Anda di halaman 1dari 11

BAGIAN A

1.

Filsafat Pancasila dalam dinamika wawasan kebangsaan multi cultural. Dari kalimat
pendek tersebut dapat digambarkan bahwa Filsafat Pancasila menjadi sarana edukasi
untuk mengenal dan memahami bangsa Indonesia dalam wawasan kebangsaan dalam
paradigma multi cultural yang merupakan menggambarkan bagaimana keregaman
bangsa Indoensia dalam hal budaya.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, maka Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan
Negara. Sebagai sarana pemersatu bangsa dan Negara Indonesia sudah seharusnya
Pancasila itu sendiri dalam dirinya merupakan sebagai suatu kesatuan. Dalam masalah
ini Pancasila mengandung persatuan dan kesatuan yang kokoh, sehingga merupakan satu
sistem filsafat tersendiri diantara sistem-sistem filsafat lainnya di dunia ini (Kaelan,
2013:45).
Dalam suatu masyarakat bangsa yang pluralistik atau multikultural merupakan suatu
keharusan dalam menjaga keutuhan negara-bangsa (nation state) Indonesia. Secara
konstitusional, kita memiliki landasan yang kuat bagi integrasi nasional. Ideologi
nasional Pancasila yang diterima oleh kekuatan sosial-politik sebagai asas tunggal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hasrat yang kuat akan
kebersamaan kini memerlukan perawatan yang seksama, guna mengimbangi
kecenderungan sentrifugal baik yang datang dari diri bangsa (internal) maupun yang
datang dari luar (eksternal) dengan terpaan arus global. Tantangan kultural masa depan
dalam konteks ini dikaitkan dengan krisis radikal modernitas; dilema antar melestarikan
tradisi atau memburu lahan kultural baru.
Terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku
bangsa ini adalah didukung oleh adanya Kebudayaan Nasional Indonesia. Penampilan
dari berbagai manifestasi budaya seperti budaya Jawa, Sunda, Minang, Bugis, Bali,
Lombok, dan sebagainya. Hal tersebut sering menaungi munculnya kebudayaan baru,
dan sangat berarti bagi penduduk Indonesia yang makin besar ini.
Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam tersebut bukanlah merupakan suatu
perbedaan yang saling bertentangan, namun perbedaan itu justru merupakan daya
penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesa dan resultan,

sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur, yaitu
persatuan dan kesatuan bangsa (Saptono, 2011: 2). Di sinilah peran filsafat Pancasila
dalam dinamika wawasan kebangsaan multicultural.
2.

Kata-kata yang dipopulerkan pada masa sekitar lahirnya Pancasila di bawah ini memiliki
maksud sebagai berikut:
a. Philosophische Grondslag atau dalam bahasa Indonesia berarti landasan filosofis
yang berasal dari bahasa Belanda yang juga memilki maksud bahwa lahirnya
Pancasila merupakan landasan falsafah bangsa dimana segala tindakan dan tingkah
laku bangsa berpedoman pada Pancasila yang merupakan dasar Negara. Jadi
philosofische Grondslag bukan merupakan suatu preferensi, melainkan sudah
merupakan suatu realitas objektif bangsa dan Negara Indonesia yang memiliki dasar
legitimasi yuridis, filosofis, politis, historis dan kultural.
b. Weltanschauung merupakan bahasa Jerman yang berarti ideologi. Maksud dari kata
tersebut adalah ide atau gagasan yang dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu, secara umum dan beberapa arah filosofis.
Jadi pada masa lahirnya Pancasila kata Weltanschauung memilki maksud sebagai cara
pandang bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harapannya
adalah Pancasila dapat menjadi pedoman bagi segenap bangsa Indonesia baik dalam
menjalankan pemerintahan bagi pemerintah, maupun berkehidupan sehari-hari bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Alat perekat bangsa pada masa lahirnya Pancasila dimaksudkan bahwa Indonesia
yang merupakan negara yang majemuk dengan berbagai perbedaan dan keaneka
ragaman di dalamnya baik itu suku, ras, agama, budaya, golongan dan berbagai
perbedaan lain memerlukan sarana yang dapat mempersatukan perbedaan tersebut.
Maka dari itu Pancasila di sini digunakan sebaga alat perekat bangsa atau dengan kata
lain merupakan sarana untuk mempersatukan perbedaan yang ada di dalam bangsa
Indonesia.

