Anda di halaman 1dari 19

PEMBAHASAN

A. Pengertian Identitas Negara


Istilah identitas berasal dari bahasa Inggris “identity” yang menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia berarti keadaan, ciri-ciri khusus suatu benda/orang.
Dalam kamus politik “identitas” berarti ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang
atau jati diri. Sedangkan kata “nasional” dari akar kata “nation” (Inggris), yang
berarti bangsa yang tengah menegara atau kebangsaan. Dalam kamus politik
berasal dari kata “nation” (Latin), artinya kelahiran, suku bangsa. Kata “nasional”
berarti masyarakat yang sudah berkembang sedemikian rupa, sehingga mempunyai
kesamaan sejarah, tradisi, kebudayaan, bahasa dan wilayah. Hal tersebut
menimbulkan kesadaran dan kesetiaan serta kemauan untuk hidup bersatu dalam
suatu Negara yang merdeka (Dwiyatmi, 2012: 79).
Secara terminologis, Identitas Nasional adalah suatu ciri yang dimiliki oleh
suatu bangsa yang membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Artinya,
setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan
keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Identitas nasional tidak
dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut sebagai
kepribadian suatu bangsa (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013: 42).
Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai
budaya yang tumbuh berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation)
dengan ciri-ciri khas dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda
dengan bangsa lain dalam kehidupannya” (Wibisono Koento: 2005). Sedangkan
Ubaedillah dan Abdul Rozak (2013: 51), mengupas identitas sebagai ungkapan
nilai-nilai suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakannya dengan bangsa
lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa dikatakan sebagai “identitas
nasional”. Namun perlu disadari bahwa identitas nasional tidak pernah berhenti
atau selesai, dan karenanya akan berlangsung sepanjang masa.
Bila dilihat dari proses, menurut Juliardi (2014: 35), lahirnya identitas
nasional, maka identitas nasional itu sendiri dapat dibagi ke dalam dua bagian,
yaitu:

3
1. Identitas cultural unity atau identitas kesukubangsaan. Istilah “cultural
unity” merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa
dalam konteks sosiologis-antropologis. Cultural unity disatukan oleh
adanya kesamaan ras, suku, agama, adat dan budaya, keturunan dan
daerah asal. Unsur-unsur ini menjadi identitas kelompok bangsa yang
bersangkutan sehingga bisa dibedakan dengan bangsa lain.
2. Identitas political unity atau identitas kebangsaan. Political unity merujuk
pada bangsa dalam arti politik, yaitu bangsa-Negara. Kesamaan
primordial dapat saja menciptakan bangsa tersebut untuk bernegara,
namun saat ini Negara yang relatif homogen yang hanya terdiri dari satu
bangsa tidak banyak terjadi. Negara baru perlu menciptakan identitas yang
baru pula untuk bangsanya yang disebut dengan identitas nasional.

B. Parameter Identitas Negara


Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat
digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah menjadi ciri khas suatu bangsa.
Sesuatu yang diukur adalah unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang
menyangkut norma, bahasa, adat istiadat, dan teknologi, sesuatu yang alami atau
ciri yang sudah terbentuk seperti geografis.
Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan mencari ciri atau identitas
nasional biasanya mempunyai indikator sebagai berikut:
1. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui
aktivitas masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat-
istiadat, tata kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orang
tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang
bersumber dari adat istiadat dan tata kelakuan.
2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis
menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang Negara ini
biasanya dinyatakan dalam undang-undang seperti Garuda Pancasila,
bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
3. Alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti
bangunan, teknologi, dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari
alat perlengkapan ini seperti bangunan yang merupakan tempat ibadah
(Borobudur, Prambanan, mesjid, dan gereja), peralatan manusia (pakaian,
4
adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat terbang, kapal
laut, dan lain-lain).
4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari
tujuan ini bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, prestasi
dalam bidang tertentu.
Bagi bangsa Indonesia, pegertian parameter identitas nasional tidak merujuk
hanya pada individu (adat idtiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada suatu
kelompok Indonesia sebagai suatu bangsa yang majemuk. Maka dari itu
kemajemukan merupakan unsur-unsur atau parameter pembentuk identitas yang
melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang terdapat pada segenap
warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia berdasarkan
ukuran parameter sosiologis adalah:
1. Suku Bangsa. Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan
bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan
umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal dengan banyak suku bangsa,
dan menurut statistik hampir mencapai 300 suku bangsa. Setiap suku
mempunyai adat istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda, namun
demikian beragam suku ini mampu mengintegrasikan dalam suatu negara
Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang adil dan makmur.
2. Kebudayaan. Kebudayaan menurut ilmu sosiologi termasuk kesenian,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan adat istiadat. Kebudayaan sebagai
parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang bersifat individual.
Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanah suatu kebudayaan.
Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu kelompok,
artinya para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan
berkelakuan yang didapat dan dikembangkan melalui proses belajar. Hal-
hal yang dimiliki bersama ini harus menjadi sesuatu yang khas dan unik,
yang akan tetap memperlihatkan diri di antara berbagai kebiasaan-
kebiasaan pribadi yang sangat variatif.
3. Bahasa. Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu
lambang suatu negara. Bahasa adalah merupakan satu keistimewaan
manusia, khususnya dalam ikatan dengan hidup bersama dalam
masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki simbol yang
menjadikan suatu perlataan mampu melambangkan arti apa pun, sekalipun
5
hal atau barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata tidak hadir di
situ. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili
banyaknya suku-suku bangsa atau etnis. Bahasa Melayu dahulu dikenal
sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami kepulauan
nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara suku-suku di
nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa transaksi
perdagangan internasional di kawasan nusantara yang digunakan oleh
berbagai suku bangsa Indonesia dengan pedagang asing. Pada tahun 1928
Bahasa Melayu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun
tersebut, bahasa Melayu ditetapkan menjadi bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah kemerdekaan, bahasa
Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.
4. Kondisi Geografis. Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat
alamiah. Kedudukan geografis wilayah negara menunjukkan tentang
lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk
waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi. Letak
geografis tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam dan akan
dapat diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa akan
mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilayah negaranya. Letak
geografis ini menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat
membedakannya dengan negara lain.

