Anda di halaman 1dari 6

Agama Dan Kebhinekaan

Yuyun Ukhriana/1906390815
University of Indonesia
Email:Yuyun.ukhriana@ui.ac.id

Abstrak
Indonesia adalah negara yang dibangun oleh agama, secara tidak langsung agama
membentuk sistem sosial dan perlahan membentuk sistem masyarakat, sehingga agama tidak
bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat (sosial politik) indonesia. Agama sudah menjadi
budaya yang tidak dapat dipisahkan sekaligus membentuk integrasi dan harmonisasi kehidupan.
Agama di indonesia. Lebih jauh dari itu, agama (khususnya agama islam) telah menjadi alat
pemersatu bangsa.
Potensi strategis yang dimiliki indonesia berupa keragaman tak dapat dipungkiri dapat menjadi
sumber pertahanan kultur dan harmoni sesama warga negara, Bhineka Tunggal Ika telah lama
menjadi rekonstruksi masyarakat indonesia yang plural dan multikultural dalam sejarah
klasiknya. Islam yang hadir di Nusantara menjadi dasar pemersatu, Dalam sudut pandangNya
(Islam), perbedaan adalah sebuah fitrah, yang kemudian di implementasikan oleh umat Islam
Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air, seperti penerimaan Pancasila sebagai
ideologi dan asas negara Indonesia, pancasila adalah gambaran implementasi kebhinekaan di
Indonesia. Artikel ini akan membahas bagaimana Agama mampu menjadi alat integrasi dan
harmonisasi Indonesia, Materi penulisan artikel disarikan dari 1 artikel wajib1
Kata kunci : agama, plural, multikultural, harmoni

Abstract
Indonesia is a country built by religion, indirectly, religion forms a social system and slowly
forms a community system, so that religion cannot be separated from the life of Indonesian
society (socio-politics). Religion has become a culture that cannot enter into the integration and
harmonization of life. Religion in Indonesia. Furthermore, religion (especially Islam) has become
a tool to unite the nation.
Indonesia's strategic potential in the form of diversity can undeniably be a source of cultural
defense and damage to fellow citizens, diversity has long been a reconstruction of plural and
multicultural Indonesian society in its classical history. Islam that is present in the archipelago
has become a unifying basis.In His point of view (Islam), difference is a nature, which is then
1
Naupal, Naupal. (2014). Agama dan Kebinekaan di Indonesia: Membaca Peran Agama
Sebagai Pemertahanan Kultur . Prosiding International Conference" Kebinekaan dan Budaya"
FIB UI Depok, hal. 509-519
implemented by Indonesian Muslims in the life of the nation and land, such as the acceptance of
Pancasila as the ideology and principle of the Indonesian state, Pancasila is a description of
implementation. diversity in Indonesia. This article will discuss how religion can become a tool
for integration and harmonization in Indonesia, the article material is extracted from 1 mandatory
article.
Keywords: religion, plural, multicultural, harmony

Pendahuluan
Keragaman Indonesia di kancah Internasional sudah tidak diragukan lagi, kultur
Indonesia yang begitu multikultural, menjadi hal unik ketika indonesia mampu merawat
keberagamann yang ada. Perbedaan agama, suku, daerah sampai ras dalam sejarahnya telah
diendapkan atau disatukan dalam kesepakatan : satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa yang
dikenal dalam sumpah pemuda, adapun perbedaan tadi diikat oleh bhineka tunggal ika sejak
zaman dahulu.
Konsep “Bhineka Tunggal Ika” telah lama dikenal sebagai identitas negara indonesia, konsep
yang mampu menghimpun masyarakat Indonesia hingga mencapai kemerdekaan di masa
penjajahan. Kalimat itu diadopsi dari Filsafat Nusantara sebagai alat pemersatu atas adanya
keberagaman tadi. Kemajemukan masyarakat Indonesia menjadi daya tarik tersendiri, meskipun
tidak dipungkiri bahwa aspek tersebut juga mempunyai bagian negative yang perlu diwaspadai,
khususnya dalam hal religious diversity. Aspek ini sangat sensitive dan begitu penting,
mengingat setiap agama mempunyai eksklusivitas dogma yang berbeda setiap agama, sehingga
apabila ada salah satu penganut agama menyinggung agama lain, maka efek yang terjadi adalah
anggapan penistaan agama yang telah diatur dalam KUHP 156a dan UU No. 1 PNPS tahun 1965
tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama (selanjutnya disebut UU
Penodaan Agama).
Pasca kemerekaan, dalam sejarah Indonesia peran agama masih begitu strategis karena
hakikatnya agama lahir dari budaya. Banyak komponen-komponen negara Indonesia yang
dipegaruhi agama, dalam artikel ini akan membahas bagaimana kebhinekaan indonesia mampu
bersanding dengan agama, khususnya Islam.
Pembahasan
Kebhinekaan Dalam Islam
Menurut data, Indonesia memiliki beragam agama, agama tersebut terdiri atas islam 87%,
kristen 7% katolik 3% hindu 17% buddha 0,7% dan konghucu 0,05%.. Islam mempunyai peran
penting terhadap terbentuknya negara Indonesia, Kedudukan Islam sebagai agama mayoritas
sudah sejak lama telah menjadi pengikat bagi suku-suku di kepulauan nusantara. Dalam
sejarahnya (agama), dalam banyak pernyataan dianggap sebagai instrumen ketuhanan yang
digunakan untuk memahami konsep dunia. Dibandingkan dengan negara lain, Islam merupakan
agama paling mudah menerima premis tersebut, hal ini karena sifat islam yang “omnipresence”
(hadir dalam segala aspek).
Dalam ilmu sosial modern, agama tidak selalu dikaitkan dengan perpecahan atau konflik,
melainkan ada harmonisasi dan integrasi di sana, dalam Islam Kebhinekaan bukanlah hal baru.
islam sendiri mengajarkan Toleransi, Sebelum adanya The Toleration Act di Eropa (1689), 10
abad sebelum itu islam sudah terlebih dahulu menerapan toleransi terhadap adanya perbedaan.
Dibuktikan dalam piagam madinah yang menyatakan semuka golongan suku dan agama di
Madinah mempunyai hak, kewajiban dan perlakuan yang sama tanpa memaksakan kehendak.

Antara Agama Dan Kebhinekaan Indonesia


Jika dikaitkan dengan konteks perubahan zaman sekarang bagaimana islam memandang
keberagaman. Keragaman budaya atau cultural diversity adalah keniscayaan yang ada di bumi
indonesia. Motto Bhineka Tunggal Ika muncul dan diabadikan dalam sebuah gulungan yang
dicengkram lambang garuda pancasila. Motto ini muncul pada pasal 36A dalam Undang-Undang
Dasar yang menyebutkan bahwa lambang NKRI adalah Garuda dengan Motto Bhineka Tunggal
Ika.2
NKRI dibangun oleh para tokoh Islam, Dewasa ini mengalami banyak problem
kemajemukan dan keragaman, entah antar suku maupun antar agama. Banyak kasus radikalisme
berlatarbelakang agama tampak identik dengan perilaku intoleran terhadap perbedaan, ekstrim
dalam menanggapi masalah dan menjadikan kekerasan sebagai jalan keluar menyelesaikan
masalah. Sampai saat in masih ada sebagian kelompok masyarakat yang belum mampu
menerima arti perbedaan, yang akibatnya perbedaan dipaksakan untuk melebur menjadi satu
pemahaman yang dibangun oleh kelompok tertentu.
Dalam pandangan Gus Dur, kemunculan kelompok-kelompok Islam Radikal belakangan
ini terjadi karena dua faktor. Pertama, karena penganut Islam Radikal ini mengalami kekecewaan
akan “ketertinggalan” umat Muslim terhadap kemajuan Barat dan pengaruh budaya mereka
2
Mahkama konstitusi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta:1999),h81.
terhadap dunia Islam. Kerana ketidak mampuan kelompok radikal ini dalam membendung
pengaruh Barat maka kelompok ini memilih mengunakan tindakan kekerasan sebagai tameng
terhadap meterialistik budaya Barat.
Kedua, kemunculan kelompok-kelompok Islam Radikal ini terjadi karena pendangkalan agama
di kalangan umat Islam. Kelompok ini mencukupkan diri dengan penafsiran keagamaan yang
didasarkan pada pemahaman mereka secara literal atau tekstual. Tidak sedikit dari tokoh-tokoh
kelompok ini yang memiliki hafalan Al Qur‟an dan Hadits dalam jumlah besar dan
mengagumkan. Akan tetapi pemahaman mereka terhadap substansi ajaran dan nilai-nilai Islam
sangat lemah karena tanpa mempelajari pelbagai penafsiran yang ada, seperti kaidah-kaidah
dalam ushul fiqh, maupun variasi penafsiran terhadap teks-teks yang ada.3
Islam memandang sebuah perbedaan sebagi fitrah, pemaksaan terhadap perbedaan
tersebut justru melanggar fitrah Islam, apalagi melakukan kekrasan sebagai bentuk pemaksaan
kehendak menjadi hal kontradiktf dengan makna islam itu sendiri. Menurut bahasa, kata Islam
berarti tunduk, patuh, berserah diri, dan damai. Jadi karakteristik dan watak dasar Islam
sebenarnya adalah gagasan komprehnsif tentang perlunya perdamaian dalam hidup dan
kehidupan manusia. Islam diturunkan sebagai agama untuk tujuan mewujudkan salam
(keselamatan), kedamaian dan perdamaian. 4
Secara positif dan Optimis pada dasarnya Islam begitu memandang manusia dan
kemanusiaan. Dalam pandangan islam, manusia berasal dari nenek moyang yang sama yaitu
adam dan hawa. Meskipun berasal dari rahim yang sama, akan tetapi kemudian manusia menjadi
berbeda suku, kaum, bangsa, negara, lengkap dengan peradaban dan kebudayaan masing-masing.
Semua perbedaan ini kemudian mendorong untuk saling mengenal dan memberikan apresiasi
satu dengan lainnya. perbedaan dalam manusia, menurut pandangan Islam bukan dikarenakan
ras, kulit, dan bangsa, tapi hanya tergantung tingkat ketakwaan masing-masing dan tertulis dalam
al-Hujurat ayat 13.
Dalam konteks hubungan antar agama di Indonesia, adanya pancasila dapat dikatakan
sebagai perwujudan dari keinginan untuk mengembangkan kalimat sawa dalam islam, yaitu
kebijakan yang brsifat win win solution untuk menjembatani perbedaan pendapat dalam
pembentukan pancasila. Hasil penerimaan Pancasila itu, sangat jelas menunjukan bahwa para
pemimpin Islam sangat mengutamakan kerukunan dan integritas nasional dibandingkan hanya
memikirkan kepentingan umat muslim belaka. Dalam pandangan mayoritas umat muslim
Indonesia, penerimaan Pancasila menjadi hadiah terbesar umat Islam untuk menjaga kesatuan
dan keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang majemuk dari segi agama, suku, adat istiadat,
dan lain-lain. 5
Bagi Indonesia, Islam sebagai agama rahmatan lil „alamin merupakan sebuah kekuatan
positif, kreatif, konstruktif, dan inspiratif. Ia mengajarkan bcara menyikapi perbedaan,

3
Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita,(Jakarta: The Wahid Institute,
2006),h.xxviii
4
Faisal Ismail, Republik Bhineka Tunggal Ika: mengurai Isu-Isu Konflik,
Multikulturalisme,Agama, dan sosial Budaya,( jakarta:Puslitbang Kehidupan Beragama, 2012),
h.3.
5
Ed.Elza Peldi Taher, merayakan kebebasan beragama, h.23.
menciptakan perdamaian dan kedamaian, cinta asih, kasih sayang, persaudaraan, persahabatan
dan rasa prikemanusiaan yang mendalam dalam muammalah ma‟an nās.

Demikianlah peran agama yang kuat, sangat mendukung cita-cita Negara ideal. Dalamkonteks
ini Negara dipandang sebagai wadah sekaigus perwujudan nilai-nilai luhur. Itulah alasan
mengapa di Indonesia, demokrasi diberi predikat Pancasila. Karena demokrasi mencerminkan
dan merealisasikan nilai-nilai luhur dan agama.

Penutup
Sudah sejak lama Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi motto bangsa Indonesia, meskipun
tidak lahir dari falsafah keislaman namun jika dikaji lebih dalam ternyata memuat nilai-nilai
yang terkandung dalam Islam. dalam dokrin Islam Perbedaan merupakan sebuah fitrah, sehingga
menjadi kewajiban bagi umat Islam agar tidak menimbulkan konflik yang disebabkan perbedaan
pandangan serta menyikapi perbedaan dengan arif dan bijak. Di Indonesia umat Islam berperan
penting dalam menjaga kebhinnekaan yang ada, hal ini dapat dilihat dari berbagai peran umat
Islam dalam sejarah bangsa dalam merawat kebhinekaan di Indonesia. Perbedaan-perbedaan
yang ada tidak seharusnya disikapi secara negatif, skeptis, atau bahkan anarkis. Perbedaan
merupakan sebuah rahmat Allah yang harus disyukuri, sehingga kehidupan ini lebih berwarna
dan Indah, dan inilah yang diajarkan agama Islam untuk menciptakan baldatun toyyibah.
Daftar Pustaka
Naupal, Naupal. (2014). Agama dan Kebinekaan di Indonesia: Membaca Peran Agama Sebagai
Pemertahanan Kultur . Prosiding International Conference" Kebinekaan dan Budaya" FIB UI
Depok, hal. 509-519
Anwar, Choirul. (2018). Islam dan Kebhinekaan di Indonesia : Peran Agama Dalam Merawat
Perbedaan. International Islamic University Of Islamabad Pakistam. Vol. 4 No. 2
Wahid, Abdurrahman. (2006), Islamku Islam Anda Islam Kita, Jakarta :The Wahid Institute
Ismail, Faisal. (2012), Republik Bhineka Tunggal Ika: Mengurai Isu-Isu Konflik,
Multikulturalisme, Agama dan Sosial Budaya, Jakarta:Puslitbang Kehidupan Beragama.
Taher, Elza Peldi. (2011), Merayakan Kebebasan Beragama, Jakarta: Democracy Project.
Mahkamah Konstitusi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Anda mungkin juga menyukai