Anda di halaman 1dari 64

KELOMPOK 6

1.1. Pengertian Identitas Nasional


Setiap bangsa memiliki karakter dan identitas masing-masing. Indonesia adalah Negara
yang memiliki keunikan di bandingkan dengan Negara lain, Indonesia adalah Negara
yang memiliki pulau terbanyak di dunia, Negara tropis yang hanya mengenal musim
hujan dan panas, Negara yang memiliki suku, tradisi dan bahasa terbanyak di dunia. Itulah
keadaan Indonesia yang bisa menjadi ciri khas yang membedakan dengan bangsa yang
lain. Salah satu cara membandingkan bangsa satu dengan bangsa yang lain dengan cara
mencari ciri-ciri umum yang ada pada bangsa itu.
Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah “manifestasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan ciri-ciri
khas dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya” (Srijanti, dkk: 2009).
Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang
melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dalam
terminology antropology, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai
dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan, kelompok, komunitas atau Negara
sendiri.
Kata “Nasional” dalam identitas nasional merupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik
seperti budaya, agama, bahasa maupun nonfisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan.
Istilah identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan tindakan kelompok (collective
action) yang diberi atribut nasional.
Jadi, pengertian identitas nasional (national identity) adalah kepribadian nasional atau jati
diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa
yang lain (Tim Nasional Dosen Pendidika Kewarganegaraan, 2011: 66).
Identitas Nasional dalam konteks bangsa (masyarakat Indonesia) cenderung mengacu
pada kebudayaan atau katakter khas. Sedangkan identitas nasional dalam konteks Negara
tercermin dalam symbol-symbol kenegaraan. Kedua unsur identitas ini secara nyata
terangkum dalam pancasila. Pancasila dengan demikian merupakan identitas nasional kita
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1.2. Parameter Identitas Nasional


Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan
untuk menyatakan sesuatu adalah menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu yang diukur
adalah unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang menyangkut norma, bahasa, adat
istiadat dan teknologi, sesuatu yang alami atau ciri yang sudah terbentuk seperti geografis.
Sesuatu yang terjadi dalam suatu masyarakat dan mencari ciri atau identitas nasional
biasanya mempunyai indicator sebagai berikut:
1. Identitas Nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas
masyarakat sehari-harinya. Identitas ini menyangkut adat istiadat, tata kelakuan dan
kebiasaan. Ramah tamah, hormat kepada orang tua dan gotong royong merupakan salah
satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan tata kelakuan.
2. Lambang yang merupakan ciri dari bangsa dan secara simbolis menggambarkan
tujuan dan fungsi bangsa. Lambang-lambang Negara ini biasanya dinyatakan dalam
Undang-undang seperti Garuda Pancasila, Bendera, Bahasa dan Lagu Kebangsaan.
3. Alat-alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan,
teknologi dan peralatan manusia. Identitas yang berasal dari alat perlengkapan ini seperti
bangunan yang merupakan tempat ibadah (Borobudur, Prambanan, Masjid dan Gereja),
peralatan manusia (pakaian adat, teknologi bercocok tanam) dan teknologi (pesawat
terbang, kapal laut dan lain-lain).
4. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa. Identitas yang bersumber dari tujuan ini
bersifat dinamis dan tidak tetap seperti budaya unggul, prestasi dalam bidang tertentu,
seperti di Indonesia dikenal dengan bulu tangkis.

Bagi bangsa Indonesia, pengetian parameter identitas nasional tidak merujuk hanya pada
individu (adat istiadat dan tata laku), tetapi berlaku pula pada suatu kelompok Indonesia
sebagai suatu bangsa yang majemuk, maka kemajemukan itu merupakan unsur-unsur atau
parameter pembentukan identitas yang melekat dan diikat oleh kesamaan-kesamaan yang
tedapat pada segenap warganya. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia
berdasarkan ukuran parameter sosiologis adalah:
1. Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan social yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak lahir),
yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Indonesia dikenal Bangsa
dengan banyak suku bangsa dan menurut statistic hampir mencapai 300 suku bangsa.
Setiap suku mempunyai adat istiadat, tata kelakuan dan Norma yang berbeda, namun
dengan demikian beragam suku ini mapu mengintegrasikan dalam suatu Negara
Indonesia untuk mecapai tujuan yaitu masyarakat yang adil dan makmur.
2. Kebudayaan
Kebudayaan menurut ilmu sosiologis termasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi
dan adat istiadat. Kebudayaan sebagai parameter identitas nasional bukanlah sesuatu yang
bersifat individual. Apa yang dilakukan sebagai kebiasaan pribadi bukanlah suatu
kebudayaan. Kebudayaan harus merupakan milik bersama dalam suatu kelompok, artinya
para warganya memiliki bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang
didapat dan dikembangkan melalui proses belajar. Hal-hal yang dimiliki bersama ini
harus menjadi sesuatu yang khas dan unik, yang akan tetap memperlihatkan diri di antara
berbagai kebiasaan-kebiasaan pribadi yang sangat variatif.
3. Bahasa
Bahasa adalah identitas nasional yang bersumber dari salah satu lambang suatu Negara.
Bahasa merupakan satu keistimewaan manusia, khususnya dalam kaitan dengan hidup
bersama dalam masyarakat adalah adanya bahasa. Bahasa manusia memiliki symbol yang
menjadikan suatu perkataan mampu melambangkan arti apapun, sekalipun hal atau
barang yang dilambangkan artinya oleh suatu kata tidak hasir disitu. Di Indonesia terdapat
beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis namun
Bahasa Malayu dahulu dikenal sebagai bahasa penghubung berbagai etnis yang mendiami
kepulauan nusantara, bahasa Melayu juga menempati posisi bahasa transaksi
perdagangan Internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh
berbagai suku bangsa Indonesia dengan perdagangan asing. Pada tahun 1928 Bahasa
Melayu mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun tersebut, bahasa Melayu
ditetapkan menjadi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia. Setelah
kemerdekaan, Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional.
4. Kondisi Geografis
Kondisi geografis merupakan identitas yang bersifat ilmiah. Kedudukan geografis
wilayah Negara menunjukkan tentang lokasi Negara dalam kerangka ruang, tempat dan
waktu, sehingga untuk waktu tertentu menjadi jelas batas-batas wilayahnya di atas bumi.
Letak geografis tersebut menentukan corak dan tata susunan ke dalam dan akan dapat
diketahui pula situasi dan kondisi lingkungannya. Bangsa akan mendapatkan pengaruh
dari kedudukan geografisnya ini menjadi ciri khas dimiliki oleh sebuah Negara yang
dapat membedakannya dengan Negara lainnya.

1.3. Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional


Identitas nasional Indonesai pada saat ini terbentuk dari enam unsur, yaitu:
1. Unsur Sejarah
Bangsa Indonesia mengalami kehidupan dalam beberapa situasi dan kondisi social yang
berbeda sesuai dengan perubahan zaman. Bangsa Indonesia secara ekonomis dan politik
pernah mencapai era kejayaan di wilayah Asia Tenggara. Kejayaan dalam bidang
ekonomi bangsa Indonesia pada era pemerintahan Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya,
rakyat mengalami kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik
memiliki kekuasaan Negara hingga seluruh wilayah Nusantara yang meliputi wilayah
jajahan Belanda (sekarang wilayah NKRI) hingga wilayah Negara Filipina, Singapura,
Malaysia, bahkan sebagian dari wilayah Thailand.
Namun kejayaan ini mengalami keruntuhan akibat menghilangkan jiwa kebersamaan
(persatuan dan kesatuan) di antara bangsa dalam pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya.
2. Unsur Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah meliputi tiga
unsur, yaitu:
 Akal Budi
Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa indonesia dalam
interaksinya antara sesame (horizontal) maupun antara pimpinan dan staff, anak dengan
orang tua (vertical) ataupun sebaliknya. Bentuk sikap dan perilaku sebagaimana yang
tersebut diatas, adalah hormat menghormati antar sesama, sopan santun dalam sikap dan
tutur kata, dan hormat kepada orang tua.
 Peradaban (civility)
Peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia adalah dapat dilihat dari
beberapa aspek yang meliputi aspek ideology, politik, ekonomi, social dan hankam.
Identitas nasional dalam masing-masing aspek yang dimaksud adalah: (1) Ideologi adalah
sila-sila dalam Pancasila, (2) Politik adalah demokrasi langsung dalam pemilu langsung
Presiden dan Wakil Presiden serta kepala daerah tingkat I dan tingkat II kabupaten/kota,
(3) Ekonomi adalah usaha kecil dan menengah, (4) Sosial adalah semangat gotong-
royong, sikap ramah tamah, murah senyum dan setia kawan, dan (5) Hankam adalah
system keamanan lingkungan (siskamling), system perang gerilya dan teknologi
kentongan dalam memberikan informasi bahaya dan sebagainya.

 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi: (1) Prestasi anak
bangsa dalam bidang olahraga bulu tangkis dunia, (2) Karya anak bangsa dalam bidang
teknologi pesawat terbang, yaitu pembuatan pesawat terbang CN 235, di IPTN Bandung,
Jawa Barat, (3) Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut, yaitu pembuatan
kapal laut Pinisi, dan (4) Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade fisika
dan kimia dan sebagainya.
3. Unsur Budaya Unggul
Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai kemajuan dengan cara
“kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik, kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak
bisa”. Dalam UUD 1945, menyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan
mengambangkan dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju,
makmur serta adil atau berkesejahteraan.
4. Unsur Suku Bangsa
Golongan social yang khusus yang bersifat askritif (ada sejak lahir) yang sama coraknya
dengan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suka bangsa atau
kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bahasa.
5. Unsur Agama
Masyarakat agamis dan memiliki hubungan antar umat seagama dan antar umat beragama
yang rukun. Di samping itu, menurut UU No. 16/1969, Negara Indonesia mengakui multi
agama yang dianut oleh bangsanya yaitu Islam, Katholik, Kristen, Hindu, Budha dan
Kong Hu Cu. Pada Era Orde Baru, agama Kong Hu Cu tidak diakui sebagai agama resmi
Negara Indonesia, tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama
resmi negara dihapuskan. Islam adalah agama mayoritas bangsa Indonesia. Dalam Islam
dikenal juga istilah Islam Santri (Islam yang memiliki pemahaman Islam yang kuat dan
taat) dan Islam Abangan (penganut Islam yang tidak memiliki pemahaman yang kuat
tentang syariah Islam).
6. Unsur Bahasa
Unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai system
perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

Unsur-unsur identitas nasional secara garis besarnya dapat dirumuskan pembagiannya


menjadi 3 bagian, sebagai berikut
1. Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan falsafah bangsa, dasar
Negara dan ideology Negara.
2. Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundangan, bahasa
Indonesia, lambang Negara, bendera Negara dan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
3. Identitas Alamiah, meliputi Negara kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam
suku, bahasa, budaya dan agama serta kepercayaan.
1.4. Pancasila sebagai Identitas pembentuk karakter bangsa
Setiap bangsa memiliki identitasnya. Dengan memahami identitas bangsa diharapkan
akan memahami jati diri bangsa sehingga menumbuhkan kebanggaan sebagai bangsa.
Dalam pembahasan ini tentu tidak bisa mengabaikan pembahasan tentang keadaan masa
lalu dan masa sekarang, antara idealitas dan realitas dan antara das Sollen dan das Sein.
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter, kharassein atau kharax”, dalam bahasa
Prancis “caractere” dan dalam bahasa Inggris “character”. Dalam arti luas karakter berarti
bersifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti, tabiat, watak yang membedakan seseorang dengan
orang lain (Tim Nasional Dosen Pendidik Kewarganegaraan, 2011: 67). Sehingga
karakter bangsa dapat diartikan tabiat atau watak khas bangsa Indonesia yang
membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya.
Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suku bangsa yang berada di
Indonesia. Nilai-nilai budaya yang tercermin dalam identitas nasional merupakan sesuatu
yang bersifat terbuka dan berkembang menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat
pendukungnya, nilai-nilai inilah yang kemudian mewujudkan karakter bangsa Indonesia.

Adapun nilai-nilai pembentukan karakter bangsa dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Keimanan dan Ketaqwaan


Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha
Esa serta menjauhi semua larangannya. Ia taat melaksanakan ibadah selalu berbuat amal
kebaikan, menjaga hubungan baik dengan sesama, gemar bersedekah dengan jujur. Selain
itu menjauhkan diri dari perbuatan dosa yang tercela, misalnya: berjudi, memfitnah,
mencuri dan minum-minuman keras dan sebagainya.
b. Kejujuran
Kejujuran menumbuhkan sikap dan perilaku yang mengedepankan ketaatan terhadap
nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku sehingga berkata dan berbuat apa adanya oleh
karena itu nilai kejujuran harus terus ditumbuh kembangkan dan diimplementasikan
dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
c. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan kepatuhan seseorang pada norma dan peraturan yang berlaku,
dengan demikian masyarakat Indonesia sudah memiliki kebiasaan untuk menaati
berbagai peraturan yang berlaku.
d. Keikhlasan
Keikhlasan merupakan menumbuhkan sikap dan tindakan setia yang secara sadar berbuat
sesuai dengan hati nurani tanpa pamrih. Keikhlasan menurut ajaran agama adalah
bersedia secara sadar mematuhi dan melaksanakan ajaran atau perintah Tuhan serta
menjauhi larangannya.
e. Tanggung Jawab
Dalam setiap tugas dan kewajiban selalu diikuti oleh adanya tanggung jawab secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
f. Persatuan
Menempatkan persatuan dan persatuan bangsa diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Persatuan dan kesatuan dikembangkan dengan memajukan pergaulan atas dasar Bhinneka
Tungkal Ika.
g. Saling Menghormati
Sikap saling menghormati sudah mengakar dan membudaya dalam masyarakat Indonesia
sikap ini sebagai perekat terhadap budaya atau tradisi budaya yang berbeda diberbagai
daerah.
h. Toleransi
Dalam berkehidupan beragama, bangsa Indonesia menganut agama dan keyakinan yang
berbeda-beda, agar terpelihara hidup rukun dan damai dalam pergaulan hidup
bermasyarakat, bernegara dan beragama.
i. Gotong Royong
Gotong royong adalah suatu pekerjaan yang dilakukan bersama-sama, tanpa pamrih
untuk menyelesaikannya, suatu kegiatan yang hasilnya dapat bermanfaat bagi semua
orang yang dilandasi rasa kekeluargaan.
j. Musyawarah
Musyawarah merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan atas dasar
kesepakatan bersama untuk menyelesaikan suatu masalah.
k. Kerja Sama
Kerja sama merupakan ciri khas Indonesia yang diwujudkan dalam berbagai kehidupan,
mulai dari kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
l. Ramah Tamah
Bangsa Indonesia dikenal dengan bangsa yang ramah tamah, yang diartikan sebagai sifat
baik hati, baik budi, santun dalam tutur kata, suka bergaul dan menyenangkan dalam
pergaulan.
m. Keserasian
Pada dasarnya kesejahteraan dan kebahagiaan hidup manusia akan dapat dicapai apabila
terdapat keserasian hubungan antara dirinya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
n. Patriotisme
Patriotisme adalah sikap mental yang dilandasi oleh rasa cinta, siap membela dan rela
berkorban untuk tanah air, bangsa Indonesia dan Negara.
o. Kesederhanaan
Kesederhanaan merupakan sikap mental yang rendah hati dan bersifat social, tingkah laku
atau penampilan serta tutur kata selalu bersahaja. Sikap sederhana ini merupakan karakter
dari para pejuang bangsa dalam rangka mewujudkan dan mengisi kemerdekaan.
p. Martabat dan Harga Diri
Martabat merupakan tingkatan harga harkat manusia, kedudukan yang tehormat. Harga
diri adalah nilai diri, nilai manusia.
q. Kerja Keras
Kerja kerasa merupakan perilaku yang mewujudkan upaya sungguh-sungguh dalam
mencapai sesuatu yang diharapkan.
r. Pantang Menyerah
Pantang menyerah merupakan sikap tangguh, terus berjuang meskipun menghadapi
berbagai rintangan dan tantangan.
KELOMPOK 7

2.1 Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang
ada pada suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.
Seperti yang kita tahu Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari
kebudayaan atau wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa
karena kita bisa mengelola budaya-budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat,
namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan
masalah yang baru. Kita ketahui dengan wilayah dan budaya yang melimpah itu akan
menghasilkan karakter atau manusia-manusia berbeda pula sehingga dapat mengancam
keutuhan bangsa Indonesia.
Menurut Howard Wriggins (1976), integrasi adalah penyatuan bangsa-bangsa yang
berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu kesatuan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang banyak menjadi satu bangsa. Ia juga menyebut 5
pendekatan atau cara bagaimana para pemimpin politik mengembangkan integrasi
bangsa. Kelima pendekatan yang selanjutnya disebut sebagai factor yang menentukan
tingkat integrasi suatu negara adalah :
1. Adanya ancaman dari luar
2. Gaya politik kepemimpinan
3. Kekuatan lembaga-lembaga politik
4. Ideology nasional
5. Kesempatan pembangunan ekonomi

2.2 Pentingnya Integrasi Nasional


Integrasi nasional penting untuk diwujudkan dalam kehidupan masyrakat Indonesia
dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih berkembang atau dapat dikatakan
negara yang masih mencari jati diri. Selain itu, integrasi nasional sangat penting untuk
diwujudkan karena integrasi nasional merupakan suatu cara yang dapat menyatukan
berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama. Oleh sebab itu,
adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat masyarakat Indonesia
lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut membuat upaya integrasi
tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan pengaruh globalilasi yang
ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Selain pengaruh globalisasi, masyarakat
Indonesia bertindak atas wewenang sendiri maupun kelompok sehingga konflik terjadi
dimana-mana seperti pertengkaran antar suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain
sebagainya. Konflik tersebutlah yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan.
Upaya integrasi terus dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana
disebutkan dalam semboya bhinneka tunggal ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada tetap harus
diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat mencapai tujuannya.
Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan di Indonesia, masyarakat
Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama sehingga tidak terjadi konflik
yang berkepanjangan yang dapat merugikan Indonesia.

