Anda di halaman 1dari 19

PENILAIAN PENGETAHUAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

ABAD KE-21

Oleh :

SILVIA

ANGGRAINI
NIM : 2230001003

PROGRAM STUDI STUDI ISLAM (S2)


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas


limpahan berkah, rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan makalah yang berjudul “penilaian pengetahuan dalam konteks
pendidikan abad ke-21” ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya


kepada Bapak Prof. Dr. Ahmad Zainuri, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata
kuliah model-model evaluasi pembelajaran, yang sudah memberikan ilmu kepada
penulis, sehingga bisa bermanfaat dan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Terakhir penulis berharap, semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk


khalayak umum dan khususnya untuk penulis.

Palembang, 21 Oktober 2023


Penulis,

Silvia Anggraini

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Arah Penilaian Abad ke-21


B. Praktik Penilaian
C. Strategi Penilaian Yang Efektif

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ciri-ciri abad 21, akan menghasilkan karakter pembelajaran abad 21, dan
berdampak penilaian abad 21. Ciri yang paling mencolok pada abad 21 adalah,
adanya multitasking, multimedia, online social networking, online infor searching,
gameonline. Ciri-ciri di atas telah dimiliki kebanyak manusia yang hidup di abad
21 ini, tidak terkecuali adalah anak muda atau generasi muda. Dunia pendidikan
melalui pembelajaran harus mengikuti perkembangan ini. Implementasi
pembelajaran abad 21 tidak lepas diikuti penilaian abad 21. Guru melalui
pembelajaran dituntut untuk dapat mengkreasi pembelajarannya yang lebih
bertumpu pada aktivitas, kreativitas dan keterampilan.

Keterampilan guru dalam proses pembelajaran akan mengantarkan siswa


memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi gejolak kehidupan
yang komplek, sehingga dapat mengatasi kebutuhan masa depannya. Kontek
penilaian abad 21 lebih menitikberatkan pada muatan keterampilan. Mengapa?.
Tahapan keteramplian merupakan jenjang paling tinggi, setelah mengetahui,
memahami, melaksanakan, menjadi kebiasaan, dan akan memiliki keterampilan.
Hal inilah yang menjadi alasan, mengapa penilaian abad 21 di banyak literature
lebih banyak ditulis penilaian keterampilan abad 21. Semua orang harus memiliki
kepekaan terhadap perubahan terkait teknologi dan meningkatnya konektivitas,
yangpada akhirnya harus ada perubahan pada pendidikan. Siswa diharuskan
memiliki kesiapan menghadapi perubahan social, teknologi dan tuntutan ekonomi.

Ada banyak literature yang memberi ulasan tentang keterampilan abad


21. Pada intinya semua ahli akan menjadikan dasar ciri-ciri abad 21 untuk
mengambil dan memutuskan bentuk keterampilan yang harus dimiliki. Wagner
(2010) menyampaikan tentang The Seven Survival Skills for Careers, College, and
Citizenship yang terdiri dari (1) kemampuan berpikir kritis dan pemecahan

1
masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan kemampuan
beradaptasi, (4) inisiatif dan berjiwa entrepeneur, (5) mampu berkomunikasi
efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan menganalisis
informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi. Tujuannya agar peserta
didik kita dapat menghadai kehidupan yang komplek ini, bermanfaat bagi dunia
kerja.

The University of Phoenixmenyampaikan 10 keterampilan penting bagi


pekerja yang sukses. Hal ini berarti siswa-pun harus memiliki ke-10 keterampilan
di atas, agar memiliki kesiapan menghadapi abad 21. Kesepuluh keterampilan
yang dikembangkannya mewakili etos abad 21, era di mana pengetahuan ekonomi
dan modal sosial saling terkait sehingga menjadi sangat sulit untuk menguraikan
garis pemisah di antara keduanya. Kesepuluh keterampilan yang diperlukan oleh
siswa untuk bekerja di abad 21, yaitu keterampilan berpikir kritis, komunikasi,
kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas dan
akuntabilitas, inovasi, kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa
entrepreneurship, serta kemampuan untuk mengakses, dari The University Of
Melbourne, menyampaikan sepuluh keterampilan dan tanggungjawab sebagai
warga negara.

