IDENTITAS NASIONAL
Oleh
Silviantika Batubara (2101010097)
Dosen Pengampu
Eva Pasaribu, S.Pd,. M.Pd
A. Latar belakang
Dalam kehidupan baru dan modern dewasa ini, identitas suatu Negara secara
tidak langsung juga menjadi identitas ideology, politik, ekonomi, budaya, dan pertahanan
keamanan.hal tersebut oleh organisasi kekuasaan Negara, telah dicantumkanan dalam
sistem nilai, norma dan hukum, serta pola-pola tindakan kolektif yang mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Tidak ada bangsa di dunia ini yang tidak memiliki identitas nasional, termasuk
bangsa Indonesia. Setiap bangsa memiliki kepentingannya untuk mengembangkan
identitas nasionalnya. Hal ini bersumber dari hakikat kemanusiaan sebagai makhluk sosial
yang memiliki kecenderungan bersatu, karena adanya kesamaan-kesamaan yang
melandasi pembentukan bangsa tersebut.
Identitas nasional menunjukkan karakteristik unik dari satu kelompok bangsa
yang membedakannya dengan karakteristik atau ciri-ciri kelompok bangsa lainnya. bangsa
Indonesia misalnya, memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari bangsa-bangsa
lain di dunia.
B. Rumusan masalah
1. Konsep Identitas Nasional
2. Potensi Sumber Daya Indonesia
3. Penerapan Ideologi Pancasila sebagai Identitas Nasional
4. Upaya Bela Negara Setiap Warga Negara
5. Paham Integralistik
6. Rangkuman Materi
7. Tugas dan Evaluasi
8. Glosarium
2
BAB II
PEMBAHASAN
Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri
yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.
Dalam kamus Maya Wikipedia dikatakan “ identity is an umbrella term used throughout
the sosial sciences to describe a person’s conception and expression of their individuality
or group affiliations ( such a national identity and curtural identity)”. 1 Dalam arti
terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan
kesadaran diri, golongan, kelompok, komunitas, atau negaranya sendiri.
Kata Nasional dalam identitas nasional merupakan identitas yang melekat pada
kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan , baik fisik
seperti budaya, agama, bahasa, maupun nonfisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan.2
Identitas Nasional Indonesia bisa disebut juga sebagai jati diri bangsa Indonesia dapat
ditemukan dalam berbagai literature, baik dalam bentuk bahasan sejarah bangsa
Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang pemerintahan Indonesia.3
Identitas Nasional bangsa Indonesia merupakan salah satu identitas yang telah
melekat pada Negara Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Ungkapan Bhineka Tunggal Ika
dalam lambang Nasional terletak pada simbol Burung Garuda dengan lima simbol yang
mewakili sila-sila dalam dasar Negara Pancasila.
3
5. Semboyan Negara, yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menunjukkan Indonesia adalah bangsa
yang heterogen namun tetap berkeinginan untuk menjadi bangsa satu, yakni Indonesia.
6. Dasar Falsafah Negara, yaitu Pancasila.
Berisi lima sila yang dijadikan sebagai dasar falsafah dan ideology dari Negara
Indonesia. Selain itu Pancasila berkedudukan sebagai dasar Negara san ideology Nasional.
7. Hukum Dasar Negara, UUD 1945.
Merupakan hukum dasar tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan dan
dijadikan sebagai pedoman penyelanggaran Negara.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat.
Bentuk Negara kita adalah kesatuan, bentuk pemerintahan adalah republic, dan
sistem politik yang digunakan adalah sistem demokrasi.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara.
Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa, serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai
tujuan Nasiaonal.
10. Kebudayaan Daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan Nasional.
Sebagai Negara Kesatuan Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa, sehingga
Indonesia memiliki kebudayaan daerah yang sangat kompleks. 4
11. Ketahanan Nasional; MPR RI
Pada tahun 1973 menetapkan Ketahanan Nasional sebagai konsepsi, metode, dann
cara dalam pengaturan dan penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara
sekaligus identitas Nasional di dalam menghadapi segala ancaman gangguan, hambatan,
dan tantangan.5
4
Wahyu Widodo, dkk, PENDIDIKAN PANCASILA, hal, 5.
5 Josef M Monteiro, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Perjuangan Membentuk
Karakter Bangsa, (Yogyakarta, Deepublish, 2015), hlm, 30.
