadi bagian dari Majelis Ulama Nagari, dan apakah
Majelis Ulama Nagari itu berinduk ke MUI sebagai satu organisasi
yang berjenjang sampai ke tingkat provinsi ataupun pusat? Perlu
dipahami bahwa MUI adalah wadah musyawarah dari ulama dan
cendekiawan muslim yang berhimpun dalam ormas-ormas Islam.

NAGARI SEBAGAI REPUBLIK-REPUBLIK KECIL.


Nagari-nagari di Minangkabau telah memenuhi unsur suatu
negara, di mana dalam Nagari, terdapat unsur suku (masyarakat/
rakyat), wilayah (ulayat/pusako), penghulu (sako/ pemerintahan), serta
kedaulatan (adaik salingka nagari).
Walaupun, struktur Nagari yang seperti itu jarang bersua, maka
Pemerintahan Nagari, harus berupaya membangun kembali struktur
Nagari ini. Dengan menghidupkan suasana berpemerintahan Nagari
yang di ikat oleh satu PERDA tentang Pemerintahan Nagari mesti
ditindak-lanjuti dengan cerdas ;
 Membangun masyarakat adat Minangkabau, dengan cara
mengeluarkan peraturan bagi tiap suku, untuk melengkapi
kembali perangkat-perangkat sukunya.
 Memilih Wali Nagari yang memiliki kekuasaan sebagai
penghulu adat di Nagari, dengan kualifikasi keilmuan,
kejujuran, kesetiaan kepada negara, serta keahlian dalam
pemerintahan.
 Melahirkan peraturan Nagari, mewajibkan para perantau nagari
ikut membantu mengembangkan kampung halaman melalui

H. MAS’OED ABIDIN 7
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

sumbangan, pemikiran, dan penguatan perangkat


pemerintahan Nagari.
Perlu dipahami, bahwa sesungguhnya
sesungguhnya nagari di Minangkabau
(Sumatera Barat) seakan sebuah republik kecil, ada wilayah
(ulayat/pusako),
ulayat/pusako), ada rakyat (suku
(suku),
), ada pemerintahan (sako,
(sako, penghulu),
penghulu),
ada kedaulatan (adaik
(adaik salingka nagari),
nagari), yang memiliki sistim
demokrasi murni, pemerintahan sendiri, asset sendiri, wilayah sendiri,
perangkat masyarakat sendiri, sumber penghasilan sendiri, bahkan
hukum dan norma-norma adat sendiri.

FILOSOFI HIDUP NAGARI DI MINANGKABAU BERSUMBER


DARI ALAM.
Alam takambang jadi guru dan diberi ruh oleh Islam. Konsep
ABS-SBK adalah kristalisasi ajaran hukum alam yang bersumber dari
Islam. Maka, prinsip-prinsip ABS-SBK secara implementatif harus
masuk ke dalam seluruh kehidupan secara komprehensif dengan
perpaduan yang baik. Dengan demikian, kebudayaan Minangkabau
akan berlaku universal.
Langkah sekarang menjabarkan ajaran ABS-SBK, secara
implementatif dan aplikatif, sistematis dan terprogram,
terprogram, ke dalam
berbagai sistem kehidupan. Dimulai dari
dari pelaksanaan pemerintahan di
tingkat Nagari, seperti, kebersamaan, gotong royong, sahino samalu,
kekerabatan, penghormatan sesama, barek sapikue ringan sajinijing,
sajinijing,
yang menjadi kekuatan di dalam incorporated social responsibility.
Kekusutan Minangkabau, khususnya di tingkat Nagari-nagari
dapat diatasi dengan komunikasi dengan generasi muda. Persoalan
perilaku harus mendapatkan porsi yang besar, selain persoalan
kelembagaan.
Perilaku orang Minang terutama generasi muda, tengah beranjak
ke arah sangat mengkhawatirkan. Selain lemahnya komunikasi di
nagari, dan rapuhnya solidaritas. Diperlukan sosialisasi nilai-budaya
Minangkabau, dalam membentuk kembali struktur masyarakat adat di
Nagari.

8 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan adat bersendi


syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah adat
memberikan pelajaran antara lain ;
a) MENGUTAMAKAN PRINSIP HIDUP SEIMBANG.
Ketahuilah bahwa ni’mat Allah, sangat banyak.
        
 
“Dan jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah, niscaya kamu tidak
dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi maha Penyayang” (QS.16, An Nahl : 18).
Hukum Islam menghendaki keseimbangan antara
perkembangan hidup rohani dan jasmani.
"Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak atas kamu (supaya
kamu pelihara) dan badanmu (jasmanimu) pun berhak atasmu
supaya kamu pelihara" (Hadist).
Keseimbangan tampak dalam menjaga kemakmuran di ranah ini,
“Rumah gadang gajah maharam,
Lumbuang baririk di halaman,
Rangkiang tujuah sajaja,
Sabuah si bayau-bayau,
Panenggang anak dagang lalu,
Sabuah si Tinjau lauik,
Birawati lumbuang nan banyak,
Makanan anak kamanakan.
Manjilih ditapi aie,
Mardeso di paruik kanyang.

"Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati


besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan hidup
selama-lamanya" (Hadist).

b) KESADARAN KEPADA LUASNYA BUMI ALLAH.

H. MAS’OED ABIDIN 9
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Dianjurkan, jangan tetap tinggal terkurung dalam lingkungan yang


kecil.3 Diajarkan, bahwa Allah SWT telah menjadikan bumi
mudah untuk digunakan.
Maka, berjalanlah di atas permukaan bumi, makanlah dari
rezekiNya, kepadaNya lah tempat kamu kembali.
     
