Anda di halaman 1dari 12

DAKWAH PENCERAHAN

DAN MEMBANGUN
KELUARGA INDONESIA
Disusun oleh :
• Anis nur Octaviani
• Cantika Awalya
• Melsa Racita Nur Hapidzah
• Meida Tri Prasasti
• Tiara Silmi Anfusi
DAKWAH PENCERAH UN TUK MEMBANGUN
KELUARGA DI INDONESIA
1. KONVERSI AGAMA KARENA KEMISKINAN
Desa Tonasa merupakan salah satu desa yang vterdapat di kec. Tombolo kab. Gowa, Sulawesi
Selatan. Ada sebuah kampung, yaitub Balangbuki. Tingkat Pendidikan disana masih tertinggal
dimana masyakatnya kebanyakan hanya lulusan sekolah dasar (SD).
Kristen yang berada disana lebih banyak mempergunakan ekonomi untuknmempengaruhi umat
islam supaya tertarik pada agamanya, dan meninggalkan agama islam.
Jumlah jemaat gereja bala keselamatan adalah 35 orang, 10 diantaranya merupakan konvrsi agama.
Hal ini disebabkan karena pada saat itu masyarakat mengalami kesulitan pada ekonomi yang
akhirnya dibantu oleh gereja-gereja setempat.
Berdasarkan diskusi terhadap kasus tersebut bahwa kemiskinan secara Bahasa dipahami sebagai tidak berharta,
serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Tidak dapat dipungkiri bahwa kemiskinan merupakan
penyakit yang amat berbahaya bukan hanya bagi negara tetapi juga bagi keselamatan dan keutuhan akidah. Bagi
negara,kemiskinan menjadi musuh. Selama kesmiskinan masih menjamur, sebuah negara sulit meraih kemajuan.
Harga diri dan konfidensinya turun dihadapan bangsa-bangsa lain. Bagi agama, kemiskinan menjadi musuh yang
mendehumanisasi manusia. Kemiskinan menyebabkan kekufuran.
Doktrin pemihakan terhadap pemberdayaan fakir miskin, dalam Muhammadiyah dikenal dengan istilah teologi
Al-Ma’un. Apaitu teologi Al-Ma’un? Dikisahkan bahwa kiai Hj. Ahmad Dahlan(1868-1923), pernah membuat
murid-muridnya bertanya-tanya keheranan saat memberi pelajaran tafsir karena menafsiskan surat Al-Ma’un
secara berulang-ulang tanpa dtemukannya surah lain, dahlan sebenarnya sedang munguji kepekaan batin para
muridnya. Para muridnya paham bahwa Al-Qur’an tidak saja menyangkut dimensi kognitif, tetapi sebagai
pedoman sebagai aksi social mulailah pada saat itu para murid mencari orang-orang miskin dan anak yatim
disekitar Yogyakarta untuk disantuni dan diperhatikan lalu berdirilah Panti Asuhan dan Rumah sakit PKU pada
tahun 19233.
2. keluarga sebagai pondasi bangsa Indonesia
Mukti Ali mengatakan, kalua ada orang bertanya kepada saya bagaimana cara membangun negara yang kuat, maka pertanyaan
itu akan saya jawab bahwa untuk membangun negara yang kuat maka bangunlah keluarga yang kuat. Kalau orang bertanya
kepada saya bagaimana cara membangun negara yang Makmur, maka pertanyaan itu akan saya jawab bahwa untuk
membangun negara yang Makmur maka bangunlah negara yang Makmur. Kalau ada orang bertanya kepada saya bagaimana
cara membangun negara yang Bahagia maka pertanyaan itu akan saya jawab bahwa untuk membangun negara yang Bahagia
maka bangunlah kekuarga yang Bahagia. Rumah tangga adalah merupakan unit terkecil dari negara. Oleh karena itu dalam
pembangunan negara itu, rumah tangga harus mendapat perhatian yang istimewa. Ungkapan Mukti Ali sebagaimana tetera
diatas, dapat dipahami begitu pentingnya posisi keluarga dalam bernegara. Keluarga bagaikan miniatur sebuah negara.
Dalam PHIWM dijalaskan bahwa keluarga merupakakn tiang utama kehidupan umat dan bangsa tempat sosialisasi nilai-nilai
yang paling intensif untuk mewujudkan keluarga sakkinah. Fungsi keluarga adalah untuk tempat sosialisasi nilai-niali,
kaderisasi, keteladanan kehidupan islami.
Untuk itu PHIWM memberikan pedoman bahwa aktivitas keluarga agar diarahkan untuk mendidik anak, menciptakan suasana
yang harmonis, menunjukan penghormatan dan perlakuan yang ihsan, memiliki kepedulian social, membangun hubungan
sosial pelaksaan sholat dalam kehidupan keluarga.
3. Konsep keluarga ideal menurut islam(keluarga sakkinah)
Landasan pembutukan keluarga sakkinah menurut Aisyiyah adalah berlandasan pada tauhid, yaitu adanya
kesadaran bahwa semua proses dan keadaan kehidupan kekeluargaan harus berpusat pada Allah SWT(firman
Allah dalam surah Al-Baqoroh:284)
Asas-asas untuk membangun keluarga sakkinah:
a. Asas karomah insanniyah
b. Asas pola hubungan kesetaraan
c. Asas mawaddah war rohmah
d. Asas keadilan
e. Asas pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera dunia dan akhirat
Tujuan pembentukan keluarga sakkinah menurut aisyiyah adalah pada prinsipnya terdapat 2 tujuan utama
pembentukan keluarga sakkinah yang terkait dengan eksistensi kemanusiaan dan kemasyarakatan. Kedua tujuan
tersebut merupakan sarana terealisasinya misi utama kehadiran manusia didunia yaitu misi ubudiyyah dan
kekhalifahan. Kedua tujuan utama itu adalah mewujudkan insan bertakwa dan masyarakat berkemajuan.
Insan bertakwa adalah manusia yang terkembang semua potensi-potensi kemanusiaannya secara optimal,
sehingga menjadi pribadi muslim yang utuh potensinya(potensi tauhiddiyah, kekhalifahan, ubuddiyah,
jasaddiyah dan aqliyah).
Untuk mewujudkan masyarakat yang berkemajuan memerlukan kehadiran satuan-satuan keluarga sakkinah
sebagai modal terwujudnya qaryah thayibah adalah suatu perkampungan atau desa/kelompok dimana warganya
yang beragama islama menjalankan ajaran islam secara baik dalam hablun minallah dan hablun minnanas dalam
segala ospek sehingga terwujudnya masyarakat islam yang maju dan bermartabat.
Karakteristik qaryah thayyibah
1. Masjid atau tempat ibadah berfungsi sebagai pusat ibadah, pelayanan sosial dan menjadi pusat kegiatan
masyarakat
2. Masyarakat memiliki tingkat Pendidikan yang maju
3. Masyarakat memiliki berbagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warganya
4. Masyarakat memiliki derajat kesehatan yang tinggi
5. Msyarakat memiliki hubungan sosial yang harmonis
6. Masyarakat memiliki kepedulian sosial yang tinggi
7. Masyarakat memiliki kesadaran hukum dan politik yang tinggi
8. Masyarakat memiliki kehidupan kesenian dan kebudayaan yang islami yang tidak bertentangan dengan ajaran
islam
9. Masyarakat mampu memanfaatkan teknologi dan informasi yang ada untuk kemajuan dan kemakmuran
masyarakat.
POTRET KELUARGA INDONESIA