C. Unsur-unsur Pembentuk Identitas Negara


1. Unsur Sejarah
Peresepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka
dapat menyatukan diri dalam satu bangsa, persepsi yang sama tentang
pengalaman masa lalu, seperti sama – sama menderita karena penjajahan tidak
hanya melahirkan solidaritas tetapi melahirkan tekad dan tujuan yang sama
antara anggota masyarakat itu.
2. Kebudayaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara
kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan

6
memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagai rujukan atau
pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda
kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi. Intinya adalah
kebudayaan merupakan patokan nilai-nilai etika dan moral, baik yang
tergolong sebagai ideal atau yang seharusnya (world view) maupun yang
operasional dan aktual di dalam kehidupan sehari-hari (ethos).
Seperti banyaknya suku bangsa yang dimiliki nusantara, demikian pula
dengan kebudayaan. Terdapat ratusan kebudayaan bangsa Indonesia yang
membentuk identitas nasionalnya sebagai bangsa yang dilahirkan dengan
kemajemukan identitasnya.
3. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif
(ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis
kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis
dengan tidak kurang dari 300 dialek bahasa.
4. Agama
Indonesia merupakan Negara yang multi agama, maka Indonesia dapat
dikatakan sebagai Negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Banyak
kasus disintegraasi bangsa yang terhadi akhir-akhir ini melibatkan agama
sebagai faktor penyebabnya. Misalnya, kasus Ambon yang seringkali diisukan
sebagai pertikaian antara dua kelompok agama meskipun isu ini belum tentu
benar. Akan tetapi isu agama adalah salah satu isu yang mudah menciptakan
konflik. Salah satu jalan yang dapat mengurangi resiko konflik antar agama,
perlunya diciptakan tradisi saling menghormati antar agama-agama yang ada
(Franz Magnis Suseno, 1995:174). Menghormati berarti mengakui secara
positif dalam agama dan kepercayaan orang lain juga mampu belajar satu sama
lain. Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan memungkinkan
penganut agama-agama yang berbeda bersama-sama berjuang demi
pembangunan yang sesuai dengan martabat yang diterima manusia dari Tuhan.
5. Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain.
Bahasa dipahami sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-
unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar

7
manusia. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang mewakili
banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.
Pada tahun 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar
biasa. Pada tahun tersebut, melalui peristiwa Sumpah Pemuda Indonesia, para
tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan sebutan bahasa melayu yang
merupakan bahasa penghubung (linguafranca) berbagai etnis yang mendiami
kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa komunikasi di antara suku-suku
di nusantara, bahasa melayu juga menempati posisi bahasa transaksi
perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan
oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.

D. Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa


Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan membangun dan mengembangkan
karakter bangsa sehingga mampu menjadi benteng dalam mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari berbagai ancaman yang datang dari luar
maupun dari dalam. Suatu bangsa akan tegak berdiri jika warga negaranya
memiliki karakter yang tangguh, ulet, cerdas, berkepribadian berdasarkan
pandangan hidup bangsanya, dan itu berlaku sebaliknya.
Karakter berasal dari bahasa Latin”kharakter, kharassein atau kharax”,
sementara dalam bahasa Prancis disebut dengan “character”, dan dalam bahasa
Inggris adalah “character”. Dalam arti luas karakter diartikan sebagai sifat
kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan seseorang dengan
orang lain. Merujuk kepada pengertian tersebut, maka karakter bangsa dapat
diartikan sebagai tabiat atau watak khas bangsa yang membedakan bangsa
Indonesia dengan bangsa lain (Juliardi, 2014: 42).
Setiap bangsa di mana pun memiliki identitas yang menjadi dasar dalam
memahami jati diri bangsanya sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai
bangsa. Menurut Weber (dalam Juliardi, 2014: 42), cara terbaik dalam memahami
suatu masyarakat adalah dengan cara memahami karakter (tingkah laku)
anggotanya. Secara sosiologis, karakter salah satunya terbentuk melalui identitas
nasional yang dimiliki suatu bangsa. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
identitas nasional akan membentuk karakter bangsa tersebut.
8
Menurut Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014: 98), identitas nasional bila
dilihat dari karakter bangsa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mencintai sesama manusia, keluarga, masyarakat, bangsa, dan tanah
airnya.
3. Menghormati sesama warga Negara tanpa membedakan latar belakang
sosial dan budaya.
4. Dapat hidup bersama dalam masyarakat majemuk yang terdiri dari
perbedaan budaya, etnik, agama, adat istiadat.
5. Toleransi keagamaan.

E. Identitas Nasional Indonesia


Identitas nasional Indonesia merujuk kepada identitas-identitasnya yang
bersifat nasional. Beberapa identitas nasional Indonesia adalah sbb.:
1. Bahasa nasional adalah bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
2. Bendera Negara adalah Sang Merah Putih.
3. Lagu kebangsaan Indonesia adalah Indonesia Raya.
4. Lambang Negara yaitu Garuda Pancasila.
5. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
6. Dasar falsafah Negara yaitu Pancasila.
7. Konstitusi (hukum dasar) Negara, yaitu UUD 1945.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.

F. Integrasi Nasional di Indonesia


Intergrasi nasional merupakan salah satu cara untuk menyatukan berbagai
macam perbedaan yang ada di Indonesia,dimana salah satu contohnya yaitu antara
pemerintah dengan wilayahnya. Integrasi itu sendiri dapat dikatakan sebagai suatu
langkah yang baik untuk menyatukan sesuatu yang semula terpisah menjadi suatu
keutuhan yang baik bagi bangsa Indonesia, misal menyatukan berbagai macam
suku dan budaya yang ada serta menyatukan berbagai macam agama di Indonesia.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada
tetap harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat
9
mencapai tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan
di Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama
sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan
Indonesia.
Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat
Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau
dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional
sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara
yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.
Berikut adalah faktor pendorong, pendukung dan penghambat integrasi
nasional.
1. Faktor pendorong:
a. Adanya rasa yang senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh
faktor-faktor sejarah.
b. Adanya ideologi nasional yang tercermin di dalam simbol negara
yakni Garuda Pancasila dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
c. Adanya sikap tekad dan keinginan untuk kembali bersatu di dalam
kalangan Bangsa Indonesia seperti yang telah dinyatakan di dalam
Sumpah Pemuda.
d. Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan adanyadan munculnya
semangat nasionalisme dalam kalangan Bangsa Indonesia.
2. Faktor pendukung integrasi nasional:
a. Penggunaan bahasa Indonesia.
b. Semangat persatuan serta kesatuan di dalam Bangsa, Bahasa dan
Tanah Air Indonesia.
c. Adanya Kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama
yakni Pancasila.
d. Adanya jiwa dan rasa semangat dalam bergotong royong, solidaritas
serta toleransi keagamaan yang sangat kuat.
e. Adanya rasa senasib dan sepenanggungan yang diakibatkan oleh
penderitaan semasa penjajahan.
3. Faktor penghambat integrasi nasional:
a. Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang memiliki sifat
heterogen.
10
b. Kurangnya toleransi antar sesama golongan.
c. Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing rakyat Indonesia
terhadap segala ancaman dan gangguan yang mucul dari luar.
d. Adanya sikap ketidakpuasan terhadap segala ketimpangan dan
ketidak merataan hasil pembangunan.