     
"Maka
Maka berpencarlah kamu di atas bumi, dan carilah karunia Allah
dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu
mencapai kejayaan". (QS.62, Al Jumu'ah : 10).
Karatau madang dihulu babuah babungo balun. Marantau buyuang
dahulu dirumah paguno balun.
Ditanamkan pentingnya kehati-hatian;
“Ingek sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih,
Ingek-ingek nan ka-pai, Agak-agak nan ka-tingga”.

C) MENCARI NAFKAH DENGAN "USAHA SENDIRI".

Memiliki jati diri, self help, mandiri dengan modal tulang


delapan kerat, dengan cara yang amat sederhana sekalipun, "lebih
terhormat", daripada meminta-minta dan menjadi beban orang lain.
Arahan syarak menyebutkan, "Kamu ambil seutas tali, dan dengan
itu kamu pergi kehutan belukar mencari kayu bakar untuk dijual
pencukupan nafkah bagi keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari
pada berkeliling meminta-minta". (Hadist).
Membiarkan diri hidup miskin dengan tidak berusaha adalah
salah. "Kefakiran (kemiskinan) membawa orang kepada kekufuran
(keingkaran)" (Hadist).

3
QS.4, An Nisak : 97.

10 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

Lalai (futuur) adalah penyakit hati yang berbahaya dan


mendatangkan malas dan lamban berkarya. Rasul SAW pesankan
berbuat tanpa kebosanan.
ُ‫َِا تَطِيْقُوْنَ فَوَاهللِ الَ يَمَلُّ اهللُ حتىَّ تَمَلُّوا وَ كَانَ أَحَب‬-
َ‫عَلَيْكُمْ بِم‬
ِ‫الدِّينَ مَا دَامَ صَاحِبُهُ عَلَيْه‬
“Lakukanlah amal sebatas kesanggupanmu. Sesungguhnya Allah
tidak akan bosan sehingga kalian merasa bosan. Sesungguhnya amal
yang paling disukai Allah ialah amal yang di kerjakan terus menerus,
sekalipun sedikit.” (HR.Muttafaqun ‘Alaih)

D) TAWAKKAL DAN BEKERJA DENGAN TIDAK BOROS.

Bekerja jadi unsur utama produksi, untuk memenuhi hak


hidup, hak keluarga, dan masyarakat, dengan mengoptimalkan
sumberdaya insani yang mengacu full employment.
Syarak (agama Islam) menghargai kerja sebelum menghargai
produk. Aktivitas produksi yang padat karya lebih disenangi
daripada padat modal, karena lebih memberdayakan produsen.
Menjadi pengemis sangat dibenci. Mencari rezeki dan berproduksi
selalu didampingi sikap tawakal. Tawakkal adalah ibadah hati,
yang melahirkan semangat utama dan akhlak paling mulia.
Tawakkal menduduki posisi penting dalam agama, dan dapat
dijadikan penggerak pembangunan Sumatera Barat Maju dan
Agamis.
         
        
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan
urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS.65, at-Thalaq:2).
Tawakkal adalah darjah muttaqin paling tinggi. Tawakal
bermakna mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan bekerja

H. MAS’OED ABIDIN 11
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

keras dan dengan sikap konsisten. "Bertawakkallah kamu, seperti


burung itu bertawakkal". Tak ada kebun tempat bertanam, tak ada
pasar tempat berdagang, setiap pagi dia terbang meninggalkan
sarangnya dalam keadaan lapar, dan setiap sore dia kembali dalam
keadaan "kenyang".4

َ‫لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ على اهللِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا َيرْزُقُ الطَّيْر‬

.‫تَغْدُوْ خِمَاصًا وَ تَرُوْحُ ِبطَانًا‬


“  Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar
tawakkal, niscaya Allah akan memberikan rezki seperti kepada seekor
burung yang keluar terbang pada pagi hari dalam keadaan lapar, dan
pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang 
kenyang  ”.(HR.
”.(HR. Ahmad,
Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Jangan kamu menadahkan tangan dan berharap, "Wahai
Tuhanku, berilah aku rezeki, berilah aku rezeki", sedang kamu
tidak berikhtiar apa-apa.
Langit tidak menurunkan hujan emas ataupun perak. Sergah
Umar kepada seorang pemuda.5
Taqwa memberi warna prilaku ‘adah kebiasaan masyarakat,
yang bertindak ta’awun. Sikap positif ummat ini, lahir karena
pemahaman dan pengamalan ajaran agama yang benar. Syarak
mangato adat memakai. Nilai-nilai kultur sedemikian, nan indak
lakang dek paneh, indak lapuak dek hujan.

E) KESADARAN KEPADA RUANG DAN WAKTU,

Dorongan berproduksi dan menghasilkan sesuai syarak (Islam)


memiliki nilai tambah dengan adanya fungsi sosial.
4
HR. Ibnu Majah.
5
Atsar Shahabat Khalif Umar bin Khattab, yang ditujukan kepada
seorang pemuda yang hanya berdoa tanpa berusaha.

12 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

Produksi yang Islami lebih mempertimbangkan keperluan


(needs) orang banyak, dibanding dengan mendapatkan keinginan
(wants), kesenangan bagi orang berdaya beli kuat saja.
Agama Islam membangkitkan kesadaran kepada ruang dan
waktu (space and time consciousness), kepada peredaran bumi,
bulan dan matahari, yang menyebabkan pertukaran malam dan
siang, dan pertukaran musim, yang memudahkan perhitungan
bulan dan tahun.
Menyia-nyiakan waktu, dengan pasti akan merugi. Maka,
kehidupan mesti diisi dengan amal berguna.6

   -- 


 
” dan Kami jadikan malam sebagai pakaian.
Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan ” (QS.78, An
Naba' : 10-11).

Malam disebut pakaian, karena malam itu gelap, menutupi


jagat sebagai layaknya pakaian menutupi tubuh manusia.

F) HARUS PANDAI MENGENDALIKAN DIRI.

Jangan melewati batas dan berlebihan, jangan boros.


     
     
   
"Wahai Bani Adam, ailah perhiasanmu, pada tiap-tiap (kamu pergi)
ke masjid (melakukan ibadah); dan makanlah dan minumlah, dan
jangan melampaui batas; sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas". (QS..7, Al A'raf : 31)

Manusia diharuskan berusaha membanting tulang, memeras


otak, untuk memanfaatkan sebanyak-banyak faedah dari alam

6
Ibid. QS.16 : 17 dan QS.14,Ibrahim : 33.

H. MAS’OED ABIDIN 13
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

sekeliling, menikmati dan mensyukuri, dalam rangka beribadah


kepada Ilahi.
Manusia harus menjaga perbuatan yang melanggar batas-batas
kepatutan dan kepantasan. Manusia mesti teguh mengendali hawa
nafsu, jangan sampai merusak, sebagai persembahan manusia
kepada Maha Pencipta.
Sikap hidup (attitude towards life) ini menjadi sumber motivasi
bagi kegiatan di bidang ekonomi dengan tujuan utama untuk
pemenuhan keperluan jasmani (material needs). Hasil nyata
tergantung kepada dalam dangkalnya sikap hidup tersebut berurat
dalam jiwa, serta tingkat kecerdasan, dan keadaan di mana
manusia berada. Amat perlu dijaga, agar selalu pandai mengendali
diri, jangan melewati batas, dan berlebihan.
“Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam ma-aruih, Ka
pantai ombak mamacah. Jiko mangauik kameh-kameh, Jiko
mencancang, putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo sudah”.

NAGARI TUMBUH DENGAN KONSEP TATA RUANG YANG


JELAS.
Nagari di Minangkabau Basasok Bajarami, Bapandam
bapakuburan (ba-pandam pekuburan), Balabuah (ba-gelanggang
lapangan tempat rang mudo bermain), Batapian (ba-tapian tempat
mandi), Barumah batanggo, Bakorong bakampuang, Basawah (ba-
sawah bapamatang), Baladang (ba-ladang babintalak), Babalai (Ba-
balerong, balai adat tempat musyawarah), Bamusajik (ba-surau
(musajik) tempat beribadah), sesuai dengan istilah-istilah yang lazim
dan mungkin berbeda penyebutannya pada setiap nagari.
Nagari di Minangkabau berada di dalam konsep tata ruang yang
jelas. Ba-balai (balairuang atau balai-balai adat) tempat musyawarah
dan menetapkan hukum dan aturan ;

14 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

“Balairuang tampek manghukum,


ba-aie janieh basayak landai,
aie janiah ikan-nyo jinak,
hukum adie katonyo bana,
dandam agiae kasumaik putuih,
hukum jatuah sangketo sudah”.
sudah”.
Ba-musajik atau ba-surau tempat beribadah,
“Musajik tampek ba ibadah, tampek balapa ba ma’ana,
batal”7,
tampek balaja al Quran 30 juz, tampek mangaji sah jo batal”
Artinya ada pusat pembinaan ummat untuk menjalin hubungan
masyarakat yang baik (hablum-minan-naas), dan terpelihara ibadah
dengan Khalik (hablum minallah).
Adanya balairuang dan musajik (surau) menjadi lambang utama
terlaksananya hukum.
Kedua lembaga balairung dan mesjid adalah dua institusi hukum
yang disebut dalam pepatah : “Camin nan tidak kabuah, palito nan
tidak padam”8 di dalam implementasi pemahaman “adat basandi
syara’, syara’ basandi Kitabullah., syara’ mangato adat nan kawi
syara’ nan lazim”.
Lembaga balai adat dan surau tidak dapat dipisah-pisahkan.
“Pariangan manjadi tampuak tangkai,
Pagarruyuang pusek Tanah Data,
Tigo Luhak rang mangatokan.
Adat jo syara’ jiko bacarai,
7
Memang di surau tidak ada yang dapat di cari benda-benda (materi),
kecuali hanya bekal ilmu, hikmah dan kepandaian-kepandaian untuk
mengharungi hidup di dunia ini, dan dalam mempersiapkan hidup di
akhirat. Sebagai terungkap di dalam Peribahasa Minangkabau, “bak
batandang ka surau”, karena memang surau tak berdapur (Anas Nafis,
1996:464 -Surau-2).
8
Dt.Rajo Pengulu, Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di
Minangkabau, 1994 : 62.

H. MAS’OED ABIDIN 15
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

bakeh bagantuang nan lah sakah,


tampek bapijak nan lah taban”.
taban”.
Apabila kedua sarana ini berperan sempurna, akan tampil
kehidupan masyarakat berakhlaq mulia (akhlaqul-karimah).
“Tasindorong jajak manurun,
tatukiak jajak mandaki,
adaik jo syara’ kok tasusun,
bumi sanang padi manjadi”.
manjadi”.
Konsep tata-ruang adalah salah satu kekayaan budaya sangat berharga
di nagari dan bukti idealisme nilai budaya di Minangkabau, termasuk
di dalam mengelola kekayaan alam dan pemanfaatan tanah ulayat.
Nan lorong tanami tabu, Nan tunggang tanami bambu, Nan gurun buek
kaparak, Nan bancah jadikan sawah, Nan munggu pandam pakuburan,
Nan gauang katabek ikan, Nan padang kubangan kabau, Nan rawang
ranangan itiak.

