Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Identitas nasional dan kebudayaan Nusantara

Identitas nasional dan kebudayaan Nusantara ini penting untuk dipahami setiap warga negara
agar memiliki pemahaman, kesadaran dan kemauan dalam berpartisipasi melestarikan, menjaga dan
menggunakan kebudayaan-kebudayaan di Nusantara.

2.1.1 Identitas Nasional

Identitas nasional merupakan identitas suatu kelompok masyarakat yang memiliki ciri dan
melahirkan tindakan secara kolektif yang diberi sebutan nasional. Menurut Koenta Wibisono (2005)
pengertian Identitas Nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nasional) dengan ciri-ciri khas, dan dengan yang
khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya”. Identitas nasional merupakan
sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall
yang berkembang dalam masyarakat. Identitas nasional suatu bangsa dapat meliputi tentang pola
prilaku, lambang yang menjadi ciri bangsa, alat kelengkapan yang di gunakan untuk mencapai tujuan
dan tujuan yang ingin di capai dalam suatu bangsa.

Kelahiran identitas suatu bangsa mempunyai sifat dan ciri khas serta keunikan sendiri-sendiri,
yang menjadikan ciri khas tersebut sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran
identitas nasional. Faktor-faktor tersebut diantaranya meliputi faktor objektif yang meliputi faktor
geografis, ekologis dan demokrafis dan faktor subjektif yang meliputi faktor historis, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa indonesia (suryo,2002). Pada makalah ini, lebih ditonjolkan
tentang identitas nasional yang berasal dari faktor kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa indonesia.
kebudayaan sebagai sebagai pembentuk identitas nasional bangsa indonesia yang telah berkembang
dari masa sebelum bangsa indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain. Dasar
pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa,
antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan bangsa Indonesia pada tahun
1908, kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah
perjuangan bangsa indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri yang tercapai pada
tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian di proklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa indonesia.

2.1.2 Kebudayaan Nusantara

Kebudayaan di Indonesia sangat beragam, kebudayan merupakan potensi yang memperkuat


persatuan dan kesatuan bangsa. Kebudayaan asli sebagian besar bangsa Indonesia masih menekankan
kekuatan ghaib dari benda-benda tertentu. Pada masa itu banyak orang yang meyakini bahwa segala
sesuatu itu berasal dari kekuatan ghaib yang biasa disebut dengan animisme dan dinamisme dalam diri
bangsa Indonesia. Namun, lama kelamaan kebiasaan tersebut secara berangsur-angsur mulai berkurang
karena besarnya peran agama dalam kehidupan bangsa Indonesia pada umumnya. Kebudayaan pada
zaman dahulu juga dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan yang berada di berbagai daerah di Indonesia. A.
Alland Jr. Seorang sarjana Antropolog mengemukaan bahwa kebudayaan manusia itu merupakan hasil
dua proses yang saling mengisi. Proses yang pertama ialah merupakan apa yang berkembang sebagai
akibat hubungan manusia dengan lingkungan alamnya. Hubungan itu mendorong manusia
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan menanggapinya secara aktif dari waktu ke waktu
sehingga terciptalah kebudayaan. Dan proses yang kedua menyangkut kemampuan manusia berfikir
secara metaforik. Dengan kemampuan itu manusia dapat memperluas atau mempersempit jangkauan
arti lambang-lambang dalam sistem-sistem arti yang berkembang, sedemikian rupa sehingga lepas dari
pengertian aslinya. Seperti yang di kemukakan oleh sang Antropolog, juga dalam masing-masing
kesatuan masyarakat yang membentuk suatu kebudayaan di suatu bangsa, baik yang berskala kecil
ataupun besar, terjadi proses-proses pembentukan dan perkembangan budaya yang berfungsi sebagai
penanda jati diri bangsa tersebut. Di Indonesia proses-proses demikian itu telah terjadi sejak zaman
prasejarah, pada berbagai suku bangsa yang menghuni berbagai kawasan didalam wilayah Indonesia
sekarang ini.

Kebudayaan itu sendiri mempunyai arti Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian
kebudayaan di artikan sebagai hal hal yang bersankutan dengan budi dan akal. Kata kebudayaan dalam
bahasa inggris diterjemahkan dengan istilah culture. Dalam bahasa Belanda di sebut cultuur. Kedua
bahasa ini di ambil dari bahasa latin colore yg berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah. Dengan demikian culture atau cultuur diartikan sebagai segala kegiatan
manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Kebudayaan mempunyai unsur-unsur, yang menurut Clyde Kluchonhn terdapat 7 unsur kebudayaan,
yakni :

1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia seperti pakaian, perumahan, alat-alat rumah tangga,
senjata, alat-alat produksi, transportasi dan sebagainya.
2. Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi seperti pertanian, peternakan, sistem
produksi, sistem distribusi dan sebagainya.
3. Sistem kemasyarakatan seperti sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem hukum, sistem
perkawinan dan seterusnya.
4. Bahasa meliputi lisan ataupun tertulis
5. Kesenian yang meliputi seni rupa, seni suara, seni gerak dan sebagainya.
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem kepercayaan (religi)

Kebudayaan sebuah kelompok merupakan keseluruhan warisan budaya yang telah mendapatkan
makna sosial karena adanya berbagai perangai atau tabiat dari dan kehidupan bersejarah kelompok
tersebut. (A.L Kroeber and Clyde klukhohn, 1963). Kebudayaan mempunyai 3 wujud. Yakni pertama,
wujud kebudayaan yang suatu khazanah dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, peraturan dan sebagainya.
Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu khazanah aktivitas perilaku terpola dari manusia dalam
masyarakat dan ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Manusia
merupakan nakhluk yang kompleks, dengan segala harapan-harapannya, semangatnya, prasangkanya,
perasaannya dan segi kejiwaan lainnya, dan sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Mempelajari
kebudayaan mempunyai 2 tujuan 1) tujuan akademis untuk mencapai pengertian tentang adat istiadat,
gagasan-gagasan atau ciptaan-ciptaan manusia yang noumenon/ phenomenon. Dengan tercapainya
tujuan akademis ini, manusia mampu menoleh ke dan mempelajari masa lampaunya, memahami
keadaan masa kini dan memprediksi kemasa depan. 2) tujuan praktisnya adalah mempelajari
kebudayaan dalam beragam masyarakat suku bangsa guna kemaslahatan.

Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Hal ini juga
berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang
berbeda. Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi
kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaandi bangsa tersebut.
Kemudian seperti yang dijelaskan diawal bahwa berkembang dan meluasnya agama-agama besar di
Indonesia juga turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan
kebudayaan agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
keanekaragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya
kelompok sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional
hingga ke modern, dan kewilayahan.

2.2 Peran Penting Kebudayaan dalam Membangun Karakteristik Bangsa

Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan


dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan
bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai
jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar
kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi
antar peradaban yang ada di dunia. Sehingga kebudayaan sangat berperan penting dalam membentuk
dan membangun karakteristik bangsa.

2.2.1 Faktor penyebab keberagaman Budaya di Indonesia.

Indonesia adalah negara kepulauan sehingga masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku
bangsa yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan
budaya yang berbeda-beda, seperti bahasa, keseniaan, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan
dan sebagainya. Dengan identitas yang berbeda beda ini, pasti kita dapat mengatakan bahwa Indonesia
memiliki kebudayaan lokal yang sangat beragam. Selain faktor sukubangsa, terdapat faktor-faktor lain
yang mempengaruhi terjadinya keberagaman budaya. Diantaranya yaitu :

1. Keberagaman suku bangsa


2. Keberagaman bahasa dan dialek
3. Keberagaman agama
4. Keberagaman seni dan budaya
5. Faktor pembentukan budaya
6. Faktor perubahan budaya

Tidak dapat dipungkiri, di samping merupakan potensi yang memperkuat persatuan dan kesatuan
bangsa, keanekaragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia dapat pula menjadi potensi bernuansa
kesukuan. Konflik bernuansa kesukuan ini muncul apabila fanatisme suku bangsa tertentu bertemu
dengan kepentingan-kepentingan lain sehingga memicu konflik horizontal. Konflik semacam ini muncul
apabila terjadi salah pengertian di dalam komunikasi antarsuku bangsa. Sebuah persoalan sosial biasa
bisa memicu sentimen suku bangsa tertentu apabila para pelaku yang sedang berbeda pendapat
tersebut ditarik berdasarkan jati diri yang sudah dibawa sejak lahir, yaitu berasal dari suku bangsa
tertentu. Keragaman budaya atau “cultural diversity” adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia.
Dari beragamnya suku bangsa ini, maka terdapat bermacam-macam kebudayaan di Nusantara. Untuk
lebih menjelaskan tentang keberagaman budaya dari faktor sukubangsa, maka disini akan dijelaskan
tentang contoh-contoh budaya yang dipengaruhi oleh sukubangsa, antara lain :
Budaya masyarakat sunda yang dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan
santun. Pada umumnya karakter masyarakat sunda yaitu ramah tamah (someah), murah senyum dan
lemah lembut. Itulah cerminan kultur masyarakat sunda yang didalamnya diajarkan bagaimana
menggunakan bahasa halus untuk orang tua. Budaya yang terdapat dari sukubangsa ini diantaranya
adalah sisingaan, wayang golek, jaipongan, tarian ketuk tilu, rampak, kendang, kecapi, gong dan calung.

Budaya masyarakat jawa yang dikenal dengan budaya yang sangat halus, karakter budayanya hampr
mirip dengan budaya sunda, tetapi yang membedakan ialah seni yang berada di masyarakat jawa lebih
dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha. Karena masuknya kerajaan-kerajaan hindu dan buddha yang
masuk ke wilayah jawa pada abad kesekian. Budaya yang terdapat pada sukubangsa ini diantaranya
adalah wayang, keris, batik, gamelan.

Budaya masyarakat batak, Sebelum suku Batak Toba menganut agama Kristen Protestan, mereka
mempunyai sistem kepercayaan dan religi tentang Mulajadi Nabolon yang memiliki kekuasaan di atas
langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu. Menyangkut jiwa dan roh, suku
Batak Toba mengenal tiga konsep, yaitu:

1. Tondi : adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena itu tondi
memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan.Bila tondi
meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan
upacara mangalap (menjemput) tondi dari sombaon yang menawannya.
2. Sahala : adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang memiliki tondi,
tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian
yang dimiliki para raja atau hula-hula.
3. Begu : adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku
manusia, hanya muncul pada waktu malam.
4. Budaya yang terdapat pada sukubangsa ini diantaranya tari Tortor, tari piring, rumah gadang,
masakan sagsang dan lain sebagainya.

2.2.2 Bentuk keberagaman budaya di Nusantara

Terdapat banyak sekali bentuk keberagaman budaya di Nusantara, diantaranya yang akan di jelaskan
oleh penulis adalah sebagai berikut :

Seni tari pada setiap daerah masing-masing mempunya tarian yang menjadi ciri khas suatu
daerah tersebut. Tari juga bisa menjadi ciri khas suatu masyarakat yang tinggal di suatu daerah Seperti
tari Reog yang asli dari Ponorogo, Tari Ronggeng yang berasal dari jawa tengah, tari kecak dan tari
pendet yang berasal dari pulau Bali. Awalnya tarian itu memang sudah terkenal dibeberapa daerah di
Indonesia. Tetapi tarian tersebut lebih terkenal lagi ketika terdapat negara tetangga yang menjadikan
tarian tersebut menjadi kebudayaan negara tersebut.