2.3 Strategi Integrasi Nasional


2.3.1 Strategi Asimilasi
Asimilasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih menjadi satu
kebudayaan yang baru, di mana dengan percampuran tersebut maka masing-masing unsur
budaya melebur menjadi satu sehingga dalam kebudayaan yang baru itu tidak tampak lagi
identitas masing-masing budaya pembentuknya. Ketika asimilasi ini menjadi sebuah
strategi integrasi nasional, berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan
mengupayakan agar unsur-unsur budaya yang ada dalam negara itu benar-benar melebur
menjadi satu dan tidak lagi menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan integrasi nasional
dilakukan tanpa menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal dalam
masyarakat negara yang bersangkutan. Dalam konteks perubahan budaya, asimilasi
memang bisa saja terjadi dengan sendirinya oleh adanya kondisi tertentu dalam
masyarakat. Namun bisa juga hal itu merupakan bagian dari strategi pemerintah negara
dalam mengintegrasikan masyarakatnya, yaitu dengan cara melakukan rekayasa budaya
agar integrasi nasional dapat diwujudkan. Dilihat dari perspektif demokrasi, apabila
upaya yang demikian itu dilakukan dapat dikatakan sebagai cara yang kurang demokratis
dalam mewujudkan integrasi nasional.

2.3.2 Strategi Akulturasi


Akulturasi adalah proses percampuran dua macam kebudayaan atau lebih sehingga
memunculkan kebudayaan yang baru, di mana ciri-ciri budaya asli pembentuknya masih
tampak dalam kebudayaan baru tersebut. Dengan demikian berarti bahwa kebudayaan
baru yang terbentuk tidak “melumat” semua unsur budaya pembentuknya. Apabila
akulturasi ini menjadi strategi integrasi yang diterapkan oleh pemerintah suatu negara,
berarti bahwa negara mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan adanya
identitas budaya bersama namun tidak menghilangkan seluruh unsur budaya kelompok
atau budaya lokal. Dengan strategi yang demikian tampak bahwa upaya mewujudkan
integrasi nasional dilakukan dengan tetap menghargai unsur-unsur budaya kelompok atau
budaya lokal, walaupun penghargaan tersebut dalam kadar yang tidak terlalu besar.
Sebagaimana asimilasi, proses akulturasi juga bisa terjadi dengan sendirinya tanpa
sengaja dikendalikan oleh negara. Namun bisa juga akulturasi menjadi bagian dari
strategi pemerintah negara dalam mengintegrasikan masyarakatnya. Dihat dari perspektif
demokrasi, strategi integrasi nasional melalui upaya akulturasi dapat dikatakan sebagai
cara yang cukup demokratis dalam mewujudkan integrasi nasional, karena masih
menunjukkan penghargaan terhadap unsur-unsur budaya kelompok atau budaya lokal.

2.3.3 Strategi Pluralis


Paham pluralis merupakan paham yang menghargai terdapatnya perbedaan dalam
masyarakat. Paham pluralis pada prinsipnya mewujudkan integrasi nasional dengan
memberi kesempatan pada segala unsur perbedaan yang ada dalam masyarakat untuk
hidup dan berkembang. Ini berarti bahwa dengan strategi pluralis, dalam mewujudkan
integrasi nasional negara memberi kesempatan kepada semua unsur keragaman dalam
negara, baik suku, agama, budaya daerah, dan perbedaan-perbedaan lainnya untuk
tumbuh dan berkembang, serta hidup berdampingan secara damai. Jadi integrasi nasional
diwujudkan dengan tetap menghargai terdapatnya perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat. Hal ini sejalan dengan pandangan multikulturalisme, bahwa setiap unsur
perbedaan memiliki nilai dan kedudukan yang sama, sehingga masing-masing berhak
mendapatkan kesempatan untuk berkembang.

2.4 Faktor Pendorong dan Penghambat


2.4.1 Faktor Pendorong
 Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
 Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
 Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan
merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
 Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan
oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
 Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan,
Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
bahasa kesatuan bahasa Indonesia.
 Adanya simbol kenegaraan dalam bentuk Garuda Pancasila, dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
 Pengembangan budaya gotong royong yang merupakan ciri khas kepribadian bangsa
Indonesia secara turun temurun.

2.4.2 Faktor Penghambat


 Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor
kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama
yang dianut, ras dan sebagainya.
 Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh
lautan luas.
 Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang
merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam
maupun luar negeri.
 Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah
SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan), gerakan separatisme dan kedaerahan,
demonstrasi dan unjuk rasa.
 Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan
kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
 Lemahnya nilai-nilai budaya bangsa akibat kuatnya pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai dengan kepribadian bangsa, baik melewati kontak langsung maupun kontak
tidak langsung. Kontak langsung, antara lain melalui unsur-unsur pariwisata,
sedangkan kontak tidak langsung, antara lain melalui media cetak (majalah, tabloid),
atau media elektronik (televisi, radio, film, internet, telepon seluler yang mempunyai
fitur atau fasilitas lengkap).
KELOMPOK 8
2.1 Pengertian Negara
A. Definisi Negara menurut beberapa ahli :
1. Roger H. Soltau
Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat.
2. Max Weber
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan
kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah
3. Rober M. Maclver
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu wilayah
dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang
untuk maksud tersebut diberikan kekuasaan memaksa.
4. Goerge Jellinek
Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di suatu wilayah tertentu
5. R. Djopkosoetomo
Negara adalah organisasi manusia yang berbeda di wilayah suatu pemerintahan yang
sama
6. J. H. A. Logeman
Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai tujuan melalui kekuasaannya
untuk mengatur dan menyelnggarakan sesuatu (berkaitan dengan jabatan, fungsi,
lembaga kenegaraan atau lapangan kerja) dalam masyarakat
7. Wirjono Prodjodikoro
Negara adalah suatu organisasi di antara kelompok atau beberapa kelompok manusia
yang bersama-sama mendiami suatu wilayah (territoir) tertentu dengan mengakui
adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok
atau beberapa kelompok manusia tadi. (1983:2).
8. O. Notohamidjojo
Negara adalah organisasi masyarakat yang bertujuan mengatur dan memelihara
masyarakat tertentu dengan kekuasaannya.
9. Soenarko
Negara adalah organisasi masyarakat yang mempunyai daerah tertentu dimana
kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai souverein (Lubis, 1982:26).
B. Kesimpulan Pengertian Negara
Dengan memperhatikan ke-sembilan pendapat tersebut. Maka di dapat pemahaman
tentang Negara yaitu organisasi masyarakat yang memiliki wilayah tertentu dan berada
di bawah pemerintahan berdaulat yang mengatur kehidupan masyarakat tersebut. Negara
merupakan kontruksi yang diciptakan oleh manusia untuk mengatur pola hubungan antar
manusia dalam kehidupan masyarakat
Jadi, dapat disimpulkan sebagai pengertian umum Negara adalah suatu daerah territorial
yang rakyatnya di perintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut warga
negaranya untuk mentaati peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (control)
monopolistik dari kekuasaan yang sah (Budiardjo, 1978: 39-40)
2.2 Sifat Negara
Pada umumnya negara memiliki 3 sifat, antara lain sifat memaksa, monopoli, dan
mencakup semua. Untuk lebih jelasnya berikut merupakan penjelasan dari ketiga sifat-
sifat tersebut:
a. Sifat Memaksa
Negara memiliki sifat memaksa artinya bahwa negara memiliki hak atau kewenangan
untuk memaksakan berbagai peraturan yang dibuatnya untuk ditaati oleh seluruh
warganya. Untuk memaksakan berbagai peraturan yang dibuatnya pemerintah negara
memiliki sarana seperti tentara, polisi, hakim, jaksa, dan sebagainya. Negara berhak
menentukan sanksi bagi pelanggaran atas aturan yang dibuatnya, dari sanksi yang ringan
sampai sanksi yang sangat berat yaitu berupa pidana, bahkan hukuman mati.
Berkenaan dengan sifat memaksa ini, dalam masyarakat yang telah tertanam konsensus
nasional yang kuat mengenai tujuan bersama yang hendak dicapai, biasanya sifat
memaksa ini tidak tampak begitu menonjol. Sebaliknya di negara-negara yang baru di
mana konsensus nasional tentang tujuan bersama itu belum begitu kuat, maka sifat
paksaan ini lebih tampak. Di negara-negara yang lebih demokratis, diupayakan
pemakaian kekerasan seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya dikedepankan caracara
yang persuasif untuk menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. (Budiardjo, 2010:50).
b. Sifat Monopoli
Negara juga membawakan sifat monopoli, yaitu sifat yangmenunjukkan adanya hak atau
kewenangan negara untuk mengelola atau menentukan sesuatu tindakan tanpa adanya hak
atau kewenangan yang sama di pihak lain. Sifat monopoli yang dimiliki oleh negara
menyangkut beberapa hal. Negara memiliki hak monopoli untuk menentukan tujuan dari
sebuah masyarakat, yaitu masyarakat dalam negara yang bersangkutan. Di Indonesia
misalnya tujuan masyarakat itu adalah sebagaimana dirumuskan dalam alinea IV
Pembukaan UUD 1945.
Sebagai konsekuensinya negara berhak untuk melarang berkembangnya faham atau
aliran yang dianggap mengganggu pencapaian tujuan yang dimaksudkan. Negara juga
memiliki hak monopoli pengelolaan sumber daya alam yang menguasai hajat hidup
masyarakat. Hak monopoli yang lain adalah monopoli pengelolaan sarana kekerasan
untuk kepentingan negara. Negara memiliki satuan tentara dan polisi yang dilengkapi
dengan sistem persenjataan seperti senjata api, tank, pesawat tempur, kapal perang dan
sebagainya, adalah merupakan perwujudan dari hak monopoli tersebut.
c. Sifat Mencakup Semua
Dengan sifat ini maksudnya bahwa kekuasaan negara berlaku bagi semua orang di
wilayah negara yang bersangkutan. Tidak ada warga masyarakat yang dapat
mengecualikan dirinya dari pengaruh kekuasaan negara. Berkenaan dengan itu bahwa
peraturan yang dibuat oleh negara pada prinsipnya berlaku bagi setiap orang di wilayah
negara itu tanpa kecuali. Ketika peraturan sudah dibuat atau ditetapkan, semua orang
dianggap tahu dan harus mentaatinya.
Siapapun yang melakukan pelanggaran akan dikenai sanksi sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Menjadi warga negara bukanlah sesuatu yang berdasarkan pada kemauan sendiri
(involuntary membership), dan di sinilah letak perbedaan antara keanggotaan suatu
negara dengan keanggotaan pada asosiasi atau organisasi lain yang sifatnya sukarela.
(Budiardjo, 2010:50).
2.3 Unsur Negara
Negara yaitu organisasi masyarakat yang memiliki wilayah tertentu dan berada di bawah
pemerintahan berdaulat yang mengatur kehidupan masyarakat tersebut. Adapun elemen-
elemen yang membentuk suatu negara adalah sebagai berikut.

a. Rakyat
Penduduk suatu negara dimaksudkan semua orang yang pada suatu negara mendiami
suatu wilayah Negara. Mereka secara sosiologis lazim disebut rakyat dalam suatu Negara.
Rakyat dalam hubungan ini dapat diartikan sebagai sekumpulan manusia yang
dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah
tertentu. Ditinjau dari segi hukum rakyat merupakan warga negara. Warganegara adalah
seluruh individu yang mempunyai ikatan hukum dengan suatu negara.
Rakyat suatu negara dibedakan menjadi penduduk dan bukan penduduk. Penduduk
adalah orang-orag yang bertempat tinggal menetap atau berdomisili dalam suatu negara.
Sedangkan yang bukan penduduk artinya orang-orang yang bertempat tinggal di dalam
suatu negara tetapi dalam waktu sementara dan tidak bermaksud untuk menetap.

b. Wilayah dengan Batas-Batas Tertentu


Wilayah suatu negara pada umumnya dibagi menjadi wilayah darat, wilayah laut dan
udara. Batas wilayah Negara Indonesia ditetapkan dalam perjanjian dengan negara lain
yang berbatasan.
Berkenaan dengan wilayah perairan ada 3 batas wilayah laut Indonesia, batas batas
tersebut adalah:
 Batas laut teritorial, yaitu garis khayal yang berjarak 12 mil laut dari garis dasar
ke arah laut lepas. Jika ada dua negara atau lebih menguasai suatu lautan,
sedangkan lebar lautan itu kurang dari 24 mil laut, maka garis teritorial di tarik
sama jauh dari garis masing-masing negara tersebut. Laut yang terletak antara
garis dengan garis batas teritorial disebut laut teritorial. Laut yang terletak di
sebelah dalam garis dasar disebut laut internal. Rakyat adalah pendukung utama
keberadaan sebuah negara.
 Batas landas kontinen (continentalshelf), adalah wilayah lautan suatu negara yang
batasnya lebih dari 200 mil laut. Jika ada dua negara atau lebih menguasai lautan
di atas landasan kontinen, batas negara tersebut ditarik sama jauh dari garis dasar
masing-masing negara. Dalam wilayah laut ini negara yang bersangkutan dapat
mengelola dan memanfaatkan wilayah laut tetapi wajib membagi keuntungan
dengan masyarakat internasional.
 Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yaitu laut yang diukur dari garis lurus yang
ditarik dari pantai titik terluar sejauh 200 mil laut. Di dalam wilayah ini, negara
yang bersangkutan memiliki hak untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan
yang ada di dalamnya. Akan tetapi, wilayah ini bebas untuk dilayari oleh kapal-
kapal asing yang sekadar melintasi saja.

c. Pemerintahan yang Berdaulat


Pemerintah yang berdaulat artinya pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi,
kekuasaan yang tidak berada di bawah kekuasaan lainnya. Kedaulatan ke dalam artinya
kekuasaan tertinggi untuk mengatur rakyatnya sendiri. Sedangkan kekuasaan ke luar
artinya kekuasaan tertinggi yang harus dihormati negara-negara lain.
Kedaulatan mempunyai beberapa sifat yaitu
 Asli, dalam arti tidak diturunkan dari kekuasaan yang yang lain
 Tertinggi, dalam arti tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat
membatasi kedaulatan.
 Abadi atau kekal, artinya keberadaannya tetap.
 Tidak dapat di bagi, dalam arti hanya ada satu kekuasaan tertinggi saja dalam
suatu negara.

d. Pengakuan Internasional
Pengakuan yang diberikan oleh sauatu negara untuk memenuhi unsur suatu negara yang
lain. Pengakuan internasional dapat dibagi menjadi pengakuan secara de facto dan de
jure, de facto artinya bersifat tetap yakni pengakuan dari negara lain dapat menimbulkan
hubungan bilateral di bidang perdagangan dan ekonomi. Pengakuan de facto menunjuk
pada adanya pelaksanaan kekuasaan cecara nyata dalam masyarakat yang dinyatakan
merdeka atau telah memiliki indepedensi. Pengakuan de jure pengakuan terhadap suatu
Negara secara resmi berdasarkan hukum dengan segala konsekuensinya atau pengakuan
secara Internasional. Berdasarkan sifatnya pengakuan de jure dibagi menjadi 2 yakni
1. Tetap, artinya berlaku selama-lamanya sampai waktu yang tidak terbatas.
2. Penuh, artinya mempunyai dampak dibukanya hubungan bilateral di tingkat
diplomatik dan konsul, sehingga masing-masing Negara akan menempatkan
perwakilannya di negara tersebut yang dipimpin oleh duta besar yang bekuasa penuh.