4
B. Faktor Pembentuk Identitas Nasional
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas, serta keunikan
sendiri-sendiri, yang ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional tersebut.
1. Faktor objektif
Faktor objektif sendiri meliputi faktor geografis, dan demografis, kondisi geografis
ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis dan
terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
memengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan cultural
bangsa.
2. Faktor subjektif
Faktor subjektif meliputi faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia. Faktor historis ini memengaruhi proses pembentukan masyarakat dan
bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi berbagai faktor yang terlibat di
dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut melahirkan proses
pembentukan masyarakat, bangsa dan Negara bangsa beserta identitas bangsa di
Indonesia.6
5
C. Identitas Nasional sebagai Karakter Bangsa
8
Josef M Monteiro, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : perjuangan membentuk
karakter bangsa, hal.27.
9
Josef M Monteiro, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : perjuangan membentuk
karakter bangsa, hal 32.
6
Pada buku Pancasila karya Prof. Drs H. Achmad Fauzi DH.M.A merupakan potret dari
proses panjang Pancasila dari awal perumusan, penafsiran-penafsiran secara filosofis dan
juga ideologis, Terdapat Jenis-Jenis Identitas Nasional :
Identitas nasional Indonesia terbentuk karena beberapa unsur. Suku bangsa Indonesia
yang beragam dan sudah ada sejak lama, terdapat ratusan suku bangsa yang ada di
Indonesia. Karena suku bangsa yang banyak, tentunya budaya di Indonesia juga majemuk.
Budaya yang majemuk ini menjadi salah satu unsur terbentuknya identitas nasional.
Budaya yang beragam ini merupakan identitas dari nenek moyang terdahulu. Bahasa juga
menjadi salah satu unsur penting dalam pembentukan identitas nasional. Keberagaman
suku dan budaya menjadi salah satu faktor mengapa Indonesia memiliki keberagaman
bahasa.
1. Identitas Fundamental
Istilah fundamental bisa diartikan sebagai hal yang pokok. Hal pokok ini menjadi
penunjang, berdirinya sebuah bangunan. Ibarat membangun rumah, tentu hal
fundamentalnya harus kokoh, yaitu pondasinya. Identitas fundamental ini memiliki peran
yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan negara. Identitas fundamental
meliputi dasar negara, falsafah dan juga ideologi. Jika merujuk pada falsafah dan dasar
negara tentunya menuju pada Pancasila. Pancasila yang terdiri dari lima sila sudah
memuat hal-hal yang fundamental untuk menjadi pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
2. Identitas Instrumental
Istilah instrumental bisa diartikan sebagai sebuah alat atau media. Identitas instrumental
dalam identitas nasional indonesia adalah UUD 1945. Di dalam UUD 1945 sudah terdapat
aturan mengenai instrumen lain sebagai identitas nasional negara Indonesia. Hal ini
meliputi, bendera merah putih, garuda pancasila sebagai lambang negara, lagu
kebangsaan Indonesia Raya dan juga semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika. Selain
karena sebagai dasar dan ideologi negara, pancasila juga menjadi salah satu dari empat
pilar kebangsaan, selain UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Tentunya dalam
penciptaan dari Pancasila sebagai lambang negara memiliki proses yang panjang serta
perdebatan. Pada buku Pancasila karya Prof. Drs H. Achmad Fauzi DH.M.A merupakan
potret dari proses panjang Pancasila dari awal perumusan, penafsiran-penafsiran secara
filosofis dan juga ideologis
7
2. Potensi Sumber Daya Indonesia
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah dan sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati, maupun sumber daya
alam non hayati. Potensi kekayaan alamnya mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan
kekayaan alam lainnya yang terkandung di dalam bumi Indonesia. Kekayaan sumber daya
alam tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa
Indonesia dan sebagian lainya masih berupa potensi yang belum dimanfaatkaan karena
berbagai keterbatasan seperti kemampuan teknologi dan ekonomi. Potensi sumber daya
alam yang begitu besar tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan
Negara dan juga untuk kesejahteraan rakyat apabila dikelola dengan baik oleh
pemerintah. Kekayaan sumber daya alam itu sendiri meliputi pertanian, kehutanan,
kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan, serta pertambangan dan juga energi.
Pasal 33 Ayat (3) Undang-undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pengertian
dikuasai oleh Negara adalah dikuasai oleh Negara tidak berarti Negara sendiri menjadi
pengusaha, usahawan atau ordernemer. Lebih tepat dikatakan bahwa kekuasaan Negara
terdapat pada membuat peraturan guna kelancaran jalan ekonomi, peraturan yang
melarang pula penghisapan orang yang lemah oleh orang yang bermodal2
8
Didalam Undang-Undang Pokok Agraria Pasal 2 Ayat 1 menjelaskan bahwa
“bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu
pada tingkat tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat”.Makna “dikuasai” Negara disini bukan lah berarti “dimiliki” oleh Negara. Akan
tetapi mengandung pengertian memberikan wewenang kepada Negara yang bertindak
sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia untuk :
1Tri Hayati, Era Baru Hukum Pertambangan: Dibawah Rezim UU No. 4 Tahun
2009. Cet.1, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2015, hlm. 54
2Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945, Mutiara,
9
4. Penerapan Ideologi Pancasila sebagai Identitas Nasional
Dikutip dari buku "Pengembangan Pendidikan Bela Negara di Madrasah/Sekolah"
oleh Abdul Kadir Ahmad, Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal
27 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara." Hal itu berarti secara konstitusional bela negara
mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara. Bela
negara terkait erat dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujudnya cita-cita bangsa
sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD RI tahun 1945 yakni: melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Berdasarkan UU, bela negara pasal 9 ayat (1), UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, bela negara didefinisikan sebagai sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban
dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
melaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa.
Problem krisis identitas yang melanda bangsa ini ternyata merupakan wujud dari
akibat tidak komit dan konsis terhadap pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Oleh karenanya,
pembentukan nilai dan membangun karakter bangsa (character and nations building)
memiliki relevansi dan merupakan keniscayaan.
Sebagai bangsa yang menghargai sejarah mesti sadar dalam dirinya, bahwa
Pancasila merupakan capaian demokrasi paling penting yang dihasilkan oleh para pendiri
bangsa (founding fathers). Begitu juga kita mesti paham, bahwa Pancasila dilahirkan oleh
para pendiri negara sebagai sumber bertemunya beragam pandangan, Pancasila tidak lain
merupakan sebuah konsensus nasional bangsa Indonesia yang majemuk dan akhirnya
Pancasila berfungsi menjadi pedoman bersama (common platform) yang mendasari
berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Maka penguatan kesadaran ideologi menjadi sangat penting. Tetapi dalam
konteks kehidupan demokrasi, penguatan kesadaran ideologi tidak lagi bersifat
indoktrinatif apalagi pemaknaan tunggal oleh negara. Justru yang lebih berarti adalah
lahirnya kesadaran pribadi warga negara akan tanggung jawab moral yang tinggi terhadap
pentingnya hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Utamanya adalah sikap
keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin, penguasa negara, pejabat, birokrat,
dan politisi.
Siapa pun dan dari manapun datangnya pemimpin itu berasal, tergantung hati
nurani masyarakat dalam menentukan pilihannya. Pemimpin dalam arti hakiki adalah
setiap orang yang memiliki peran dan pengaruh di lingkungan di mana mereka tinggal.
Maka pemimpin bisa berarti dalam komunitas keluarga, kelompok, golongan, di suatu
institusi, dan lebih-lebih adalah pemimpin negara.
Mereka-mereka itulah yang harus memperlihatkan sikap keteladanan di tengah-
tengah masyarakat. Pemimpin yang baik adalah, ketika diberi amanat dapat dipercaya,
bisa berbuat adil, bersikap bijaksana, dan senantiasa berpikir untuk kebaikan serta
10
kemajuan masyarakatnya. Dengan sendirinya pemimpin yang demikian akan dapat
menjadi inspirasi bagi berkembangnya suatu masyarakat yang bermartabat dan beradab.
Dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara, maka akan tercipta suatu tatanan
pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance). Yaitu pemerintahan
yang transparan, partisipatif, dan akuntabel jauh dari prilaku korupsi, kolusi dan
nepotisme. Itulah kiranya faktor pertama yang lebih efektif untuk memberikan penguatan
ideologi terhadap masyarakat dalam mengejawantahkan pengamalan nilai-nilai Pancasila.
Sedangkan faktor kedua adalah, perlunya penanaman nilai-nilai dasar pada
masyarakat dalam bentuk ajaran yaitu “belumlah sempurna keagamaan seseorang, bila
dalam hidupnya belum bermakna pada orang lain atau masyarakat”. Nilai-nilai dasar ini
memiliki makna filosofi yang sangat dalam. Melalui nilai-nilai dasar ini, maka akan lahir
suatu kehidupan masyarakat yang agamis tetapi sekaligus jauh dari prilaku-prilaku
anarkis, keras, dan vandalisme. Bukan sikap keagamaan eksklusif yang muncul, tetapi lahir
sikap keagamaan yang inklusif yaitu sikap hidup beragama yang dapat hidup
berdampingan dengan kelompok lain, bersikap terbuka, toleran, dan moderat (bijaksana).
Lebih dari itu bahwa, nilai-nilai dasar tersebut dapat menjadi pemicu (trigger)
lahirnya suatu kesadaran untuk hidup penuh kreatif, dinamis, dan inovatif. Hidup bukan
hanya bermakna pada dirinya, tetapi sekaligus punya arti bagi orang-orang di sekitarnya.
Maka sikap bermalas-malas, etos kerja yang rendah, tidak disiplin, sikap ketergantungan
akan dilawan oleh prinsip hidup ini. Masyarakat senantiasa berpikir positif untuk
membangun peradaban hidup yang lebih maju dan bermartabat. Itulah esensi hidup
dalam nilai-nilai ideologi Pancasila. Maka dua pendekatan tersebut, dapat dikatakan
merupakan pendekatan penguatan ideologi Pancasila yang lebih bersifat demokratis dan
humanis. Untuk segera ada perubahan, maka hari kesaktian Pancasila bisa dijadikan
sebuah momentum sebagai kebangkitan jiwa untuk membangun peradaban masyarakat
yang lebih maju dan bermartabat yang berakar dari nilai-nilai Pancasila. Sekarang saatnya
harus memulai dan berkomitmen, tidak harus menunggu pergantian generasi, apalagi
pemotongan generasi, dan lebih-lebih sebuah revolusi budaya. Kita menginginkan
perubahan terjadi secara linier, damai tanpa gejolak.
Masih dikutip dari buku Abdul Kadir Ahmad, tujuan bela negara adalah sebagai berikut.
1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara
2. Melestarikan budaya
3. Menjalankan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945
4. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara
5. Menjaga identitas dan integritas bangsa dan negara.
11
• Membentuk mental dan fisik yang tangguh
• Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
• Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok
• Membentuk iman dan takwa pada agama yang dianut masing-masing individu
• Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama
12
BAB III
PENUTUP
A. Rangkuman Materi
Identitas Nasional bangsa Indonesia merupakan salah satu identitas yang telah
melekat pada Negara Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Ungkapan Bhineka Tunggal Ika
dalam lambang Nasiona terletak pada simbol Burung Garuda dengan lima simbol yang
mewakili sila-sila dalam dasar Negara Pancasila. Identitas nasional menunjukkan
karakteristik unik dari satu kelompok bangsa yang membedakannya dengan bangsa
lainnya.
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas, serta keunikan
sendiri-sendiri, yang ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional tersebut faktor-faktor tersebut adalah : faktor objektif dan faktor sujektif. Dalam
pemberdayaan identitas nasional terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancacsila
yang didalam nnya yang mengandung dimensi seperti : realitas, idealitas dan flekssibilitas.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah dan sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati, maupun sumber daya
alam non hayati. Potensi kekayaan alamnya mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan
kekayaan alam lainnya yang terkandung di dalam bumi Indonesia. Kekayaan sumber daya
alam tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa
Indonesia dan sebagian lainya masih berupa potensi yang belum dimanfaatkaan karena
berbagai keterbatasan seperti kemampuan teknologi dan ekonomi. Potensi sumber daya
alam yang begitu besar tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan
Negara dan juga untuk kesejahteraan rakyat apabila dikelola dengan baik oleh
pemerintah. Kekayaan sumber daya alam itu sendiri meliputi pertanian, kehutanan,
kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan, serta pertambangan dan juga energi.
Pancasila sebagai identitas nasional, yaitu sebagai kepribadian bangsa yang dapat
mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan sesuai relnya tetapi tidak melawan arus
globalisasi, melainkan bangsa menjadi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan
menghadapi tantangan dan juga peluang yang ada.
Alasan Pancasila sebagai identitas nasional karena bangsa Indonesia salah satu
dari masyarakat internasional yang punya sejarah dan prinsip yang berbeda dengan
bangsa-bangsa di dunia. Prinsip dasar filsafat dijadikan sebagai asas filsafat hidup
berbangsa dan bernegara yang berupa Pancasila.
Jadi, dapat dikatakan Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara
Indonesia yang bersumber pada nilai budaya dan agama yang dimiliki oleh Indonesia
13
sebagai kepribadian atau identitas bangsa. Selain itu, Pancasila sebagai dasar hukum dan
juga pandang hidup bangsa.
Dikutip dari buku "Pengembangan Pendidikan Bela Negara di Madrasah/Sekolah"
oleh Abdul Kadir Ahmad, Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal
27 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara." Hal itu berarti secara konstitusional bela negara
mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara. Bela
negara terkait erat dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujudnya cita-cita bangsa
sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD RI tahun 1945 yakni: melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Berdasarkan UU, bela negara pasal 9 ayat (1), UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, bela negara didefinisikan sebagai sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban
dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
melaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa.
14
5. Paham Integralistik
Paham Negara Integralistik Menurut Supomo, Integralistik merupakan paham yang
berakar dari keanekaragaman budaya bangasa namun tetap mempersatukan satu
kesatuan integral yang disebut Negara Indonesia.
UUD 1945 pra-amandemen dinilai banyak pihak bertentangan dengan teori konstitusi
modern. Ada gagasan yang saling bertentangan antara paham kedaulatan rakyat dan
paham integralistik, antara paham negara hukum dan negara kekuasaan. Rumusan UUD
1945 terlalu sederhana dan multitafsir untuk mengatur kehidupan berbangsa dan
bernegara. Banyak kekosongan dalam pengaturan prinsip HAM, pembatasan jabatan
presiden, kewenangan antar lembaga negara. Dahulu sering kita mendengar kritik
tentang dominannya posisi Pemerintah (eksekutif) terhadap legislatif (DPR) dalam
mekanisme hubungan antar kelembagaan negara berdasarkan UUD 1945. DPR tunduk
pada keinginan pemerintah alias ‘stempel kekuasaan.
Dalam pengertian ini kesatuan integralistik memberikan suatu prinsip bahwa negara
adalah suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya, negara mengatasi
semua golongan bagian-bagian yang membentuk negara, negara tidak memihak pada
suatu golongan betapapun golongan tersebut sebagai golongan besar. Paham
integralistik dalam kehidupan bernegara mengasumsikan negara kesatuan Republik
Indonesia sebagai patron yang dengan sendirinya mengayomi clien, rakyat Indonesia
Pemikiran Prof. Soepomo, pakar hukum adat, yang menurut banyak pihak itu
mempengaruhi perumusan UUD 1945, dengan apa yang disebutnya sebagai ide negara
‘integralistik’ atau paham negara ‘kekeluargaan’. Soepomo berpandangan bahwa prinsip
persatuan antara pimpinan dan rakyat dan prinsip persatuan dalam negara seluruhnya,
cocok dengan pikir ketimuran. Dikatakannya, hal itu tidak lain merupakan ciptaan
kebudayaan Indonesia sendiri. Struktur sosial Indonesia meliputi antara aliran pikiran dan
semangat kebatinan, struktur kerohanian yang bersifat dan cita-cita tentang persatuan
hidup, antara persatuan kawulo dan gusti, persatuan dunia luar dan dunia batin,
persatuan mikrokosmos dan makrokosmos, persatuan rakyat dan pemimpinnya. Inilah
yang disebut Soepomo sebagai ide integralistik atau ide totaliter bangsa Indonesia yang
akan diwujudkan dalam susunan tata negaranya yang asli. Dalam susunan persatuan
antara rakyat dan pemimpinnya itu segala golongan diliputi semangat gotong royong dan
kekeluargaan yang disebutnya sebagai struktur sosial asli Indonesia. Hakekat Republik
Indonesia merupakan ‘Republik Desa’ yang besar dengan unsur dan wawasan modern. Ia
mencontohkan dasar persatuan dan kekeluargaan yang terdapat di negara Dai Nipon
cocok cocok dengan corak masyarakat Indonesia.