The University of Phoenixmenyampaikan 10 keterampilan penting bagi


pekerja yang sukses. Hal ini berarti siswa-pun harus memiliki ke-10 keterampilan
di atas, agar memiliki kesiapan menghadapi abad 21. Kesepuluh keterampilan
yang dikembangkannya mewakili etos abad 21, era di mana pengetahuan ekonomi
dan modal sosial saling terkait sehingga menjadi sangat sulit untuk menguraikan
garis pemisah di antara keduanya. Kesepuluh keterampilan yang diperlukan oleh
siswa untuk bekerja di abad 21, yaitu keterampilan berpikir kritis, komunikasi,
kepemimpinan, kolaborasi, kemampuan beradaptasi, produktifitas dan
akuntabilitas, inovasi, kewarganegaraan global, kemampuan dan jiwa
entrepreneurship, serta kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan
mensintesis informasi.

2
Menurut Binkley, M. at.al, dari The University Of Melbourne,
menyampaikan sepuluh keterampilan yang identifikasi menjadi empat kelompok
sebagai beriku cara berpikir meliputi :

1) Kreativitas dan inovasi,


2) Pemikiran kritis, pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
3) Pembelajaran untuk belajar, metakognisi,
4) komunikasi,
5) kolaborasi (kerja sama tim),
6) Melek informasi,
7) ICT literacy), Hidup di dunia meliputi,
8) Kewarganegaraan - lokal dan global,
9) Hidup dan karir,
10) Tanggung jawab pribadi & sosial - termasuk kesadaran dan kompetensi
budaya).

US-based Partnership for 21st Century Skills (P21), mengidentifikasi


kompetensi yang diperlukan di abad ke-21 yaitu “The 4Cs”- communication,
collaboration, critical thinking, dancreativity. Mengingat sekarang ini era
globalisasi, maka siswa kita harus menunjukkankeunggulan dalam skala
global, bukan hanya lokal atau skala nasional.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penilaian pembelajaran abad ke-21?


2. Bagaimana praktik penilaian dan strategi penilaian yang efektif?

C. Tujuan Masalah

Dari permasalahan yang sudah dijelaskan di atas, maka dapat


disimpulkan hasil tujuan dan kegunaan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

3
1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :
a. Mengetahui cara penilaian pembelajaran abad ke-21,
b. Mengetahui praktik penilaian dan strategi penilaian yang efektif.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu :
a. Manfaat Teoretis:
1. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan serta pemikiran di dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama di dalam bidang ilmu
studi Islam (Islam dan Pedagogik) secara khusus;
2. Dapat membantu serta dijadikan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya, terutama di dalam penelitian di ruang lingkup yang sama;
3. Dapat menjelaskan dan memberikan informasi mengenai
pembelajaran dan penilaian yang autentik di sekolah.
b. Manfaat Praktis Dapat meningkatkan pengetahuan terhadap penulis di
dalam bidang ilmu studi Islam, dan dapat di jadikan sebagai bekal bagi
penulis di masa yang akan datang.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Pembelajaran Abab ke-21

1. Arah Penilaian Abad ke-21

Rancangan sistem penilaian saat ini terlalu fokus mengukur kemampuan


siswa untuk mengingat fakta, dengan menggunakan tes pilihan ganda, namun
tidak cukup mengukur kemampuan siswa untuk terlibat dan menyelesaikan
pemikiran kompleks dan tugas pemecahan masalah. Hasil akhirnya adalah
semakin munculnya kesenjangan yang lebar antara pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa di sekolah dan pengetahuan serta keterampilan yang
dibutuhkan untuk sukses di abad 21 yang semakin berkembangnya teknologi di
tempat kerja. Sementara penilaian saat ini secara penuh untuk melakukan
penilaian untuk mengukur pengetahuan bidang konten inti dan sedikit penilaian
yang mengarah pada analisis yang fokus pada keterampilan abad 21. Tes saat ini
gagal dalam beberapa cara disebabkan:

 Tes tidak dirancang untuk mengukur seberapa baik siswa menerapkan apa
yang mereka ketahui ke situasi baru atau mengevaluasi bagaimana siswa
dapat menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah atau
mengkomunikasikan gagasan.
 Sementara guru dan sekolah diminta untuk memodifikasi praktik mereka
berdasarkan standar penilaian yang telah ditetapkan, tes tidak dirancang
untuk membantu guru membuat keputusan tentang bagaimana
menarjetkan instruksi harian mereka.
 Sistem pengujian saat ini jarang dirancang untuk mengukur posisi sekolah
atau kabupaten atau kota.
 Guru perlu melakukan komitmen kontribusi untuk belajar dari hari
pertama siswa sampai hari terakhirnya (ujian sumatif), goalnya
pembelajaran adalah apa yang telah diperoleh siswa.

5
 Penilaian sekaligus juga penelitian yang secara rutin dilakukan untuk
mengukur kekuatan dan kelemahan siswa, guru dan sekolah.

Tuntutan dunia saat ini memerlukan adanya pergeseran dalam strategi


penilaian yang dapat mengukur keterampilan di lingkungan global yang
kompleks. Penilaian pada abad 21 harus beralih dari pengukuran diskrit
pengetahuan untuk mengukur kemampuan siswa berpikir kritis, menyelesaian
masalah, mengumpulkan informasi, dan membuat keputusan yang masuk akal dan
beralasan sambil menggunakan teknologi. Selain menghadapi tantangan dunia
nyata, penilaian semacam itu harus menerima berbagai solusi untuk sebuah tugas.
Keterampilan akan lebih berfokus pada keterampilan operasional siswa, seperti
keahliannya menggunakan banyak sumber secara tepat dan efisien, bukan pada
apakah siswa telah merespon secara benar yang disampaikan oleh guru.

Penilaian tidak hanya untuk memenuhi persyaratan atau tuntutan


pemerintah saja, tapi saat mempersiapkan anak-anak hari ini untuk menghadapi
tantangan masyarakat dan tempat kerja kompleks di masa depan. Memenuhi
tuntutan dunia saat ini memerlukan adanya pergeseran dalam strategi penilaian
mengukur keterampilan yang sekarang berharga di lingkungan global yang
kompleks. Penilaian siswa akan lebih baik manakala dilakukan dengan dasar
penilaian berbasis kelas. Tes standar atau tindakan berbasis kelas, merupakan
landasan pengajaran dan pembelajaran yang efektif. Hal ini disebabkan karena
secara keseluruhan, penilaian tidak hanya dapat memberikan ukuran siswa saja,
namun juga membantu membimbing guru dan siswa untuk melakukan evaluasi.
Pada pembelajaran abad 21 ini, tentu juga membutuhkan penilaian yang sesuai
dengan pembelajaran abad 21.

2. Penilaian Tingkat Tinggi


Membuat penilaian selalu melibatkan prinsip-prinsip dasar ini:
a. Menentukan dengan jelas dan tepat apa yang ingin dinilai,
b. Merancang tugas atau item tes yang mengharuskan siswa untuk
menunjukkan pengetahuan atau keterampilan,

6
c. Menentukan sejauh mana siswatelah menunjukkan pengetahuan atau
keterampilan.
Proses tiga bagian umum ini berlaku untuk semua penilaian, termasuk
penilaiandari pemikiran tingkat tinggi. Menilai pemikiran tingkat tinggi
hampir selalu melibatkan tiga prinsip tambahan:
 Menghadirkan sesuatu yang dipikirkan siswa, biasanya diberikan oleh
guru bias dalam bentuk teks, visual, skenario, materi sumber, atau
masalah.
 Menggunakan material baru yang baru bagi siswa, yang belum dibahas
dikelas.
 Membedakan antara tingkat kesulitan (mudah versus keras) dan
tingkatberpikir (berpikir tingkat rendah atau mengingat versus pemikiran
tingkat tinggi), dankontrol untuk masing-masing secara terpisah.

Prinsip-prinsip umum penilaian berlaku untuk semua penilaian termasuk


penilaian berpikir tingkat tinggi. Berikutnya mengembang ketiga prinsip di atas
untuk menilai pemikiran tingkat tinggi. Materi baru didayagunakan sebagau
jumping untuk mencapai penilaian berfikir tingkat tinggi. Materia baru inilah
yang akan mendongkrak pemikiran siwa. Langkah berikutnya adalah, membahas
apakah penilaian yang diberikan kepada siswa telah mencakup pemikiran tingkat
tinggi. Setelah dikerjakan oleh siswa, kemudian dilakukan evaluasi untuk
selanjutnya diberi umpan balik, setelah mencermati kualitas pekerjaan siswa.

B. Praktik Penilaian
Penilaian keterampilan dan pengetahuan abad 21, sebagai bentuk respon
dunia pendidikan terhdap system pendidikan dewasa ini. Hasil dari penilaian
keterampilan abad 21 tidak hanya berdampak bagi siswanya saja, tapi juga akan
berdampak bagi guru, sekolah, distrik, juga pemerintah dan nasional.Visi
penilaian abad 21 adalah penilaian tidak hanya mengukur pengetahuan tentang
fakta diskrit, namun juga kemampuan untuk menerapkan pengetahuan secara
kompleks dalam segala situasi. Dimensi pembelajaran abad ke-21 harus mengukur
keterampilan dalam menghadapi kehidupan lingkungan yang semakin komplek.

7
Ada tiga hal mendasar bahwa penilaian siswa harus: 1) berbasis kinerja; 2)
tertanam dalam kurikulum; 3) berdasarkan model pembuktian kognisi dan
pembelajaran yang umum.
Strategi penilaian keterampilan abad 21, baik penilaian sumatif maupun
formatif ditujukan terkait pengetahuan pokok, keterampilan belajar dan berpikir,
konten abad 21, literasi TIK, dan keterampilan hidup. Hal ini membutuhkan
komitmen besar seluruh elemen, bahwa proses implementasi akan berjalan
bertahap dan memerlukan beberapa siklus: strategi, penerapan, dan evaluasi.
Melihat pentingnya hal di atas, maka perlu untuk memulai beberapa tindakan
sebagai berikut :
1. Membuat standar yang di perlukan. Pedoman dan standar perlu disusun
oleh negara untuk dilaksanakan oleh guru dan pendidik, guna menciptakan
penilaian sumatif dan formatif. Standar penialain tersebut berisi contoh
penilaian, petunjukkan penggunaan, dan kapan digunakan.
2. Mengembangkan, menerapkan, mengevaluasi dan memperbaiki penilaian.
Rencana yang dibuat berisi penerapan penilaian yang akan
diimplementasikan bagi daerah, sekolah dan kelas dan 175 dievaluasi
keefektifannya, disesuaikan dengan strategi guru untuk mengukur target
keterampilan siswa abad 21. Pelaksanaan penilaian harus dievaluasi,
dalam hal kepatuhan terhadap standar negara, kegunaannya dalam
memperbaiki pengajaran dan pembelajaran, dan keefektifan penggunaan di
kelas. Setiap tahun semua aspek dievaluasi keefektivannya., sebelum
digunakan secara luas.
3. Strategi penilaian dapat direalisasikan setelah benar-benar efektif.
Penelitian terstruktur, konsultasi dengan pakar penilaian, dan diskusi
multi-level, multidisiplin di antara para pemangku kepentingan akan
memberikan langkah awal yang kuat untuk membawa keterampilan abad
21 ke dalam sistem pendidikan.
4. Mengarahkan penilaian formatif dan sumatif terhadap kurikulum dan
pengajaran. Dalam banyak hal, penilaian mendorong apa yang diajarkan,
karena sekolah memfokuskan sumber daya dan waktu pada konten dan

