Anda di halaman 1dari 3

BEBERAPA KASUS PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN, KERAGAMAN SERTA DAN

SEMANGAT YANG MUNCULKAN



A. KASUS
Kesalahan budaya sering terjadi di Indonesia masa kini karena banyak Pimpinan Indonesia
menggunakan ukuran budaya asalnya sendiri dalam menghadapi masalah-masalah di wilayah budaya
lain. Kesalahpahaman atau konflik yang timbul akibat adanya keanekaragaman budaya Indonesia
antara lain konflik Ambon, Poso, Timor-timor dan konflik Sambas.
Masyarakat Ambon misalnya, umumnya mereka adalah kelompok masyarakat yang statis.
mereka lebih suka menjadi pegawai negeri, menguasai lahan tempat kelahirannya, juga memiliki
ladang dan pengolahan sagu. Berbeda dengan masyarakat Bugis. Sebagai kaum pendatang yang tidak
memiliki lahan, mereka sangat dinamis dan mampu menangkap peluang dengan cepat. Pada umumnya
mereka adalah pedagang. keadaan ini menyebabkan masyarakat Bugis banyak menguasai bidang
ekonomi di Ambon, lama kelamaan kemampuan finansial mereka lebih besar yaitu lebih kaya.
Sedangkan warga local (Ambon) hanya bisa menyaksikan tanpa mampu berbuat banyak. Akibatnya,
kesenjangan ini kian hari kian bertambah dan menjadi bom waktu yang siap meledak, bahkan sudah
meledak. Sepertinya konflik Poso pun berlatar belakang hampir sama dengan konflik Ambon. Hal
sama juga terjadi di timor-timor. Ketika tim-tim masih di kuasai Indonesia, masyarakat Tim-Tim yang
statis tidak berkembang. Sedangkan warga pendatang, yang umumnya bersuku Batak, Minang, Jawa,
penguasa di berbagai bidang ekonomi, sehingga terjadi kecemburuan social. Kondisi serupa terjadi di
Sambas. Konflik yang terjadi karena suku Madura yang menguasai sebagian besar kehidupan ekonomi
setempat.
B. SEMANGAT YANG DIMUNCULKAN
SEMANGAT RELIGIUS
Semangat religious adalah yang paling utama karena di dalamnya diajarkan tentang berbagai
semangat dan itu sebenarnya sudah dapat mewakili. Pandangan religious tentang manusia yaitu
manusia diciptakan sebagai makhluk yang mengusung nilai harmoni. Perbedaan yang mewujud secara
fisik sebenarnya merupakan 'kehendak' Tuhan yang seharusnya dijadikan sebuah potensi untuk
menciptakan kehidupan yang menjunjung tinggi toleransi. Beragam suku, ras, budaya, dan lainnya tak
ubahnya sebuah kekayaan untuk bersama-sama membangun dan mengembangkan visi kehidupan yang
harmonis. Keragaman formal agama-agama di dunia juga tak luput dari 'rekayasa Tuhan' untuk umat
manusia.
Untuk membangun kehidupan yang rukun dan harmonis maka diperlukan pemikiran yang
sama:
1. Menyadari bahwa agama tidak mengajarkan kekacauan dan kekejaman.
Jadi,seseorang dalam beragama perlu memahami agamanya secara benar dan komprehensif.
2. Menumbuhkan semangat nasionalisme, tapi bukan sebatas mencintai tanah air.
kita memahami bahwa Allah menciptakan manusia di muka bumi sebagai wujud dari kepercayaan
Allah atas peran manusia untuk mengelola alam semesta. Kecintaan atas negerinya tentu didasari
oleh rasa tanggung jawab atas perannya dengan mengesampingkan segala perbedaan dan
keragaman.
3. Menumbuhkan semangat pluralitas.
Semangat pluralitas adalah spirit pencarian kebenaran manusia atas agama-agama
sehingga tercipta suatu kehidupan yang kompetitif di tengah keragaman bangsa. Nilai
pluralitas akan mengantarkan umat beragama kepada pamahaman bahwa setiap agama memiliki
kesamaan dengan agama lainnya sekaligus kekhasan sehingga berbeda dengan yang lainnya.
4. Menjaga semangat humanitas
Kemanusiaan (ruh al-insaniyyah) juga menimbulkan kerukunan kehidupan antarumat beragama.
C. CONTOH TINDAKAN DARI SEMANGAT YANG MUNCUL
SEMANGAT PLURALISME
Dengan adanya keberagaman maka harus ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang
menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain. Mereka hidup bersama
(koeksistensi) serta membuahkan hasil tanpa konflik asimilasi. Sehingga apabila semua itu terwujud
maka mereka dapat hidup tenang dan selalu berdampingan tanpa ada konflik.
Untuk mengantisipasi konflik-konflik dimasa yang akan datang, masyarakat yang berpotensi
tunggal seperti itu harus didorong untuk ikut beradaptasi dengan masyarakat dinamis. Jadi,
penyelesaian konflik-konflik perlu cara yang spesifik bukan dengan cara kekerasan. Pendekatan yang
mungkin dilakukan dengan menyerap dan memahami sari-sari budaya kelompok-kelompok
masyarakat yang berupa nilai-nilai yang mereka yakini, pelihara dan pertahankan, termasuk keinginan-
keinginan yang paling dasar.
SEMANGAT NASIONALISME
Dalam hal ini sangat dibutuhkan semangat Nasionalisme dan Patriotisme, karena dengan
menyadari kita ini sama-sama Warga Negara Indonesia maka yang terjadi bukanlah konflik, akan
tetapi kebersamaan untuk memajukan Indonesia melalui keberagaman. Jadi, dapat diartikan bahwa
sebenarnya keberagaman kebudayaan itu bukanlah pemicu konflik tapi adalah sebuah kekayaan yang
tidak dapat dibeli dengan apapun.
Tapi masalahnya adalah kebudayaan nasional sudah tercampur dengan kebudayaan asing
sehingga untuk mewujudkan semangat Nasionalisme itu sendiri sudah semakin sulit. Sekarang ini
identitas dan nilai-nilai kebudayaan masing-masing suku bangsa di tiap daerah di seluruh Indonesia
sudah mulai luntur, bahkan menghilang. Padahal, nilai-nilai kebudayaan itu berfungsi untuk
mempertahankan harga diri kita, nilai-nilai yang mulai luntur itu akan menggerogoti harga diri kita
dan harga diri bangsa sendiri.
Hal ini dikarenakan banyak budaya asing yang telah masuk bahkan ada yang sudah mendarah daging
pada budaya Indonesia. Anggapan bangsa Indonesia saat ini, jika hanya mempertahankan nilai-nilai
budaya Indonesia yang ada, maka mereka beranggapan hal tersebut adalah budaya lama dan kurang
modern.
Budaya asing telah berhasil membaurkan budaya kitadengan budayanya. Demikian juga
dikarenakan kurang mantapnya kebudayaan nasional dalam mempertahankan nilai-nilai budaya.
Sehingga kebudayaan daerah yang telah dibentengi dengan adanya kebudayaan nasional juga ikut
mempengaruhi oleh budaya asing. Dalam hal ini, Pancasila pun menjadi tersangka. Karena Pancasila
tidak bisa memberikan penerapan yang jelas terhadap kebudayaan nasional maupun daerah.
Oleh karena itu dibutuhkan tindakan nyata dan dipraktikan dalam kehidupa sehari-hari. Dan
untuk menanamkan nilai-nilai budaya Nasional pada generasi penerus bangsa, instansi-instansi
hendaknya menyusun kurikulum tentang pendidikan karakter dan budi pekerti bangsa disekolah-
sekolah. Tujuannya, untuk menjaga nilai-nilai budaya nasional dan penangkal masuknya arus
globalisasi. Pendidikan budi pekerti juga diharapkan mampu mencegah timbulnya konflik antar suku
bangsa di Indonesia melalui ketahanan budaya.
Dan yang paling penting untuk Indonesia saat ini adalah kembali kepada pancasila &
semboyannya sebagai pedoman hidup. Bhineka Tunggal Ika yang merupakan ungkapan yang
menggambarkan masyarakat Indonesia yang majemuk atau heterogen. Masyarakat Indonesia
terwujud sebagai hasil interaksi social dari banyak suku bangsa dan beraneka ragam latar belakang
kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama yang disebut Kebudayaan Nasional.
Terciptanya Tunggal Ika dalam masyarakat yang Bhineka dapat diwujudkan melalui
integrasi kebudayaan. Dalam hubungan hal ini, pengukuhan Ide Tunggal Ika yang dirumuskan
dalam Wawasan Nusantara dengan menekankan pada aspek persatuan di segala bidang merupakan
tindakan yang positif. Namun tentu saja makna Bhineka Tunggal Ika ini harus benar-benar dipahami
dan menjadi sebuah pedoman dalam berbangsa dan bernegara.

D. KESIMPULAN
Semangat religiusitas, nasionalisme, pluralitas, serta humanitas adalah suatu keniscayaan bagi
sebuah komunitas yang beragam agama, suku, ras, budaya sebagaimana di Indonesia. Hal ini akan
mendukung upaya menumbuhkan kerukunan kehidupan warga Negara (Masyarakat). Nilai-nilai luhur
tersebut juga dapat mempermudah kalangan wakil rakyat untuk membudayakan kegairahan
melakukan redefinisi, reformasi, dan reinterpretasi untuk kesejahteraan rakyatnya. Sehingga peraturan
selalu up to date bagi masanya dan relevan dengan kehidupan dan tantangan yang dihadapi manusia di
masanya.

Anda mungkin juga menyukai