Anda di halaman 1dari 17

1

NAMA : YULIARMAN LASE


NIM : 04043423741
M.K. : PENDIDIKAN KEWARGA NEGARAAN
TUGAS : 2(DUA)

I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan seni dan budaya.
Perbedaan letak geografis antarwilayah di Indonesia melahirkan
keberagaman ras dan suku bangsa. Keragaman inilah yang menyebabkan
Indonesia terkenal dengan kemajemukan budayanya. Namun kebudayaan itu
sendiri dapat berubah seiring dengan perkembangan zaman. Perubahan
kebudayaan ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktor
pendukungnya adalah adanya kontak dengan kebudayaan lain. Pada era
modernisasi, perubahan kebudayaan berlangsung sangat cepat karena
pengaruh kemajuan teknologi.
Budaya asing dapat masuk ke Indonesia sewaktu-waktu dan membuat
perubahan yang signifikan mulai dari pola pikir, perilaku, sampai pola hidup
masyarakat. Jika budaya tersebut masuk tanpa batas, maka dapat membuka
peluang terjadinya akulturasi. Jika proses akulturasi menghasilkan dominasi
kebudayaan asing, maka hal tersebut berarti ternyadinya pendangkalan
budaya. Apabila hal ini terus berlanjut, maka akan berujung pada kehancuran
budaya-budaya lokal, yang berakibat hilangnya jati diri suatu bangsa atau
etnik. Sehingga mengakibatkan terjadinya krisis jati diri (identitas) nasional.
Identitas nasional meluntur oleh cepatnya penyerapan budaya global yang
negatif, serta tidak mampunya bangsa Indonesia mengadopsi budaya global
yang lebih relevan bagi upaya pembangunan bangsa dan karakter bangsa
(nation and character building).
Budaya asing yang sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan di
Indonesia adalah budaya barat. Budaya barat masuk ke berbagai sektor
termasuk cara berpakaian. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya tingkat
kepribadian bangsa. Selain itu, budaya pop juga mendominasi di Indonesia.
Namun, seiring berubahnya waktu masuknya budaya pop sekarang ini tidak
hanya di dominasi oleh budaya barat. Asia pun sudah mulai menjadi
pengekspor budaya pop, seperti pop Korea.
Budaya Korea merupakan salah satu budaya yang cukup memberikan
pengaruh terhadap generasi muda di Indonesia. Budaya Korea yang sangat
diminati yaitu girlband dan boyband, film, drama, dan style korea. Namun,
tidak sepenuhnya budaya Korea tersebut sesuai dengan budaya bangsa
Indonesia. Masuknya budaya Korea ini memiliki pengaruh yang cukup besar
terhadap kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, maka diperlukan adanya
upaya yang mampu untuk menjaga dan melestarikan budaya bangsa.
Walaupun banyak budaya luar yang masuk, diharapkan kita sebagai generasi
muda tetap menjaga dan mampu mengimbangi budaya sendiri yang
merupakan identitas nasional bangsa dengan budaya yang masuk ke
Indonesia. Dari pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk mengulas
lebih banyak mengenai pengaruh budaya Korea terhadap budaya Indonesia
yang merupakan salah satu identitas nasional bangsa.

1.1 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat
merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1.1.1 Apakah pengertian dari identitas nasional?
1.1.2 Apa saja unsur-unsur dari identitas nasional?
1.1.3 Apa saja faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional?
1.1.4 Bagaimana pancasila sebagai kepribadian dan identitas nasional?
1.1.5 Bagaimana sejarah budaya bangsa sebagai akar identitas
nasional?
1.1.6 Bagaimana pengaruh budaya popular Korea terhadap budaya
Indonesia ?
1.1.7 Bagaimana solusi untuk mengatasi masuknya budaya asing
negatif ke Indonesia?

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

2
1.2.1 Untuk mengetahui pengertian dari identitas nasional
1.2.2 Untuk mengatahui unsur-unsur identitas nasional
1.2.3 Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung kelahiran identitas
nasional
1.2.4 Untuk mengetahui bagaimana pancasila sebagai kepribadian dan
identitas nasional
1.2.5 Untuk mengetahui sejarah budaya bangsa sebagai akar identitas
nasional
1.2.6 Untuk mengetahui pengaruh budaya popular Korea terhadap
budaya Indonesia
1.2.7 Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi masuknya budaya
asing yang negatif ke Indonesia

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, antara lain:
1.3.1 Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pemahaman
budaya dan pentingnya identitas nasional.
1.3.2 Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang budaya bangsa
yang kita miliki.
1.3.3 Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
dan melestarikan budaya sebagai identitas bangsa.
1.3.4 Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan akibat dari masuknya
budaya luar di Indonesia.

3
II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Identitas Nasional
Kata “identitas” berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri,
tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu
yang membedakannya dengan yang lain. Sedangkan “nasional” menunjuk
pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri kesamaan, baik fisik
seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan,
cita-cita, dan tujuan. Pengertian Identitas Nasional pada hakikatnya
adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nasion) dengan ciri-ciri khas, dan
dengan yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya.
Selain itu, istilah “identitas nasional” secara terminologis
diartikan sebagai suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara
filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian dari identitas nasional tersebut, maka setiap bangsa di dunia
ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat,
ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional
adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki
wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim
hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja
berdasarkan profesi. Maka pada hakikatnya “ Identitas Nasional” suatu
bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih
popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan
atau totalitasi dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang
mendasari tingkahlaku individu. Oleh karena itu, menurut Ismaun (1981:
6 ) Kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku
seseorang dalam hubungan dengan manusia lain.
Berdasarkan uraian diatas , maka pengertian kepribadian sebagai
suatu identitas nasional suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas
dari kepribadian individu-individu sebagai unsur yang membentuk

4
bangsa tersebut.oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu
bangsa tidak dapt dipisahkan dengan pengertian “ peoples character “, “
national character”, atau “ national Identity”. Oleh karena itu, identitas
nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional Indonesiajuga harus
dipahami dalam konteks dinamis.

2.2 Unsur-unsur Identitas Nasional


Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang
majemuk. Identitas Nasional merupakan gabungan dari unsur-unsur
pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan,dan bahasa.
Adapun uraian dari unsur-unsur tersebut, yaitu:
1. Suku Bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat
askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan
umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku
bangsa atau kclompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.
2. Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-
agama yang tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Agama Kong
Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi
negara, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid,
istilah agama resmi negara dihapuskan.
3. Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial
yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model
pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang
dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk
bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan)
sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4 Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain.
Bahasa dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbitrer
dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan yang
digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

5
2.3 Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Faktor-faktor yang mendukung lahirnya identitas nasional suatu
bangsa, biasanya memiliki sifat, ciri khas, serta beberapa faktor
pendukung kelahiran identitas nasional tersebut.
Ada beberapa faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional bangsa Indonesia, seperti :
1. faktor objektif yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis,
dan
2. faktor subjektif yang meliputi faktor historis, sosial, politik, dan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Dengan demikian, hasil dari interaksi dari berbagai faktor
tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan
negara bangsa beserta identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala
nasionalisme berkembang di Indonesia pada awal abad XX.
Menurut Robert de Ventos, yang dikutip dari Manuel Castelis
dalam bukunya The Power of Identity mengemukakan bahwa teori
tentang munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil
interaksi historis antara empat faktor penting, yaitu :
1. Faktor pertama, meliputi etnisitas, teritorial, bahasa, agama dan yang
sejenisnya. Bagi bangsa Indonesia yang tersusun atas berbagai macam
etnis, bahasa, agama wilayah serta bahasa daerah, merupakan suatu
kesatuan meskipun berbeda-beda dengan kekhasan masing-masing.
2. Faktor kedua, meliputi pembangunhan komunikasi dan teknologi.
Dalam hubungan ini bagi suatu bangsa kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta pembangunan negara dan bangsanya juga
merupakan suatu identitas nasional yang bersifat dinamis.
3. Faktor ketiga, meliputi kodifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi,
tumbuhnya birokrasi, dan pemantapan system pendidikan nasional.
4. Faktor keempat, meliputi penindasa, dominasi, dan pencarian
identitas alternatif melalui memori kolektif rakyat.

6
Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup dalam proses
pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah
berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain. Pencarian identitas nasional
bangsa Indonesia pada dasarnya melekat erat dengan perjuangan bangsa
Indonesia untuk membangun bangsa dan Negara dengan konsep nama
Indonesia.