8
keterampilan yang diuji. Membantu guru memahami bagaimana
mengintegrasikan keterampilan abad 21 di dalam praktik kelas dan
bagaimana menyesuaikan strategi pengajaran dengan tepat merupakan
langkah penting untuk mereformasi strategi penilaian di seluruh negara
bagian.
5. Strategi pengembangan profesional. Inisiatif pengembangan profesional
yang akan membantu guru memasukkan keterampilan yang diperlukan
untuk menggunakan penilaian keterampilan abad 21, terutama variasi
formatif, merupakan langkah penting dalam proses ini. Memanfaatkan
strategi penilaian memerlukan pengembangan beberapa keterampilan baru,
termasuk penciptaan penilaian, implementasi, analisis, dan penyesuaian
strategi.
C. Strategi Penilaian Yang Efektif
Berikut ini dijelaskan enam alat dan strategi penilaian yang menunjukkan
dampak pengajaran dan pembelajaran serta membantu guru mengembangkan lingkungan
belajar abad 21 di kelas:
1. Rubric
Rubrik adalah alat untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan siswa
melalui pemberian tingkatan dari hasil pekerjaan siswa. Rubrik memungkinkan
guru untuk mengukur keterampilan dan kemampuan tertentu yang tidak dapat
diukur oleh sistem pengujian standar untuk menilai pengetahuan siswa. Rubrik
disusun berdasarkan seperangkat kriteria yang menggambarkan suatu harapan dan
menunjukkan tingkat kualitas.
Rubrik tidak hanya digunakan bersamaan dengan penilaian sumatif saja.
Intinya adalah alatyang dapat meningkatkan keseluruhan proses belajar dari awal
sampai akhir dengan melayani sejumlah tujuan termasuk mengkomunikasikan
harapan untuk sebuah tugas, memberikan umpan balik terfokus pada sebuah
proyek yang masih dalam proses.Selain itu, mereka mendorong pemantauan diri
dan penilaian mandiri dan memberi struktur untuk nilai akhir pada produk akhir.
 Rubrik dapat pula digunakan sebagai alat penilaian kelas untuk membantu
siswa di semua tingkat terkait kemajuan kurikuler,

9
 Rubric dapat menilai tingkatan siswa dari yang paling rendah amapai yang
paling tinggi,
 Pengisian Rubrik dapat memberikan gambaran pengetahuan dan
kemampuan siswa dari hasil pengisian rubrik,
 Rubrik sebagai salah satu metode penilaian dapat berfungsi sebagai alat
pengajaran dan evaluatif, hal ini disebabkan criteria 180 rubik yang
disusun dapat berperan secara evaluative selain pengajaran.
2. Penilaian Berbasis Kinerja
Penerapan penilaian, harus mengukur apa yang akan diukur secara
tepat,untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan siswa. Penilaian yang
dilakukan harus bermakna, relevan dan mendukung kesuksesan jangka panjang
siswa. Penilaian berbasis kinerja yang dikembangkan harus fokus pada
kemampuan berpikir dan mengukur tingkat tinggi seperti:
1) Berpikir kritis;
2) Penyelesaian masalah;
3) Kemampuan berkomunikasi;
4) Keaksaraan TIK;
5) Literasi informasi dan
6) Melek media.
Proses pengembangan penilaian seharusnya kolaboratif, tidak hanya
melibatkan penilaianahli, namun praktisi, pemimpin pendidikan dan, bila sesuai,
vendor dari luar yang menyediakanlayanan dan produk terkait penilaian.
3. Penilaian Portofolio
Portofolio adalah kumpulan karya siswa yang dikumpulkan dari waktu ke
waktu yang terutama digunakan sebagai metode evaluasi sumatif. Portofolio
mengukur kemampuan seorang siswa untuk menerapkan pengetahuanya.
Portofolio adalah salah satu bentuk asesmen yang paling fleksibel karenamereka
dapat diadaptasi secara efektif di seluruh bidang studi, tingkat kelas dan konteks
administratif (yaitu melaporkan kemajuan siswa secara individu, untuk
membandingkan prestasi di kelas atau sekolah dan untuk meningkatkan
keterlibatan orang tua dalam pembelajaran siswa).