G. Pengantar Demokrasi
Pembahasan tentang peranan Negara dan masyarakat tidak dapat dilepaskan
dari telahaan tentang demokrasi dalam berbagai aspeknya. Menurut Koelan dan
Achmad Zubaidi (2013: 34), ada dua alasan yang menjadi latar belakang
meluasnya demokrasi, yaitu: Pertama, hampir semua Negara di dunia ini telah
menjadikan demokrasi sebagai asas yang fundamental dalam penyelenggaraan
Negara. Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah
memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan Negara
sebagai organisasi tertingginya.
Meskipun implementasi demokrasi di beberapa Negara berbeda dengan
Negara-Negara lainnya, tetapi menurut penelitian dari UNESCO tahun 1949
menyatakan bahwa “Mungkin untuk pertama kali dalam sejarah demokrasi
dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua sistem
organisasi politik dan sosial yang diperjuangkan oleh para pendukungnya yang
berpengaruh.
Di Indonesia, eksistensi demokrasi semakin menguat seiring dengan
digelarnya Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkada) dan Pemilihan Presiden
(Pilpres), di mana rakyat dapat menyampaikan aspirasi atau suaranya secara
langsung dalam memilih pimpinan daerah yaitu gubernur, bupati/walikota, dan
presiden. Pilihan terhadap pimpinan daerah dan negara tersebut dilangsungkan
dengan suasana LUBER (Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia). Secara politik
apa yang terjadi saat ini di Indonesia merupakan loncatan besar dalam demokrasi
dan politik, dan menempatkan Indonesia sebagai Negara demokrasi terbesar ketiga
di dunia.

11
H. Pengertian Demokrasi
Secara etimologis, istilah Demokrasi berasal dari kata Yunani demos berarti
rakyat dan kratos berarti kekuasaan. Konsep dasar demokrasi berarti “rakyat
berkuasa” (government of rule by the people). Ada pula definisi singkat untuk
istilah demokrasi yang diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Menurut Adolf Heuken, dkk (1988), kata demokratia ini muncul di Yunani
Kuno (abad ke-5 SM), untuk menamai suatu bentuk pemerintahan di Negara kota
Athena. Lebih lanjut Heuken menjelaskan bahwa “demos” atau rakyat dalam suatu
Negara itu tidak sama dengan penduduk. Sebab di alam demokrasi langsung
Yunani Kuno, yang dimaksud dengan “demos” itu hanyalah sebagian dari
penduduk dewasa kota Athena. Analoginya sama seperti dalam kehidupan Negara
demokrasi modern juga tidak seluruh penduduk dalam suatu Negara berhak ikut
memerintah Negara yang bersangkutan. Dalam Pemilu misalnya, hanya warga
Negara dewasa yang memenuhi syaratlah yang diperbolehkan untuk menggunakan
hak pilih mereka. Jadi sejak jaman Yunani Kuno sampai sekarang sebenarnya
selalu ada penduduk yang tidak masuk dalam pengertian “demos” atau rakyat yang
berdaulat karena tidak memenuhi persyaratan tertentu (Dwiyanti, 2012: 153).
Untuk lebih memberikan pemahaman demokrasi secara luas dan mendalam,
berikut ini pendapat beberapa ahli:
1. Harris Soche menyatakan: “Demokrasi adalah bentuk pemerintah rakyat,
karena itu kekuasaan pemerintahan melekat pada diri rakyat, diri orang
banyak dan merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk
mengatur, mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan dan
perkosaan orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah”.
2. Henry B. Mayo, menyatakan: “Sistem politik demokratis adalah sistem
yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam
pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan
politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan
politik”.
3. Menurut International Commission of Jurist: “Demokrasi adalah suatu
bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-keputusan
politik diselenggarakan oleh warga Negara melalui wakil-wakil yang
12
dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui
suatu proses pemilihan yang bebas”.
4. C.F. Strong mendefinisikan demokrasi sebagai: “Suatu sistem
pemerintahan di mana mayoritas anggota dewasa dari masyarakat politik
ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah
akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan kepada
mayoritas itu”.
5. Samuel Huntington menyatakan: “Demokrasi terjadi sejauh para
pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih
melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan berkala, dan di dalam
sistem itu para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir
semua penduduk dewasa berhak memberikan suara”.