3.

Terjemahan kalimat di bawah ini ke dalam Bahasa Indonesia.


a. With God blessing and moved by the high ideal of a free national life, the
Indonesian people hereby declare their indevendence
Dapat diartikan: Dengan ridho Tuhan dan digerakkan oleh cita-cita yang tinggi
berkehidupan nasional yang bebas, bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan mereka. Setelah dicermati lagi kalimat berbahasa Inggris di atas
merupakan Pembukaan UUD 1945 alinea ke-3, yaitu: Atas berkat rahmat Allah

Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
b. Since independence is the right of every nation, any subjugation in this world is
contrary to humanity and justice and most therefore be abolished.
Dapat diartikan: Karena kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, setiap penjajahan di
dunia ini bertentangan dengan kemanusiaan dan keadilan, dan karenanya harus
dihapuskan. Namun setelah dicermati lagi kalimat berbahasa Inggris di atas
merupakan Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2, yaitu: Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

BAGIAN B

1.

Pemikiran Soekarno dalam merumuskan dasar Negara Pancasila mengacu pada 5 hal,
yaitu sintetis dari demokrasi barat, islamisme, marxisme, nasionalisme Sun Yat Sen dan
humanisme ala Ghandhi. Namun demikian Soekarno mendasar pada kausa materialis
yang ada pada bangsa Indonesia yaitu nilai Ketuhanan YME, Kemanusiaan, Semangan
kekeluargaan atau Gotong Royong, Realitas Etnis dan Kebudayaan.
Analisis:
1) Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari pernyataan di atas adalah:
Kausa materialis yang mendasari lahirnya Pancasila dengan 5 nilai yang terkandung
di dalamnya yaitu Ketuhanan YME, Kemanusiaan, Semangat kekeluargaan atau
Gotong Royong, Realitas Etnis dan Kebudayaan di era Globalisasi saat ini terasa
memudar, terutama nilai semangat kekeluargaan atau Gotong Royongnya.
Perkembangan tekhnologi dan informasi mengakibatkan orang-orang terbuai akan
kenikmatannya tekhnologi dan informasi yang begitu canggih. Jarak yang begitu
jauh terasa dekat karena adanya tekhnologi, hal itu mengakibatkan mereka lupa
bahwa sebenarnya mereka berjauhan. Dampak dari semua itu adalah jarangnya
interaksi secara langsung mengakibatkan lunturnya kebersamaan dan semangat
kekeluargaan.
2) Yang menjadi rumusan permasalahan dari identifikasi di atas adalah:
- Mengapa semangat kekeluargaan dan gotong royong pada masyarakat Indonesia
-

mulai luntur pada era globalisasi saat ini?


Bagaimana mengembalikan semangat kekeluargaan dan gotong royong pada

masyarakat Indonesia?
3) Rumusan alternative kebijakan yang dapat diambil dari rumusan permasalahan di
atas adalah:
- Mengajak masyarakat di ruang lingkup paling kecil yaitu Desa untuk
menumbuhkan semangat gotong royong dengan cara merencanankan aksi bersih
-

Desa bersama warga desa.


Mensosialisasikan pentingnya semangat gotong royong dan dampak yang
diakibatkan

dengan

hilangnya

semangat

kekeluargaan

tersebut

kepada

masyarakat.
4) Rumusan kebijakan yang paling mungkin dilakukan dari alternative kebijakan di atas
adalah menumbuhkan kembali semangat kekeluargaan dan gotong royong kepada
masyarakat dengan cara mengajak warga desa untuk melakukan gotong royong
bersama baik itu membersihkan lingkungan sekitar maupun membangun fasilitasfasilitas umum dengan cara bersama-sama.
5) Berikut adalah action plan yang bisa dilakuan dari kebijakan yang telah di rumuskan:
Gotong royong merupakan budaya yang menjadi salah satu identitas perilaku