Nagari di Minangkabau tidak hanya sebatas pengertian ulayat


hukum adat namun yang paling utama adalah wilayah kesepakatan
berbagai komponen masyarakat di dalam nagari itu. Spiritnya adalah
a. KEBERSAMAAN (sa-ciok bak ayam sa-danciang bak basi).
“Anggang jo kekek cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo,
Panjang jo singkek pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito.”
b. KETERPADUAN (barek sa-pikua ringan sa-jinjiang) atau
“Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man janguak,
Adat isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-nyalang”, artinya
saling meringankan dalam hidup, “Karajo baiak ba-imbau-
an, Karajo buruak bahambau-an”.

c. MUSYAWARAH (bulek aie dek pambuluah, bulek kato dek


mupakat), dalam kerangka “Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh,
Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo”

16 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

d. KEIMANAN KEPADA ALLAH SWT sebagai pengikat spirit,


“Panggiriak pisau sirauik, Patungkek batang lintabuang,
Satitiak jadikan lauik, Sakapa jadikan gunuang, Alam
takambang jadikan guru ”.

e. KECINTAAN KE NAGARI adalah perekat yang sudah


dibentuk oleh perjalanan waktu dan pengalaman sejarah 9.
Menjaga anak nagari dari pada melewati batas-batas yang patut dan
pantas, agar jangan terbawa hanyut materi dan hawa nafsu yang merusak,
sangat menghendaki adanya keseimbangan antara kemajuan dibidang
rohani dan jasmani, dengan bimbingan syarak (agama).
“Jiko mangaji dari alif, Jiko babilang dari aso, Jiko naiak dari
janjang, Jiko turun dari tango”.

Tata ruang yang jelas memberikan posisi peran pengatur.

9
Bukti kecintaan kenagari ini banyak terbaca dalam ungkapan-ungkapan
pepatah hujan ameh dirantau urang hujang batu dinagari awak,
tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo mahiruik ambun.

H. MAS’OED ABIDIN 17
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Pemelihara dan pendukung sistim banagari yang terdiri dari urang


ampek jinih, yakni ninik mamak10, alim ulama11, cerdik pandai12, urang
mudo13, bundo kanduang14.

HUBUNGAN KERABAT MINANGKABAU BERLANGSUNG


HARMONIS DAN TERJAGA BAIK.
Perasaan kekeluargaan dan perasaan malu, akan terusik, bila anak
Minang tidak membina hubungan keluarganya dengan baik. Seseorang
akan dihargai oleh sukunya atau keluarganya apabila ia berhasil
menyatu dengan kaumnya dan tidak membuat malu kaummya.
Hubungan kekerabatan masyarakat Minangkabau yang kompleks
senantiasa dijaga dengan baik oleh ninik mamak dan penghulu di
Nagari.
Seseorang akan dianggap ada apabila ia berhasil menjadi sosok
yang diperlukan di kaumnya dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari
kelompoknya. Nilai-nilai ideal dalam kehidupan yang mesti dihidupkan
terus dalam menata kehidupan bernagari, antara lain adalah,
10
Penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninik mamak nan
gadang basa batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung tinggi,
sebagai suatu legitimasi masyarakat nan di lewakan.
11
Bisa juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib
nagari atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya sebagai urang
surau pemimpin agama Islam. Gelaran ini lebih menekankan kepada
pemeranan fungsi ditengah denyut nadi kehidupan masyarakat (anak
nagari).
12
Bisa saja terdiri dari anak nagari yang menjabat jabatan pemerintahan,
para ilmuan, perguruan tinggi, hartawan, dermawan.
13
Para remaja, angkatan muda, yang dijuluki dengan nan capek kaki
ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo.
14
Kalangan ibu-ibu, yang sesungguhnya ditangan mereka terletak garis
keturunan dalam sistim matrilinineal dan masih berlaku hingga saat ini.

18 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

1) rasa memiliki bersama,


2) kesadaran terhadap hak milik,
3) kesadaran terhadap suatu ikatan,
4) kesediaan untuk pengabdian,
5) dampak positif dari satu ikatan perkawinan, seperti mengurangi
sifat-sifat buruk turunan serta mempererat mata rantai antar
kaum.
Pembangunan Nagari-nagari harus memakai pola keseimbangan
dan pemerataan. Peningkatan usaha ekonomi masyarakat Nagari dipacu
dengan mengkaji potensi Nagari.
Pemberdayaan koperasi syariah di nagari menjadi semakin
strategis untuk mendukung peningkatan produktivitas, penyediaan
lapangan kerja yang lebih luas, dan peningkatan pendapatan bagi
masyarakat di nagari, terutama keluarga miskin.
Dalam rangka peningkatan efektivitas penanggulangan
kemiskinan dan mendukung peningkatan pendapatan masyarakat
berpendapatan rendah, maka penguatan usaha koperasi di utamakan
untuk mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin, di
nagari-nagari antaranya ;
a) memperluas jangkauan dan kapasitas pelayanan lembaga
koperasi dalam pola syariah (bagi hasil),
b) memberdayakan kaum perempuan (bundo kanduang) sebagai
pengusaha dan penghasil barang kerajinan yang laku di pasar,
c) meningkatkan kemampuan dalam aspek manajemen dan
teknis produksi anak nagari,
d) pembinaan sentra-sentra produksi tradisional dan usaha
ekonomi produktif lainnya di perdesaan dan daerah terpencil.
Koperasi anak nagari yang bergerak di bidang jasa keuangan,
seprti arisan atau julo-julo, mirip dengan perbankan syariah dalam
skala lebih kecil. Pengelola dan pengguna jasa koperasi ini meliputi
anak nagari, atau berbasis suku di nagari.

H. MAS’OED ABIDIN 19
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Dalam pembiayaan syariah, mudharabah mempunyai


implementasi spesifik, di mana ada trust financing, yang diberikan
kepada usaha anggota (anak nagari) yang sudah teruji memegang
amanah, dengan kelola yang baik, sehingga terhindar dari merugikan
satu dan lainnya, serta risiko dapat ditanggung bersama secara adil,
oleh sesama anggota koperasi syariah, akhirnya seluruh keuntungan
dan kerugian akan dibagi sesuai nilai penyertaan oleh anak nagari.
Selain kegiatan jasa keuangan, maka koperasi anak nagari juga
diperkenankan menjalankan kegiatan pengumpulan dan penyaluran
dana zakat, infak, dan sedekah termasuk wakaf dengan pengelolaan
yang terpisah, untuk kepentingan pembangunan anak nagari sesuai
dengan ketentuan syarak.
Mungkin ada Nagari yang lebih baik ekonomi masyarakat nya
(seperti, Rao-Rao, Situmbuak, Sumaniak, Limo Koum, Padang
Gontiang, Lintau, Batipuah, Pandai Sikek), namun ada pula Nagari
yang miskin (seperti Atar, Rambatan, Tanjuang Ameh, Saruaso,
Padang Lua dan Tanjuang Alam). Maka pengalokasian dana
hendaknya berimbang. Kekekrabatan dapat dijaga oleh ninik mamak
dan penghulu yang dihimpun dalam KAN;
a) dibalut dengan satu sistem pandangan
banagari,
b) cinta kepada Nagari yang sama
dipunyai,
c) kegiatan pembangunan yang
dipersamakan.

KEMBALI BERPEMERINTAHAN NAGARI

Semestinya kembali kepada sistim berpemerintahan nagari


dikuatkan oleh peran lembaga tungku tigo sajarangan dalam badan
musyawarah nagari dan kerapatan adat nagari, karena prinsip

20 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

musyawarah adalah pondasi utama dan mendasar adat basandi


syarak, syarak basandi Kitabullah.
Kembali kenagari secara implementatif harus bermula dari
kesediaan untuk rujuk kepada hukum adat (norma yang berlaku di
nagari) dan setia melaksanakan hukum positif (undang-undang negara).
Muara pertama ada pada supra struktur pemerintahan nagari di
mana kepala pemerintahan negari (kepala negari) akan berperan
sebagai kepala pemerintahan di nagari dan pimpinan adat di nagari.
Sebagai kepala pemerintahan terendah di nagari memiliki hirarki
berpucuk keatas dengan pemerintahan di atasnya (kecamatan atau
kabupaten). Sebagai kepala adat harus berurat kebawah yakni berada
di tengah komunitas dan paham semua perilaku adat istiadat anak
nagari (adat salingka nagari). Dengan begitu, Minangkabau tetap
bersatu, tetapi tidak bisa disatukan.
Muara kedua, dukungan masyarakat adat atau kesepakatan tungku
tigo sajarangan yang terdiri dari ninik mamak, alim ulama, cadiak
pandai, bundo kanduang dan kalangan rang mudo, dan mendapat
dukungan dalam satu tatanan sistim pemerintahan (perundang-
undangan). Maka, anak nagari sangat berkepentingan merumuskan
nagarinya. Konsepnya tumbuh dari akar nagari itu sendiri, bukanlah
suatu pemberian dari luar.
“ Lah masak padi 'rang singkarak, masaknyo batangkai-tangkai,
satangkai jarang nan mudo, Kabek sabalik buhus sintak, Jaranglah
urang nan ma-ungkai, Tibo nan punyo rarak sajo.”

Artinya diperlukan orang-orang yang ahli di bidangnya untuk


menatap setiap perubahan peradaban yang tengah berlaku, supaya
jangan tersua seperti kata orang “ibarat mengajar kuda memakan
dedak”.
Masyarakat nagari sesungguhnya tidak terdiri dari satu keturunan
(suku) saja tetapi terdiri dari beberapa suku yang pada asal muasalnya

H. MAS’OED ABIDIN 21
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

berdatangan dari berbagai daerah asal di sekeliling ranah bundo.


Sungguhpun berbeda, namun mereka dapat bersatu dalam satu kaedah
hinggok mancangkam tabang basitumpu atau hinggok mencari suku
dan tabang mencari ibu.
Hiyu bali balanak bali, ikan panjang bali dahulu.
Ibu cari dunsanak cari, induak samang cari dahulu.
dahulu.
Yang datang dihargai dan masyarakat yang menanti sangat pula
di hormati.
Dima bumi di pijak, di sinan langik di junjuang,
di situ adaik bapakai.
Disini tampak satu bentuk perilaku duduk samo randah tagak
samo tinggi, sebagai prinsip egaliter di Minangkabau.

NAGARI, SATU SISTEM PEMERINTAHAN TERENDAH,


DALAM STRUKTUR MASYARAKAT MINANGKABAU,
Sifatnya multi dimensi dan multi fungsi. Nagari mempunyai aspek
formal dan informal.
Secara formal dia adalah bahagian yang integral dari pemerintahan
nasional.
Secara informal dia adalah unit kesatuan adat dan budaya
Minangkabau.
Wilayah Nagari adalah suatu aset dalam pemerintahan Nagari.
Pemerintahan Nagari harus fokus menyiasati babaliak ka Nagari
sebagai suatu sistim berpemerintahan dan melaksanakan kehidupan
anak Nagari dalam tatanan adaik basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah.
Analisis Nagari yang paling utama adalah pemerintahan.
Bagaimana Nagari diatur dan dibangun.

22 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

Nagari adalah plural, bukan single, perbedaan sistem Nagari


tersebut membuat setiap Nagari mempunyai dinamika tersendiri.
Dari sisi adatnya, adaik salingka nagari.

KONSEP PEMERINTAHAN HARUS MAMPU MENAUNGI


MASYARAKAT.
Pemerintahan Nagari dibingkai undang-undang Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Implementasinya di tingkat Kabupaten, ada Perda
tentang Pemerintahan Nagari.
Dalam pelaksanaan pemerintahan di tingkat Nagari, hubungan
harus berdasarkan adat. Perlu dirancang peratuiran nagari tentang
kodifikasi adaik salingka nagari.
Maka, adat harus benar-benar dikuasai oleh semua aparat
pemerintahan Nagari. Adat tidak semata sebagai kekayaan sains (ilmu
pengetahuan) ke-Minangkabau-an. Adat harus dapat dilaksanakan
dalam kehidupan dan hubungan bermasyarakat.
Termasuk dalam sosialisasi kebijakan pemerintahan, sesuai
dengan perkembangan zaman dan pemanfaatan teknologi yang maju,
seperti musyawarah dalam perwujudan demokrasi, penyediaan
peluang bagi semua anak Nagari sebagai perwujudan dari hak asasi
manusia.

HAKIKAT BERPEMERINTAHAN NAGARI ADALAH


MEMATUHI UNDANG-UNDANG NEGARA.
Pemerintahan Nagari dapat menghidupkan jati diri kehidupan
beradat di Nagari. Kebanggaan orang dalam banagari adalah lahirnya
kepeloporan dalam berbagai bidang. Nagari itu dinamis, senantiasa
berubah, dan wajib di antisipasi dengan musyawarah anak Nagari yang

H. MAS’OED ABIDIN 23
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

dikuatkan oleh Wali Nagari. Setiap pemekaran, berpedoman kepada


pandangan adat dalam Nagari.
Nilai kepemimpinan Wali Nagari akan menjadi sangat kuat jika
diambilkan dari putra terbaik dan penghulu. Pemilihan dan
penetapannya mengindahkan kesetaraan dan keterwakilan. Nilai
kesetaraaan dan keterwakilan dari ninik mamak, alim ulama,cadiak
pandai dan tokoh – tokoh adat di dalam Nagari, mesti diperhitungkan
dengan cermat.
Urusan Nagari adalah urusan bersama seluruh warga masyarakat
Nagari. Bukan hanya urusan yang muda-muda atau urusan yang tua-
tua. Bukan pula urusan ninik mamak semata.
Kerjasama antara generasi, muda dan tua, cerdik dan pandai,
sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi Nagari.

A) BADAN MUSYAWARAH NAGARI, DIPILIH ANAK NAGARI,

Semestinya menjadi perwujudan dari tali tigo sapilin, tungku tigo


sajarangan. Implementasinya, terlihat dalam pemahaman adat. Nagari,
akan menjadi pelopor di dalam melaksanakan adat Minangkabau yang
berfalsafah Adaik basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah.
BAMUS Nagari adalah bentuk perwujudan dari prinsip demokrasi
dalam berpemerintahan, semacam badan legislatif tingkat Nagari,
untuk melaksanakan pemerintahan Nagari bersama-sama Wali Nagari
(Kepala Nagari). Maka, yang akan duduk di dalam BAMUS Nagari,
semestinya hanya beragama Islam. Karena, tidak dapat disebut
Minangkabau jika tidak beragama dengan Islam.
Keberadaan BAMUS menjadi bagian upaya mengembalikan unsur
adat ke hakikatnya.

24 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

Mengaktualisasikan fungsi dan peran tungku tigo sajarangan,


melalui keteladanan, terutama dalam pelaksananan agama (syarak) dan
adat, adalah satu bentuk otonomi penuh pada Nagari untuk mengatur
rumah tangga Nagari dengan berpedoman pada peraturan yang ada.
Wali Nagari bersama tokoh masyarakat dalam BAMUS akan
menyusun program-program pembangunan Nagari

B) KEBERADAAN KERAPATAN ADAT NAGARI HARUSLAH JELAS.

KAN di tingkat Nagari adalah badan otonom yang di tetapkan


oleh anak Nagari, terikat kaum dalam Nagari, dan memegang asal usul
serta kewenangan ulayat Nagari. Keanggotaan KAN seluruhnya terdiri
dari penghulu di Nagari, bagian dari tungku tigo sajarangan,
dimuliakan oleh anak Nagari, disebut nan gadang basa batuah.
Pertanyaannya, apakah semua anggota KAN terikat dengan
LKAAM (satu organisasi masyarakat yang berjenjang dari tingkat
provinsi)?
Jalan terbaik adalah menjadikan KAN mitra BAMUS Nagari,
sehingga hubungan antara adat dan pemerintahan di tingkat Nagari
terlihat nyata, topang menopang dan serasi. Melalui BAMUS Nagari,
diharapkan dapat digerakkan peran dan fungsi ninik mamak, yang
belum optimal membangun Nagari, disebabkan :
 Kurangnya figure penghulu dan pemangku adat yang sudah
banyak merantau.
 Kurangnya pengkaderan ninik mamak untuk memimpin
Nagari.

BAMUS Nagari harus menjadi pembangkik batang tarandam di


tengah pesatnya kemajuan bidang teknologi. Masalah asal usul dari
keanggotaan BAMUS di Nagari, adalah hal yang perlu
dipertimbangkan.

H. MAS’OED ABIDIN 25
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Termasuk inventarisasi asset, data base permasalahan Nagari,


bagian prinsip demokrasi yang murni dengan transparansi dan
akuntabilitas, sebagai otoritas masyarakat yang sangat independen.

C). LANGKAH PENTING ADALAH,


1. Menguasai informasi substansial
2. Mendukung pemerintahan yang menerapkan low-enforcement
3. Memperkuat kesatuan dan Persatuan di nagari-nagari
4. Muaranya adalah ketahanan masyarakat dan ketahanan diri.
Membangun nagari dimulai dengan apa yang ada, yaitu kekayaan
alam dan potensi yang terpendam dalam unsur manusia. Selangkah demi
selangkah. Masyarakat Minangkabau yang beradat dan beragama selalu
dalam hidupnya mengenang hidup sebelum mati dan hidup sesudah hidup
(dibalik mati) itu. Membangun umat yang baik, di awali dengan
memperbaiki silaturrahim.
‫الديَا َر َو‬
ِّ ‫ن‬َ ‫َم ْر‬
ِّ ‫ن الِجوَا ِر ُيع‬
ُ‫س‬
ْ‫ح‬
ُ ‫ق َو‬
ِ ‫خُل‬
ُ ‫ن اْل‬
ُ‫س‬
ْ‫ح‬
ُ ‫ح ِم َو‬
ِ ‫الر‬
َّ ‫صَل ُة‬
ِ
(‫ ) رواه أحمد‬.ِ‫عمَار‬
ْ ‫ن فِى األ‬
َ ‫َي ِز ْد‬
“Menghubungkan silaturrahim, budi pekerti yang baik den berbuat baik
terhadap tetangga, itulah yang akan meramaikan kampung dan menambah
umur”. (HR Ahmad)

Di dalam membangun Nagari berlandasan adat basandi syrak,


syarak basandi Kitabullah, mestilah dijauhi prasangka buruk dengan
menerapkan transparansi dan good governence atau pengelolaan yang
baik.
Rasulullah SAW berpesan kepada kita ;

‫إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث وال تجسسوا وال تنافسوا وال‬
‫تحاسدوا وال تباغضوا وال تدابروا وكونوا عباد اهلل إخوانا‬

26 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

“Jauhilah oleh kalian akan dzan (prasangka), karena prasangka itu adalah
dusta yang amat besar. Janganlah kalian mencari kesalahan orang lain,
jangan pula mencari-cari aib (keburukan) orang lain, janganlah pula kalian
bersaing (dengan tidak sehat), janganlah kalian saling iri dan dengki, jangan
saling benci, jangan saling bermusuhan, dan jadilah hamba-hamba Allah
yang bersaudara.” (H.R. At Tirmizi).
Mengimplementasikan adat basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah dalam mengemban tugas kembali kenagari, sesungguhnya
adalah, menggali kembali potensi dan asset nagari, dengan memanggil
potensi yang ada dalam unsur manusia di nagari.
Kemudian observasinya dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan,
daya geraknya didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya
kemauannya dibangkitkan, dengan menumbuhkan atau mengembalikan
kepercayaan kepada diri sendiri. Dengan mempertajam daya observasi,
dan meningkatkan daya pikir masyarakat di nagari, akan berlanjut
dengan mendinamisir daya gerak serta memperhalus daya rasa.
Selanjutnya, meningkat kepada pengembangan daya cipta, dan
menumbuh bangkitkan daya kemauan anak Nagari.
Melalui upaya ini dapat dikembalikan kepercayaan diri untuk
melaksanakan peningkatan taraf hidup dengan sikap mandiri (self help)
sebagai jati diri bangsa. Sesuai bimbingan Allah SWT:
        
 
"Allah
Allah tidak akan memberikan perubahan terhadap apa-apa dengan
satu kaum, sampai kaum itu berupaya melakukan perubahan
(perbaikan) terhadap sikap jiwa (apa yang ada) dalam diri mereka
sendiri.". (Ar Ra'd, 13:11).

Dalam petatah petitih Minangkabau disebutkan bagaimana


mestinya seseorang mengubah kondisinya ;
Handak kayo badikik-dikik, Handak tuah batabua urai, Handak mulia
tapek-i janji, Handak luruih rantangkan tali, Handak buliah kuat
mancari, Handak namo tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja.

H. MAS’OED ABIDIN 27
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Dek sakato mangkonyo ado, Dek sakutu mangkonyo maju, Dek ameh
mangkonyo kameh, Dek padi mangkonyo manjadi.

Modal terpenting membangun Nagari menguatkan silaturahim


(network). Rasulullah SAW bersabda:
-
‫يا عقبة أال أخبرك بأفضال األخالق أهل الدنيا و اآلخرة؟‬
‫تصل من قطعك وتعطى من حرمك وتعفو عمن ظلمك‬
“Wahai ‘Uqbah, maukah engkau aku beritahukan akhlak penghuni dunia
dan akhirat yang paling mulia? Yaitu: Menyambung silaturrahim
(hubungan kekeluargaan dan persaudaraan) dengan orang yang
memutuskan hubungan silaturrahminya denganmu. Memberi kepada
orang yang tidak mau atau tidak pernah memberimu. Memaafkan orang
yang pernah menzhalimimu atau menganiayamu. (H.R. Al-Hakim)

D). DIPERLUKAN KERJA KERAS,


1. Meningkatkan Mutu SDM anak nagari,
2. Memperkuat Potensi yang ada melalui program utama,
a. menumbuhkan SDM Negari yang sehat dengan gizi
cukup,
b. meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi (terutama terapan),
c. mengokohkan pemahaman agama, sehingga anak negari
menjadi sehat rohani,
d. menjaga terlaksananya dengan baik norma-norma adat,
sehingga anak nagari menjadi masyarakat beradat yang
beragama (Islam).
3. Menggali potensi SDA yang ada di nagari, yang diselaraskan
dengan perkembangan global yang tengah berlaku,
4. Memperkuat ketahanan ekonomi rakyat.

28 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

Membangun kesejahteraan bertitik tolak pada pembinaan unsur


manusianya. Dari self help (menolong diri sendiri) kepada mutual help,
tolong-menolong, sebagai puncak budaya adat basandi syarak, syarak
basandi kitabullah. Dalam rangka pembagian pekerjaan, ber-ta'awun
sesuai anjuran syarak (agama Islam).
"Bantu membantu, ta'awun, mutual help dalam rangka pembagian
pekerjaan (division of labour) menurut keahlian masing-masing ini, akan
mempercepat proses produksi, dan mempertinggi mutu, yang dihasilkan.
Itulah taraf ihsan yang hendak di capai.
5. Memperindah nagari dengan menumbuhkan percontohan-
percontohan di nagari, yang tidak hanya bercirikan ekonomi
tetapi indikator lebih utama kepada moral adat “nan kuriak
kundi, nan sirah sago, nan baik budi nan indah baso”
6. Mengefisienkan organisasi pemerintahan nagari dengan reposisi
(dudukkan kembali komponen masyarakat pada posisinya
sebagai subyek di nagari) dan refungsionisasi (pemeranan
fungsi-fungsi elemen masyarakat).
7. Memperkuat SDM bertujuan membentuk masyarakat beradat dan
beragama sebagai suatu identitas yang tidak dapat ditolak dalam
kembali kenagari.

