1.
Filsafat Pancasila dalam dinamika wawasan kebangsaan multi cultural. Dari kalimat
pendek tersebut dapat digambarkan bahwa Filsafat Pancasila menjadi sarana edukasi
untuk mengenal dan memahami bangsa Indonesia dalam wawasan kebangsaan dalam
paradigma multi cultural yang merupakan menggambarkan bagaimana keregaman
bangsa Indoensia dalam hal budaya.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakekatnya merupakan sistem filsafat. Yang
dimaksud dengan sistem adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk satu tujuan tertentu, dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Sebagai dasar filsafat Negara Indonesia, maka Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan
Negara. Sebagai sarana pemersatu bangsa dan Negara Indonesia sudah seharusnya
Pancasila itu sendiri dalam dirinya merupakan sebagai suatu kesatuan. Dalam masalah
ini Pancasila mengandung persatuan dan kesatuan yang kokoh, sehingga merupakan satu
sistem filsafat tersendiri diantara sistem-sistem filsafat lainnya di dunia ini (Kaelan,
2013:45).
Dalam suatu masyarakat bangsa yang pluralistik atau multikultural merupakan suatu
keharusan dalam menjaga keutuhan negara-bangsa (nation state) Indonesia. Secara
konstitusional, kita memiliki landasan yang kuat bagi integrasi nasional. Ideologi
nasional Pancasila yang diterima oleh kekuatan sosial-politik sebagai asas tunggal dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hasrat yang kuat akan
kebersamaan kini memerlukan perawatan yang seksama, guna mengimbangi
kecenderungan sentrifugal baik yang datang dari diri bangsa (internal) maupun yang
datang dari luar (eksternal) dengan terpaan arus global. Tantangan kultural masa depan
dalam konteks ini dikaitkan dengan krisis radikal modernitas; dilema antar melestarikan
tradisi atau memburu lahan kultural baru.
Terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku
bangsa ini adalah didukung oleh adanya Kebudayaan Nasional Indonesia. Penampilan
dari berbagai manifestasi budaya seperti budaya Jawa, Sunda, Minang, Bugis, Bali,
Lombok, dan sebagainya. Hal tersebut sering menaungi munculnya kebudayaan baru,
dan sangat berarti bagi penduduk Indonesia yang makin besar ini.
Oleh karena itu keadaan yang beraneka ragam tersebut bukanlah merupakan suatu
perbedaan yang saling bertentangan, namun perbedaan itu justru merupakan daya
penarik ke arah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesa dan resultan,
sehingga seluruh keanekaragaman itu terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur, yaitu
persatuan dan kesatuan bangsa (Saptono, 2011: 2). Di sinilah peran filsafat Pancasila
dalam dinamika wawasan kebangsaan multicultural.
2.
Kata-kata yang dipopulerkan pada masa sekitar lahirnya Pancasila di bawah ini memiliki
maksud sebagai berikut:
a. Philosophische Grondslag atau dalam bahasa Indonesia berarti landasan filosofis
yang berasal dari bahasa Belanda yang juga memilki maksud bahwa lahirnya
Pancasila merupakan landasan falsafah bangsa dimana segala tindakan dan tingkah
laku bangsa berpedoman pada Pancasila yang merupakan dasar Negara. Jadi
philosofische Grondslag bukan merupakan suatu preferensi, melainkan sudah
merupakan suatu realitas objektif bangsa dan Negara Indonesia yang memiliki dasar
legitimasi yuridis, filosofis, politis, historis dan kultural.
b. Weltanschauung merupakan bahasa Jerman yang berarti ideologi. Maksud dari kata
tersebut adalah ide atau gagasan yang dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif,
sebagai cara memandang segala sesuatu, secara umum dan beberapa arah filosofis.
Jadi pada masa lahirnya Pancasila kata Weltanschauung memilki maksud sebagai cara
pandang bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harapannya
adalah Pancasila dapat menjadi pedoman bagi segenap bangsa Indonesia baik dalam
menjalankan pemerintahan bagi pemerintah, maupun berkehidupan sehari-hari bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Alat perekat bangsa pada masa lahirnya Pancasila dimaksudkan bahwa Indonesia
yang merupakan negara yang majemuk dengan berbagai perbedaan dan keaneka
ragaman di dalamnya baik itu suku, ras, agama, budaya, golongan dan berbagai
perbedaan lain memerlukan sarana yang dapat mempersatukan perbedaan tersebut.