kolektif masyarakat Indonesia. Pada masa kemerdekaan, semangat gotong royong


mampu membakar kegigihan para pahlawan Indonesia untuk mengusir para penjajah.
Sudah seharusnya budaya gotong royong tetap dilakukan di kalangan masyarakat.
Gotong royong sendiri berasal dari bahasa jawa yang artinya pikul atau angkat.
Maksudnya adalah sesuatu yang harus dipikul dan diangkat bersama. Gotong royong
merupakan sifat dasar yang dimiliki bangsa Indonesia dan tidak dimiliki bangsa lain
di dunia. Dengan mengedepankan sikap gotong royong, akan muncul sikap tolongmenolong kepada sesama.
Seiring berjalannya waktu, juga berdampingan dengan perkembangan teknologi,
banyak budaya asing mulai menjajah Indonesia untuk kesekian kalinya. Bukan lagi
petinggi mereka yang akan menguasai negara ini, akan tetapi kebudayaan mereka.
Semua bentuk kehidupan di luar sana bisa dengan mudahnya merasuki kebudayaan
kita. Mulai dari gaya bahasa, fashion, kehidupan sehari-hari, sampai kehidupan sosial
masyarakatnya.
Di kehidupan sosial kita, budaya asing mulai memudarkan kebudayaan asli
Indonesia. Memberikan dampak negatif yang sedikit demi sedikit menghilangkan
cerminan budaya Indonesia yang selalu saling berbagi. Sudah mulai menjamur
kehidupan masyarakat yang individualistis, tidak peduli dengan apa yang terjadi di
sekitarnya. Semangat memperjuangkan kepentingan bersama pun semakin susah
didapat.
Kemajuan zaman yang sudah mulai menunjukkan kegagahannya, memberikan
fasilitas-fasilitas canggih seperti, Handphone, Internet, Fax, dan lainnya dapat
memudahkan masyarakat berkomunikasi dengan cepat. Sehingga tatap muka antar
masyarakat sangat jarang di lakukan. Kesibukkan juga merupakan sebuah dampak
menurun nya kualitas sosial di masyarakat. Bayangkan, bila antara warga satu
komplek tidak saling mengenal, bagaimana bisa gotong royong terjadi? inilah fakta
yang terjadi di kota kota metropolitan. Gotong royong hanya menjadi sebuah simbol
yang sudah tidak di pedulikan lagi di kehidupan modern. Mereka lebih memilih
mencari uang ketimbang bergotong royong dengan masyarakat sekitarnya
Dengan keadaan Indonesia yang seperti ini, pantaskah kita hanya berdiam melihat
kebudayaan gotong royomg ini memudar? Padahal kita masing-masing mengetahui
betapa berpengaruhnya suatu perkerjaan bila di lakukan secara bergotong royong.
Selain meringankan beban, goton royong juga mempererat tali persaudaraan dan
menjaga amanah kebudayaan yang di berikan oleh nenek moyang kita.

Kita sebagai generasi selanjutnya yang akan memimpin negeri ini, membangun
negeri ini, dan menduduki negeri ini, sudah selayaknya untuk memikirkan hal yang
kedepannya bisa memberikan kita kenyamanan dan memperbaiki pandangan negatif
yang di tujukan pada negara kita, Indonesia. Kita sudah seharusnya menjaga ciri khas
yang orang luar kenal tentang Indonesia. Yaitu bangsa yang menggunakan solidaritas
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk
menumbuhkan
semangat

gotong

royong yang mulai


memudar
rakyat
tidaklah

diantara
Indonesia
mudah,

maka dari itu perlu ketekunan dan aksi nyata dari berbagai pihak salah satu kebijakan
alternative yang bisa ditawarkan adalah membiasakan semangat gotong royong
tersebut agar melekat di dalam diri masyarakat. Seperti yang telah diuraikan diatas
rancangan nyata yang ditawarkan tidaklah muluk-muluk, itu bisa kita mulai dari
masyarakat terdekat kita, yaitu dengan menghimbau dan mengajak masyarakat
sekitar rumah untuk melakukan aksi gotong royong.
Aksi gotong royong ini bisa kita mulai dari merencanakan kegiatan di Desa seperti
kegiatan bersih-bersih maupun membangun fasilitas umum bersama yang bisa kita
ajukan kepada Kepala Desa maupun Kepala Lingkungan Tempat tinggal kita.
Bersama-sama dengan pejabat setempat tersebut kita membuat program bulanan
untuk melakukan gotong royong, misalnya melakukannya pada minggu ke-2 setiap
bulannya. Setelang rancangan kita disetujui barulah memulai dengan sosialisasi
kepada warga atau masyarakat di daerah sekitar. Untuk mendapatkan respon yang
baik dari masyarakat dibutuhkan cara yang tepat dalam melakukan sosialisasi akan
aksi gotong royong tersebut, sehingga masyarakat mau antusias mengikuti kegiatan
tersebut dan mampu menumbuhkan rasa kekeluargaan sesama masyarakat sekitar.
Langkah aksi yang ditawarkan tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut:
Perencanaan
Kegiatan
Gotong
Royang
bersama
Pejabat
Setempat

Sosialisasi
Kepada Warga/
Masyarakat
setempat

Aksi Gotong Royong Warga (Bersih-bersih, membangun


fasilitas umum bersama) yang dilakukan pada hari minggu
ke-2 setiap bulannya (Aksi dalam menumbuhkan
Skema Rancangan
Aksi Menumbuhkan
semangat
Kekeluargaan dan Gotong Royong
semangat
kekeluargaan dan
gotong royong.
2.

Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila tidaklah berdiri sendiri-sendiri, bila kita
kelompokkan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu
sebagai Dasar Filsafat Negara dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Namun
demikian kita sadari, bahwa sejak digulirkannya Reformasi tahun 1998 sampai dengan
sekarang banyak orang termasuk Negara seolah-olah enggan berbicara Pancasila.
Analisis:
1) Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari pernyataan di atas adalah:
Sejak dikumandangkannya Reformasi pada tahun 1998 Pancasila yang secara
kedudukan dan fungsinya sebagai Dasar Falsafah Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa Indonesia kurang mendapat tempat di kalangan masyarakat Indonesia.
Bahkan seolah-olah Pancasila itu telah hilang dari Indonesia, itu dapat dilihat dari
keengganan banyak orang termasuk Negara berbicara akan Pancasila
2) Yang menjadi rumusan permasalahan dari identifikasi di atas adalah:
- Mengapa sejak reformasi hingga sekarang orang-orang termasuk Negara seolaholah enggan berbicara Pancasila, sehingga Pancasila terlihat menghilang dari
-

tatanan hidup rakyat Indonesia?


Bagaimana langkah yang harus diambil untuk memulihkan kembali Pancasila di

mata rakyat Indonesia?


3) Rumusan alternative kebijakan yang dapat diambil dari rumusan permasalahan di
atas adalah:
- Perlu adanya revitalisasi Pancasila, terutama dalam memandang Pancasila
-

sebagai Dasar Filsafat Negara dan Pandangan Hidup Bangsa.


Memperkuat kembali identitas nasional bangsa Indonesia yang termanifestasikan

dalam nilai-nilai Pancasila.


Melakukan edukasi dan sosialisasi Pancasila terhadap masyarakat yang dilakukan

oleh tokoh-tokoh masyakat, tokoh-tokoh politik, maupun pemuka agama.


4) Rumusan kebijakan yang paling mungkin dilakukan dari alternative kebijakan di atas
adalah melakukan revitalisasi Pancasila, terutama dalam hal kedudukan dan fungsi
Pancasila yaitu sebagai Dasar Falsafah Negara dan Pandangan Hidup Bangsa dengan
memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia melalui edukasi dan sosialisasi
Pancasila dan sosialisasi Pancasila terhadap masyarakat.
5) Berikut adalah action plan yang bisa dilakuan dari kebijakan yang telah di rumuskan:
Revitalisasi menurut kamus besar Bahasa Indonesia mempunyai arti proses, cara dan