Pakaian adat juga berpengaruh dalam karakteristik bangsa. Di Indonesia sendiri di setiap wilayah
mempunyai pakaian adat masing-masing. Pakaian tersebut menjadi ciri khas suatu wilayah dan
mencerminkan suatu karakter masyarakat yang tingal di wilayah tersebut. Misalnya saja pakaian adat
Jawa Tengah yang menggunakan kebaya serta blankon yang menciri khaskan bahwa wilayah tersebut
masyarakatnya mempunyai karakter yang sopan santun, ramah, dan lain sebagainya.
Bahasa juga ikut andil dalam karakteristik bangsa, di Indonesia terkenal dengan beragamnya
bahasa yang ada di setiap wilayah. Seperti bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa batak, bahasa melayu dan
lain sebagainya. Bahasa tersebut mempunyai logat sendiri-sendiri yang menjadi ciri khas yang tidak
semua orang bisa menggunakan dan memahami bahasa tersebut.

Adat istiadat suatu daerah juga menambah keberagaman karakteristik bangsa yang hal tersebut
bisa menjadi keunikan sendiri. seperti yang biasa dikatakan bahwa di suatu wilayah mempunyai adat
istiadat yang berbeda-beda, tetapi mungkin adakalanya yang hampir serupa. Misalnya upacara grebrek
mulud yang diselenggarakan oleh daerah istimewa Yogyakarta. Grebek mulud ialah garebeg yang
diselenggarakan pada bulan mulud atau bulan Rabiulawal. Upacara tersebut diwujudkan dengan
keluarga hajad dalem berupa gunungan, ialah tepat pada tanggal 12 bulan Mulud (Rabiul awal) yang
diselenggarakan di Alun-alun Lor dan halaman masjid Besar.

Keanekaragaman masyarakat dan sosial budaya Indonesia tersebut merupakan sebuah potensi
kekayaan yang harus dioptimalkan sehingga terasa manfaatnya. Oleh karena itu, potensi tersebut perlu
diwujudkan menjadi kekuatan riil sehingga mampu menjawab berbagai tantangan kekinian yang
ditunjukkan dengan melemahnya ketahanan budaya yang berimplikasi pada menurunnya kebanggaan
nasional. Untuk itu, sinergi segenap komponen bangsa dalam melanjutkan pembangunan karakter
bangsa (national and character building) yang sudah dimulai sejak awal kemerdekaan perlu terus
diperkuat sehingga memperkuat jati diri bangsa dan mampu membentuk bangsa yang berkarakter,
maju, dan berdaya saing. Seiring dengan menguatnya persaingan arus lokal dan global dalam
internalisasi nilai-nilai baru, ketahanan budaya juga perlu semakin diperkuat sehingga memiliki
kemampuan untuk menumbuhsuburkan internalisasi berbagai nilai lokal dan global yang positif dan
produktif. Oleh sebab itu, upaya pengembangan kebudayaan diarahkan pada tujuan universal
peradaban.

2.3 Permasalahan yang dihadapi dalam keanekaragaman budaya dalam masyarakat

Pembangunan dalam bidang kebudayaan sampai saat ini masih menghadapi beberapa
permasalahan sebagai akibat dari berbagai perubahan tatanan kehidupan, termasuk tatanan sosial
budaya yang berdampak pada terjadinya pergeseran nilai-nilai di dalam kehidupan masyarakat.
Meskipun pembangunan dalam bidang kebudayaan yang dilakukan melalui revitalisasi dan reaktualisasi
nilai budaya dan pranata sosial kemasyarakatan telah menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan
yang ditandai dengan berkembangnya pemahaman terhadap pentingnya kesadaran multikultural dan
menurunnya eskalasi konflik horizontal yang marak pascareformasi, secara umum masih dihadapi
permasalahan, antara lain (1) rendahnya apresiasi dan kecintaan terhadap budaya dan produk dalam
negeri; (2) semakin pudarnya nilai-nilai solidaritas sosial, keramahtamahan sosial dan rasa cinta tanah air
yang pernah dianggap sebagai kekuatan pemersatu dan ciri khas bangsa Indonesia, serta semakin
menguatnya nilai-nilai materialisme; dan (3) belum memadainya kemampuan bangsa dalam mengelola
keragaman budaya.

Beberapa hasil yang sudah dicapai belum sepenuhnya sesuai dengan harapan karena masih
rentannya soliditas budaya dan pranata sosial yang ada di dalam masyarakat sehingga potensi konflik
belum sepenuhnya dapat diatasi. Hal itu diperberat dengan munculnya kecenderungan penguatan
orientasi primordial, seperti kelompok, etnis, dan agama yang berpotensi memperlemah keharmonisan
bangsa. Interaksi budaya yang semakin terbuka melahirkan persaingan terbuka antara nilai lokal dan
global sehingga terjadi ketegangan dalam merespons berbagai isu mutakhir, seperti demokratisasi,
liberalisasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan lingkungan hidup. Hal itu menunjukkan masih
lemahnya sikap dan daya kritis sebagian besar masyarakat yang mengakibatkan kurangnya kemampuan
masyarakat dalam menyeleksi nilai dan budaya global sehingga terjadi pengikisan nilai-nilai budaya
nasional yang positif. Dengan demikian, pengembangan kebudayaan nasional dituntut untuk memiliki
ketangguhan dalam merespons dan mensintesiskan persaingan nilai lokal dan global secara bijaksana
dan berdaya guna. Selanjutnya, terkait dengan etos untuk memperkuat daya saing, masalah yang
mendasar adalah berkurangnya kebanggaan sebagai bangsa sehingga berdampak pada rendahnya
kepercayaan diri bangsa yang berujung pada melemahnya modal sosial dan daya saing bangsa. Di sisi
lain, kurangnya pemahaman, apresiasi, dan komitmen pemerintah daerah di era otonomi daerah
berakibat pada belum optimalnya kegiatan pelestarian kekayaan budaya, di samping terbatasnya
kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan kekayaan budaya, baik kemampuan fiskal maupun
manajerial.

2.4 Upaya melestarikan budaya nasional

Apa yang terjadi di belahan dunia lain dapat diketahui masyarakat di belahan dunia lainnya
hanya dalam hitungan detik. Generasi muda merupakan salah satu komponen bangsa yang sangat
mudah mengakses informasi baik dari media cetak, elektronik, internet, ataupun sumber informasi
lainnya. Oleh karena itu, sebagai warga bangsa yang juga memperoleh referensi informasi dari belahan
bumi lainnya, pemahaman terhadap kemajemukan sebuah bangsa perlu senantiasa dilakukan dengan
berbagai cara. Apabila pemahaman konsep multikultural di dalam negeri, yaitu pemahaman atas
perbedaan dalam kesetaraan, belum tuntas dilakukan, dikhawatirkan generasi muda akan mengalami
kegamangan budaya apabila generasi muda tidak memperoleh penanaman nilai budaya Indonesia sejak
dini.

Di sinilah peran penting pemerintah dan pemerintah daerah untuk memfasilitasi penanaman
nilai-nilai budaya lokal dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia agar tokoh masyarakat,
tokoh partai, ataupun lembaga swadaya masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dapat
menyampaikan penanaman nilai-nilai kemajemukan dalam persatuan ini kepada generasi muda.
Pemerintah daerah memiliki kewajiban melestarikan nilai sosial budaya seperti diatur dalam Pasal 22
huruf m Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Pasal tersebut
menyatakan, dalam menyelenggarakan otonomi, daerah berkewajiban (huruf m) melestarikan nilai
sosial budaya. Amanat undang-undang ini dapat diartikan bahwa kesempatan terbuka luas baik bagi
seluruh komponen bangsa di tingkat pusat maupun daerah untuk turut serta memajukan budaya
nasional di tengah pergolakan peradaban global.

Disamping juga peran pemerintah, peran masyarakat Indonesia juga berperan penting dalam
melestarikan kebudayaan bangsa sendiri. Masyarakat seharusnya melestarikan budaya-budaya yang ada
di daerah atau bangsa dengan sungguh-sungguh. Bukan menunggu adanya negara lain yang mengaku
atau mengklaim budaya bangsa. Dalam konteks masa kini, kekayaan kebudayaan akan banyak berkaitan
dengan produk-produk kebudayaan yang berkaitan 3 wujud kebudayaan yaitu pengetahuan budaya,
perilaku budaya atau praktek-praktek budaya yang masih berlaku, dan produk fisik kebudayaan yang
berwujud artefak atau banguna. Beberapa hal yang berkaitan dengan 3 wujud kebudayaan tersebut
yang dapat dilihat adalah antara lain adalah produk kesenian dan sastra, tradisi, gaya hidup, sistem nilai,
dan sistem kepercayaan.
Keragaman budaya dalam konteks studi makalah ini lebih banyak diartikan sebagai produk atau
hasil kebudayaan yang ada pada kini. Dalam konteks masyarakat yang multikultur, keberadaan
keragaman kebudayaan adalah suatu yang harus dijaga dan dihormati keberadaannya. Keragaman
budaya adalah memotong perbedaan budaya dari kelompok-kelompok masyarakat yang hidup di
Indonesia. Jika kita merujuk kepada konvensi UNESCO 2005 (Convention on The Protection and
Promotion of The Diversity of Cultural Expressions) tentang keragaman budaya atau “cultural diversity”,
cultural diversity diartikan sebagai kekayaan budaya yang dilihat sebagai cara yang ada dalam
kebudayaan kelompok atau masyarakat untuk mengungkapkan ekspresinya. Hal ini tidak hanya
berkaitan dalam keragaman budaya yang menjadi kebudayaan latar belakangnya, namun juga variasi
cara dalam penciptaan artistik, produksi, disseminasi, distribusi dan penghayatannya, apapun makna
dan teknologi yang digunakannya. Atau diistilahkan oleh Unesco dalam dokumen konvensi UNESCO
2005 sebagai “Ekpresi budaya” (cultural expression). Isi dari keragaman budaya tersebut akan mengacu
kepada makna simbolik, dimensi artistik, dan nilai-nilai budaya yang melatarbelakanginya.

Dalam konteks ini pengetahuan budaya akan berisi tentang simbol-simbol pengetahuan yang
digunakan oleh masyarakat pemiliknya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungannya.
Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud nilai-nilai budaya suku bangsa dan nilai budaya bangsa
Indonesia, dimana didalamnya berisi kearifan-kearifan lokal kebudayaan lokal dan suku bangsa
setempat. Kearifan lokal tersebut berupa nilai-nilai budaya lokal yang tercerminkan dalam tradisi
upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di
nusantara. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang
bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dirupakan dalam
bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsisten masyarakat, dan sebagainya. Atau bisa
kita sebut sebagai aktivitas budaya. Dalam artefak budaya, kearifan lokal bangsa Indonesia diwujudkan
dalam karya-karya seni rupa atau benda budaya (cagar budaya). Jika kita melihat penjelasan diatas maka
sebenarnya kekayaan Indonesia mempunyai bentuk yang beragam. Tidak hanya beragam dari
bentuknya namun juga menyangkut asalnya. Keragaman budaya adalah kekayaan budaya bangsa
Indonesia.

2.5 Peranan pemerintah menjaga keanekaragaman budaya

Sesungguhnya peran pemerintah dalam konteks menjaga keanekaragaman kebudayaan adalah


sangat penting. Dalam konteks ini pemerintah berfungsi sebagai pengayom dan pelindung bagi
warganya, sekaligus sebagai penjaga tata hubungan interaksi antar kelompok-kelompok kebudayaan
yang ada di Indonesia. Namun sayangnya pemerintah yang kita anggap sebagai pengayom dan
pelindung, dilain sisi ternyata tidak mampu untuk memberikan ruang yang cukup bagi semua kelompok-
kelompok yang hidup di Indonesia. Misalnya bagaimana pemerintah dulunya tidak memberikan ruang
bagi kelompok-kelompok sukubangsa asli minoritas untuk berkembang sesuai dengan kebudayaannya.
Kebudayaan-kebudayaan yang berkembang sesuai dengan sukubangsa ternyata tidak dianggap serius
oleh pemerintah. Kebudayaan-kebudayaan kelompok sukubangsa minoritas tersebut telah tergantikan
oleh kebudayaan daerah dominant setempat, sehingga membuat kebudayaan kelompok sukubangsa asli
minoritas menjadi tersingkir. Contoh lain yang cukup menonjol adalah bagaimana misalnya karya-karya
seni hasil kebudayaan dulunya dipandang dalam prespektif kepentingan pemerintah. Pemerintah
menentukan baik buruknya suatu produk kebudayaan berdasarkan kepentingannya. Implikasi yang kuat
dari politik kebudayaan yang dilakukan pada masa lalu (masa Orde Baru) adalah penyeragaman
kebudayaan untuk menjadi “Indonesia”. Dalam artian bukan menghargai perbedaan yang tumbuh dan
berkembang secara natural, namun dimatikan sedemikian rupa untuk menjadi sama dengan identitas
kebudayaan yang disebut sebagai ”kebudayaan nasional Indonesia”. Dalam konteks ini proses
penyeragaman kebudayaan kemudian menyebabkan kebudayaan yang berkembang di masyarakat,
termasuk didalamnya kebudayaan kelompok sukubangsa asli dan kelompok marginal, menjadi
terbelakang dan tersudut. Seperti misalnya dengan penyeragaman bentuk birokrasi yang ada ditingkat
desa untuk semua daerah di Indonesia sesuai dengan bentuk desa yang ada di Jawa sehingga
menyebabkan hilangnya otoritas adat yang ada dalam kebudayaan daerah.

Tidak dipungkiri proses peminggiran kebudayaan kelompok yang terjadi diatas tidak lepas
dengan konsep yang disebut sebagai kebudayaan nasional, dimana ini juga berkaitan dengan arah politik
kebudayaan nasional ketika itu. Keberadaan kebudayaan nasional sesungguhnya adalah suatu konsep
yang sifatnya umum dan biasa ada dalam konteks sejarah negara modern dimana ia digunakan oleh
negara untuk memperkuat rasa kebersamaan masyarakatnya yang beragam dan berasal dari latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Akan tetapi dalam perjalanannya, pemerintah kemudian
memperkuat batas-batas kebudayaan nasionalnya dengan menggunakan kekuatan-kekuatan politik,
ekonomi, dan militer yang dimilikinya. Keadaan ini terjadi berkaitan dengan gagasan yang melihat
bahwa usaha-usaha untuk membentuk suatu kebudayaan nasional adalah juga suatu upaya untuk
mencari letigimasi ideologi demi memantapkan peran pemerintah dihadapan warganya. Tidak
mengherankan kemudian, jika yang nampak dipermukaan adalah gejala bagaimana pemerintah
menggunakan segala daya upaya kekuatan politik dan pendekatan kekuasaannya untuk ”mematikan”
kebudayaan-kebudayaan local yang ada didaerah atau kelompok-kelompok pinggiran, dimana
kebudayaan-kebudayaan tersebut dianggap tidak sesuai dengan kebudayaan nasional.

Sebagai suatu ideologi, multikultural harus didukung dengan sistem infrastuktur demokrasi yang
kuat serta didukung oleh kemampuan aparatus pemerintah yang mumpuni karena kunci
multibudayaisme adalah kesamaan di depan hukum. Negara dalam hal ini berfungsi sebagai fasilitator
sekaligus penjaga pola interaksi antar kebudayaan kelompok untuk tetap seimbang antara kepentingan
pusat dan daerah, kuncinya adalah pengelolaan pemerintah pada keseimbangan antara dua titik ekstrim
lokalitas dan sentralitas. Seperti misalnya kasus Papua dimana oleh pemerintah dibiarkan menjadi
berkembang dengan kebudayaan Papuanya, namun secara ekonomi dilakukan pembagian ekonomi yang
adil. Dalam konteks waktu, produk atau hasil kebudayaan dapat dilihat dalam 2 prespekif yaitu
kebudayaan yang berlaku pada saat ini dan tinggalan atau produk kebudayaan pada masa lampau.

Anda mungkin juga menyukai