I. Prinsip-prinsip Demokrasi
Dalam implementasinya, prinsip-prinsip demokrasi yang ideal tercermin
pada:
1. Prinsip Kedaulatan Rakyat
 Rakyat adalah sumber kekuasaan tertinggi yang dilaksanakan oleh
pemerintah. Hak memerintah yang dimiliki pemerintah itu berasal
dari rakyat. Jadi dalam Negara demokrasi rakyat mendelegasikan
sebagian kekuasaannya kepada para anggota badan legislatif, pejabat
eksekutif, para hakim pelaksana kekuasaan yudikatif untuk mengatur
kehidupan bernegara.
 Walaupun rakyat mendelegasikan kekuasaannya kepada para pejabat
pemerintah namun rakyat tetap berdaulat. Karena rakyat tetap
berkuasa menentukan persoalan apa saja yang pengambilan
keputusannya akan didelegasikan, kepada siapa delegasi akan
diberikan, syarat-syarat dan mekanisme pertanggungjawaban seperti
apa yang harus dilakukan wakil rakyat, serta berapa lama delegasi
kekuasaan itu diberikan.

13
2. Persamaan Politik
 Dalam Negara demokrasi setiap warga Negara mempunyai
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam proses pembuatan
keputusan politik.
 Persamaan politik berarti persamaan kesempatan berpartisipasi,
bukan persamaan partisipasi nyata warga masyarakat. Tidak ada
kesamaan tingkat partisipasi warga Negara dalam kehidupan
demokrasi. Karena kemampuan dan kemauan warga Negara dalam
memanfaatkan kesempatan berpartisipasi politik itu berbeda satu
dangan yang lainnya. Asalkan setiap warga Negara memiliki
kesempatan sama berpartisipasi sesuai dengan kehendak dan
kemampuannya maka prinsip persamaan politik telah terpenuhi.
3. Konsultasi Kepada Rakyat
 Prinsip ini juga merupakan konsekuensi logis dari prinsip kedaulatan
rakyat. Jika pejabat pemerintah hanya mengikuti kehendaknya
sendiri bukan kehendak rakyat, atau jika mereka dapat melakukan hal
semacam itu tanpa merasa takut kehilangan jabatannya, maka
sesungguhnya yang berdaulat adalah para pejabat itu sendiri bukan
rakyat.
 Agar prinsip ini berjalan maka harus ada mekanisme kelembagaan
agar para pejabat pemerintah dapat mengetahui kebijakan-kebijakan
apa yang diharapkan oleh rakyat. Setelah kebijakan yang sesuai
kehendak rakyat ditetapkan pemerintah wajib melaksanakannya
secara bertanggungjawab.
4. Majority Rule dan Minority Rule
 Dalam demokrasi berlaku prinsip Majority Rule, artinya bahwa
keputusan pemerintah tidak boleh bertentangan dengan kehendak
mayoitas rakyat. Jika rakyat tidak sependapat mengenai masalah
tertentu maka pemerintah harus bertindak sesuai dengan kehendak
terbesar, bukan yang terkecil dari rakyat.
 Walaupun dalam demokrasi kemampuan mayoritas akhirnya harus
menang, tetapi demokrasi tidak sama dengan pemerintahan menurut
kehendak mayoritas. Keputusan mayoritas hanya diambil setelah

14
kaum minoritas didengar dan dipertimbangkan aspirasinya. Dengan
demikian keputusan yang diambil tidak boleh mengabaikan
kepentingan minoritas. Hal inilah dimaksud dengan prinsip Minority
Right. Mayoritas berhak mengambil keputusan, namun wajib
mengingat bahwa minoritas adalah juga bagian dari rakyat, yang
harus dipertimbangkan hak dan aspirasinya (Dwiyatmi, 2012: 157).

Sedangkan Robert A. Dahl mengemukakan tujuh prinsip Negara yang


dikatakan demokrasi, yaitu:

1. Pejabat yang dipilih.


2. Pemilihan umum yang bebas dan fair.
3. Hak pilih yang mencakup semua.
4. Hak untuk menjadi calon suatu jabatan.
5. Kebebasan mengungkapkan diri secara lisan dan tulisan.
6. Informasi alternatif.
7. Kebebasan membentuk asosiasi.

J. Manfaat Demokrasi
Kehidupan masyakarat yang demokratis, di mana kekuasaan negara berada di
tangan rakyat dan dilakukan dengan sistem perwakilan, dan adanya peran aktif
masyarakat dapat memberikan manfaat bagi perkembangan bangsa, negara, dan
masyarakat. Manfaat demokrasi di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Kesetaraan sebagai Warga Negara. Demokrasi bertujuan memperlakukan
semua orang adalah sama dan sederajat. Prinsip kesetaraan tidak hanya
menuntut bahwa kepentingan setiap orang harus diperlakukan sama dan
sederajat dalam kebijakan pemerintah, tetapi juga menuntut perlakuan
yang sama terhadap pandangan-pandangan atau pendapat dan pilihan
setiap warga negara.
2. Memenuhi Kebutuhan-kebutuhan Umum. Dibandingkan dengan
pemerintahan tipe lain seperti sosialis dan fasis, pemerintahan yang
demokratis lebih mungkin untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan rakyat
biasa. Semakin besar suara rakyat dalam menentukan kebijakan, semakin
besar pula kemungkinan kebijakan itu mencerminkan keinginan dan
aspirasi-aspirasi rakyat. Rakyat biasalah yang merasakan pengaruh

15
kebijakan-kebijakan pemerintah dalam praktiknya, dan kebijakan
pemerintah dapat mencerminkan keinginan rakyat hanya jika ada saluran-
saluran pengaruh dan tekanan yang konsisten dan efektif dari bawah.
3. Pluralisme dan Kompromi. Demokrasi mengandalkan debat terbuka,
persuasi, dan kompromi. Penekanan demokrasi pada debat tidak hanya
mengasumsikan adanya perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan
pada sebagian besar masalah kebijakan, tetapi juga menghendaki bahwa
perbedaan-perbedaan itu harus dikemukakan dan didengarkan. Dengan
demikian, demokrasi mengisyaratkan kebhinnekaan dan kemajemukan
dalam masyarakat maupun kesamaan kedudukan di antara para warga
negara. Ketika kebhinnekaan seperti itu terungkap, metode demokratis
untuk mengatasi perbedaan-perbedaan adalah lewat diskusi, persuasi,
kompromi, dan bukan dengan pemaksaan atau pameran kekuasaan.
4. Menjamin Hak-hak Dasar. Demokrasi menjamin kebebasan-kebebasan
dasar. Diskusi terbuka sebagai metode mengungkapkan dan mengatasi
masalah-masalah perbedaan dalam kehidupan sosial tidak dapat terwujud
tanpa kebabasan-kebebasan yang ditetapkan dalam konvensi tentang hak-
hak sipil dan politis: hak kebebasan berbicara dan berekspresi, hak
berserikat dan berkumpul, hak bergerak, dan hak untuk mendapatkan
perlindungan atas keselamatan diri. Negara-negara demokrasi dapat
diandalkan untuk melindungi hak-hak tersebut. Hak-hak itu
memungkinkan pengembangan diri setiap individu dan memungkinkan
terwujudnya keputusan-keputusan kolektif yang lebih baik.
5. Pembauran Kehidupan Sosial. Demokrasi memungkinkan terjadinya
pembaruan kehidupan sosial. Penghapusan kebijakan-kebijakan yang
telah using secara rutin dan penggantian para politisi dilakukan dengan
cara yang santun dan damai, menjadikan sistem demokrasi mampu
menjamin pembaruan kehidupan sosial. Hal ini juga memuluskan proses
alih generasi tanpa pergolakan atau kekacauan pemerintahan yang
biasanya mengikuti pemberhentian tokoh kunci dalam rezim non-
demokratis.

16
K. Nilai-nilai Demokrasi
Kehidupan demokrasi tidak akan datang, tumbuh, dan berkembang dengan
sendirinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Demokrasi
memerlukan usaha nyata setiap warga negara dan perangkat pendukungnya dan
dijadikannya demokrasi sebagai pandangan hidup (way of life) dalam kehidupan
bernegara.
Sebuah pemerintahan yang baik dapat tumbuh dan stabil bila masyarakat pada
umumnya punya sikap positif dan proaktif terhadap norma-norma dasar
demokrasi. Oleh karena itu, harus ada keyakinan yang luas di masyarakat bahwa
demokrasi adalah sistem pemerintahan yang terbaik dibanding dengan sistem
lainnya. Untuk menumbuhkan keyakinan akan baiknya sistem demokrasi, maka
harus ada pola perilaku yang menjadi tuntunan atau norma/nilai-nilai demokrasi
yang diyakini masyarakat. Nilai-nilai dari demokrasi membutuhkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kesadaran akan pluralisme. Masyarakat yang hidup demokratis harus
menjaga keberagaman yang ada di masyarakat. Demokrasi menjamin
keseimbangan hak dan kewajiban setiap warga negara. Maka kesadaran
akan pluralitas sangat penting dimiliki bagi rakyat Indonesia sebagai
bangsa yang sangat beragam dari sisi etnis, bahasa, budaya, agama, dan
potensi alamnya.
2. Sikap yang jujur dan pikiran yang sehat. Pengambilan keputusan
didasarkan pada prinsip musyawarah mufakat, dan memerhatikan
kepentingan masyarakat pada umumnya. Pengambilan keputusan dalam
demokrasi membutuhkan kejujuran, logis, atau berdasar akal sehat dan
tercapai dengan sumber daya yang ada. Demokrasi membutuhkan sikap
tulus setiap orang untuk beritikad baik.
3. Demokrasi membutuhkan kerja sama antarwarga masyarakat dan sikap
serta itikad baik. Demokrasi membutuhkan kerja sama antar anggota
masyarakat, untuk mengambil keputusan yang disepakati semua pihak.
Masyarakat yang terkotak-kotak dan penuh curiga kepada masyarakat
lainnya mengakibatkan demokrasi tidak berjalan dengan baik.
4. Demokrasi membutuhkan sikap kedewasaan. Demokrasi mengharuskan
adanya kesadaran untuk dengan tulus menerima kemungkinan kompromi
atau kekalahan dalam pengambilan keputusan. Semangat demokrasi
17
menuntut adanya kesediaan masyarakat untuk memberikan kritik yang
membangun, disampaikan dengan cara yang sopan dan bertanggung
jawab untuk kemungkinan menerima bentuk-bentuk tertentu.
5. Demokrasi membutuhkan pertimbangan moral. Demokrasi mewajibkan
adanya keyakinan bahwa cara menyampaikan kemenangan haruslah
sejalan dengan tujuan dan berdasarkan moral serta tidak menghalalkan
segala cara. Demokrasi memerlukan pertimbangan moral atau keluhuran
akhlak menjadi acuan dalam berbuat dan mencapai tujuan.
Demokrasi yang dilakukan dengan lima nilai sebagaimana telah disebutkan di
atas , maka dari itu setiap keputusan dan tingkah laku akan efisien dan efektif serta
pencapaian tujuan masyarakat adil makmur akan lebih mudah tercapai.

