Anda di halaman 1dari 6

Indetitas Nasional

Pengertian Identitas Nasional adalah suatu jati diri dari suatu bangsa. Artinya, jati diri
tersebut merupakan milik suatu bangsa dan berbeda dengan banga lainnya. Dalam garis
besarnya, identitas nasional merupakan suatu jati diri yang tidak hanya mengacu pada
individu tertentu, namun juga berlaku untuk suatu kelompok/organisasi/negara.

Kata identitas berasal dari “identity” yang berarti ciri – ciri, tanda – tanda, ciri khas, jati diri
pada perorangan atau suatu kelompok tertentu yang bisa membedakannya dengan orang
lain atau kelompok yang lainnya.

Sedangkan kata “nasional” merupakan gambaran akan identitas yang melekat pada diri
seseorang atau suatu kelompok tertentu atau organisasi yang lebih besar berdasarkan
kesamaan fisik, budaya, ragam, bahasa, sejarah, cita – cita, serta tujuan.

Dari pengertian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa identitas nasional adalah suatu
kumpulan nilai budaya yang tumbuh dan berkembang pada macam – macam aspek
kehidupan, baik dari ratusan suku atau budaya yang ada dihimpun menjadi satu kesatuan,
seperti Indonesia. Di mana identitas nasional Indonesia sendiri mengacu pada Pancasila
dan Bhineka Tunggal Ika.

Koenta Wibisono juga menuturkan pengertian identitas nasional sebagai manifestasi akan
nilai – nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa
dengan ciri khusus sehingga bangsa tersebut berbeda dengan bangsa lainnya.

Faktor Faktor Pembentuk Identitas Nasional


FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IDENTITAS NASIONAL

Proses pembentukan bangsa negara membutuhkan identitas-identitas untuk menyatukan


masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi identitas bersama
suatu bangsa menurut Ramlan Surbakti (1999) meliputi primordial, sakral, tokoh, kesediaan
bersatu dalam perbedaan, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Ramlan Surbakti,
1999).

Pertama, faktor-faktor primordial ini meliputi: kekerabatan (darah dan keluarga), kesamaan
suku bangsa, daerah asal (home land), bahasa dan adat istiadat. Faktor primodial merupakan
identitas yang khas untuk menyatukan masyarakat Indonesia sehingga mereka dapat membentuk
bangsa negara.
Kedua, Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan faktor
sakral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor sakral ikut menyumbang terbentuknya satu
nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh kesamaan ideologi Pancasila.

Ketiga, tokoh. Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat
dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa negara
dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol pemersatu bangsa yang
bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di Afrika Selatan, Mahatma
Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.

Keempat, prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in deversity). Yang
disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang
disebut negara dan pemerintahnya tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat,
ras, agamanya.
Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia pada
identitas primordialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan negara, namun
mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang terwujud dalam bangsa
negara di bawah satu pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah satu
bangsa meskipun berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga negara perlu memiliki
kesadaran akan arti pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya
adalah menegakkan Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in deversity)
suatu solidaritas yang didasarkan pada kesantunan (civility).

Kelima, sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat tentang sejarah mereka dapat
menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu, seperti
sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan solidaritas tetapi juga
melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.

Keenam, perkembangan ekonomi (industrialisasi) akan melahirkan spesialisasi pekerjaan


profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi kebutuhan
masyarakat, semakin saling tergantung diantara jenis pekerjaan. Setiap orang akan saling
bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling ketergantungan anggota
masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar solidaritas dan persatuan dalam
masyarakat. Solidaritas yang terjadi karena perkembangan ekonomi oleh Emile Durkheim disebut
Solidaritas Organis. Faktor ini berlaku di masyarkat industri maju seperti Amerika Utara dan Eropa
Barat.
Terakhir, lembaga-lembaga pemerintahan dan politik. Lembaga-lembaga itu seperti birokrasi,
angkatan bersenjata, pengadilan, dan partai politik. Lembaga-lembaga itu melayani dan
mempertemukan warga tanpa membeda-bedakan asal usul dan golongannya dalam masyarakat.
Kerja dan perilaku lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu bangsa.