perbuatan yang menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang


terberdaya. Sebenernya revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan
menjadi vital. Sedangkan kata vital mempunyai arti sangat penting atau perlu sekali.
Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti membangkitkan kembali
vitalitas. Jadi, revitalisasi secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan
sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.
Revitalisasi Pancasila dapat diartikan sebagai usaha mengembalikan Pancasila dalam
hal kedudukan dan fungsinya sebagai Dasar Falsafah Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa. Untuk merevitalisasi, maka Pancasila perlu diajarkan dalam kaitannya
dengan pembuatan atau evaluasi atas kebijakan publik selain dibicarakan sebagai
dasar negara. Pancasila dapat dihidupkan kembali sebagai nilai-nilai dasar yang
memberi orientasi dalam pembuatan kebijakan publik yang pro terhadap aspek-aspek
agama, kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi dan keadilan sebagaimana yang
termaktub dalam Pancasila itu sendiri.
Berangkat dari konsep tersebut, bangsa Indonesia kemudian dituntut untuk tidak
bersikap pasif lagi terhadap arus globalisasi. Bangsa Indonesia harus aktif dalam tiap
episode perubahan sosial dengan memposisikan globalisasi sebagai tantangan zaman.
Dalam kaitannya dengan demokrasi, globalisasi juga melahirkan paradoksnya
sendiri: di satu sisi globalisasi demokrasi mengakibatkan kebangkrutan banyak
paham ideologi, di sisi yang lain juga mendorong bangkitnya nasionalisme lokal,
bahkan

dalam

bentuknya

yang

paling

dangkal

dan

sempit

semacam

ethnonationalism, atau bahkan tribalism. Gejala ini yang terus mengancam integrasi
Indonesia sebagai negara majemuk dari sudut etnis, sosiokultural, dan agama. Pasca
reformasi, gelombang globalisasi tersebut melanda Indonesia bersamaan dengan
krisis moneter, ekonomi, dan politik

membuat Pancasila seolah kehilangan

relevansinya.
Jawaban dari permasalahan ini adalah dengan kembali memperkuat identitas
nasional bangsa Indonesia yang termanifestasikan dalam nilai-nilai Pancasila.
Sebagai negara yang bersifat majemuk, tantangan globalisasi tersebut bukan berarti
dijawab dengan cara menghapuskan pluralitas sebagai sikap atas sentimen kesukuan,
akan tetapi dijawab dengan cara mengembalikan mindset manusia Indonesia ke
falsafah dasar bangsa Indonesia, Pancasila, sebagai pemersatu bangsa. Konsekuensi
logisnya adalah, ketika persatuan dan kesatuan bangsa tercipta dibawah naungan
Pancasila, maka bangsa Indonesia dapat melepaskan kepentingan personal dengan
memajukan kepentingan umum dalam rangka menjawab krisis global.

Revitalisasi sebagai manifestasi Identitas Nasional mengandung makna bahwa


Pancasila harus diposisikan sebagai satu keutuhan yang sejalan dengan dimensidimensi yang melekat padanya, seperti realitas, Idealitas, dan Fleksibilitas. Dimensi
realitas yang bermakna bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
merupakan cerminan kondisi obyektif yang sedang terjadi di masyarakat, dimana
seharusnya dimaknai dengan semakin sejalannya jalan hidup kita sesuai dengan
Pancasila itu sendiri, yang memiliki persatuan, penyelesaian dengan bermusyawarah,
serta rasa keadilan yang mempunyai nilai kemanusiaan. Kemudian dimensi Idealitas
kita posisikan sebagai salah satu cara untuk membangkitkan gairah optimisme warga
masyarakat yang melihat masa depan secara prospektif. Selain itu Pancasila
bukanlah sesuatu yang kaku dan sakral, namun bersifat fleksibel dan terbuka dengan
hal-hal baru. Dengan demikian tanpa menghilangkan nilai hakikatnya, Pancasila
menjadi tetap aktual, relevan, dan fungsional sebagai tiang-tiang penyangga
semangat ber-Bhinneka Tunggal Ika.
Kandungan sila-sila Pancasila jika dimaknai secara utuh juga akan menunjang
pemberdayaan Identitas Nasional. Sila pertama yang bermakna bangsa Indonesia
beragama dan berketuhanan akan semakin menguatkan moral masyarakat serta
kehidupan yang beretika. Selain itu sila kedua dan ketiga sebagai wujud persatuan
bangsa dan kemanusiaan yang bersifat adil dan memiliki tata kelakuan yang beradab
juga otomatis akan mendorong terwujudnya masyarakat yang beridentitas.
Revitalisasi Pancasila semakin terasa penting kalau diingat kita tengah gigih
menerapkan prinsip-prinsip good governance, dimana tiga aktor yaitu pemerintah
(state), swasta (private sector) dan masyarakat (civil society) harus bersinergi secara
konstruktif mewujudkan pemerintahan yang lebih baik. Antara lain terwujud dalam
bentuk pelayanan publik (public services) yang optimal. Dalam kaitannya dengan
ancaman atau pengaruh globalisasi harus dihadapi dengan sikap mental dan karakter
yang kuat sebagai jatidiri bangsa Indonesia. Akhirnya revitalisasi Pancasila menjadi
penting karena kita masih menghadapi ancaman disintegrasi nasional dengan
semangat separatisme dari Daerah yang merasa diperlakukan secara tidak adil oleh
Pemerintah Pusat.
Untuk itu semua perlu adanya aksi nyata dalam meravitalisasi Pancasila. Adapun
beberapa langkah yang dapat ditawarkan untuk memperlancar proses revitalisasi
Pancasila ini adalah dimulai dengan melakukan survei mengenai bagaimana
pandangan masyarakat terhadap Pancasila. Survei ini dilakukan untuk mengetahui
respon masyarakat akan perkembangan Pancasila terutama di era reformasi dan

