Anda di halaman 1dari 11

KAPAMALIAN DI DESA KANEKES

KECAMATAN LEUWIDAMAR KABUPATEN LEBAK-BANTEN


(Ulikan Etnopedagogi)

Muhamad Kusaeri
MGMP Kabupaten Pandeglang
pos-el: m.kusaeri95@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan kurangnya pemahaman masyarakat umum
pada makna dan nilai pendidikan dalam kapamalian yang hidup disekelilingnya. Tujuan
dari penelitian ini untuk mendeskripsikan kapamalian yang ada di Desa Kanekes,
menjelaskan klasifikasi dan fungsinya, perkembangannya, dan memaparkan nilai-nilai
etnopedagogi yang ada dalam kapamalian tersebut. Metode yang digunakan yaitu medtode
deskriftif kualitatif. Sumber data dalam penelitian adalah dari tiga informan di Desa Kanekes.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dan wawancara, serta
analisis datanya dengan menggunakan kartu data. Hasil penelitiannya yaitu, pertama
ditemukan 140 kapamalian yang ada di Desa Kanekes. Kedua klasifikasinya terbagi
kedalam, 24 pamali dasar, 8 pamali untuk barés kolot, 103 pamali untuk umum, dan 5 pamali
untuk tamu yang secara umum memiliki fungsi sebagai aturan adat. Ketiga
perkembangannya, ada 13 pamali yang termasuk pamali baru. Keempat nilai
étnopedagoginya, ada 1 pamali yang berkaitan dengan moral manusia dengan Tuhan (0,8%),
63 pamali yang berkaitan dengan moral manusia dengan pribadinya (45%), 22 pamali yang
berkaitan dengan moral manusia dengan manusia lainnya (15,7%), 16 pamali yang berkaitan
dengan moral manusia dengan alam (11,4%), 8 pamali yang berkaitan dengan moral manusia
dengan waktu (5,7%), dan 30 pamali yang berkaitan dengan moral manusia dalam mencapai
kesejahteraan lahir batin (21,4%). Kesimpulannya, kapamalian yang ada di Desa Kanekes
mempunyai peran penting sebagai aturan adat yang dipercaya dan diterapkan oleh
masayrakatnya, selain itu pamali mempunyai nilai pendidikan moral bagi masyarakat yang
berbasis pada kearifan lokal yang disebut etnopedagogi.

Kata kunci: folklor, pamali, etnopedagogi

KAPAMALIAN IN KANEKES VILLAGE


LEUWIDAMAR DISTRICT LEBAK-BANTEN REGENCY
(Analyzing Ethnopedagogy)

Abstract
The background of this research is people’s lack understanding towards meaning and value
of kapamalian exist around them. The puposed of this research is to describe kapamalian in
Kanekes village, explain the classification and its function, the development, and revealing
ethno-pedagogical values contained in the Kapamalian. This research employed descriptive
qualitative approach. The data were gained from three native villagers in Kanekes village.
The employed technique in the research was studi pustaka, observation, interview, and the
data analysis was conducted using the data card. The first finding was that there were 140
kapamalian in Kanekes village. Secondly, the classification was divided into 24 basic pamali,
8 pamali for the barés kolot, 103 pamali for the public, and 5 pamali for the guest which
basically played as the culture rules. Thirdly, the development, there were 13 new pamali.
Fourthly, the ethno-pedagogical value, there was 1 pamali related to humans morality to

142
Muhammad Kusaeri.: Kapamalian di Desa Kanekes… | 143

God (0,8%), 63 pamali related to human morality with their personality (45%), 22 pamali
related to the human morality to humans (15,7%), 16 pamali related to human morality to
nature (11,4%), 8 pamali related to the human morality to time (5,7%), and 30 pamali
related to human morality to their way to achieve prosperity (21,4%). Conclusion,
kapamalian in Kanekes village plays an important role in regulating the culture which is
believed and applied by the people, besides, pamali contains moral value for the people
based on the local values namely ethno-pedagogy.

Key word: folklore, pamali, ethnopedagogy

PENDAHULUAN 61) bahwa masyarakat Baduy Dalam tidak


Masyarakat yang berada di Desa Kankes boléh (dipamalikan) berpacaran di hutan,
Kecamatan Lebak-Banten merupakan naik kendaraan (motor, mobil, kapal, dsb)
masarakat adat Sunda yang sering disebut karena dapat mendatangkan petaka.
masyarakat Baduy. Jaro Dainah (dalam Sedikit berbeda dengan masyarakat Baduy
Kurnia, 2010 hlm.18) menjelaskan bahwa Luar yang sudah dipengaruhi oleh
Kanekes nama desa, Baduy sebutan modernisasi, yang mengakibatkan
masyarakatnya, selain itu sebutan yang beberapa pamalinya sudah tidak berlaku
dibuat oleh masyarakat luar Baduy. lagi. sebagai mana yang dijelaskan oléh
Masyarakat Baduy merupakan Hamidimadja (1998, hlm. 58) bahwa teu
masyarakat adat Sunda yang masih kukuh meunang ngala bungbuahan nu aya di
menganut ajaran nenek moyangnya. kebon batur, bisi bareuh beuteung (tidak
Masyarakat Baduy ter bagi dua, yaitu boléh mengambil buah di kebut orang lain,
Baduy Luar dan Baduy Dalam. karena bisa mengakibatkan perut
Masyarakat Baduy mempunyai membengkak). Meskipun begitu, pamali
aturan khusus dalam mengatur pola yang sifatnya wajib masih dipercaya dan
kehidupannya sehari-hari. Hal ini diatur diterapkan. Terbukti samapai saat ini
dalam sebuah amanat kabuyutan yang pamali masih hidup dan selalu diwariskan
disebut Pikukuh Karuhun. Aturan-aturan dari generasi ke generasi.
adat yang dibuat oleh nenek moyang Pamali merupakan larangan yang
masyarakat Baduy bertujuan untuk dibuat oleh nenek moyang yang
mengatur semua tindak perilaku dalam diwariskan pada keturunannya. Setiap
kehidupan masyarakat Baduy. Salah satu daerah memiliki pamali yang beragam
dari aturan tersebut adalah kapamalian. yang berbeda dengan daerah lainnya,
Kapamalian di Baduy diwariskan meskipun beberapa pamali mungkin ada
dari generasi ke generasi secara lisan. yang sama. Sebagai mana yang dijelaskan
Kurnia (2010, hlm. 9) menjelaskan bahwa Hidding (dalam Rahmat K, 2000, hlm. 15)
masyarakat Baduy Dalam, memegang bahwa pamali adalah larangan yang
teguh pada semua yang dipamalikan yang sifatnya tidak logis dan menakut-nakuti
sudah dibuat oléh nenek moyangnya. Oleh yang diwariskan secara turum-temurun
sebab itu setiap aturan adat yang dibuat dari generasi ke generasi seterusnya.
oleh leluhurnya, selalu ditaati dan Menakut-nakuti di sini mempunyai arti
dilaksanakan. Sebagaimana yang jika pamali itu dilanggar maka akan
dijelaskan oléh Hamidimadja (1998, hlm. mendatangkan celaka atau kena batunya,
144 | LOKABASA Vol. 9, No. 2, Oktober 2018

petaka, sampai bisa mengakibatkan bahwa etnopedagogi merupakan proses


kematian yang dialaminya, baik si pendidikan yang didasari oleh kearifan
pelanggar maupun masyarakat sekitarnya. lokal dalam berbagai hal. Hal-hal tersebut
Pamali jika dilihat dari segi arti bukan meliputi cara mengobati segala macam
hanya sekedar istilah yang diucapkan penyakit, seni bela diri, lingkangan hidup,
sembarangan, tapi dari pamali tersebut sistem pertanian, ekonomi, pemerintahan,
mengandung nilai pendidikan yang sistem perbintangan dan sebaginya.
mengajarkan secara tidak langsung agar Suryalaga (dalam Sudaryat 2015, hlm.
anak-anak menuruti petuah baik yang 120) menjelaskan bahwa etnopedagogi
diucapkan oleh orang tuanya. didasari oleh nilai-nilai budaya yang
Pamali yang tersebar di masyarakat meliputi nilai pendidikan, agama, sosial,
umumnya diklasifikasikan berdasarkan dan moral. Dari nilai-nilai budaya tadi
kepada siapa pamali tersebut ditujukan. melahirkan nilai-nilai etnopedagogi yang
Sebagaimana yang di jelaskan oleh mencakup paripolah nyunda tri-silas, catur
Mustapa (2010, hlm. 14-19) bahwa pamali jatidiri insan, panca rawayan atau gapura
diklasifikasi kedalam lima kategori, panca waluya, dan sadrasa kamanusaan.
seperti pamali untuk anak-anak, pamali Dalam penelitian ini mendeskripsikan
untuk perawan jeung perjaka, pamali nilai-nilai etnopedagogi sadrasa
untuk yang sedang mengandung, pamali kamanusaan. Suryalaga (2010, hlm. 17)
untuk umum, dan pamali husus untuk satu menjelaskan bahwa sadrasa kamanusaan
kelompok saja. terdiri dari (1) Moral Manusia terhadap
Pamali tergolong kedalam kearifan Tuhannya (MMT); (2) Moral Manusia
lokal, sebab pamali dibuat dan dihasilkan pada Pribadinya (MMP); (3) Moral
dari pengetahuan satu kelompok Manusia pada Manusa lainnya (MMM);
masyarakat. Isnendes (2014, hlm. 195) (4) Moral Manusia terhadap Alam
menjelaskan bahwa kearifan lokal (MMA); (5) Moral Manusia pada Waktu
memiliki sifat abstrak sekaligus kongkret, (MMW); dan (6) Moral Manusia dalam
pedomannya merupakan sistem abstrak, mencapai Kesejahteraan Lahir Batin
sedangkan dalam praktiknya merupakan (MMLB).
sistem yang kongkret. Hal ini sejalan Penelitian ini mempunya tujuan
dengan aya dijelaskan oleh Alwasilah untuk mencari dan mendeskripsikan (1)
(2009, hlmn. 51) bahwa kearifan lokal kapamalian di Desa Kanekes Kecamatan
merupakan proses bagai mana Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten;
pengetahuan dihasilkan, disimpan, (2) klasifikasi dan fungsi pamali dalam
diterapkan, diolah dan diwariskan. kehiduoan masyarakat di Desa Kanekes
Kearifan lokal dijadikan pemebelajaran Kecamatan Leuwidamar Kabupaten
dalam kehidupan masyarakat, sebab Lebak-Banten; (3) perkembangan
memliki nilai-nilai pendidikan yang kamapalian di Desa Kanekes Kecamatan
disampaikan secara tiadak langsung, Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten (4)
seperti halnya dengan pamali. nilai etnopedagogi sadrasa kamanusaan
Nilai-nilai pendidikan yang didasari yang da dalam kapamalian masyarakat
oleh kearifan lokal tersebut sering disebut Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar
etnopedagogi. Sebagaimana yang Kabupaten Lebak-Banten.
dijelaskan oleh Alwasilah (2009, hlm. 50)
Muhammad Kusaeri.: Kapamalian di Desa Kanekes… | 145

METODE PENELITIAN etnopedagogi yang ada dalam kapamalian


Penelitian ini menggunakan metode di Desa Kanekes.
deskriptif dengan menggukan pendekatan
kualitatif. Moleong (2006, hlm. 6) Kapamalian di Desa Kanekes
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif Dalam kehidupan masyarakat
merupakan penelitian yang memiliki tradisonal yang masih percaya terhadap
tujuan untuk memahami fenomena mitos dan hal-hal tabu, biasanya terdapat
tentang apa yang dialami oleh subjek aturan yang dibuat berdasarkan pada
penelitian misalnya, perilaku, persepsi, pengalaman nenek moyangnya yang
motivasi, jrrd., secara holistik dan memiliki sifat yang menakut-nakuti.
menggunakan cara deskripsi dalam bentuk Aturan tersebut dibuat supaya anak
kata-kata dan bahasa, dalam konteks cucunya tidak mengalami hal buruk
khusus yang alamiah dan memanfaatkan (celaka) yang pernah dialami oleh nenek
berbagai metode alamiah. moyangnya. Begitu juga di tatar Sunda,
Data dalam penelitian ini adalah yang sudah mengenal aturan-aturan yang
kapamalian yang ada di masyarakat Desa erat hubungannya dengan mitos serta
Kanekes Kecamatan Leuwidamar bersifat menakut-nakuti seperti halnya
Kabupaten Lebak-Bantén. Masyarakat dengan pamali.
Desa Kanekes yang dikenal dengan Kapamalian yang ditemukan di
sebutan masyarakat Baduy adalah salah Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar
satu masyarakat adat Sunda yang masih Kabupaten Lebak-Banten yang mecakup
berpegang teguh pada adat istiadat Baduy Dalam dan Baduy Luar, yaitu ada
warisan nenek moyangnya. 140 pamali yang masih hidup di
Data dikumpulkan melalui teknik masyarakatnya. Kapamalian tersebut
observasi, dan wawancara dengan umumnya digunakan untuk mengatur pola
menggunakan instrumen pedoman hidup masyarakatnya dan tamu yeng
observasi jeung pedoman wawancara. berkunjung ke Desa Kanekes Kecamatan
Data yang didapat dari hasil penelitian Leuwidamar Kabupaten Lebak-Banten,
diolah memalui analisis data yang supaya tidak merusak dan merubah
meliputi klasifikasi dan fungsi, tatanan adat leluhurnya. Umumnya pamali
perkembangan, dan niali-nilai yang ada di Baduy Luar pasti ada di Baduy
etnopedagogi dalam kapamalian di Desa Dalam, sedangkan yang ada di Baduy
Kankes dengan menggunakan kartu data. Dalam belum tentu ada di Baduy Luar.
Ada 12 pamali yang hanya berlaku untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat Baduy Dalam salah satunya
Berdasarkan hasil analisis pada yaitu pamali ‘ulah numpak kandaraan,
kapamalian yang ada di Desa Kanekes bisi datang mamala’ (jangan naik
Kecamatan Leuwidamar Kabupaten kendaraan, takutnya nanti mendatangkan
Lebak-Banten yang mecakup Baduy Luar petaka). Pamali ini tidak berlaku untuk
dan Baduy Dalam, ditemukan (1) masarakat Baduy Laur, dikarenakan di
kapamalian di Desa Kanekes, (2) Baduy Luar diberikan kelonggaran dalam
klasifikasi dan fungsi kapamalian, (3) hal aturan adat, namun masih dalam
perkembangan kapamalian, dan (4) nilai batasan yang wajar.
146 | LOKABASA Vol. 9, No. 2, Oktober 2018

Klasifikasi dan Fungsi Pamali di Desa ‘ulah gorok, bisi hirup karagok’ (jangan
Kanekes menipu, takutnya nanti hidupnya
Klasifikasi pamali dalam penelitian menanggung malu). Pamali ini merupakan
menggunakan dua klasifikasi. Pertama pamali yang mengharuskan sikap
klasifikasi berdasarkan klasifikasi yang pemimpin di Desa Kanekes untuk tidak
telah ada di Desa Kanekes, sebagai mana menipu rakyatnya, karena pemimpin
yang dijelaskan oleh Alim (Ayah Mursid) merupaka sosok yang akan ditiru dan
bahwa pamali di Desa Kanekes dibagi dijadikan contoh bagi masarakatnya.
kedalam empat golongan berdasarkan Ketiga ada 103 pamali untuk umum
tingkatan hukumannya, yang meliputi yang apabila di langgar, hukumannya
pamali dasar, pamali untuk barés kolot, hanya diberi petuah oleh orang tuanya,
pamali umum, dan pamali untuk tamu. salah satunya yaitu pamali, ‘budak leutik
Kedua klasifikasinya berdasarkan kepada ulah ngelukkeun sirah batur, bisi jadi
siapa pamali tersebut ditujukan. Sebagai polongo’ (anak kecil jangan menonyor
mana yang dijelaskan Mustapa (2010, hlm. kepala orang, sebab bisa menjadikannya
14-19) bahwa pamali diklasifikasi bodoh). Pamali ini mengajarkan anak
berdasarkan beberapa hal, seperti (1) kecil agar bersikap sopan dan saling
pamali untuk anak-anak; (2) pamali untuk menghargai terhadap orang lain.
perawan/perjaka; (3) pamali untuk wanita Keempat ada 5 pamali untuk tamu
hamil; (4) pamali untuk umum, dan (5) yang apabila dilanggra, maka
pamali yang sifatnya husus untuk satu hukumannya hanya diberi peringatan,
kelompok masyarakat. namun apabila masih melanggar maka
Berdasarkan klasifikasi pamali yang akan dilarang datang kembali/diusir dari
dilihat dari tingkat hukumannya. Pertama wilayah adat Desa Kanekes, salah satunya
ada 24 pamali dasar yang apabila yaitu pamali, ‘ulah datang ka Baduy Jero
dilanggar, maka hukumannya dibersihkan dina bulan kawalu, bisi balikna gering’
dengan cara dimandikan oleh barés kolot, (jangan berkunjung ke Baduy Dalam saat
dan diasingkan ke luar Desa Kanekes bulan kawalu, takutnya nanti sakit ketika
selama kurun waktu yang ditentukan oleh pulangnya). Pamali ini menyampaikan
Puun, salah satunya yaitu pamali, pesan kepada pengunjung (tamu) untuk
‘parawan jeung jajaka ulah bobogohan, dapat menghargai keprcayaan masyarakat
bisi mamala’ (perawan dan perjaka jangan Baduy terhadap bulan yang dianggap suci
berpacaran, takutnya nanti mendatangkan menurut mereka. Bulan kawalu
petaka). Pamali ini merupakan salah satu merupakan bulan suci, karena dalam bulan
pamali yang jika dilanggar maka akan tersebut masyarakat Desa Kanekes
dihukum sangat berat. Berpacaran di Desa menjalankan peribadahannya dengan
Kanekes merupakan hal yang sangat khusyu.
dilarang, karena berpacaran dapat Berdasarkan klasifikasi yang
menjerumuskan manusa kedalam dosa merujuk pada tiori Mustapa, yang mebagi
besar. pamali berdasarkan pada siapa pamali itu
Kedua ada 8 pamali untuk barés ditujukan. Adapun hasilnya seperti di
kolot yang apabila dilanggar, maka bawah ini.
hukumannya adalah diturunkan dari Pertama ada 33 pamali untuk anak-
jabatannya, salah satunya yaitu pamali, anak, salah satunya pamali, ‘budak leutik
Muhammad Kusaeri.: Kapamalian di Desa Kanekes… | 147

ulah nyésakeun sangu dina piring, bisi buruk oleh orang lain). Pamali ini
meunangkeun pamajikan/salaki nu mengajarkan untuk disiplin. Ketika makan,
goréng’ (anak kecil jangan menyisakan ada baiknya menggunakan piring sebagai
nasi di piring, takutnya mendapatkan alas makanan, karena lebih sopan. Apabila
istri/suami yang jelek). Pamali ini makan di wajan, terlihat tidak sopan dan
menyampaikan sikap sopan dan terkesan jorok.
tanggungjawab. Ketika makan harus Kelima ada 25 pamali yang sifatnya
dihabiskan dan jangan menyisakannya. khusus yang meliputi 12 pamali khusus
Hal ini sesuai dengan adab makan di untuk Baduy Dalam, salah satunya pamali,
Baduy, dengan tidak menyisakan ‘ulah maké alat éléktronik, bisi leungiteun
makanan, artinya menghargai makanan diri’ (jangan menggunakan alat elektonik,
tersebut. takutnya kehilangan jatidiri). Pamali ini
Kedua ada 10 pamali untuk perawan mengajarkan untuk taat kepada aturan.
/perjaka, salah satunya pamali, Menggunakan alat elektronik yang
‘parawan/jajaka ulah dahar dina coét, modern dapat mengakibatkan bergesernya
bisi meunangkeun jodona lamun awéwé norma-norma adat Baduy. Ada 8 pamali
ka aki-aki, lamun lalaki ka nini-nini’ untuk barés kolot, salah satunya pamali,
(perawan/perjaka jangan makan di cobek, ‘ulah linyok, bisi dipoyok’ (jangan
takutnya mendapatkan jodoh kakek-kakek berbohong, takutnya hidup selalu diejek).
bila perempuan, dan nenek-nenek bila Pamali ini mengajarkan untuk jujur. Jika
laki-laki). Pamali ini mengajarkan tentang berbohong dapat merugikan orang lain,
sopan sopan santun dan disiplin. Adab dan jika dikathui kebohongannya makan
makan bisanya menggunakan alas seperti hidup akan sulit, serta orang-orang akan
piring. Apabila makan dengan alas cobek hilang keparcayaannya. Serta 5 pamali
merupakan hal yang tidak sopan, karena untuk tamu, salah satunya pamali, ‘ulah
cobek bukan alas untuk makan. midio atawa popotoan di Baduy Jero, bisi
Ketiga ada 23 pamali untuk wanita cilaka’ (jangan merekam baik video
hamil, salah satunya pamali, ‘nu gedé maupun poto di Baduy Dalam, takutnya
beuteung ulah saré ti beurang, bisi orokna timbul celaka). Pamali ini mengajarkan
loba ku kikili’ (wanita hamil jangan tidur agar manusia dapat bijak dalam
di siang hari, takutnya bayinya banyak mengeksplorasi suatu kesukuuan adat
terdapat bercak hitam di kepalanya). salah satunya adalah kesukuuan Baduy.
Pamali ini mengajarkan kepada wanita Dalam klasifikasi ini ada satu
hamil untuk jangan sering tidur apalagi di pamali yang ada di dua kategori yaitu
siang hari. Wanita hamil disarankan untuk pamali ‘ulah dahar petis dina waktu
menjaga kebugarannya, apabila sering peuting, bisi ngabalukarkeun kategeunah
tidur di siang hari dapat menurunkan haté, jeung lamun ka nu can kawin mah
kebugarannya dan bisa berbahaya jika bakal hésé jodo, tapi pikeun nu geus kawin
waktu melahirkan tiba. mah bakal paséa baé’ (jangan makan petis
Keempat ada 50 pamali untuk di malam hari, takutnya menimbulkan
umum, salah satunya pamali, ‘ulah dahar keresahan, jika dilakukan oleh yang belum
dina kékéncéng, bisi goréng bidang’ menikah bisa mengakibatkan susah
(jangan makan di wajan, takutnya apapun jodohnya, dan jika yang sudah menikah
yang kita lakukan akan selalu terlihat
148 | LOKABASA Vol. 9, No. 2, Oktober 2018

akan selalu bertengkar) yang ada di pamali masyarakatnya agar peduli terhadap
untuk perawan/perjaka dan pamali umum. lingkungannya. Kehidupan masyarakat
Melihat pada fungsinya, pamali di Desa Kanekes yang tak lepas dari alam,
Desa Kanekes memiliki fungsi sebagai dan lingkungan sosialnya. Apabila
aturan adat yang merupakan bagian dari masyarakatnya tidak bisa menjaganya,
pukukuh karuhun yang tidak boleh tentu akan rusak merugikan
dilanggar oleh masyarakatnya. Selain itu, masyarakatnya sendiri serta dapat
pamali juga dijadikan pengajaran menimbulkan hal-hal yang tidak
pendidikan moral yang diajarkan sejak diinginkan, misalnya saja perang antar
dini di setiap generasi. Sebagaimana yang kampung.
dijelaskan oleh salah satu informan, Alim Ada 13 pamali yang bisa disebut
(Ayah Mursid) bahwa pamali merupakan pamali baru di Desa Kanekes, sebab
pengajaran moral dalam kehidupan pamali tersebut berhubungan dengan hal-
masyarakat Desa Kanekes, agar tidak hal yang sifatnya baru (modern), misalnya
meninggalkan adat yang dititipkan oleh pamali ‘ulah nyeuseuh maké sabun, bisi
nenek moyangnya. Hal ini sejalan dengan datang mamala ka lembur’ (jangan
pendapat Mustapa (2010, hlm. 6-7) bahwa mencuci menggunakan sabun, takutnya
pamali hidup turun-temurun sebagai datang petaka ke kampung). Sabun
pengajaran untuk masyarakatnya agar merupakan barang/hal yang baru untuk
tidak mengalami hal-hal yang dianggap masyarakat Desa Kanekes. Latar belakang
membahayakan. Pamali diajarkan ke dibuatnya pamali yang berhubungan
generasi mudanya melalui orang tuanya dengan sabun, disebabkan karena sabun
masing-masing dan dari ketua adat pada memiliki dampak negatif untu
waktu tertentu. keberlangsungan hidup masyarakat Desa
Kanekes dalam hal ekologi sungai.
Perkembangan Kapamalian di Desa Masyarakt Desa Kanekes yang tidak lepas
Kanekes dari kebutuhan terhadap air bersih, dapat
Perkambangan jaman dewasa ini, dilihat dari posisi setiap kampungnya
bagaimanapun juga dapat mempengaruhi selalu berdekatan dengan sumber air atau
pada kehidupan masyarakat Desa Kanekes. sungai. Apabila sungainya tercemar oleh
Apalagi di masyarakat yang ada di zat kimia dari sabun, maka akan membuat
wilayah adat Baduy Luar, meskipun tidak masyarakat Desa Kanekes kesulitan dalam
semua pengaruh luar masuk. Supaya memenuhi kebutuhan sumber air
pengaruh buruk yang dapat merusak adat bersihnya.
dan alam titipan nenek moyangnya tidak
tergerus oleh modernisasi, maka dibuatlah Nilai-nilai Etnopedagogi dalam
kapamalian-kapamalian baru yang Kapamalian di Désa Kanékés
menyesuaikan dengan perkembangan Setiap pamali yang ada di Desa
jaman. Kanenes menempati satu nilai
Kapamalian tidak sertamerta dibuat etnopedagogi sadrasa kamanusaan.
hanya untuk mengatur pola hidup Suryalaga (2010, hlm. 17) menjelaskan
(kelakuan) masyarakat Desa Kanekes, tapi bahwa sadrasa kamanusaan terdiri dari (1)
disamping itu, ada keinginan para barés moral manusia terhadap Tuhannya; (2)
kolot untuk mengajarkan pada moral manusia pada pribadinya; (3) moral
Muhammad Kusaeri.: Kapamalian di Desa Kanekes… | 149

manusia pada manusa lainnya; (4) moral lain seperti berjalan, karena dapat
manusia terhadap alam; (5) moral manusia mencelakai diri sendri dan orang lain.
pada waktu; dan (6) moral manusia dalam
mencapai kesejahteraan lahir batin Moral Manusia dengan Manusia
(MMLB). Berdasrkan hasil analisisnya, Ada 22 pamali (15,7%) yang
nilai etnopedagogi yang ada pada berhubungan dengan moral manusia
kapamalian di Desa Kanekes, seperti di dengan manusia lainnya, salah satunya
bawah ini: pamali ‘ulah monggol tonggong budak,
bisi teunggar kalongeun’ (jangan
Moral Manusia dengan Tuhannya memukul punggung anak, takutnya jadi
Ada 1 pamali (0,8%) yang sering melamun). Pamali ini
berhubungan dengan moral manusia menyampaikan moral manusia dengan
dengan Tuhannya yaitu pamali ‘ulah manusa lainnya dalam hal
datang ka hulu Ciujung, bisi maot’ salingmenyayangi. Memukul (monggol)
(jangan datang ke hulu sungai Ciujung, punggung anak termasukkedalam perilaku
takutnya meninggal). Pamali ini yang tidak baik, dan termasuk kedalam
menyampaikan moral manusia terhadap kekerasan terhadap anak. Kekerasan
Tuhannya dalam hal religi (kepercayaan). terhadap anak dapat berdampak buruk
Hulu sungai Ciujung merupakan tempat bagi psikologisnya, oleh karena itu orang
dikeramatkan, sebab di sana ada Sasaka dewasa dilarang melakukan kekerasan
Domas yang merupakan kiblatnya terhadap anak.
masyarakat Desa Kanekes. Tidak
sembarang orang bisa ke tempat itu, hanya Moral Manusia dengan Alam
Puun tangtu yang pernah datang ke tempat Ada 16 pamali (11,4%) yang
tersebut. Pamali menyampaikan sikap berhubungan dengan moral manusia
bahwa seluruh tempat ibadah kepada terhadap alam, salah satunya yaitu pamali
Tuhan merupakan tempat suci (sakral), ‘ulah asup ka leuweung kolot, bisi dihakan
maka dilarang bagi setiap orang yang maung’ (jangan masuk ke hutan larangan,
tidak memiliki niat mendekatkan takutnya dimakan harimau). Pamali ini
diri/beribadah mendatangi tempat tersebut. menyampaikan moral manusia terhadap
alam dalam hal menjaga ekologi.
Moral Manusia dengan Pribadinya Leuweung kolot merupakan nama hutan
Ada 63 pamali (45%) yang larangan di Desa Kanekes yang sudah
berhubungan dengn moral manusia semestinya dijaga baik ekologi maupun
dengan pribadinya, salah satunya pamali ekosistemna. Di leuweung kolot masih
‘budak leutik ulah babaju bari leumpang, terdapat banyak pepohonan dan hewan
bisi naon anu dipikahayangna teu yang langka. Oleh karena itu, baik
kalaksana’ (anak kecil jangan memakai masyarakat Desa Kanekes maupun
baju sambil berjalan, takutnya apa yang masyarakat umum yang di luar dilarangan
diinginkannya tidak terlaksana). Pamali masuk ke leuweung kolot, demi menjaga
ini menyampaikan moral manusia pada kelestarian hutan tersebut.
pribadinya dalam hal disiplin. Apabila
sedang memakai baju harus diuk atau
diam, tidak sambil melakukan kegiatan
150 | LOKABASA Vol. 9, No. 2, Oktober 2018

Moral Manusia dengan Waktu bagi adat apalagi sampai timbul sifat
Ada 8 pamali (5,7%) berhubungan sombong dengan kepintarannya dan
dengan moral manusia pada waktu, salah menyalahgunakannya. Sebagai mana yang
satunya pamali ‘parawan ulah ninun dijelaskan Alim (Ayah Mursid) dalam
jeung ngaput ti peuting, bisi pondok kana wawancara 1 April 2017 bahwa sekolah di
umur’ (perawan jangan menenun di luar (formal) dapat merubah pola pikir
malam hari, takutnya usianya jadi pendek). masyarakat Baduy yang merujuk pada hal
Pamali ini menyampaikan moral manusia yang buruk untuk adat, oleh karena itu
kana waktu dalam hal disiplin terhadap pendidikan yang dipakai oleh kita adalah
waktu. Malam, bukan waktu untuk pendidikan yang disampaikan melalui
bekerja/berkegiatan seperti menenun yang lisan saja seperti pamali, supaya
membutuhkan keteitian. Apabila menenun masyrakat memiliki sikap yang baik bagi
di malam hari dapat membahayakan dirinya dan orang lain serta adat.
penenun, dan dapat menggangu orang Berdasarkan hasil analisis dari nilai
yang sedang tidur, karena mesin tenun etnopedagoginya, kebanyakan pamali
tradisional seperti yang ada di Desa berhubungan dengan moral manusia pada
Kanekes menimbulkan suara yang cukup pribadunya. Terlihat dalam urusan pamali
bising di malam hari. lebih dominan untuk mengatur perilaku
diri pribadi setiap manusia terlebi dahulu
Moral Manusia dalam mencapai sebelum ke hal lainnya, sebab dari diri
kesejahteraan Lahir Batin pribadi akan mempengaruhi hal yang
Ada 30 pamali (21,4%) yang lainnya.
berhubungan dengan moral manusia
dalam mecapai kesejahteraan lahir batin, SIMPULAN
salah satunya pamali ‘ulah sakola siga Kapamalian yang ditemukan di
urang luar, bisi minteran batur’ (jangan Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar
sekolah seperti orang luar, takutnya Kabupatén Lebak-Banten yaitu berjumlah
mengakali orang lain). Pamali ini 140 yang meliputi pamali di Baduy Luar
menyampaikan moral manusia dalam dan pamali di Baduy dalam.
mencapai kesejahteraan lahir batin Dalam menentukan klasifikasinya
berhubungan etika dalam aturan adat. dilakukan dengan menggunkan dua
Sakola formal untuk masarakat Baduy klasifikasi, pertama yang berdasarkan
merupakan hal yang dipantrang (dilarang), tingkat hukumannya kapamalian di Desa
karena ada ketakutan dari nenek Kanekes terbagi kedalam 24 pamali dasar,
moyangnya jika sekolah formal dapat 8 pamali untuk barés kolot, 103 pamali
merusak tatanan adatna dan merubah pola untuk umum, dan 5 pamali untuk tamu.
pikir masyarakatnya. Masyarakat Baduy Sedikit berbeda dengan klasifikasi kedua
sangat menjaga sekali adat istiadatnya dari yang membagi pamali berdasarkan kepada
dulu hingga kini dan berpegang teguh siapa pamali itu ditujukan. Dalam
pada aturan yang dibuat oleh nenek klasifikasi ini, terdapat 33 pamali untuk
moyangnya. Ketakutan masyarakat Baduy anak-anak, 10 pamali untuk
pada sakola formal adalah takut tidak perawan/perjaka, 23 pamali untuk wanita
terkontrolnya pengetahuan yang masuk ke hamil, 50 pamali untuk umum, dan 25
pemikiran masyarakat berdampak buruk pamali yang sifatnya khusus. Pamali di
Muhammad Kusaeri.: Kapamalian di Desa Kanekes… | 151

Desa Kanekes memiliki fungsi sebagai sikap setiap manusia, oleh karena itu
aturan-aturan adat berhubungan dengan pamali yang ada di Desa Kanekes
amanat/pikukuh kabuyutan masyarakat kebanyakan dibuat untuk pribadinya
Desa Kanekes (Baduy) yang dipercaya sendiri, karena daru diri pribadi akan
dan diterapkan dalam kehidupan berpengaruh pada kehidupan yang lainnya.
masyarakatnya.
Demi menjaga kelestarian adat DAFTAR PUSTAKA
istiadatnya masyarakat Desa Kanekes Alwasilah, A.C, Spk., (2009).
mengembangkan kapamaliannya sesuai Etnopedagogi: Landasan Praktek
dengan kebutuhan yang menyasuaikan Pndidikan dan Pendidikan Guru.
dengan perkembangan jaman. Fungsi dari Bandung: Kiblat Buku Utama.
pamali selain dijadikan aturan adat di
Désa Kanékés, pamali juga dijadikan Hamidimadja, Nurendah. (1998). Sastra
sumber pendidikan yang mendidik moral Lisan Baduy dan Lingkungan Hidup.
masyarakatnya agar tidak melakukan hal- Bandug: Yayasan Paraguna Pakuan.
hal yang dianggap jelek, dan dapat Isnéndés, Rétty. (2014). Estetika Sunda
menimbulkan celaka. Sebagai Bentuk Kearifan Lokal
Sejalan dengan fungsinya sebagai Masyarakat Sunda Tradisional dalam
pendidikan yang berdasar pada kearifan Sawangan Pendidikan Karakter
lokal, pamali yang ada di Desa Kanekes (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran,
memiliki nilai-nilai etnopedagogi sadrasa Vol. 1 No.2). Bandung: Edusentris.
kamanusaan yang meliputi, moral
Kurnia, Asep & Ahmad Sihabudin. (2010).
manusia dengan Tuhannya, moral
Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: PT
manusia dengan pribadainya, moral
Bumi Aksara.
manusia dengan manusia lainnya, moral
manusia dengan alam, moral manusia Moleong, Lexi J. (2006). Metodologi
pada waktu, dan moralmanusia dalam Penelitian Kualitatof Edisi Revisi
mencapai kesejahteraan lahir batinnya. (Cetakan ke-22). Bandung: PT.
Ada 1 pamali (0,8%) berhubungan dengan Remaja Rosdakarya Bandung.
moral manusia dengan Tuhannya, 63 Mustapa, Hasan. (2010). Adat Istiadat
pamali (45%) berhubungan dengan moral Sunda. Bandung: PT. Alumni.
manusia dengan pribadinya, 22 pamali
(15,7%) yang berhubungan dengan moral Rahmat K., Otong. (2000). Materi Dasar
manusia dengan manusia lainnya, 16 Ilmu Budaya Sunda. Bandung:
pamali (11,4%) yang berhubungan dengan Universitas Pasundan.
moral manusia dengan alam, 8 pamali Sudaryat, Yayat. (2015). Wawasan
(5,7%) yang berhubungan dengan moral Kasundaan. Bandung: Pendidikan
manusia pada waktu, dan 30 pamali Bahasa Daerah.
(21,4%) yang berhubungan moral manusia
Suryalaga, Hidayat. (2010). Filsafat
dalam mencapai kesejahteraan lahir batin.
Sunda. Bandung: Yayasan Nur
Berdasarkan hasil analisisnya,
Hidayah.
kebanyakan pamali berhubungan dengan
moral manusia dengan pribadinya, sebab
perilaku dari diri pribadi mencerminkan
152 | LOKABASA Vol. 9, No. 2, Oktober 2018

UCAPAN TERIMA KASIH penelitian ini, terutama kepada


Terima kasih penulis sampaikan Penyunting Jurnal Lokabasa atas
kepada semua pihak yang telah membantu dimuatnya tulisan ini

Anda mungkin juga menyukai