Parameter Identitas Nasional

Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk
menyatakan sesuatu adalah menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu yang diukur adalah unsur
suatu identitas seperti kebudayaan yang menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan teknologi,
sesuatu yang alami atau ciri yang sudah terbentuk seperti geografis.
Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan mencari ciri atau identitas nasional
biasanya mempunyai indikator sebagai berikut:
1. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas masyarakat sehari-
harinya. Identitas ini menyangkut adat istiadat, tata kelakuan, dan kebiasaan. Ramah tamah, hormat
kepada orang tua, dan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari
adat-istiadat dan tata kelakuan.
2. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis menggambarkan tujuan
dan fungsi bangsa. Lambang-lambang negara ini biasanya dinyatakan dalam undang-undang
seperti Garuda Pancasila, bendera, bahasa, dan lagu kebangsaan.
3. Alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan, teknologi, dan
perlatan manusia. Identitas yang berasal dari alat perlengkapan ini seperti bangunan yang
merupakan tempat beribadah (borobudur, prambanan, masjid dan gereja), peralatan manusia
(pakaian adat, teknologi bercocok tanam), dan teknologi (pesawat terbang, kapal laut, dan lain-lain)
4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari tujuan ini bersifat dinamis
dan tidak seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu, seperti indonesia dikenal dengan
bulu tangkis.
Bagi bangsa Indonesia, pengertian parameter identitas nasional tidak merujuk hanya pada individu
(adat istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada suatu kelompok Indonesia sebagai suatu
bangsa yang majemuk, maka kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau parameter pembentuk
identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang terdapat pada segenap warganya.
Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia berdasarkan ukuran parameter sosiologis
adalah: suku bangsa, kebudayaan, dan bahasa maupun fisik seperti kondisi geografis.
1. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama
coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal bangsa dengan banyak suku
bangsa, dan menurut statistik hampir mencapai 300 suku bangsa. Setiap suku mempunyai adat
istiadat, tata kelakuan, dan norma yang berbeda, namun demikian beragam suku ini mampu
mengintegrasikan dalam suatu negara Indonesia untuk mencapai tujuan yaitu masyarakat yang adil
dan makmur.
2. Kebudayaan
Kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, dan adat-
istiadat. Kebudayaan sebagai parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang bersifat
individual. Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu kebudayaan. Kebudayaan
harus merupakan milik bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang didapt dan
dikembangkan melalui proses belajar. Hal-hal dimiliki bersama ini harus menjadi sesuatu yang khas
dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang
sangat variatif.
3. Bahasa
Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu lambang suatu negara. Bahasa
adalah merupakan satu keistimewaan manusia, khususnya dalam kaitan dengan hidup bersama
dalam masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki simbol yang menjadikan suatu
perkataan mampu melambangkan arti apapun, sekalipun hal atau barang yang dilambangkan
artinya oleh suatu kata tidak hadir di situ. Di Indonesia terdapat beragam bahasa daerah yang
mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis namun bahasa Melayu dahulu dikenal sebagai
bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami kepulauan di nusantara. Selain menjadi bahasa
komunikasi di antara suku-suku di nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa
transaksi perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh
berbagai suku bangsa Indonesia dengan pedagang asing. Pada tahun 1928 Bahasa Melayu
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun tersebut bahasa Melayu ditetapkan
menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah
kemerdekaan,bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional
4. Kondisi Geografis

Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat alamiah. Kedudukan geografis wilayah negara
menunjukan tentang lokasi negara dalam kerangka ruang, tempat, dan waktu, sehingga untuk waktu
tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya diatas bumi. Letak geografis tersebut menentukan
corak dan tata susunan ke dalam dab akan dapat diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya.
Bangsa akan mendapat pengaruh dari kedudukan geografis wilyah negaranya. Letak geografis ini
menjadi khas dimiliki oleh sebuah negara yang dapat membedakannya dengan negara lain.

FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG KELAHIRAN IDENTITAS


NASIONAL

1. Faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa Indonesia meliputi:


· Faktor Objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis
· Faktor Subjektif, yaitu faktor historis, social, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia
(Suryo, 2002)

2. Menurut Robert de Ventos, dikutip Manuel Castelles dalam bukunya “The Power of Identity” (Suryo,
2002), munculnya identitas nasional suatu bangsa sebagai hasil interaksi historis ada 4 faktor penting,
yaitu:

· Faktor primer, mencakup etnisitas, territorial, bahasa, agama, dan yang sejenisnya.
· Faktor pendorong, meliputi pembangunan komunikasi dan teknologi, lahirnya angkatan bersenjata
modern dan pembanguanan lainnya dalam kehidupan bernegara.
· Faktor penarik, mencakup modifikasi bahasa dalam gramatika yang resmi, tumbuhnya birokrasi, dan
pemantapan sistem pendidikan nasional
· Faktor reaktif, pada dasarnya tercakup dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia
yang telah berkembang dari masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan
bangsa lain.

Faktor pembentukan Identitas Bersama. Proses pembentukan bangsa- negara membutuhkan identitas-
identitas untuk menyataukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor-faktor yang diperkirakan
menjadi identitas bersama suatu bangsa, yaitu :
· Primordial
· Sakral
· Tokoh
· Bhinneka Tunggal Ika
· Sejarah
· Perkembangan Ekonomi
· Kelembagaan

Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia sebagai berikut


1. Adanya persamaan nasib , yaitu penderitaan bersama dibawah penjajahan bangsa asing lebih kurang
selama 350 tahun
2. Adanya keinginan bersama untuk merdeka , melepaskan diri dari belenggu penjajahan
3. Adanya kesatuan tempat tinggal , yaitu wilayah nusantara yang membentang dari Sabang sampai
Merauke
4. Adanya cita-cita bersama untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sebagai suatu bangsa
Cita- Cita, Tujuan dan Visi Negara Indonesia.
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Dengan
rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan amanat dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945
yaitu negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur.

Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945. Secara rinci sbagai
berikut :
1. Melindungi seganap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan Kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi, dan keadilan
social.

Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai , demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa dan berahklak mulia, cinta
tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, mengausai ilmu pengetahuandan teknologi, serta
memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin. Setelah tidak adanya GBHN makan berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka mengenah (RPJM) Nasional 2004-2009, disebutkan bahwa Visi pembangunan
nasional adalah :

1. Terwujudnya kehidupan masyarakat , bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai.
2. Terwujudnya masyarakat , bangsa dan negara yang menjujung tinggi hukum, kesetaraan, dan hak asasi
manusia.
3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak
serta memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai