Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TANTANGAN DAKWAH PADA MASYARAKAT PEDESAAN


Dosen pengampu :

Dr.Ellys Lestari Pambayun, M.Si

Di susun oleh :
Muhammad Gilman Firmansyah
211210034

Komunilasi Penyiaran Islam


Fakultas Dakwah
Perguruan Tinggi Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta Tahun Ajaran 2022
ABSTRAK
Rakyat Indonesia sebagian besar bertempat tinggal di pedesaan mayoritas penduduknya
beragama Islam. Ditinjau dari segi demografi desa merupakan man power yang perlu digali
dan dimobilisasi untuk pembangunan. Dalam surat al-A’raf ayat 96 diisyaratkan
dilaksanakannya pembangunan masyarakat desa, yaitu “Apabila warga desa itu beriman dan
bertaqwa, maka (pasti) Kami bukakan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”.
Qur’an surah al – araf ayat : 96
َّ D‫ض َو ٰل ِك ْن َك‬
ْ Dَ‫ذبُوْ ا فَاَخ‬D
‫انُوْ ا‬DD‫م بِ َما َك‬Dُْ‫ذ ٰنه‬D ۤ َّ َ‫ت ِّمن‬ َ Dَ‫وْ ا لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم ب‬DDَ‫َولَوْ اَ َّن اَ ْه َل ْالقُ ٰ ٓرى ٰا َمنُوْ ا َواتَّق‬
ٍ ‫ر ٰك‬D
ِ ْ‫ َما ِء َوااْل َر‬D‫الس‬
َ‫يَ ْك ِسبُوْ ن‬
yang artinya : dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasi kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat –
ayat kami), maka kami siksa mereka sesuai denga apa yang mereka kerjakan.
Beberapa karakteristik masyarakat pedesaan seperti diuraikan di atas adalah masyarakatnya
hidup dalam suasana tolong-menolong, gotong-royong, musyawarah, memiliki kepedulian
terhadap sesama, control sosial yang sangat kuat (kepedulian), hubungan sesama anggota
masyarakat sangat intim Dengan karakteristik yang dimilikinya itu merupakan modal penting
dalam melakukan dakwah di pedesaan. Disamping karakteristik yang dimilikinya ada
beberapa faktor yang menyebabkan pedesaan dijadikan sebagai lokasi untuk pengembangan
dakwah. Beberapa diantaranya adalah alasan demografis, alasan sosio-kultural, alasan politis,
dan alasan religius. Sedang metode pengembangan dakwah di pedesaan adalah menggunakan
bahasa yang mudah dan sederhana serta kultur yang disesuaikan dengan masyarakat
pedesaan, kerjasama dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, menggunakan
bahasa lisan yang komunikatif yaitu adanya komunikasi dua arah, menggunakan metode
karya nyata atau suatu produk yang sesuai kebutuhan, mendekatinya sesuai dengan
karakteristik masyarakat perdesaan, serta mencarikan solusi atas problem yang muncul di
masyarakat pedesaan.
Kata Kunci: dakwah, masyarakat pedesaan.

2
A. PENDAHULUAN
Dakwah merupakan fardu kifayah jika dilakukan di negara-negara yang ada para pendakwah
telah menegakkannya. Karena setiap negara atau wilayah membutuhkan dakwah secara
kontinyu, maka dalam keadaan seperti ini, dakwah menjadi fardu kifayah, yaitu apabila telah
dilakukan oleh sekelompok orang, beban kewajiban itu gugur dari yang lain. Pada saat itu,
dakwah bagi yang lain menjadi sunah muakadah dan merupakan amal saleh. Dakwah bisa
menjadi fardu ‘ain apabila di suatu tempat tidak ada orang yang melakukannya.
Dakwah yang dilakukan oleh para pendakwah memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai
sesuai dengan petunjuk al-Quran dan hadis. Secara umum dakwah bertujuan agar manusia
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Secara lebih jelasnya tujuan yang
ingin dicapai dalam proses dan aksi dakwah menurut Muhyiddin diantaranya adalah:
pertama, konsep dar al-salam yang merupakan konsep dari Islam sendiri. Dakwah dilakukan
mestinya menjadi alat dan cara agar manusia hidup damai dan harmonis dalam proses
interaksi satu dengan lainnya. Gerakan dakwah melalui kekerasan dan pemaksaan yang
dilakukan oleh sekelompok umat Islam jelas akan mengganggu proses dakwah itu sendiri.
Kedua, dialog dan menghindari ikrah. Globalisasi budaya yang melanda dunia, tantangan dan
masalahnya sangat dirasakan umat Islam. Menolak secara penuh arus globalisasi jelas
merupakan tindakan tidak realistis, namun menerima penuh arus globalisasi budaya dapat
berimplikasi pada kerusakan mental dan budaya, karena tidak berakar pada wisdom umat
Islam. Karenanya, cara yang elegan adalah melakukan dialog dengan berbagai unsur yang
ada.
Ketiga, konsep integral. Konsep integralisme dalam dakwah adalah bahwa dakwah mesti
mempertimbangkan sudut-sudut persoalan dakwah, kemampuan kapasitas, dan target-target
dakwah yang lebih realistik. Dakwah harus dilakukan secara komprehensif, meskipun
dakwah demikian memerlukan ketelitian dan kesabaran dari berbagai unsur yang
berkepentingan dalam perbaikan umat. Keempat, pelaksanaan dakwah mesti menjawab
tantangan dan problem sosial. Perubahan sosial-budaya pada era informasi yang ditunjang
dengan kemajuan teknologi, persoalan- persoalan kemanusiaan makin terbuka pada hampir
setiap lini kehidupan. Karenanya, dakwah harus dapat menjawab tantangan perubahan sosial-
budaya tersebut.
Berdakwah tidak mesti disampaikan melalui mimbar, ada kalanya dakwah juga
memerhatikan kebutuhan sasaran dakwahnya (mad’u), dengan istilah lain selain
meningkatkan kualitas keimanan, dakwah juga diharapkan dapat memperbaiki kualitas hidup
umat yang didakwahi, karena sasaran dakwah memiliki problem yang beragam. Dari sisi
geografis, sasaran dakwah ada yang berdomisili di perkotaan maupun perdesaan. Semisal
berdakwah di perdesaan, maka para pendakwah/dai mesti mengetahui budaya, adat istiadat,
dan tradisi yang berlaku di tempat tersebut, memiliki data dan informasi tentang mata
pencaharian/profesi penduduknya, serta yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan
kebutuhan masyarakat yang belum terpenuhi. Umumnya masyarakat perdesaan memang
hidup dari hasil pertanian dan ekonominya menengah ke bawah. Karenanya, dakwah di
wilayah perdesaan seyogyanya dapat mengubah keadaan ekonomi, sosial, budaya,
pendidikan, dan politik masyarakatnya sehingga mereka memiliki kekuatan untuk bangkit
dari keterbelakangan.

3
Sejumlah studi menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin dan termiskin di perdesaan
masih cukup banyak. Mereka menjadi komunitas dengan struktur dan kultur perdesaan. Kira-
kira separuh dari jumlah itu benar-benar berada dalam kategori sangat miskin. Kondisi
mereka sungguh memprihatinkan, antara lain ditandai oleh malnutrion, tingkat pendidikan
yang rendah dan rentan terhadap penyakit. Sementara itu, sisanya memiliki kondisi yang agak
lebih baik daripada kelompok dalam kategori sangat miskin itu, meskipun tentu saja tetap
berkategori miskin. Mereka masih dililit oleh ketidakberdayaan. Keadaan masyarakat
perdesaan tersebut tidak dapat dengan mudah didakwahi secara konvensional, sebaliknya
kebutuhan mereka harus terlebih dahulu dipenuhi baru dilanjutkan dengan transmisi nilai-
nilai agama kepada mereka. Seperti dijelaskan oleh Achmad4 ketika dakwah dihadapkan
pada masalah kemanusiaan, maka dakwah diharuskan dapat memberikan jawaban yang
menyangkut kepentingan manusia dalam berbagai segi kehidupan. Penataan lembaga dakwah
dimulai kembali, perumusan pesan ditinjau kembali, penanganan masalah secara kongkrit
harus dikedepankan, secara keseluruhan sistem dakwah mesti ditinjau kembali baik
efektivitas, efisiensi maupun jangkauan penanganan masalah yang dihadapi. Karena tanpa
upaya yang berkesinambungan dalam pemikiran sistem dakwah, Islam semakin tidak
mengakar dalam sistem sosial-budaya yang pada akhirnya, masalah kemanusiaan yang paling
fundamental tidak dapat segera tertangani dengan tuntas.
Masyarakat pedesaan penting untuk diberdayakan melalui beragam metode pengembangan
dakwah. Adapun faktor-faktor untuk menjadikan masyarakat desa sebagai tempat
pemberdayaan dan pengembangan dakwah diantaranya adalah:
Pertama, alasan demografis (kependudukan). Rakyat Indonesia sebagian besar, lebih kurang
80% hidup dan bertempat tinggal di pedesaan. Selebihnya berdomisili di kota-kota yang
jumlahnya lebih kurang 200 kota di seluruh Indonesia. Ditinjau dari segi demografi ini maka
desa merupakan “gudang” kekuatan yang perlu digali dan dimobilisir untuk kegiatan
pemberdayaan masyarakat desa. Pemberdayaan masyarakat desa berarti berusaha untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan dengan jumlah penduduk sekitar 80%.
Kedua, alasan sosio-kultural. Bagaimanapun juga desa masih dianggap sebagai standar dan
pemelihara sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli berupa gotong royong,
tolong menolong, keguyuban, persaudaraan, kesenian, kepribadian dalam berpakaian, adat
istiadat, kehidupan moral susila dan lain-lain. Kebudayaan baru yang datang dari luar (Barat)
biasanya diperbandingkan dengan kebudayaan asli yang pada umumnya masih berlaku di
pedesaan, untuk mengkaji madharat dan manfaatnya kebudayaan baru tersebut.
Pemberdayaan masyarakat desa hendaknya menggali dan mengembangkan kebudayaan dan
sistem pergaulan hidup di pedesaan tersebut atau dengan istilah harus memerhatikan kearifan
lokal di desa yang bersangkutan.
Ketiga, alasan politis. Memberdayakan desa berarti berusaha memenuhi aspirasi (harapan dan
keinginan) masyarakat desa sehingga menjaga kestabilan dan keutuhan iklim politik yang
sehat. Bahwa masyarakat desa telah memegang peranan yang sangat penting dalam
perjuangan kemerdekaan negara. Di samping itu, bagaimanapun juga desa adalah gudang
kebutuhan hidup masyarakat kota, terutama kebutuhan pangan. Pemberdayaan masyarakat
desa berarti pula hasilnya akan dinikmati oleh masyarakat kota.
Keempat, alasan religius. Surat al-A’raf ayat 96 mengisyaratkan pemberdayaan masyarakat
desa. “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. Di samping itu patut
dikemukakan untuk disadari bahwa penduduk pedesaan itu pada umumnya beragama Islam.

4
Terlebih pada masyarakat perdesaan, umumnya keadaan ekonomi warga perdesaan berada
pada posisi menengah ke bawah. Tidak mungkin untuk pertama kalinya para pendakwah
menceramahi mereka, sebaliknya masyarakat akan menjauhinya. Para pendakwah mesti
dapat memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu baru kemudian dapat dilanjutkan untuk
menyampaikan masalah kerohanian. Karena itu, tulisan ini ingin membahas kegiatan dakwah
dalam mengubah keadaan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan politik warga perdesaan
melalui pemberdayaan masyarakat dalam bingkai dakwah. Yakni dakwah yang dapat
meningkatkan kualitas keimanan sekaligus kualitas hidup sasaran dakwah. langkah
selanjutnya adalah bagaimana cara mengubah keadaan mereka tersebut melalui
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat agar kebutuhan dasarnya dapat terpenuhi.

B. KERANGKA TEORI
Dakwah berasal dari bahasa Arab, kata dakwah sendiri merupakan bentuk masdar dari kata
da’a, yad’u, da’watan, yang artinya telah mengajak, sedang mengajak dan ajakan.Ketiganya
merupakan Mauzun(yang menyerupai) dari Wazan (timbangan) dari kata fa’ala, yaf’ulu,
fa’lan. 21 Secara etimologi pengertian dakwah dalam kamus Bahasa Arab alMunawir kata
dakwah berarti Do‟a, seruan, ajakan, undangan, ataupun permintaan.(A.W.Munawir;
1997:407). Dakwah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dakwah mempunyai arti:
Penyiaran atau propaganda agama dan pengembangan agama dikalangan masyarakat, seruan
untuk memeluk, mempelajari dan mengamalkan ajaran agama.(Kamus Besar Bahasa
Indonesia; 1997:205) Pengertian Dakwah secara global mempunyai makna seruan,
ajakan,panggilan, propaganda, bahkan berarti permohonan dengan penuh harap ataudalam
bahasa Indonesia biasa disebut berdoa (Noor, 1981:28). Kegiatan dakwah sendiri telah Allah
perintahkan dalam surat Surat Al Imron 104:

‫ف َويَ ْنهَ ْو َن َع ِن‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُع ْو َن اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمر ُْو َن بِ ْال َم ْعر ۤ ُْو‬
‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِح ُْو َن‬ ٰ ُ‫ْال ُم ْن َكر ۗ َوا‬
َ ‫ول ِٕى‬ ِ
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yangmenyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf danmencegah dari yang munkar,merekalah orang-
orang yangberuntung. (QS. Ali Imron: 104)
Dakwah menurut Arifin adalah terletak pada ajakan, dorongan(motivasi), rangsangan serta
bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran untuk
keuntungan pribadinya sendiri, bukan kepentingan juru dakwah/juru penerang.
(Arifin,2000:6).
Dakwah menurut Amrullah Ahmad, pada hakikatnya, dakwah Islam merupakan aktualisasi
imani (theologis) yang dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia yang beriman
dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara
merasa, berpikir,bersikap, dan bertindak manusia pada tataran kenyataan individual dansosio-
kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran agama Islam dalam segi kehidupan
dengan mengunakan cara tertentu.(Amrullah Ahmad,1985:3).
Dakwah menurut Thoha Yahya Oemar mengartikan dakwah sebagai usaha mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagian duni dan akhirat.(Arifin;2010:43-44)

5
Pengertian dakwah di atas menurut para ahli dapat diam kesimpulan dakwah adalah suatu
usaha atau proses untuk mengajak umat manusia dengan cara yang bijaksana sesuai dengan
perintah Allah dan tuntunan Rasulullah tujuannya untuk merubah kondisi umat manusia dari
yang kurang baik menuju ke arah yang lebih baik dengan tujuan memperoleh kebaikan dan
kemaslahatan dunia maupun akhirat.
Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen yang selalu ada dalam kegiatan dakwah,
yang mana setiap unsur saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Adapun kegiatan
dakwah yang dilakukan oleh perorangan maupun perkelompok harus memperhatikan unsur-
unsurdakwah agar tujuan dari berdakwah tersebut dapat tercapai dengan baiktanpa adanya
kendala:
A. Subyek (Da‟i) dakwah Da‟i secara etimologi berasal dari Bahasa Arab, bentuk isim
fa„il (menunjukan pelaku) dari asal kata dakwah artinya orang yang melakukan
dakwah. Secara terminologis Da‟i adalah orang yang melaksanakan aktivitas dakwah
baik lisan maupun perbuatan dan tulisan baik itu perorangan, kelompok maupun
berbentuk organisasi. Mengingat bahwa proses memanggil atau menyeruh tersebut
merupakan proses penyampaian (tabligh) pesan-pesan tertentu, maka ia di kenal
sebagai “Mubaligh” yakni orang yang berfungsi sebagai komunikator (Halimi
safrodin;2008:17).
B. Obyek dakwah (mad’u) Secara etimologi kata mad‟u berasal dari Bahasa Arab,
diambil dari bentuk isim maf‟ul.Pengertian Mad‟u secara terminologis adalah orang
atau obyek dari kegiatan dakwah tersebut.Menurut Samsul Arifin Amin dalam
bukunya “Ilmu Dakwah” menjabarkan definisi objek dakwah adalah masyarakat
sebagai penerima ajaran dakwah.Mad‟u adalah obyek dakwah bagi seorang da‟i yang
bersifat individual, kolektif atau masyarakat umum. Masyarakat sebagai obyek
dakwah atau sasaran dakwah merupakan merupakan salah satu unsur yang penting
dalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan unsur-unsur
dakwah yang lain oleh sebab itu masalah masyarakat ini seharusnya dipelajari dengan
sebaik-baiknya sebelum melangkah keaktivitas dakwah yang sebenarnya.

C. METODE
Studi ini menggunakan jenus penelitian deskriptif dan kualitatif. Studi kualitatif
merupakan metode penelitian yang mefokuskan pada deskripsi data dalam bentuk
kalimat atau narasi tertulis maupun lisan yang didapat dari objek penelitian, dalam hal
ini sekelompok masyarakat yang diamati.

Metode Dakwah Pada Masyarakat Desa


Metode dakwah pada masyarakat desa dimaksudkan adalah alat-alat petugas
dalam bekerja untuk mempengaruhi orang-orang desa agar menjadi tertarik
perhatiannya dan kemudian mempunyai pengalaman-pengalaman yang berhasil di
dalam memecahkan masalah-masalah mereka melali usaha-usaha mereka sendiri
dengan menggunakan petunjuk dan sumber-sumber teknis pemerintah.
Sebelum petugas dakwah menggunakan metode dakwah dengan efisien,
mereka harus mengetahui metode apa yang tepat untuk digunakan, kedua mengetahui
kapan mempergunakan masing-masing metode.
Sebelum menentukan dan menggunakan metode dakwah, maka terlebih
dahulu petugas dakwah harus menyelidiki terlebih dahulu masyarakat yang kita akan
hadapi terutama pada karakter masyarakat pedesaan.

6
Berdasarkan ciri dan karakter masyarakat pedesaan tersebut di atas, dapat dirumuskan
beberapa model metode pengembangan dakwah di masyarakat pedesaan, yaitu
sebagai berikut:

1. Metode Kontak langsung


Maksud metode ini adalah kontak langsung (direck contact), hubungan yang
langsung berhadapan (face to face relation) dengan orang-orang desa secara
individual maupun dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan firman Allah di dalam
surat al-Hudjurat ayat 13:
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menjadikan kamu berasal dari laki-laki
dan perempuan (bapak dan ibu), dan kami jadikan kamu bebangsa-bangsa
(bermacam-macam ummat) supaya kamu berkenal-kenalan antara satu sama lain,
sesungguhnya orang yang termulia di antara kamu pada sisi Allah ialah orang yang
lebih taqwa.

Kontak langsung ini dilaksanakan agar dapat menimbulkan minat penduduk desa
terhadap problem-problem desa yang baru dan menjadikan mereka berfikir bahwa
adalah hal yang baik bila mereka mulai mencoba mengerjakan pemecahannya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam mempergunakan metode ini adalah: pertama,
menemukan kepada siapa orang-orang desa menganggap pemimpin serta apa alasan
dan tujuannya. Kedua, bertujuan untuk menjelaskan program pembangunan
masyarakat yang digariskan oleh pemerintah. Ketiga, ia bertujuan menemukan minat
orang-orang desa. Keempat, bertujuan belajar dari orang-orang desa apa yang mereka
anggap sebagai masalah-masalahnya dan bagaimana perhatian mereka untuk
mengatasinya.