L. Demokrasi di Indonesia
1. Demokrasi Perlementer (Liberal)
Demokrasi Parlementer di pemerintahan kita telah dipraktikkan pada
masa berlakunya UUD 1945 periode pertama (1945-1949) kemudian
dilanjutkan pada masa berlakunya Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949 dan
UUDS 1950. Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut secara yuridis
resmi berakhir pada tanggal 5 Juli 1959 bersamaan dengan pemberlakuan
kembali UUD 1945.
Pada masa berlakunya Demokrasi Perlementer (1945-1959), kehidupan
politik dan pemerintahan tidak stabil, sehingga program dari suatu
pemerintahan tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan.
Salah satu penyebab ketidakstabilan tersebut adalah sering bergantinya
pemerintahan yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan. Mengapa dalam
sistem pemerintahan parlementer, pemerintahan sering diganti? Hal ini terjadi
karena dalam Negara demokrasi dengan sistem pemerintahan parlementer,
kedudukan Negara berada di bawah DPR dan keberadaannya sangat tergantung
pada dukungan DPR, dan pemerintahan lain adalah timbulnya perbedaan
pendapat yang sangat mendasar di antara partai politik yang ada saat itu.
2. Demokrasi Terpimpin
Kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD baru, yang diikuti suhu
politik yang memanas dan membahayakan keselamatan bangsa dan Negara,
maka pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
18
Presiden. Dekrit Presiden dipandang sebagai usaha untuk mencari jalan keluar
dari kemacetan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Untuk
mencapai hal tersebut, di Negara kita saat itu digunakan Demokrasi Terpimpin.
Mengapa lahir Demokrasi Terpimpin? Demokrasi Terpimpin lahir dari
keinsyafan, kesadaran, dan keyakinan terhadap keburukan yang diakibatkan
oleh praktik Demokrasi Parlementer (liberal) yang melahirkan terpecahnya
masyarakat, baik dalam kehidupan politik maupun dalam tatanan kehidupan
ekonomi.
Secara konseptual, demokrasi terpimpin memiliki kelebihan yang dapat
mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari
ungkapan Presiden Soekarno ketika memberikan amanat kepada konstituante
tanggal 22 April 1959 tentang pokok-pokok Demokrasi Terpimpin antara lain:
1. Demokrasi Terpimpin bukanlah diktator.
2. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan
kepribadian dan dasar hidup bangsa Indonesia.
3. Demokrasi Terpimpin adalah demokrasi di segala soal kenegaraan dan
kemasyarakatan yang meliputi bidang politik, ekonomi, dan sosial.
4. Inti daripada pimpinan dalam Demokrasi Terpimpin adalah
permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
6. Oposisi dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang
membangun diharuskan dalam Demokrasi Terpimpin.
3. Demokrasi Pancasila pada Era Orde Baru
Latar belakang munculnya adalah adanya berbagai penyelewengan dan
permasalahan yang dialami bangsa Indonesia pada masa berlakunya
Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Terpimpin, karena kedua jenis
demokrasi tersebut tidak cocok diterapkan di Indonesia yang bernafaskan
kekeluargaan dan gotong-royong. Sejak lahirnya Orde Baru, diberlakukan
Demokrasi Pancasila, sampai saat ini. Secara konseptual, Demokrasi Pancasila
bersumberkan pola pikir dan tata nilai sosial budaya bangsa Indonesia yang
menghargai hak individu yang tidak terlepas dari kepentingan sosial.
4. Demokrasi Langsung pada Era Reformasi
Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap
Demokrasi Pancasila. Perbedaannya teretak pada aturan pelaksanan dan
praktik penyelenggaraan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
19
praktik pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan
demokrasi pada masa Orde Baru sekarang ini, yaitu:
1. Pemilihan umum lebih demokratis
2. Partai politik lebih mandiri.
3. Pengaturan Hak Asasi Manusia (HAM).
4. Lembaga demokrasi lebih berfungsi.
5. Konsep Trias Politika masing-masing bersifat otonom penuh.
Dengan adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan
yang dibuat berdasarkan kehendak rakyat, ketenteraman dan ketertiban akan
lebih mudah diwujudkan. Tata cara pelaksanaan Demokrasi Pancasila
dilandaskan atas mekanisme konstitusional karena penyelenggaraan
pemerintah negara Republik Indonesia berdasarkan konstitusi.
Kegagalan Demokrasi Pancasila zaman Orde Baru, bukan berasal dari
konsep dasar Demokrasi Pancasila, melainkan lebih kepada praktik atau
pelaksanaannya yang mengingkari keberadaan Demokrasi Pancasila itu.
Meskipun sekali lagi dapat dikemukakan bahwa setiap pemerintahan memiliki
caranya masing-masing dalam mewujudkan kesejahteraan. Idealnya, antara
demokrasi, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring dan
saling menguatkan. Tetapi pada tataran praksisnya hal itu tidak mudah untuk
diwujudkan, dan pada akhirnya harus ada pilihan yang dianggap terbaik pada
saat itu.
Demokrasi Pancasila hanya akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dipahami dan dihayati sebagai
nilai-nilai budaya politik yang memengaruhi sikap hidup politik
pendukungnya. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila harus disertai dengan
pembangunan bangsa secara keseluruhan karena pembangunan adalah proses
perubahan ke arah kemajuan dan proses pendidikan bangsa untuk
meningkatkan mutu kehidupan bangsa.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, sekaligus akan menjadi
kontrol bagi pelaksanaan yang lebih efektif, khususnya bagi pemerintah, baik
di pusat maupun daerah, sehingga dapat mencegah hal-hal yang negatif dalam
pembangunan, seperti korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Meski Orde
Baru jatuh, Demokrasi Pancasila tidak ikut jatuh. Hal ini disebabkan karena

