Anda di halaman 1dari 59

SULUAH BENDANG

SULUAH BENDANG
Peranan Ulama dan Imam Khatib Adat
Tali Tigo Sapilin, Tungku Tigo Sajarangan
PERAN DAKWAH DI DALAM MEMBANGUN
NAGARI
Kembali Ke Surau Membina
Membina Akhlak Umat

Oleh : H. Mas’oed Abidin

‫بسم الله الرحمن الرحيم‬


‫ ل إله إل ال ول‬، ‫الح مد ل حمدا كثيرا طي با مبار كا ف يه‬
.‫ مخلصين له الدين ولو كره الكافرون‬،‫نعبد إل إياه‬
‫ وأسوتنا‬،‫وأزكى صلوات ال وتسليماته على سيدنا وإمامنا‬
‫وحبيبنا محمد صلى ال عل يه وسلم واله ورضي ال عن‬
.‫ ومن سار على ربهم إلى يوم الدين‬،‫أصحابه‬
‫أما بعد‬
PENDAHULUAN
Umat Islam di Ranah Minang Sumatra Barat
menjadikan surau tempat pembinaan umat yang
bertebaran pada setiap Nagari, sampai kepelosok
kampung, dusun dan taratak. Surau fungsinya tidak
semata tempat dilaksanakannya ibadah mahdhah (shalat,
tadarus, dan pengajian majlis ta’lim). Surau menjadi cikal

H. Mas’oed Abidin 1
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

bakal tumbuhnya lembaga pendidikan di nagari dan


kemudian berkembang menjadi madrasah.1
Menggerakkan potensi masyarakat menghidupkan surau
dengan maksud mencerdaskan umat dan menanamkan
budi pekerti (akhlaq) Islami. Sejalan dengan kaedah adat
bersendi syara’, syara’ bersendi Kitabullah di Ranah
Minangkabau Sumatra Barat. Semuanya didorong untuk
mengamalkan Firman Allah, “Tidak sepatutnya bagi orang
Mukmin itu pergi semuanya kemedan perang. Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam ilmu pengetahuan mereka tentang agama dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya, apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS.IX, at
Taubah, ayat 122).
Di Alaf ini telah terjadi lonjakan perubahan sangat
terbuka. Ditandai hubungan komunikasi, informasi, dan
transportasi serba cepat mengarah kepada lepasnya
sekatan.2 Terbukanya isolasi daerah-daerah seperti terjadi
di Pasaman, Sitiung, Solok Selatan, Pesisir Selatan, seiring
dengan kurang berperannya da’i dan imam khatib di
Nagari dalam memfungsikan surau dan masjid menjadi
pusat pembinaan anak nagari -- serta derasnya penetrasi
budaya asing, telah mengancam generasi pengganti
meluncur ke arah degradasi akhlak yang cepat. Meresponi

1
Orang Minang menyebut tempat dilangsungkannya pendidikan
agama dengan “surau (madrasah)” pada masa dulu tidak
dilazimkan memakai kata “pondok pesantren” seperti sekarang, di
antaranya Sumatra Thawalib di Parabek, di Padang Panjang (surau
Jembatan Besi), di Batusangkar (Surau Simabur) di Lambah Sianok
(Surau Inyiak Syekh Abdul Mu’in) dan lulusan surau (madrasah)
umumnya berkiprah di kampung halaman setelah selesai menuntut
ilmu, dengan mendirikan pula Surau Nagari bersama-sama dengan
masyarakat, memulai dari akar rumput, dan mengawali langkah dari
surau.
2
Borderless
2 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

peranan dari elemen penentu di tengah masyarakat


nagari – yang lazim disebut tungku tigo sajarangan --,
tidaklah satu pekerjaan yang mudah.
Fungsi ninik mamak sekarang sering tampak
efektif hanya dalam acara seremonial. Hubungan
muda-mudi sangat terbuka. Mereka cenderung untuk
meniru budaya asing tanpa mengindahkan kaedah-
kaedah yang sudah lazim ditetapkan di dalam
masyarakat.
Adat istiadat lama yang menjadi rambu-rambu
perjalanan hidup bermasyarakat di Minangkabau
terkesan mulai diabaikan. Kewibawaan yang lahir dari
keteladanan generasi tua mulai kabur dari uswah
kehidupan. Mencuat pula sikap enggan dan acuh dari
generasi pengganti untuk menyerap nilai-nilai utama yang
pernah dimiliki generasi tua berprestasi. Kondisi begini
sangat rawan dalam meniti abad ke duapuluh satu di
Sumatra Barat. Pengalaman tiga dasawarsa berlalu
menampakkan kecenderungan orang tua sebatas
memenuhi serba keperluan fisik dan materi. Hubungan
kekerabatan di antara keluarga mulai menipis dan peran
guru di sekolah sebatas memelihara kelangsungan proses
belajar mengajar. Peran pendidikan dalam membentuk
watak generasi mulai terlihat melemah.
Dalam perjalanan serah terima generasi
Minangkabau di masa ini kita menatap fenomena
peralihan mencemaskan. Jika tidak teratasi akan menjadi
buah ratapan di masa datang. Tumbuhnya kebiasaan
bolos sekolah, malas belajar, suka bermain di mall -- pasar-
pasar swalayan -- pada saat jam belajar di sekolah telah
terjadi di mana-mana. Kondisi ini mau tidak mau akan
melahirkan di masa mendatang generasi yang kurang
ilmu dan lemah dalam pemahamannya. Di kampung dan
nagari, terdapat pula keengganan menjadikan surau
H. Mas’oed Abidin 3
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

sebagai pusat pendidikan masyarakat anak nagari, dan


bergesernya kendali arena pembinaan from the mosque to
the mall, dari surau pindah ke lapau, menakutkan.
Berjangkitnya perangai permissivisme terbawa arus post
modernisasi. Keganasan mulai melanda kalangan muda
remaja. Mereka mulai larut kedalam tindakan anarkisme.
Batas boleh dan tidak mulai kabur. Suruhan dan
pantangan tidak diindahkan. Mereka terseret kepada
tindakan kriminal. Pelanggaran norma hukum oleh
pelajar seperti tawuran, merusak kelas dan rumah guru,
melempar gedung dan menghancurkan perpustakaan
sekolah, menyandera guru yang mengajar dan berbagai
tindakan vandalisme lainnya. Thomas Lickona (1991)
seorang guru besar pendidikan dari Cortland University,
dalam bukunya Educating for Character: How Our Schools
Can Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam
Books, menyebutkan 10 tanda zaman yang harus
diwaspadai yang manakala ada pada satu bangsa berarti
tengah menuju jurang kehancuran,
1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja,
2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk,
3) pengaruh kelompok seusia berminat sama (peer-
group) yang kuat dalam tindak kekerasan,
4) meningkatnya prilaku merusak diri, seperti
penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas,
5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk,
6) menurunnya etos kerja,
7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua
dan guru,
8) rendahnya tasa tanggung jawab iundividu dan warga
negara,
9) membudayanya ketidak jujuran,

4 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

10) adanya rasa rasa saling curiga dan kebencian diantara


sesama.
Jika diamati, telah menjadi berita koran setiap hari, dan
kian parah ketika meluasnya kemelut sosial, politik dan
ekonomi yang dihadapi negara-negara dunia.
Para ulama, ustadz, malin dan tuanku, imam khatib adat dan
mu’allim, suluah bendang di nagari-nagari Ulama Suluah
Bendang dalam Nagari, Manyuluah Koto Nagari, Manyuluah
Labuah jo Tapian, Manyuluah Anak Kamanakan. Nan mangaji
halal haram, Nan mangaji syariat jo makrifat, Katonyo kato
hakikat. Kalaulah syarak nan mangato, Hutang dek adat
mamakainyo. dihadapkan kepada beban berat berbareng
lemahnya sistem pencapaian tujuan pendidikan yang
dicitakan para pendidik.
Ketidakmampuan ninik mamak dan orang tua
memerankan fungsi-fungsi pendidikan di rumah tangga
dan suku dalam Nagari di Minangkabau terasa sangat
menyedihkan, terutama dalam memacu pendidikan
moral anak nagari. Mau tidak mau, posisi dan peran
Imam Khatib Adat menjadi sasaran. Dakwah kebudayaan
membentuk watak diri, keluarga, dengan merajut
hubungan hati dengan hati, dan saling mengunjungi
sesama ulama di nagari-nagari perlu dihidupkan terus.
Maka peranan alim ulama suluah bendang yang vital ini,
amat menentukan dalam membentuk watak anak nagari.
Masyarakat Sumatra Barat wajib bersyukur
kepada Allah SWT yang menganugerahi rahmat besar
dengan nilai tamaddun budaya Minangkabau. Filosofi
budaya masyarakat Minangkabau terikat kuat dengan
penghayatan Islam dan terbukti menjadi puncak
kebudayaan masyarakat di Sumatra Barat. Peranan imam
khatib adat sungguh satu pengabdian mulia dan sangat
berat ketika berhadapan dengan fenomena keumatan
yang mencemaskan di Nagari ditengah arus perubahan
H. Mas’oed Abidin 5
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

global. Ketidakberdayaan Imam Khatib Adat menunjukkan


model keteladanan yang baik, telah menjadi penghalang
pencapaian hasil dan menjadi titik lemah penilaian umat
terhadap keperibadian Imam Khatib Adat bersangkutan.
‫عا ٌر عليْك إذا فَعلْت عظيْم‬ ‫لَ تنْه عنْ خُلقٍ وت ْأتِي مثْله‬
Jangan lakukan perbuatan yang anda tegah, Perbuatan
demikian aibnya amatlah parah.
Kemuliaan murabbi (pendidik) umat dipancarkan
dari keikhlasan membentuk anak manusia menjadi
generasi pintar berilmu yang mampu mengamalkan
ilmunya. Generasi Minang mesti berbudi luhur – akhlakul
karimah -- dalam bertindak dan berbuat untuk kebaikan.
Karena budi luhur itu menjadi alat untuk menciptakan
kebahagian di dunia dan di akhirat dengan jalinan
silaturahim dalam tatanan hidup bermasyarakat.
َ‫ِنن ال ّدنْيَا و‬
َ ‫َصنْي َبكَ م‬
ِ ‫ْسن ن‬
َ ‫ل َتن‬
َ ‫َاكن الُ الدّارَ الخِرَةَ َو‬
َ ‫َغن ِفيْمَا آت‬
ِ ‫وَا ْبت‬
َ‫ض إِنّ الَ ل‬
ِ ْ‫ن كَمَا أَحْ سَنَ الُ ِإَليْ كَ َولَ َتبْ غِ ا ْلفَ سَا َد فِي ْالَر‬
ْ ِ‫ح س‬
ْ َ‫أ‬
.َ‫س ِديْن‬
ِ ْ‫يُحِبّ ا ْل ُمف‬
Dan carilah dari pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.3
Membentuk generasi yang unggul dengan iman
dan taqwa adalah satu kewajiban yang tidak boleh
dilalaikan. Maka generasi Minang sekarang dan masa
depan mestilah berpengetahuan luas dan menguasai
3
QS.28, Al Qashash:77.
6 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

teknologi, berjiwa wiraswasta, berakhlak dan beradat


bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah. Ajaran Islam
sangat banyak memberikan dorongan kepada sikap-sikap
untuk maju. Kemajuan materi (madiyah) akan terpacu
oleh akhlak manusia yang menggenggam materi tersebut.
Akhlak adalah konsep abadi dari Khalik Maha
Pencipta dan muthlak dilakukan makhluk manusia yang
telah diciptakan. Premis ini, menyatakan bahwa makhluk
manusia mesti terikat erat dengan Khalik sang Pencipta.
Akhlak adalah jembatan yang mendekatkankan makhluk
dengan Khaliknya. Karena itu, melaksanakan ajaran
agama (syarak) bukanlah sebuah beban. Namun, akan
memudahkan manusia mendapatkan tempat mulia di sisi
Tuhan dan dalam kedudukan di antara sesama manusia.
Maka membiarkan diri menjalani kehidupan dengan
tidak mengindahkan ketentuan Maha Pencipta, atau
menjauh dari nilai-nilai agama (seperti paham free of
values), sama dengan menjadikan kehidupan manusia
tidak bermakna. Dari sisi ini semestinya diyakini bahwa
ajaran syarak harus dilihat sebagai satu keperluan utama.
Kalau alah syarak nan mangato,
Hutang dek adat mamakainyo. 4
Kok di bincang maso dahulu,
Nan bak tukang indak mambuang kayu,
Manusia ba untuak surang-surang,
Ba jabatan masiang-masiang.5