2. Metode Demontrasi
Secara sederhana dapat diartikan bahwa metode demonstrasi adalah metode
yang dilakukan dengan cara memperlihatkan suatu contoh, baik berupa benda,
peristiwa, perbuatan dan sebagainya. Artinya suatu metode dakwah, di mana seorang
da’i memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap sasarannya (massa),
dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.
Rasulullah saw seringkali menggunakan metode demonstrasi ini. Sebagaimana
sebuah riwayat (hadits) yang menerangkan bahwa Rasulullah saw, pernah diajar oleh
Jibril as, tentang sembahyang dengan metode demonstrasi atau dengan menampilkan
contoh kaifiyah sholat kepada Rasululah. Oleh karena itu, Rasulullah mengambil
tauladan Jibril untuk mengajarkan shalat kepada sahabat-sahabatnya, Hal ini
tergambar pada hadits Rasulullah saw.: “Shalatlah kamu sekalian seperti apa yang
sedang lakukan.”
Pada surat Al-Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya adalah bagi kami pada Rasulullah itu contoh tauladan yang baik,
(yaitu) bagi siapa yang ada mempunyai harapan kepada Allah sebanyak-banyaknya
(TQS. Al-Ahzab: 21).
Berdasarkan kedua dalil di atas maka jelaslah metode demonstrasi dalam dakwah
perlu dipelajari dan dijadikan bekal dakwah bagi para muballigh masa kini dan sangat
relevan untuk diterapkan pada masyarakat pedesaan.

7
3. Bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin desa
Dewasa ini dakwah tidak lagi berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus ada kerja
sama dengan pemerintah atau pemimpin-pemimpin desa. Kerja sama yang
dimaksudkan adalah pemerintah atau pemimpin- pemimpin desa, ulama dan orang tua
serta tokoh masyarakat dalam mengatasi kemungkaran-kemungkaran yang terjadi di
desa atau yang akan terjadi. Pengaruh khusus ulama ini tentu ada kaitannya dengan
dakwah agama yang disampaikan ulama sehingga ia berwibawa di masyarakat.
Kemungkaran-kemungkaran yang belum terjadi akan dilakukan upaya kuratif yaitu
upaya antisipasi terhadap gejala-gejala kemungkaran yang akan terjadi supaya tidak
meluas dan merugikan masyarakat desa.

4. Mengunjungi Rumah
Metode ini biasa disebut dengan metode silaturrahmi atau home visit. Metode
ini sering juga digunakan oleh agama-agama lain. Metode mengunjungi rumah sangat
efektif untuk dilaksanakan dalam rangka mengembangkan maupun membina ummat
Islam pada masyarakat pedesaan.

D. ANALISIS
Problematika dakwah sudah menjadi menu sehari-hari bagi pendakwah. Tidak dapat
dipungkiri, penyebaran agama islam pada zaman sekarang adalah pewujudan dari dakwah
orang-orang alim sebelum kita. Dakwah memerlukan kekuatan ekstra, tidak hanya mengajak
dan berbicara saja tetapi lebih dari itu. Mengontrol atau mengevaluasi hasil dakwah adalah
suatu masalah yang sangat penting dan urgen dari tujuan dakwah itu sendiri. Problem yaitu
kondisi atau situasi yang tidak menentu, sifatnya meragukan dan sukar dimengerti, masalah
salah satunya pernyataan yang memerlukan pemecahan masalah Problematika berasal dari
kata problem yang artinya soal, masalah, perkara sulit, persoalan. pengertian problematika
dakwah menurut istilah adalah permasalahan yang muncul dalam menyeru, memanggil,
mengajak dan menjamu, dengan proses yang ditangani oleh para pengembang dakwah. Istilah
problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya
persoalan atau masalah.
Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat
dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. Adapun masalah itu sendiri “adalah suatu
kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan
kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil
yang maksimal”.
yang memiliki arti memanggil, menyeru, atau mengajak.Setiap tindakan yang bersifat
memanggil, menyeru, atau mengajak orang untuk beriman dan taat pada perintah Allah SWT
sesuai garis kaidah, syariat, dan akhlah islamiyah. , dakwah didefinisikan sebagai seruan atau
ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik (dari
yang awalnya berperilaku buruk sampai kepada arah yang lebih baik). Baik kepada pribadi
maupun kepada masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran
Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Untuk keberhasilan kegiatan dakwah diperlukan adanya satu rumusan tujuan yang
hendak dicapai secara jelas. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap langkah-
langkah yang akan dilaksanakan dan materi-materi yang harus dipersiapkan dan yang akan
disampaikan. Tanpa adanya rumusan tujuan yang jelas, kegiatan dakwah cenderung akan
kurang terarah dan akhirnya akan kurang berhasil dengan baik. Secara umum tujuan dakwah
adalah sama dengan tujuan diturunkannya agama Islam, yakni membawa rahmat kepada

