Dosen Pengampu :
Oleh :
2020/1441 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyuluh Agama Islam wajib dimiliki bagi seorang kelompok sasaran atau
kelompok binaan. Kaitannya adalah untuk pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan
berdasarkan keputusan Menteri Koordinator Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 54 tahun 1999 tentang jabatan fungsional
Penyuluh Agama dan angka kreditnya. Kelompok sasaran adalah kelompok yang
didasarkan atas wilayah dan jamaahnya yang sifatnya sementara. Sedangkan
kelompok binaan sifatnya relatif lebih lama. Sebagai salah satu unsur pokok dalam
kegiatan bimbingan dan penyuluhan adalah adanya kelompok sasaran atau kelompok
binaan yang berada di bawah lingkungan kerja atau wilayah kerja penyuluh agama
islam.
Kelompok Sasaran adalah bagian tidak terlepaskan atau tidak terpisahkan dari
pencapaian tujuan bimbingan dan penyuluhan pada masyarakat yang dilakukan oleh
penyuluh agama. Kelompok sasaran menurut sudut pandang tugas seorang penyuluh
agama itu harus ada, karena tanpa kelompok sasaran seorang penyuluh agama dalam
melaksanakan tugas tanpa target dan tujuan yang jelas sehingga apa yang telah
dilaksanakan tidak akan membawakan hasil yang telah di tetapkan.
B. RUMUSAN MASALAH
2. Masyarakat apa saja yang termasuk kepada sasaran penyuluhan sosial dan
agama?
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Penyuluhan dalam arti umum berarti ilmu sosial yang mempelajari sistem
dan perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang
lebih sesuai dengan apa yang diharapkan. Penyuluhan adalah proses perubahan sosial,
ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua
“stakeholders”,melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar terjadi
perubahan perilaku pada diri setiap individu dan masyarakatnya untuk mengelola
kegiatan yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan yang baik,
dan semakin sejahtera secara berkelanjutan.1
Tujuan akhir yang ingin dicapai dari penyuluahan agama pada hakekatnya
ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai
agamanya secara memadai yang ditunjukkan melalui pengamalannya yang penuh
komitmen dan konsisten disertai wawasan multi cultural, untuk mewujudkan tatanan
kehidupan yang harmonis dan saling menghargai satu sama lain.
1
Risma Jayanti, Penyuluhan. Diakses dari https://rismajayanti.wordpress.com/2012/01/15/penyuluhan/ pada
tanggal 12 september 2020, pukul 19.11
berubahlah keadaan umat itu kepada yang lebih baik, untuk memperoleh kebahagiaan
di dunia dan di akhirat.2
a. Masyarakat Pedesaan
3
Isyal, Peran Penyuluh Agama, diakses dari https://isyal17student.wordpress.com/penyuluhan/agama/peran-
penyuluh-agama// pada tanggal 12 september 2020 pukul 19.24
4
Pusat Penyuluhan Sosial Kementrian Sosial Republik Indonesia , E-book panduan Penyuluhan sosial..
http://puspensos.kemsos.go.id/uploads/topics/15826079726590.pdf diunduh pada tanggal 13 september pukul
16.19
Proses Bimbingan dan Penyuluhan Islam pada masyarakat desa adalah:
b. Masyarakat Transmigrasi
c. Masyarakat Perkotaan
Menganilisis data
Urgensi Need Assessment adalah untuk mengetahui siapa yang menjadi target
program kita, dari kita sebagai pembuat program dari sisi masyarakat.
a) Fungsi Assessment
5
Rusfan rusmaladi, Penyuluhan sosial, 2011. Diakses sari https://www.scribd.com/doc/47468309/Penyuluhan-
Sosial/ pada tanggal 13 september 2020 pukul 16.23
Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.6
1. Persiapan
2. Pengumpulan Data
6
Jurnal metode penyuluhan , (http://id.portalgaruda.org/?
action=search&ref=browse&jsearch=metode+penyuluhan&button2=search+journal
%2Fbooknyuluhan&button=Search+Document diakses pada tanggal 13 september 2020 pukul 19.02 )
a) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan.
b) Menentukan sampel.
e) Melakukan analisis.
D. Relasi Gender
a) Pengertian Gender
Baron dan Byrne (2004) mengungkapkan bahwa elemen identitas pribadi yang
paling krusial adalah penggolongan diri seseorang, apakah sebagai perempuan atau
laki-laki. Dalam ratusan cara, sejak seseorang dilahirkan, akan seslalu diingatkan
mengenai gender, dapat melalui nama pertama, cara berpakaian, cara berperilaku,
bahkan hingga cara orang lain merespons.