2.4 Pancasila sebagai Kepribadian dan Identitas Nasional


Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat
internasional, memiliki sejarah serta prinsip dalam hidupnya yang
berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa Indonesia
berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsip-
prinsip dasar filsafat sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan
bernegara. Para pendiri negara menyadari dakan pentingnya dasar
filsafat ini, kemudian melakukan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh
badan yang akan meletakkan dasar filsafat bangsa dan negara yaitu
BPUPKI. Prinsip-prinsip dasra itu ditemukan oleh para pendiri bangsa
tersebut yang diangkat dari filsafat hidup atau pandangan hidup bangsa
Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar
filsafat negara yaitu, Pancasila. Jadi, dasar filsafat suatu bangsa dan
negara berakar pada pandangan hidup yang bersumber kepada
kepribadiannya sendiri. Hal inilah menurut Titus dikemukan bahwa
salah satu fungsi filsafat adalah kedudukannya sebagai suatu pandangan
hidup masyarakat (Titus,1984).
Dapat pula dikatakan bahwa pancasila sebagai dasar filsafat
bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya bersumber kepada nila-
nilai budaya dan keagamaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai
kepribadian bangsa. Jadi filsafat Pancasila itu bukan muncul secara tiba-
tiba dan dipaksakan oleh suatu rezim atau penguasa melainkan melalui
suatu fase historis yang cukup panjang. Pancasila sebelum dirumuskan
secara formal yuridis dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar filsafat

7
negara Indonesia, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia, dalam
kehidupan sehari-hari sebagai suatu pandangan hidup, sehingga materi
Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari bangsa
Indonesia sendiri. dalam pengertian seperti ini menurut Notonagoro
bangsa Indonesia adalah sebagai kausa materialis Pancasila. Nilai-nilai
tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para
pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Proses perumusan materi Pancasila secara formal tersebut
dilakukan dalam sidang-sidang BPUPKI pertama, sidang “Panitia 9”,
sidang BPUPKI kedua, serta akhirnya disyahkan secara formal yuridis
sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.

2.5 Sejarah Budaya Bangsa sebagai Akar Identitas Nasional


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang
cukup panjang. Berdasarkan kenyataan objektif tersebut maka untuk
memahami jati diri bangsa Indonesia serta identitas nasional Indonesia
maka tidak dapat dilepaskan dengan akar-akar budaya yang mendasari
identitas nasional Indonesia. Kepribadian, jati diri, serta identitas
nasional Indonesia yang terumuskan dalam filsafat Pancasila harus
dilacak dan dipahami melalui sejarah terbentuknya bangsa Indonesia
sejak zaman Kutai, Sriwijaya, Majapahit serta kerajaan lainnya sebelum
penjajahan bangsa asing di Indonesia. Nilai-nilai esensial yang
terkadnung dalam Pancasila yaitu: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirikan negara. Proses terbentuknya bangsa dan negara Indonesia
melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman
kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV, ke-V kemudian dasar-dasar
kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke-VII, yaitu ketika
timbulnya kerajaan Sriwijaya dibawah wangsa Syailendra di Palembang,
kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta
kerajaan-kerajaan lainnya. Proses terbentuknya nasionalisme yang

8
berakar pada budaya ini menurut Yamin diistilahkan sebagai fase
terbentuknya nasionalisme lama, dan oleh karena itu secara objektif
sebagai dasar identitas nasionalisme Indonesia
Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern menurut Yamin
dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang
dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun
1908, kemudian dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Akhirnya titik kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk suatu bangsa dan
negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945 yang kemudian
diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu akar-akar nasionalisme Indonesia yang
berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan unsur-
unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang
dalam sejarah terbentuknya bangsa Indonesia.

2.6 Pengaruh Budaya Popular Korea terhadap Budaya Indonesia


Hallyu atau Korean Wave (“Gelombang Korea”) adalah istilah yang
diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai
negara di dunia.Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di negara
tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan kebudayaan Korea.
Berkembangnya budaya pop Korea (Hallyu) di negara-negara Asia Timur
dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menunjukkan
adanya transformasi budaya asing ke negara lain. Berkembangnya
budaya pop Korea di Indonesia dibuktikan dengan munculnya “Asian
Fans Club” (AFC) yaitu blog Indonesia yang berisi tentang berita dunia
hiburan Korea.
Dalam konsepsi budaya, budaya populer yang dibawa Korea
berada dalam dimensi konkret yang terwujud dalam artifak-artifak
budaya seperti lagu, drama, film, musik, program televisi, makanan, dan
bahasa. Sedangkan dimensi abstrak yang berupa nilai, norma,
kepercayaan, tradisi, makna, terkandung secara tidak langsung dalam

9
artifak budaya tersebut. Berkaitan dengan Asian Fans Club, budaya pop
Korea yang diterima kelompok penggemar di Indonesia masih terbatas
pada dimensi konkret, yaitu penerimaan terhadap musik, film, drama,
dan artis-artis Korea.
Dengan demikian, berkembangnya budaya pop Korea (Korean
Wave) di Indonesia merupakan perwujudan globalisasi dalam dimensi
komunikasi dan budaya. Globalisasi dalam dimensi ini terjadi karena
adanya proses mengkreasikan, menggandakan, menekankan, dan
mengintensifikasi pertukaran serta kebergantungan informasi dalam
dunia hiburan, dalam hal ini adalah dunia hiburan Korea.
Kebergantungan ini masih dalam dimensi konkrit. Meskipun demikian,
jika korean wave ini tidak disertai dengan apresiasi terhadap kebudayaan
nasional, maka dikhawatirkan ekstensi kebudayaan nasional bergeser
nilainya menjadi budaya marginal (pinggiran). Apalagi prosentase
terbesar penerima korean wave di Indonesia adalah remaja. Padahal,
remaja merupakan tonggak pembangunan nasional. Jika remaja sekarang
sudah tidak mengenal kebudayaannya sendiri, maka kebudayaan yang
merupakan jati diri atau identitas nasional dapat mengalami kepunahan
dan berganti dengan kebudayaan baru yang tidak sepenuhnya sesuai
dengan kepribadian nenek moyang negara kita.
Maka perlu suatu aktualisasi budaya Indonesia. Hal ini bertujuan
untuk mengantisipasi dampak negatif yang muncul akibat dari korean
wave agar kebudayaan asli Indonesia masih memiliki nilai budaya yang
tinggi di mata masyarakat Indonesia.
Pengaruh budaya yang sedang dialami masyarakat Indonesia
akibat masuknya budaya luar, khususnya budaya korea yang masuk ke
negara Indonesia melalui musik dan drama film korea, mengakibatkan
masyarakat Indonesia mulai terpengaruh dan meniru gaya, nilai-nilai,
serta norma yang terdapat di dalam budaya Korea tersebut. Budaya
Korea yang masuk ke Indonesia mengakibatkan budaya dalam negeri
menjadi luntur dan mulai terlupakan, sehingga lama-kelaman budaya
yang terdapat di Indonesia akan menjadi budaya pinggiran. Apabila hal

10
ini tidak segera ditindaklanjuti oleh pemerintah, maka
akan mengakibatkan lunturnya identitas nasional negara Indonesia.
Masuknya budaya luar ke Indonesia, didukung oleh beberapa faktor.
Adapun faktor – faktor penyebab budaya asing masuk ke Indonesia,
antara lain :
1. Kurangnya Penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia,
dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang adanya badan
seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya asing negatif
yang masuk ke Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta
video porno yang didatangkan dari luar.
2. Lifestyle, saat ini banyak masyarakat Indonesia yang meniru gaya
hidup atau lifestyle orang-orang bule atau lebih berkiblat kebarat-
baratan, seperti melakukan sex bebas, berpakaian yang terlalu
terbuka, gaya hidup bebas tanpa ikatan atau yang biasa kita kenal
dengan “kumpul kebo”. Istilah ini digunakan kepada pasangan yang
bukan seharusnya tinggal bersama tetapi tinggal seatap tanpa adanya
tali pernikahan. Di Indonesia, gaya hidup ini tidak dibenarkan karena
menyalahi beberapa norma, yakni norma agama, norma kesusilaan,
dan norma kesopanan. Sanksi yang diberikan bagi yang melanggar
juga cukup berat terutama pada lingkungan sekitarnya. Orang-orang
yang melakukan “kumpul kebo” atau tinggal serumah tanpa ikatan
pernikahan ini akan dipandang kurang pantas oleh warga sekitar.
Sanksi yang diberikan masyarakat tidak berat tetapi cukup
menyakitkan karena bisa-bisa akan mengucilkan orang yang
melakukan kegiatan ini.
3. Teknologi, pemanfaatan teknologi yang salah dapat mempermudah
arus budaya asing negatif yang masuk. Seperti internet sekarang ini
misalnya. Internet banyak disalahgunakan untuk hal-hal negatif,
seperti pengaruh budaya asing mempengaruhi budaya Indonesia,
adanya kesempatan melakukan hal penipuan, dan yang lainnya.