2.4 Tujuan Negara


Tujuan Negara pada dasarnya adalah menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan
rakyatnya. Tujuan Negara merupakan pedoman atau acuan dalam menjalankan langkah-
langkah kehidupan bernegara, mengatur kehidupan rakyat, menyusun dan mengendalikan
alat perlengkapan Negara.
Menurut Plato, tujuan negara adalah untuk memajukan kesusilaan manusia, baik sebagai
makhluk individu maupun sosial.
Menurut Roger H. Soltau, tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya berkembang
serta mengungkapkan daya cipta yang sebebas-bebasnya.
Menurut Harold J. Laski, tujuan negara adalah menciptakan keadaan yang di dalamnya
rakyat dapat mencapai keinginan-keinginannya secara maksimal.
Menurut Aristoteles, tujuan dari negara adalah kesempurnaan warganya yang
berdasarkan atas keadilan. Keadilan memerintah harus menjelma di dalam negara, dan
hukum berfungsi memberi kepada setiap manusia apa sebenarnya yang berhak ia terima.
Menurut John Locke, tujuan negara adalah untuk memelihara dan menjamin
terlaksananya hak-hak azasi manusia yang tertuang dalam perjanjian masyarakat.
Tujuan negara Indonesia tercantum pada Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 pada alinea ke-4, yaitu:
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungin segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia dengan berdasar kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial…”
Pada pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan negara Indonesia adalah:
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
2. Memajukan kesejahteraan umum
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial
Jika diperhatikan dari keempat tujuan negara tersebut, nilai-nilai yang terkandung
berkaitan dengan teori negara kesejahteraan (welfare state). Hal ini dikarenakan keempat
tujuan di atas semuanya menekankan pada aspek kesejahteraan rakyat.
Tujuan negara tersebut dapat diwujudkan dengan berlandaskan pada pancasila, yaitu:
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Tujuan negara juga ditinjau dari beberapa teori atau ajaran, yaitu:
Teori Negara Kesejahteraan
Menurut teori ini, tujuan negara adalah mewujudkan kesejahteraan warga negaranya.
Teori ini dikemukakan oleh Kranenburg.
Teori Perdamaian Dunia
Teori ini dikemukakan oleh ahli kenegaraan Italia, Dante Alleghieri. Tujuan negara
adalah mencapai perdamaian dunia sehingga perlu dibentuk satu negara di bawah satu
imperium.
Teori Kedaulatan Hukum
Menurut teori ini, negara bertujuan menyelenggarakan ketertiban hukum dengan
berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Hanya hukum yang berkuasa dalam negara.
Hak-hak warga negara dijamin sepenuhnya oleh negara. Maka dari itu, warga negara
berkewajiban untuk mematuhi seluruh peraturan yang ada dalam negara yang
bersangkutan. Teori ini dikemukakan oleh Krabbe.
Teori Kekuasaan Negara
Menurut teori ini, tujuan negara adalah berusaha mengumpulkan kekuasaan yang sebesar-
besarnya. Teori ini dikemukakan oleh Lord Shang Yang, seorang ahli filsafat politik Cina.
Teori Jaminan Atas Hak dan Kewajiban
Menurut teori ini, tujuan negara adalah membentuk dan mempertahankan hukum supaya
hak dan kemerdekaan warga negara terpelihara. Peranan negara hanya sebagai penjaga
ketertiban hukum dan pelindung hak serta kebebasan warganya. Yang mencetuskan teori
ini adalah Immanuel Kant, seorang filsafat dari Jerman.
2.5 Fungsi Pembentuk Negara
1. Fungsi Keamanan dan Ketertiban
Negara sebagai fungsi pengatur keamanan dan ketertiban dalam masyarakat ini bertujuan
untuk mencegah terjadinya bentrokan-bentrokan dalam masyarakat sehingga tercipta
suatu kondisi yang stabil.
2. Fungsi Kesejahteraan dan Kemakmuran
Maknanya, Negara dapat mengupayakan agar masyarakat bisa hidup sejahtera dan
makmur, baik itu dalam kondisi ekonomi maupun sosial dalam masyarakat.
3. Fungsi Pertahanan
Negara dapat mengupayakan dalam mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dari
ancaman-ancaman atau gangguan, baik itu dalam negeri ataupun luar negeri. Ancaman
atau gangguan tersebut bisa berupa serangan (invasi) untuk memecah belah persatuan
bangsa.
4. Fungsi Keadilan
Keadilan dalam negara haruslah dibentuk, ditegakkan, dan memberi HAK yang sama
kepada semua orang atau tidak membeda-bedakan sesama manusia. Maka, negara
membentuk suatu badan peradilan negara yang memiliki tugas untuk menegakkan
masalah keadilan dalam suatu bangsa atau masyarakat sehingga akan menciptakan
kondisi yang dinamis dan harmonis.
KELOMPOK 9

2.1.Pengertian Konstitusi
Secara Umum, Pengertian Konstitusi adalah Suatu naskah atau dokumen yang
didalamnya memuat keseluruhan peraturan-peraturan yang mengatur dengan mengikat
dalam penyelenggaraan ketatanegaraan dalam suatu negara. Secara etimologi, istilah
konstitusi berasal dari bahasa latin "constitutio, constituere" artinya dasar susunan badan,
dan dari bahasa Prancis "constituer" yang berarti membentuk. Pada zaman dahulu, istilah
pada konstitusi dipergunakan untuk perintah-perintah kaisar Romawi (yakni,
constitutions principum). Kemudian, di italia difungsikan untuk menunjukkan undang-
undang dasar "Diritton Constitutionale". Sedangkan Konstitusi dalam bahasa Belanda
disebut dengan istilah Grondwet.
Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang
dinamakan negara. Konstitusi merupakan menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang berfungsi untuk
membentuk, mengatur atau memerintah negara. Peraturan-peraturan, ada yang sifatnya
tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis berupa
konvensi. Pada perkembangannya, istilah pada konstitusi mempunyai dua pengertian
yaitu pengertian konstitusi arti luas dan pengertian konstitusi dalam arti sempit seperti
dibawah ini..
Macam-Macam Pengertian Konstitusi

1. Pengertian Konstitusi dalam arti luas yang dikemukakan oleh Bolingbroke, bahwa
pengertian konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-ketentuan
dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya dimana hukum dasar
tidak selalu berupa dokumen tertulis. Hukum dasar dapat berdiri dari unsur-unsur
tertulis atau tidak tertulis atau dapat juga merupakan campuran dari dua unsur
tersebut.
2. Pengertian Konstitusi dalam arti sempit yang dikemukakan oleh Lord Bryce, bahwa
pengertian konstitusi dalam arti sempit adalah piagam dasar atau UUD, yaitu suatu
dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. UUD 1945,
Konstitusi Amerika Serikat 1787, Konstitusi Prancis 1789, dan Konstitusi
Konfederasi Swiss 1848 merupakan contohnya. Jadi, Pengertian konstitusi dalam
arti sempit adalah sebagian dari hukum dasar yang merupakan satu dokumen
tertulis yang lengkap.
Selain itu, beberapa ahli juga mengemukakan pengertian konstitusi sebagai berikut:
1. E.C. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas pokok dari badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan tersebut.
2. KC. Wheare
Konstitusi adalah keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara yang berupa
kumpulan peraturan yang membentuk an mengatur pemerintahan negara.
3. Herman Heller
Herman Heller membagi konstitusi menjadi tiga pengertian, yaitu:
 Konstitusi yang bersifat politik sosiologis, yaitu konstitusi yang mencerminkan
kehidupan politik masyarakat.
 Konstitusi yang bersifat yuris, yaitu konstitusi merupakan kesatuan kaidah yang
hidup di dalam mayarakat.
 Konstitusi yang bersifat politis, yaitu konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah
sebagai undang-undang.
4. CF. Strong
Menurut CF. Strong, konstitusi merupakan kumpulan asas yang didasarkan pada
kekuatan pemerintah, hak-hak yang diperintah, serta hubungan-hubungan antara
keduanya yang diatur.
5. Sri Soemantri
Konstitusi merupakan naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi
sistem pemerintahan negara.

2.2.Hakikat dan Fungsi Konstitusi


1. Hakikat dan Fungsi Konstitusi
1. Hakikat Isi Konstitusi
Pada hakikatnya konstitusi (UUD) berisi tiga hal pokok yaitu :
a. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negaranya.
b. Ditetapkan susunan ketatanegaran suatu negara yang bersifat
fundamental.
c. Adanya pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan yang juga
bersifat fundamental.
Sedangkan menurut Budiardjo (1996), setiap Undang-Undang Dasar
memuat ketentuan-ketentuan mengenai :

 Organisasi Negara
Dalam konteks organisasi negara, konstitusi (UUD) berisi hal-hal:
a. Pembagian kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
b. Pembagian kekuasaan antara pemerintahan pusat atau federal
dengan pemerintahan daerah atau negara bagian.
c. Prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran hukum oleh salah
satu badan pemerintah dan sebagainya.
d. Bangunan hukum dan semua organisasi-organisasi yang ada
dalam negara.
e. Bentuk negara, bentuk pemerintahan, sistem pemerintahan dari
negara tersebut.
 Hak dan Kewajiban Warga Negara, Hak dan Kewajiban Negara dan
Hubungan keduanya.
Ketentuan pada butir “Ditetapkan susunan ketatanegaran suatu negara
yang bersifat fundamental” di atas, ditujukan untuk memberi jaminan
yang pasti kepada warga negara dan negara sehingga kehidupan tata
negara dapat berjalan tertib dan damai, dan untuk menghindari adanya
pelanggaran oleh pihak-pihak yang memegang kekuasaan.
 Prosedur Mengubah Undang-Undang Dasar
Konstitusi suatu negara dibuat berdasarkan pengalaman dan kondisi
sosial politik masyarakat dalam kehidupan masyarakat yang selalu
mengalami perubahan akibat dari pembangunan, modernisasi dan
munculnya perkembangan-perkembangan baru dalam ketatanegaraan.
2. Fungsi Konstitusi
Konstitusi (UUD) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara memiliki arti dan makna yang sangat penting. Hal ini berarti bahwa
konstitusi (UUD) menjadi “tali” pengikat bagi setiap warga negara dan
lembaga negara dalam kehidupan negara. Dalam kerangka kehidupan negara,
konstitusi (UUD) secara umum memiliki fungsi sebagai :
a. Tata aturan dalam pendirian lembaga-lembaga yang permanen
(lembaga suprastruktur dan infrastruktur politik).
b. Tata aturan dalam hubungan negara dengan warga negara serta
dengan negara lain.
c. Sumber hukum dasar yang tertinggi. Artinya bahwa seluruh
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku harus mengacu
pada konstitusi (UUD).
Secara khusus, fungsi konstitusi (UUD) dalam negara demokrasi dan
negara komunis adalah :

1. Fungsi Konstitusi (UUD) dalam Negara Demokrasi Konstitusional


a. Membagi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang
(absolut).
b. Sebagai cara yang efektif dalam membagi kekuasaan.
c. Sebagai perwujudan dari hukum yang tertinggi (supremasi
hukum yang harus ditaati oleh rakyat dan penguasanya).
2. Fungsi Konstitusi (UUD) dalam negara komunis
a. Sebagai cerminan kemenangan-kemenangan yang telah dicapai
dalam perjuangan ke arah masyarakat komunis.
b. Sebagai pencatatan formal (legal) dari perjuangan yang telah
dicapai.
c. Sebagai dasar hukum untuk perubahan masyarakat yang dicita-
citakan dan dapat diubah setiap kali ada pencapaian kemajuan
dalam masyarakat komunis.
2.3. Perilaku Konstitusional
Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Bangsa Indonesia sendiri sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD 1945,
Konstitusi RIS, UUDS 1950 sampai dengan UUD 1945 yang sudah diamandemen.
Dengan adanya konstitusi diharapkan masyarakat dapat hidup dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara secara damai. Konstitusi disebut mendahului, bukan karena
urutan waktunya, melainkan dalam sifatnya yang superior dan kewenanganya untuk
mengikat. Semua konstitusi memang menjadikan kekuasaan sebagai pusat
perhatian,karena kekuasaan itu sendiri pada intinya memang perlu diatur dan dibatasi
sebagaimana mestinya. Persoaalan yang dianggap paling penting dalam setiap kosntitusi
adalah pengaturan mengenai pengawasan atau pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah.

Konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,


menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang
berdaulat. Dalam cakupan demokratis, konstitusi meliputi ; anatomi kekuasaan atau
kekuasaan politik yang tunduk pada hukum, jaminan dan perlindungan hak-hak asasi
manusia, peradilan yang bebas, dan pertanggung jawaban kepada rakyat. Konstitusi di
Indonesia menjadi tonggak yang penting bagi berjalannya demokrasi. Jadi sudah
dipastikan konstitusi tidak terlepas dari warga Negara. yang menjadi pengawal dalam
proses demokratisasi sebuah negara. Selain itu, para penyelenggara Negara juga wajib
taat dan melaksanakan semua yang sudah digariskan oleh konstitusi.