Maka dari itu Pancasila di sini digunakan sebaga alat perekat bangsa atau dengan kata
lain merupakan sarana untuk mempersatukan perbedaan yang ada di dalam bangsa
Indonesia.
3.
Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.
b. Since independence is the right of every nation, any subjugation in this world is
contrary to humanity and justice and most therefore be abolished.
Dapat diartikan: Karena kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, setiap penjajahan di
dunia ini bertentangan dengan kemanusiaan dan keadilan, dan karenanya harus
dihapuskan. Namun setelah dicermati lagi kalimat berbahasa Inggris di atas
merupakan Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2, yaitu: Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.
BAGIAN B
1.
Pemikiran Soekarno dalam merumuskan dasar Negara Pancasila mengacu pada 5 hal,
yaitu sintetis dari demokrasi barat, islamisme, marxisme, nasionalisme Sun Yat Sen dan
humanisme ala Ghandhi. Namun demikian Soekarno mendasar pada kausa materialis
yang ada pada bangsa Indonesia yaitu nilai Ketuhanan YME, Kemanusiaan, Semangan
kekeluargaan atau Gotong Royong, Realitas Etnis dan Kebudayaan.
Analisis:
1) Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari pernyataan di atas adalah:
Kausa materialis yang mendasari lahirnya Pancasila dengan 5 nilai yang terkandung
di dalamnya yaitu Ketuhanan YME, Kemanusiaan, Semangat kekeluargaan atau
Gotong Royong, Realitas Etnis dan Kebudayaan di era Globalisasi saat ini terasa
memudar, terutama nilai semangat kekeluargaan atau Gotong Royongnya.
Perkembangan tekhnologi dan informasi mengakibatkan orang-orang terbuai akan
kenikmatannya tekhnologi dan informasi yang begitu canggih. Jarak yang begitu
jauh terasa dekat karena adanya tekhnologi, hal itu mengakibatkan mereka lupa
bahwa sebenarnya mereka berjauhan. Dampak dari semua itu adalah jarangnya
interaksi secara langsung mengakibatkan lunturnya kebersamaan dan semangat
kekeluargaan.
2) Yang menjadi rumusan permasalahan dari identifikasi di atas adalah:
- Mengapa semangat kekeluargaan dan gotong royong pada masyarakat Indonesia
-
masyarakat Indonesia?
3) Rumusan alternative kebijakan yang dapat diambil dari rumusan permasalahan di
atas adalah:
- Mengajak masyarakat di ruang lingkup paling kecil yaitu Desa untuk
menumbuhkan semangat gotong royong dengan cara merencanankan aksi bersih
-
dengan
hilangnya
semangat
kekeluargaan
tersebut
kepada
masyarakat.
4) Rumusan kebijakan yang paling mungkin dilakukan dari alternative kebijakan di atas
adalah menumbuhkan kembali semangat kekeluargaan dan gotong royong kepada
masyarakat dengan cara mengajak warga desa untuk melakukan gotong royong
bersama baik itu membersihkan lingkungan sekitar maupun membangun fasilitasfasilitas umum dengan cara bersama-sama.
5) Berikut adalah action plan yang bisa dilakuan dari kebijakan yang telah di rumuskan:
Gotong royong merupakan budaya yang menjadi salah satu identitas perilaku
Kita sebagai generasi selanjutnya yang akan memimpin negeri ini, membangun
negeri ini, dan menduduki negeri ini, sudah selayaknya untuk memikirkan hal yang
kedepannya bisa memberikan kita kenyamanan dan memperbaiki pandangan negatif
yang di tujukan pada negara kita, Indonesia. Kita sudah seharusnya menjaga ciri khas
yang orang luar kenal tentang Indonesia. Yaitu bangsa yang menggunakan solidaritas
dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk
menumbuhkan
semangat
gotong
diantara
Indonesia
mudah,
maka dari itu perlu ketekunan dan aksi nyata dari berbagai pihak salah satu kebijakan
alternative yang bisa ditawarkan adalah membiasakan semangat gotong royong
tersebut agar melekat di dalam diri masyarakat. Seperti yang telah diuraikan diatas
rancangan nyata yang ditawarkan tidaklah muluk-muluk, itu bisa kita mulai dari
masyarakat terdekat kita, yaitu dengan menghimbau dan mengajak masyarakat
sekitar rumah untuk melakukan aksi gotong royong.