11
Masuknya budaya pop Korea ini menimbulkan beberapa dampak
terhadap bangsa Indonesia. Dampak yang ditimbulkan yaitu dampak
positif dan juga negatif. Dampak positif yang diberikan, yaitu:
1. Menginspirasi dunia musik Indonesia menjadi lebih berwarna. Hal ini
terbukti dengan adanya korean wave di Indonesia dengan adanya
boyband atau girlband indonesia yang baru bermunculan setelah
adanya wabah kpop.
2. Menambah devisa negara. Dengan banyaknya artis Korea yang datang
ke Indonesia untuk menggelar konser secara tidak langsung telah
mempromosikan Indonesia sebagai tujuan menarik para wisatawan
asing yang berasal dari Korea.
3. Mempererat hubungan kerjasama diplomatik dengan negara Korea
tersebut.
Sedangkan dampak negative dari masuknya budaya Korea ke
Indonesia, yaitu:
1. Acuh tak acuh terhadap budaya tradisional Indonesia
2. Lebih menyukai budaya Korea dibandingkan budaya asli Indonesia
yang bersifat monoton.
3. Terlalu fanatik terhadap boyband atau girlband sehingga melupakan
kewajiabannya.
4. Meniru gaya hidup dari artis-artis Korea yang tidak sesuai dengan jati
diri bangsa Indonesia.
2.7 Solusi dalam Mengatasi Masuknya Budaya Asing Negatif yang Masuk
ke Indonesia (Berkaitan dengan Identitas Nasional)
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki martabat serta
harga diri bangsa yang tinggi sehingga jangan sampai bangsa ini rusak
hanya karena pengaruh-pengaruh negatif dari pihak asing yang ingin
menghancurkan mental generasi penerus bangsa kita. Ada beberapa
tindakan antisipasi yang dapat dan perlu untuk dilakukan oleh generasi
muda terhadap pengaruh asing yang sifatnya negatif, diantaranya :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh,
misalnya semangat mencintai produk dalam negeri. Memakai pakaian,

12
sepatu atau perlengkapan yang berasal dari Indonesia salah satu
contoh untuk mengatasi budaya-budaya asing yang ada di Indonesia.
2. Lebih selektif terhadap budaya asing, misalnya Korea yang masuk ke
Indonesia. Menyeleksi dan menyaring nilai-nilai budaya asing
sangatlah perlu dilakukan, dalam hal ini budaya Korea yang bersifat
baik untuk perkembangan kemajuan di Indonesia bisa menjadi
panutan seperti halnya mepunyai etos kerja yang tinggi, teknologi dan
yang lainnya. Nilai-nilai budaya asing yang sesuai dengan budaya
bangsa dapat diserap sehingga akan memperkaya nilai budaya
bangsa, sedangkan budaya yang bersifat tidak baik langsung di
tinggalkan seperti hal nya dalam cara berpakaian yang tidak baik.
3. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-
baiknya.
4. Melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik-baiknya dan selektif
terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi,
sosial budaya bangsa
5. Mengenali, memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional.
Memelihara dan mengembangkan budaya nasional sebagai jati diri
bangsa dengan cara mengirimkan misi kebudayaan dan kesenian dari
suatu daerah keluar negeri. Selain itu, dapat dilakukan dengan
menayangkan dan menyiarkan kebudayaan dan kebudayaan nasional
melalui berbagai media, mengadakan seminar membahas kebudayaan
daerah sebagai budaya nasional, serta pelestarian dan pewarisan dan
pewarisan daerah yang dapat mendorong persatuan dan kesatuan
bangsa.
6. Lebih mempromosikan kebudayaan kesenian Indonesia agar
masyarakat tertarik untuk ikut melestarikan kebudayaan Indonesia
tersebut. Jangan sampai kebudayaan kita diakui oleh negara lain.
7. Bersikap kritis dan teliti, sebagai penerus bangsa, kita harus bersikap
kritis dan teliti terhadap hal-hal yang baru didatangkan dari luar,
bagaimana kita bisa memfilter apakah hal ini bisa membawa dampak
baik atau buruk bagi kita. Bersikaplah kritis terhadap sesuatu yang