. Ketaatan ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional


merupakan perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan
penyelenggaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945. Sebaliknya , perilaku
inkonstitusional merupakan perilaku yang menyimpang dari konstitusi Negara. Setiap
warga Negara harus dan wajib memiliki perilaku positif dalam berkonstitusi yang
mempunyai makna berperilaku peduli atau memperhatikan konstitusi, mempelajari
isinya, mengkaji maknanya serta menjalankan nilai- nilai yang ada dalam kehidupan
sehari- hari. Terdapat pula contoh-contoh dari perilaku konstitusional, sebagai berikut :

A. Perilaku Konstitusional Bagi Penyelenggaraan Negara


Berdasarkan konstitusi yang berlaku di Indonesia, saat ini
penyelenggaraan Nagara dilaksanakan oleh beberapa lembaga Negara meliputi :
MPR, Presiden, Kementrian Negara, DPR, DPD, KPU, Badan Pemeriksa
Keuangan, MA, MK, TNI, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Lembaga
penyelenggara Negara tersebut melaksanakan tugas atau kewajibannya
berdasarkan wewenang yang dimiliki berdasarkan ketetapan konstitusi lain :
 MPR
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD
 Mengubah dan menetapkan UUD
 Melantik Presiden dan Wakil Presiden
 Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD
 Presiden dan Kementrian Negara
 Tidak pernah menghianati Negara
 Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas sebagai
Pres dan Wapres
 Mengajukan rancangan UU kepada DPR
 Menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU
 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
 Bersidang sedikitnya sekali dalam setahun
 Membentuk undang-undang
 Membahas rancangan undang-undang bersama dengan Presiden
 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
 Mengajukan rancangan undang-undang tentang otonomi daerah,
hubungan antar pusat dan daerah
 Pembentukan dan pemekaran atau penggabungan daerah, dan lain-lain
kepada DPR
 Komisi Pemilihan Umum (KPU)
 Menyelenggarakan pemilu yang langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
 Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara
 Menyerahkan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR, DPD, DPRD
 Mahkamah Agung (MA)
 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
 Mahkamah Konstitusi (MK)
 Memutuskan sengketa kewenangan yang diberikan UUD
 Memutuskan pembubaran partai politik, perselisihan tentang hasil
pemilihan umum
 Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Kesatuan Republik Indonesia
 Mempertahankan, melindungi dan memelihara keutuhan serta kedaulatan
Negara
 Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat

B. Perilaku Konstitusional Warga Negara, antara lain :


1. Mengakui dan menghargai hak-hak asasi orang lain.
2. Mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku, baik peraturan lalu lintas,
sekolah, dll
3. Tidak main hakim sendiri.
4. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5. Adanya keterbukaan dan etika dalam menghadapi suatu permasalahan.
6. Mengembangkan sikap sadar dan rasional.
7. Menjalin persatuan dan kesatuan melalui berbagai kegiatan.
8. Pelaksanaan pemilihan umum secara transparan, jujur, adil, dan bebas, serta
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
9. Pengambilan keputusan dengan musyawarah atau pemungutan suara, tidak
dengan money politic, suap, kolusi, dan intimidasi.
10. Pelaksanaan demonstrasi atau aksi-aksi secara damai bukan dengan
kekerasan, infiltrasi, atau revolusi.
11. Membayar pajak tepat waktu
12. Ikut melaksanakan pembelaan negara sesuai dengan kemampuan, hak dan
kewajiban.
13. Memberikan kritik atau saran kepada pemerintah melalui wakil rakyat.

Berikut merupakan contoh perilaku inkonstitusional yang perlu kita dihindari


dalam kehidupan berbangsa dan bernegara :
1. Melanggar apa yang menjadi isi Konstitusi atau melanggar aturan dan norma
yang telah ditetapkan di dalam konstitusi.
2. Menyalahgunakan konstitusi untuk kepentingan pribadi atau kelompok, ataupun
untuk memperkaya diri sendiri (korupsi).

Perilaku konstitusional wajib dilaksanakan oleh penyelenggara Negara maupun


warga negara secara seimbang. Untuk mengembangkan perilaku konstitusional,
langkah awal yang harus dilakukan yakni dengan mengetahui dan memahami aturan-
aturan penyelenggaraan negara yang tecantum dalam UUD 1945. Oleh karena itu,
sosialisasi UUD 1945 kepada seluruh warga negara harus dilaksanakan secara efektif
melalui kegiatan pembelajaran di sekolah.

2.4. Institusi dan Mekanisme Pembuatan Konstitusi


1. Institusi Legislasi
Institusi (lembaga) yang bertugas untuk membuat konstitusi (UUD 1945)
dan peraturan perundang - undangan yang ada dibawahnya meliputi 2 institusi
yaitu, Badan Legislatif (DPR) dan Badan Eksekutif (Presiden). Kedua institusi itu
bertugas untuk membuat Undang - Undang, sedangkan untuk tingkat I dan II dan
bupati/ walikota bersama DPRD tingkat II. Institusi lain diluar kedua institusi
(lembaga) diatas, baik yang bersifat infrastruktur politik memiliki tugas memberi
dukungan sesuai dengan peran kompetensinya. Bentuk produk peraturan
perundang - undangan yang dihasilkan oleh institusi di atas adalah berupa UUD,
UU, Perpu, Perda dan PP.
2. Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD) dan pembuatan UU, Perpu, PP dan
Perda.
Proses pembuatan peraturan perundang - undangan diatas, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Amandemen Konstitusi (UUD 1945)
Sebagai usaha mengembalikan kehidupan Negara yang berkedaulatan
rakyat berdasarkan UUD 1945, salah satu aspirasi yang terkandung di
dalam semangat reformasi adalah melakukan amandemen terhadap UUD
1945, maka pada awal reformasi, MPR telah mengeluarkan seperangkat
ketetapan sebagai landasan konstitusionalnya, yaitu:
1. Pencabutan ketetapan MPR tentang Refrendum (dengan Tap.
Nomber VIII/MPR/1998).
2. Pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden (Tap.
Nomber/XII/MPR/1998)
3. Pernyataan Hak Asasi Manusia (Tap. Nomber
XVII/MPR/1998)
4. Pencabutan ketetapan MPR nomber II/MPR/1978 tentang P4
dan penetapan tentang penegasan sebagai Dasar Negara (Tap.
Nomber XVIII/MPR/1998)
5. Perubahan pertama UUD 1945 pada tanggal 19 Oktober 1999
6. Perubahan kedua UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 2000
7. Sumber Hukum dan Tata Urutan perundang - undangan (Tap.
Nomber/III/MPR/2000
8. Petubahan ketiga pada tanggal 1 - 10 Nobember 2001.
9. Preubahan keempat (terkhir) UUd 1945, 1 - 11 Agustus 2002.

Disahkan perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat UUD 1945 dalam Sidang
Umum MPR tahun 2002 menandai sebuah lompatan besar kedepan bagi bangsa
Indonesia, karena bangsa indonesia telah mempunyai sebuah UUD yang lebih sempurna
dibandingkan dengan UUD 1945 sebelumnya. Namun demikian, MPR tetap menyadari
bahwa konstitusi (UUD) yang diamandemen belum sempurna. Untuk itu MPR membetuk
komisi konstitusi akan bertugas untuk menyempurnakan perubahan konstitusi (UUD) itu.
Dengan pengesahan perubahan UUD 1945 MPR telah memutuskan reformasi konstitusi
sebagai suatu langkah demokrasi dalam upaya menyempurnakan UUD 1945 menjadi
konstitusi yang demokratis. Perubahan itu merupakan suatu lembaran sejarah lanjutan
setelah Bung Karno dan Bung Hatta dan rekan - rekannya berhasil menegaskan UUD
1945 dalam rapat - rapatnya berhasil menegaskan UUD 1945 dalam rapat - rapat BPUPKI
dan PPKI.

b. Mekanisme Amandemen Konstitusi (UUD) 1945 dalam pelaksanaan


Amandemen Konstitusi (UUD) 1945, MPR menggunakan Mekanisme
sebegai berikut:
1. MPR mengadakan rapat konsultasi dengan seluruh badan
kelengkapan MPR dan anggotanya yaitu, DPR dan DPD.
2. Mendapat persetujuan 2/3 anggota DPR/MPR dan rencana
amandemen UUD 1945 tersebut.
3. MPR membentuk panitia Perumus Badan Pekerja (BP-MPR)
yang bertugas merumuskan RUUD 1945. Dalam pembahasan
panitia perumus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing)
dengan elemen - elemen yang meliputi pemberintah,
professional, pengusaha, partai politik, LSM, ormas, OKP,
tokoh masyarakat dan unsur - unsur lain yang terkait.
4. Hasil perumusan panitia Badan Perkerja MPR RI menyerahkan
hasil perumusan RUU kepada pemimpin MPR RI.
5. Pemimpin MPR menyelenggarakan Sidang Umum MPR RI
Tahunan untuk mendengarkan pandangan umum fraksi - fraksi
yang ada di MPR RI guna menetapkan rancangan UUD 1945
(konstitusi) Amandemen menjadi UUD 1945 Amandemen.
c. Mekanisme Pembuatan Undang - Undang dan Perpu
Pembuatan undang - undang dilakukan secara bersama - sama oleh
Presiden (Eksekutif) dengan DPR RI (Legislatif) dengan mekanisme
berikut:
1. Pemberintah mengajukan RUU melalui Menteri Sekretariat
Negara kepada Setjen DPR RI.
2. Setjen DPR RI mengirimkan RUU kepada pemimpin DPR RI.
3. Pemimpin DPR RI mengirimkan RUU tersebut kepada komisi
yang terkait.
4. Pemimpin Komisi membentuk panitia Khusus (pansus) untuk
membahas RUU untuk pemberintah atau usulan inisiatif DPR
RI.
5. Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing)
dengan elemen - lemen yang meliputi, pemberintah,
professional, pengusaha, partai polotik, LSM, ormas, OKP,
tokoh masyarakat, dan usnsur - unsur lain yang terkait.
6. DPR mengadakan Sidang Paripurna untuk mendengarkan
pandangan umum dengan fraksi - fraksi yang selanjutnya
menetapkan RUU menjadi UU.
d. Mekanisme Pembuatan Undang - Undang atas Usul Inisiatif DPR RI
Pembuatan UU dilakukan oleh DPR RI (Legislatif) dengan mekanisme
sebagai berikut:
1. Komisi mengajukan usul inisiatif RUU kepada Badan
Legistaltif DPR RI.
2. Badan Legistaltif DPR RI mengirimkan RUU kepada
pemberintah untuk dibahas dan selanjutnya dikembalikan lagi
kepada pemimpin DPR RI.
3. Pemimpin DPR RI mengirimkan RUU tersebut kepada komisi
yang terkait.
4. Pemimpin komisi membentuk paniyia khusus (pansus) yang
membahas RUU usulan pemberintah atau usulan inisiatif DPR
RI.
5. Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat (hearing)
dengan elemen - elemen yang meliputi, pemberintah,
professional, pengusaha, partai politik, LSM, ormas, OKP,
tokoh masyarakat dan unsur - unsur lain yang terkait.
6. Pemimpin DPR RI mengadakan sidang Paripurna untuk
mendengarkan pandangan umum dari fraksi - fraksi yang
selanjutnya menetapkan RUU menjadi UU.
e. Mekanisme Pembuatan Perda
Pembuatan Perda dilakukan secara bersama - sama oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan DPRD tingkat I atau II.
Mekanisme pembuatannya adalah sebagai berikut:
1. Pertama, Pemberintah daerah tingkat I atau II mengajukan
Rancangan Perda kepada DPRD melalui Sekretaris DPRD I
atau II.
2. Kedua, Sekretaris DPRD mengirim Rancangan Perda kepada
pemimpin DPRD tingkat I atau II.
3. Ketiga, Pemimpin DPRD tingkat I atau II mengirimkan
Rancangan Perda tersebut kepada komisi yang terkait.
4. Keempat, Pemimpin komisi membentuk panitia khusus
(pansus) untuk membahas Rancangan Perda usulan
pemberintah atau inisiatif DPRD I/II.
5. Kelima, Panitia khusus mengadakan rapat dengar pendapat
(hearing) dengan elemen - elemen yang meliputi, pemberintah,
professional, pengusaha, partai politik, LSM, ormas, OKP,
tokoh masyarakat dan unsur - unsur lain yang terkait di daerah.
6. Keenam, DPRD tingkat I atau II mengadakan sidang Paripurna
untuk mendengarkan pandangan umum dari fraksi - fraksi yang
selanjutnya menetapkan Rancangan Perdana menjadi Perda.
f. Mekanisme pembuatan peraturan pemberintah
Pembuatan PP adalah sepenuhnya dilakukan oleh Pemberintah
(Eksekutif). PP berfungsi sebagai peraturan mengenai pelaksanaan undang
- undang atau Perpu (Peraturan Pemberintah Pengganti Undang - Undang)
g. Hierarki Peraturan Perundang - undangan
Menurut ketetapan MPR RI Nomber III/MPR/2000, tentang sumber
hukum dan tata urutan perundang - undangan Negara Republik Indonesia
adalah:
1. Undang - Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan MPR RI.
3. Undang - Undang.
4. Peraturan Pemberintah Pengganti Undang - Undang (Perpu).
5. Peraturan Pemberintah.
6. Keputusan Presiden.
7. Peraturan Daerah.
KELOMPOK 10

2.1 Pengertian Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara berasal dari kata wawasan berasal dari kata “wawas” (
bahasa Jawa ) yang berarti melihat atau memandang. Jika ditambah dengan akhiran –an
maka secara harfiah berarti cara penglihatan, cara tinjau, cara pandang.
Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang diambil dari bahasa Jawa Kuno
yakni nusa yang berarti pulau, dan antara artinya lain.Wawasan nasional suatu bangsa
dibentuk dan dijiwai oleh paham kekuasaan dan geopolitik yang dianutnya. Beberapa
teori paham kekuasaan dan teori geopolitik. Perumusan wawasan nasional
lahir berdasarkan pertimbangan dan pemikiran mengenai sejauh mana konsep
operasionalnya dapat diwujudkan dan dipertanggung jawabkan.
Teori -teori yang dapat mendukung rumusan tersebut antara lain:

a. Paham Machiavelli (Abad XVII)


Dalam bukunya tentang politik yang diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia
dengan judul “The Prince”, Machiavelli memberikan pesan tentang cara
membentuk kekuatan politik yang besar agar sebuah negara dapat berdiri dengan kokoh.
Didalamnya terkandung beberapa postulat dan cara pandang tentang bagaimana
memelihara kekuasaan politik. Menurut Machiavelli, sebuah negara akan bertahan
apabila menerapkan dalil-dalil berikut: pertama, segala cara dihalalkan dalam merebut
dan mempertahankan kekuasaan; Kedua, untuk menjaga kekuasaan rezim, politik adu
domba (divide et impera) adalah sah; dan ketiga, dalam dunia politik (yang disamakan
dengan kehidupan binatang buas ), yang kuat pasti dapat bertahan dan menang. Semasa
Machiavelli hidup, buku “The Prince” dilarang beredar oleh Sri Paus karena dianggap
amoral. Tetapi setelah Machiavelli meninggal, buku tersebut menjadi sangat dan banyak
dipelajari oleh orang-orang serta dijadikan pedoman oleh banyak kalangan politisi dan
para kalangan elite politik.

b. Paham Kaisar Napoleon Bonaparte (abad XVIII)


Kaisar Napoleon merupakan tokoh revolusioner di bidang cara pandang, selain
penganut baik dari Machiavelli. Napoleon berpendapat bahwa perang di masa depan akan
merupakan perang total yang mengerahkan segala upaya dan kekuatan nasional.Kekuatan
ini juga perlu didukung oleh kondisi sosial budaya berupa ilmu pengetahuan teknologi
demi terbentuknya kekuatan hankam untuk menduduki dan menjajah negara-negara
disekitar Prancis. Ketiga postulat Machiavelli telah diimplementasikan dengan sempurna
oleh Napoleon, namun menjadi bumerang bagidirinya sendiri sehingga akhir kariernya
dibuang ke Pulau Elba.

c. Paham Jendral Clausewitz (XVIII)


Pada era Napoleon, Jenderal Clausewitz sempat terusir oleh tentara Napoleon dari
negaranya sampai ke Rusia. Clausewitz akhirnya bergabung dan menjadi penasihat
militer Staf Umum Tentara Kekaisaran Rusia. Sebagaimana kita ketahui,invasi tentara
Napoleon pada akhirnya terhenti di Moskow dan diusir kembali kePerancis. Clausewitz,
setelah Rusia bebas kembali, di angkat menjadi kepala staf komando Rusia. Di sana dia
menulis sebuah buku mengenai perang berjudul Vom Kriege (Tentara Perang). Menurut
Clausewitz, perang adalah kelanjutan politik dengan cara lain. Baginya, peperangan
adalah sah-sah saja untuk mencapai tujuan nasional suatu bangsa. Pemikiran inilah yang
membenarkan Rusia berekspansi sehingga menimbulkan perang Dunia I dengan
kekalahan di pihak Rusia ata uKekaisaran Jerman.