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada maret 2017 jumlah penduduk miskin, yakni
penduduk dengan pengsluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskina di Indonesia
mencapai 27,77 juta orang (10,64% dari jumlah total penduduk).
Disamping kemiskinan yang makin tinggi kesenjanganpun turut melebar ekstrem.
Penguasaan ekonomi kini makin terkonsentrasi pada kelompok super kaya, yang jumlahnya
sangat kecil.
KONSEP DAN STRATEGI DAKWAH PENCERAHAN

Dalam KBBI, dakwah diartikan sebagai penyiaran agama dan pengembangannya dikalangan
masyarakat, seruan untuk memeluk, mepelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Muhammadiyah
memahami kata dakwah sebagai panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah, yaitu
jalan menuju islam.
Muhammadiyah antara lain mengajukan konsep dakwah sosial dan dakwah ekonomi. Dakwah sosial
adalah kegiatan dakwah dalam bentuk kegiatan-kegiatan sosial keagamaan yang tidak hanya berupaya
memperkuat pemahaman keagamaan masyarakat terkait dengan hal-hal ibadah mahdlah, melainkan juga
kegiatan yang memberikan ruang bagi mereka untuk memperkuat kohesi sosialnya. Sedangkan dakwah
ekonomi adalah dakwah yang berorientasi melakukan pendampingan di bidang ekonomi dengan tujuan
meningkatkan kesejahterahan masyarakat miskin atau kelompok bawah.
DAKWAH PENCERAHAN SEBAGAI SOLUSI
STRATEGIS KELUARGA INDONESIA
BERKEMAJUAN
Dakwah pencerahan untuk keluarga Indonesia berkemajuan adalah
dakwah yang seimbang antara aspek lahir dan aspek batin, aspek
duniawi dan ukhrawi. Dalam hal ini Muhammadiyah
mengelompokkan materi dakwah kepada empat kelompok ajaran
islam. Yaitu: Aspek akidah, ibadah, akhlak dan muamalah.
Dakwah pencerahan juga bertujuan untuk mencerahkan akidah
islamiyah, diharapkan akidahnya bersih dari kekufuran,
kemusyrikan, tahayyul dan khurafat serta terhindar dari taqlid dan
fanatisme
POTRET DAN MASALAH KELUARGA DUAFA

Keluarga miskin tentu mengalami masalah besar dalam


mencapai tujuan pembentukan keluarga. Dan bahkan fungsi-
fungsi normal kelarga, bagi mereka adalah sesuatu yang nyaris
tidak terlaksana. Misalnya terjadinya kesulitan dalam
menjalankan fungsi sosial, fungsi pendidikan, dan fungsi
keagamaan. Disinilah peran dakwah pencerahan dapat
mengambil peran yang lebih strategis.
PENDEKATAN DAKWAH PENCERAHAN UNTUK
KELUARGA DUAFA
Strategi dakwah pemberdayaan bisa dilakukan melalui tiga cara: melalui
pengembangan sumber daya manusia, pengembangan ekonomi dan karitas
dalam artian terpenuhinya kebutuhan pokok.
Dalam pandangan Muhammadiyah kelompok masyarakat duafa sebetulnya
mengalami deprivation trap, yaitu perangkap kemiskinan yang terdiri dari
lima unsur yaitu kemiskinanitu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan atau
isolasi, kerentanan dan ketidakberdayaan.

Anda mungkin juga menyukai