bagaimana perkembangan Pancasila kedepannya menurut masyarakat. Survei ini


sangat penting dilakukukan untuk mencari strategi yang efektif dalam melakukan
revitalisasi. Survei ini bisa dilakukan secara acak namun diusahakan harus mencakup
berbagai golongan dalam masyarakat, agar nantinya diperoleh hasil yang valid.
Setelah hasil survei diperoleh, dilanjutkan dengan merumuskan stragegi yang akan
digunakan dalam menjalankan hasil survei. Sebelumnya indikator yang bisa
dimasukkan dalam angket maupun wawancara yang akan digunakan dalam
melakukan survei bisa berupa tertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan mereka
akan Pancasila maupun cara yang dianggap efektif dalam mensosialisasikan
Pancasila sebagai ajang revitalisasi Pancasila. Maka dari itu slain proses survei
nantinya penyusunan media pertanyaan itu pun sangat penting adanya.
Beberapa alternatif sosialisasi bisa dimasukkan dalam menyusun pertanyaan,
misalnya sosialisasi melalui pendidikan, yaitu melalui mata pelajaran dengan
menyisipkan nilai-nilai Pancasila bukan hanya dalam mata pelajaran PPKn saja, tapi
mata palajaran lain pun bisa disisipkan nilai-nilai Pancasila ini. Selain jalur
pendidikan sosialisasi bisa dilakukan melalui contoh dan perbuatan nyata para
pejabat pemerintahan, pejabat negara, baik pusat dan daerah, maupun melalui tokohtokoh masyarakat.
Bisa Rencana
juga melalui
media massa
maupun ceramah-ceramah
Perencanaan
Aksi Revitalisasi
Pancasila:
Identifikasi Populasi
dan Sampel
keagamaan maupun ceramah-ceramah
lainnya.
Para elit politikpun bisa menjadi
Menentukan prosedur pengumpulan data
sarana sosialisasi
jika mereka
tidak dan
lebih
mementingkan
jualan politiknya dari pada
Menentukan
istrumen
indikator
permasalahan
isi dari orasi-orasi politiknya.
Langkah aksi yang ditawarkan tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut:

Terjun ke lapangan
melakukan survei dan
pengumpulan data

Pengolahan Data
Menentukan strategi sosilisasi
Revitalisasi Pancasila

Melakukan sosialisasi:
Malalui Pendidikan
Contoh dan Perbuatan nyata pablik figure
Media Masa
Ceramah-ceramah

Revitalisasi Pancasila

Skema Langkah Aksi Revitalisasi Pancasila


Diharapkan dengan rancangan aksi revitalisasi Pancasila ini Pancasila yang terasa
mati suri dapat kembali bangkit dan kembali menjadi landasan berprilaku bagi rakyat
dan bangsa Indonesia.
Refrensi:
Kaelan, 2013, Negara Kebangsaan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma
Saptono, 2011, Jiwa Persatuan Dan Kesatuan Dalam Prespektif Budaya Masyarakat Yang
Pluralistik, jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/artikel/article/view/407/594
http://onyuyun.blogspot.com/2011/09/memudarnya-budaya-gotong-royong.html
http://filsafat.kompasiana.com/2013/12/18/revitalisasi-pancasila-617631.html
http://www.setkab.go.id/pro-rakyat-1956-revitalisasi-pancasila-dalam-kehidupanmasyarakat.html

Anda mungkin juga menyukai