8
sekalian alam, terutama sekali bagi umat manusia. Secara umum, tujuan kegiatan dakwah
yang dilaksanakan dapat diklasifikasikan kepada individu atau pribadi, keluarga, dan
masyarakat. Kegiatan dakwah yang dilaksanakan kepada mereka memiliki tujuan tersendiri
Tujuan dakwah kepada individu atau pribadi adalah terbinanya pribadi muslim yang sejati,
berakidah yang mantap, memiliki ibadah yang berkualitas, berakhlak mahmudah, beramal
shaleh, dan berwawasan keislaman yang luas serta mendalam. Adapun tujuan dakwah
terhadap keluarga adalah terbinanya kehidupan Islami di dalam kehidupan rumah tangga,
yakni keluarga yang senantiasa mencerminkan nilai-nilai Islam dalam hidup dan
kehidupannya, baik dalam hubungan antar sesama anggota keluarga maupun dengan tetangga
dan anggota masyarakat
Sedangkan tujuan dakwah terhadap masyarakat adalah terbinanya kehidupan masyarakat
yang taat melaksanakan ajaran agama Islam, damai, sejahtera dan tentram. Di dalam diri
anggota masyarakat terdapat sikap saling tolong menolong, saling hormat menghormati, dan
saling memberikan bimbingan dan nasehat untuk melaksanakan kebaikan dan kebenaran.
Kegiatan dakwah tidak terlepas dari beberapa problem yang dapat mengganggu
kelancaran kegiatan dakwah yang dilaksanakan. Problema yang dihadapi dalam kegiatan
dakwah itu bisa bersifat internal dan eksternal. Seiring dengan perkembangan nya dakwah
yang semakin meluas serta gerakan organisasi dakwah yang semakin berkembang pesat, baik
di masyarakat maupun di berbagai perguruan tinggi Islam,nyatanya tidak lantas membuat
problematika dakwah hilang dari bayang-bayang majunya pergerakan dakwah. Untuk dapat
menjaga tegaknya aqidah Islam itu maka umat Islam harus kembali kepada petunjuk dari
kitab suci al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah Saw. Hanya saja untuk memperkuat akidah Islam
sangat dibutuhkan tenaga da‟i yang profesional, yang penuh kesungguhan dalam
menyebarkan syiar Islam. Problematika kerapkali muncul mengiringi pergerakan dakwah
tersebut. Problematika internal diklasifikasikan dalam dua kelompok yakni pertama,
kelemahan para da‟i terhadap pemahaman konsepkonsep agama sebagai substansi dakwah,
penggunaan metode yang dipakai serta kualitas dari da‟i itu sendiri. kedua, kelembagaan
dakwah yang kurang profesional dalam aspek manajemen dakwah.
Adapun problematika eksternal adalah suatu keadaan yang merintangi atau
menghalangi gerakan dakwah yang datang dari faktor luar, baik struktur politik nasional
maupun internasional yang mengalami interdepedensi sistem, maraknya ghazw al-fikr,
imperialisme barat, gerakan pemurtad‟an yang dilakukan para misionaris, maupun melajunya
sains dan teknologi. Faktor-faktor inilah yang telah menggusur hampir seluruh potensi
rohaniah manusia, menyisihkan dan merusak etika, moral, serta akhlak, dan seharusnya
menjadi fokus dalam dakwah Islam. Selain problematika internal dan eksternal dalam
pelaksanaan dakwah, seringkali juga ditemukan problematika lain. Pertama, permasalahan
teknis. Kedua, permasalahan secara umum yang menyangkut berbagai aspek kehidupan
manusia, yaitu aspek sosial budaya, ekonomi dan politik. Adapun pembagian penyebab
problematika dakwah yaitu sebagai berikut :
 Problematika internal Dai
Seorang da‟i harus memiliki pengetahun dan wawasan agama yang luas dan
memadai.problem yang sering muncul dari internal seorang dai adalah
pertama, terjadinya penyempitan makna dakwah oleh seoran g da‟i. Dakwah
saat ini sering terkesan dimaknai sebatas pada ceramah-ceramah di mesjid,
majelis ta‟lim, dan pengajianpengajian. Meskipun tidak dapat dipungkiri
bahwa metode lisan merupakan salah satu metode dakwah yang efektif di
semua kalangan usia di masyarakat,namun hendaknya para da‟i tidak

9
menjadikan dakwah dengan metode ceramah sebagai hal yang esensi dalam
dakwah.
 Problematika Dakwah Eksternal
Problem dakwah eksternal yaitu permasalahan yang bersumber dan berasal
dari berbagai kalangan dan pihak umat manusia diluar lingkup kaum
muslimin. Contoh tantangannya seperti: 1) Globalisasi yang ditandai dengan
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi dan ditandai dengan 3F
(food, fun, fashion). 2) Sekularisme (pemisahan antara urusan agama dan
dunia). 3) Ghosul fikri (perang pemikiran). Misalnya: hedonisme (hidup
berfoya-foya), munculnya teori-teori barat, menangnya bahasa inggris dari
pada bahasa arab.
Upaya untuk menjawab tantangan problematika dakwah di atas setidaknya ada dua
hal yang harus terpenuhi. Pertama, humanisasi yang berarti dakwah harus memberi kontribusi
terhadap nilai-nilai manusiawi dengan lingkungannya, yang pada gilirannya akan
menjelmakan struktur sosiokultural yang sehat dan dinamis serta sejahtera. Kedua, liberasi
yaitu serangkaian kegiatan yang dilakukan dalamrangka membebaskan manusia dari
keterbelengguan berpikir, kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, dan nilai-nilai negatif
dari struktur sosiokultural yang kacau. Sementara dalam konsep pemikiran yang praktis,
Amin Rais menawarkan beberapa cara yang efektif , agar dakwah Islam di era informasi
sekarang tetap relevan, efektif, dan produktif, antara lain dengan cara berikut ini :
 perlu ada pengkaderan yang serius untuk memproduksi juru-juru dakwah
dengan pembagiankerja yang rapi. Ilmu tabligh belaka tidak cukup untuk
mendukung proses dakwah, melainkan diperlukan pula berbagai pengusaan
dalam ilmu-ilmu teknologi informasi yang paling mutakhir.
 setiap organisasi Islam yang berminat dalam tugas-tugas dakwah perlu
membangunlabolatorium dakwah (labda). Dari hasil “labda” ini akan dapat
diketahui masalahmasalah rill di lapangan, agar jelas apa yang harus dilakukan
untuk meminimalisir hal tersebut.
 Penyebaran melalui media masa cetak dan terutama media elektronik harus
ditingkatkan.Media elektronik dapat menjadi wahana atau sarana dakwah
perlu dimiliki oleh umat Islam.
 .merebut para remaja merupakan tugas dakwah jangka panjang. Anak-anak
dan para remajaadalah aset yang tak ternilai. Mereka wajib diselamatkan dari
pengikisan akidah yang terjadi akibat “invasi” nilai-nilai nonislami ke dalam
jantung berbagai komunitas Islam. Bila anak-anak dan remaja memiliki
benteng tangguh (al-hususn alhami>diyah) dalam era globalisasi dan
informasi sekarang ini.

E. SIMPULAN
Dakwah bukan sekedar disampaikan melalui ceramah agama kepada sasaran dakwah,
tetapi juga dapat dilakukan melalui aksi dan tindakan nyata, yang dikenal dengan dakwah
bilhal. Dakwah tidak semata meningkatkan kualitas keimanan umat manusia, namun juga
harus bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu, paradigma dakwah pemberdayaan
masyarakat bertujuan untuk mengubah keadaan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan
politik warga perdesaan. Untuk memperbaiki keadaan tersebut dapat dilakukan dengan
beragam teknik yaitu teknik non-partisipasi, teknik tokenisme, dan teknik
partisipasi/kekuasaan masyarakat.

10
Selain pemerintah, pendakwah dan masyarakat, organisasi dakwah diharapkan ikut
berperan aktif dalam menjembatani dakwah pemberdayaan masyarakat tersebut. Karena,
apabila pendakwah secara individu yang bergerak sendiri hasilnya kurang maksimal, harus
ada kelompok masyarakat yang memiliki kekuatan lebih untuk ikut membantu dalam
memberdayakan masyarakat yaitu organisasi dakwah. Organisasi dakwah dapat bersinergi
dengan organisasi dakwah lainnya supaya tidak terjadi overlapping (tumpang tindih) dalam
pelaksanannya.
Perkembangan islam yang tidak begitu signifikan ini terjadi karena berbagai kendala.
Beberapa poin yang bisa ditarik dari analisa penulis tentang kendala tersebut diantaranya
karena letak geografis yang jauh dari pusat kota. Hal ini menyulitkan dai dari luar untuk
berdakwah di tempat tersebut. Sementara itu, dai yang selama ini berkecimpung di
masyarakat tidak begitu beragam. Bagi warga, dai-nya adalah orang-orang dengan metode
yang cukup monoton. Dalam hal tertentu, hal ini menimbulkan rasa bosan karena kurang
variativ.
Fenomena ini menjadi pertimbangan dan pelajaran bahwa selain letak geografis, dai dan
metode dakwah menjadi factor yang mempengaruhi perkembangan islam dalam suatu
masyarakat. Dai dan pegiat dakwah perlu mempertimbangkan bahwa masyarakat
membutuhkan sesuatu yang variativ agar mereka mudah menerima dakwah.
Sebagian besar umat Islam tinggal di pedesaan yang merupakan “gudang” man power
yang perlu digali dan mobilisasi untuk pembangunan. Membangun pedesaan berarti
meningkatkan taraf berpikir masyarakat dari yang rendah ke yang lebih tinggi, sekaligus
sebagai upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan ke arah yang lebih baik.
Masyarakat desa mempunyai karakteristik tersendiri, antara lain: masih memiliki
ketaatan yang tinggi baik taat pada agama maupun pada norma-norma, adat-istiadat dan
tradisi, budaya kebersamaan dan gotong royong, hubungan sesama masyarakat sangat intim,
kontrol sosial sangat kuat (kepedulian sosial), bahasanya sederhana.
Metode pengembangan dakwah di masyarakat pedesaan yang dapat dilakukan adalah:
menggunakan pendekatan bahasa struktur dan kultur yang relevan dengan masyarakat
pedesaan, yakni sederhana, mudah dipahami, dan sesuai dengan kebutuhan, melalui
pendekatan dan kerjasama dengan pemerintah atau pemimpin-pemimpin desa (tokoh
panutan), metode demontrasi, metode kontak langsung (face to face relations), kunjungan ke
rumah (home visit) membantu dan mencari solusi dari problem yang dihadapi masyarakat
desa, baik sosial, budaya, dan ekonomi yang sedang dihadapi.
Berdakwah yang merupakan hal terpenting dalam  menjalankan ajaran agama haruslah
berjalan seefektif mungkin. Untuk melihat efektifitas berdakwah, pendakwah selayaknya
mengetahui segala aspek yang mendukung berjalanya dakwah yang efektif terutama dalam
aspek keadaan sosial kemasyarakatan. Karena seperti keadaan sosial di perkotaan sangat
berbeda dengan keadaan sosial di masyarakat pedesaan yang menjadikan metode, materi dan
sifat pendakwah pun harus berbeda menyesuaikan kondisi masyarakat yang ada.
Untuk dakwah di pedesaan dilihat dari aspek ciri-ciri masyarakat, keadaan sosial
masyarakatnya  dapat disimpulakn bahwa dakwah di daerah pedesaan yang efektif haruslah:
menggunakan  metode intrapersonal(langsung) dalam  meyampaikan dakwahnya, materi
dakwah harus bersifat agamis seperti masalah ibadah, fikih dan akhlak, mengutamankan citra
da’i, da’I harus bersifat otorites namun tetap mempunyai jiwa sosial yang  tinggi dan dakwah
harus bersifat informatif  persuasif bukan yang hanya bersifat informatif saja sehingga aspek
ilmu dan perbuatannya bisa dapat dilakukan oleh masyarakat desa.

11
Demikian makalah yang dapat saya simpulkan, semoga dapat menambah keilmuan kita
semua. Dan semoga menjadi bahan diskusi yang lebih mendalam  jika ada kesalahan konsep
serta pemahaman yang telah saya paparkan di makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Teori, K., Konsep, K., & Hipotesis, D. A. N. (n.d.). Kerangka teori, konsep,. 39–41.

Zaini, A. (2016). Upaya Pengembangan Metode Dakwah di Pedesaan. Community


Development, 1, 115–130.

Malihah, L. (2014). Konsep Dakwah. Jurnal Dakwah, 12(2), 19–60.


https://eprints.walisongo.ac.id/2611/3/091311016_Bab2.pdf

A Lestari. (2015). Bab iii dakwah dan macam-macamnya. 26–44.

dalam Alimuddin, N. (1977). KONSEP DAKWAH DALAM ISLAM Nurwahidah


Alimuddin Dosen Jurusan Dakwah STAIN Datokarama Palu. Jurnal Hunafa, 4(No. 1,
Maret 2007), 73–78. file:///C:/Users/Acer/Downloads/195-Article Text-405-1-10-
20140315.pdf

Sciences, H. (2016). Strategi Dakwah Dan Masyarakat Pedesaan. Dakwah, 4(1), 1–23.

Dr. Vladimir, V. F. (1967). 済無 No Title No Title No Title. Gastronomía Ecuatoriana y


Turismo Local., 1(69), 5–24.

Engel. (2014). 済無 No Title No Title No Title. Paper Knowledge . Toward a Media History
of Documents, 14–47.

Luis, F., & Moncayo, G. (n.d.). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康


関連指標に関する共分散構造分析 Title.

Sukardi, A. (2015). Dakwah pada Masyarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan Sosiologis). Al-
Munzir, 8(2), 129–144.

Arciniegas Paspuel, O. G., Álvarez Hernández, S. R., Castro Morales, L. G., & Maldonado
Gudiño, C. W. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関
連指標に関する共分散構造分析 Title. 6.

12
Rahmatullah, R. (2016). Analisis Penerapan Metode Dakwah Berdasarkan Karakteristik
Mad’u dalam Aktivitas Dakwah. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim Dan
Bimbingan Rohani, 2(1), 55–71. https://doi.org/10.47435/mimbar.v2i1.286

Sukardi, A. (2015). Dakwah pada Masyarakat Pedesaan (Suatu Tinjauan Sosiologis). Al-
Munzir, 8(2), 129–144.

Amin, M., & Sugiyanto, B. (2021). SettingsPerkembangan Dakwah Islam pada Masyarakat
Tradisional. Resolusi: Jurnal Sosial Politik, 4(1), 15–24.
https://doi.org/10.32699/resolusi.v4i1.1687

宗成庆. (n.d.). No Title 统计自然语言处理(第二版). 1–171.

13

Anda mungkin juga menyukai