Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KECAKAPAN HIDUP DAN KETERAMPILAN ABAD 21”

OLEH :
AMI SUANDI
TRI DEVI MAHARANI
NUR FITRI
SULAEFA

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2022
Kata Pengantar

  Dengan mengucapkan puji dan rasa syukur kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nya penulis

dapat menyelesaikan makalah ini dengan usaha yang cukup optimal. Dalam makalah ini penulis

mengambil judul “Kecakapan Hidup dan Keterampilan Abad 21”.

Dengan penulisan yang memanfaatkan pustaka serta beberapa sumber yang berkaitan dengan

penulisan makalah ini maka menjadikan makalah ini lebih memiliki materi yang bermanfaat. Dalam

menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam makalah ini, oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk

dijadikan bahan masukan untuk penulisan makalah selanjutnya. Tidak lupa penulis mengucapkan terima

kasih kepada semua teman-teman yang sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung

dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Aamiin.

Samata, 17 Mei

2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecakapan abad 21 memegang peranan penting untuk mengetahui perkembangan inovasi

pembelajaran. Inovasi pembelajaran tersebut sangat berguna untuk mendorong peserta didik

terlibat dalam mengintegrasikan kedalam budaya belajar. Salah satu bentuk perwujudan

kebudayaan manusia yang dinamis adalah terjadinya suatu perubahan dalam pembelajaran.

Sehingga, menuntut peran pendidik untuk melakukan suatu inovasi pembelajaran terhadap

permasalahan yang dihadapi dalam kecakapan abad 21 mulai dari kebiasaan sehari-hari sampai

pendidikan (BNSP, 2010: 27). Permasalahan yang terjadi di tempat penelitian yaitu, belum

adanya kesiapan dari guru maupun peserta didik untuk mengoptimalisasi kecakapan abad 21

dalam pembelajaran matematika. Minat belajar peserta didik pada bidang matematika ini perlu

mendapat perhatian khusus karena minat merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan

proses belajar. Usaha dan upaya guru di tempat penelitian belum maksimal. Berarti dapat

dimaknai kecakapan abad 21 belum dianggap sebagai suatu kebutuhan, sehingga pada akhirnya

menyebabkan kualitas pendidikan menjadi kurang memuaskan. Indonesia telah berpartisipasi

dalam studi PISA sebanyak enam kali selama tahun 2000-2015. Namun, sejak pertama kali

keikutsertaan ini, prestasi matematika peserta didik Indonesia belum menunjukkan hasil yang

memuaskan. Stacey (2010) menjelaskan bahwa pada PISA matematika tahun 2009, hampir

semua peserta didik Indonesia hanya mencapai level tiga saja, sedangkan hanya 0,1% peserta
didik Indonesia yang mampu mencapai level lima dan enam. Keterpurukan hasil ini semakin

diperkuat oleh hasil survei PISA terbaru tahun 2015 yang menempatkan kemampuan literasi

matematika peserta didik Indonesia pada peringkat 63 dari 70 negara dengan pencapaian level

yang masih terbilang rendah dimana hampir seluruh peserta didik Indonesia pada survey ini

hanya mampu mencapai level tiga (OECD, 2016: 5). PISA bertujuan 2 mengukur literasi dasar

untuk hidup dan kompetensi peserta didik yang relevan dengan kecakapan abad 21. Peraturan

Presiden Nomor 87 tahun 2017, menuntut guru untuk melakukan penguatan karakter peserta

didik yang menginternalisasikan nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu religius,

nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas dalam setiap pembelajaran. Penguatan

karakter salah satunya terintegritas dengan pembelajaran matematika. Dimana, peserta didik

yang mempunyai karakter yang kuat kemungkinan dalam mengembangkan bakat, minat,

potensi dan keterampilan berpikir lebih tinggi (HOTS) akan dicapai maksimal dan sangat

diperlukan dalam mempersiapkan tantangan global. Namun dalam penelitian ini hanya dibatasi