Satu konsepsi tata cara hidup, sistem sosial dalam "iklim adat
basandi syara' syara' basandi Kitabullah", dalam rangka pembinan
negara dan bangsa kita keseluruhannya. Yakni untuk melaksanakan
Firman Ilahi;
        
       
          
 
"Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk) sebagaimana Allah
berbuat baik terhadapmu sendiri (yakni berbuat baik tanpa harapkan
balasan). (QS.28, Al Qashash : 77)

H. MAS’OED ABIDIN 29
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Kekuatan moral yang dimiliki, ialah menanamkan motivasi


(nawaitu) dalam diri anak nagari untuk membangun nagarinya,
“Latiak-latiak tabang ka Pinang, Hinggok di Pinang duo-duo,
Satitiak aie dalam piriang, Sinan bamain ikan rayo.”

Latar belakang usaha kedepan adalah merombak tradisi dengan


membuka pikiran dan jalan baru bagi anak nagari (masyarakat)
Minangkabau di Sumatera Barat, dan memulai dari urat masyarakat itu
sendiri, dengan cara-cara yang praktis, melalui amaliyah yang sepadan
dengan kekuatan mereka, sejalan dengan membangun jiwa dan pribadi
mereka, sebagai satu umat yang mempunyai wijhah, falsafah dan
tujuan hidup yang nyata, yang mempunyai shibgah, corak kepribadian
yang terang, yang di sebut dengan istilah “satu aspek dari Social
Reform”. Inilah hakekat pembangunan masyarakat itu.

Belajar kepada alam, mengambil pelajaran dari perjalanan hidup


yang tengah di arungi, seiring bidal pantun;
Biduak di kayuah manantang ombak
Laia di kambang manantang angin.
Nangkodoh ingek kamudi
padoman nan usah dilupokan.

Mengabaikan adat dan syarak ini, adalah satu kerugian, karena


berarti mengabaikan satu partner "yang amat berguna" dalam
pembangunan masyarakat nagari dan negara.

،ِ‫اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ المُؤْمِنَاتِ وَ المُسْلِمِيْنَ وَ اْلمُسْلِمَات‬


َ‫ و‬،‫ اللَّهُمَّ اجْعَلْ يَوْمَنَا خَيْرًا ِمنْ أَمْسِنَا‬.ِ‫اَألَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ اْألَمْوَات‬
،‫ وَ احْسِنْ عَاقِبَتَنَا فيِ األُمُوْرِ كُلِّهَا‬،‫اجْعَلْ غَدَنَا خَيْرًا ِمْن يَوْمِنَا‬
30 H. MAS’OED ABIDIN
‫‪IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH‬‬

‫وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ اآلخِرَةِ‪ ،‬اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلعَفْ َو‬
‫وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا‪ ،‬رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا‬
‫حَسَنَةً وَ فِى اآلخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ‪ .‬رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ‬
‫الرحِيْمِ‪ .‬سُبْحَانَ‬ ‫أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تبُ ْعَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ َّ‬
‫رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَالَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ‬
‫هلل رَبِّ العَالَمِيْنَ‪.‬‬‫ِ‬

‫‪Padang, 30 Nopember 2007‬‬

‫‪BIO DATA‬‬

‫‪H. MAS’OED ABIDIN‬‬

‫‪Lahir tanggal : 11 Agustus 1935 di Kotogadang, Bukittinggi,‬‬

‫‪H. MAS’OED ABIDIN‬‬ ‫‪31‬‬


DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Dari pasangan : H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo dan Khadijah
binti Idriss.
Pendidikan : Surau (madrasah) Rahmatun Niswan Koto Gadang, Sumatra
Thawalib Syeikh H. Abdul Mu’in Lambah, Sumatra Thawalib Syaikh Ibrahim
Moesa Parabek, SR 6 tahun di Kotogadang, SMP Negeri II di Bukittinggi (1954),
SMA Negeri A/C di Bukittinggi (1957), dan FKIP UNITA Padangsidempuan,
FKIP Medan (1963).
Jabatan sekarang : Wakil Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumbar di
Padang, Wakil Ketua Dewan Penasehat MUI Sumbar, Ketua Umum BAZ
Provinsi. Sumbar.
Alamat sekarang : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146),
Fax/Telepon 52898, Tel: 58401.

Buku yang sudah diterbitkan ;


1. Islam Dalam Pelukan Muhtadin MENTAWAI, DDII Pusat, Percetakan
ABADI, Jakarta - 1997.
2. Dakwah Awal Abad, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2000.
3. Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok, Pustaka Mimbar Minang, Padang –
2001.
4. Suluah Bendang di Minangkabau, Pustaka Mimbar Minang, Padang.2002
5. Pernik Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang, Padang 2003
6. Surau Kito, PPIM Sumbar, Padang – 2004.
7. Silabus Surau, PPIM Sumbar, Padang – 2004.
8. Adat jo Syarak di Minangkabau, PPIM Sumbar, Padang – 2004.
9. Implementasi ABS-SBK, PPIM Sumbar, Padang – 2004.
Web-site : http://www.masoedabidin@yahoogroups.com
mailto : masoedabidin@hotmail.com
masoedabidin@yahoo.com

32 H. MAS’OED ABIDIN

Anda mungkin juga menyukai