4
Kalau sudah syarak (ketentuan agama) yang mengata
(menetapkan), Hutang di adat melaksanakannya. Artinya, apa yang
telah ditetapkan oleh syarak, maka itulah yang akan dilaksanakan
oleh adat. Dengan kata lain, istiadat anak nagari sejalan dengan
ketentuan syarak. Atau, yang dilarang oleh syarak sangat ditentang
oleh adat.
5
Kalau dibincang masa dahulu. Yang (terjadi) bagai tukang (pintar)
yang tidak pernah membuang kayu. Manusia beruntuk (memiliki
H. Mas’oed Abidin 7
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Mamangan (pepatah) ini mengajarkan bahwa


tatanan masyarakat berakhlak dengan bimbingan adat
basandi syarak kehidupan diatur oleh peraturan yang kuat.
Artinya, masing-masing anggota atau pemimpin
masyarakat mempunyai tugas dan jabatan masing-
masing. Pembagian pekerjaan di tengah kehidupan
bermasya rakat ditentukan oleh kemampuan fisik, dan
ilmu yang dimiliki. Sesuai kata pepatah sebagai berikut,
Tampang tasuo kato bidal,
Nan pakok palapeh badia,
Nan buto pa ambuih lasuang,
Nan lumpuah pahuni rumah,
Nan kuek pa angkek baban,
Nan cadiek tampek batanyo,
Nan elok salendang dunie,
Baitu tata barihnyo.6
Tatanan yang baik ini dapat saja berubah karena
adanya pengaruh zaman atau hilang keteguhan anak nagari
menjaga tata adat istiadat. Jika masyarakat nagari dibiarkan
meniru apa saja, maka kekuatan adat istiadat akan melemah.
Perubahan global yang deras tanpa saringan (filter) adat
istiadat berasaskan agama (syarak), akan menjadi bumerang
memporak-porandakan kultur suatu bangsa. Masyarakat di

bahagian) seorang-seorang. Berjabatan masing-masing. Maknanya,


ada profesionalisme, efektifitas dan objektif di dalam melaksanakan
tugas masing-masing. Ketentuan adat melahirkan masyarakat yang
teratur.
6
Tampang tersua kata bidal, Yang pekak (tak dapat mendengar)
bertugas pelepas bedil (meriam). Yang buta (tak dapat melihat)
bertugas menghembus lesung (tempat menumbuk padi).Yang
lumpuah penghuni rumah, Yang kuat pengangkat beban, Yang
cerdik tempat bertanya, yang elok menjadi selendang dunia
(perhiasan dunia). Begitu tata barisnya. Bahasa orang sekarang
profesionalisme.
8 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

nagari selalu berhati-hati, Tapi pihak di katu (wakatu) iko kini, Lai
juo nan baitu, Tagah dek sulik malakukannyo. Sabab baa dek baitu,
Lai ba untuak indak ba tariak, Lai ba baban indak ba bao. 7 Maknanya
adalah pekerjaan kepemimpinan di tengah anak kemenakan di
nagari-nagari hilang, lantaran tidak berfungsinya ninik mamak
dan suluah bendang. Konsekwensinya, harus segera re-
fungsionalisasi dan re-posisi pemimpin umat di nagari-nagari di
Minangkabau. Keadaan ini dapat terjadi karena, Tagah dek
sakalai aie gadang, Sakali tapian baraliah, Cupak di alieh dek
urang manggaleh, Jalan di alieh dek urang lalu.8
Ketidak hati-hatian di dalam menjaga akhlak anak
nagari akan menjadikan anak nagari berubah dengan
membiasakan pekerjaan yang selama ini dibenci.
Padahal, selama ini masyarakat adat di Minangkabau
sudah lama membenci sepuluh perangai tercela yang
disebut dengan Rabuik-rempeh, Sia-baka, Dagua-daga,
Sabuang-judi, Arak-tuak, Candu-Madaik sebagai undang nan
sapuluah yang mesti di lawan oleh seluruh lini kehidupan
di Minangkabau. Betapapun keperluan materi telah dapat
dipenuhi, hidup senantiasa hambar dan gersang apabila
keperluan immateri (ruhani) tidak terpenuhi. Dari sisi ini
kita melihat, bahwa manusia tanpa agama sama saja
dengan makhluk yang bukan manusia.
Agama, atau yang disebut syarak itu mengajarkan
akidah yang kokoh, percaya kepada Allah dan hari akhirat.
Serta diajarkan pula akhlak yang mulia. Fatwa adat
menyebutkan, Dek ribuik rabahlah padi, di cupak Datuak

7
Tapi di pihak waktu kini, Ada juga aturan seperti itu. Cuma sulit
melakukannya. Karena derasnya perubahan suasana dan kondisi
umat. Kenapa begitu ? Ada beruntuk tidak bertarik, (artinya, tugas
tidak dilaksanakan). Ada berbeban tidak di bawa (artinya beban
tidak dipikul).
8
Karena sekali air besar, sekali pula tepian berubah (beranjak).
Cupak di ganti oleh orang pedagang (manggaleh), dan jalan di
alih oleh orang yang lewat.
H. Mas’oed Abidin 9
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Tumangguang. Hiduik kalau indak ba budi, duduak tagak


kumari tangguang.
Rarak kalikih dek mandalu,
tumbuah sa rumpun di tapi tabek,
Kok hilang raso jo malu,
bak umpamo kayu lungga pangabek.
Kuaik rumah karano sandi,
rusak sandi rumah binaso,
Kuaik bangso karano budi,
rusak budi hancua-lah bangso.9
Akibat sebuah nagari yang tidak menjaga budi
akhlak anak nagari adalah kehancuran masyarakat dan
punahnya kultur Minangkabau yang diperparah oleh
kebiasaan-kebiasaan buruk, antara lain,
a. masyarakat anak nagari meniru apa adanya
b. tidak ada pengawal adat, di nagari
c. ninik mamak, suluah bendang dan bundo
kanduang, tidak berfungsi.

Perikehidupan tanpa bimbingan agama, sama


dengan peri kehidupan tidak berperikemanusiaan. Maka
para Nabi dan Rasul diutus kepada manusia untuk
memberi tuntunan akhlak dalam prilaku kehidupan.
Rujukan akhlak adalah wahyu Allah, yang terdapat pada
semua kitabsuci samawi. Tuntunan dimaksud tidak

9
Karena angin rebahlah padi, di cupak (ukuran, gantang) Datuk
Temenggung. Hidup kalau tidak berbudi, duduk tegak kemari
canggung. Hancur buah (pepaya) karena parasit (mandalu), tumbguh
serumpun di tepi tebat. Kalau hilang rasa dan malu, bagai umpama
kayu longgar pengikat (mudah terserak kemana-mana). Kuat rumah
karena sendi, rusak sendi rumah binasa. Kuat bangsa karena budi
(akhlak), rusak budi hancurlah bangsa.
10 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

hanya sebatas teori, tetapi dalam bentuk prilaku dalam


semua tingkat dan hubungan kehidupan, dalam bentuk
prilaku, contoh dan uswah. Firman Allah menyebutkan,
َ‫جوْا الَ َو ا ْليَو م‬
ُ ْ‫ن يَر‬
َ ‫سنَةٌ ِلمَ نْ كَا‬
َ َ‫ل الِ ُأ سْوَ ٌة ح‬
ِ ْ‫لَ َق ْد كَا نَ َلكُ ْم فِي َر سُو‬
.‫ل َك ِثيْرًا‬
َ ‫الخِ َر و َذكَرَ ا‬
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah. (QS.33, al Ahzab : 21).
Rasulullah SAW menyebutkan tugas risalahnya
“Hanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia” (al Hadist). Keteladanan Rasulullah SAW,
mengajarkan sikap akhlak terpuji diantaranya, berilmu,
adil, cakap, berani, berbudi pekerti halus dan luhur,
dermawan, pemurah dan pemaaf, berakhlak waspada
dan teguh pada janji, selalu mencari kebenaran, dapat
menjaga rahasia, senantiasa bersungguh-sungguh dalam
berusaha dan bekerja, bijaksana dan berpikir cepat,
tawadhu', rendah hati, bukan rendah diri, tidak iri dan
tidak dengki, sabar, berwatak syakiriin dan pandai
berterimakasih. Mampu mengendalikan keinginan dan
hawa nafsu, diplomatis, taktis, tidak terpengaruh
desas-desus dan fitnah, mampu mengatur bawahan dan
memperhatikan kelilingnya, menasehati dan mengkritik
secara terarah, tidak mengangkat orang yang kufur dan
durhaka sebagai pemimpin.
Pentingnya akhlak oleh penyair diungkapkan,
“innama umamul akhlaqu maa baqiyat, wa inhumu dzahabat
akhlaquhum dzahabuu”, dapat diartikan, “tegak rumah
karena sendi, sendi hancur rumah binasa. Tegaknya bangsa
karena berbudi, budi hancur luluhlah bangsa”. Masyarakat
Minangkabau dengan falsafah “adat basabdi syarak, syarak

H. Mas’oed Abidin 11
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

basasndi kitabullah”, banyak menampilkan pepatah 10


tentang akhlak, seperti disebutkan, “Nan kuriak kundi, nan
sirah sago, nan baiak budi, nan indah baso” 11, atau “Bahaso
manunjuakkan banso” artinya bahasa menunjukkan
bangsa, yakni baik buruk perangai (akhlak) menunjukkan
tinggi rendahnya asal keturunan (bangsa).
Akhlak Budi Pekerti, tidak dapat dilupakan
selamanya, dan senantiasa disebut-sebut, walaupun si
pelakunya sudah tiada, “Utang ameh buliah dibaia, utang
budi dibao mati” (hutang emas dapat dibayar, hutang budi
dibawa mati). Tuntunan Akhlak di dalam Kehidupan
Islami yang diajarkan agama adalah akhlak Alqurani.
Yaitu perangai yang sesuai dengan bimbingan syarak.
Senyatanya akhlak tersebut menjadi pendorong kepada
kemajuan yang bermartabat. Memiliki hidup yang
seimbang sesuai sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya
jiwamu (rohani-mu) berhak atas (supaya kamu pelihara) dan
badanmu (jasmanimu) pun berhak atasmu supaya kamu
pelihara" (Hadist). Kemudian meniti kehidupan dengan
"usaha sendiri".
Sebagai masyarakat beradat dengan pegangan
adat bersendi syariat dan syariat yang bersendikan Kitabullah,
maka kaedah-kaedah adat memberikan pelajaran bekerja
sepenuh hati dengan mengerahkan semua potensi untuk
pembangunan di nagari dapat dimulai. Pertama dengan
mengarahkan minat seluruh komponen anak nagari

10
Pepatah adalah pribahasa yang mengandung ajaran, lihat Kamus
Bahasa Indonesia 1998, disusun Drs. John Surjadi Hartanto,
Penerbit INDAH, Surabaya, Januari 1998 hal 255.
11
Kuriak=rintik-rintik, kundi=biji saga. Arti peribahasa ini adalah
“tiada yang lebih baik dari budi bahasa”, lihat Anas Nafis,
Peribahasa Minangkabau/ dikumpulkan dan diolah oleh Anas
Nafis, -Jakarta, Intermasa, 1996, kerjasama dengan YDIKM,
hal.47.
12 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

kepada perhatian bahwa alam keliling adalah sumber


kehidupan bagi manusia.
َ‫ت و الر ضَ و َأنْزَل مِ نَ ال سّما ِء مَاءً فَأخْر ج‬
ِ ‫الُ الذي خَل قَ السماوا‬
ِ‫ى في البَحر بأمْره‬
َ ‫سخّرَ لكم الفلْكَ ِلتَجْر‬
َ ‫بهِ مِنَ الثّمراتِ رِ ْزقًا لكُم و‬
‫شمْ سَ و ا ْلقَم َر دَائِ َبيْ نِ و سخّر‬
ّ ‫سخّر لك ُم ال‬
َ ‫ و‬.‫ل ْنهَار‬
َ ‫سخّر لك ُم ا‬
َ ‫و‬
َ‫ن تَ ُعدّوْا ِنعْمَ ت‬
ْ ِ‫سأَلْتموْه و إ‬
َ ‫ل ما‬
ّ ‫ و آتاكُم مِن ك‬.َ‫لك مُ الّليْلَ و ال ّنهَار‬
.ٌ‫لنْسَان لَظَلُو ٌم كَفّار‬
ِ‫نا‬
ّ ‫ل تُحصُوْها إ‬
َ ‫ل‬
ِ ‫ا‬
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-
buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu
berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan
yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa
yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat
zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).(QS.14,
Ibrahim : 32).

Maksudnya agar manusia pandai bersyukur.


ٌ‫ن عذابي لشديد‬
ّ ‫و ِإذْ تأذّن ربّكم َلئِن شَك ْرتُمْ لزِيدنّكم و َلئِن كفَرتم إ‬
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih". (QS.14, Ibrahim : 7) .

H. Mas’oed Abidin 13
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Membangun keberhasilan bertitik tolak pada


pembinaan unsur manusia. Dimulai dengan apa yang
ada, ialah kekayaan alam dan potensi yang terpendam
dalam unsur manusia. Memanggil potensi yang ada dalam
unsur manusia, kepada kesadaran akan benih-benih
kekuatan yang ada dalam dirinya masing-masing. Dimulai
dengan menumbuhkan atau mengembalikan
kepercayaan kepada diri sendiri, dengan kemauan untuk
melaksanakan idea self help sesuai dengan peringatan
Ilahi.
َ‫حفَظُ ْونَ ُه مِ نْ َأمْ ِر الِ إِنّ الَ ل‬
ْ َ‫ت مِ نْ َبيْ نِ َيدَيْ هِ َو مِ نْ خَ ْلفِ ِه ي‬
ٌ ‫لَ ُه ُمعَ ّقبَا‬
َ‫سهِ ْم وَ ِإذَا َأرَادَ الُ بِقَ ْو ٍم سُوءًا فَل‬
ِ ‫حتّى ُيغَيّرُوْا مَا بَِأنْ ُف‬
َ ٍ‫ُيغَيّ ُر مَا بِقَوْ م‬
.ٍ‫مَ َردّ لَهُ َومَا َلهُ ْم مِنْ دُ ْونِ ِه مِنْ وَال‬
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia. (QS. Ar Ra'du, 13 : 11).

SYAKHSHIYYAH SULUAH BENDANG


Tidak diragukan bahwa malim, tuangku, imam
khatib para ulama di nagari – murabbi --, yang memiliki
kepribadian serta uswah hidup terpuji akan mampu melukis
kesan positif dan menanamkan laku perangai anak nagari
atau syakhshiyyah mereka. Tegasnya syakhshiyyah (‫)شخ صية‬
mencerminkan watak, sifat fisik, kognitif, emosi, sosial

14 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

dan rohani seseorang 12 yang terlihat di dalam pribadi


atau personality yang menggambarkan sifat individu di
dalam gaya hidup, kepercayaan, harapan, nilai, motif,
pemikiran, perasaan, budi pekerti, persepsi, tabiat, sikap
dan watak anak nagari.13 Kemahiran bergaul dan
berkomunikasi akan menjadi pendukung yang kuat di
dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik
multidimensi, dan akhirnya akan menarik minat dan
sokongan umat. Kepiawaian berbahasa dan
melaksanakan falsafah adat basandi syarak syarak
basandi Kitabullah dengan penuh kearifan keumatan.
Ditambah dengan modal penguasaan sejarah
perkembangan pemikiran Islami dan jihad tauhidi, akan
membuka pintu kreativitas dalam rangka pembinaan
anak nagari.
Harus diingat bahwa kepimpinan bukanlah
barang ghanimah atau pampasan untuk menjadi modal
mengais keuntungan pribadi maupun keluarga.
Kepimpinan dalam harakah Islamiyah adalah usaha untuk
mempercepat dan menggerakkan upaya pencapaian Izzul
Islam wal Muslimun.

12
Syakhshiyyah mempunyai tiga ciri utama. Pertama ialah
keunikan dengan maksud tersendiri. Kedua, kemampuan untuk
berubah dan diubah; sebagai hasil pembelajaran dan pengalaman.
Ketiga ialah organisasi. Syakhshiyyah tidak sekadar himpunan
tingkahlaku akan tetapi melibatkan corak tindakan dalam
operasional keseharian yang bersifat konsisten.
13
G.W Allport, ”Pattern and Growth in Personality”,
mendifinisikan syakhshiyyah sebagai organisasi dinamik sesuatu
sistem psikofisikal di dalam diri seorang individu yang
menentukan tingkah laku dan fikirannya yang khusus, merangkumi
segala unsur-unsur psikologi seperti tabiat, sikap, nilai,
kepercayaan dan emosi, bersama dengan unsur-unsur fisik, bentuk
tubuh badan, urat saraf, kelenjar, wajah dan gerak gerik seseorang (
Mok Soon Sang, 1994:1).
H. Mas’oed Abidin 15
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Maka para penggerak di nagari , terutama suluh


bendang dalam nagari perlu meningkatkan selalu daya
inovatif dan kreatif yang dapat menampilkan wawasan
dan perspektif Islam dalam berbagai bidang dan
lapangan informasi.14 Upaya ini sejalan dengan kaedah
adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah di Ranah
Minangkabau. Gerak tersebut mestinya ditopang oleh
keinginan mengamalkan Firman Allah,
ٌ‫ل ِف ْرقَةٍ ِم ْنهُ مْ طَائِفَة‬
ّ ُ‫وَمَا كَا نَ ا ْلمُ ْؤ ِمنُوْ نَ ِل َينْفِرُوْا كَافَةً َفلَ ْولَ َنفَ َر مِ نْ ك‬
.َ‫حذَرُوْن‬
ْ َ‫جعُوْا إَِل ْيهِمْ َلعَّلهُ ْم ي‬
َ ‫ِل َيتَفَ ّقهُوْا فِي الدّيْنِ وَ ِل ُينْذِرُوْا َق ْو َمهُمْ ِإذَا َر‬
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi
dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka
itu dapat menjaga dirinya. (QS.9, at Taubah :122)
Satu kemajuan, Insya Allah akan wujud dengan
"mulai melatih diri sendiri, dengan alat yang ada, dan
mencukupkan dengan apa yang ada, karena yang ada itu sudah
cukup untuk memulai”. Kita menuju kepada taraf yang
memungkinkan kita melakukan selfless help, mampu
berdiri di atas kaki sendiri di dalam menentukan adat
salingka nagari itu. Uratnya pada seia sekata, atau prinsip
musyawarah seluruh unsur pimpinan anak nagari, yang
dilambangkan pada tungku tigo sajarangan. Ujungnya

14
TV, radio dan internet, misalnya, adalah satu contoh yang
mutakhir dalam usaha mengatasi halangan dan dan rintangan
global. Prasarana teknologi ini jika mampu dikuasai dengan baik
dan sumpurna akan memungkinkan kita menyampaikan maklumat
alternatif kepada masyarakat dengan lebih efektif dan bersifat
global pula.

16 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

mampu memberikan bantuan dari rezeki yang telah


diberikan kepada kita yang menyebar di tengah anak
nagari tanpa mengharap balas jasa. Artinya, bertumpu
kepada redha Allah saja.
Banyak kajian telah dibuat tentang sifat-sifat yang
perlu ada pada seorang guru, malim, tuangku, imam
khatib para ulama di nagari -- (murabbi) dan memberikan
kesan mendalam pada proses pembentukan watak
generasi pengganti. Ciri guru, malim, tuangku, imam
khatib para ulama di nagari yang muslim hendaklah
merangkum sifat-sifat :
A. SIFAT RUHANIAH DAN AKIDAH
1. Keimanan kental kepada Allah Maha
Sempurna.
2. Keyakinan mendalam kepada hari akhirat.
3. Kepercayaan kepada Rasul SAW di iringi asas
keimanan (arkan al iman) yang lain.
B. SIFAT-SIFAT AKHLAK
1. Benar dan jujur, Menepati janji dan Amanah
2. Ikhlas dalam perkataan dan cekatan berbuat
3. Merendah diri – tawadhu’ --, Sabar dan tabah
4. Lapang dada – hilm --, Pemaaf dan toleransi
5. Menyayangi anak nagari dengan
mendahulukan kepentingan bersama dengan
mengutamakan sikap pemurah, zuhud dan
berani bertindak.

H. Mas’oed Abidin 17
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Tidaklah kalian dimenangkan dan mendapatkan


rezeki kecuali dengan bantuan orang-orang lemah
kamu.15
C. SIFAT MENTAL, KEJIWAAN DAN JASMANI
1. Sikap Mental
a) Cerdas (pintar teori, amali dan sosial).
b) Menguasai hal yang takhassus pembinaan
umat.
c) Luas pengetahuan umum dan mencintai
berbagai bidang akliah, ilmiah yang sehat.
d) Mengenal ciri, watak, kecenderungan anak
nagari dalam menanggapi setiap perubahan.
e) Fasih, bijak dan cakap di dalam penyampaian.
2. Sifat Kejiwaan
a) Tenang dengan emosi mantap terkendali
b) Optimistik dalam hidup, penuh harap kepada
Allah dan tenang jiwa mengingatiNya.
c) Percaya diri dan mempunyai kemauan yang
kuat
d) Lemah lembut dan baik dalam pergaulan
e) Berfikiran luas dan mampu menyesuaikan diri
dengan masyarakat
3. Sifat Fisik
a) Sehat tubuh dan badan dari penyakit menular
b) Berperawakan menarik, bersih, rapi (kemas)
dan menyejukkan.

Satu senarai menerangkan sikap yang diinginkan


dipunyai para murabbi (guru, malim, tuangku, imam
khatib para ulama di nagari) :
15
HR. Imam Bukhari, dan Nawawi dalam ar Riyadh.
18 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

1. Berkelakuan baik (penyayang dan penyabar),


tidak memihak berat sebelah di dalam menyelesai
masalah dan mampu menjawab persoalan umat
dengan jelas. Berdisiplin dan adil menerapkan
aturan pemarkahan, serius dalam membimbing
generasi dan menarik perhatian karena amanah
menunaikan janji.
2. Mempunyai syakhshiyyah yang dihormati,
memiliki semangat pembinaan yang tinggi dan
mempunyai arahan yang jelas dan spesifik serta
mampu memilah antara intan dari kaca.
Berkemauan yang kuat dan Berbakat kepimpinan
yang tinggi dan Tidak mau menghina , akan tetapi
memperbaiki dengan sadar.
3. Mempunyai pengetahuan umum yang luas dan
selalu berupaya Tidak menyimpang dari tajuk
pembinaan umat, bernada lembut dan prinsip
tegas merangkul dan mendidik.
4. Mengenal titik kuat dan lemah dari masyarakat
binaan, Pandai memberi nasihat, Simpati terhadap
kelemahan umat dan Pandai memilih kata-kata
5. Memberi ruang penelaah dan pengulangan kaji
dan tanggap dengan suasana anak nagari,
membimbing kaedah berkesan dan mantap
dengan mengedepankan darjah ilmu pengetahuan
dan mewujudkan sikap kerjasama dengan
semangat riadah dan kedisiplinan.

Suluah Bendang di Nagari, yakni malim, tuangku,


imam khatib para ulama memikul tanggung jawab
murabbi wajib mempunyai syakhshiyyah dan
mengamalkan etika Islam yang standard. Etika pendidik
(murabbi) Islam yang profesional, memiliki tanggung

H. Mas’oed Abidin 19
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

jawab yang diawali oleh kemauan dari dalam diri dan


kemudian dapat ditukuk tambah oleh khalayak pendidik
dan dihayati sebagai suatu etika profesi malim, tuangku,
imam khatib para ulama di nagari, antara lain dapat
dirumuskan :
1. Tanggungjawab Terhadap Allah
a. Mempunyai etika kepada Allah dengan
memantapkan keyakinan iman kepada Allah dan
mengukuhkan hubungan ibadah terus menerus
denganNya.
b. Bersifat istiqamah, iltizam semangat ibadah,
berbakti dan beramal soleh selalu menjadi amalan
harian, dan wajib (mustahak) menghayati rasa
khusyuk, takut dan harap kepada Allah, dalam
mencapai derajat taqwa.
c. Senantiasa mengagungkan syiar agama Islam dan
berusaha ke arah mendaulatkan syariat Islam
dengan kemestian melaksanakan kewajiban
syari’at agama Islam, menghindari larangan,
menyempurnakan segala hak dan tanggung jawab
yang berkaitan dengannya dan hendaklah selalu
bersyukur kepada Allah di samping selalu berdoa
kepadaNya dengan membaca ayat-ayat Allah dan
merendahkan diri kehadratNya.

20 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

Akan selalu ada segolongan orang dari umatku yang


berdiri dengan seizin Allah. Orang yang
mengecewakan mereka tidak akan memperdayakan
mereka hingga datang perintah Allah, dan mereka
tetap berada di tengah-tengah umat manusia – dengan
bersungguh-sungguh memperjuangkan kebenaran --.16
2. Tanggungjawab Terhadap Diri
a. Menjaga dan memastikan keselamatan diri,
mencakup aspek fisik, emosional, mental maupun
moral. Memelihara kebersihan diri, perawakan
dan pakaian tempat tinggal.
b. Memahami kekuatan dan kelemahan diri untuk
ditingkatkan pada segenap aspek kehidupan.
c. Meningkatkan kesejahteraan agar dapat
berkhidmat selama dan sebanyak mungkin
kepada Allah, masyarakat dan negara. Melibatkan
diri dalam program meningkatkan kualiti umat di
nagari.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan


hikmah dan pelajaran yang baik, dan debatlah mereka
dengan cara yang lebih baik …. (QS.an Nahl : 125).

3. Tanggungjawab Terhadap Ilmu


a. Menguasai ilmu takhassus secara mantap dan
mendalam.

16
HR. Mutafaq’alaihi dari Mu’awiyah.

H. Mas’oed Abidin 21
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

b. Bercita dan berbuat -- iltizam -- dengan amanah


ilmiah sungguh-sungguh mengamalkan ilmu
yang dimiliki dan mengembangkan untuk
dipelajari.
c. Selalu mengikuti perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan terbaru dalam rangkaian
pembelajaran ilmu berkaitan.
d. Sepanjang masa menelusuri dimensi spirituality
Islam dalam berbagai lapangan ilmu
pengetahuan. Selalu pula memanfaatkan ilmu
untuk tujuan kemanusiaan, kesejahteraan dan
keamanan umat manusia sejagat.

Setiap kamu adalah pemimpin – penggembala – dan


setiap kamu akan ditanyai tentang rakyatnya, maka
imam adalah pemimpin dan dia ditanyai tentang
rakyat yang di pimpinnya. (HR.Muttafaq ‘alaihi).17

4. Tanggungjawab terhadap Profesi Ke-Ulama-an


a. Seorang guru, malim, tuangku, imam khatib para
ulama di nagari tidak boleh mencemarkan sifat
keulamaan yang dapat menghilangkan
kepercayaan orang ramai terhadap profesi dan
lembaga alim ulama di nagari. Dia tidak boleh
bertingkah laku yang dapat membawa kepada
terbannya maruah diri.
17
HR.Muttafaq ‘alaihi dari Ibnu Umar R.’Anhuma.
22 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

b. Maka tugas seorang guru, malim, tuangku, imam


khatib para ulama di nagari hendaklah
dilaksanakan dengan jujur.
c. Tanggungjawab utama mengarah kepada anak
nagari kepada hal yang baik, bermanfaat dan
berguna untuk kepentingan anak nagari atas
segala kepentingan lain, dengan menumpukan
perhatian untuk semua anak nagari dari berbagai
bangsa, suku, dan anutan kepercayaan. Maka
sudah semestinya menerima perbedaan individu
di kalangan anak nagari dan memandu mereka
mengembangkan potensi jasmani, intelek, daya
cipta dan rohani dengan menghormati hak setiap
anak nagari dan tidak boleh bertingkah laku yang
dapat membawa jatuhnya derajat profesi malim,
tuangku, imam khatib para ulama di nagari itu.
d. Tidak mengajarkan sesuatu paham yang dapat
merusak hubungan dan kepentingan masyarakat
awam atau nagari dengan selalu menanamkan
sikap yang baik terhadap anak nagari supaya
mereka dapat berkembang menjadi warga negara
yang setia dalam hidup dan taat dalam beragama.
Maka seorang guru, malim, tuangku, imam khatib
para ulama di nagari itu dituntut bertingkah laku
menjadi contoh yang baik dan tidak boleh
memaksakan kepercayaan keyakinan agama
yang bertentangan. Yang sangat perlu di jaga
adalah sikap tidak menjatuhkan nama baik para
ulama di nagari lain dengan membesar-besarkan
namanya untuk mendapatkan sesuatu kedudukan
ataupun pangkat dalam profesi keulamaan.
Sunnahnya adalah selalu mengajak kepada
kebaikan.

H. Mas’oed Abidin 23
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Barangsiapa yang menyunnahkan suatu sunnah yang


baik di dalam Islam, maka dia mendapatkan pahalanya
dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya,
tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala mereka.18

5. Tangungjawab Terhadap Sesama Ulama


a. Guru, malim, tuangku, imam khatib para ulama
di nagari hendaklah menghindari membuat
ulasan yang dapat mencemarkan nama baik
seseorang guru, tuangku, imam khatib ulama di
nagari, dan menjauhi sesuatu tindakan yang
dapat menjatuhkan maruah seseorang ulama di
nagari.
b. Tidak melibatkan diri dalam kegiatan yang dapat
merendahkan martabat dan menghapus
kecakapan sebagai ulama dengan berusaha
sepenuh hatinya menunaikan tanggungjawab
sungguh-sungguh dan mengedepankan kemajuan
social hanya karena Allah.
c. Selalu bersedia membantu rekan sejawat melayari
profesi keulamaan dan senantiasa mawas diri

18
HR.Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Nasa’I, dan Ibnu Majah dari Jarir
(Shahih al Jami’ ash Shaghir : 6305)

24 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

agar tidak mencemarkan nama baik profesi para


ulama di nagari.

“Dan orang-orang yang beriman lelaki dan


perempuan, sebahagian mereka adalah menjadoi
penolong bagi sebahagian yang lainnya. Mereka
menyuruh mengerjakan yang makruf, mencegah dari
yang munkar, mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rasulNya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana” (QS.9, at Taubah : 71).
6. Tanggungjawab Terhadap Anak Nagari
a. Guru dan malim, tuangku, imam khatib para
ulama di nagari lebih mengutamakan kebajikan
dan keselamatan anak nagari.
b. Bersikap adil terhadap siapa saja tanpa
dipengaruhi faktor-faktor jasmani, mental, emosi,
politik, ekonomi, sosial, keturunan dan agama.
c. Menampilkan cara bertutur dan bertingkah laku
yang dapat memberikan contoh dan peningkatan
mendidik umat mencapai mutu yang setinggi-
tingginya, dalam rangka sedekah,

H. Mas’oed Abidin 25
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Tidak ada bagian dari anak cucu Adam – manusia


seluruhnya – kecuali ada sedekah padanya setiap hari
saat matahari terbit, Beliau Rasulullah SAW ditanya :
“Wahai Rasulullah ! dari mana kami mendapatkan
sedekah yang bisa kami sedekahkan ?” Maka Nabi
SAW menjawab, “Sesungguhnya pintu-pintu kebaikan
itu sangatlah banyaknya. Tasbih, tahmid, takbir, tahlil,
menyuruh kepada perbuatan yang baik (amar makruf),
menegah dari perbuatan salah (nahi munkar),
menyingkirkan ganguan dari jalan (seperti
membuangkan duri dari jalanan), membantu
pendengaran orang tuli, menuntun orang buta,
memberi petunjuk kepada orang yang meminta
26 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

petunjuk – jalan – dalam keperluannya, berusaha keras


dengan sepenuh tenagamu mebantu orang susah yang
memerlukan pertolonganmu, dan membantu dengan
segala kemampuanmu kepada orang yang lemah. Ini
semua adalah bagian sedekah atas dirimu..” (H.R.Ibnu
Hibban dan Baihaqi).19
Bahkan lebih jauh sedekah itu mencakup juga;

Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah,


menyingkirkan batu, duri, dan tulang dari jalanan
manusia adalah sedekah, dan petunjukmu kepada
orang yang tersesat jalan – agar kembali menemui
jalannya yang benar – adalah sedekah bagimu.
(HR.Baihagi).20

7. Tanggungjawab Terhadap Masyarakat dan Negara


a. Mengelak daripada meyebarkan sesuatu ajaran
yang dapat merusak kepentingan masyarakat
atau negara, ataupun yang dapat bertentangan
dengan kerukunan bernegara di bawah syari’at
Allah.
b. Memupuk diri bersikap dengan nilai akhlak yang
dapat membantu dan membimbing menjadi
warga negara yang taat setia, bertanggungjawab
dan berguna, menghormati orang-orang yang

19
Al Ihsan : 3377 dan al Muntaqa min at Targhib : 1805.
20
Ibid. Al Ihsan
H. Mas’oed Abidin 27
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

lebih tua dan memahami ada perbedaan


kebudayaan, keturunan dan agama.
c. Menghormati masyarakat tempat berkhidmat
dengan memenuhi segala tanggungjawab
warganegara dan senantiasa ikut dalam kegiatan
bermasyarakat dengan menggerakkan kerjasama
dan persefahaman di antara para ulama suluah
bendang di nagari, memberikan sumbangan
tenaga dan pemikiran untuk meninggikan tahap
kehidupan berakhlak (morality) sepanjang hayat,
memelihara budaya kecendikiawanan dengan
teguh berpegang kepada syari’at Islam dengan
bertingkah laku sopan yang diterima oleh
masyarakat dalam menjalani kehidupan
keseharian dengan baik hingga datangnya hari
kiamat. Menanam kebaikan adalah tugas yang
tidak dapat di tolak mesti dikerjakan oleh suluah
bendang di nagari bagaimanapun berat
tantangannya. Sesuai isyarat Rasulullah SAW,

Jika hari kiamat terjadi, sedangkan salah seorang dari


kalian ada yang memegang bibit -- pohon korma --,
maka sekiranya dia sanggu menanamnya sebelum
terjadi hari kiamat, hendaklah dia menanamnya. (HR.
Imam Ahmad dan Bukhari).21

21
HR.Ahmad dan Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dari
Anas RA. Albani meletakkan hadist ini di dalam Shahih al Jami’
ash-Shaghir (1424).

28 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

8. Tanggungjawab Terhadap Rumah Tangga


a. Menghormati tanggungjawab utama ibu bapa
terhadap pembinaan generasi muda dengan
berusaha mewujudkan hubungan mesra dan
kerjasama yang erat di antara institusi
pendidikan, surau dan rumahtangga.
b. Menganggap semua informasi mengenai keadaan
rumahtangga sebagai alat untuk mengatasi
kesulitan dengan teliti dan bijaksana.
c. Mengelakkan diri dari pengaruh kedudukan
sosial dan ekonomi ibu bapa dan rumah tangga
masyarakat dengan mengelak diri dari
mengeluarkan kata yang dapat menghilangkan
kepercayaan masyarakat, dan membudayakan
saling menghormati sesama dengan senantiasa
mengajak kepada hidayah Allah dan syar’iat
Islam, sesuai pesan syarak dalam sabda
Rasulullah SAW. ;

“siapapun yang membawa seseorang kepada petunjuk


hidayah Allah – kemudian di ikutinya petunjuk itu --,
maka dia akan mendapatkan balasan sebagaimana
balasan yang diterima oleh orang yang mengikutnya,
tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka
peroleh” (H.R. Imam Muslim dan Ash-habus-Sunan)

KEBERHASILAN MEMBINA UMAT DI NAGARI

H. Mas’oed Abidin 29
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Meskipun ciri dan syakhshiyyah Imam Khatib Adat


yang baik telah dicapai namun tidak bermakna dengan
sendirinya kehadiran mereka telah berkesan di tengah
masyarakat. Peranan Imam Khatib Adat akan
menampakkan kesan amatlah bergantung kepada
beberapa faktor yang erat kaitannya dalam proses prilaku
Imam Khatib Adat dan pencontohan yang ditampilkan di
tengah kehidupan sehari-hari di dalam Nagari.
Tantangan yang dihadapi oleh para Imam Khatib
Adat dalam mengajar anak Nagari zaman ini bukanlah
suatu yang mudah. Imam Khatib Adat berhadapan dengan
kenakalan remaja yang semakin serius. Karenanya sangat
dituntut setiap Ibu dan bapa (setiap keluarga) di dalam
Nagari mesti ikut serta bersama-sama. Kebersamaan akan
memudahkan kerja Imam Khatib Adat di Nagari.
Pemerintah semestinya peka dengan pembinaan
generasi baru Minang. Upaya ini menuntut peralatan
canggih dan keteguhan program di tengah perubahan
cepat dalam berbagai sector kehidupan. Masyarakat
wajib menopang kejayaan Imam Khatib Adat di Nagari
dalam upaya pembelajaran anak nagari. Tanpa kerjasama
semua pihak proses pendidikan dan pembinaan umat
(anak nagari) tidak akan pernah berjaya menghasilkan
generasi yang baik.

MENGUATKAN UMAT DI NAGARI


Perhatian masyarakat harus lebih banyak di
berikan kepada membangun umat melalui pendidikan
dan pengajaran hidup bermasyarakat dengan sikap
toleran sesuai Firman Allah, “Wahai manusia, sesungguhnya
Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berkabilah-kabilah (bangsa-

30 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

bangsa)dan berpuak-puak (suku-suku) supaya kamu saling kenal


mengenal …”, (QS.49, al Hujurat : 13).
Nabi Muhammad SAW memesankan, “Perbedaan di
tengah-tengah umatku adalah rahmat” (Al Hadist). Dan “innaz-
zaman qad istadara”, bahwa sesungguhnya zaman berubah
masa berganti (Al Hadist). Kata hikmah di Minangkabau
mengungkapkan pemahaman bahwa perbedaan
semestinya dihormati. “Pawang biduak nak rang Tiku, Pandai
mandayuang manalungkuik, Basilang kayu dalam tungku, Di sinan
api mangko hiduik”.
Perubahan cepat sedang terjadi di tengah
derasnya arus globalisasi. Menompangkan riak penetrasi
budaya luar (asing). Telah membawa akibat perilaku
masyarakat, praktek pemerintahan, pengelolaan wilayah
dan asset, serta perkembangan norma dan adat istiadat di
banyak Nagari di ranah Minangkabau terlalaikan.
Perubahan perilaku tersebut lebih mengedepan dalam
perebutan prestise dan kelompok. Berbalut materialistis
dan jalan sendiri (individualistik). Akibatnya, perilaku
yang tersua adalah kepentingan bersama dan masyarakat
sering di abaikan. Menyikapi perubahan-perubahan
sedemikian itu, acapkali idealisme kebudayaan
Minangkabau menjadi sasaran cercaan. Indikasinya
tampak pada upaya kebersamaan (kolektif
bermasyarakat) menjadi kurang di banding hasil
perorangan (individual).

Nagari di Minangkabau seakan sebuah republik


kecil dengan sistim demokrasi murni, pemerintahan
sendiri, asset sendiri, wilayah sendiri, perangkat
masyarakat sendiri, sumber penghasilan sendiri, bahkan
hukum dan norma-norma adat sendiri.

H. Mas’oed Abidin 31
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

“Kembali ke Nagari“ semestinya dititik beratkan


kepada kembali ba Nagari. 22 Maknanya, kebersamaan.
Sebagai masyarakat beradat bersendi syariat dan syariat
yang bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah adat
dipertajam makna dan fungsinya oleh kuatnya peran
surau yang memberikan pembelajaran sesuai syara’
dengan ‘Musyawarat’ Sebagai Dasar Mengembangkan
‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’,
kemudian menyeru umat kepada kebajikan berawal dari
memperkenalkan besarnya nikmat Allah kepada kita.
(1). “Menyadari Nikmat Allah dan Mensykurinya”
Nikmat Allah, sangat banyak.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Pengampun lagi maha Penyayang” (QS.16, An Nahl :
18).
Hukum Syarak dengan landasan ajaran agama Islam
menghendaki keseimbangan antara perkembangan
hidup rohani dan jasmani dalam upaya anak nagari
memerangi kemaksiatan dengan tujuan mengahapus
kemelaratan dan usaha menciptakan kemakmuran
di ranah ini. Kemakmuran diperlihatkan dalam
kondisi masyarakat yang dapat memenuhi
keperluan perumahan dan makanan untuk keluarga
dan anak kemenakannya.

22
Selama 21 tahun, telah terjadi banyak perubahan, dan kita tidak
boleh berbeda terutama terhadap sistim pemerintahan local yang
khas -- Nagari di Minangkabau – menjadi segaram, dengan
diberlakukannya UU No.5 tahun 1979, dan Perda No.9/2000 untuk
Kembali Ke Pemerintahan Nagari, sebenarnya mesti di sikapi
sebagai peluang besar untuk melakukan pemerkasaan terhadap
umat dan masyarakat di Nagari di Minangkabau (Tanah
Semenanjung).

32 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

Rumah gadang gajah maharam,


Lumbuang baririk di halaman,
Rangkiang tujuah sajaja,
Sabuah si bayau-bayau,
Panenggang anak dagang lalu,
Sabuah si Tinjau lauik,
Birawati lumbuang nan banyak,
Makanan anak kamanakan.23
Manjilih ditapi aie,
Mardeso di paruik kanyang.24

23
Rumah gadang (= rumah besar) tempat tinggal anak kemenakan di
Minangkabau, ibarat gajah maharam (=gajah duduk) dan lumbung
padi berjejer di halamannya. Rangkiang (=lumbung padi yang
bergonjong) tempat menyimpan hasil panenan anak nagari tujuh
sejajar (menggambarkan arti kemakmuran yang diperdapat karena
rajinnya anak nagari mengolah alam menjadi sawah penghasil
pertanian. Satu di antaranya bernama “si bayau-bayau” yang isinya
dipergunakan untuk membantu “anak dagang lalu”( para
pendatang, penuntut ilmu yang lewat di nagari itu). Satu kaedah
bermakna lebih dalam yaitu perhatian terhadap orang datang
(asing) dan tidak semata bertumpu kepada putra asli di nagari itu.
Salah satu lagi dari rangkiang itu bernama “si tinjau laut” yang
isinya di peruntukkan bagi keperluan anak kemenakan yang
mengharapkan bantuan dan pertolongan. Inilah sesungguhnya inti
dari semua persiapan (hasil) yang diperoleh satu keluarga
Minangkabau didalam satu tatanan banagari. Ada idea bahwa
kepentingan bersama berada pada tingkat paling utama dibanding
kepentingan sendiri. Maka dapat di maknai bahwa individualistic
sangat tidak diminati dalam tatanan masyarakat adat basandi
syarak, syarak basandi Kitabullah itu.
24
Jika hendak berbersih (manjilih) tentulah dengan tersedianya air
yang cukup (di tapi aie), dan kalau hendak merdeka di dalam
menentukan sikap dan leluasa berbuat kebaikan (mardeso) maka
syaratnya adalah tatkala perut masyarakat anak nagari dalam
keadaan kenyang (kemakmuran terjamin). Apabila anak nagari
kelaparan, kemakmuran tidak bisa diciptakan, maka ada harapan
anak nagari akan di kuasai oleh kekuatan asing dari luar.
H. Mas’oed Abidin 33
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

(2). Kebahagiaan dunia dan akhirat. Salah satu dari ajaran


keseimbangan menurut syariat adalah tampil
berusaha untuk mencari kebahagiaan dunia (materi)
dan kebahagian akhirat (immaterial) dalam rangkaian
amal ibadah.

Manfaatkanlah sebaik-baiknya lima macam kesempatan


sebelum datang lima yang lainnya; masa mudamu
sebelum datang masa tuamu, waktu sehatmu sebelum
datang masa sakitmu, saat kayamu sebelum saat
miskinmu, waktu senggang – lapangmu – sebelum
datang waktu sibukmu dan hidupmu sebelum matimu’25
Nabi Muhammad SAW mengajarkan agar manusia
dalam hidupnya mengejar keperluan dunia dan
akhirat setiap saat ada waktu dan kesempatan.
"Berbuatlah untuk hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati
besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu, seolah-olah akan
hidup selama-lamanya" (Hadist).
Salah satu do’a yang di ajarkan adalah permohonan
untuk mendapatkan hidayah, kelapangan hati dan
kekayaan materi.

25
HR.Hakim, dan ia mensahihkannya menurut syarat Bukhari
Muslim dengan disetujui oleh Mundziri, al Munthaqa : 2089, dan
Dzahabi (4/306).
34 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

Ya Allah, aku bermohon kepada MU petunjuk


(hidayah), taqwa dan kesucian diri dan kekayaan.26

(3). “Bumi Allah amat luas, merantaulah di atasnya”


Allah telah menjadikan bumi mudah untuk
digunakan. “Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan carilah
karunia Allah dan (di samping itu) banyaklah ingat akan Allah,
supaya kamu mencapai kejayaan".27
Supaya jangan tetap tinggal terkurung dalam lingkungan
yang kecil, dan sempit. Karatau madang di hulu, babuah
babungo balun. Marantau buyuang dahulu, di rumah
paguno balun. 28.

Dalam membina umat di nagari yang dicari adalah


“opsir lapangan” yang bersedia dan pandai
berkecimpung di tengah-tengah umat, yang akan
menjaga umat agar masyarakat nagari tidak menjadi
pak turut menerima perubahan semata-mata karena
zaman telah berubah, akan tetapi selalu berada di
dalam keteguhan nilai adat istiadat sesuai
bimbingan syarak (agama Islam) yang di nasehatkan
oleh Rasulullah SAW;

26
HR.Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud RA,
(Shahih Jami’ Ash Shaghir : 1301)
27
QS.62, Al Jumu’ah : 10.
28
Lihat pula sinyal Kitabullah QS.4, An Nisak : 97
H. Mas’oed Abidin 35
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Janganlah kalian menjadi seperti bunglon yang


berkata, aku bersama orang-orang, jika mereka baik,
maka akupun baik pula, dan jika mereka buruk
akhlaknya, maka akhlakku pun buruk p[ula. Akan
tetapi tanamkanlah sikap pada diri kalian ; jika mereka
baik, hendkalah kalian baik; dan jika mereka buruk
akhlaknya, maka janganlah kalian berbuat dzalim.29

Di alam Minangkabau, kepercayaan atau adat


istiadat masih terlindung dari kebiasaan pemborosan
(waste) besar-besaran tanpa alasan. Hanya kemungkinan
ada wabah masyarakat dengan penyakit adu untung, atau
perjudian massal bentuk kegiatan judi secara terbuka dan
terselubung masih tetap berjalan tanpa hambatan, di
antaranya marak dalam bentuk Toto Kuda, Kupon Putih,
togel dalam bermacam bentuknya, meruntuhkan akhlak
dan menghisap modal dari proses produksi dan pasar
dagang ke meja perjudian, dengan segala akibat-
akibatnya dan berbagai penyakit masyarakat lainnya.
Inilah yang sangat perlu diawasi di iringi menanakan
kembali pentingnya kehati-hatian.

29
HR. Imam Tirmidzi (2008), dan dia berkata hadist Hasan Gharib.

36 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

“Ingek sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih, Ingek-ingek


nan ka-pai, Agak-agak nan ka-tingga”.30 Maka, selain para
ilmuan, sarjana berpengalaman, sangat diperlukan untuk
membina anak nagari dewasa ini adalah orang-orang
yang mempunyai mata hati yang “mahir dalam membaca
kehendak masyarakat” yang tidak dapat diperoleh dalam
ruang kuliah dan perpustakaan semata. Maka perlu
meng-introdusir tenaga sarjana agama dan tenaga
berbagai disiplin ilmu untuk segera kembali ketengah
masyarakatnya di nagari-nagari untuk ikut merasakan
denyut nadi kehidupan dan lambat laun akan berurat di
hati umat di nagari itu.
Kerja utama di nagari hari ini membentuk
tenaga pembina umat – anak nagari – yang diharapkan
tampil dari kalangan ninik mamak, alim ulama, mu’allim,
para tuangku, imam khatib di nagari yang memiliki
syakhshiyyah (ciri utama) di dalam pembinaan sebagai
layaknya seorang para pendidik (murabbi). Dari mereka
diharapkan lahir pencontohan dan panutan melalui
tindak prilaku keseharian.

KONSEP TATA RUANG YANG JELAS

Nagari di Minangkabau berada di dalam konsep


tata ruang yang jelas, Basasok bajarami, Bapandam bapakuburan,
Balabuah batapian, Barumah batanggo, Bakorong bakampuang,
Basawah baladang, Babalai bamusajik.

30
Ingat sebelum kena, hemat sebelum habis, dan kehati-hatian
terhadap keluarga yang di tingalkan di kampung dan lebih berhati-
hati lagi yang kan berjalan meninggalkan kampung halaman. Satu
nasehat yang menjadi bekal dari anak nagari yang akan merantau.
Bekal nasehat lebih utama dari bekalan materi yang menjadi
pendorong utama terpeliharanya sumber daya manusia
Minangkabau.
H. Mas’oed Abidin 37
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Ba-balai (balairuang atau balai-balai adat) tempat


musyawarah dan menetapkan hukum dan aturan,
Balairuang tampek manghukum, ba-aie janieh basayak landai, aie
janiah ikan-nyo jinak, hukum adie katonyo bana, dandam agiae
kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo sudah”.
Ba-musajik atau ba-surau tempat beribadah,
Musajik tampek ba ibadah, tampek balapa ba ma’ana, tampek balaja al
Quran 30 juz, tampek mangaji sah jo batal”31, Artinya menjadi
pusat pembinaan umat untuk menjalin hubungan
bermasyarakat yang baik (hablum-minan-naas) dan
terjaminya pemeliharaan ibadah dengan Khalik (hablum
minallah).
Adanya balairuang dan musajik (surau) ini
menjadi lambang utama terlaksananya hukum32 dalam
“adat basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah., syara’ mangato adat
nan kawi syara’ nan lazim”.

Kedua lembaga ini – balai adat dan surau –


keberadaannya tidak dapat dipisah dan dibeda-bedakan.
Pariangan manjadi tampuak tangkai,
Pagarruyuang pusek Tanah Data,
Tigo luhak rang mangatokan.
Adat jo syara’ jiko bacarai,
bakeh bagantuang nan lah sakah,
31
Memang di surau tidak ada yang dapat di cari benda-benda
(materi), kecuali hanya bekal ilmu, hikmah dan kepandaian-
kepandaian untuk mengharungi hidup di dunia ini, dan dalam
mempersiapkan hidup di akhirat. Sebagai terungkap di dalam
Peribahasa Minangkabau, “bak batandang ka surau”, karena
memang surau tak berdapur (Anas Nafis, 1996:464 -Surau-2).
32
Oleh H.Idrus Hakimy Dt. Rajo Pengulu dalam Rangkaian
Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau, menyebutkan
kedua lembaga – balairung dan mesjid – ini merupakan dua badan
hukum yang disebut dalam pepatah : “Camin nan tidak kabuah,
palito nan tidak padam” (Dt.Rajo Pengulu, 1994 : 62).
38 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

tampek bapijak nan lah taban.

Apabila kedua sarana ini telah berperan


sempurna, maka akan didapati di kelilingnya masyarakat
yang hidup dengan memiliki akhlaq perangai yang
terpuji dan mulia (akhlaqul-karimah) sesuai bimbingan
syarak.

“Artinya, “Iman orang-orang Mukmin yang paling sempurna adalah


yang paling baik akhlaknya, lembut perangainya, bersikap ramah dan
disukai pergaulannya” (HR.Thabrani).33
Syarak mangato adat memakaikan. Tasindorong
jajak manurun, tatukiak jajak mandaki, adaik jo syara’ kok tasusun,
bumi sanang padi manjadi.

Konsep tata-ruang ini adalah salah satu kekayaan


budaya yang sangat berharga di Nagari dan bukti
idealisme nilai budaya di Minangkabau, termasuk di
dalam mengelola kekayaan alam dan pemanfaatan tanah
ulayatnya.
Nan lorong tanami tabu,
Nan tunggang tanami bambu,
Nan gurun buek kaparak,
Nan bancah jadikan sawah,
Nan munggu pandam pakuburan,
Nan gauang katabek ikan,
Nan padang kubangan kabau,

33
HR.Thabrani di dalam al Ausath dan Abu Nu’aim dari Ibnu Sa’ad.
Albani menghasankan di dalam Shahih al Jami’ as-Shaghir.
H. Mas’oed Abidin 39
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Nan rawang ranangan itiak.

Tata ruang yang jelas memberikan posisi peran


pengatur, pemelihara dan pendukung sistim baNagari
yang terdiri dari orang ampek jinih yaitu ninik mamak34,
alim ulama35, cerdik pandai36, urang mudo37, bundo
kanduang38.
Dengan demikian, Nagari di Minangkabau tidak
hanya sebatas pengertian ulayat hukum adat, dan paling
utama adalah wilayah kesepakatan antar berbagai
komponen masyarakat di dalam Nagari dan spirit atau
jiwanya adalah ;
1. kebersamaan (sa-ciok bak ayam sa-danciang bak
basi), ditemukan dalam pepatah, Anggang jo kekek
cari makan, Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo singkek
pa uleh kan, mako nyo sampai nan di cito.

34
Penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninik mamak
nan gadang basa batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung
tinggi, sebagai suatu legitimasi masyarakat nan di lewakan.
35
Dapat juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal,
katib Nagari atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya
sebagai urang surau pemimpin agama Islam. Gelaran ini lebih
menekankan kepada pemeranan fungsi ditengah denyut nadi
kehidupan masyarakat (anak Nagari).
36
Bisa saja terdiri dari anak Nagari yang menjabat jabatan
pemerintahan, para ilmuan, surau tinggi, hartawan, dermawan.
37
Para remaja, angkatan muda, yang dijuluki dengan nan capek
kaki ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo.
38
Kalangan ibu-ibu, yang sesungguhnya ditangan mereka terletak
garis keturunan dalam sistim matrilinineal dan masih berlaku
hingga saat ini, lebih jelasnya di ungkap di dalam Pegangan
Penghulu, Bundo Kanduang di Minangkabau, adalah menjadi
“limpapeh rumah nan gadang,umbun puruak pegangan kunci,
pusek jalo kumpulan tali, sumarak dalam Nagari, nan gadang
basa batuah” (Idrus Hakimy, 1997 : 69 – 116)
40 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

2. keterpaduan (barek sa-pikua ringan sa-jinjiang).


Adat hiduik tolong manolong, Adat mati janguak man
janguak, Adat isi bari mam-bari, Adat tidak salang ma-
nyalang. Basalang tenggang, artinya saling
meringankan dengan kesediaan memberikan
pinjaman atau dukungan terhadap kehidupan.
Karajo baiak ba-imbau-an, Karajo buruak bahambau-
an.
3. musyawarah (bulek aie dek pambuluah, bulek
kato dek mupakat). Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh,
Ba-tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo.

4. keimanan kepada Allah SWT menjadi pengikat


spirit yang menjiwai sunnatullah dalam setiap
gerak mengenal alam keliling. Panggiriak pisau
sirauik, Patungkek batang lintabuang, Satitiak jadikan lauik,
Sakapa jadikan gunuang, Alam takambang jadikan guru.
Alam di tengah-tengah mana manusia berada ini,
telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan
terkandung padanya faedah-faedah kekuatan.
Banyak khasiat-khasiat yang diperlukan untuk
memperkembang dan mempertinggi mutu hidup
jasmani manusia.
Ada keharusan berusaha membanting tulang dan
memeras otak untuk mengambil sebanyak-banyak
faedah dari alam sekelilingnya itu, menikmatinya,
sambil mensyukurinya, dan beribadah kepada
Ilahi.

5. kecintaan ke Nagari adalah perekat yang sudah


dibentuk oleh perjalanan waktu dan pengalaman

H. Mas’oed Abidin 41
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

sejarah.39 Menjaga dari pada melewati batas-batas


yang patut dan pantas, jangan terbawa hanyut
materi dan hawa nafsu yang merusak. Suatu
bentuk persembahan manusia kepada Maha
Pencipta, menghendaki keseimbangan antara
kemajuan dibidang rohani dan jasmani. Jiko mangaji
dari alif, Jiko babilang dari aso, Jiko naiak dari janjang, Jiko
turun dari tango.
Sikap hidup (attitude towards life) sedemikian,
menjadi sumber pendorong kegiatan penganutnya, juga
di bidang ekonomi, dengan tujuan terutama untuk
keperluan-keperluan jasmani (material needs). Hasilnya
tergantung kepada dalam atau dangkalnya sikap hidup
tersebut berurat dalam jiwa masyarakat Nagari dan
kepada tingkat kecerdasan yang telah dicapai. Konsep
bernagari mestinya tumbuh dari akar Nagari itu sendiri.
Bukanlah suatu pemberian dari luar. Lah masak padi 'rang
singkarak, masaknyo batangkai-tangkai, satangkai jarang nan mudo,
Kabek sabalik buhus sintak, Jaranglah urang nan ma-ungkai, Tibo nan
punyo rarak sajo. Artinya diperlukan orang-orang yang ahli
di bidangnya untuk menatap setiap perubahan
peradaban yang tengah berlaku. Hal ini perlu dipahami
supaya jangan tersua seperti kata orang “ibarat mengajar
kuda memakan dedak”.
Masyarakat Nagari sesungguhnya tidak terdiri
dari satu keturunan (suku) saja. Akan tetapi terdiri dari
beberapa suku yang pada asal muasalnya berdatangan
dari berbagai daerah asal di sekeliling ranah bundo.
Sungguhpun berbeda, namun mereka dapat bersatu
dalam satu kaedah hinggok mancangkam tabang basitumpu

39
Bukti kecintaan keNagari ini banyak terbaca dalam ungkapan-
ungkapan pepatah hujan ameh dirantau urang hujang batu
diNagari awak, tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo
mahiruik ambun.
42 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

atau hinggok mencari suku dan tabang mencari ibu. Hiyu


bali balanak bali, ikan panjang bali dahulu. Ibu cari dunsanak cari,
induak samang cari dahulu, Artinya, yang datang di hargai
dan masyarakat yang menanti sangat pula di hormati .
Dima bumi di pijak, di sinan langik di junjuang, di situ adaik
bapakai.
Disini tampak satu bentuk perilaku duduk samo
randah tagak samo tinggi, menjadi prinsip egaliter di
Minangkabau. Kalau bisa dipertajam, inilah prinsip
demokrasi yang murni dan otoritas masyarakat yang
sangat independen.

Langkah Penting kedepan adalah,


1. Menguasai informasi substansial
2. Mendukung pemerintahan yang menerapkan
low-enforcment
3. Memperkuat kesatuan dan Persatuan di Nagari-
Nagari, dengan muaranya adalah ketahanan
masyarakat dan ketahanan diri.

Memulai dengan apa yang ada, -- yakni kekayaan


alam dan potensi yang terpendam dalam unsur manusia.
Ditopang oleh kekayaan nilai-nilai budaya lengkap dengan
sarana pendukungnya --, selangkah demi selangkah.
Melaksanakan idea self help – berdiri di kaki sendiri --
semestinya di iringkan oleh sikap berhati-hati. Yakni
adanya kesadaran tinggi bahwa setiap gerak di awasi.
Kesungguhan diri ditumbuhkan dari dalam dengan
keyakinan bahwa Allah SWT satu-satunya pelindung dalam
kehidupan disini (here and now) dan disana (hereafter).
Masyarakat Minangkabau yang beradat dan
beragama selalu dalam hidupnya di ingatkan untuk
mengenang hidup sebelum mati dan hidup sesudah hidup

H. Mas’oed Abidin 43
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

(di balik mati) ini. Sesuai dengan peringatan Ilahi, "Bagi


manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala tidak merobah keadan
sesuatu kaum, kecuali mereka mau merubah keadaan yang ada dalam
dirinya masing-masing .... Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap satu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; sekali-kali
tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.(QS.13, Ar Ra’du : 11).

MEMPERKUAT POSISI NAGARI


Tugas kembali ke Nagari, sesungguhnya adalah
menggali kembali potensi dan asset Nagari – yang terdiri dari
budaya, harta, manusia, dan agama anutan anak Nagari --.
Apabila aset ini tidak digali, akan mendatangkan
kesengsaraan baru bagi masyarakat Nagari itu.
Dimulai dengan memanggil potensi yang ada dalam
unsur manusia, masyarakat Nagari.
Kesadaran akan benih-benih kekuatan yang ada
dalam diri masing-masing, untuk kemudian observasinya
dipertajam, daya pikirnya ditingkatkan, daya geraknya didinamiskan
, daya ciptanya diperhalus, daya kemauannya dibangkitkan.
Dengan menggali kekuatan umat ini akan dapat
ditumbuhkan dan dikembalikan kepercayaan umat
kepada dirinya sendiri. Berapa pegangan adat perlu
dijadikan bimbingan hidup. Handak kayo badikik-dikik,
Handak tuah batabua urai, Handak mulia tapek-i janji, Handak
luruih rantangkan tali, Handak buliah kuat mancari, Handak namo
tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja.
Dek sakato mangkonyo ado, Dek sakutu mangkonyo maju,
Dek ameh mangkonyo kameh, Dek padi mangkonyo manjadi. Tujuan
dari usaha ini harus berjalan terus menerus (inovatif)
sampai kepada taraf yang memungkinkan untuk mampu
berdiri sendiri dan membantu Nagari tetangga secara
selfless help. Yakni dengan memberikan bantuan dari rezeki

44 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

yang telah kita dapatkan tanpa mengharap balas jasa.


Sesuai bimbingan Allah SWT, "Pada hal tidak ada padanya budi
seseorang yang patut dibalas, tetapi karena hendak mencapai keredhaan
Tuhan-Nya Yang Maha Tinggi" (Q.S. Al Lail, 19 - 20). Walaupun
di depan terpampang kendala-kendala, namun
optimisme banagari mesti selalu dipelihara. Alah bakarih
samporono, Bingkisan rajo Majopahik, Tuah basabab bakarano,
Pandai batenggang di nan rumik.

KEMBALI KE SURAU
Umat Islam di Ranah Minangkabau di Sumatra
Barat sudah menjadikan surau sejak masa yang panjang
sebagai tempat pembinaan umat. Buktinya bertebaran
pada setiap Nagari , sampai kepelosok kampung, dusun
dan taratak.
Rajutan cita-cita luhur semestinya dicarikan
jawabannya sekarang ini. Wajib tampil terpadu dalam
gerak dan kesepakatan bersama menghidupkan surau.
Kembali ke Surau mesti dipahami dengan
mengembalikan suluah bendang berbasis di surau. Surau
menjadi cikal bakal tumbuhnya lembaga pendidikan di
Nagari dan kemudian dapat dikembangkan menjadi
madrasah.40
40
Orang Minang menyebut tempat dilangsungkannya pendidikan
agama dengan “surau (madrasah)”. Pada masa dulu tidak
dilazimkan memakai kata “pondok pesantren” seperti sekarang.
Adanya madrasah surau, di antaranya Sumatra Thawalib di
Parabek, di Padang Panjang (surau Jembatan Besi), di Batusangkar
(Surau Simabur) di Lambah Sianok (Surau Inyiak Syekh Abdul
Mu’in) dan juga Madrasah Diniyah Islamiyah yang lahir dari
surau dan kemudian seiring perkembangan zaman ditambah
dengan kepandaian putri yang terkenal sejak 1928. Para thalabah
lulusan surau (madrasah) umumnya berkiprah di kampung
halaman setelah selesai menuntut ilmu, dengan mendirikan pula
Sekolah-sekolah agama, bersama-sama dengan masyarakat,
memulainya dari akar rumput, dan mengawali langkahnya dari
H. Mas’oed Abidin 45
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Fungsi Surau tidak semata sebagai tempat


dilaksanakan ibadah mahdhah (shalat, tadarus, dan
pengajian majlis ta’lim). Surau adalah wadah untuk
mencerdaskan umat. Dari surau umat diajak
mengamalkan seruan syarak. Di antara ajakan Rasulullah
SAW adalah, “jadilah kamu berilmu yang mengajarkan
ilmunya, atau belajar (muta’alliman), atau menjadi pendengar
(mustami’an). Dan sekali jangan menjadi kelompok keempat,
yang tidak memiliki aktifitias keilmuan sama sekali.
Yakni tidak mengajar, tidak pula belajar, serta enggan
untuk mendengar”.
Seiring perkembangan zaman, masyarakat nagari
memerlukan surau (madrasah) berkualitas (quality
education). Beberapa kalangan, terutama kalangan
menengah dan terpelajar yang mendasarkan pengalaman
di rantau orang, memerlukan membangun surau
(madrasah) bukan asal-asalan dengan kualitas seadanya.
Ada dorongan keras untuk memproduk SDM keluaran
surau (madrasah) yang dapat masuk kepasar tenaga
kerja.41
Di Minangkabau lebih bersifat akomodatif, seiring
tumbuh suburnya pendidikan di Nagari, sungguhpun ada
dikotomi antara sebutan ambtenaren dan orang surau.42
surau.
41
Satu hal perlu di pahami pada awal maraknya surau di abad 18,
para ulama penggagas dan pengasuh surau (madrasah) memiliki
jalinan hubungan yang kuat dengan masyarakat. Satu hubungan
saling menguntungkan (symbiotic relationship). Surau menjadi
kekuatan perlawanan membisu (silent opposition) terhadap
penjajah. Disimpulkan, dalam pekik kemerdekaan yang bergema
dari surau adalah respon pemimpin dan komunitas Muslim
menentang penjajahan.
42
Sangat berbeda dengan kasus Aceh. Banyak ulama masih
menjaga lembaga pendidikan mereka, meunasah, dayah dan
rangkang. Walau banyak korban tak terelakkan. Pengalaman Aceh
46 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

Merosotnya peran surau di Minangkabau ikut


mendorong masyarakat mengadopsi pondok pesantren43
yang semula nyaris di identikkan dengan surau
tradisional di Jawa.Gerakan masyarakat menghidupkan
surau dengan maksud mencerdaskan dan menanamkan
budi pekerti (akhlaq) Islami di tengah umat. Umat Islam
di nagari-nagai di ranah bundo Minangkabau ini, mesti
menguasai ilmu yang membawa manusia kepada
penghargaan terhadap Allah dan agamanya (syaraknya).
Umat Islam mesti mendalami ilmu yang
melahirkan rasa khasyyah (takut) dan takwa kepada Allah.
Umat Islam mesti pula menjauhi ilmu yang diserapi rasa
takabbur, kufur dan berbangga diri dengan merendahkan
orang lain. Pemahaman dengan menjauhkan konsep
syar’iyah Ilahiyah atau pelaksanaan adat basabdi syarak
syarak basandi Kitabullah di dalam menerapkan ilmu di
tengah-tengah kehidupan bermasyarakat -- terutama di
tengah masyarakat Minangkabau yang falsafah hidupnya
“adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah ” --, tidak
akan menampilkan keberkahan, kasih-sayang dan rahmat
Allah. Sebaliknya lebih mengundang kebencian makhluk
dan Khaliq. Epistemologi yang menolak tuhan dan
relevansi syarak agama Islam dalam kehidupan adalah
epistemologi sekular yang cinta kejahatan dan kebatilan.
Di dalamnya tersembunyi pemahaman membenci
kebenaran dan kebaikan. Karena itu, ilmu pengetahuan
perlu digandeng dengan keimanan sejak dini. Disini letak

dan Minangkabau ini, mendorong prakarsa masyarakat Muslim


mengembangkan surau mulai berkurang. Jumlah surau
berkembang atas inisiatif masyarakat Muslim ditengah
komunitasnya, mulai berkurang. Ekspansi ormas Islam seperti
Muhammadiyah, Perti dan lainnya gesit sekali. Tetapi kenyataanya
telah terjadi stagnasi yang signifikan.
43
Menurut pendapat saya, dalam kebudayaan hasrat ini seiring
dengan berlakunya sistim sentralistik dan jawanisasi.
H. Mas’oed Abidin 47
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

peranan suluah bendang, yang akan menyuluh anak


kemenakan di nagari-nagari di Minangkabau.
Cahaya akal mesti diletakkan di bawah naungan
payung wahyu agar berpadu kepintaran dengan
kebijaksanaan, pengetahuan dengan hidayah. Dengan
demikian rahmat dan barakah dapat diraih. Ihsan dan
kasih sayang dapat dicapai. Dengan ilmu yang
berteraskan iman, para pemimpin dan imam khatib
suluah bendang di dalam nagari akan dapat menggarap
dan merumus fikrah harakiah untuk merancang gerak dan
program kerja membina anak nagari.
Suluah Bendang di dalam nagari di Minangkabau
perlu ber-iltizam dengan harakah atau gerakan bersama
yang dilambangkan dengan tali tigo sapilin bulat kata
dengan mufakat dan bulat air karena pembuluh. Untuk
mengujudkannya diperlukan sekali pemahaman tentang
garis balabeh44 atau manhaj haraki (hasil kesepakatan
bersama) yang mesti wajib diperpegangi dengan teguh.
Perlu pula mengamalkan budaya amal jama’i atau
kegotongroyongan yang telah diterima sebagai kebiasaan
adat di Ranah Bundo ini. Pendekatan haraki (social
movement) di dalam menangani isu perubahan global
mesti dilaksanakan dengan penuh tanggunggjawab.

44
Balabeh dalam istilah Minang arti sebenarnya adalah kayu
penopang dan penahan pukulan, atau semacam perisai penjaga
badan. Sejarak maknawi adalah aturan-aturan dan ketentuan yang
telah ditetapkan sejak lama dan telah teruji kebenarannya di dalam
laku perbuatan anak nagari. Putuih gayuang dek balabeh, putuih
kato dimulonya (putus gayung di belebas, putus kata di mulanya).
Artinya, apabila tumbuh silang sengketa, cara pengusutan harus
bermula dari asal mula penyebab perselisihan itu (kata mulanya,
komprehensif). Tidak boleh sepotong-sepotong yang mungkin
sekali berdampak kepada menguntungkan satu pihak saja.
48 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

Masyarakat Minangkabau yang seratus persen


beragama Islam, apabila ingin bersanding di tengah
perubahan wajib peka (mempunyai) sense of belonging
terhadap harakah Islamiyah. Penguatan masyarakat
mandiri yang madani hanya dapat dilakukan dengan
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Apabila
umat dibiarkan terlena dengan apa yang dibuat orang
lain, dan lupa membenah diri dan dibiarkan pula
menanggalkan kekuatan ijtima’i (kebersamaan) yang
selama ini telah diwarisi, tentulah masyarakat adat di
Minangkabau, dan mungkin sekali umat Islam
umumnya, akan dijadikan jarum kelindan oleh orang lain
di dalam satu pertarungan gazwul fikri.

Suluah Bendang di Nagari dalam Ranah


Minangkabau mesti meningkatkan kadar kepemimpinan
di tengah anak nagari dengan merujuk kepada
kemahiran tanzim Islami, penghormatan Islam, ibadah,
ubudiyyah dan zikrullah. Kemahiran merancang,
mengurus, melatih, mem bimbing, mengajar dan belajar,
serta menilai teknologi informasi yang akan
dikembangkan ketengah umat dan anak nagari, akan
membuka peluang besar terhadap upaya-upaya
mengangkat martabat nagari dan kesejahteraan orang
kampung di zaman era maklumat ini.
Semestinya dipahami bahwa kembali ke surau
tentu bukanlah kembali kepada tinggal dan bermalam di
surau seperti terjadi di zaman penjajahan. Dalam banyak
hal mungkin tidak sesuai dengan alam kemerdekaan dan
reformasi. Lebih sesuai barangkali adalah menjadikan
surau tetap sebagai pusat pembinaan umat. Menjadi
salah satu tangga dari jenjang bermasyarakat di Nagari
yang harus teguh melaksanakan prinsip musyawarah
(demokrasi).
H. Mas’oed Abidin 49
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Pada dasarnya, surau adalah pondasi utama dari


pelaksanaan adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah di
Nagari. Maka kembali ke surau mesti bermula dari
kesediaan untuk rujuk kepada hukum dan norma yang
berlaku di Nagari. Diiringi dengan kesetiaan
melaksanakan undang-undang berNagari. Dukungan
masyarakat adat dan kesepakatan tungku tigo sajarangan
yang terdiri dari ninik mamak, alim ulama, cadiak pandai,
bundo kanduang dan kalangan rang mudo, menjadi
penggerak utama dalam meujudkan satu tatanan sistim di
Nagari. Dukungan ini terutama dalam menerjemahkan
peraturan daerah kembali kepemerintahan Nagari sebagai
buah dari OTODA (=otonomi daerah). Perlu dipahami
bahwa, anak Nagari sangat berkepentingan dalam
merumuskan Nagarinya.

MEMAKMURKAN SURAU
Memakmurkan surau (masjid) dalam masa ini
adalah menetapkan visi untuk menentukan program
pembinaan yang akan dilakukan di tengah anak Nagari.
Memakmurkan surau di Nagari akan mendukung
percepatan pembangunan di era otonomi daerah di Ranah
Minangkabau, Sumatra Barat ini. Antara lain, dengan cara ;

1. Meningkatkan Mutu SDM anak Nagari.


Memperkuat potensi yang sudah ada melalui
program utama,
a. menumbuhkan SDM Negari yang sehat
dengan gizi cukup, meningkatkan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (terutama
terapan),

50 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

b. mengokohkan pemahaman agama, sehingga


anak negari menjadi sehat rohani,
c. menjaga terlaksananya dengan baik norma-
norma adat, sehingga anak Nagari menjadi
masyarakat beradat yang beragama (Islam).
Memperkuat SDM bertujuan membentuk
masyarakat beradat dan beragama sebagai suatu
identitas yang tidak dapat ditolak dalam kembali
ke Nagari.

2. Menggali potensi SDA yang ada di Nagari.


Diselaraskan dengan perkembangan global yang
tengah berlaku. Dengan usaha, memperkuat
ketahanan ekonomi rakyat.
Membangun kesejahteraan bertitik tolak pada
pembinaan unsur manusianya. Dimulai dari self
help (menolong diri sendiri) kepada mutual help,
tolong-menolong, sebagai puncak budaya Adat
basandi syara’, syara’ basandi Kitabullah.
Dalam rangka pembagian pekerjaan, ber-ta'awun
sesuai dengan anjuran Islam,
"Bantu membantu, ta'awun, mutual help dalam rangka
pembagian pekerjaan (division of labour) menurut keahlian
masing-masing ini, akan mempercepat proses produksi, dan
mempertinggi mutu, yang dihasilkan. Itulah taraf ihsan
yang hendak di capai.
3. Memperindah Nagari dengan menumbuhkan
contoh di Nagari dengan indicator utama kepada
moral adat “nan kuriak kundi, nan sirah sago, nan baik budi
nan indah baso”. Mengefisienkan organisasi
pemerintahan dengan reposisi dan refungsionisasi
semua pemeranan fungsi dari elemen masyarakat.

H. Mas’oed Abidin 51
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Ketiga pengupayaan diatas menjadi satu konsepsi


tata cara hidup di Nagari. Tatanan atau sistem sosial di
Nagari mestinya terikat didalam "iklim adat basandi
syara' syara' basandi Kitabullah". Ikatan itu akan
bertambah kuat, dalam rangka pembinan negara dan
bangsa keseluruhannya dan untuk melaksanakan Firman
Ilahi. "Berbuat baiklah kamu (kepada sesama makhluk) sebagaimana
Allah berbuat baik terhadapmu sendiri (yakni berbuat baik tanpa
harapkan balasan)”. (QS.28, Al Qashash : 77). Kekuatan
moral yang dimiliki, ialah menanamkan "nawaitu" dalam
diri masing-masing.
Untuk membina umat dalam masyarakat di
Nagari harus diketahui pula kekuatan “Latiak-latiak tabang
ka Pinang, Hinggok di Pinang duo-duo, Satitiak aie dalam
piriang, Sinan bamain ikan rayo”. Teranglah sudah, bagi
setiap orang yang secara serius ingin berjuang di bidang
pembangunan masyarakat Nagari lahir dan batin,
material dan spiritual pasti akan menemui disini iklim
(mental climate) yang subur, bila pandai menggunakannya
dengan tepat akan banyak membantu usaha
pembangunan itu. Melupakan atau mengabaikan ini,
adalah satu kerugian, karena berarti mengabaikan satu
partner "yang amat berguna" dalam pembangunan
masyarakat dan negara.

HAKIKAT DARI DA’WAH BIL HAL DI NAGARI


Peran da'wah di Ranah Minangkabau Sumatra
Barat sekarang ini adalah menyadarkan umat akan peran
mereka dalam membentuk diri mereka sendiri,
"Sesungguhnya Allah tidak akan merobah nasib satu kaum, hingga
kaum itu sendiri yang berusaha merobah sikap mereka sendiri."
(QS.Ar-Ra’du). Kenyataan sosial terhadap penduduk anak
Nagari harus di awali dengan mengakui keberadaan mereka,
menjunjung tinggi puncak-puncak kebudayaan mereka, menyadarkan
52 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

mereka akan potensi besar yang mereka miliki, mendorong mereka


kepada satu bentuk kehidupan yang bertanggung jawab. Inilah
tuntutan Da'wah Ila-Allah yang bermakna ajakan atau
seruan. Maka seruan atau ajakan itu, tidak lain adalah
seruan kepada Islam. Yaitu agama yang diberikan Khaliq
untuk manusia, yang sangat sesuai dengan fithrah
manusia itu. Islam adalah agama Risalah, yang
ditugaskan kepada Rasul, dan penyebaran serta
penyiarannya dilanjutkan oleh da'wah, untuk
keselamatan dan kesejahteraan hidup manusia.
Dalam rentangan sejarah perjalanan dakwah
tercatat "Risalah merintis, da'wah melanjutkan". Risalah
yang menjadi tugas rasul itu, berisi khabar gembira dan
peringatan. Ditujukan untuk seluruh umat manusia.
Risalah itu cocok untuk semua zaman. Maksudnya untuk
Rahmat seluruh alam. Dan Nabi Muhammad Rasulullah
S.A.W, adalah da'i pertama yang ditetapkan oleh Allah
(QS. Saba’, 34 : 28), mengajak manusia dengan ilmu,
hikmah dan akhlaq. Perintah untuk melaksanakan tugas-
tugas da'wah itu, secara kontinyu diturunkan oleh Allah
SWT seperti,
a) Supaya menyeru kejalan Allah, dengan petunjuk yang
lurus (QS.Al-Ahzab, 33 : 45-46).
b) Seruan untuk menyembah Allah, kepada seluruh
manusia . Perintah untuk menyembah Allah, tidak
boleh musyrik, agar hanya meminta kepadaNya dan
mempersiapkan diri untuk kembali kepadaNya (QS.Al
Qashash, 28 : 87).
Tugas ini menjadi tugas para Rasul sebelumnya.
Menjadi sempurna dan lengkap dengan keutusan
Muhammad. Dan manusia (umat) sekarang menjadi
penerus dan pelaksana da'wah itu terus menerus
sepanjang masa (QS. Ar-Ra’d, 13 : 35). Ditegaskan dalam

H. Mas’oed Abidin 53
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

kalimat sederhana tapi padat, bahwa da'wah kita adalah


Da'wah Ila-Allah (QS. Ali Imran, 3 : 104).
Manhaj-nya adalah Alquran dan Sunnah Rasul, dan
pelaksananya setiap muslim, setiap mukmin adalah umat
da'wah pelanjut Risalah Rasulullah yakni Risalah Islam
dan terlaksananya tugas-tugas da’wah dengan baik akan
menjadikan umat Islam mampu menjawab harapan
masyarakat dunia.45 Maka perlu setiap Da'i – Imam,
Khatib, Urang Siak, Tuanku, alim ulama suluah bendang di
Nagari-Nagari -- meneladani pribadi Muhammad SAW
dalam membentuk effectif leader di Medan Da'wah.
Da'wah itu, menuju kepada inti dan isi Agama Islam (QS.
Al Ahzab, 33 : 21). Inti agama Islam adalah tauhid.
Implementasinya adalah Akhlaq.
Umat masa kini hanya akan menjadi baik dan
kembali berjaya, bila sebab-sebab kejayaan umat
terdahulu di kembalikan. Kita semestinya bertindak atas
dasar syara’ itu, dan mengajak orang lain untuk
menganutnya. "Memulai dari diri da'i, mencontohkannya kepada
masyarakat lain", (Al Hadist). Inilah cara yang tepat.
Keberhasilan suatu upaya da'wah (gerak da'wah)
memerlukan pengorganisasian (nidzam). Perangkat
dalam organisasi surau, selain orang-orang, adalah juga
peralatan da'wah yaitu penguasaan kondisi umat, tingkat
sosialnya dan budaya yang melekat pada tata pergaulan
mereka yang dapat dibaca dalam peta da'wah (Yusuf
Qardhawi, 1990). Peta da'wah, bagaimanapun kecilnya,
memuat data-data tentang keadaan umat tersebut.

45
Diperlukan watak-watak, yang ditunjukkan oleh penda'wah
pertama, Rasulullah SAW (Mohammad Natsir, Tausiyah 24 tahun
Dewan Da’wah, Media Da’wah, Jakarta 1992, Da'wah kita adalah
Da'wah Ila-Allah).

54 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

Bimbingan syara’ mengatakan bahwa al haqqu bi-


laa nizham yaghlibuhu al baathil bin-nizam bermakna bahwa
yang hak sekalipun, tetapi tidak mengindahkan
pengaturan (organisasi) senantiasa akan di kalahkan oleh
yang bathil tetapi dijalankan terorganisir. Allah
menghendaki kelestarian Agama dengan kemampuan
mudah, luwes, elastis, tidak beku dan tidak berlaku
bersitegang.

BAHASA DA'WAH ADALAH BAHASA KEHIDUPAN


Peta da'wah, akan berhasil digunakan di Nagari
dengan kesepakatan pelaksana-pelaksananya dalam
menggalang saling pengertian. Koordinasi sesamanya
akan mempertajam faktor-faktor pendukungnya,
membuka pintu dialog persaudaraan (hiwar akhawi).
Kaedah syara’ akan menjadi pendorong dan anak kunci
keberhasilan da'wah untuk menghidupkan adagium adat
basandi syara’ syara; basandi Kitabullah.
Aktualisasi dari Kitabullah (nilai-nilai Al-Qur'an)
hanya dapat dilihat melalui gerakan amal nyata yang
berkesinambungan (kontinyu), dan terkait dengan
seluruh segi dari aktivitas kehidupan manusia, -- seperti,
kemampuan bergaul, mencintai, berkhidmat, menarik,
mengajak (da'wah), merapatkan potensi barisan (shaff)
dalam mengerjakan amal-amal Islami secara bersama-
sama (jamaah) --, sehinga membuahkan agama yang
mendunia. Usaha inilah yang akan menjadi gerakan
antisipatif terhadap arus globalisasi negatif pada abad-
abad sekarang, dan sudah semestinya menjadi visi
kembali ke surau .
Kitabullah (Al-Qur'an) telah mendeskripsikan
peran agama Allah (Islam) sebagai agama yang kamal
(sempurna) dan nikmat yang utuh, serta agama yang di
ridhai (QS.Al Maidah, 5 : 3), dan menjadi satu-satunya
H. Mas’oed Abidin 55
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

Agama yang diterima di sisi Allah,yaitu Agama Islam


(QS. Ali Imran, 3 : 19). Konsekuensinya adalah yang
mencari manhaj atau tatanan selain Islam, tidak akan di
ridhai ( QS. Ali Imran, 3 : 85). Tidak ada pilihan lain hanya
Islam, "Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang
yang menyerahkan dirinya kepada Allah secara ikhlas, yakni orang
Muslim, merekapun mengerjakan kebaikan-kebaikan" (QS. An
Nisak, 4 : 125).
Setiap Muslim, dengan nilai-nilai Kitabullah (Al
Qur'an) wajib mengemban missi yang berat dan mulia
yaitu merombak kekeliruan ke arah kebenaran. Inilah
yang di maksud secara hakiki "perjalanan kepada
kemajuan (al madaniyah, modernitas)".

KHULASAH – KESIMPULAN
Visi Kembali ke Surau berkehendak kepada gerak
yang kontinyu, utuh dan terprogram. Hasilnya tidak
mungkin di raih dengan kerja sambilan, karena buah
yang di petik adalah sesuai dengan bibit yang di tanam,
sesuai natuur-wet (sunnatullah, = undang-undang alami).
Dalam langkah da'wah Ila-Allah, setiap muslim
berkewajiban menapak tugas tabligh (menyampaikan),
kemudian da’wah (mengajak/mengujudkan) kehidupan
agama yang mendunia (dinul-harakah al-alamiyyah).
Peran surau dalam menghidupkan adat basandi syara’
syara’ basandi Kitabullah menjadi tugas setiap insan anak
Nagari yang telah terikat dalam "umat da'wah" menurut
Kitabullah – yakni nilai-nilai Al-Qur'an -- (QS. Ali Imran, 3
: 104 ). Da'wah ini tidak akan berhenti dan akan
berkembang terus sesuai dengan variasi zaman yang
senantiasa berubah, namun tetap di bawah konsep mencari
ridha Allah.
Peran serta masyarakat yang di tuntut adalah ;

56 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

1. Menerapkan manajemen mengelola surau,


pembinaan anak Nagari di surau, dengan lebih
accountable dari segi keuangan maupun
organisasi. Melalui peningkatan ini, sumber
finansial masyarakat dapat di pertanggung
jawabkan secara lebih efisien dan peningkatan
kualitas pembinaan umat melalui surau dapat
dicapai. Segi organisasi lebih menjadi viable --
dapat hidup terus, berjalan tahan banting, bergairah,
aktif dan giat – menurut permintaan zaman, dan
durable – yakni dapat tahan lama – seiring
perubahan dan tantangan zaman.
2. Peran masyarakat mengembangkan surau
berorientasi kepada mutu unggulan sehingga
menjadikan pembinaan – madrasah, majlis ta’lim,
pendidikan -- di surau berkembang menjadi center
of exellence, yang menghasilkan generasi
berparadigma ilmu yang komprehensif, yakni
pengetahuan agama, berbudi akhlaq plus
keterampilan.
3. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan surau dalam sistim terpadu tidak
terpisah dan menjadi bagian integral dari
masyarakat Muslim di Ranah Minangkabau
seluruhannya. Pengembangan surau dengan
peran pembinaan bisa menjadi core, inti, mata
dan pusar dari learning society, masyarakat
belajar. Sasarannya, membuat anak Nagari
generasi baru menjadi terdidik, berkualitas,
capable, fungsional, integrated di tengah
masyarakatnya.

H. Mas’oed Abidin 57
ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH DI
MINANGKABAU

H. MAS’OED ABIDIN
bin H.Zainal Abidin bin Abdul Jabbar Imam Mudo

Lahir tanggal : 11 Agustus 1935 di Kotogadang, Bukittinggi,


Jabatan sekarang : Ketua Umum BAZ Prov.Sumbar, Wakil Ketua Dewan
Dakwah Islamiyah Indonesia Perwakilan Sumbar, Ketua MUI Sumbar
Membidangi Dakwah, Sekretaris Dewan Pembina ICMI Orwil Sumbar,
Direktur Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (2002-2005).
Alamat sekarang : Jalan Pesisir Selatan V/496 Siteba Padang (KP -
25146), Fax/Telepon 52898, Tel: 58401.
Buku yang sudah diterbitkan ;
1. Islam Dalam Pelukan Muhtadin MENTAWAI, DDII Pusat,
Percetakan ABADI, Jakarta - 1997.
2. Dakwah Awal Abad, Pustaka Mimbar Minang, Padang - 2000.

58 H. Mas’oed Abidin
SULUAH BENDANG

3. Problematika Dakwah Hari Ini dan Esok, Pustaka Mimbar Minang,


Padang – 2001.
4. Pernik Pernik Ramadhan, Pustaka Mimbar Minang, Padang – 2002.
5. Suluah Bendang, Berdakwah di tengah tatanan Adat Basandi Syara’,
Syara’ Basandi Kitabullah di Minangkabau, Pustaka Mimbar Minang,
Padang - 2002.

Dalam proses Pencetakan ;


1. Taushiyah DR. Mohammad Natsir, Pusataka Mimbar Minang,
Padang –2002.
2. Dakwah Komprehensif, DDII Pusat, Media Dakwah, Jakarta – 2002.

Web-site : http://www.masoedabidin.web.id
Mailgroup: http://abssbkranahnagaribundo@yahoogroups.com
e-mail : masoedabidin@mimbarminang.com
masoedabidin@yahoo.com
masoedabidin@hotmail.com

H. Mas’oed Abidin 59

Anda mungkin juga menyukai