d. Paham Feuerbach dan Hegel


Paham materialisme Feuerbach dan teori sintesis Hegel menimbulkan duaaliran
besar Barat yang berkembang didunia, yaitu kapitalisme di satu pihak dankomunisme di
pihak yang lain. Pada abad XVII paham perdagangan bebas yangmerupakan nenek
moyang liberalisme sedang marak. Saat itu orang-orang berpendapat bahwa ukuran
keberhasilan ekonomi suatu negara adalah seberapa besar surplus ekonominya, terutama
diukur dengan emas. Paham ini memicu nafsukolonialisme negara Eropa Barat dalam
mencari emas ke tempat yang lain. Inilah yang memotivasi Columbus untuk mencari
daerah baru, kemudian Magellan, danlain-lainnya. Paham ini juga yang mendorong
Belanda untuk melakukan perdagangan(VOC) dan pada akhirnya menjajah Nusantara
selama 3,5 abad.

e. Paham Lenin (XIX)


Lenin telah memodifikasi paham Clausewitz. Menurutnya, perang adalah
kelanjutan politik dengan cara kekerasan. Bagi Leninisme/komunisme, perang atau
pertumpahan darah atau revolusi di seluruh dunia adalah sah dalam kerangka
mengkomuniskan seluruh bangsa di dunia. Karena itu, selama perang dingin, baik Uni
Soviet maupun RRC berlomba-lomba untuk mengekspor paham komunis keseluruh
dunia. G.30.S/PKI adalah salah satu komoditi ekspor RRC pada tahun 1965.Sejarah
selanjutnya menunjukkan bahwa paham komunisme ternyata berakhir secara tragis
seperti runtuhnya Uni Soviet.

f. Paham Lucian W.Pye dan Sidney


Dalam buku Political Culture and Political Development (Princeton
UniversityPress, 1972 ), mereka mengatakan :”The political culture of society consist of
thesystem of empirical believe expressive symbol and values which devidens the situation
in political action can take place, it provides the subjective orientation to politics.The
political culture of society is highly significant aspec of the politicalsystem”. Para ahli
tersebut menjelaskan adanya unsur-unsur subyektivitas dan psikologis dalam tatanan
dinamika kehidupan politik suatu bangsa, kemantapan suatu sistem politik dapat dicapai
apabila sistem tersebut berakar pada kebudayaan politik bangsa yang
bersangkutan.samudera Hindia).
Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar belakang falsafah pancasila, latar
belakang pemikiran aspek kewilayahan, aspek sosial budaya, dan aspek kesejarahan,
terbetuklah satu wawasan nasional indonesia yang disebut wawasan nusantara dengan
rumusan pengertian yang sampai ini berkembang sebagai berikut:

Pengertian wawasan nusantara berdasarkan ketetapan majelis permusyawarahan


rakyat tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN adalah sebagai berikut: “wawasan nusantara
yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan
UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional”.
Pengertian wawasan nusantara menurut prof. Dr. Wan usman (Ketua Program S-
2 PKN – UI ) “wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa indonesia mengenai diri
dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.”. Hal tersebut disampaikannya saat lokakarya wawasan nusantara dan
ketahanan nasional di Lemhanas pada Januari 2000. Ia juga menjelaskan bahwa wawasan
nusantara merupakan geopolitik Indonesia.
Pengertian wawasan nusantara, menurut kelompok kerja wawasan nusantara,
yang diusulkan menjadi ketetapan majelis permusyawaratan rakyat dan dibuat di
Lemhanas tahun 1999 adalah sebagai berikut:“cara pandang dan sikap bangsa indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang berseragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam
menyelengarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan nasional. ”Secara umum wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa
tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu
sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk mencapai tujuan atau cita –
cita nasionalnya.
Sedangkan arti dari wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan
geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau
cita – cita nasionalnya. Dengan demikian wawasan nusantara berperan untuk
membimbing bangsa Indonesia dalam penyelengaraan kehidupannyaserta sebagai rambu
– rambu dalam perjuanagan mengisi kemerdekaan. Wawasan nusantara sebagai cara
pandang juga mengajarkan bagaimana pentingnya membina persatuan dan kesatuan
dalam segenap aspek kehidupan bangsa dan negara dalammencapai tujuan dan cita –
citanya. Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar belakang falsafah Pancasila, latar
belakang pemikiran aspek kewilayahan, aspek sosial budaya danaspek kesejarahan,
terbentuklah satu wawasan nasional Indonesia yang disebutdengan Wawasan
Nusantara.Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia diri
danlingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
2.2 Makna dari Wawasan Nusantara
Sebagai kesatuan politik, wawasan nusantara mengandung makna:
2.2.1 Kebulatan wilayah nasional beserta kekayaannya merupakan satu
kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan matra seluruh bangsa
serta menjadi modal dan milik bersama bangsa Indonesia.
2.2.2 Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan berbicara agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan YME, harus merupakan satu kesatuan
bangsa yang bulat dalam arti yang seluas-luasnya.
2.2.3 Secara psikologis, bangsa Indonesia harus merasa satu rasa senasib
sepenanggungan, sebangsa setanah air dan punya satu tekad dalam
mencapai cita-cita bangsa.
2.2.4 Pancasila sebagai satu-satunya falsafah, ideologi negara yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan bangsa Indonesia dalam mencapai
tujuannya.

Sebagai kesatuan ekonomi, wawasan nusantara mengandung makna:


2.2.5 Kekayaan nusantara baik potensial maupun efektif adalah modal dan milik
bangsa Indonesia. Kekayaan itu harus dikelola untuk keperluan sehari-hari
dan merata di semu wilayah.
2.2.6 Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh
daerah tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah dalam
pengembangan kehidupan ekonominya.
2.2.7 Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara merupakan satu
kesatuan ekonomi yang diselenggrakan sebagai usaha bersama atas asas
kekeluargaan dan ditunjukkan bagi kemakmuran semua rakyat.

Sebagai satu kesatuan sosial budaya, wawasan nusantara mengandung makna:


2.2.8 Masyarakat Indonesia sebagai satu perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan tingkat kemajuan masyarakat
yang sama, merata dan seimbang serta adanya keselarasan yang sesuai
dengan tingkat kemajuan bangsa.
2.2.9 Budaya Indonesia pada dasarnya adalah satu kesatuan dalam
keberagaman. Inilah yang menjadi modal dasar pembangunan dan
sekaligus jati diri bangsa.
Sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan, wawasan nusantara mengandung
makna:
2.2.10 Segala ancaman terhadap satu pulau atau daerah pada dasarnya adalah
ancaman bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan.
2.2.11 Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
membela negara dan bangsa.

2.3 Latar belakang filosofis Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara merupakan sebuah cara pandang geopolitik Indonesia
yang bertolak dari latar belakang pemikiran sebagai berikut (S. Sumarno,
2005):
- Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila
- Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia
- Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia
- Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia

2.3.1 Latar Belakang Pemikiran Filsafat Pancasila


Pancasila sebagai dasar pengembangan Wawasan Nusantara
artinya setiap sila dari Pancasila menjadi dasar pengembangan
Wawasan Nusantara.
- Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa).
Menjadikan Wawasan Nusantara sebagai wawasan yang
menghormati kebebasan beragama.
- Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab).
Menjadikan Wawasan Nusantara sebagai wawasan yang
menghormati dan menerapkan HAM (Hak Asasi Manusia).
- Sila 3 (Persatuan Indonesia).
Menjadikan Wawasan Nusantara sebagai wawasan yang
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
- Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan)
Menjadikan Wawasan Nusantara sebagai wawasan yang
dikembangkan dalam suasana musyawarah dan mufakat.
- Sila 5 (Keadilan Soial bagi Seluruh Rakyat Indonesia).
Menjadikan Wawasan Nusantara sebagai wawasan yang
mengusahakan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

2.3.2 Latar Belakang Pemikiran Aspek Kewilayahan Indonesia


Wilayah Indonesia sebagai dasar pengembangan Wawasan
Nusantara. Kondisi obyektif geografis Indonesia menjadi modal
pembentukan suatu negara dan menjadi dasar bagi pengambilan-
pengambilan keputusan politik. Kondisi obyektif geografi
Indonesia yang telah mengalami perkembangan antara lain:
- Saat Indonesia merdeka (17 Agustus 1945), Indonesia masih
mengikuti aturan dalam Territoriale Zee En Maritime Kringen
Ordanantie tahun 1939 di mana lebar laut wilayah Indonesia
adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing
pantai pulau Indonesia. Dengan adanya aturan tersebut maka
wilayah Indonesia bukan merupakan kesatuan dan laut menjadi
pemisah-pemecah wilayah karena Indonesia merupakan negara
kepulauan.
- Pada tanggal 13 Desember 1957, Indonesia mengeluarkan
Deklarasi Djuanda yang berbunyi: “…berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan
bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang
menghubungkan pulau-pulau yang termasuk negara Indonesia
dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-
bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara Indonesia,
dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau
nasional berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia,
dan dengan demikian bagian daripada perairan pedalaman atau
nasional berada di bawah kedaulatan mutlak negara Indonesia.
Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal-
kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan
dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara
Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial (yang lebarnya 12
mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung
yang terluar pada pulau-pulau negara Indonesia….” Jadi, pulau-
pulau dan laut di wilayah Indonesia merupakan satu wilayah
yang utuh, kesatuan yang bulat dan utuh.
- Indonesia mengeluarkan UU No. 4/ Prp Tahun 1960 tentang
Perairan Indonesia yang berisi konsep kewilayahan Indonesia
menurut Deklarasi Djuanda. Maka Indonesia mempunyai
konsep tentang Negara Kepulauan (Negara Maritim).
Dampaknya luas daerah Indonesia menurut Deklarasi Djuanda
dan UU No. 4/ Prp Tahun 1960 menjadi 5 juta km² dimana 65%
wilayahnya terdiri dari laut atau perairan sedangakn menurut
Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939
adalah kurang dari 2 juta km².
- Pada tahun 1982, Konferensi PBB tentang Hukum Laut
Internasional III mengakui pokok-pokok asas Negara
Kepulauan (seperti yang digagas menurut Deklarasi Djuanda)
dimana asas Negara Kepulauan itu diakui dan dicantumkan
dalam UNCLOS (United Nation Convention on the Law of the
Sea) tahun 1982. Dampak dari UNCLOS 1982 adalah
pengakuan tentang bertambah luasnya ZEE (Zona Ekonomi
Eksklusif) dan Landas Kontinen Indonesia.
- Tanggal 31 Desember 1985, Indonesia meratifikasi UNCLOS
1982 melalui UU No. 17 Tahun 1985
- Perjuangan untuk wilayah antariksa nasional, termasuk GSO
(Geo Stationery Orbit).
Jadi wilayah Indonesia adalah (Prof. Dr. Priyatna dalam S.
Sumarno, 2005, hal 74)
- Wilayah territorial 12 mil dari Garis Pangkal Laut
- Wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 200 mil dari pangkal
laut.
- Wilayah ke dalam perut bumi sedalam 40.000 km
- Wilayah udara nasional Indonesia setinggi 110km
- Batas antariksa Indonesia
- Tinggi : 33.761km
- Tebal GSO (Geo Stationery Orbit) : 350 km
- Lebar (Geo Stationery Orbit) : 150 km
2.3.3 Latar Belakang Pemikiran Aspek Sosial Budaya Indonesia
Keanekaragaman budaya Indonesia menjadi bahan untuk
memandang (membangun wawasan) nusantara Indonesia.
Menurut Hildred Geertz sebagaimana dikutip Nasikun (1988),
Indonesia mempunyai lebih dari 300 suku bangsa dari Sabang
sampai Merauke. Adapun menurut Skinner yang juga dikutip
Nasikun (1988) Indonesia mempunyai sub-sub suku/etnis yang
banyak.
2.3.4 Latar Belakang Pemikiran Aspek Kesejarahan Indonesia
Kesejarahan Indonesia menunjuk pada sejarah perkembangan
Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak
sejarahnya adalah:
3 20 Mei 1908 : hari Kebangkitan Nasional Indonesia
4 28 Oktober 1928 : Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui
Sumpah Pemuda
5 17 Agustus 1945 : Kemerdekaan Republik Indonesia
2.4 Kedudukan wawasan nusantara
a. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan
ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi
penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai serta mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasional.
b. Wawasan nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari
stratifikasinya sebagi berikut :
 Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara
berkedudukan sebagai landasan idiil.
 Undang-undang dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara,
berkedudukan sebagai landasan konstitusional.
 Wawasan nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan sebagai landasan
visional.
 Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional atau sebagai kebijaksanaan
nasional, berkedudukan sebagai landasan operasional.

2.5 Fungsi wawasan nusantara


Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-
rambu dalam menentukan segala jenis kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan
bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.6 Tujuan wawasan nusantara


Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala
aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mementingkan kepentingan-kepentingan
individu, kelompok, suku bangsa, atau daerah.
KELOMPOK 11
2.1 Wilayah sebagai Ruang Lingkup

Wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta


segenap unsur terkait padanya, yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan pada
aspek administratif dan atau aspek fungsional (Peraturan Pemerintah No. Tahun 2000
tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Wilayah Presiden Republik Indonesia.
Sedangkan definisi lain mengatakan bahwa wilayah adalah sebuah daerah yang dikuasai
atau menjadi teritorial dari sebuah kedaulatan. Adapun ruang mengandung pengertian
sebagai wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu
kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan
serta memelihara kelangsungan hidupnya. Ruang itu terbatas dan jumlahnya relatif tetap.
Ruang merupakan sumber daya alam yang harus dikelola bagi sebesar-besar kemakmuran
rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 ayat G) UUD 1945 yang menegaskan
bahwa "bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan digunakan sebesar-besamya kemakmuran rakyat Dalam konteks ini ruang
harus dilindungi dan dikelola secara terkoordinasi, terpadu, dan berkelanjutan. Konsep
penguasaan wilayah geografis harus menyatu dengan sistem politik yang dianut oleh
Indonesia, sehingga penjagaan terhadap sejengkal wilayah NKRI juga sama bobotnya
dengan kedaulatan negara ini. Konsep Geopolitik digunakan untuk memperkaya
wawasan dan kesadaran akan arti penting wilayah NKRI sebagai ruang hidup seluruh
rakyat Indonesia.

2.2 Konsep Geopolitik (Asal Istilah Geopolitik)


Banyak kasus yang terjadi akhir-akhir ini yang mengancam persatuan dan
kesatuan bangsa. Kita masih ingat bagaimana Pulau Sipadan dan Ligitan akhirnya lepas
dari wilayah Republik Indonesia, setelah permasalahan tersebut di bawa ke Mahkamah
Internasional. Kasus kedua Ambalat, sengketa membuat ketegangan diplomatik,
partisipasi masyarakat dalam bentuk dan lainnya. Kata Geopolitik berasal dari kata Geo
dan Politik. "Politik" berasal dari bahasa "Geo" berarti bumi, dan Yunani Politeia, berarti
kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri yaitu Negara dan Teia, berarti urusan.
Sementara dalam bahasa Inggris, Politics suatu rangkaian asas (prinsip) keadaan, cara dan
alat yang digunakan untuk mencapai cita-cita atau tujuan tertentu. Dalam bahasa
Indonesia, politik dalam arti Politics mempunyai makna kepentingan umum warga
Negara suatu bangsa. Politik merupakan suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan,
cara dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang kita kehendaki Istilah
Geopolitik semula diartikan oleh Frederic Geography. Istilah ini kemudian
dikembangkan dan diperluas oleh sarjana ilmu politik Swedia, Rudolph Kjellen dolo i
(1864-1922) dan Karl Haushofer (1869-1964) dari Jerman menjadi geographical politic
dan disingkat Geopolitik. Perbedaan dari dua istilah di atas terletak pada titik perhatian
dan tekanannya, apakah pada bidang geografi ataukah politika Ilmu bumi politik
(Political Geography) memelajari fenomena geografi dari aspek politik, sedangkan
geopolitik memelajari fenomena politik dari aspek geografi Geopolitik memaparkan
dasar pertimbangan dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk
mewujudkan tujuan tertentu Prinsip-prinsip dalam geopolitik menjadi perkembangan
suatu wawasan nasional. Pengertian geopolitik telah dipraktikan sejak Abad XIX, tetapi
pengertiannya baru Itumbuh pada awal Abad XX sebagai ilmu penyelenggaraan Negara
yang setiap kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi wilayah yang
menjadi tempat tinggal suatu bangsa.

2.3 Teori-Teori Geopolitik


Untuk lebih memahami konsep geopolitik secara global, berikut ini adalah teori-
teori mengenai geopolitik yang pernah ada di dunia;

a. Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904) Bahwa negara itu seperti


organisme hidup Negara identik dengan ruang yang ditempati oleh sekelompok
masyarakat.

b. Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1964-1922) Negara adalah satuan politik


yang menyeluruh serta sebagai satuan biologis yang memiliki intelektual.
Dengan kekuatannya, ia mampu mengeksploitasi negara "primitif agar
negaranya dapat swasembada. Pandangan Ratzel dan Kjellen hampir sama
Mereka memandang pertumbuhan negara mirip dengan pertumbuhan
organisme (makhluk hidup). Oleh karena itu Negara memerlukan ruang hidup
(lebensraum), serta mengenal proses lahir, tumbuh, mempertahankan hidup,
menyusut dan mati. Mereka juga mengajukan paham ekspansionisme yang
kemudian melahirkan ajaran adu kekuatan (Power Politics Theory of Power)

c. Teori Geopolitik Karl Haushofer (1896-1946) Untuk menjadi jaya suatu


bangsa harus mampu menguasai benua-benua di dunia. la berpendapat bahwa
pada hakikatnya dunia dapat dibagi atas empat kawasan benua (Pan Region)
dan dipimpin oleh negara unggul. Wilayah-wilayah yang dikuasai pan-
regional, yaitu

1. Pan Amerika sebagai "perserikatan wilayah dengan Amerika Serikat


sebagai pemimpinnya.

2. Pan Asia Timur, mencakup bagian timur Benua Asia, Australia, dan
wilayah kepulauan di mana Jepang sebagai penguasa.

3. Pan Rusia India, yang mencakup wilayah Asia Barat, Eropa Timur, dan
Rusia yang dikuasai Rusia.

4. Pan Eropa Afrika, mencakup Eropa termasuk Inggris dan Rusia


dikuasai oleh Jerman

Teori Geopolitik Karl Haushofer dipraktikkan oleh Nazi Jerman di bawah


pimpinan Hitler sehingga menimbulkan Perang Dunia II. Pandangan demikian
ini semakin jelas pada pemikiran Karl Haushafer yang pada masa itu mewamai
geopolitik Nazi Jerman di bawah pimpinan Hitler. Pemikiran Haushofer
disamping berisi paham ekspansionisme juga mengandung ajaran rasialisme,
yang menyatakan bahwa ras Jerman adalah ras paling unggul yang harus dapat
menguasai dunia. Pandangan semacam ini juga berkembang di dunia, berupa
ajaran Hako Ichiu yang dilandasi oleh semangat militerisme dan fasisme.

d. Teori Geopolitik Alfred Thayer Mahan (1840-1914) Bahwa konsepsi geopolitik


dapat dibentuk dengan memerhatikan serta mempertahankan sumber daya laut,
termasuk akses kelaut.

e. Teori Geopolitik Guilio Douhet (869-1930) dan William Mitchel (1878-1939).


Kedua orang ini mencita-citakan berdirinya Angkatan Udara. Dalam teorinya,
disebutkan bahwa kekuatan udara mampu beroperasi hingga belakang lawan,
serta kemenangan akhir ditentukan oleh kekuatan udara.

2.4. Paham Geopolitik Bangsa Indonesia


Setelah mengenal konsep geopolitik yang pernah dipakai oleh negara-negara di
dunia, penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami sejarah dan konsep geopolitik
dianut oleh bangsa kita sendiri, yaitu Bangsa Indonesia.
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan peraturan dalam wujud
kebijaksanaan dan strategi nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak
pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas) suatu Negara, yang
apabila dilaksanakan dan berhasil akan berdampak langsung kepada sistem politik suatu
Negara. Sebaliknya, politik Negara itu secara langsung akan berdampak pada geografi
Negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu pada geografi sosial (hukum geografis),
mengenai situasi, kondisi, atau geografi dan segala sesuatu yang dianggap relevan dengan
karakteristik geografi suatu Negara.

Sebagai negara kepulauan, dengan masyarakat yang berbhinneka, Negara


Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak
pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dananya sumber daya alam. Sementara
kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang
harus disatukan dalam satu bangsa dan satu tanah air, sebagaimana telah diperjuangkan
oleh para pendiri Negara ini. Dorongan kuat untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan
Indonesia tercermin pada momentum Sumpah Pemuda tahun 1928 dan kemudian
dilanjutkan dengan perjuangan yang puncaknya terjadi pada saat Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Penyelenggaraan Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai sistem kehidupan


nasional bersumber dari dan bermuara pada landasan ideal pandangan hidup dan
konstitusi Undang-Undang Dasar 1945. Dalam pelaksanaannya Bangsa Indonesia tidak
bebas dari pengaruh interaksi dan interelasi dengan lingkungan sekitarnya, baik
lingkungan regional maupun intemasional. Dalam hal ini Bangsa Indonesia perlu
memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam
memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.
Salah satu pedoman Indonesia adalah wawasan nasional yang wujud wilayah nusantara
sehingga disebut dengan wawasan nusantara. Kepentingan nasional yang mendasar
kesatuan Indonesia adalah upaya menjamin persatuan dan wilayah, dan segenap aspek
kehidupan dan Negara hanya dengan upaya inilah bangsa Indonesia dapat tetap dan dapat
pejuangan menuju masyarakat yang dicita-citakan.

Pandangan geopolitik Bangsa Indonesia yang didasarkan pada nilai-nilai


Ketuhanan dan kemanusiaan yang luhur dengan jelas tertuang di dalam Pembukaan UUD
1945 bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai. tetapi lebih cinta kemerdekaan.
Bangsa Indonesia menolak segala bentuk penjajahan, karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan peri keadilan.
Berdasarkan uraian di atas, konsepsi Wawasan Nusantara dibangun atas
geopolitik bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia memiliki pandangan sendiri mengenai
wilayah yang dikaitkan dengan politik atau kekuasaan. Wawasan Nusantara sebagai
wawasan nasional dibentuk dan oleh paham kekuasaan dan geopolitik bangsa Indonesia
(HAN, Sobana, 2005). Wawasan Nusantara dapat dikatakan sebagai penerapan teori
geopolitik dari Bangsa Indonesia (Chaidir Basrie, 2002).

Oleh karena itu, bangsa Indonesia juga menolak paham ekspansionisme dan adu
kekuatan yang berkembang di Barat. Bangsa Indonesia juga menolak paham rasialisme,
karena semua manusia mempunyai martabat yang sama, dan semua bangsa memiliki hak
dan kewajiban yang sama berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang
universal.

Dalam hubungan internasional, bangsa Indonesia berpijak pada paham


kebangsaaan atau nasionalisme yang membentuk suatu wawasan kebangsaan dengan
menolak pandangan chauvinisme. Bangsa Indonesia selalu terbuka menjalin kerjasama
antar bangsa yang saling menolong dan saling menguntungkan. Semua ini dalam rangka
ikut mewujudkan perdamaian dan ketertiban dunia.

Oleh karena itu, wawasan nusantara adalah geopolitik indonesia. Hal ini dipahami
berdasarkan pengertian dalam wawasan terkandung konsepsi geopolitik Indonesia, yaitu
unsur ruang, yang kini berkembang tidak saja secara fisik geografis, pengertian secara
keseluruhan (Sumiarno, 2005)

Salah satu kepentingan nasional Indonesia adalah bagaimana menjadikan bangsa


dan wilayah ini senantiasa satu dan utuh. Kepentingan nasional itu merupakan turunan
lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional maupun visi nasional, Cita-cita nasional
bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II adalah
untuk mewujudkan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu berdaulat, adil, dan
makmur, Adapun tujuan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan
UUD 1945 alinea IV, salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia Visi nasional Indonesia menurut ketetapan MPR No.
VIVMPR/2001 tentang visi Indonesia masa depan adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang religius manusiawi, bersatu, demokratis, adil, sejahtera, maju mandiri,
serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara .

Sejalan dengan hal tersebut, bangsa Indonesia berkepentingan untuk mewujudkan


hal-hal di atas. Upaya untuk terus membina persatuan dan keutuhan wilayah adalah
dengan mengembangkan wawasan nasional bangsa. Wawasan nasional Bangsa Indonesia
itu adalah Wawasan Nusantara.

Setelah mengenal konsep geopolitik yang pernah dipakai oleh negara-negara di


dunia, penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami sejarah dan konsep geopolitik
yang dianut oleh bangsa kita sendiri, yaitu Bangsa Indoneaia.

Prinsip geopolitik Indonesia sebagaimana tersebut di atas menandakan bahwa


dalam hal wilayah, bangsa Indonesia tidak ada semangat untuk memperluas wilayah
sebagai ruang hidup (lebensraum). Secara historis, kesepakatan para pendiri negara
Republik Indonesia adalah wilayah Indonesia merdeka hanyalah wilayah bekas jajahan
Belanda atau eks Hindia Belanda. Wilayah yang bangsanya memiliki "Le desir d'etre
ensemble dan Character- gemeinschafr menurut Soekarno itulah yang harus kita satukan
dan pertahankan Upaya membangun kesadaran untuk bersatunya bangsa dalam satu
wilayah adalah dengan konsepsi Wawasan Nusantara. Ciri Nasionalisme Indonesia
adalah nasionalisme yang tidak chauvinisme dan juga bukan kosmopolitanisme.
Nasionalisme Indonesia tumbuh dalam internasionalisme, mengembangkan hubungan
baik dengan bangsa lain secara sederajat.

Sejalan dengan hal tersebut, Bangsa Indonesia berkepentingan untuk mewujudkan


hal-hal di atas. Upaya untuk terus membina persatuan dan keutuhan wilayah adalah
dengan mengembangkan wawasan nasional bangsa. Wawasan nasional bangsa Indonesia
itu adalah Wawasan Nusantara.

2.5 Wawasan Nusantara (Penerapan Geopolitik Indonesia)

Latar belakang muculnya konsep Wawasan Nusantara adalah karakteristik


wilayah Nusantara sebagai suatu wilayah negara yang berasaskan negara kepulauan.
Konsep negara kepulauan pada awalnya dianggap asing oleh kebanyakan negara di dunia
ini, namun melalui usaha yang gigih dan konsisten, pada akhimya konsepsi negara
kepulauan diakui oleh banyak negara dalam konvensi hukum laut internasional di akui
sebagai bagian ciri khas tersendiri dari yurisdiksi suatu negara, meliputi terotorial,
perairan pedalaman, ZEE dan landas kontinen. Selain itu pemikiran wawasan nusantara
juga diilhami oleh aspek sejarah periuangan bangsa, aspek filosofis dan Pancasila sebagai
ideologi negara serta jati diri bangwa Indonesia.

Keberhasilan diplomasi luar Negeri Indonesia di dukung oleh negara lain terhadap
kons ini, maka potensi kekayaan alam Indonesia menjadi semakin berlimpah. Dalam
Indonesia harus lebih dioptimalisasikan tantangan pemberdayaan kelautan di
kesejahteraan dioptimalisasikan guna memenuhi dan kemakmuran bagi masyarakat
Indonesia. Wawasan Nusantara sebagai pancaran Falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang
merupaka pondasi kehidupan m bermasyarakat berbangsa dan bernegera kesatuan RI
memberi kaidah nilai, moral dan etika serta tuntunan sikap Bangsa Indonesia yang harus
mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa di segala aspek kehidupan nasional
sebagai visi bangsa yang harus dijunjung tinggi dan ditaati bersama.

Kesadaran ruang negara, bahwa matra kehidupan darat, laut dan udara adalah
merupakan wadah bangsa yang harus di Jaga kelestariannya, di jaga eksistensinya dan
didayagunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, di jaga dari berbagai potensi
kemungkinan ancaman yang dapat menjurus pada terkikisnya nilai-nilai kebangsaan, jati
diri atau kepribadian bangsa. Terlebih dalam era globalisasi dan otonomi daerah pada saat
ini.

1. Pengertian Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik

Sebagai Wawasan nasional dari Bangsa Indonesia maka wilayah Indonesia yang
terdiri dari daratan, laut dan udara diatasnya dipandang sebagai nang hidup (lebensraum)
yang satu atau utuh. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasionalnya bangsa Indonesia
dibangun atas pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia didasarkan
kepada konstelasi (keadaan) lingkungan tempat tinggalnya yang menghasilkan konsepsi
wawasan Nusantara. Jadi wawasan nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik
bangsa Indonesia.

Nusantara berasal dari Nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan
kepulauan dan antara artinya nenunjukan letak antara dua unsur. Jadi, nusantara berarti
kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua asia dan australia dab dua
samudra, yaitu samudra hindia dan pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata
“Nusantara”digunakan sebagai pengganti nama Indonesia.

2.6 Bentuk Wawasan Nusantara

Bentuk wawasan nusantara meliputi :

1. Wawasan Nusantara sebagai landasan konsepsi Ketahanan Nasional.


Bentuk ini mempunyai arti bahwa konsepsi Wawasan Nusantara dipandang sebagai
konsepsi politik ketatanegaraan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional. Hal ini
disadari bahwa ketahanan nasional merupakan geostrategi nasional untuk mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditegaskan dalam Wawasan Nusantara. Untuk itu,
ketahanan nasional perlu dibina, dipelihara, dan ditingkatkan dengan berpedoman
pada Wawasan Nusantara.
2. Wawasan Nusantara sebagai wawasan Pembangunan Nasional Menurut UUD 1945.
Konsep ini mewajibkan MPR membuat GBHN (sekarang RJPM-ed). GBHN dan
RJPM merupakan wawasan pembangunan nasional adalah wujud dari Wawasan
Nusantara yang bersumber pada pancasila dan berdasarkan pada UUD 1945. Wawasan
Nusantara sebagai cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara mencakup:

 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan politik.


 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi.
 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan budaya.
 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan.
3. Wawasan Nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan Negara.
Artinya bahwa Wawasan Nusantara adalah pandangan geopolitik Indonesia dalam
mengartikan tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah
dan segenap kekeuatan Negara. Sedangkan kesatuan Pertahanan dan keamanan negara
mengandung arti bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah, di mana pun, pada
hakikatnya merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan Negara.
4. Wawasan Nusantara sebagai Wawasan kewilayahan.
Sebagai faktor eksistensi suatu Negara, wilayah nasional perlu ditentukan batas-
batasnya agar tidak terjadi sengketa dengan Negara tetangga. Mengenai batas Negara,
UUD 1945 tidak menjelaskan secara jelas tentang batas Negara, melainkan hanya
menyebut “seluruh tumpah darah Indonesia” (Pembukaan UUD 45) dan pasal 18 UUD
1945 menyebutkan “pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil”.

