PENGANTAR
Kehidupan bermasyarakat di Sumatera Barat sudah lama direkat
oleh kentalnya hubungan kebersamaan (gotongroyong,ta’awun) di
dalam tataran ranah budaya berat sepikul ringan sejinjing sebagai
perwujudan nyata nilai-nilai Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi
Kitabullah (ABS-SBK).
Tatanan budaya Minangkabau dengan ABS-SBK ternyata telah
terbukti dalam masa sangat panjang, mampu memberikan dorongan-
dorongan beralasan (motivasi) bagi semua gerak perubahan (reformasi)
dari satu generasi ke generasi berikut di Ranah Bundo ini.
Bahkan telah pula terbukti menjadi modal sangat besar untuk
meraih kemajuan di berbagai bidang pembangunan di daerah dan
nagari, di dusun dan taratak.
Sumbangan adat budaya ini tidak kecil artinya dalam mewujudkan
persatuan bangsa dan kesatuan wilayah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia tercinta ini.
1
Disampaikan sebagai materi dalam Bimbingan Teknis bagi Aparat
Pembina Pemerintahan Nagari se Sumatera Barat, tahun 2007, tanggal 2
– 4 Desember 2007, di Pangeran’s City, Jalan Dobi no.3-5, Padang, oleh
Wakil Ketua Dewan Penasehat MUI Sumbar, Ketua Dewan Dakwah
Sumbar, Ketua Umum BAZ Prov.Sumbar.
H. MAS’OED ABIDIN 1
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
2 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
“tegak rumah karena sendi, sendi hancur rumah binasa. Tegaknya bangsa
karena berbudi, budi hancur luluhlah bangsa”.
Masyarakat Minangkabau dengan falsafah “adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah”, mengajarkan pepatah tentang akhlak ini, di
antaranya, “Nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baiak budi, nan
indah baso” 2, atau “Bahasa menunjukkan bangsa”. Baik buruk
perangai (akhlak), menunjukkan tinggi rendahnya asal turunan. Budi
Pekerti selalu hidup, walaupun pelakunya sudah tiada. “Utang ameh
buliah dibaia, utang budi dibao mati”.
Dengan berakhlak kita menuju kepada taraf melakukan selfless help,
memberikan bantuan atau menanamkan ruhul infaq tanpa mengharapkan
balasan jasa.
Pembinaan masyarakat, memulai dari akar rumput, dari surau dan
rumah tangga serta lingkungan masyarakat yang diawali dengan
penanaman saling menghormati sesama besar, terhadap orang tua dan
anak-anak. Disini terletak kekuatan utama. Sayang menyayangi
medidik masyarakat mengarusutamakan ukhuwah mengedepankan
kepentingan orang banyak dengan sikap pemurah.
وَ ل ْم، وَ لمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا،َلَيْـسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لمْ يُجِلُّ كَبِيْرَنا
)يَعْرِفْ لِعَالِمِنَا (رواه أحمد
Tidak terbilang kepada umatku – yakni umat Muhammad SAW – barang
siapa yang tidak menghormati yang tua, dan tidak menyayangi yang muda,
dan juga yang tidak mau arif mengikuti nasehat dari kalangan berilmu”
(HR. Ahmad).
Ahmad).
Potensi masyarakat mestinya digerakkan optimal dan terpadu
untuk menghidupkan tata masyarakat beradat itu.
Tujuan hendak dicapai adalah mencerdaskan ummat dengan
menanamkan budi pekerti (akhlaq) yang sesuai dengan bimbingan
2
Kuriak=rintik-rintik, kundi=biji saga. Arti peribahasa ini adalah “tiada
yang lebih baik dari budi bahasa”, Anas Nafis, Peribahasa Minangkabau,
Jakarta, Intermasa, 1996, kerjasama dengan YDIKM, hal.47.
H. MAS’OED ABIDIN 3
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
4 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
H. MAS’OED ABIDIN 5
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
6 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
Kegiatan surau dikelola oleh alim ulama dan cerdik pandai yang
disebut suluah bendang di dalam Nagari, yang menjadi bagian
seutuhnya dari gerakan tali tigo sapilin, di tingkat Nagari.
Adanya Majelis Ulama Nagari sebagai suluah bendang adalah
benteng agama di Nagari.
Pertanyaannya adalah, apakah alim ulama suluah bendang di
Nagari telah menjadi bagian dari Majelis Ulama Nagari, dan apakah
Majelis Ulama Nagari itu berinduk ke MUI sebagai satu organisasi
yang berjenjang sampai ke tingkat provinsi ataupun pusat? Perlu
dipahami bahwa MUI adalah wadah musyawarah dari ulama dan
cendekiawan muslim yang berhimpun dalam ormas-ormas Islam.
H. MAS’OED ABIDIN 7
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
8 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
H. MAS’OED ABIDIN 9
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
3
QS.4, An Nisak : 97.
10 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
H. MAS’OED ABIDIN 11
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
َلَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ على اهللِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا َيرْزُقُ الطَّيْر
12 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
6
Ibid. QS.16 : 17 dan QS.14,Ibrahim : 33.
H. MAS’OED ABIDIN 13
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
14 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
H. MAS’OED ABIDIN 15
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
16 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
9
Bukti kecintaan kenagari ini banyak terbaca dalam ungkapan-ungkapan
pepatah hujan ameh dirantau urang hujang batu dinagari awak,
tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo mahiruik ambun.
H. MAS’OED ABIDIN 17
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
18 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
H. MAS’OED ABIDIN 19
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
20 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
H. MAS’OED ABIDIN 21
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
22 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
H. MAS’OED ABIDIN 23
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
24 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
H. MAS’OED ABIDIN 25
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
إياكم والظن فإن الظن أكذب الحديث وال تجسسوا وال تنافسوا وال
تحاسدوا وال تباغضوا وال تدابروا وكونوا عباد اهلل إخوانا
26 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
“Jauhilah oleh kalian akan dzan (prasangka), karena prasangka itu adalah
dusta yang amat besar. Janganlah kalian mencari kesalahan orang lain,
jangan pula mencari-cari aib (keburukan) orang lain, janganlah pula kalian
bersaing (dengan tidak sehat), janganlah kalian saling iri dan dengki, jangan
saling benci, jangan saling bermusuhan, dan jadilah hamba-hamba Allah
yang bersaudara.” (H.R. At Tirmizi).
Mengimplementasikan adat basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah dalam mengemban tugas kembali kenagari, sesungguhnya
adalah, menggali kembali potensi dan asset nagari, dengan memanggil
potensi yang ada dalam unsur manusia di nagari.
Kemudian observasinya dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan,
daya geraknya didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya
kemauannya dibangkitkan, dengan menumbuhkan atau mengembalikan
kepercayaan kepada diri sendiri. Dengan mempertajam daya observasi,
dan meningkatkan daya pikir masyarakat di nagari, akan berlanjut
dengan mendinamisir daya gerak serta memperhalus daya rasa.
Selanjutnya, meningkat kepada pengembangan daya cipta, dan
menumbuh bangkitkan daya kemauan anak Nagari.
Melalui upaya ini dapat dikembalikan kepercayaan diri untuk
melaksanakan peningkatan taraf hidup dengan sikap mandiri (self help)
sebagai jati diri bangsa. Sesuai bimbingan Allah SWT:
"Allah
Allah tidak akan memberikan perubahan terhadap apa-apa dengan
satu kaum, sampai kaum itu berupaya melakukan perubahan
(perbaikan) terhadap sikap jiwa (apa yang ada) dalam diri mereka
sendiri.". (Ar Ra'd, 13:11).
H. MAS’OED ABIDIN 27
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
Dek sakato mangkonyo ado, Dek sakutu mangkonyo maju, Dek ameh
mangkonyo kameh, Dek padi mangkonyo manjadi.
28 H. MAS’OED ABIDIN
IMPLEMENTASI ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH
Satu konsepsi tata cara hidup, sistem sosial dalam "iklim adat
basandi syara' syara' basandi Kitabullah", dalam rangka pembinan
negara dan bangsa kita keseluruhannya. Yakni untuk melaksanakan
Firman Ilahi;
"Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk) sebagaimana Allah
berbuat baik terhadapmu sendiri (yakni berbuat baik tanpa harapkan
balasan). (QS.28, Al Qashash : 77)
H. MAS’OED ABIDIN 29
DALAM MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT
وَ أَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَ عَذَابِ اآلخِرَةِ ،اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ اْلعَفْ َو
وَ العَافِيَةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَهْلِيْنَا وَ أَمْوَالِنَا ،رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَ فِى اآلخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ .رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ
الرحِيْمِ .سُبْحَانَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تبُ ْعَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ َّ
رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَالَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَ اْلحَمْدُ
هلل رَبِّ العَالَمِيْنَ.ِ
BIO DATA
Dari pasangan : H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo dan Khadijah
binti Idriss.
Pendidikan : Surau (madrasah) Rahmatun Niswan Koto Gadang, Sumatra
Thawalib Syeikh H. Abdul Mu’in Lambah, Sumatra Thawalib Syaikh Ibrahim
Moesa Parabek, SR 6 tahun di Kotogadang, SMP Negeri II di Bukittinggi (1954),
SMA Negeri A/C di Bukittinggi (1957), dan FKIP UNITA Padangsidempuan,
FKIP Medan (1963).
Jabatan sekarang : Wakil Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Sumbar di
Padang, Wakil Ketua Dewan Penasehat MUI Sumbar, Ketua Umum BAZ
Provinsi. Sumbar.
Alamat sekarang : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP - 25146),
Fax/Telepon 52898, Tel: 58401.
32 H. MAS’OED ABIDIN