5 karakter, diantaranya religius, rasa ingin tahu, disiplin, kretif dan kerja keras. Selain itu,

budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan yang menjadikan belajar sebagai kebiasaan,

kegemaran dan kesenangan. Begitu juga, inovasi pembelajaran sangat tergantung pada yang

dipikirkan dan dilakukan guru. Dalam kaitannya dengan karakter peserta didik, budaya belajar

abad 21 pada pembelajaran matematika memiliki peranan yang aktif dan kreatif, yaitu

mendorong peserta didik untuk terlibat dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

dengan menggunakan teknologi pembelajaran. Hal tersebut didukung dengan Wulandari Arya

(2016) bahwa pembelajaran matematika menjadi bagian dari kebudayaan, diterapkan dan

digunakan untuk menganalisis yang sifatnya inovatif sebagai paradigma thinking skills dan tools
untuk mengembangkan budaya unggul. Pengembangan kreativitas peserta didik dapat

dilakukan melalui integritas pembelajaran matematika dan budaya sesuai keterampilan berpikir

kritis. Realita yang ada di SD N Kleco 1 dalam pembelajaran matematika menuntut peserta didik

untuk menguasai materi sesuai dengan alokasi waktu dan tempat yang ada, menghafal rumus,

mengejar nilai sesuai kebutuhan, bersikap aktif dalam pembelajaran, dan berkolaborasi antar

teman. Namun, saat ini penerapan kecakapan abad 21 dan pendidikan karakter yang

terintegrasi dalam pembelajaran matematika mulai diterapkan di sekolah tersebut. 3 Upaya

guru dalam mengintegrasikan karakter kecakapan abad 21 dalam pembelajaran matemaika

sebagai berikut, guru lebih banyak untuk membimbing dan memberikan pelatihan matemtika,

guru memberikan contoh secara konseptual mengenai pembelajaran matematika, guru lebih

meningkatkan inovasi dalam memberikan materi matematika serta guru tetap menerapkan

nilai-nilai untuk pembentukan kepribadian dan akhlak yang baik. Adapun kendala yang dialami

guru dalam proses pembelajaran berlangsung misalnya peserta didik mempunyai karakter rasa

ingin tahu dan disiplin yang rendah menjadikan guru sulit untuk menjelaskan beberapa materi

menggunakan teknologi, terbatasnya sarana prasarana dan terbatasnya waktu pembuatan

media pembelajaran. Untuk itu, inovasi dan kreatifitas guru dalam meningkatkan mutu

pembelajaran dapat berjalan dengan baik karena setiap guru selalu memiliki usaha yang tepat

dalam mentransferkan ilmunya sesuai karakter murid dan waktu mengajar (Supriadi, 2017).

Selama ini banyak peserta didik yang menganggap bahwa matematika merupakan mata

pelajaran abstrak, mata pelajaran yang sulit dan mewarnakan kesan menakutkan. Namun

setelah upaya guru dilalukan dengan maksimal, peserta didik lebih aktif, kreatif untuk

memecahkan masalah yang komplek, mengembangkan kecakapan dalam berkomunikasi dan


bekerja sama dengan baik. Oleh karena itu “budaya mengintegrasikan karakter kecakapan abad

21 dalam pembelajaran matematika di SD N Kleco 1” penting diungkap sebagai budaya yang

perlu ditingkatkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa konsep dari belajar dan pembelajaran abad 21?

2. Apa saja prinsip pokok pembelajaran pada abad 21?

3. Bagaimana model pembelajaran pada adab 21?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kosenp belajar dan pembelajaran abad 21

2. Untuk mengetahui prinsip pokok pembelajaran abad 21

3. Untuk mengetahui model pembelajaran pada abad 21

D. Manfaat

1. Dapat digunakan sebagai bahan pengajaran mengenai pemebelajaran abad 21

2. Dapat memberi pengetahuan terhadap pembaca mengenai pembelajaran abad 21


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran Abad 21

Pembelajaran abad 21 dituntut berbasis teknologi untuk menyeimbangkan tuntutanzaman 

era milenia dengan tujuan, nantinya peserta didik terbiasa dengan kecakapan hidupabad 21. S

ejalan dengan pendapat tersebut (Greenstein, 2012) menyatakan bahwa pesertadidik yang hid

up pada abad 21 harus menguasai keilmuan, berketerampilan metakognitif,mampu berpikir

kritis dan kreatif, serta bisa berkomunikasi atau berkolaborasi yang efektif,keadaan ini meng

gambarkan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Oleh karenaitu, pemerintah m

erancang pembelajaran abad 21 melalui kurikulum 2013 yang berbasis pada peserta didik. Pe

ndidik sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah di sekolah - sekolahmenerapkan pembela

jaran abad 21.

Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu langkah per

ubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi po

la pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa

dipahami sebagai pola pembelajaran dimana pendidik banyak memberikan ceramahsedangka

n peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal.

Pendidik sudah sering mendengar mengenai pola pembelajaran CBSA (Cara BelajarSiwa 

Aktif), namun pendekatan yang dilakukan masih bersifat tradisional. Untuk mengerti pola pe

mbelajaran yang berpusat pada peserta didik maka kita bisa kembali kepada slogan pendidika

n kita yang tercantum dalam logo kementerian pendidikan dan kebudayaan danmerupakan pe
san dari Bapak Pendidikan Bangsa, Ki Hajar Dewantara, yaitu Tut WuriHandayani. Pendidik 

berperan sebagai pendorong dan fasilitator agar peserta didik bisa suksesdalam kehidupan. Sa

tu hal lain yang penting yaitu pendidik akan menjadi contoh pembelajar(learner model), pend

idik harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga sebetulnaydalam seluruh proses p

embelajaran ini pendidik dan peserta didik akan belajar bersamanamun pendidik mempunyai 

tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas.

B. Model Pembelajaran Abad 21

Di sekolah formal, pembelajaran sudah dituntut untuk menerapkan kemampuan 4C

(Critical Thinking, Communiaction, Collaboration , Creativity), ini dapat terwujud cepat

tidak

hanya tuntutan pada kinerja pendidik dalam mengubah metode mengajar, tetapi juga

perandan tanggung jawab pendidik non formal dalam membiasakan peserta didik

menerapkan 4Cdalam keseharian (Prihadi, 2017). Untuk mencapai kondisi belajar yang ideal,

kualitas pengajaran selalu terkait dengan penggunaan model pembelajaran secara optimal, ini

berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran

harusdiorganisasikan dengan model pengorganisasian yang tepat dan selanjutnya

disampaikankepada siswa dengan model yang tepat pula (Danial dan Sepe, 2010).

Keterampilan 4C wajibdikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik guna menghadapi

tantangan abad 21. Adapun kemampuan 4C menurut Anies Baswedan (Republika, 2016) :1)

1. Critical thinking

(berpikir kritis) yaitu kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis berupa bernalar,

mengungkapkan, menganalisis dan menyelesaikan masalah. Di era reformasi critical


thinking, juga digunakan untuk menangkal dan memfilter pahamradikal yang dianggap

tidak masuk akal. Kemampuan berpikir kritis biasanya diawalidengan kemampuan

seseorang mengkritisi berbagai fenomena yang terjadi disekitarnya, kemudian menilai

dari sudut pandang yang digunakannya. Kemudian iamemposisikan dirinya, dari situasi

yang tidak tepat menjadi situasi yang berpihak padanya.

2. Communication

(komunikasi) yaitu bentuk nyata keberhasilan pendidikan denganadanya komunikasi

yang baik dari para pelaku pendidikan demi peningkatan kualitas pendidikan.

3. Collaboration

(kolaborasi) yaitu mampu bekerja sama, saling bersinergi dengan berbagai pihak dan

bertanggung jawab dengan diri sendiri, masyarakat danlingkungan. Dengan demikian ia

akan senantiasa berguna bagi lingkungannya.

4. Creativity

(kreativitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru.Kreativitas peserta

didik perlu diasah setiap hari agar menghasilkan terobosan atauinovasi baru bagi dunia

pendidikan. Kreatifitas membekali seorang peserta didik yangmemiliki daya saing dan

memberikan sejumlah peluang baginya untuk dapatmemenuhi segala kebutuhan

hidupnya.

C. Prinsip Pokok Pembelajaran Abad 21


Dalam buku paradigma pendidikan nasional abad XXI yang diterbitkan BadanStandar

Nasional Pendidikan (BNSP) atau membaca isi Pemendikbud No. 65 tahun 2013tentang

Standar Proses, BSNP merumuskan 16 prinsip pembelajaran yang harus dipenuhidalam

proses pendidikan abad ke-21. Sedangkan Pemendikbud No. 65 tahun 2013mengemukakan

14 prinsip pembelajaran, terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.Sementara itu,

Jennifer Nichols menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke

21yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini:

1. Instruction should be student-centered

Pengembangan pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat

pada peserta didik. Peserta didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yangsecara aktif

mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya. Peserta didik tidak lagidituntut untuk

mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang diberikan pendidik,tetapi berupaya

mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengankapasitas dan tingkat

perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi untukmemecahkan masalah-masalah

nyata yang terjadi di masyarakat.

2. Education should be collaborative

Peserta didik harus diajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan orang lain.Berkolaborasi

dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yangdianutnya. Dalam

menggali informasi dan membangun makna, peserta didik perludidorong untuk bisa

berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakansuatu proyek, peserta

didik perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan dantalenta setiap orang serta

bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
3. Learning should have context

Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak terhadapkehidupan

peserata didik di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perludikaitkan dengan

kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidik mengembangkan metode pembelajaran yang

memungkinkan peserta didik terhubung dengan dunia nyata (realword). Pendidik membantu

peserta didik agar dapat menemukan nilai, makna dankeyakinan atas apa yang sedang

dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalamkehidupan sehari-harinya. Pendidik

melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkandengan dunia nyata.

4. Schools should be integrated with society

Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung

jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibatdalam lingkungan

sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat,dimana peserta didik

dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentudalam lingkungan sosial.

Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan program yang ada di

masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan, lingkunganhidup, dan sebagainya.

Selain itu, peserta didik perlu diajak pula mengunjungi panti-pantiasuhan untuk melatih

kepekaan empati dan kepedulian sosialnya


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran di Abad 21 ini memiliki perbedaan dengan pembelajaran di masa yang lalu.

Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21, pendidik harus memulai satu langkah

perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada pendidik menjadi

pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

B. Saran

Untuk sekarang Indonesia harus bisa menerapkan pembelajaran abad 21 agar peserta

didik lebih aktif dalam belajar.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin , Yunus, dkk. (2017). Pembelajaran Literasi. Jakarta: Bumi Aksara. Cope dan

Kalantiz.(2005).

BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. [ Online ].

Tersedia:http://www.bsnp-indonesia.org/id/wpcontent/uploads/2012/04/Laporan-

BSNP-2010.pdfdiakses pada tanggal 12 September 2019 pukul 20.50 WITA

Cope dan Kalantiz. (2005). Multiliteracies: Literacy Learning and The Design of Social

Futures. New York: Routledge, Taylor, dan Francis Group.

Greenstein, L. (2012). Assessing 21st Century Skills:a guide to evaluating mastery and

authenticlearning. London: Sage Publications Ltd.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2015). Desain Induk Gerakan Literasi

Sekolah.Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Kist, W. (2005). New Literacies in Action: Teaching and Learning in Multiple Media.

NewYork: Teachers College, Columbia University.

Morocco, C. C. et al. (2008) Supported Literacy fo Adolescents: Transforming Teaching

andContent Learning for The Twenty-First Century. San Francisco: Jossey-Bass A

WileyImprint.

Prihadi, Singgih. (2017). Penguatan Ketrampilan Abad 21 Melalui Pembelajaran

MitigasiBencana Banjir. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Geografi FKIP

UMP 2017,4550.
.Rustaman, N.Y. (2007). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Pendidikan Sains

danAsesmennya. Proceeding of the First International on Science Education.

Bandung: Sps UPI.

Nurliana Siregar. (2016) “Belajar dan Pembelajaran”. [Online]. Tersedia:

https://akademik.uhn.ac.id › portal › public_html › FKIP › Nurliani_Siregar diakses

pada tanggal 12 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai