Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK SASTRA BAHASA INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
Putri Ramasari Damanik 2101010070
Maya Anggelika Sinurat (2101010092)
Silviantika Batubara (2101010097)
Devi Febriani (2101010099)
Windi Yohana Sijabat(2101010100)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN PEMATANG SIANTAR
T.A 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas nikmat dan hidayahnya kepada

kami, sehingga kami mampu mengerjakan tugas makalah. Dan pada akhirnya kami dapat

menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Serta tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih

kepada dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai salah satu

cara mengembangkan pengetahuan kami tentang BAGAIMANA POTRET PROSES

PEMBELAJARAN/PENDIDIKAN DITINGKAT SEKOLAH DASAR ABAD 21.

Kami berharap semoga dengan Tugas Jurnal ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca. Meskipun kami mengetahui bahwa dalam Tugas Makalah ini

masih memiliki banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami miliki masih sangat

kurang. Maka dari itu kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan masukan-

masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dalam Tugas Makalah selanjutnya.

Akhirnya, hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa kami bersyukur atas selesainya Tugas

Makalah ini semoga. Tuhan Yang Maha Esa memberikan petunjuk kepada kita semuanya.

Amin

Pematangsiantar, Juli 2022


Penulis,

Kelompok
1. Bagaimana potret proses pembelajaran/pendidikan di tingkat Sekolah Dasar
pada abad 21? Buktikan dengan hasil penelitian atau Jurnal Penelitian minimal
5 penelitian/jurnal penelitian?

Jawaban : Pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21 kepada peserta didik,


yaitu 4 C yang meliputi (1) Communication (2) Collaboration,(3) Critical Thinking
and problem solving, dan (4) Creative and Innovative .

KETERAMPILAN ABAD 21 DALAM MODEL-MODEL PEMBELAJARAN


BERPENDEKATAN STEAM PADA RPP TEMATIK SD
Maharani Putri Kumalasani1 , Dian Ika Kusumaningtyas2

1,2Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia

Korespondensi. E-mail: maharani@umm.ac.id

Abstrak
Seiring perkembangan zaman, pada bidang pendidikan harus mengalami peningkatan
kualitas agar peserta didik dapat memiliki kemampuan yang diharapkan pada abad 21.
Menjawab tuntutan zaman tersebut, peneliti melakukan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui penerapan ketrampilan abad 21 yang terdapat pada model-model
pembelajaran yang menggunakan pendekatan STEAM di RPP tematik. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Untuk mendeskripsikan terkait penyusunan RPP menggunakan pendekatan STEAM
yang diintegrasikan melalui model pembelajaran. Adapun bagian yang dianalisis
adalah keterampilan abad 21 yang diciptakan dalam model pembelajaran
berpendekatan STEAM pada RPP. Keterampilan yang harus dimiliki ialah
keterampilan abad 21 yang biasa disebut dengan 4C Critical Thinking, Collaboration,
Communication, dan Creative Thingking. RPP yang dapat membiasakan peserta didik
juga harus dirancang dengan baik, seperti pemilihan model pembelajaran beserta
pendekatan yang digunakan. Agar peserta didik memiliki keterampilan abad 21 ini,
maka diperlukan pendekatan yang dapat melatih mereka untuk belajar yang lebih
bermakna. Pendekatan STEAM merupakan salah satu dari pendekatan yang dapat
dikolaborasikan dengan model pembelajaran. Sesuai dengan hasil penelitian pada
RPP yang menggunakan model pembelajaran berpendekatan STEAM menunjukkan
bahwa keterampilan abad 21 yang muncul memiliki persentase yang berbeda. Critical
Thinking 40%, Collaboration, 21% Communication 17%, dan Creative Thingking
22%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa ke empat keterampilan tersebut saling
berkaitan dan mendukung, dengan setiap keterampilan selalu didalamnya ada
keterampilan Critical Thinking. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran
yang diintegrasikan dengan pendekatan STEAM memunculkan keterampilan abad 21.
PENDAHULUAN
Era globlalisasi merupakan wujud dari abad 21 yang menghasilkan produk yang
nampak jelas terkait pertumbuhan IPTEK yang pesat. Hal ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Redhana (2019) Akibat dari kemajuan IPTEKS tersebut
mempengaruhi perubahan paradigma dan gaya hidup masyarakat yang begitu cepat.
Sehingga berbagai Negara mulai berduyun-duyun menciptakan berbagai inovasi
dalam segala bidang yang dibutuhkan oleh masyarakat. Salah satu bidang yang wajib
mengikuti perkembangan zaman ini ialah bidang pendidikan yang memiliki peran
untuk dapat menjadikan masyarakat memiliki kompetensi sesuai dengan zamannya.
Karena bidang pendidikan harus selalu diupdate untuk dapat memberikan pengaruh
bagi bidang lainnya. Pentingnya pendidikan menjadikan pusat perhatian yang dinilai
sebagai amunisi vital dalam menyiapkan generasi bangsa untuk bersaing di abad 21.
Negara yang masyarakatnya tidak siap dengan adanya pesatnya perubahan yang
berkaitan dengan IPTEKS ini akan runtuh dengan sendirinya, sehingga jika ingin
dapat terus maju dan berkembang, maka harus berusaha untuk mengikuti
perkembangan yang ada. Untuk dapat mengikuti perkembangan abad 21 ini maka
diperlukan SDM yang memiliki keterampilan yang perlu di asah. Keterampilan yang
perlu dimiliki oleh masyarakat yang dapat hidup di era kecanggihan teknologi ini
ialah keterampilan abad 21. Keterampilan abad 21 di bidang pendidikan menuntut
peserta didik memiliki keterampilan yang lebih seperti berpikir kritis dan pemecahan
masalah, berpikir kreatif, berkomunikasi, dan berkolaborasi. Ke empat keterampilan
tersebut biasa dikenal dengan sebutan ketrampilan abad 21 yaitu 4C (critica thinking,
and problem solving, creative thinking, communication, dan collaboration).
Pembelajaran abad 21 dalam pendidikan formal telah digaungkan pemerintah beberpa
tahun belakangan. Melalui kurikulum 2013 pemerintah telah melakukan upaya untuk
mengembangkan kemampuan kepada peserta didik. Peserta didik merupakan generasi
bangsa Indonesia yang diharapkan mampu tumbuh menjadi seorang individu yang
dapat bersaing dikancah global. Dengan keterampilan abad 21 diterapkan di sekolah
maka melalui proses belajar mengajar diharapkan akan mencetak SDM yang unggul.
Keterampilan abad 21 yang pertama, Critical Thinking, merupakan suatu proses yang
tertata dan jelas yang digunakan dalam kegiatan kognitif seperti pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, menganalisis dan melakukan research. Berpikir kritis tidak
hanya proses berpikir yang dilakukan oleh seseorang, namun proses berpikir kritis ini
merupakan proses aktif dimana seseorang memikirkan sesuatu secara lebih dalam.
Johnson (2009) mengemukakan bahwa tujuan sesorang berpikir kritis ialah untuk
mencapai pemahaman yang lebih dalam. Sehingga berbagai pertanyaan akan timbul
untuk dapat menemukan sebab dan akibat yang terjadi. Dengan keterampilan berpikir
kritis yang diterapkan kepada peserta didik, maka mereka akan belajar untuk
menemukan penyeleseian permasalahan yang dihadapi.
Comunication (komunikasi) merupakan proses penyampaian bahasa melalui proses
interaksi antar individu dan kelompok. Proses berkomunikasi tidak hanya
menyampaikan kepada orang lain, melainkan proses berkomunikasi berjalan jika
sesorang yang terlibat dalam proses komunikasi memahami apa yang disampaikan
dan terdapat umpan balik apa yang dikomunikasikan. Artinya pesan yang
dikomunikasikan diterima oleh komunikan baik itu secara verbal maupun non verbal.
Pesan komunikasi akan diterima oleh komunikan apabila komunikan memahami
maksud yang komunikator utarakan (Wilson, 2009). Dengan kemajuan zaman
tentunya kita penting mencerna bagaimana berkomunikasi dengan efektif.
Komunikasi efektif memberi kemudahan dalam memahami isi pesan yang utarakan
antara pemberi informasi dengan penerima informasi. Komunikasi efektif tidak hanya
melatih secara verbal, bahkan bahasa nonverbal juga dapat terasah dengan baik.
Komunikasi dilakukan secara efektif dapat melatih pemakaian bahasa nonverbal
secara baik (Kurnia, 2009). Pada kegiatan belajar mengajar seorang guru sebaiknya
membiasakan peserta didik untuk dapat berkomunikasi secara efektif.
Creativity Thinking (berpikir kreatif), ialah proses berpikir dalam menemukan ide,
gagasan inovatif, memiliki daya guna dan dapat dipahami. Proses berpikir ini juga
dapat digunakan dalam proses pemecahan masalah selain menghasilkan produk.
Rachmawati dan Kurniati (2010) proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangunkan
melalui permasalahan yang memicu pada lima macam perilaku kreatif seperti: 1)
Fluency, merupakan kemampuan menyampaikan ide-ide yang sama untuk
menyeleseikan suatu permasalahan. 2) Flexibility, merupakan kemampuan untuk
menghasilkan beberapa ide untuk menyeleseikan suatu permasalahan di luar kategori
yang biasa. 3) Originality, merupakan kemapuan memberikan respon yang unik atau
luar biasa. 4) Elaboration, merupakan kemampuan menyampaikan arahan ide secara
rinci untuk menciptakan ide menjadi kenyataan. 5) Sensitivity, yaitu kepekaan
menangkap dan menghasilkan permasalahan sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Peserta didik harus dibiasakan untuk dilatih berpikir kreatif. Agar mereka memiliki
pengembangan proses berpikir dalam mengahsilkan inovasi pada proses pembelajaran
yang mereka alami. Untuk mengintegrasikan keterampilan abad 21 tersebut
dibutuhkan suatu pendekatan yang dapat berkolaborasi dengan baik. Pendekatan
STEAM merupakan salah satu pendekatan yang sesuai dengan keterampilan abad 21
ialah (Sains, Technology, Enginering, Art, Mathematic), pendekatan STEAM ini jika
dikupas lebih mendalam sangat kompleks, dari segi pengetahuan, teknologi, teknik,
seni, dan matematika. Dengan pendekatan ini peserta didik dapat
mengimplementasikan pengetahuannya dalam menciptakan desain sebagai bentuk
pemecahan masalah tentang lingkungan dengan memanfaatkan teknologi
(Permanasari, 2016). Pendekatan STEAM dapat terealisasikan jika dibuat suatu
rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru yaitu dalam bentuk RPP. RPP
sangat penting bagi seorang guru sebelum melangsungkan proses pembelajaran, RPP
berfungsi sebagai scenario untuk mengarahkan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Guru dalam proses pembelajaran tanpa menyusun RPP dapat
dikatakan proses pembelajaran tidak memiliki arah. RPP yang disusun secara
sistematis sebagai pedoman guru untuk menciptakan proses pembelajaran yang
bermakna. Keterampilan abad 21 dan pendekatan STEAM akan terlihat pada RPP
yang telah dibuat oleh guru, tentu dalam pemilihan model pembelajaran yang telah
disesuaikan dengan KD, indikator, tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik,
materi, dan pendekatan yang digunakan. Dalam menyusun langkah kegiatan
pembelajaran. Pengintegrasian pendekatan ke dalam model pembelajaran tentu
mempengaruhi kegiatan pembelajaran yang ada pada RPP. Akan terlihat pada
kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan STEAM proses pembelajaran lebih
kompleks.
METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan hasil penelitian
terkait penyusunan RPP mengintegrasikan pendekatan STEAM dengan model
pembelajaran. Bagian yang disoroti lebih mendalam adalah keterampilan abad 21
yang diciptakan dalam model pembelajaran berpendekatan STEAM pada RPP.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ialah RPP tematik yang telah
disusun oleh mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
menempuh mata kuliah pembelajaran. Pengumpulan data yang dilakukan dengan
kegiatan analisis dan pencatatan secara detail tahapan model pembelajaran dengan
pendekatan STEAM yang mengajarkan keterampilan abad 21. . Hal yang dianalisis
ialah berupa jabaran model pembelajaran yang dipilih pada RPP yang dituangkan
dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dibuat oleh mahasiswa yang
didalamnya mengandung keterampilan abad 21 dan pendekatan STEAM. Model
pembelajaran yang dipilih yang dituangkan dalam langkah kegiatan pembelajaran
dianalisis persentase terkait cakupan keterampilan abad 21 yang dilakukan dalam
aktivitas pembelajaran dalam langkah kegiatan pembelajaran pada RPP yang telah
dibuat oleh mahasiswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen yang disusun
dalam rubric berdasarkan teori kecakapan abad 21 dan pendekatan STEAM.Cakupan
Keterampilan Abad 21 meliputi 4C yaitu critical thinking, collaboration,
communication, dan cretive thinking. Proses analisis dilakukan peneliti dengan
berdiskusi dengan teman sejawat, karena hasil diskusi akan memberikan hasil analisis
yang lebih akurat. Sehingga kesimpulan yang didapat benar-benar objektif.

SIMPULAN
Model pembelajaran yang diterapkan dalam langkah kegiatan pada RPP diharapkan
dapat mengajar peserta didik memiliki keterampilan abad 21. Namun model
pembelajaran saja tidak cukup maka perlu adanya integrasi pendekatan agar dapat
terarah dengan baik. Salah satu pendekatan yang sesuai ialah STEAM, pendekatan ini
dapat melatih peserta didik untuk belajar secara kontekstual, dan pendekatan tersebut
dapat memunculkan keterampilan abad 21 diantaranya Critical Thinking,
Collaboration, Communication, dan Creative Thingking. Sesuai dengan hasil
penelitian pada RPP yang menggunakan model pembelajaran berpendekatan STEAM
menunjukkan bahwa keterampilan abad 21 yang muncul memiliki prosentase yang
berbeda. Critical Thinking 40%, Collaboration, 21% Communication 17%, dan
Creative Thingking 22%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa ke empat
keterampilan tersebut saling berkaitan dan mendukung, dengan setiap keterampilan
selalu didalamnya ada keterampilan Critical Thinking. Hal ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran yang diintegrasikan dengan pendekatan STEAM memunculkan
keterampilan abad 21.
Jurnal Riset Pendidikan Dasar, 05 (1), April 2022 (74-81)
Maharani Putri Kumalasani, Dian Ika Kusumaningtyas

PEMBELAJARAN ABAD 21 DI SD
Lina Sugiyarti, Alrahmat Arif, Mursalin

Universitas Negeri Jakarta

Sugiyarti_l@yahoo.co.id

Abstrak :
Menghadapi era digital abad 21, pemerintah telah menyiapkan keterampilan hidup melalui
reformasi pendidikan yang membawa perubahan baru dan cara terbaik untuk mencapai tujuan
pendidikan tersebut. Adapun perubahannya yaitu pendidikan bukan hanya untuk
mempersiapkan keterampilan peserta didik agar siap bersaing di dunia kerja melainkan juga
pendidikan mampu membentuk kemampuan berfikir tingkat tinggi dan karakter unggul
peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah membekali siswa dengan kemampuan bidang
literasi ilmu dan peduli lingkungan yang harus dikuasai siswa untuk menjawab tantangan
kehidupan pada abad 21. Metode penelitian ini adalah metode studi literatur yang mengkaji
buku dan jurnal. Hasil penelitian ini adalah siswa mampu memiliki SDM yang berorientasi
pada kerja pikiran dan ramah lingkungan. Kesimpulan penelitian ini adalah GLS adalah
gerakan partisipatif warga sekolah untuk mewujudkan sekolah literat melalui pembiasaan.
Implikasi yang dilakukan oleh guru dengan melakukan pembelajaran 4C, literasi dengan
multiliterasi dan GLS.adalah metode studi literatur yang mengkaji buku dan jurnal. Hasil
penelitian ini adalah siswa mampu memiliki SDM yang berorientasi pada kerja pikiran dan
ramah lingkungan. Kesimpulan penelitian ini adalah GLS adalah gerakan partisipatif warga
sekolah untuk mewujudkan sekolah literat melalui pembiasaan. Implikasi yang dilakukan
oleh guru dengan melakukan pembelajaran 4C, literasi dengan multiliterasi dan GLS.
Kata Kunci : Abad 21, 4C, GLS, literasi

PENDAHULUAN
Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutan zaman era
milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidup abad 21.
Sejalan dengan pendapat tersebut (Greenstein, 2012) menyatakan bahwa siswa yang hidup
pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif, mampu berpikir
kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif, keadaan ini
menggambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Oleh karena itu,
pemerintah merancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada
siswa. Guru sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolahsekolah menerapkan
pembelajaran abad 21. Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan
kemampuan 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity), ini dapat
terwujud cepat tidak hanya tuntutan pada kinerja guru dalam mengubah metode mengajar,
tetapi juga peran dan tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan anak-anak
menerapkan 4C dalam keseharian (Prihadi, 2017). Untuk mencapai kondisi belajar yang
ideal, kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara
optimal, ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata
pelajaran harus diorganisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya
disampaikan kepada siswa dengan model yang tepat pula (Danial dan Sepe, 2010).
Keterampilan 4C wajib dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna menghadapi
tantangan abad 21. Adapun kemampuan 4C menurut Anies Baswedan (Republika, 2016) :
1. Critical thinking (berpikir kritis) yaitu kemampuan siswa dalam berpikir kritis berupa
bernalar, mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Di era reformasi critical
thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter paham radikal yang dianggap tidak
masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawali dengan kemampuan seseorang
mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya, kemudian menilai dari sudut
pandang yang digunakannya. Kemudian ia memposisikan dirinya, dari situasi yang tidak
tepat menjadi situasi yang berpihak padanya.
2. Communication (komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan dengan adanya
komunikasi yang baik dari para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas pendidikan.
3. Collaboration (kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi dengan berbagai
pihak dan bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Dengan
demikian ia akan senantiasa berguna bagi lingkungannya.
4. Creativity (kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Kreativitas peserta didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atau inovasi
baru bagi dunia pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yang memiliki daya
saing dan memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan
hidupnya.
Penerapan 4C dalam pembelajaran kurikulum 2013 jika benar-benar dilakukan di sekolah
akan memberikan dampak yang luar biasa bagi generasi penerus bangsa untuk menghadapi
tantangan hidup abad 21. Disamping 4C, Kemdikbud juga meluncurkan program unggulan
Gerakan Literasi Sekolah sebagai upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas
dengan meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis) menurut Suragangga (2016).
Di Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan
karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran
dimulai. Kegiatan ini perlu perhatian khusus untuk dilaksanakan secara rutin oleh warga
sekolah. Walaupun terlihat mudah, namun sulit dalam mengerjakannya karena kita harus
melawan hawa nafsu yaitu rasa malas membaca yang tertanam dalam masing-masing pribadi
yang belum terbiasa. Namun, jika kita sudah terbiasa melakukannya ini akan menjadi ringan
dan kebiasaan baik untuk membangun karakter anak bangsa yang multiliterat. Semua
kalangan perlu bersinergi untuk mensukseskan program pemerintah baik sekolah keluarga
dan masyarakat. Literasi merupakan proses kompleks yang melibatkan proses pembangunan
pengetahuan sebelumnya, budaya dan pengalaman untuk mengembangkan pengetahuan baru
dan pemahaman yang lebih mendalam menurut Abidin, Yunus, dkk (2017). Sejalan dengan
hal tersebut konsep literasi juga mengalami perkembangan diantaranya yaitu penggunaan
berbagai media digital baik di kelas, sekolah, tempat tinggal maupun masyarakat. Kini istilah
literasi telah berkembang menjadi multiliterasi. Multiliterasi merupakan kemampuan
membaca, menulis puisi, membagi, melukis, menari, menulis novel ataupun kemampuan
berkontak dengan berbagai media yang memerlukan literasi menurut Kist, (2005:12). Dengan
demikian, literasi dipandang sebagai kegiatan yang bermakna dari berbagai media. Dalam
pandangan Cope dan Kalantzis (2005), literasi merupakan elemen terpenting dalam proyek
pendidikan modern. Morocco et al. (2008:5) menyatakan kompetensi belajar dan
berkehidupan dalam abad ke-21 ditandai dengan kompetensi pemahaman yang tinggi,
kompetensi berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kompetensi
berpikir kreatif. Sejalan dengan uraian tersebut pembelajaran multiliterasi pada hakikatnya
adalah pengembangan dan penggunaan konsep kompetensi 4C. Memasuki abad 21
penguasaan sains dan teknologi adalah kunci keberhasilan generasi bangsa dalam
menghadapi persaingan global. Sains adalah bagian dari pendidikan sebagai wahana bagi
peserta didik untuk menguasai secara kontekstual dan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Rustaman (2007) berpendapat bahwa sains berperan dalam membangun karakter
masyarakat dan bangsa dikarenakan kemajuan pengetahuan yang amat pesat, keampuhan
proses yang dapat ditransfer pada bidang lain, dan terkandung muatan nilai dan sikap di
dalamnya. Adapun literasi sains adalah bagaimana pemahaman tentang sains menjadikan
solusi dalam pengambilan setiap keputusan yang dihadapi.

METODE
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka. Menurut Sukardi
(2017) studi pustaka yang dilakukan peneliti dengan tujuan utama adalah menemukan fondasi
yayasan atau landasan untuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berfikir,
dan menentukan kecurigaan sementara atau sering disebut sebagai penelitian hipotesis,
sehingga peneliti dapat memahami, mencari, mengatur, dan kemudian menggunakan variasi
perpustakaan di lapangan. Dengan menggunakan studi literatur, peneliti menjadi lebih paham
dengan masalah yang sedang diteliti. Sumber literatur yang digunakan peneliti yaitu jurnal
nasional, buku-buku yang relevan, hasil seminar, artikel ilmiah, dan lain-lain.

KESIMPULAN
Untuk menjawab tantangan abad 21 pemerintah telah menyiapkan sejumlah program yaitu
dengan program 4C (Critical Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity) dan
literasi yang dikembangkan dengan multiliterasi dan empat pilar pendidikan yaitu (learning to
know, learning to do, learning to be, learning to live together). Pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggalakkan suatu program GLS (Gerakan
Literasi Sekolah) yang bersifat partisipatif dan bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan
sekolah, kesiapan warga sekolah dan kesiapan sistem pendukung lainnya
Prosiding Seminar dan DiskusiNasional Pendidikan Dasar 2018 ISSN: 2528-5564
Tema :MenyonsongTransformasi Pendidikan Abad 21
Strategi Guru dalam Pembelajaran Aktif Melalui Pendekatan Saintifik dalam
Mewujudkan Pembelajaran Abad 21
Annisa Fitrah1, Yantoro2 , Suci Hayati3

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Jambi, Indonesia1,2,3

E-mail: annisafitrah2001@gmail.com1 , yantoro@unja.ac.id2 , sucihayati@unja.ac.id3

Abstrak
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar terjadi proses pemerolehan
ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan demikian, untuk membantu peserta didik dalam
memperoleh ilmu pengetahuan tersebut maka diperlukan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan tuntutan kurikulum saat ini. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi
guru dalam pembelajaran aktif melalui pendekatan saintifik dalam mewujudkan pembelajaran
abad 21. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis
penelitian fenomonologi dengan subjek penelitian guru kelas IV SD Negeri 111/I Muara
Bulian pada tahun ajaran 2021/2022. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data
adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi
yang digunakan guru dalam menerapkan pembelajaran aktif melalui pendekatan saintifik
dalam mewujudkan pembelajaran abad 21 yaitu dengan cara guru mengimplementasikan
langkah pendekatan saintifik: Mengamati, Menanya, Mencoba/mengumpulkan informasi,
menalar/mengolah informasi serta Mengkomunikasikan dan mengintegrasikannya dengan
keterampilan abad 21: Kritis, Komunikatif, Kolaboratif dan Kreatif. telah dilaksanakan. Kata
Kunci: Pembelajaran Aktif, Pendekatan Saintifik, Pembelajaran Abad 21.

PENDAHULUAN
Berdasarkan (Pemerintah, 2021) Pasal 1 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan
bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Berdasarkan hal tersebut, untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan adanya kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran adalah usaha yang sengaja menyertakan dan memanfaatkan
kemampuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum (Hardini, 2017,
p. 10). Jadi, pembelajaran ialah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja guna
memodifikasi berbagai kondisi dan situasi yang diharapkan dapat mencapai suatu tujuan
yakni tercapainya tujuan kurikulum. Berdasarkan (Pemerintah, 2021) Pasal 35 menyatakan
bahwa kurikulum adalah serangkaian rencana dan kesepakatan yang berkaitan dengan tujuan,
isi materi pembelajaran, serta metode yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan
kegiatan pembelajaran serta untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Guru
merupakan tenaga pendidik yang berperan membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Dengan tidak mengabaikan faktor yang lain, hal ini disebabkan
oleh guru yakni sebagai salah satu kunci keberhasilan pendidikan dalam membantu mencapai
tugas-tugas perkembangan peserta didik dalam mencapai keberhasilan pembelajaran
(Yantoro, 2020b, p. 66). Berkenaan dengan hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang akan membantu peserta didik dalam
mencapai keberhasilan pembelajaran sesuai dengan tujuan Pendidikan. Pada dasarnya, untuk
mencapai tujuan pendidikan tersebut, peserta didik diharapkan memiliki keterampilan abad-
21 yaitu 4C meliputi: Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah), Creativity (Kreativitas), Communication Skills (kemampuan
berkomunikasi), dan Ability to Work Collaborati vely (kemampuan untuk bekerja sama).
Salah satu upaya yang bisa dilakukan agar menghasilkan peserta didik yang mampu bersaing
di abad 21 ini yaitu dengan menggunakan pendekatan pembelajaran aktif melalui pendekatan
saintifik. Pembelajaran aktif adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang melibatkan
beberapa aktivitas siswa untuk menemukan informasi dan pengetahuan yang berbeda untuk
dipelajari dalam pembelajaran di kelas (Hardini, 2017, p. 82). Penggunaan pendekatan
pembelajaran aktif ini sangat disarankan agar dapat dipandu dengan langkah-langkah
pendekatan ilmiah. Salah satu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan ialah pendekan
Saintifik.
Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang menuntut peserta didik berfikir
secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang dalam penyelesaiannya
tidak mudah dilihat. Sejalan dengan hal itu, pembelajaran ini akan melibatkan peserta didik
dalam kegiatan memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan,
berfikir kreatif, melakukan kegiatan pembelajaran serta dapat membangun konseptualisasi
pengetahuan(Abidin, 2014, p. 125). Dari pendekatan saintifik ini dapat diketahui bahwa
komponen pendekatan pembelajaran saintifik yaitu 5M: Mengamati, Menanya, Mencoba,
Menalar, dan Mengkomunikasikan. Sehingga komponen ini sangat cocok untuk
diimplementasikan pada kurikulum saat ini yakni kurikulum 2013. Saat ini dunia telah
memasuki era revolusi industri 4.0, salah satunya Indonesia. Sekolah sebagai salah satu
lembaga pendidikan yang dengan tujuan utama bisa mencetak generasi muda produktif yang
berkualitas. Agar dapat menghasilkan generasi berkualitas serta hebat dapat menjadi modal
awal untuk antisipasi revolusi industri 4.0, wajar jika dunia pendidikan
mengimplementasikan pembelajaran abad 21.
untuk antisipasi revolusi industri 4.0, wajar jika dunia pendidikan mengimplementasikan
pembelajaran abad 21.
Di era abad 21 ini, pemerintah telah merancang kurikulum untuk melahirkan generasi emas
dimana tujuan utamanya ialah para peserta didik di lingkungan pendidikan selaku penerus
bangsa. Oleh karena itu, pemerintah telah menyelenggarakan berbagai pengembangan
kurikulum dan metode pembelajaran untuk mengimplementasikan pembelajaran di abad 21 di
lingkungan pendidikan baik untuk pendidik maupun peserta didik. Salah satu usaha yang
dilaksanakan pemerintah sekarang ini ialah dengan mengerakkan kurikulum 2013 yang
melambangkan kurikulum Nasional dengan terus-menerus diperbaiki agar sebanding dengan
tuntutan pendidikan Global.
Pembelajaran abad 21 bisa dikembangkan dengan berbagai model pembelajaran dan strategi
yang berlandaskan dengan kegiatan yang cocok dengan karakter kompetensi dan materi
pembelajaran. Sehingga dalam pendidikan, siswa tidak hanya memiliki kecakapan
pengetahuan, melainkan juga menganut sikap yang mengacu pada ilmu pengetahuan seperti
berfikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Pada proses pembelajaran khususnya dan
dunia pendidikan umumnnya, guru menempati posisi penting. Hal ini dikarenakan gurulah
yang memfasilitasi siswa belajar, memilihkan strategi belaar yang sesuai dengan karakteristik
siswa (Fadhilah, 2020). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rani, 2020) bahwa
strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran aktif pada masa pandemi covid-19
meliputi: pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pembelajaran menekankan pada
penemuan, pembelajaran yang menyenangkan, pembelajaran memberdayakan indra dan
potensi peserta didik, menggunakan metode pembelajaran, menggunakan media
pembelajaran, pembelajaran disesuaikan dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dan
pelaksanaan penilaian didalam pembelajaran. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa guru telah menerapkan proses pembelajaran aktif pada saat proses pembelajaran.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, hal ini dikarenakan fokus penelitian
yang ingin diteliti. Adapun perbedaannya yaitu pada penelitian terdahulu proses
pembelajaran dilakukan secara daring dan tidak fokus dengan menggunakan pendekatan
saintifik. Namun, berbeda halnya dengan penelitian yang peneliti lakukan bahwa fokus
penelitian ini yaitu strtaegi guru dalam pembelajaran aktif melalui pendekatan saintifik dalam
mewujudkan pembelajaran abad 21. Berdasarkan hasil penelitian awal peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih dalam mengenai strategi guru dalam pembelajaran aktif melalui pendekatan
saintifik dalam mewuudkan pembelajaran abad 21. Pentingnya penelitian ini dilakukan guna
untuk memberi masukan serta evaluasi kepada sekolah dan manfaat serta menjadi gambaran
bagi guru mengenai starategi-strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran agar peserta didik mendapat esensi dari adanya pembelajaran aktif melalui
pendekatan saintifik dalam mewujudkan pembelajaran abad 21.

METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
fenomonologi. Penelitian ini akan memberikan gambara dalam bentuk kata-kata tentang
tentang fenomena yang terjadi di lapangan secara serta merta apa adanya, sehingga tidak ada
manipulasi variabel dan penentuan peristiwa yang akan terjadi. Penelitian ini dilakukan di SD
Negeri 111/I Muara Bulian yang beralamat di Jalan Let. Abu Bakar, Kompleks Air Panas,
Kec. Muara Bulian, Kab. Batang Hari. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas IV Sekolah Dasar
Negeri 111/I Muara Bulian. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada semester ganjil
hingga semester genap tahun ajaran 2021/2022. Peneliti melakukan penelitian terhadap guru
kelas IV SD Negeri 111/I Muara Bulian yaitu ibu RSL yang mengajar di kelas IV. Beberapa
teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti dalam melakukan penelitian terhadap
strategi guru dalam pembelajaran aktif melalui pendekatan saintifik dalam mewujudkan
pembelajaran abad 21, yaitu dengan menggunakan teknik (1) observasi, (2) wawancara, dan
(3) dokumentasi. Menurut KBBI observasi berarti pengamatan yang cermat yang dilakukan
secara cermat.“Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan observasi yang
digunakan bila penelitian berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, fenomena alam
dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar”(Sugiyono, 2013, p. 145). Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan observasi terstruktur. Observasi terstruktur dilakukan
apabila peneliti mengetahui secara pasti variabel mana yang sedang diamati. Jadi, observasi
terstruktur dilakukan ketika peneliti mengetahui secara pasti variabel mana yang sedang
diamati (Sugiyono, 2013, p. 146). Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada siswa kelas
IV. Wawancara merupakan interaksi antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan
informasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur. Menurut
(Sugiyono, 2013, p. 223) wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data,
ketika peneliti atau pengumpul data sudah mengetahui secara pasti tentang informasi apa
yang akan mereka terima. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan teknik wawancara
untuk mendapatkan data yang lebih banyak. Wawancara dilakukan dengan guru kelas IV
Sekolah Dasar Negeri 111/I Muara Bulian. Menurut (Yantoro, 2020a, p. 359)menyatakan
bahwa dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang didapat dari mengumpulkan
dokumen yang berkaitan dengan penerapan pembelajaran aktif melalui pendekatan saintifik
dalam mewujudkan pembelajaran abad 21. Pengambilan data dokumentasi pada penelitian ini
dilakukan pada saat kegiatan wawancara dan observasi berlangsung, yang bertujuan untuk
memberikan penguatan pada penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dan teknik triangulasi sumber. “Teknik
triangulasi adalah teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara memeriksa data yang
berasal dari sumber yang berbeda.. Dalam hal ini peneliti melakukan pengecekan data dengan
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi dari penerapan pembelajaran aktif
menggunakan pendekatan saintifik pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 111/I Muara
Bulian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman, yang
terbagi menjadi tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan. Berikut ini penjelasan
ketiga alur yaitu: Reduksi data merupakan proses peneliti dalam meringkas, memilih yang
hakiki, memfokuskan pada hal-hal hakiki, dan mencari tema dan pola(Sugiyono, 2013, p.
247). Data yang diambil berupa data pokok dan merupakan garis besarnya saja. Selain itu
juga mempermudah peneliti untuk membuat kesimpulan yang jelas melalui hasil wawancara
ataupun observasi. Selanjutnya, setelah dilakukan reduksi data, maka langkah selanjutnya
adalah penyajian data. Penyajian data dilakukan dalam deskripsi singkat, diagram, hubungan
antar kategori(Sugiyono, 2013, p. 249). Dengan demikian akan memudahkan peneliti untuk
memahami apa yang terjadi dan merencanakan pekerjaan yang akan datang berdasarkan apa
yang dipahami. Setelah reduksi dan penyajian data, maka langkah terakhir dalam analisis
kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan pertama disini awal dan akan berubah.
Hal ini dikarenakan pengetahuan tentang deskripsi atau gambaran dari obyek masih belum
jelas. Kesimpulan disini belum bisa menjawab rumusan masalah karena penelitian bersifat
sementara atau belum tetap. Namun apabila pada tahap awal kesimpulan tersebut didukung
oleh bukti-bukti yang sahih dan konsisten sesuai dengan data yang diperoleh pada saat
peneliti kembali kelapangan, maka kesimpulan tersebut dapat dikatakan kredibel.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di SD Negeri 111/I Muara Bulian di kelas
IV, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai strategi guru dalam pembelajaran aktif melalui
pendekatan saintifik dalam mewujudkan pembelajaran abad 21 yaitu dengan cara guru
mengimplementasikan langkah pendekatan saintifik: Mengamati, Menanya,
Mencoba/mengumpulkan informasi, menalar/mengolah informasi serta Mengkomunikasikan
dan mengintegrasikannya dengan keterampilan abad 21: Kritis, Komunikatif, Kolaboratif dan
Kreatif. baik yang dilakukan oleh siswa serta apa yang dilakukan oleh guru. Sebagian besar
sesuai dengan indikator setiap unsur 5M dan keterampilan 4C dalam proses pembelajaran

KONSEP PENDIDIKAN ABAD 21: KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN


SUMBER DAYA MANUSIA SD/MI
Ahmad Tarmizi Hasibuan

Andi Prastowo

Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta

roszi0508@gmail.com

Abstrak
Perubahan pola pendidikan yang terasa pada saat ini merupakan salah satu ciri era globalisasi
atau disebut dengan era keterbukaan (era of oppenes), ini dibuktikan dengan berkembangnya
Ilmu Pengetahuan (science) dan Teknologi (tecnology). Era ini sering disebut dengan abad
21. Abad 21 lebih menekankan atau menuntut dalam menciptakan kualitas sumber daya
manusia. Oleh karenanya tujuan artikel ini adalah untuk mengkaji bidang pendidikan dan
menambah pemahaman pemimpin atau kepala sekolah tentang abad 21 baik dari segi
karakteristik, elemen dan relevansinya untuk mengembangkan mutu sumber daya manusia di
era globalisasi yang penuh dengan tantantangan persaingan serta menuntut keahlian.
Penelitian ini menggunakan penelitian library research dengan membaca buku-buku terkait
dengan metode studi kepustakaan. Adapun temuan peneliti tentang karakteristik abad 21: 1).
Kreatif dan inovatif (creative and innovative), 2) Sifat berfikir kritis (the nature of critical
thinking), 3) Pengintegrasian ilmu (integration of science), 4) Mudah mendapatkan informasi
(easy to get knowledge), 5) Berjiwa komunikatif dan kolaboratif (communicative and
collaborative spirit), 6) Menghargai perbedaan pendapat (respect differences of opinion), dan
7) pendidikan sepanjang hayat (longlife education). Dari segi elemen abad 21: 1) Membentuk
sumber daya manusia yang berkualitas, dan 2) Belajar sepanjang hayat. Sedangkan dari segi
relevansi kepemimpinan dalam mengembangkan sumber daya manusia SD/MI: 1)
Memanfaatkan teknologi untuk mencari sumber informasi, 2) Berkomunikasi dan
berkerjasama, 3) Kreatif dalam proses pembelajaran, 4) Menanamkan literasi, 5) Menghargai
pendapat dan berfikir kritis, 6) Mengembangkan berbagai pembelajaran secara inovatif serta
7) Menjadi manusia pembelajar sesuai dengan konsep pendidikan sepanjang hayat. Kata
Kunci: Pendidikan, Abad 21, Sumber Daya Manusia.
PENDAHULUAN
Konsep pendidikan awalnya sudah ditanamkan dalam Alquran. Alquran sudah memberikan
perubahan yang signifikan dalam mengembangkan pendidikan. Pendidikan terkonsep dalam
surat Al-alaq ayat 1-5. Surat tersebut mengajarkan manusia untuk selalu membaca kondisi
dan situasi yang ada dalam tataran kehidupan tidak terkecuali pendidikan. Pendidikan di
Indonesia notabene masih dalam kondisi memprihatinkan. Hal ini berbeda dengan Negeri
Sakura (Jepang) yang sudah mampu untuk menciptakan benda elektronik seperti robot. Hasil
ini yang dapat membuktikan kelulusan atau tidaknya anak didik, berbeda dengan Indonesia
yang masih mengacu pada nilai raport. Hal ini sesuai dengan penelitian Scott yang
menunjukkan bahwa lulusan Indonesia sangat kurang kompoten dalam berbagai hal seperti
komunikasi, bekerjasama hingga bersosial.2 Ditambah dengan hasil survey yang dilakukan
2014 oleh ASEAN Business Outlook yang memaparkan hasil laporannya dan menyatakan
bahwa Negara Maritim (Indonesia) menjadi tujuan investasi terbesar untuk Negara Asing
terutama di Wilayah Asia Tenggara. Hal ini mengindikasikan bahwa kurangnya sumber daya
manusia di Negara Indonesia, tidak terkecuali guru. Negara Indonesia sangat sering merubah
dan mengalami perubahan pola pendidikan baik dari segi kurikulum, bahan ajar, metode dan
pembawaan atau teknik dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga masih monoton dalam
pengimplementasian untuk mewujudkan sumber daya manusia yang diinginkan di Abad 21.
Perubahan pola pendidikan pada abad 21 yang terasa pada saat ini merupakan salah satu ciri
era globalisasi atau disebut dengan era keterbukaan (era of oppenes), ini dibuktikan dengan
berkembangnya Ilmu Pengetahuan (science) dan Teknologi (tecnology). 3 Seorang guru
harus memiliki satu langkah perubahan dalam abad ini, seperti merubah teknik tradisional
(ceramah) yang berpusat pada guru, menjadi lebih kreatif dan inovatif sehingga lebih
berpusat pada siswa agar mampu mengembangkan mutu sumber daya manusia (SDM) dan
mutu Pendidikan.
Guru yang mampu mengembangkan potensi mutu pendidikan tercantum dalam slogan Ki
Hajar Dewantara yang termaktub di slogan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Tut
Wuri Handayani), yaitu: Guru yang diharapkan sering disebut pendidik diwajibkan memiliki
peran untuk mendorong siswa secara aktif dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
peserta didik dan mampu menjadi model dalam pembelajaran atau tauladan (leaner model),
serta guru harus mengikuti perkembangan arus pendidikan alakhir, yang sebenarnya guru dan
murid mampu belajar bersama.4 Berdasarkan proposisi di atas dapat dimengerti bahwa guru
bukan hanya menjadi panutan dalam mengeksperesikan suatu materi saja, namun harus
mampu mengelola dan mengikuti alur pendidikan sesuai dengan perkembangan zamannya.
Perkembangan zaman yang dimaksud adalah perkembangan Ilmu pengetahuan terakhir.
Pendidikan terakhir abad ini disebut dengan Abad 21.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini
karena penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan (Library Research) dengan
mendeskripsikan buku-buku bacaan yang terkait sesuai objek kajian pendidikan Abad 21.
Tahapan penelitian diawali dengan membaca beberapa literatur dan mengkajinya dengan
berdiskusi serta menganalisis substansi isi materi yang terkait dalam buku tersebut agar
mampu menuliskan artikel ini. Oleh karena itu, pengecekan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan bahan referensi yang relevan dengan abad 21.
SIMPULAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan menjadi hambatan bagi pendidik,
melainkan memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Informasi yang dimaksud
adalah pengetahuan. Untuk mencetak intelektual atau sumber daya manusia berkualitas serta
dapat bersaing dalam era globalisasi tidaklah mudah. Oleh karenanya tugas guru pada abad
21 berat bila tidak melihat perkembangan zaman, namun mudah jika pendidik mampu
berorientasi pada perkembangan zaman yang ada serta dapat menyelaraskan dengan
perkembangan dan pertembuhan anak didik. Hal yang diutamakan pada abad 21 adalah
sumber daya manusia yang bermutu, untuk itu pendidik harus lebih aktif memberdayakan
teknologi. Pemberdayaan teknologi memudahkan bagi guru untuk menjalankan fungsinya
yaitu mengajar dan mendidik. Pendidik abad 21 diharapkan mampu merancang pembelajaran
yang inovatif sehingga menciptakan suasana belajar yang nyaman dan tenang, agar
memudahkan anak didik dalam mewujudkan cita-citanya sebagai pembaharuan dalam dunia
pendidikan dan dapat bersaing di kancah Internasional.

ENDANG KOMARA
Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21
Abstrak
Pendidikan karakter merupakan suatu keniscayaan dalam upaya menghadapi tantangan
globalisasi pada saat ini. Pendidikan karakter adalah gerakan nasional dalam menciptakan
sekolah untuk mengembangkan peserta didik agar memiliki etika, tanggung jawab, dan
kepedulian, dengan menerapkan dan mengajarkan karakter yang baik melalui penekanan
pada nilai-nilai universal. Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja, bersifat proaktif,
dan dilakukan oleh sekolah dan pemerintah untuk menanamkan nilai-nilai inti dalam etika,
seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab, serta penghargaan terhadap orang
lain. Sekolah, dengan demikian, harus mampu mengembangkan pendidikan karakter melalui
proses pembelajaran, habituasi, kegiatan ekstra-kurikuler, serta harus pula bekerja sama
dengan keluarga dan masyarakat dalam mengembangkan pendidikan karakter. Artikel ini,
dengan menggunakan metode kualitatif dan penjelasan yang analisis-deskriptif, mencoba
mengkaji tentang bagaimana penguatan pendidikan karakter di Indonesia dan kaitannya
dengan konteks pembelajaran abad 21. Hasil kajian menunjukan bahwa model pembelajaran
abad 21 meliputi: pertama, pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari
tahu dari berbagai sumber, bukan diberitahu. Kedua, pembelajaran diarahkan agar mampu
merumuskan masalah atau menanya, bukan hanya menyelesaikan masalah atau menjawab.
Ketiga, pembelajaran diarahkan untuk melatih berfikir analitis, seperti dalam kasus proses
pengambilan keputusan, bukan berfikir mekanistis dan rutin. Keempat, pembelajaran
menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah. KATA
KUNCI: Proses Penguatan; Pendidikan Karakter; Pembelajaran Abad 21; Kualitas Sumber
Daya Manusia; Bangsa Indonesia.