10
 Salah satu kekuatan portofolio sebagai alat penilaian adalah dapat
diintegrasikan secara lancar dalam beragam instruksi di kelas. Hal ini
berlawanan dengan jenis tes lainnya.
 Portofolio bertindak sebagai gudang pekerjaan dari berbagai jenis
penugasan yang ditugaskan dan diselesaikan sepanjang tahun, tidak
memerlukan tes tambahan atau tugas menulis.
 Masukan tambahan yang dibutuhkan yaitu: refleksi siswatulis atau lisan,
kolaborasi murid-guru, pembuatan dan implementasi rubrik.
 Portofolio menumbuhkan refleksi diri dan kesadaran pada siswa, karena
siswa akan diminta untuk meninjau ulang tugasnya dan menilai kekuatan
dan kelemahan dari kedua proses mereka dan juga produk akhir mereka.
 Portofolio membantu siswa menjadi peserta didik yang lebih mandiri.
 Pelaksaan portofolio dapat terintegrasi dan mendorong kolaborasi antara
siswa-rekan, siswa-guru. Penilan antar teman dapat dijadikan sebagai
penilaian juga.
 Memungkinkan terjadinya interaksi berkelanjutan antara guru dan siswa,
sebagai pengembangan portofolio.
4. Penilaian Diri
Penilaian diri yaitu penilaian oleh diri sendiri. Melalui penilaian ini siswa
dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahannya sendiri dan berusaha
memperbaiki. Penilain diri ini harus ada rubrik standar yang digunakan untuk
menilai. Tujuannya agar dapat meningkatkan kinerjanya, serta mengidentifikasi
perbedaan antara arusdan kinerja yang diinginkan. Dengan cara ini, penilaian diri
sejalan dengan pendidikan berbasis standar karena memberikan target dan kriteria
spesifik untuk mengukur siswa atau guru dalam proses pembelajaran.
Penilaian diri digunakan untuk mempromosikan pengaturan diri, untuk
membantu siswa merefleksikan kemajuan mereka dan untuk menginformasikan
revisi dan perbaikan pada sebuah proyek atau makalah. Minimal ada empat
kondisi yang harus ada: kriteria penilaian sendiri dinegosiasikan antara guru dan
siswa, siswa diajarkan bagaimana menerapkan kriteria, siswa menerima umpan
balik mengenai self assessments dan guru mereka.

11
5. Peer Asesment
Penilaian rekan kerja adalah strategi penilaian formatif yang memberi
siswa sejawat untuk mengevaluasi pembelajaran. Pendekatan penilaian rekan
sejawat adalah proses bagi peserta didik untuk mempertimbangkan dan memberi
umpan balik kepada peserta didik lainnya mengenai kualitas atau nilai pekerjaan
mereka. Penilaian rekan kerja dapat digunakan untuk berbagai produk seperti
makalah, presentasi, proyek, atau perilaku keterampil lainnya.

Penilaian rekan biasanya digunakan bersamaan dengan jenis penilaian


guru sejawat. Selain dengan cara di atas, penilaian sejawat harus dikombinasikan
datanya melalui penilaian lainnya, baik smbernya atau tekniknya. Terkait
denganhal ini, maka penilaian oleh guru menjadi tuntutan. Guna menghindari
factor subyektifitas, maka penilaian yang baik diperoleh mellaui data kualitatif.
Data kuantitatif yang diperoleh dengan cara pemberian skor, akan diperoleh nilai
yang cenerung subyektif.

6. Student response system (SRS)


Sistem respon siswa (SRS), juga dikenal sebagai sistem respon kelas
(classroom response system atau CRS), Audience Respon System (ARS) atau
bahasa sehari-hari sebagai "clickers", adalah istilah umum yang mengacu pada
berbagai alat penilaian formatif berbasis teknologi yang dapat digunakan, untuk
mengumpulkan data siswa. Melalui kombinasi perangkat keras (handheld
clickers, receiver, PC, koneksi internet, proyektor dan layar) dan perangkat lunak,
para guru dapat meminta siswa berbagai macam pertanyaan (baik tertutup maupun
terbuka), siswa dapat merespon dengan cepat dan tanpa nama, dan gurudapat
menampilkan data secara langsung. Nilai SRS berasal dari guru yang
menganalisis informasi dengan cepat dan kemudian merancang solusi pedagogi
real-time untuk memaksimalkan pembelajaran.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga


komponen penting dalam pembelajaran. Ketiga komponen tersebut saling
berkaitan antara satu dan yang lainnya. Kurikulum merupakan jabaran dari tujuan
pendidikan nasional yang menjadi landasan program pembelajaran. Proses
pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai kompetensi yang dirumuskan
dalam kurikulum. Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Penilaian juga digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan


proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan,
misalnya apakah proses pembelajaran sudah baik dan dapat dilanjutkan atau perlu
perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu di samping kurikulum dan proses
pembelajaran yang benar, juga perlu ada sistem penilaian yang baik dan
terencana.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bhisma Murti. (2011). Berpikir kritis (critical thinking) versi elektronik Power
Point. Universitas Sebelas Maret.
Cotton, K. (1993). Developing employability skills. School Improvement Research
Series. Research You Can Use. Closeup#15. Diakses pada tanggal 23
oktober 2023 dari http://www.nwrel.org/scpd/sirs/8/c015.html.
Departemen Perdagangan RI. (2008). Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia
2025. Jakarta: Studi Industri Kreatif Indonesia.
Departemen Perdagangan RI. (Th.-). Menuju ASEAN Economic Community 2015.
Jakarta: Departemen Perdagangan RI.
Howkins, John. (2007). The Creative Economy: How People Make Money from
Ideas. New York: Penguin Book.
Kemendikbud. (2013). Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kerka, S. (1992). Higher order thinking skills in vocational education. Columbus
Ohio: ERIC Clearinghouse on Adult, Career, and Vocational Education.
Center on Education and Training for Employment. Journal ERIC DIGEST
No. 127.
Moore, B., & Stanley, T. (2010). Critical thinking and formative assessment.
New-York: Eye on Education.
Office of Outcomes Assessment. APA. (2006). Critical thinking as a core
academic skill: A review of literature. University of Maryland University
College, Spring 2006.
Puguh Setyo Nugroho & Malik Cahyadin (Th.-). Analisis perkembangan industri
kreatif di Indonesia. Makalah elektronik diakses pada tanggal 23 Oktober
2023 dari asp.trunojoyo.ac.id.
Robinson, J.P. (2000). What are employability skills the workplace: a fact sheet,
Article Journal Alabama Cooperative Extension System Volume 1 Issue 3,
September 15, 2000. Diakses pada tanggal 23 oktober 2023 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb.

14
Thomas, R.G. & Litowitz, L. (1986). Vocational education and higher order
thinking skills: An agenda for inquiry. Minnesota University: St. Paul
Minnesota Research & Development Center for Vocational Education.
Thomas, A. & Thorne, G. (2010). Higher order thinking. mailto:
athomas@cdl.org. Diakses pada tanggal 23 oktober 2023 dari
http://www.cdl.org/resource-library/articles/higherorder thinking. php.
Widihastuti. (2014). Model assessment for learning berbasis higher order
thinking skills untuk pembelajaran bidang busana di Perguruan Tinggi:
selaras dengan Kurikulum 2014.

15
d

16

Anda mungkin juga menyukai