Anda di halaman 1dari 5

1047 Kata

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL

DASAR-DASAR ILMU SOSIAL

“BUDAYA TITIP ABSEN MAHASISWA BARU PRODI ILMU ADMINISTRASI


NEGARA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MENCIDERAI NORMA-
NORMA SOSIAL”

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Pandhu Yuanjaya, MPA

NIP 19780630 200312 1 002

OLEH:

LAELY NURUL AZIZAH

NIM 17417141036

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
Titip absen atau yang lebih sering dikenal dengan TA merupakan kegiatan yang
sering dilakukan oleh mahasiswa pada umumnya.. Titip absen sudah menjadi momok dalam
dunia perkuliahan karena sudah menjamur dan sulit dihilangkan. Fenomena perilaku
menyimpang ini juga dilakukan oleh mahasiswa baru prodi Ilmu Administrasi Negara UNY.
Berbagai macam alasan diutarakan sebagai penyebab mengapa mahasiswa melakukan titip
absen. Salah satunya adalah cara pengajaran dosen yang dianggap tidak memberikan manfaat
apapun bagi mahasiswa, sehingga mahasiswa lebih memilih untuk meninggalkan kelas dan
melakukan kegiatan lain -yang menurut mereka- lebih bermanfaat.

Mahasiswa sendiri sudah dilanggap sebagai agent of change, dengan harapan ide
cerdas mereka dapat memajukan Indonesia. Namun, miris melihat mahasiswa jaman sekarang
malah melakukan perilaku menyimpang meskipun berskala kecil. Seperti pepatah, sedikit
demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Jika budaya titip absen tidak dapat dikontrol maupun
dihentikan dapat mengakibatkan perilaku menyimpang dalam skala lebih besar. Dari menitip
absen melalui teman, lama kelamaan mereka terbiasa untuk melakukan sesuatu dengan cara
instan tanpa berusaha terlebih dahulu, contohnya seperti korupsi. Mereka yang melakukan
TA berpotensi menjadi koruptor, dan mereka yang mau dimintai tolong melakukan TA
berpotensi sebagai penerima suap.

Prodi Ilmu Administrasi Negara UNY sendiri diharapkan dapat menjadi lulusan
dengan moral dan etika yang baik. Apalagi lulusan Ilmu Administrasi Negara akan
bersentuhan dengan kegiatan yang menyangkut masalah kebijakan negara. Hal ini
menyebabkan lulusan Ilmu Administrasi Negara haruslah memiliki kejujuran yang tinggi.
Namun sangat disayangkan, mahasiswa baru Ilmu Administrasi Negara UNY saja sudah
berani melakukan tindakan perilaku menyimpang yakni TA. Bahkan mereka menganggap
jika TA merupakan suatu hal yang sangat wajar dalam dunia perkuliahan, serta menganggap
mereka yang menolak TA adalah mahasiswa naif. Hal ini mengakibatkan rasa takut dan was-
was jika pelaku kegiatan politik di Indonesia memiliki sifat kejujuran yang rendah.

Perilaku menyimpang sendiri merupakan bentuk perilaku yang tidak sesuai dengan
norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.Terdapat beberapa teori yang menjelaskan
mengapa perilaku menyimpang tersebut terjadi. Salah satunya, teori Labelling menjelaskan
jika penyimpangan adalah relatif dan tergantung pada bagaimana orang lain memberi label
terhadap orang dan tindakan itu. Sehingga orang-orang yang memiliki tindakan yang diberi
label menyimpang dan orang yang menerima label itu menjadi biasa. Contohnya seperti TA
yang sudah dilabeli menjadi tindakan yang sering dilakukan mahasiswa dalam perkuliahan,
sehingga melakukan TA sudah menjadi kebiasaan oleh mahasiswa.

Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu
kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Sedangkan, nilai sosial adalah suatu
pandangan yang dianggap baik dan benar oleh suatu masyarakat yang kemudian menjadi
pedoman sebagai suatu contoh perilaku yang baik dan diharapkan oleh masyarakat. Jika
ditinjau dari definisi norma dengan nilai sosial dapat disimpulkan jika mahasiswa yang
melakukan TA melanggar norma sosial, tetapi tidak melanggar nilai. Bagaimana bisa
demikian? Karena nilai yang dianut tiap individu berbeda, mahasiswa yang melakukan TA
menganggap, jika TA bukanlah suatu hal yang buruk dan bahkan dianggap baik untuk dirinya
sendiri karena membantu memenuhi presensi suatu mata kuliah tersebut. Sedangkan,
mahasiswa yang tidak melakukan TA menganggap TA merupakan perilaku tidak terpuji.

Berbeda dengan norma sosial. Norma sosial biasanya dibagi menjadi 4 norma, yakni
norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan dan norma hukum. Lantas titip absen atau
TA melanggar norma yang mana saja? Norma Agama merupakan salah satu norma yang
dilanggar, karena mahasiswa telah melakukan kebohongan, sedangkan kebohongan tersebut
mengakibatkan dosa. Dosa sendiri dianggap sebagai ganjaran jika melakukan suatu
kesalahan. Selanjutnya, ada norma kesusilaan yang berasal dari kebenaran hati nurani.
Kebanyakan mahasiswa yang melakukan TA sadar jika yang mereka lakukan tidak benar.
Namun, demi memenuhi syarat kecukupan presensi mereka rela melakukan TA dan
membohongi hati nurani mereka sendiri. Mahasiswa yang tidak melakukan TA pun akan
merasa kesal dan menjauhi mereka yang melakukan TA. Sikap menjauhi dari teman-teman
ini termasuk sanksi yang diberikan kepada mahasiswa pelaku TA.

Norma kesopanan berkenaan dengan bagaimana seseorang bertingkah laku dalam


kehidupan. Berperilaku sopan, berpenampilan baik dan menjaga tingkah laku merupakan
sedikit aplikasi norma kesopanan dalam kehidupan sehari-hari. Melakukan kebohongan
dengan melakukan TA tentu saja sudah melanggar norma kesopanan karena tidak dapat
berperilaku secara baik. Selanjutnya, norma hukum sendiri merupakan aturan sosial yang
dibuat oleh lembaga tertentu. Sedangkan, titip absen atau TA tidak dilarang secara tertulis
dalam peraturan akademik. Dosen hanya melarang mahasiswa untuk tidak melakukan TA
secara lisan. Kesimpulannya, TA hampir melanggar seluruh norma sosial dalam kehidupan
sehari-hari.
Alasan mahasiswa baru Ilmu Administrasi Negara UNY melakukan TA juga dapat
dijelaskan melalui pemaparan para sosiolog dengan model ‘justifikasi’ tentang perilaku
menyimpang. Sykes&Matza, sebagaimana dikutip Schaeffer 1989:325), menyatakan bahwa
ada lima model justifikasi perilaku menyimpang, yang mereka sebut techniques of
neutralisation. Kelima model netralisasi itu adalah: denying responsibility, denying the
injury, blaming the victim, condemning the authorities, dan appealing to higher principles or
authorities.

Cara pertama adalah berupa penolakan tanggung jawab. Mahasiswa yang melakukan
TA ingin tetap dianggap masuk padahal mereka tidak menghadiri kelas. Ini merupakan bukti
jika mereka tidak bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Cara yang kedua,
dengan alasan tidak adanya korban. Yang dimaksud korban disini adalah tidak adanya pihak
yang dirugikan jika mahasiswa tersebut melakukan TA, sehingga mahasiswa tersebut berani
melakukan TA. Cara ketiga, yaitu dengan cara menyalahkan korban. Maksudnya disini, jika
suatu hari mahasiswa ketahuan melakukan TA maka mahasiswa tersebut akan menyalahkan
temannya yang mau membantunya melakukan TA. Padahal, kesalahan berada dikedua belah
pihak. Cara keempat, menyalahkan atau mengalihkan kesalahan kepada pihak yang
berwenang atau memiliki otoritas. Mahasiswa disini akan menyalahkan sikap acuh dosen
yang tidak teliti dalam presensi mahasiswanya. Hal ini menjadi alasan mengapa mahasiswa
semakin berani melakukan TA. Cara terakhir, dengan mengaitkan prinsip yang lebih tinggi.
Disini dimaksudkan, mahasiswa melakukan TA demi memenuhi syarat presensi minimal agar
lulus mata kuliah tersebut. Adanya syarat minimal masuk tersebut menjadi alasan lain
mengapa mahasiswa melakukan TA.

Menyikapi ironi budaya TA mahasiswa baru llmu Administrasi Negara UNY harus
dilakukan secara bersama-sama. Baik dari mahasiswa maupun dosen itu sendiri. Mahasiswa
baru Ilmu Administrasi Negara UNY seharusnya melakukan intropeksi diri jika yang
dilakukannya merupakan kesalahan. Mereka harus sadar jika seluruh mata kuliah yang
diberikan merupakan mata kuliah penting yang harus dipahami dan disenangi. Selain itu,
dosen dapat melakukan cara pembelajaran lain agar mahasiswa baru Ilmu Administrasi
Negara UNY menyenangi mata kuliah yang diampu dosen tersebut dan tidak merasa bosan.
Sosialisasi baik secara formal maupun informal patut dilakukan agar mahasiswa baru Ilmu
Administrasi Negara UNY semakin memahami jika perbuatan TA adalah suatu tindakan
yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Master Eduka.2016. Strategi Sukses SBMPTN Soshum 2017. Solo: Genta Smart
Publisher

Analisa, Ratna. 2013. Budaya Titip Absen Di Kalangan Mahasiswa sebagai Gejala Korupsi Dini.
Diambil dari:
https://www.academia.edu/6880187/BUDAYA_TITIP_ABSEN_DI_KALANGAN_MAHASISWA_SEBAGAI
_GEJALA_KORUPSI_DINI_Artikel_Sosiologi

Suyato.2006 . Perilaku Menyimpang Dalam Perspektif Sosiologis. Diambil dari:


http://staffnew.uny.ac.id/upload/132093042/penelitian/PERILAKU+MENYIMPANG+DAL
AM+PERSPEKTIF+SOSIOLOGIS+suyato.pdf

Anda mungkin juga menyukai