20
pemerintah era Reformasi tetap menjalankan pemerintahannya dengan
Demokrasi Pancasila.

M. Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi


Pendidikan yang demokratik adalah pendidikan yang memberikan
kesempatan yang sama kepada setiap anak untuk mendapatkan pendidikan di
sekolah sesuai dengan kemampuannya. Pengertian demokratik di sini mencakup
arti baik secara horizontal maupun vertikal. Maksud demokrasi secara horizontal
adalah bahwa setiap anak, tidak ada kecualinya, mendapatkan kesempatan yang
sama untuk menikmati pendidikan sekolah. Hal ini tercermin pada UUD 1945
pasal 31 ayat 1 yaitu : “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
Sementara itu, demokrasi secara vertikal ialah bahwa setiap anak mendapat
kesempatan yang sama untuk mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-
tingginya sesuai dengan kemampuannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, demokrasi diartikan sebagai
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban
serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Dalam pendidikan,
demokrasi ditunjukkan dengan pemusatan perhatian serta usaha pada si anak didik
dalam keadaan sewajarnya (intelegensi, kesehatan, keadaan sosial, dan
sebagainya). Di kalangan Taman Siswa dianut sikap tutwuri handayani, suatu
sikap demokratis yang mengakui hak si anak untuk tumbuh dan berkembang
menurut kodratnya.
Pendidikan demokrasi pada hakekatnya membimbing peserta didik agar
semakin dewasa dalam berdemokrasi dengan cara mensosialisasikan nilai-nilai
demokrasi, agar perilakunya mencerminkan kehidupan yang demokratis. Dengan
demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang
mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama di dalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik, serta juga
dengan pengelola pendidikan.

21

Anda mungkin juga menyukai