Pendahuluan
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi massa Islam yang
terbesar di Indonesia. Organisasi yang didirikan pada tahun 1926 oleh sejumlah
ulama dan pengusaha di Jawa Timur.1 Pada awalnya Nahdlatul Ulama merupakan
Istilah Islam Progresif merupakan istilah yang relatif baru, dalam kajian Islam
kotemporer sering digunakan oleh para akademisi dan aktivis sejak beberapa tahun
terhadap kaum tertindas dan pluralisme. Dalam konteks Indonesia, sejumlah tokoh
seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Nurcholish Madjid (Cak Nur) sering
juga dimasukkan dalam tokoh pemikir Islam progresif. Demikian juga lembaga
Melayu – Nusantara sekitar abad 13 dan ada pendapat lain sekitar abad 14. Jika kita
1
Martin van Bruinessen, NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru
(Yogyakarta, LkiS, 1994), 17.
2
Budhy Munawar-Rahman, Sekulerisme, Liberalisme, dan Pluralisme: Islam Progresif
dan Perkembangan Diskursusnya (Jakarta, Grasindo, 2010), 13.
1
telusuri perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia jauh ke masa lampau, akan
sampai pada penemuan sejarah, bahwa pondok pesantren adalah salah satu bentuk
bercorak tradisional, lebih unik dan “Indigenous Culture” atau bentuk kebudayaan
santrinya yang nanti setelah lulus bisa diabdikan dalam kehidupan bermasyarakat.
seperti misalnya tentang toleransi dan pluralisme. Hal tersebut bertentangan dengan
MUI (Majelis Ulama Indonesia), lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yaitu
MUI, mengeluarkan fatwa haram untuk pluralisme.4 Tetapi ada perbedaan pendapat
tentang fatwa haram mengenai pluralisme itu di kalangan umat Islam dan NU
Pondok pesantren Edi Mancoro adalah salah satu dari pondok pesantren
NU, yang didirikan oleh KH Mahmud Ridwan (beliau adalah sahabat dari
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur), yang berdiri pada 25 Desember 1989. Pondok
3
Dawam Rahardjo (Editor), Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), 1.
4
Rumadi Ahmad, Fatwa Hubungan Antaragama di indonesia (Jakarta, Gramedia
Pustaka Utama, 2016), 172....lihat juga Fatwa MUI No.07/MUNAS VII/MUI/II/2005.
2
harmonisasi, integralisasi, pribumisasi dimensi religius kemasyarakatan,
Indonesia. Bangsa Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk
yang banyak dan terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, agama, kebudayaan dan
Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang majemuk. Jumlah penduduk yang besar
dan juga keanekagaman itu membuat Indonesia disatu sisi kaya akan potensi untuk
perkembangan dan pembangunan bangsa, disisi lain potensi juga untuk terjadinya
bangsa Indonesia ini pernah terjadi diberbagai faktor kehidupan ini, diantaranya
terjadi pada tahun 1999, yang bekasnya masih terasa pada masa sekarang ini.7
5
https://ppedimancoro.wordpress.com/ ... diakses tanggal 20 Juni 2016.
6
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1267 ... diakses tanggal 01 Oktober 2016.
7
http://sejarah-kelam-indonesia.blogspot.com/2015/01/kerusuhan-ambon-dan-poso-
1999.html, diakses tanggal 1 Oktober 2016.
3
Kerusuhan di Situbondo Jawa Timur, kerusuhan anti Kristen dan penduduk
ibadah baik itu gereja, masjid, vihara, dan sebagainya. Pembakaran dan
bahkan ada korban nyawa. Penyerangan terhadap Ahmadiah yang sering terjadi di
Perpecahan dan perkelaian antara Sunni dan Syiah di tanah Arab juga terbawa
Kalimantan, antara etnis Dayak dan Madura, yang dimulai pada tanggal 18
Februari 2001, menelan banyak kurban jiwa.10 Kerusuhan antara etnis Bali dan
Tarakan Kalimantan Timur antara etnis Dayak dan Bugis pada 26 September
klaim mayoritas dan minoritas baik itu klaim mayoritas agama, suku. Kerusuhan
8
Ibid.
9
Sidney Jones, Sisi Gelap Demokrasi: Kekerasan Masyarakat Madani di Indonesia
(Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2015), 25.
10
http://saufiandaris.blogspot.com/2015/02/sejarah-perang-dayak-vs-madura.html,
diakses tanggal 1 Oktober 2016.
11
Ibid.
4
lain juga yang disebabkan oleh kepemimpinan bangsa ini yang dipahami oleh orang
Jawa biasanya harus dari orang Jawa yang mayoritas, budaya pan jawaisme.
Dalam bidang ekonomi dan politik yang berbeda-beda rentan juga terjadi
terjadi antara yang kaya dan miskin, pekerjaan yang terhormat dan yang hina, krisis
ekonomi yang terjadi, dan sebagainya. Dalam hal politik adanya perbedaan partai
kekerasan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara ini. Banyak kekerasan yang
terjadi Indonesia ini yang mengatasnamakan agama. Tidak bisa dipungkiri juga
bahwa masalah yang terjadi yang mengancam disintegrasi bangsa Indonesia ini
tertentu atau yang mempunyai kepentingan tertentu dengan memakai isu SARA.
kerusuhan-kerusuhan dan sampai pada disintegrasi bangsa ini. Untuk itu toleransi
antar umat beragama diperlukan oleh bangsa yang multi dimensi ini. Ketika
masyarakat yang multi dimensi ini salah dalam pengurusan negara, maka
12
Abdul Qodir Shaleh, Agama Kekerasan (Yogyakarta: Prismasophie, 2003), 24-27.
5
itu, sebuah pemahaman tentang pluralisme dan sikapnya terhadap agama yang lain
Umat Islam yang adalah mayoritas tentu mempunyai sumbang sih yang
yang diharapkan menjadikan tempat pendidikan sebagian umat Islam yang bisa
menjadi agen-agen dari perdamaian. Sehingga apa yang diajarkan oleh para Kyai
dan pengasuh pesantren itu kepada para santrinya mempunyai kedudukan yang
penting dalam hal ini. Pondok Edi Mancoro yang ada di Kabupaten Semarang
(tetapi secara geografis dekat dengan Salatiga) ini diharapkan menjadi salah satu
tempat pendidikan yang baik bagi para santri. Penulis akan memfokuskan penelitian
pada pondok Edi Mancoro ini, terutama pada sikap santri dalam memandang
6
1.3. Manfaat Penelitian
dunia akademik. Pengetahuan ini diharapkan akan menjadi bahan kajian akademik
bagi para civitas pendidikan di Indonesia. Bagi lembaga sosial dan gereja,
penelitian ini diharapkan oleh penulis bisa menjadi tempat saling belajar
Indonesia mempunyai tokoh yang sangat disegani dalam hal pluralisme, dan
pada saat beliau sudah meninggal, beliau dikenal sebagai bapak pluralisme di
Indonesia, beliau yaitu Abdurrahman Wahid atau yang sering dikenal dengan Gus
Dur. Bahkan ketika penguburan beliau yang dipimpin oleh Susilo Bambang
Yudhoyono (presiden waktu itu), menyebutkan Gus Dur sebagai bapak pluralisme
Indonesia. Majalah Kompas, Kamis, 7 Januari 2010 menobatkan Gus Dur sebagai
bapak Pluralitas. Penulis beranggapan sangat penting untuk melihat teori beliau
Gus Dur menempatkan pluralisme sebagai sesuatu yang sangat penting bagi
bangsa Indoenesia yang majemuk ini, untuk itu beliau menempatkan Pancasila dan
UUD 1945 sebagai jangkar pemersatu bangsa. Adanya gerakan dari sebagian umat
Islam yang menginginkan Indonesia ini menjadi negara Islam adalah perlu
diluruskan. Penghapusan 7 kata dalam Pancasila, yaitu yang berisi kewajiban umat
atau agama yang dikhususkan, tidak ada diskriminasi agama. Perjalanan sejarah
7
bangsa yang demikian ini membuat Gus Dur berpikir untuk menanamkan
pluralisme dalam bangsa Indonesia. Keragaman ini harus dilestarikan dan Islam
adalah sebuah ajaran agama bukan sebuah negara.13 Gus Dur juga menolak bahwa
Penulis disini juga akan melihat jugat teori pluralisme yang dikemukakan
oleh Jeremy Menchik yang mewakili penulis luar Indonesia. Jeremy Menchik lebih
Jeremy Menchik mengatakan bahwa Indonesia ini bukanlah negara agama, namun
juga bukan negara sekuler. Supremasi hukum di Indonesia harus dipahami melalui
sudut pandang UUD 1945. Konstitusi, yaitu negara hukum yang menempatkan
Ketuhanan Yang Maha sebagai prinsip utama serta nilai-nilai agama yang
mendasari gerakan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan bukan sebagai negara
yang memberlakukan pemisahan negara dan agama atau hanya memegang prinsip
banyak memberikan peran, terutama dalam menjaga toleransi dan pluralisme dalam
13
Adurrahman Wahid (ed), Ilusi Negara Islam (Jakarta: Wahid Institute, 2009), 16.
14
Adurrahman Wahid, Penafsiran Baru Atas Al-Qur’an. Artikel dari www.gusdur.net,
diakses tanggal 1 Okober 2016.
15
Jeremy Menchik, Islam and Democracy in Indonesia : Tolerance Without Liberalism
(Boston: Cambrige Unersity Press, 2016), 1.
16
Ibid, 5-6.
8
demokrasi dan toleransi? Apa pengaruhnya terhadap kehidupan bersama dalam
penelitian terhadap ormas Islam di Indonesia yang mewakili yaitu Nahdlatul Ulama
Menchik dilakukan dengan survey kepada 1000 tokoh NU, Muhammadiyah dan
Persis. Islam di Indonesia toleran, tetapi menolak campur tangan terhadap iman
agama lain. Sehingga toleransi yang terjadi bukan toleransi yang liberal, tetapi bisa
toleransi dengan yang lain namun disatu sisi tetap menjalankan iman sendiri kepada
Tuhan. Liberalisasi yang diangkat tentang hak individu, namun dalam iman umat
secara individual bisa dibatasi. Kesimpulan bahwa NU di Jawa Timur lebih pluralis
menarik karena dia melihat NU tidak mengalami ancaman oleh misi Kristen di sana.
Itu berarti Menchik berasumsi bahwa pluralisme itu dibangun dari hubungan yang
yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau
17
Ibid, 155-157.
9
kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi.18 Selanjutnya penelitian
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti
dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka. Unit penelitian adalah kelompok
santri pondok pesantren Edi Mancoro dengan kyai dan para pengasuhnya. Disini
ini di tengah-tengah perbedaan sikap umat Islam sendiri. Unit amatan penulis
adalah pondok pesantren Edi Mancoro sendiri dan yang terjadi di dalamnya
termasuk sikap santri terhadap pluralisme. Data ini akan dikumpulkan penulis
lapangan. Lokasi penelitian ini adalah pondok pesantren Edi Mancoro, Dusun
Jawa Tengah.
gambaran tentang situasi dan juga proses yang diteliti. Penulis tidak hanya sekedar
18
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1993),
89.
19
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset, 2007), 6.
10
mengumpukan, menyusun serta mendiskripsikan data yang ada, tetapi juga
pendahuluan. Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan alasan penelitian, dan metode penelitian.
Pada bab II tentang Pluralisme Sebagai Realistas Sosial. Pada bagian ini penulis
akan menguraikan arti pluralisme, teori Gus Dur (Abdurrahman Wahid) sebagai
grand teorinya, menurut penulis mewakili tokoh dari Indonesia dan beragama
Muslim dan juga teori dari Jeremy Menchik, tokoh mewakili penulis luar negeri
Pada bab III berisikan Sikap Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro terhadap
pondok pesantren, sosok pondok pensantren Edi Mancoro, dan hasil penelitian
terhadap sikap santri terhadap pluralisme di Indonesia. Pada bab IV berisikan Santri
Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan. Pada bagian
ini penulis menguraikan analisa dari sikap santri terhadap pluralisme di Indonesia,
20
Hadari Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1982), 30.
21
Deddy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), 180.
11
mengacu pada teori dari Abdurrahman Wahid dan Jeremy Menchik yang telah
terakhir, penulis akan menyimpulkan secara menyeluruh dari penulisan ini, dan
menyikapi pluralisme di Indoensia, melihat sisi positif dari hasil penelitian unuk
kehidupan bersama. Pada akhirnya penulis juga bisa memberikan sumbang sih
pemikiran bagi sikap yang seharusnya diambil oleh orang Kristen dan gereja dalam
12