Anda di halaman 1dari 18

DASAR-DASAR PENYULUHAN

“”Identifikasi dan Pemetaan Kegiatan Penyuluhan Sosial dan Agama”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Penyuluhan

Dosen Pengampu :

Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si.

Oleh :

Retna Aulia Cempaka (11190520000041)

Nur Shofiah Hasan (11190520000043)

Ummi Zati Hidayah (11190520000058)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020/1441 H
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyuluh Agama Islam wajib dimiliki bagi seorang kelompok sasaran atau
kelompok binaan. Kaitannya adalah untuk pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan
berdasarkan keputusan Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 54 tahun 1999 tentang jabatan fungsional
Penyuluh Agama dan angka kreditnya. Kelompok sasaran adalah kelompok yang
didasarkan atas wilayah dan jamaahnya yang sifatnya sementara. Sedangkan
kelompok binaan sifatnya relatif lebih lama. Sebagai salah satu unsur pokok dalam
kegiatan bimbingan dan penyuluhan adalah adanya kelompok sasaran atau kelompok
binaan yang berada di bawah lingkungan kerja atau wilayah kerja penyuluh agama
islam.

Kelompok Sasaran adalah bagian tidak terlepaskan atau tidak terpisahkan dari
pencapaian tujuan bimbingan dan penyuluhan pada masyarakat yang dilakukan oleh
penyuluh agama. Kelompok sasaran menurut sudut pandang tugas seorang penyuluh
agama itu harus ada, karena tanpa kelompok sasaran seorang penyuluh agama dalam
melaksanakan tugas tanpa target dan tujuan yang jelas sehingga apa yang telah
dilaksanakan tidak akan membawakan hasil yang telah di tetapkan.

Kelompok sasaran berdasarkan kenyataan di tengah masyarakat ada yang


sudah terbentuk dan ada pula yang belum terbentuk, bagi kelompok sasaran yang
sudah terbentuk akan memudahkan seorang penyuluh agama memberikan bimbingan
dan penyuluhan, tetapi apabila kelompok sasaran tersebut sudah ada pengelolanya
atau penyuluhnya, maka perlu dibentuk kelompok sasaran yang lain.

Kelompok sasaran berdasarkan kenyataan di tengah masyarakat ada yang


sudah terbentuk dan ada pula yang belum terbentuk. Bagi kelompok sasaran yang
sudah terbentuk akan memudahkan seorang penyuluh agama memberikan bimbingan
dan penyuluhan, tetapi apabila kelompok sasaran tersebut sudah ada pengelolanya
atau penyuluhnya, maka perlu dibentuk kelompok sasaran yang lain, selanjutnya
dijadikan kelompok Binaan. Dalam ketentuan bahwa bagi penyuluh agama yang
bertugas di wilayah yang padat penduduk harus mempunyai kelompok binaan
sebanyak 20 kelompok, sedangkan di daerah pedesaan yang penduduknya jarang dan
sedikit, jumlah kelompok binaannya sebanyak 10 kelompok.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian penyuluhan sosial dan agama?

2. Masyarakat apa saja yang termasuk kepada sasaran penyuluhan sosial dan
agama?

3. Apa itu identifikasi kebutuhan masyarakat (Need Assessment) ?

4. Bagaimana relasi gender di khalayak sasaran?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian kegiatan penyuluhan sosial dan agama

2. Mengetahui masyarakat apa saja yang termasuk kepada sasaran penyuluhan


sosial dan agama

3. Mengetahui bagaimana identifikasi kebutuhan masyarakat terhadap


penyuluhan

4. Mengatahui Relasi Gender di Khalayak Sasaran


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyuluhan Sosial Dan Agama

Penyuluhan dalam arti umum  berarti ilmu sosial yang mempelajari sistem
dan perubahan pada  individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang
lebih sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyuluhan adalah proses perubahan sosial,
ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua
“stakeholders”,melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar terjadi
perubahan perilaku pada diri setiap individu dan masyarakatnya untuk mengelola
kegiatan yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan yang baik,
dan semakin sejahtera secara berkelanjutan.1

Penyuluh Agama adalah pembimbing umat beragama dalam rangka


pembinaan etika, mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.Penyuluh
Agama Islam juga merupakan juru penerang penyampai pesan bagi masyarakat
mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagaman yang baik. Disamping itu
Penyuluh Agama Islam merupakan ujung tombak dari Kementerian Agama dalam
pelaksanaan tugas membimbing umat Islam dalam mencapai kehidupan yang bermutu
dan sejahtera lahir batin.