Batasan dan tantangan negara Republik Indonesia adalah:

1. Menurut Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 tentang negara Republik
Indonesia dari beberapa pendapat para pejuang nasional. Soepomo menyatakan
Indonesia meliputi batas Hindia Belanda, Muh. Yamin menyatakan indonesia
meliputi Sumatera, Jawa, Sunda Kecil, Borneo, Celebes, Maluku-Ambon,
Semenanjung Melayu, Timor, Papua, Ir. Soekarno menyatakan bahwa kepulauan
Indonesia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2. Teritoriale Zee en Maritieme Kringen Ordonantie (UU Belanda) 1939, tentang
batas wilayah laut territorial indonesia yaitu penentuan lebar laut sepanjang 3 mil
laut dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan garis air pasang surut atau
countour pulau/darat. Ketentuan ini membuat Indonesia bukan sebagai negara
kesatuan, karena pada setiap wilayah laut terdapat laut bebas yang berada di luar
wilayah yurisdiksi
3. Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957 merupakan pengumuman pemerintah RI
tentang wilayah perairan negara RI, yang isinya: Cara penarikan batas laut
wilayah tidak lagi berdasarkan garis pasang surut (low water line), tetapi pada
sistem penarikan garis lurus (straight base line)yang diukur dari garis yang
menghubungkan titik – titik ujung yang terluar dari pulau-pulau yang termasuk
dalam wilayah RI. Penentuan wilayah lebar laut dari 3 mil laut menjadi 12 mil
laut. Dengan adanya Deklarasi Juanda, secara yuridis formal, Indonesia menjadi
utuh dan tidak terpecah lagi.
4. Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) pada 21 Maret 1980
Sebagai rezim Hukum Internasional, di mana batasan nusantara 200 mil yang
diukur dari garis pangkal/dasar wilayah laut Indonesia. Alasan alasan pemerintah
mengumumkan ZEE adalah :
 Persediaan ikan semakin terbatas
 Kebutuhan untuk pembangunan nasional Indonesia.
 ZEE mempunyai kekuatan hokum internasional.

2.7 Unsur-Unsur Wawasan Nusantara sebagai Geopolitik


Wawasan Nusantara yang didalam perwujudannya adalah mengutamaan persatuan
dan kesatuan meliputi aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan
keamanan nasional karena persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dalam pengalaman
sejarah ke Indonesiaan telah di gali dan membuktikan keampuhannya dalam perjalanan
sejarah Bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuannya.

1. Wadah

Wadah meliputi tiga unsur yaitu:

a. Batas Ruang Lingkup

Bidang ini telah dibahas dalam asas kepulauan (archipelago), di mana wawasan
nusantara mempunyai bentuk wujud sebagai berikut :
1. Nusantara

Dalam bentuk wujud nusantara, maka batas-batas Negara ditentukan oleh


lautan yang didalamnya pulau-pulau serta gugusan kepulauan yang saling
berhubungan , tidak dipisahkan oleh ari, baik yang berupa laut maupun selat.

2. Manunggal utuh dan menyeluruh

a. Wilayah Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau besar maupun kecil dan
dipisahkan serta dihubungkan oleh lautan, pulau dan selat, harus dijaga
dan diusahakan tetap menjadi satu kebulatan wilayah nasional dengan
segala isi dan kekayaannya. Selain kebulatan wilayah, harus juga
merupakan kesatuan wilayah, wadah, ruang lingkup, matra,seluruh bangsa
serta menjadi modal milik bersama bangsa.

b. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku dan bangsa, berbicara
dalam berbagai macam bahasa daerah dan meyakini berbagai macam
agama serta kepercayaan. Oleh karena itu , harus diusahakan terwujudnya
satu kesatuan bangsa yang bulat.

b. Tata Susunan Pokok/Inti Organisasi

Sumber ini organisasi ialah Undang-Undang Dasar 1945, yang menyangkut :

1. Bentuk dan kedaulatan Bab I (1):

a. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.

b. Kedaulatan ada di tangan rakyat, dan pelaksanaan menurut UUD

2. Kekatuan pemerintah negara, Lab III Pasal (4) dan (5):

Presiden Republik Indonesia anemegang kuasa pemerintahan mermusu Undang-Undang


Dasar 1945.

3. Sistem pemerintahan yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 adalah:

a. Indonesia ialah Negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas
kekuasaan berkala.

b. berdasarkan atas konstitusi dan tidak berdasarkan absolutisme (kekuasaan yang


tidak terbatas)
c. Tata Susunan Pelengkap/Kelengkapan Organisasi

Tata kelengkapan organisasi, antara lain;

1. Aparatur Negara

Aparatur Negara harus mampu mendorong, menggerakkan, serta mengarahkan


usaha- usaha pembangunan ke sasaran yang telah ditetapkan, untuk kepentingan
rakyat banyak.

2. Kesadaran Politik Masyarakat dan Kesadaran Beragama

Kunci lain dalam pemantapan stabilitas politik juga terletak pada kesadaran
politik seluruh masyarakat, setiap orang, partai politik, organisasi masyarakat,
organisasi profesi/fungsional, juga seluruh pemerintahan.

3. Pers

Pers arti pers yang bebas yang sehat dalam arti pers yang bebas bertanggung
jawab, efektif dan jujur dengan tulisan-tulisan yang memberikan penjelasan-
penjelasan yang jujur,dedikatif dan bertanggung jawab.

2.8 Isi Wawasan Nusantara terdiri dari tiga unsur, yaitu;


a. Tujuan

Tujuan yang terkandung dalam wawasan nusantara adalah seperti yang dirumuskan
dalam pembukaan UUD 1945, yaitu;

“….untuk membentuk suatu Pemerintahan Indonesia yang melindungi segenap bangsa


Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteran
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksankan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…”

Segenap aspek kehidupan nasional Indonesia juga selalu menganut


dimanunggalkan secara serasi dan berimbang sesuai dengan makna Negara Bhinneka
Tunggal Ika, yang merupakan ciri azasi dari Falsafah Negara Pancasila.

b. Sifat dan Ciri-ciri

Wawasan Nusantara mempunyai ciri-ciri atau sifat, yaitu;

1. Manunggal
Keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap aspek kehidupan, baik
alamiah maupun social

2. Utuh Menyeluruh

Utuh Menyeluruh bagi nusantara dan rakyat Indonesia sehingga merupakan satu
kesatuan yang utuh bulat dan tidak dapat dipecah-pecah oleh kesatuan apapun
apapun dan bagaimanapun, sesuai dengan Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu
Bahasa.

c. Cara Kerja

Cara Kerja dalam Wawasan Nusantara berpedoman pada Pancasila sebagai


kebulatan pandangan hidup bangsa Indonesia. Kristalisasi kepribadian, berwujud tata
pergaulan dalam kehidupan yang dicita-citakan bersama serta asas kenegaraan menurut
UUD 1945, bahwa dalam pandangan hidup bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, telah
terkandung pula cita-cita, azas-azas, serta nilai-nilai filosofis.

2.9 Tata Laku Wawasan Nusantara

Tata laku merupakan dasar interaksi antara wujud dan wadahnya, yang terdiri dari
tata laku tata laku batiniah dan lahiriah. Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat,
dan mentalitas yang baik dari bangsa indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam
tindakan , perbuatan, dan perilaku dari bangsa Indonesia. Wawasan nusantara dalam
wujud dan wadahnya, merupakan kesatuan:

a. Isi Republik Indonesia berupa falsafah Pancasila UUD 1945


b. Republik Indonesia berupa nusantara, yang mana kala diisi atau diberi "isi"
menampakkan wujud dan wadahnya sebagai Wawasan Nusantara
c. Tata laku Republik Indonesia berupa UUD 1945 yang bila dilaksanakan dan
diterapkan berdasarkan Wawasan Nusantara, akan menghasilkan Ketahanan
Nasional Indonesia.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan
cinta kepada bangga dan tanah air sehingga menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalam
segala aspek kehidupan nasional.

KELOMPOK 12
B. Tujuan dan Fungsi Ketahanan Nasional
1. Tujuan Geostrategi
Geostrategi/Ketahanan Nasional diperlukan dalam menunjang tugas pokok
pemerintah Indonesia dalam:
 Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order)
 Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and
prosperity)
 Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defense and
prosperity)
 Terwujudnya keadilan hukum & keadilan sosial (yuridical justice
& social justice)
 Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri
(freedom of the people)
2. Fungsi Geostrategi
a) Sebagai daya tangkal dalam kedudukannya sebagai konsepsi
penangkalan
Geostrategi Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman,
gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi
bangsa, dan Negara Indonesia dalam:
a. Aspek Ideologi
Ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman dari luar
maupun dari dalam, dalam rangka menjamin kelangsungan kehidupan
ideologi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Aspek Politik
Untuk mengejar ketinggalan dari negara maju, kita perlu mengadakan
proses perubahan atau modernisasi, penegakan hukum, dan menegakkkan
disiplin nasional.
c. Aspek Ekonomi
Ketangguhan kekuatan nasional dalam kegiatan yang berkaitan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa, usaha untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat baik secara individu maupun
kelompok.
d. Aspek Sosial Budaya
Ketangguhan kekuatan nasional dalam menghadapi ancaman dari luar
maupun dari dalam untuk menjamin kelangsungan kehidupan sosial
budaya bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Aspek Pertahanan Keamanan
Ketangguhan kekuatan pertahanan nasional dan upaya untuk melindungi
kepentingan bangsa dan negara demi tetap terwujudnya kondisi
kelangsungan hidup bangsa.

b). Sebagai pengarah pengembangan kekuatan bangsa.


Untuk mengarahkan dan mengembangkan potensi kekuatan bangsa dalam yang
meliputi: Bidang Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek pertahanan
keamanan (HANKAM) sehingga tercapai kesejahteraan rakyat.
Dalam hal ini, ketahanan nasional berfungsi menyatukan pola pikir, pola tindak,
dan cara kerja intersektor, antarsektor dan multidisipliner. Cara kerja ini
selanjutnya diterjemahkan dalam RJP (Rencana Jangka Panjang) yang dulu
dikenal dengan GBHN. RJP yang dibuat pemerintah dan disetujui DPR memuat
kebijakan dan strategi pembangunan dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan
nasional masyarakat adil dan makmur.
KELOMPOK 13
I. PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
Pengertian Hak
Hak adalah segala sesuatu yang harus di dapatkan oleh setiap orang yang
telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia hak
memiliki pengertian tentang sesuatu hal yang benar, milik, kepunyaan,
kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah ditentukan oleh
undang-undang, aturan, dan lain-lain), kekuasaan yang benar atas sesuatu atau
untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat.

Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan atau
sesuatu hal yang harus dilaksanakan.

Pengertian Warga Negara


Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya diatur oleh Pemerintah
Negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya. Menurut pasal 26 UUD 1945,
warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian dari hak dan kewajiban
warga negara, adalah segala sesuatu yang akan/harus kita dapatkan ketika kita
menjadi warga dari suatu negara dan segala hal yang menjadi keharusan bagi kita
sebagai warga negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia tercantum dalam pasal 27
sampai dengan pasal 34 UUD 1945.
Hak Warga Negara Indonesia :
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
(pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).
4. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan Berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi” (pasal 28 B ayat 2)
5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal
28C ayat 2).
7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
8. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak,hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal
28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :

1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945
berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum
dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu
dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD
1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1
mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan
kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30
ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28,
dan 30, yaitu :

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan
undang-undang sebagai warga negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat
mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu. Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta
dalam pembelaan negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih
lanjut diatur dengan undang-undang.
II. ASAS KEWARGANEGARAAN
Asas kewarganegaraan diperlukan untuk mengatur status
kewarganegaraan seseorang. Hal ini penting agar seseorang mendapatkan
perlindungan hukum dari Negara, serta menerima hak dan kewajibannya. Banyak
contoh kasus tentang pentingnya status kewarganegaraan seperti anak yang lahir
dari perkawinan yang orang tuanya berbeda kewarganegaraan, atau warga
keturunan Tiong Hoa yang lahir dan besar di Indonesia namun kesulitan
mendapatkan ke%zrganegaraan. Ketentuan tentang status kewarganegaraan
penting diatur dalam peraturan perundangan dari Negara. Peraturan perundangan
inilah kemudian dijadikan asas untuk penentuan status kewarganegaraan
seseorang. Setiap Negara bebas menetapkan asas kewarganegaraan, karena setiap
Negara memilik budaya, sejarah, dan tradisi yang berbeda satu sama lain. Sesuai
asas kewarganegaraan dalam UU Nomor 12 Tahun 2006, dikenal dengan dua
pedoman yaitu:

1. Asas Kewarganegaraan Umum


a. Asas Kelahiran (lus Soli)
lus Soli berasal dari bahasa Latin; ius berarti hukum atau pedoman, sedangkan
soli dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau daerah. Jadi iussoli adalah
penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau daerah kelahiran
seseorang. Jadi, seseorang dapat menjadi warga Negara di mana ia dilahirkan,
contoh Jepang dan Amerika
Serikat.
b. Asas Keturunan (lus Sanguinis)
lus Sanguinis juga berasal dari bahasa Latin; lus berarti hukum atau
pedoman, sedangkan Sanguinis dari kata sanguis yang berarti darah atau
keturunan. Jadi, lus Sanguinis adalah kewarganegaraan yang berdasarkan
darah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang mendapatkan
kewarganegaraan suatu Negara, apabila orang tuanya adalah warga Negara
suatu Negara, sebagai contoh seseorang yang lahir di Indonesia, namun orang
tuanya berkewarganegaraan asing, maka ia mendapatkan status
kewarganegaraan dari orang tuanya.
c. Asas Kewarganegaraan Tunggal
Asas ini adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang. Setiap orang tidak dapat menjadi warga negara ganda atau lebih dari
satu.
d. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas
Asas ini adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda (lebih dari
1 warga negara) bagi anak-anak sesuai dengan ketentuaan yang diatur dalam
UU. Pada saat anak-anak ini telah mencapai 18 tahun, maka harus menentukan
salah satu kewarganegaraannya.

2. Asas Kewarganegaraan Khusus


a. Asas Kepentingan Nasional
Asas yang menentukan bahwa peraturan kewarganegaraan mengutamakan
kepentingan nasional Indonesia, yang bertekad mempertahankan
kedaulatannya sebagai Negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuannya
sendiri.
b. Asas Perlindungan Maksimum
Asas yang menentukan bahwa pemerintah wajib memberikan
perlindungan penuh kepada setiap warga Negara Indonesia dalam keadaan
apapun, baik di dalam maupun di luar negara.
c. Asas Persamaan di dalam Hukum dan Pemerintahan
Asas yang menentukan bahwa setiap warga Negara Indonesia
mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
d. Asas Kebenaran Substantif
Asas dimana prosedur kewarganegaraan seseorang tidak hanya bersifat
administratif, tetapi juga disertai substansi dan syarat-syarat permohonan yang
dapat dipertanggung- jawabkan kebenarannya.
e. Asas non-diskriminatif
Asas yang tidak membedakan perlakuan dalam segala hal ikhwal yang
berhubungan dengan warga negara atas dasar suku, ras, agama, golongan,
jenis kelamin, serta harus menjamin, melindungi dan memuliakan HAM pada
umumnyô dan hak warga negara pada khususnya.
f. Asas Pengakuan dan Penghormatan terhadap HAM
Asas yang dalam segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga
Negara harus menjamin, melindungi dan memuliakan HAM pada umumnya,
dan hak warga negara pada khususnya.
g. Asas Keterbukaan
Asas yang menentukan bahwa ikhwal yang berhubungan dengan negara
harus dilakukan secara terbuka.
h. Asas Publisitas
Asas yang menentukan bahwa seseorang yang memeroleh atau kehilangan
RI akan diumumkan dalam berita RI agar masyarakat mengetahuinya.

3. Asas Pewarganegaraan (Naturalisasi)


Seseorang yang tidak memenuhi syarat kewarganegaraan ius soli dan ius
sanguinis tetap bisa mendapatkan atau memperoleh kewarganegaraan, yaitu
dengan pewarganegaraan atau naturalisasi. Syarat-syarat dan prosedur unsur ini
di berbagai negara itu berbeda. Perbedaan tersebut dikarenakan kondisi dan situasi
setiap negara itu berbeda, jadi persyaratannya itu menyesuaikan dengan kondisi
dan situasi negaranya.
Sistem Kewarganegaraan berdasarkan Naturalisasi adalah suatu perbuatan
hukum yang dapat menyebabkan seseorang memperoleh status kewarganegaraan,
Misal : seseorang memperoleh status kewarganegaraan akibat dari pernikahan,
mengajukan permohonan, memilih/menolak status kewarganegaraan.

a. Naturalisasi Biasa
Yaitu suatu naturalisasi yang dilakukan oleh orang asing melalui
permohonan dan prosedur yang telah ditentukan.

b. Naturalisasi Istimewa
Yaitu kewarganegaraan yang diberikan oleh pemerintah (presiden) dengan
persetujuan DPR dengan alasan kepentingan negara atau yang bersangkutan
telah berjasa terhadap negara.

Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan naturalisasi


digunakan 2 stelsel, yaitu :
1. Stelsel Aktif, yakni untuk menjadi warga negara pada suatu negara
seseorang harus melakukan tindakan-tindakan hukum secara aktif.
2. Stelsel Pasif, yakni seseorang dengan sendirinya dianggap sebagai
warga negara tanpa melakukan sesuatu tindakan hukum.

III. STATUS KEWARGANEGARAAN


Masalah status Kewarganegaraan seseorang akan muncul apabila asas
kewarganegaraan tersebut di atas diterapkan secara tegas dalam sebuah negara,
sehingga mengakibatkan tejadinya beberapa kemungkinan berikut ini :
1. Apatride adalah seseorang yang tidak memiliki status kewarganegaraan. Hal ini
disebabkan karena orang tersebut lahir di negara yang menganut asas ius
sanguinis.
2. Bipatride seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan. Hal ini dimungkinkan
apabila orang tersebut berasal dari orang tua yang negaranya menganut ius
sanguinis sedangkan ia lahir di negara yang menganut ius soli.
3. Multipatride seseorang yang memiliki lebih dari dua status kewarganegaraan,
yaitu seseorang (penduduk) yang di perbatasan antara dua negara. Untuk
memecahkan masalah kewarganegaraan di atas, setiap negara memiliki peraturan
sendiri-sendiri yang prinsip - prinsipnya bersifat universal. Untuk mengatasi hal
tersebut, di Indonesia dinyatakan dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (4) bahwa
setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. Oleh sebab itu, melalui UU No.
62 Tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia dinyatakan bahwa cara
memeroleh kewarganegaraan Indonesia adalah : l) karena kelahiran, 2) karena
pengangkatan, 3) karena dikabulkan permohonan, 4) karena kewarganegaraan, 5)
karena perkawinan, dan 6) karena pernyataan.

SYARAT MEMPEROLEH KEWARGANEGARAAN INDONESIA


Untuk mengatasi masalah kewarganegaraan, maka Indonesia mengatur tata
cara memperoleh kewarganegaraan Indonesia dalam UU No. 62 Tahun 1958 dan
diperbaharui dalam UU No. 12 Tahun 2006 yang meliputi 8 cara, yaitu :
1. Telah berusia 1 8 tahun atau sudah kawin.
2. Pada waktu mengajukan permohonan kewarganegaraan telah tinggal di Negara
RI paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun tidak
berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila dan UUD
Negara RI tahun 1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 1 tahun atau lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan RI, tidak menjadi kewarganegaraan
ganda.
7. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap.
8. Membayar uang kewarganegaraan ke kas negara.
KELOMPOK 14
2.1 Negara Hukum
Negara hukum muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum formil atau dalam arti
sempit negara hukum. negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau
Rule of Law. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum dari Eropa Kontinental
dan istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.
2.1.1 Pengertian Negara Hukum
Negara Hukum adalah alat-alat negara yang mempergunakan kekusaan hanya
berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan yang ditentukan oleh hukum tersebut.
Ada 2 unsur dalam negara hukum yaitu:
 Hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan
kekuasaan tapi berdasarkan norma objektif yang juga engikat pihak yang
memerintah.
 Norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal tapi
dapat dipertahankan berhadapkan dengan idea hukum.
Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada 4 alasan mengapa setiap
negara menyelenggarakan dan menjalankan fungsinya berdasarkan hukum yaitu:
 Demi kepastian hukum
 Tuntutan perlakuan yang sama
 Legitimasi demokrasi
 Tuntutan akal budi
2.1.2 Unsur-Unsur Negara Hukum
Berikut ini adalah unsur-unsur suatu negara hukum:
 Hak Asasi Manusia (HAM) dihargai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia
 Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak tersebut.
 Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
 Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan antara rakyat dengan
pemerintahan.
2.1.3 Ciri-Ciri Negara Hukum
Berikut ini adalah ciri-ciri negara hukum secara umum dan ciri-ciri negara hukum
menurut para ahli.
Ciri-Ciri Negara Hukum Secara Umum
 Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukumpositif yang berlaku
 Kegiatan negara berada dalam kontrol kekuasaan kehakiman yang aktif
 Berdasarkan Undang-Undang yang menjamin HAM
 Menuntuk Pembagian kekuasaan.
Ciri-Ciri Negara Hukum Menurut Para Ahli
Friedrich Julius Stahl, menurutnya, ciri-ciri Rechtsstaat (negara hukum),
diantaranya:
 Hak asasi manusia (HAM)
 Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM atau disebut Trias
Politika
 Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
 Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Av Dicey , menurutnya ciri-ciri Rule of Law antara lain:
 Supremasi hukum, tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang
hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
 Kedudukan sama di depan hukum baik rakyat ataupun pejabat.
 Terjaminnya HAM dalam undang-undang atau keputusan pengadilan.
International Commission Of Jurits, dalam konferensi di Bangkok pada tahun 1965,
sebuah komisi juris yang tergabung dalam International Commission Of Jurits
merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis dibawah Rule of Law yang
dinamis. Berikut ini adalah ciri-cirinya:
 Perlindungan konstitusional
 Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
 Kebebasan untuk menyatakan pendapat
 Pemilihan umum yang bebas
 Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
 Pendidikan Civics (kewarganegaraan)
Montesquieu, menurutnya negara paling baik adalah negara hukum karena dalam
konstitusi terkandung tiga inti pokok yaitu:
 Perlindungan HAM,
 Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara, dan
 Membatasi kekuasaan dan wewenang organ-organ negara.
Franz Magnis Suseno, menurutnya ada lima ciri negara hukum yaitu:
 Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan
ketetapan sebuah UUD.
 UUD menjamin HAM yang paling penting. Karena tanpa jaminan tersebut,
maka hukum akan menjadi sarana penindasan.
 Badan-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya
taat pada dasar hukum yang berlaku.
 Terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat mengadu ke pengadilan.
 Badan kehakiman bebas dan tidak memihak.
Mustafa Kamal Pasha (2003), menurutnya ada 3 ciri khas negara hukum yaitu:
 Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM
 Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
 Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
Prof. Sudargo Gautama, menurutnya ada 3 ciri negara hukum yaitu:
 Terdapat pembatasan negara terhadap perorangan atau dengan kata lain negara
tidak tidak dapat bertindak sewenang-wenang.
 Asas legalitas
 Pemisahan kekuasaan
2.1.4 Makna Indonesia Sebagai Negara Hukum
Bukti yuridis atas keberadaan negara hukum Indonesia dalam arti material tersebut
harus dimaknai bahwa negara Indonesia adalah Negara hukum dinamis, atau negara
kesejahteraan (welfare state), yang membawa implikasi bagi para penyelenggara
negara untuk menjalankan tugas dan wewenangnya secara luas dan komprehensif
dilandasi ide-ide kreatif dan inovatif.
Makna negara Indonesia sebagai negara hukum dinamis, esensinya adalah hokum
nasional Indonesia harus tampil akomodatif, adaptif dan progresif. Akomodatif
artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang dinamis. Makna
hukum seperti ini menggambarkan fungsinya sebagai pengayom, pelindung
masyarakat. Adaptif, artinya mampu menyesuaikan dinamika perkembangan jaman,
sehingga tidak pernah usang. Progresif, artinya selalu berorientasi kemajuan,
perspektif masa depan. Makna hukum seperti ini menggambarkan kemampuan
hukum nasional untuk tampil dalam praktiknya mencairkan kebekuan-kebekuan
dogmatika. Hukum dapat menciptakan kebenaran yang berkeadilan bagi setiap
anggota masyarakat.
2.2 Hak Azasi Manusia
2.2.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagai anugerah tuhan yang maha esa. Kesadaran akan hak asasi manusia
didasaarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai makhluk tuhan memilki
derajat dan martabat yang sama,maka setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut
hak asai manusia. Jadi kesadaran akan adanya hak asai manusia tumbuh dari
pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat. Macam Hak
Asasi Manusia berdasarkan pengertian HAM, ciri pokok dari hakikat HAM :
 HAM tidak perlu diberikan ,dibeli,ataupun diwarisi.
 HAM berlaku bagi semua orang
 HAM tidak boleh dilanggar
HAM meliputi berbagai bidang,sebagai berikut :
 Hak asasi pribadi (personal rights)
 Hak asasi politik (political rights)
 Hak asasi ekonomi (property rights)
 Hak asasi social dan kebudayaan (social and cultural rights)
 Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(rights of legal equality)
 Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tatacara peradilan dan
perlindungan ( procedural rights)

2.3 Hubungan Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia


Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa negara itu melindungi
dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya. Dengan demikian jelas sudah
keterkaitan antara Negara hukum dan Hak Asasi Manusia, dimana Negara Hukum wajib
menjamin dan melindungi Hak Asasi Manusia setiap warganya.

2.4 Dasar Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia

Berbagai instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara Republik Indonesia,yakni:
1. Undang – Undang Dasar 1945
2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
Ketetapan MPR RI yang diharapkan memuat secara adanya HAM itu dapat
diwujudkan dalam masa Orde Reformasi, yaitu selama Sidang Istimewa MPR yang
berlangsung dari tanggal 10 sampai dengan 13 November 1988. Dalam rapat
paripurna ke-4 tanggal 13 November 1988, telah diputuskan lahirnya Ketetapan MPR
RI No. XVII/MPR/1988 tentang Hak Asasi Manusia.
3. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Adapun hak-
hak yang ada dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 199 tersebut antara lain
sebagai berikut :
a. Hak untuk hidup (Pasal 4)
b. Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)
c. Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
d. Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, 19)
e. Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)
f. Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)
g. Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)
h. Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)
i. Hak wanita (Pasal 45-51)
j. Hak anak (Pasal 52-66)

2.5 Pelaksanaan dan penegakan HAM di Indonesia


Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan tegaknya
negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan Pengadilan
HAM, regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun 1999 dan UU No.
26 Tahun 2000 serta dipilihnya para hakim ad hoc, akan lebih menyegarkan iklim
penegakkan hukum yang sehat. Artinya kebenaran hukum dan keadilan harus dapat
dinikmati oleh setiap warganegara secara egaliter. Kenyataan menunjukkan bahwa
masalah HAM di indonesia selalu menjadi sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-
menerus, baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam
realita praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-
sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang
dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan dirinya
sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain

2.6 Permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam penegakan HAM di


Indonesia
Berbagai permasalahan yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam rangka
penghormatan, pengakuan, penegakan hukum dan HAM antara lain :
1. Penegakan Hukum di Indonesia belum dirasakan optimal oleh masyarakat. Hal itu
antara lain, ditunjukan oleh masih rendahnya kinerja lembaga peradilan. Penegakan
hukum sejumlah kasus pelanggaran HAM berat yang sudah selesai tahap
penyelidikannya pada tahun 2002, 2003, dan 2004, sampai sekarang belum di tindak
lanjuti tahap penyelidikannya.
2. Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum berwawasan gender dan belum
memberikan perlindungan HAM. Hal itu terjadi antara lain, karena adanya aparat
hukum, baik aparat pelaksana peraturan perundang-undangan, maupun aparat
penyusun peraturan perundang-undangan yang belum mempunyai pemahaman yang
cukup atas prinsip-prinsip perlindungan hak asasi manusia.
3. Belum membaiknya kondisi kehidupan ekonomi bangsa sebagai dampak krisis
ekonomi yang terjadi telah menyebabkan sebagian besar rakyat tidak dapat menikmati
hak-hak dasarnya baik itu hak ekonominya seperti belum terpenuhinya hak atas
pekerjaan yang layak dan juga hak atas pendidikan
4. Sepanjang tahun 2004 telah terjadi beberapa konflik dalam masyarakat, seperti Aceh,
Ambon, dan Papua yang tidak hanya melibatkan aparat Negara tetapi juga dengan
kelompok bersenjata yang menyebabkan tidak terpenuhinya hak untuk hidup secara
aman dan hak untuk ikut serta dalam pemerintahan
5. Adanya aksi terorisme yang ditujukan kepada sarana public yang mnyebabkan rasa
tidak aman bagi masyarakat
6. Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu Negara
dengan Negara lainnya manjdi makin tinggi. Dengan demikian kecenderungan
munculnya kejahatan yang bersifat transnasional menjadi makin sering terjadi.
Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain, terkait dengan masalah narkotika, pencucian
uang dan terorisme. Salah satu permasalahan yang sering timbul adalah adanya
peredaran dokumen palsu. Yang membuat orang-orang luar bebas datang ke
Indonesia

Beberapa masalah Hak Asasi di Indonesia yaitu:

1. Perlindungan Perempuan : Keadilan dan kesetaraan gender.


UUD 1945 pasal 27 menjamin persamaan Hak perempuan dan Laki-laki ; dan
Bahwa perempuan adalah bagian dari HAM yang tercantum dalam UU No. 7/198-
4 tentang anti diskriminasi dan UU No. 39/1999 tentang HAK. Ada pun hak-hak
politik perempuan tercantum dalam UU No. 68/1958

2 Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan perdagangan perempuan dan Anak


Indonesia telah memiliki rencana aksi nasional penghapusan trafficking
perempuan dan anak 2003-2007. RAN tersebut merupakan implementasi dari
konvensi PBB menentang kejahatan Terorganisir antar Negara

3 Perlindungan Hak Anak


Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah legislative dan administrative
untuk lebih memperbaiki perlindungan hak-hak anak dan perempuan. Langkah-
langkah legislative tersebut antara lain dengan keluarnya UU No. 32 tahun 2002
tentang perlindungan anak dan UU No. 20 tahun 2003 dengan system pendidikan
nasional. Sedangkan langkah administrative dalam menetukan rencana aksi dan
penentuan penjuru untuk pemajuan dan perlindungan HAM antara lain, melalui
kepres No. 59 tahun 2002 tentang rencana aksi nasional penghapusan Bentuk-
bentuk pekerjaan terburuk anak. Dan juga pembentukan komisi perlindungan anak
Indonesia di bentuk pada tahun 2003 melalui keppres No. 77 tahun 2003.

2.7 Upaya Pemerintah dalam hal penghormatan, pengakuan, dan penegakan


Hukum dan HAM
Untuk mewujudkan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia tidaklah
semudah menuliskan serta mengucapkannya. Hal ini disebabkan banyak hambatan dan
tantangan yang tidak lagi sebatas terorika, melainkan sudah menjadi realita yang tidak
dapat dihindari apalagi ditunda-tunda. Dalam penegakan HAM melalui sistem hukum
pidana yang telah berlaku di Indonesia terdapat kendala-kendala atau hambatan yang
bersifat prinsipil substansil dan klasik.

Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi, menegakkan, Dan


memajukan Hak asasi manusia melalui langkah implementasi yang efektif dalam bidang
hukum, politik, social, budaya, pertahanan dan keamanan Negara, dan bidang lainnya.

Program pemerintah dalam penegakan Hukum dan HAM (PP Nomor 7 tahun 2005) yaitu
meliputi pemberantasan korupsi, anti terorisme, dan pembasmian penyalahgunaan
narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus selalu
ditegakkan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.

Partisipasi masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan


pemajuan hak asasi manusia. Masyarakat disini meliputi antara lain : setiap orang,
kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat atau
lembaga kemasyarakatan lainnya seperti Perguruan Tinggi, lembaga studi.

Partisipasi masyarakat ini dapat berupa :


 Pengajuan usulan mengenai perumusan dan kebajikan yang berkaitan dengan hak
asasi manusia
 Melakukan penelitian
 Melakukan pendidikan
 Melakukan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia.

Anda mungkin juga menyukai