Gender itu sendiri menurut Fakih (2013) merupakan suatu sifat yang melekat
pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dibentuk, disosialisasikan, diperkuat,
bahkan dikonstruksi secara sosial ataupun kultural, baik melalui keagamaan maupun
Negara. Hal ini berarti sebuah konsep gender merupakan sebuah label
atau judgment terhadap jenis kelamin tertentu yang dikonstruksi secara sosial dan
tergantung budaya yang ada di masyarakat tersebut. Lebih lanjut Mosse (2007)
7
Dr. Zubaedi, M. Ag. , M. Pd.,Wacana Pembangunan Alternatif: Ragam Perspektif Pengembangan dan
Pemberdayaan Masyarakat ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2007)
mengungkapkan bahwa gender merupakan jalan yang menjadikan seseorang maskulin
atau feminin, yang merupakan gabungan blok-blok bangunan biologis dasar dan
interpretasi biologis oleh kultur kita, serta merupakan seperangkat peran, yang
menyampaikan kepada orang lain bahwa seseorang tersebut feminin atau maskulin.8
Dahulu wanita mungkin hanya dijadikan konco wingki dan dianggap tidak
mampu untuk memenuhi nafkah keluarga. Namun, seiring perkembangan jaman dan
semakin meningkatnya kebutuhan-kebutuhan rumah tangga, seorang istri dapat
melakukan pekerjaan sampingan yang dapat membantu ekonomi keluarga dan tanpa
meninggalkan kewajibannya mengurus rumah tangga. Hal ini merupakan pembuktian
yang cukup nyata mengenai keterlibatan wanita dalam pembangunan, karena ia mulai
turut berpartisipasi meningkatkan ekonomi keluarga, sebagai subjek pembangunan.
b) Relasi Gender
Relasi gender antara laki-laki dan wanita telah melewati sejarah yang panjang.
Sepanjang sejarahnya tidak sedikit terjadi penyelewengan terhadap arti
kesamaan/kesetaraan antara laki-laki dan wanita, baik yang dilakukan kaum laki-laki
maupun wanita yang lebih dikenal dengan sebutan kaum Feminisme. Di satu sisi
banyak pihak yang memahami bahwa Islam menempatkan kedudukan wanita lebih
rendah dari pada laki-laki. Islam juga dianggap telah memberikan keistimewaan
kepada laki-laki dalam hak-hak individual dan sosial yang tidak diberikan kepada
wanita. Namun hakikatnya tidaklah demikian, karena dalam Islam baik laki-laki
maupun wanita memiliki hak serta kewajiban yang sama.11
10
Diakses dari https://agricsoc.faperta.ugm.ac.id/2019/02/07/gender-dan-pembangunan/ pada tanggal 12 Sep. 20
pukul 07.28
11
Tri Handayani, Isu Gender: Potret Relasi Masa Lampau. At a Glance, Edisi 2 No. 1, Juni 2013, hal 13
12
Muzakkir, Membincang Relasi Gender Dalam Perspektif Komunikasi¸diakses dari
http://jurnal.utu.ac.id/jsource/article/download/917/742 pada 12 September pukul 08.15
Dalam relasi gender terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi daya tarik
secara umum. Tanpa adanya daya tarik, relasi tidak akan terjadi dan berkembang.
Faktor ini antara lain kesamaan yang dirasakan antar individual, kedekatan
(proximity), lingkungan fisik yang nyaman, dan ketertarikan secara fisik. Faktor ini
adalah yang mendorong individu merasa tertarik kepada orang lain (Reeder, 2000:
332). Namun McCrosky dan McCain mengungkapkan tiga tipe daya tarik dalam
studinya mengenai daya tarik seseorang pada orang yang asing yang mencakup social
attraction, task attraction, dan physical attraction. Menurut mereka dalam hubungan
antar pribadi, daya tarik antar pribadi muncul dalam bentuk yang multidimensional
(McCrosky & McCain, 2000: 261)13
c) Khalayak Sasaran
2) Khalayak sebagai orang yang ditujukan. Hal ini merujuk kepada untuk
siapa konten dibuat.
PENUTUP
16
Diakses dari http://eprints.umm.ac.id/43083/3/BAB%20II.pdf pada tanggl 13 Sep. 20 pukul 15.16
17
Bahua, Mohammad Ikbal, Kinerja Penuluh Pertanian¸(Yogyakarta: Deepublish, 2016) Hal. 133
masyarakat sehingga kita memerlukan data dari suatu tempat sebelum timbulnya
permasalahan sehingga kita bisa membandingkan dengan data pasca terjadinya
permasalahan dimasyarakat dan kita dapat mengambil keputusan / kebijakan terhadap
permasalahan yang terjadi di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Syekh Nurjati, Riset Penyuluhan Agama Di Kecamatan Tengah Tani Cirebon, pdf.
Diakses dari http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB11413363056.pdf/
pada tanggal 12 september 2020 pukul 19.18
Isyal, Peran Penyuluh Agama, diakses dari
https://isyal17student.wordpress.com/penyuluhan/agama/peran-penyuluh-agama//
pada tanggal 12 september 2020 pukul 19.24
Christiany juditha, Gender dan Seksualitas dalam Kontrusksi Media Massa, diakses
melalui http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/45-70-1-SM.pdf pada 11 September
pukul 17.51
Tri Handayani, Isu Gender: Potret Relasi Masa Lampau. At a Glance, Edisi 2 No. 1,
Juni 2013, hal 13
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/765/jbptunikompp-gdl-elanurlail-38247-10-
unikom_e-3.pdf diakses pada 13 September pukul 13.03