13
baru, banyak bertanya pada orang-orang yang berkompeten
dibidangnya dan teliti apakah inovasi tersebut bisa sesuai dengan
iklim Indonesia dan pastikan tidak melanggar norma-norma yang
berlaku di Indonesia.
8. Perluas ilmu pengetahuan (IPTEK), sebelum budaya asing itu masuk
sebaiknya kita telah mengetahui inovasi- inovasi yang masuk itu
secara jelas dan rinci. Kita bisa mengetahui kegunaan hal itu secara
keilmuannya, seperti situs jaringan facebook. Facebook saat ini sedang
menjamur dikalangan masyarakat, dari berbagai usia semua
menggunakan situs ini untuk menjalin tali persahabatan yang telah
lama terputus. Tetapi ada beberapa orang yang menyalahgunakan
facebook sebagai tempat untuk saling menjatuhkan dan melakukan
penghinaan. Jika kita mengetahui fungsi awal facebook itu sendiri
adalah untuk menjalin tali persahatan yang baik, kita tidak akan
menyalahgunakan situs ini untuk berbuat yang tidak-tidak. Sehingga
kita harus mengetahui terlebih dahulu fungsinya.
9. Tanamkan “Aku Cinta Indonesia”, maksud dari simbol ini adalah
bahwa adat istiadat yang ditularkan oleh nenek moyang kita adalah
benar adanya dan dapat membawa manfaat yang baik bagi diri kita
sendiri untuk masa kini dan kedepannya. Sehingga kita tidak mudah
terbawa arus budaya asing yang membawa kita kepada dampak yang
negatif.
10. Tindak lanjut dari pemerintah, pemerintah sebagai tonggak utama
dari sebuah negara. Maka pemerintah harus bersikap tegas apabila
terdapat suatu budaya yang tidak cocok dengan budaya kita. Apabila
pemerintah lengah dan membiarkan semua budaya luar masuk maka
sedikit demi sedikit budaya Indonesia akan menjadi luntur dan
akan mengakibatkan lunturnya identitas nasional negara kita.
Sehingga dari sekarang perlu dilakukan sosialisasi berupa aktualisasi
budaya Indonesia kepada para masyarakat Indonesia khususnya
kepada remaja-remaja supaya tidak terlalu terpengaruh dan meniru
budaya asing yang mulai masuk ke negara kita, serta menanamkan

14
sikap untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya dalam negeri
sendiri. Dengan itu budaya dalam negeri akan tetap lestari. Karena
budaya merupakan salah unsur dari identitas nasional suatu bangsa.

15
III PENUTUP
3.1 Simpulan
Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan
wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka
sendiri), kesamaan sejarah, sistem hukum/perundang undangan, hak
dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi. Identitas
nasional memiliki beberapa unsur-unsur didalamnya, yakni: suku
bangsa, bangsa Indonesia, kebudayaan, dan bahasa. Kebudayaan
Indonesia terus mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya
zaman. Sehingga akhirnya masuk budaya popular Korea yang sangat
diminati oleh generasi muda di Indonesia. Masuknya budaya asing
tersebut memiliki dampak positiff dan juga dampak negatif. Dampak
positif yang diberikan dapat dijadikan suatu acuan bagi bangsa
Indonesia. Namun dampak negatif dari masuknya budaya asing ke
Indonesia perlu ditindaklanjuti sehingga identitas nasional bangsa
Indonesia tidak pudar dan tetap terjaga.

3.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi para mahasiswa agar lebih menghargai dan melestarikan
identitas nasional bangsa Indonesia serta menjaga kebudayaan
bangsa Indonesia.
2. Bagi pembaca diharapkan lebih menghargai identitas nasional
dengan cara mencintai produk dalam negeri.
3. Bagi pemerintah diharapkan lebih memperhatikan kebudayaan
yang dimiliki oleh bangsa sendiri dan meninjau setiap budaya luar
yang masuk ke Indonesia.

Zainul I. A., 2018, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, Tangerang Selatan:


Penerbit UT

16
LASYO, dkk, 2020, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, Tangerang Selatan:
Penerbit UT

https://ppkn.fkip.uns.ac.id

17

Anda mungkin juga menyukai