Diantara pihak yang menentang gagasan Soepomo adalah Prof. DR. J.H.A. Logemann,
pakar hukum tatanegara berkebangsaan Belanda. Ia mengatakan cita negara integralistik
Soepomo adalah cita ‘negara organis’. Dengan gagasan negara sebagai organisasi dari
suatu organis, dikatakan oleh Logemann, Soepomo (bersama lain-lainnya) telah
menyambut ‘pusaka lama’ Indonesia yang terwujud dalam ‘Desa Indonesia Lama’.
Logemann mempertanyakan, apakah mungkin struktur desa yang agraris dan sebagian
besar autharkis dapat dipindahtanamkan ke dalam struktur negara modern?. Sedangkan
Marsilam menilai pemikiran Soepomo tersebut dipengaruhi oleh ide pemikiran ‘nasional-
sosialis’ Jerman atau ide ‘Hegelian’. Sedangkan Ismail Suny tidak dapat menerima
anggapan pendiri negara kita sewaktu merumuskan dan mengesahkan UUD 1945
bertolak dari postulat paham kenegaraan integralistik.
15
6. Glosarium
Identitas sosial merupakan bagian dari konsep diri individu yang berasal dari
pengetahuannya selama berada dalam kelompok sosial tertentu dengan disertai
internalisasi nilai-nilai, emosi, partisipasi, rasa peduli dan bangga sebagai anggota
kelompok tersebut. Identitas sosial seseorang terbentuk melalui proses sosial sehingga
membedakannya dengan orang lain dilihat dari ciri-ciri sosial seperti kebiasaan
berpakaian, gaya bahasa, kebiasaan mengisi waktu luang, komunitas yang dibentuk,
kebiasaan berbelanja dan sebagainya.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah
dan sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati, maupun sumber daya alam non
hayati. Potensi kekayaan alamnya mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan
alam lainnya yang terkandung di dalam bumi Indonesia. Kekayaan sumber daya alam
tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia dan
sebagian lainya masih berupa potensi yang belum dimanfaatkaan karena berbagai
keterbatasan seperti kemampuan teknologi dan ekonomi. Potensi sumber daya alam
yang begitu besar tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan Negara
dan juga untuk kesejahteraan rakyat apabila dikelola dengan baik oleh pemerintah.
Kekayaan sumber daya alam itu sendiri meliputi pertanian, kehutanan, kelautan,
perikanan, peternakan, perkebunan, serta pertambangan dan juga energi.
Pancasila sebagai identitas nasional, yaitu sebagai kepribadian bangsa yang dapat
mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan sesuai relnya tetapi tidak melawan arus
globalisasi, melainkan bangsa menjadi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan
menghadapi tantangan dan juga peluang yang ada.
Alasan Pancasila sebagai identitas nasional karena bangsa Indonesia salah satu dari
masyarakat internasional yang punya sejarah dan prinsip yang berbeda dengan bangsa-
bangsa di dunia. Prinsip dasar filsafat dijadikan sebagai asas filsafat hidup berbangsa dan
bernegara yang berupa Pancasila.
Dikutip dari buku "Pengembangan Pendidikan Bela Negara di Madrasah/Sekolah" oleh
Abdul Kadir Ahmad, Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal 27
ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara." Hal itu berarti secara konstitusional bela negara
mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara. Bela
negara terkait erat dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujudnya cita-cita bangsa
sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD RI tahun 1945 yakni: melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Berdasarkan UU, bela negara pasal 9 ayat (1), UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, bela negara didefinisikan sebagai sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban
16
dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
melaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa.
Pancasila merupakan capaian demokrasi paling penting yang dihasilkan oleh para
pendiri bangsa (founding fathers). Begitu juga kita mesti paham, bahwa Pancasila
dilahirkan oleh para pendiri negara sebagai sumber bertemunya beragam pandangan,
Pancasila tidak lain merupakan sebuah konsensus nasional bangsa Indonesia yang
majemuk dan akhirnya Pancasila berfungsi menjadi pedoman bersama (common
platform) yang mendasari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Maka penguatan kesadaran ideologi menjadi sangat penting. Tetapi dalam
konteks kehidupan demokrasi, penguatan kesadaran ideologi tidak lagi bersifat
indoktrinatif apalagi pemaknaan tunggal oleh negara. Justru yang lebih berarti adalah
lahirnya kesadaran pribadi warga negara akan tanggung jawab moral yang tinggi terhadap
pentingnya hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Utamanya adalah sikap
keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin, penguasa negara, pejabat, birokrat,
dan politisi.
Siapa pun dan dari manapun datangnya pemimpin itu berasal, tergantung hati
nurani masyarakat dalam menentukan pilihannya. Pemimpin dalam arti hakiki adalah
setiap orang yang memiliki peran dan pengaruh di lingkungan di mana mereka tinggal.
Maka pemimpin bisa berarti dalam komunitas keluarga, kelompok, golongan, di suatu
institusi, dan lebih-lebih adalah pemimpin negara.
17
BAB III
PENUTUP
B. Rangkuman Materi
Identitas Nasional bangsa Indonesia merupakan salah satu identitas yang telah
melekat pada Negara Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Ungkapan Bhineka Tunggal Ika
dalam lambang Nasiona terletak pada simbol Burung Garuda dengan lima simbol yang
mewakili sila-sila dalam dasar Negara Pancasila. Identitas nasional menunjukkan
karakteristik unik dari satu kelompok bangsa yang membedakannya dengan bangsa
lainnya.
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas, serta keunikan
sendiri-sendiri, yang ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional tersebut faktor-faktor tersebut adalah : faktor objektif dan faktor sujektif. Dalam
pemberdayaan identitas nasional terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam Pancacsila
yang didalam nnya yang mengandung dimensi seperti : realitas, idealitas dan flekssibilitas.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang
melimpah dan sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati, maupun sumber daya
alam non hayati. Potensi kekayaan alamnya mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan
kekayaan alam lainnya yang terkandung di dalam bumi Indonesia. Kekayaan sumber daya
alam tersebut sebagian telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa
Indonesia dan sebagian lainya masih berupa potensi yang belum dimanfaatkaan karena
berbagai keterbatasan seperti kemampuan teknologi dan ekonomi. Potensi sumber daya
alam yang begitu besar tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan
Negara dan juga untuk kesejahteraan rakyat apabila dikelola dengan baik oleh
pemerintah. Kekayaan sumber daya alam itu sendiri meliputi pertanian, kehutanan,
kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan, serta pertambangan dan juga energi.
Pancasila sebagai identitas nasional, yaitu sebagai kepribadian bangsa yang dapat
mendorong bangsa Indonesia agar tetap berjalan sesuai relnya tetapi tidak melawan arus
globalisasi, melainkan bangsa menjadi lebih cermat dan bijak dalam menjalani dan
menghadapi tantangan dan juga peluang yang ada.
Alasan Pancasila sebagai identitas nasional karena bangsa Indonesia salah satu
dari masyarakat internasional yang punya sejarah dan prinsip yang berbeda dengan
bangsa-bangsa di dunia. Prinsip dasar filsafat dijadikan sebagai asas filsafat hidup
berbangsa dan bernegara yang berupa Pancasila.
Jadi, dapat dikatakan Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara
Indonesia yang bersumber pada nilai budaya dan agama yang dimiliki oleh Indonesia
18
sebagai kepribadian atau identitas bangsa. Selain itu, Pancasila sebagai dasar hukum dan
juga pandang hidup bangsa.
Dikutip dari buku "Pengembangan Pendidikan Bela Negara di Madrasah/Sekolah"
oleh Abdul Kadir Ahmad, Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal
27 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi "Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara." Hal itu berarti secara konstitusional bela negara
mengikat seluruh bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara. Bela
negara terkait erat dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujudnya cita-cita bangsa
sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD RI tahun 1945 yakni: melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Berdasarkan UU, bela negara pasal 9 ayat (1), UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, bela negara didefinisikan sebagai sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban
dasar manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
melaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada negara dan bangsa.
19
C. Saran
Penulis menyadari banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini yang jauh
dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber referensi yang dapat dipertanggung jawabkan. Saran kami dalam
makalah ini adalah untuk menambah wawasan bagi para pembaca agar kita sama-sama
memahami apa itu identitas nasional, sebagai bangsa Indonesia yang baik dan mampu
menjunjung tinggi serta mengamalkan pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
20
Herdiwanto, Heri, dkk. 2019. KEWARGANEGARAAN DAN MASYARAKAT
MADANI. Jakarta : PRENADA GROUP.
Pada buku Pancasila karya Prof. Drs H. Achmad Fauzi DH.M.A merupakan potret dari proses
panjang Pancasila dari awal Perumusan, Penafsiran-penafsiran secara Filosofis dan juga
Ideologis
21