Abstract
Are we fulfilling our commitment to children? That is the question
asked in investing in the children of the islamic world. Islam views
childhood with hope and aspiration, seeing it as something to look
forward to, seek and long for. When it is achieved, the fruit reaped is
happiness of the soul, delight of the heart and elation of the chest.
Islam underscores how the care, protection and development of
children is central to islam. There are main elements of the children
are: to provide schools with the freedoms to deliver an excellent
education in the way see fit. To enhance accountability frameworks to
to ensure that head teachers are held properly accountable for the core
educational goals of attainment and closing the gap between rich and
poor. Finally, it is excep standards across the education sector to rise
through the creation of more academies and giving more freedom to
head teachers and teachers. We will also ensure that money follows
pupils, and introduce a ’pupil premium’ so that more money follows
the poorest pupils.
1
Dosen IAIN Sorong
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
I. PENDAHULUAN
Indonesia adalah sebuah negara yang plural.pluralitas Negara
Ras, Suku, bahasa (daerah), adat istiadat dan agama Bangsa Indonesia2.
Bisa jadi keberagaman ini menjadi sebuah kekayaan. namun, Kekayaan ini
jika tidak dikelola dengan baik dapat menjadi ancaman yang berakibat
problem ini.
Ambon, Poso, Sampit, Aceh sampai kasus dukun santet di Jawa Timur,
Agama adalah objek yang paling gampang untuk dijadikan kambing hitam.
2
Lihat Selengkapnya pada Suara Merdeka, Agama, Negara, Toleransi dan Pluralisme, “Tajuk Rencana” Edisi
Sabtu 24 November 2001
3
Lihat Eddy M. Sianturi, Konflik Poso dan Resolusinya, (Jakarta: Balitbang Departemen Pertahanan 2005). Lihat Pula
Focus Group Discussion, Revitalisasi Kelompok Moderat: Memperkuat Integrasi Sosial pada KomunitasLintas Agama.
(Jakarta: UIN Jakarta, 2008). Bandingkan dengan Sahul Sunda, Kronologi Kekerasan di Indonesia 1996 – 2001.
Cyber_warrior2001@hotmail.com. Minggu, 4 Maret 2001.
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
adalah negara agamis. Dalam arti, tatanan kenegaraan NKRI tidak didasari
oleh ideologi agama atau mazhab tertentu, namun negara dan bangsa
tersingkir dari lubuk bangsa. Di sisi lain bangsa Indonesia memiliki corak
(tenggang rasa) dan gotong royong antar sesama. Oleh karenanya, segala
aliran pemikiran liberal berkedok agama yang dalam banyak hal Tiada
mengatasnamakan agama.
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
akan mampu membuka visi pada cakrawala yang semakin luas, mampu
melintas batas kelompok etnis atau tradisi budaya dan agama. Inilah
dengan begitu akan dapat dijadikan sebagai jawaban atau solusi alternatif
bersifat inklusif.
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
II. PEMBAHASAN
problem sosial. Salah satu problem besar di mana peran agama menjadi
sangat dipertanyakan adalah konflik etnis kultur dan religius, atau yang
dan disalurkan oleh sekolah dari satu generasi kepada generasi lainnya.
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
keagamaan dan moral kepada anak didik; kedua sikap bahwa pendidikan
agama tidak lebih dari sekedar sebagai “hiasan kurikulum” belakang, atau
4
Yayah Khisbiyah, at al, “Mencari Pendidikan yang ,Menghargai Pluralism” dalam Membangun Masa DepanAnak-anak
Kita, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 156-157
5
Hamid, S. Hasan, “Pendekatan Multikultural Untuk Penyempurnaan Kurikulum Nasional”, dalam jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta, Edisi Bulan Januari-November 2000, h. 511
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
Pendidikan agama harus mampu menanamkan cara hidup yang lebih baik
manusia yang dinamis dan syarat perkembangan karena itu perubahan atau
6
Sumartana at al., Pluralisme, Konflik, dan Pendidikan Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 239
– 240
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
pasca modernisme”.
menjadi bagian integral dan harus dikuasai serta menjadi bagian dari
oleh setiap peserta didik. Tentunya, kesadaran tersebut tidak lahir begitu
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
kepada semua aktivitas untuk berbicara atau mengkritik tentang apa saja,
tersebut, sekali lagi merupakan suatu inisiasi yang lahir dari realitas sejarah
integritas keilmuan dan akhlaq ilmuan. Ini yang kemudian melahirkan para
satu sisi, pendidikan agama yang ada hanya menciptakan ahli agama yang
kemanusiaan.
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
refleksi untuk menjadi manusia yang utuh yaitu generasi muda yang tidak
hanya pandai tetapi juga bermoral dan etis, dapat hidup dalam suasana
kurikulum sebagai proses ini yaitu; (1) posisi siswa sebagai subjek dalam
belajar, (2) cara belajar siswa yang ditentukan oleh latar belakang
adalah entry behaviour kultur siswa, (4) lingkungan budaya siswa adalah
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
lagi ditujukan pada siswa secara individu menurut agama yang dianutnya,
agamanya, maka diusulkan agar lebih baik bila setiap siswa SMP-PT
inklusif.8
dalam pendidikan agama”. Dalam hal ini, kalau selama ini praktek di
yang dimiliki dan didambakan oleh orang lain di luar diri dan kelompoknya
sendiri jadi materi pendidikan agama lebih berfokus dan sibuk mengurusi
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
kepentingan kehidupan bersama, mau tidak mau, kita harus rela untuk
rupa dan flavorable untuk semua tingkatan dan jenjang pendidikan. Namun
demikian, pada level sekolah dasar dan menengah adalah paling penting
sebab pada tingkatan ini sikap dan perilaku peserta didik masih siap
secara langsung antara para pembuat kurikulum penulis text book dan guru.
mengubah filosofi kurikulum dari yang berlaku seragam seperti saat ini
kepada filosofi yang lebih sesuai dengan tujuan, misi, dan fungsi setiap
9
M. Amin, Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historitsitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 13-16
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
mencakup pula nilai, Moral, prosedur dan keterampilan yang harus dimiliki
generasi muda.
boleh lagi hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang
free, tetapi harus pula didasarkan pada teori belajar yang menempatkan
siswa sebagai makhluk sosial, budaya, politik, dan hidup sebagai anggota
aspirasi politik.
aspek kemampuan dan kepribadian peserta didik, sesuai dengan tujuan dan
beragam sesuai dengan sifat tujuan dan informasi yang ingin dikumpulkan.
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
pengajaran agama harus segera dirubah dengan model baru yang lebih
mengalir dan komunikatif. Aspek perbedaan harus menjadi titik tekan dari
didik merupakan “manusia yang unik” (human uniqe), karena itu tidak
bernuansa SARA seperti yang sering terjadi di Indonesia ini adalah akibat
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
untuk bisa bergaul dan bersosialisasi diri. Justru pendidikan agama dengan
peserta didik berbeda agama dapat dijadikan sarana untuk menggali dan
disuruh merasakan jadi orang yang beragama lain atau atheis sekalipun.
umat Islam juga berbeda pendapat dan bertengkar. maka dalam hal ini
semua pendapat itu sama-sama memiliki argumen dan wajib bagi kita
harus diikuti oleh peserta didik, pilihan mazhab terserah kepada mereka
masing-masing.
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
masing-masing.
hal itu adalah sesuatu yang absurd dan agak menghianati tradisi suatu
mempunyai sisi ideal secara filosofis Dan teologis, Dan inilah yang
tetap bertahan, jika mereka mencari dasar rasional atas keimanan mereka.
Akan tetapi, agama juga mempunyai sisi real, ya itu suatu agama
dari sudut pandang sebagai sesuatu yang memalukan. Oleh karena itu,
agama lain yang hendak dibandingkan, dan realitas agama baik yang agung
atau yang memalukan dengan realitas agama lain yang agung atau
memalukan itu dengan demikian, akan dapat terhindar dari suatu penilaian
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
III. PENUTUP
kepada anak didik; 2) sikap bahwa pendidikan agama tidak lebih dari
empati, simpati dan solidaritas terhadap sesama. Maka, dalam hal ini,
tentang isu pluralitas. Dari sinilah kemudian kita akan mengerti urgensinya
agama.
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL KEPENDIDIKAN
Al Riwayah
JURNAL KEPENDIDIKAN