Aksi gotong royong ini bisa kita mulai dari merencanakan kegiatan di Desa seperti
kegiatan bersih-bersih maupun membangun fasilitas umum bersama yang bisa kita
ajukan kepada Kepala Desa maupun Kepala Lingkungan Tempat tinggal kita.
Bersama-sama dengan pejabat setempat tersebut kita membuat program bulanan
untuk melakukan gotong royong, misalnya melakukannya pada minggu ke-2 setiap
bulannya. Setelang rancangan kita disetujui barulah memulai dengan sosialisasi
kepada warga atau masyarakat di daerah sekitar. Untuk mendapatkan respon yang
baik dari masyarakat dibutuhkan cara yang tepat dalam melakukan sosialisasi akan
aksi gotong royong tersebut, sehingga masyarakat mau antusias mengikuti kegiatan
tersebut dan mampu menumbuhkan rasa kekeluargaan sesama masyarakat sekitar.
Langkah aksi yang ditawarkan tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai
berikut:
Perencanaan
Kegiatan
Gotong
Royang
bersama
Pejabat
Setempat
Sosialisasi
Kepada Warga/
Masyarakat
setempat
Seluruh kedudukan dan fungsi Pancasila tidaklah berdiri sendiri-sendiri, bila kita
kelompokkan maka akan kembali pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu
sebagai Dasar Filsafat Negara dan sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Namun
demikian kita sadari, bahwa sejak digulirkannya Reformasi tahun 1998 sampai dengan
sekarang banyak orang termasuk Negara seolah-olah enggan berbicara Pancasila.
Analisis:
1) Permasalahan yang dapat diidentifikasi dari pernyataan di atas adalah:
Sejak dikumandangkannya Reformasi pada tahun 1998 Pancasila yang secara
kedudukan dan fungsinya sebagai Dasar Falsafah Negara dan Pandangan Hidup
Bangsa Indonesia kurang mendapat tempat di kalangan masyarakat Indonesia.
Bahkan seolah-olah Pancasila itu telah hilang dari Indonesia, itu dapat dilihat dari
keengganan banyak orang termasuk Negara berbicara akan Pancasila
2) Yang menjadi rumusan permasalahan dari identifikasi di atas adalah:
- Mengapa sejak reformasi hingga sekarang orang-orang termasuk Negara seolaholah enggan berbicara Pancasila, sehingga Pancasila terlihat menghilang dari
-
dalam
bentuknya
yang
paling
dangkal
dan
sempit
semacam
ethnonationalism, atau bahkan tribalism. Gejala ini yang terus mengancam integrasi
Indonesia sebagai negara majemuk dari sudut etnis, sosiokultural, dan agama. Pasca
reformasi, gelombang globalisasi tersebut melanda Indonesia bersamaan dengan
krisis moneter, ekonomi, dan politik
relevansinya.
Jawaban dari permasalahan ini adalah dengan kembali memperkuat identitas
nasional bangsa Indonesia yang termanifestasikan dalam nilai-nilai Pancasila.
Sebagai negara yang bersifat majemuk, tantangan globalisasi tersebut bukan berarti
dijawab dengan cara menghapuskan pluralitas sebagai sikap atas sentimen kesukuan,
akan tetapi dijawab dengan cara mengembalikan mindset manusia Indonesia ke
falsafah dasar bangsa Indonesia, Pancasila, sebagai pemersatu bangsa. Konsekuensi
logisnya adalah, ketika persatuan dan kesatuan bangsa tercipta dibawah naungan
Pancasila, maka bangsa Indonesia dapat melepaskan kepentingan personal dengan
memajukan kepentingan umum dalam rangka menjawab krisis global.
Terjun ke lapangan
melakukan survei dan
pengumpulan data
Pengolahan Data
Menentukan strategi sosilisasi
Revitalisasi Pancasila
Melakukan sosialisasi:
Malalui Pendidikan
Contoh dan Perbuatan nyata pablik figure
Media Masa
Ceramah-ceramah
Revitalisasi Pancasila