PENDAHULUAN
Pendidikan karakter merupakan suatu keniscayaan dalam upaya menghadapi berbagai
tantangan pergeseran karakter yang dihadapi saat ini. Pendidikan karakter bertujuan
mengembangkan kemampuan seseorang untuk memberikan keputusan baik-buruk,
memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehar-hari dengan
sepenuh hati (Koesoema, 2007; Muslich, 2011; dan Zainal, 2011). Karena pendidikan
karakter merupakan suatu habit, maka pembentukan karakter seseorang itu memerlukan
communities of character atau “komunitas masyarakat yang bisa membentuk karakter”
(Kevin & Karen, 1999; Asmani, 2011; dan Priyambodo, 2017). Dalam konteks ini, peran
sekolah sebagai communities of character dalam pendidikan karakter sangat penting. Sekolah
mengembangkan proses pendidikan karakter melalui proses pembelajaran, habituasi, kegiatan
ekstra-kurikuler, dan bekerja sama dengan keluarga dan masyarakat dalam pengembangannya
(Kemendiknas RI, 2010a dan 2010b; Barnawi & Arifin, 2012; dan Ningsih, 2015). Gerakan
PPK (Penguatan Pendidikan Karakter), yang dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2017,1 mengidentifkasi lima nilai utama
karakter yang saling berkaitan dalam membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan
sebagai prioritas, yaitu: nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong-royong, dan integritas
(Kemendiknas RI, 2010a dan 2010b; Asmani, 2011; dan Komalasari & Saripudin, 2017).
Pertama, nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggisikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, serta hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai
karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu: hubungan individu dengan
Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta atau lingkungan (Asmani,
2011; dan Ningsih, 2015). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai
dan menjaga keutuhan ciptaan Tuhan. Sub-nilai religius, antara lain, cinta damai, toleransi,
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerjasama
antar pemeluk agama dan kepercayaan, anti-buli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan,
tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, serta melindungi yang kecil dan tersisih
(Samani & Hariyanto, 2011; Zainal, 2011; dan Kusnoto, 2017).
Kedua, nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Sub-nilai nasionalis, antara lain, apresiasi
budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul dan
berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, serta menghormati
keragaman budaya, suku, dan agama (Muslich, 2011; Rahardjo, 2013; dan Priyambodo,
2017)
Ketiga, nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain
dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, dan waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi,
dan cita-cita. Sub-nilai mandiri, antara lain, etos kerja atau kerja keras, tangguh dan tahan
banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang
hayat (Koesoema, 2007; dan Yusuf, 2017).
Keempat, nilai karakter gotong-royong mencerminkan tindakan menghargaisemangat kerja
sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan
persabatan, serta memberi bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan.
Sub-nilai gotongroyong, antara lain, menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas
keputusan bersama, musyawarah dan mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti
diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan (Zainal, 2011; dan Wahono & Priyanto,
2017). Kelima, nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, serta memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai
kemanusiaan dan moral atau integritas moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggung
jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, serta konsistensi dalam
tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Sub-nilai integritas, antara lain,
kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung
jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (Asmani, 2011; Samani & Hariyanto,
2011; ; Barnawi & Arifin, 2012; dan Yusuf, 2017).

KESIMPULAN
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak, yang
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan keputusan baik dan
buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek
pengetahuan yang baik (moral knowing), tetapi juga merasakan dengan baik atau loving the
good and moral feeling, serta perilaku yang baik (moral action). Jadi, pendidikan karakter
erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan, yang terus-menerus dipraktekkan dan dilakukan
Pendidikan karakter merupakan suatu kebiasaan, maka pembentukan karakter seseorang itu
memerlukan communities of character, yang terdiri atas keluarga, sekolah, institusi
keagamaan, media, pemerintahan, dan berbagai pihak yang mempengaruhi generasi muda.
Semua communities of character tersebut hendaknya memberikan suatu keteladanan,
intervensi, serta pembiasaan, yang dilakukan secara konsisten dan penguatan. Dengan kata
lain, pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan dan
intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, dan pembiasaan yang terus-menerus dalam
jangka panjang. Pendidikan nasional di abad ke-21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita
bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan
terhormat dan setara dengan bangsa-bangsa lain di tingkat global. Citacita tersebut bisa
diwujudkan melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang
berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan dan berkemampuan untuk mewujudkan
cita-cita bangsanya. Mengenai pengembangan pembelajaran di abad ke-21, beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain: tugas utama guru sebagai perencana pembelajaran,
memasukkan unsur berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking, penerapan pola
pendekatan dan model pembelajaran yang bervarisi, serta integrasi teknologi.

2. Dari 5 penelitian/jurnal penelitian Bagaimana tanggapan anda terhadap hasil


penelitian/Jurnal Penelitian tersebut?
Jawaban :
Pendapat Kelompok Kami Terhadap Jurnal Yang Telah Kami Teliti:
Bahwasanya Dari ke 5 jurnal tersebut menyatakan bahwa pendidikan di abad 21 dalam
proses pembelajaran Guru dan siswa dituntut untuk pembelajaran berbasis Teknologi.
Dan Tugas guru sebagai fasilitator dan pengelola kelas maka tugas utama guru adalah dalam
pembuatan Rpp (Rencana pelaksanaan pembelajaran).
Pendidikan tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang cerdas,
tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia.

3. Apa strategi yang anda lakukan dari kasus ke 5 penelitian/jurnal penelitian


tersebu?

Jawaban :
Strategi menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran di kelas, di
antaranya yaitu:
1.  Memberikan Contoh yang Baik untuk Siswa Selain memberikan materi akademik, siswa
harus mendapatkan contoh berperilaku yang baik.
2. Memberikan Apresiasi
Selain sebagai ucapan selamat atau Terima kasih atas keberhasilan yang diukir, apresiasi
pada murid merupakan salah satu hal yang berharga guna menyemangatkan murid untuk
kembali mengukir prestasi. 
3.Memberikan Pesan Moral pada Setiap Pelajaran
Disamping memberikan bank soal SD, sebagai guru, Anda harus menyisipkan nilai moral
dalam pelajaran tersebut.
4. Jujur dan Terbuka pada Kesalahan
Setiap manusia tentu pernah melakukan kesalahan, tak terkecuali guru. Sebagai guru,
mungkin Anda pernah melakukan kesalahan baik dalam mengoreksi maupun menyampaikan
materi, serta datang terlambat ke kelas. 

Anda mungkin juga menyukai