Tujuan akhir yang ingin dicapai dari penyuluahan agama pada hakekatnya
ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai
agamanya secara memadai yang ditunjukkan melalui pengamalannya yang penuh
komitmen dan konsisten disertai wawasan multi cultural, untuk mewujudkan tatanan
kehidupan yang harmonis dan saling menghargai satu sama lain.

Penyuluhan agama adalah usaha penyampaian ajaran Islam kepada umat


manusia oleh seseorang atau kelompok orang secara sadar dan terencana, dengan
berbagai metode yang baik dan sesuai dengan sasaran penyuluhan, sehingga

1
Risma Jayanti, Penyuluhan. Diakses dari https://rismajayanti.wordpress.com/2012/01/15/penyuluhan/ pada
tanggal 12 september 2020, pukul 19.11
berubahlah keadaan umat itu kepada yang lebih baik, untuk memperoleh kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.2

Penyuluh agama adalah pendidik yang memberikan pencerahan keagamaan


pada umat yang tidak dibatasi oleh waktu dan ruang. Prinsip dasar penyuluh agama
sebagai salah satu bentuk pendidikan adalah upaya alih pengetahuan, alih metode dan
alih nilai dengan sasaran yang sangat luas. Karena yang menjadi objeknya adalah
masyarakat yang kemampuan nalar, usia, latar belakang budaya, kondisi ekonomi dan
pandangan politik yang beraneka ragam.

Tugas penyuluh agama itu sendiri bukan sekedar melakukan pendidikan


agama pada umat semata, tetapi juga melakukan penyuluhan pembangunan. Ada dua
pengetian tentang penyuluhan pembangunan. Pertama, memberikan penerangan
tentang program-program pemerintah melalui bahasa agama guna meningkatkan
peran serta umat dalam melaksanakan pembangunan. Kedua, pengembangan umat
dalam upaya pemberdayaan kehidupan dan penghidupannya agar maju dan mandiri. 3

Penyuluhan sosial adalah suatu proses pengubahan perilaku yang dilakukan


melalui penyebarluasan informasi, komunikasi, motivasi dan edukasi oleh Penyuluh
Sosial baik secara lisan, tulisan maupun peragaan kepada kelompok sasaran sehingga
muncul pemahaman yang kemauan sama, pengetahuan dan kemauan guna partisipasi
secara aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 4

B. Sasaran Masyarakat Penyuluhan Sosial dan Agama

a. Masyarakat Pedesaan

Menurut Bintarto, desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial,


ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di suatu daerah dalam hubungannya dan
pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
2
Syekh Nurjati, Riset Penyuluhan Agama Di Kecamatan Tengah Tani Cirebon, pdf. Diakses dari
http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB11413363056.pdf/ pada tanggal 12 september 2020 pukul
19.18

3
Isyal, Peran Penyuluh Agama, diakses dari https://isyal17student.wordpress.com/penyuluhan/agama/peran-
penyuluh-agama// pada tanggal 12 september 2020 pukul 19.24
4
Pusat Penyuluhan Sosial Kementrian Sosial Republik Indonesia , E-book panduan Penyuluhan sosial..
http://puspensos.kemsos.go.id/uploads/topics/15826079726590.pdf diunduh pada tanggal 13 september pukul
16.19
Proses Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada masyarakat desa adalah:

 Dapat dilakukan dengan komunikasi antar individu (face to face).


Ketika proses sosialisasi secara tidak langsung kita dapat memberikan bimbingan.

 Dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dan penyuluhan pada


aparat desa agar dapat tersampaikan pada masyarakat desa.

 Dengan cara mengumpulkan masyarakat desa untuk mendapat


bimbingan dan penyuluhan.

 Menggali, memanfaatkan potensi, dan menggerakan swadaya gotong


royong masyarakat untuk pembangunan desa.

 Memberikan bimbingan untuk meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan pada masyarakat desa.

 Membina kerjasama antar lembaga yang ada dalam masyarakat desa


untuk pembangunan.

 Memberikan bimbingan dan penyuluhan untuk meningkatkan peranan


wanita dalam mewujudkan Keluarga Sejahtera.Karena mayoritas masyarakat
pedesaan berprofesi sebagai petani, peternak, dapat dilakukan dengan cara
penyuluhan yang sesuai dengan profesi mereka dengan tujuan meningkatkan SDM.

b. Masyarakat Transmigrasi

Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah yang padat


penduduk (kota) ke daerah lain (desa) di dalam wilayah Indonesia. Penduduk yang
melakukan transmigrasi disebut transmigran. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan
oleh penyuluh agama dalam melaksanakan kegaiatan keagamaan terhadap masyarakat
transmigran diantaranya:

 Kegiatan pengajian rutin dengan materi ke-Islaman secara menyeluruh


yang dibagi kedalam sub-sub tema kajian, seperti masalah syariah, aqidah, akhlak,
baca tulis Al-Qur’an dan Hadits dll.

 Kegiatan pengajian gabungan antara majelis taklim, dengan


mendengarkan ceramah agama.Kegiatan yang bersifat insidental, seperti peringatan
Isro’ Mi’roj, halal bihalal dll.

c. Masyarakat Perkotaan

Strategi bimbingan dan penyuluhan agama Islam di perkotaan adalah langkah-


langkah sistematis yang ditempuh dalam melaksanakan pembinaan, bimbingan dan
penyampaian informasi akan nilai-nilai ajaran agama dan pembangunan kepada
masyarakat luas, sehingga pemahaman masyarakat perkotaan akan nilai-nilai ajaran
agama Islam semakin baik.

Seorang Penyuluh Agama Islam dalam pelaksanaan Bimbingan Penyuluhan di


perkotaan dapat menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

 Identifikasi potensi wilayah

 Penyusunan instrumen pengumpulan data wilayah atau kelompok


sasaran

 Menganilisis data

 Merumuskan monografi potensi wilayah atau kelompok sasaran

 Menyusun rencana kerja (rutin mingguan, bulanan dan tahunan serta


insidental)

 Menyusun Term Of Reference

 Pelaksanaan program kerja

 Evaluasi program kerja

C. Identifikasi Kebutuhan Masyarakat (Need Assessment)

Need Assessment, yaitu kemampuan untuk memahami dan menganalisis


kebutuhan kelompok sasaran untukdijadikan sebagai bahan materi dalam proses
penyuluhan.Kemampuan seperti ini perlu dilakukan sehingga apa yangkita sampaikan
dan bicarakan dapat berkaitan langsungdegan permasalahan dan kebutuhan
masyarakat tersebut,dan solusinya dapat ditemukan5

Urgensi Need Assessment adalah untuk mengetahui siapa yang menjadi target
program kita, dari kita sebagai pembuat program dari sisi masyarakat.

a) Fungsi Assessment

Hood dan Jhonson (1993) menjelaskan ada beberapa fungsi Assessment


diantaranya:

i. Menstimulasi klien maupun konselor mengenai berbagai permasalahan

ii. Menjelaskan masalah yang senyatanya

iii. Memberi alternatif solusi untuk masalah

iv. Menyediakan metode untuk memperbandingkan alternatif sehingga


dapat diambil keputusan

Metode Need Assessment dibuat untuk bisa mengukur tingkat


kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran masyarakat dari apa yang
diharapkan dan apa yang sudah didapat. Dalam pengukuran kesenjangan
seorang analisis harus mampu mengetahui seberapa besar masalah yang
dihadapi.

Beberapa fungsi Need Assessment menurut Morisson sebagai berikut:

i. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas


sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.

ii. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial,


keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan
pendidikan.

iii. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.

5
Rusfan rusmaladi, Penyuluhan sosial, 2011. Diakses sari https://www.scribd.com/doc/47468309/Penyuluhan-
Sosial/ pada tanggal 13 september 2020 pukul 16.23
Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.6

b) Tahap-Tahap Need Assessment

Analisis kebutuhan dilakukan secara bertahap; persiapan, pengumpulan


data, analisis data dan interpretasi, deseminasi dan pembuatan laporan.

1. Persiapan

a) Mengidentifikasi dan mendeskripsikan tentang audien dan target


populasi.

b) Mengklarifikasi tujuan analisis kebutuhan yaitu meliputi alasan


yang dinyatakan (stated reason) yaitu antara lain seleksi
perseorangan atau group untuk berpartisipasi dalam program,
alokasi dana, dll. dan alasan yang tidak dinyatakan (unstated
reason).

c) Menetapkan cakupan dan tempat analisis kebutuhan.

d) Menentukan orang yang akan terlibat di dalam pelaksanaan


analisis kebutuhan yang meliputi keterlibatan anggota, menjalin
komunikasi dengan group tersebut sepanjang studi

e) Mengembangkan dan memperhatikan isu-isu politik yang urgen


yaitu meliputi pelibatan individu dan grup kunci dalam
lingkungannya, komunikasi secara terus-menerus,
mengidentifikasi dan pendekatan terhadap orang-orang yang
berada dalam lingkungan birokrasi.

f) Mengidentifikasi dan menjelaskan informasi yang dibutuhkan


yang meliputi keadaan, program, biaya, kerangka konsep dan dasar
filosofi serta indicator keberhasilan.

2. Pengumpulan Data

6
Jurnal metode penyuluhan , (http://id.portalgaruda.org/?
action=search&ref=browse&jsearch=metode+penyuluhan&button2=search+journal
%2Fbooknyuluhan&button=Search+Document diakses pada tanggal 13 september 2020 pukul 19.02 )
a) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan.

b) Menentukan sampel.

c) Menentukan prosedur pengumpulan data dan instrument

d) Menetapkan rencana implementasi dan prosedur observasi.

e) Mendokumentasi dan menyimpan informasi.

3. Analisis Data dan Interpretasi

a) Meriview dan memperbaharui informasi yang telah dikumpulkan.

b) Mereview informasi dengan grup yang relevan.

c) Melakukan analisis deskriptik sesuai dengan tipe informasi.

d) Menilai informasi yang tersedia.

e) Melakukan analisis.

c) Deseminasi Hasil Analisis dan Pembuatan Laporan

Data yang telah dianalisis dipresentasikan dan dirumuskan dalam bentuk


kebijakan, sebagai rekomendasi. Hasil yang dipresentasikan dalam forum
seminar disebut dengan diseminasi hasil evaluasi, dengan peserta, para
perencana dan pelaksana program, pimpinan lembaga, pihak sponsor,
masyarakat yang terkena program dan stake holder.

Adapun standar yang digunakan untuk mereview dan mengevaluasi


rencana laporan berdasarkan Standar Evaluasi Analisis Kebutuhan antara lain:

a) Standar Kegunaan, yaitu meliputi antara lain: identifikasi audiens,


kredibilitas penilai, cakupan informasi, interpretasi penilaian,
kejelasan laporan, diseminasi laporan, jadwal laporan dan dampak
dari evaluasi.

b) Standar Feasibility (Kelayakan) yaitu meliputi prosedur praktis,


pengakuan secara politis dan efisiensi biaya.
c) Standar Perilaku, yaitu meliputi kewajiban formal, konflik
kepentingan, keterbukaan kepada public, HAM, interaksi manusia,
laporan secara seimbang antara pusat, daerah, individual dan instansi,
serta tanggung jawab atas anggaran.

d) Standar Akurasi/Ketepatan, yaitu meliputi identifikasi obyek, analisis


konteks, menggambarkan tujuan dan prosedur, kebenaran sumber
informasi, pengukuran yang valid dan reliable, control data secara
sistematis, analisis informasi kuantitatif, analisis data kualitatif,
kesimpulan secara adil dan laporan yang objektif.

Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk


melakukan perubahan. Perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat
rosional, perubahan fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok
dan individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis
menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada”
dengan “bagaimana seharusnya”.7

D. Relasi Gender

a) Pengertian Gender

Baron dan Byrne (2004) mengungkapkan bahwa elemen identitas pribadi yang
paling krusial adalah penggolongan diri seseorang, apakah sebagai perempuan atau
laki-laki. Dalam ratusan cara, sejak seseorang dilahirkan, akan seslalu diingatkan
mengenai gender, dapat melalui nama pertama, cara berpakaian, cara berperilaku,
bahkan hingga cara orang lain merespons.

Gender itu sendiri menurut Fakih (2013) merupakan suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dibentuk, disosialisasikan, diperkuat,
bahkan dikonstruksi secara sosial ataupun kultural, baik melalui keagamaan maupun
Negara. Hal ini berarti sebuah konsep gender merupakan sebuah label
atau judgment terhadap jenis kelamin tertentu yang dikonstruksi secara sosial dan
tergantung budaya yang ada di masyarakat tersebut. Lebih lanjut Mosse (2007)

7
Dr. Zubaedi, M. Ag. , M. Pd.,Wacana Pembangunan Alternatif: Ragam Perspektif Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2007)
mengungkapkan bahwa gender merupakan jalan yang menjadikan seseorang maskulin
atau feminin, yang merupakan gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan
interpretasi biologis oleh kultur kita, serta merupakan seperangkat peran, yang
menyampaikan kepada orang lain bahwa seseorang tersebut feminin atau maskulin.8

Gender juga dapat diartikan pandangan masyarakat tentang perbedaan peran,


fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil
kontrusksi sosial (yaitu kebiasaan yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat) dan
dapat diubah sesuai perkembangan zaman.9

Dengan demikian, gender merupakan seperangkat peran yang dikonstruksi


secara sosial, dapat berubah dan dipertukarkan, serta berbeda antara satu kultur
dengan kultur yang lainnya. Perbedaan itu pun terkadang akan berubah seiring
berjalannya waktu. Namun demikian, perbedaan-perbedaan ini terkadang dapat
dijadikan sebuah alasan klasik sebagai pemicu terjadinya sebuah permasalahan yang
terkait dengan kesenjangan peran antara pria dan wanita, namun di sisi lain juga dapat
digunakan sebagai dasar pembagian kerja sesuai dengan konstruksi sosial yang
dilekatkan kepada sebuah jenis kelamin tertentu.

Dahulu wanita mungkin hanya dijadikan konco wingki dan dianggap tidak
mampu untuk memenuhi nafkah keluarga. Namun, seiring perkembangan jaman dan
semakin meningkatnya kebutuhan-kebutuhan rumah tangga, seorang istri dapat
melakukan pekerjaan sampingan yang dapat membantu ekonomi keluarga dan tanpa
meninggalkan kewajibannya mengurus rumah tangga. Hal ini merupakan pembuktian
yang cukup nyata mengenai keterlibatan wanita dalam pembangunan, karena ia mulai
turut berpartisipasi meningkatkan ekonomi keluarga, sebagai subjek pembangunan.

Namun, hasil pengintegrasian wanita dalam pembangunan tersebut bukanlah


sebuah proses yang singkat, karena melibatkan sejarah panjang dan pada akhirnya
memberikan kesimpulan tersebut sebagai akibat dari keinginan wanita untuk keluar
dari berbagai labeling yang ada pada dirinya, yang menyebabkan berbagai kekerasan
yang menimpa mereka, seperti marjinalisasi, subordinasi, violence, bahkan beban
ganda yang menimpa mereka. Sejarah mengenai awal mula keterlibatan wanita dalam
8
Diakses dari https://agricsoc.faperta.ugm.ac.id/2019/02/07/gender-dan-pembangunan/ pada tanggal 12 Sep. 20
pukul 07.28
9
Christiany juditha, Gender dan Seksualitas dalam Kontrusksi Media Massa, diakses melalui
http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/45-70-1-SM.pdf pada 11 September pukul 17.51
sebuah kegiatan pembangunan yang dipisahkan dari berbagai pendekatan menurut
para ahli. Seperti pendekatan modernisasi yang diungkap oleh Esther Boserup, serta
tiga pendekatan yang diungkap oleh Moser, yaitu pendekatan antikemiskinan,
pendekatan efisiensi, dan pendekatan pemberdayaan (Mosse, 2007).10

b) Relasi Gender

Relasi gender antara laki-laki dan wanita telah melewati sejarah yang panjang.
Sepanjang sejarahnya tidak sedikit terjadi penyelewengan terhadap arti
kesamaan/kesetaraan antara laki-laki dan wanita, baik yang dilakukan kaum laki-laki
maupun wanita yang lebih dikenal dengan sebutan kaum Feminisme. Di satu sisi
banyak pihak yang memahami bahwa Islam menempatkan kedudukan wanita lebih
rendah dari pada laki-laki. Islam juga dianggap telah memberikan keistimewaan
kepada laki-laki dalam hak-hak individual dan sosial yang tidak diberikan kepada
wanita. Namun hakikatnya tidaklah demikian, karena dalam Islam baik laki-laki
maupun wanita memiliki hak serta kewajiban yang sama.11

Perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki potensi untuk menjadi insan


bertakwa. Al-Quran tidak memberikan keutamaan kepada jenis kelamin tertentu.
semua insan tanpa dibedakan jenis kelaminnya mampunyai potensi yang sama untuk
menjadi ‘abid dan khalifah (QS. an-Nisa: 124 dan al-Nahl: 97). Perempuan dikenal
dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap
kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri dari sifat itu merupakan sifat yang dapat
dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat,
rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Kesetaraan gender dapat juga
menunjukkan adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan dalam
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan
dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati
hasil pembangunan.12

10
Diakses dari https://agricsoc.faperta.ugm.ac.id/2019/02/07/gender-dan-pembangunan/ pada tanggal 12 Sep. 20
pukul 07.28
11
Tri Handayani, Isu Gender: Potret Relasi Masa Lampau. At a Glance, Edisi 2 No. 1, Juni 2013, hal 13
12
Muzakkir, Membincang Relasi Gender Dalam Perspektif Komunikasi¸diakses dari
http://jurnal.utu.ac.id/jsource/article/download/917/742 pada 12 September pukul 08.15
Dalam relasi gender terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya tarik
secara umum. Tanpa adanya daya tarik, relasi tidak akan terjadi dan berkembang.
Faktor ini antara lain kesamaan yang dirasakan antar individual, kedekatan
(proximity), lingkungan fisik yang nyaman, dan ketertarikan secara fisik. Faktor ini
adalah yang mendorong individu merasa tertarik kepada orang lain (Reeder, 2000:
332). Namun McCrosky dan McCain mengungkapkan tiga tipe daya tarik dalam
studinya mengenai daya tarik seseorang pada orang yang asing yang mencakup social
attraction, task attraction, dan physical attraction. Menurut mereka dalam hubungan
antar pribadi, daya tarik antar pribadi muncul dalam bentuk yang multidimensional
(McCrosky & McCain, 2000: 261)13

c) Khalayak Sasaran

Khalayak ialah kelompok manusia yang dijadikan sasaran komunikasi,


sedangkan sasaran ialah tujuan dari kegiatan untuk mencapai tujuan utama (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2003) jadi khalayak sasaran ialah sekelompok masyarakat
yang dijadikan sasaran yang bertujuan untuk mencapai target yang sudah ditentukan.14

Jadi, definisi Khalayak sasaran dalam pandangan McQuail dan Windahl


(1993) yaitu “sebagai sejumlah besar orang yang pengetahuan, sikap dan perilakunya
akan diubah melalui kegiatan kampanye”. Dengan begitu dapat diambil kesimpulan
dari pendapat ahli tersebut bahwa khalayak sasaran itu adalah sekumpulan orang yang
akan diubah prilakunya dengan tujuan atau target suatu media tentang apa yang ingin
disampaikan. Karena menurut pendapat Cangara (2010, h.157) “berhasil atau tidaknya
proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak”.15

Khalayak terdiri dari satu orang, kelompok, ataupun massa. Khalayak


memiliki latar belakang yang berbeda-beda, sehingga perlu dilakukan strategi dalam
penyampaian pesan agar pesan dapat diterima oleh target sasaran. Mengenali
khalayak merupakan prinsip dasar agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar.
(McQuail, 2011:145) Nightingle (2003) mencirikan jenis-jenis khalayak sebagai
berikut:
13
Rinaldi Ridwan, Pemaknaan Khalayak terhadap Relasi Gender Heteroseksual pada Konteks Intimacy dalam
Iklan; Studi pada Iklan Axe ‘Call Me’, Mahasiswa FISIP UI, 2008
14
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/765/jbptunikompp-gdl-elanurlail-38247-10-unikom_e-3.pdf diakses pada
13 September pukul 13.03
15
Diakses dari https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/772/jbptunikompp-gdl-muhamamdhi-38562-8-unikom_m-
n.pdf pada tanggal 12 September pukul 08.25
1) Khalayak sebagai kumpulan orang-orang. Kumpulan ini diukur ketika
menaruh perhatian pada tampilan media atau produk tertentu pada waktu yang
ditentukan.

2) Khalayak sebagai orang yang ditujukan. Hal ini merujuk kepada untuk
siapa konten dibuat.

3) Khalayak sebagai yang berlangsung. Khalayak memiliki pengalaman


penerimaan sendiri atau dengan orang lain sebagai peristiwa interaktif dalam
kehidupan sehari-hari.

4) Khalayak sebagai pendengar. Hal ini merujuk pada pengalaman


khalayak yang berpartisipasi dalam media dan memberikan respon di saat yang
bersamaan.16

Kelompok sasaran adalah bagian tidak terpisahkan dari pencapaian tujuan


bimbingan dan penyuluhan pada masyarakat yang dilakukan oleh penyuluh agama.
Oleh karena itu, kelompok sasaran menurut sudut pandang tugas seorang penyuluh
agama itu harus ada, karena tanpa kelompok sasaran seorang penyuluh agama dalam
melaksanakan tugas tanpa target dan tujuan yang jelas sehingga apa yang telah
dilaksanakan tidak akan membawakan hasil yang telah ditetapkan. Kelompok sasaran
berdasarkan kenyataan di tengah masyarakat ada yang sudah terbentuk dan ada pula
yang belum terbentuk. Bagi kelompok sasaran yang sudah terbentuk akan
memudahkan seorang penyuluh agama memberikan bimbingan dan penyuluhan,
tetapi apabila kelompok sasaran tersebut sudah ada pengelelolanya atau penyuluhnya,
maka perlu dibentuk kelompok sasaran yang lain, selanjutnya dijadikan kelompok
Binaan17.

PENUTUP

Dari pemaparan diatas yang berhubungan dengan penerapan asesmen


kebutuhan untuk program layanan kepada masyarakat bukanlah secara insidental
melainkan terstruktur dan tersusun dengan baik dan berdasarkan fakta yang riil di

16
Diakses dari http://eprints.umm.ac.id/43083/3/BAB%20II.pdf pada tanggl 13 Sep. 20 pukul 15.16
17
Bahua, Mohammad Ikbal, Kinerja Penuluh Pertanian¸(Yogyakarta: Deepublish, 2016) Hal. 133
masyarakat sehingga kita memerlukan data dari suatu tempat sebelum timbulnya
permasalahan sehingga kita bisa membandingkan dengan data pasca terjadinya
permasalahan dimasyarakat dan kita dapat mengambil keputusan / kebijakan terhadap
permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki potensi untuk menjadi insan


bertakwa. Al-Quran tidak memberikan keutamaan kepada jenis kelamin tertentu.
semua insan tanpa dibedakan jenis kelaminnya mampunyai potensi yang sama untuk
menjadi `abid dan khalifah (QS. an-Nisa`: 124 dan al-Nahl: 97). Perempuan dikenal
dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap
kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciriciridari sifat itu merupakan sifat yang dapat
dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat,
rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke
waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Kesetaraan gender dapat juga
menunjukkan adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan dalam
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan
dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,
pendidikan, pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati
hasil pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA

Risma Jayanti, Penyuluhan. Diakses dari


https://rismajayanti.wordpress.com/2012/01/15/penyuluhan/ pada tanggal 12
september 2020, pukul 19.11

Syekh Nurjati, Riset Penyuluhan Agama Di Kecamatan Tengah Tani Cirebon, pdf.
Diakses dari http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB11413363056.pdf/
pada tanggal 12 september 2020 pukul 19.18
Isyal, Peran Penyuluh Agama, diakses dari
https://isyal17student.wordpress.com/penyuluhan/agama/peran-penyuluh-agama//
pada tanggal 12 september 2020 pukul 19.24

Pusat Penyuluhan Sosial Kementrian Sosial Republik Indonesia , E-book panduan


Penyuluhan sosial..
http://puspensos.kemsos.go.id/uploads/topics/15826079726590.pdf diunduh pada
tanggal 13 september pukul 16.19

Rusfan rusmaladi, Penyuluhan sosial, 2011. Diakses dari


https://www.scribd.com/doc/47468309/Penyuluhan-Sosial/ pada tanggal 13 september
2020 pukul 16.23

Jurnal metode penyuluhan, diakses melalui http://id.portalgaruda.org/?


action=search&ref=browse&jsearch=metode+penyuluhan&button2=search+journal
%2Fbooknyuluhan&button=Search+Document pada tanggal 13 september 2020
pukul 19.02

Zubaedi, Wacana Pembangunan Alternatif: Ragam Perspektif Pengembangan dan


Pemberdayaan Masyarakat , Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2007

Diakses dari https://agricsoc.faperta.ugm.ac.id/2019/02/07/gender-dan-pembangunan/


pada tanggal 12 Sep. 20 pukul 07.28

Christiany juditha, Gender dan Seksualitas dalam Kontrusksi Media Massa, diakses
melalui http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/45-70-1-SM.pdf pada 11 September
pukul 17.51

Diakses dari https://agricsoc.faperta.ugm.ac.id/2019/02/07/gender-dan-pembangunan/


pada tanggal 12 Sep. 20 pukul 07.28

Tri Handayani, Isu Gender: Potret Relasi Masa Lampau. At a Glance, Edisi 2 No. 1,
Juni 2013, hal 13

Muzakkir, Membincang Relasi Gender Dalam Perspektif Komunikasi¸diakses dari


http://jurnal.utu.ac.id/jsource/article/download/917/742 pada 12 September pukul
08.15
Rinaldi Ridwan, Pemaknaan Khalayak terhadap Relasi Gender Heteroseksual pada
Konteks Intimacy dalam Iklan; Studi pada Iklan Axe ‘Call Me’, Mahasiswa FISIP UI,
2008

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/765/jbptunikompp-gdl-elanurlail-38247-10-
unikom_e-3.pdf diakses pada 13 September pukul 13.03

Diakses dari https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/772/jbptunikompp-gdl-


muhamamdhi-38562-8-unikom_m-n.pdf pada tanggal 12 September pukul 08.25

Diakses dari http://eprints.umm.ac.id/43083/3/BAB%20II.pdf pada tanggl 13 Sep. 20


pukul 15.16

Bahua, Mohammad Ikbal, Kinerja Penuluh Pertanian¸Yogyakarta: Deepublish, 2016

Anda mungkin juga menyukai