(Disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Pendidikan IPA Di SD oleh
Muh.Amran, S.Pd, M.Pd”)
Oleh Kelompok 5
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................................
Bab I pendahuluan.........................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................
Bab II pembahasan.........................................................................................................
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………….
B. Saran ………………………………………………………………………………………………………………
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad 21 merupakan abad pengetahuan, dimana Pendidikan Nasional abad 21 bertujuan
untuk: 1) mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; 2) mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (BSNP, 2010:24). Pendidikan pada abad 21 sangat penting untuk
ditingkatkan kualitasnya demi menjamin peserta didik yang memiliki keterampilan belajar dan
berinovasi (learning and innovation skills), keterampilan menggunakan media, informasi dan
teknologi (media, information, and technology skills), serta dapat bekerja dan bertahan dengan
menggunakan keterampilan untuk hidup (life and career skills).
Aspek keterampilan pada abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik salah satunya
adalah keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis adalah salah satu strategi kognitif dalam
menyelesaikan masalah yang lebih kompleks dan menuntut pola yang lebih tinggi (Surya,
2015:123). Peningkatan daya kompetitif melalui berpikir kritis akan mampu menentukan daya
tahan seseorang dalam berkompetisi untuk menjadi yang terunggul. Berpikir kritis merupakan
salah satu keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia pendidikan pada abad 21 dan dapat
diperoleh oleh peserta didik melalui proses pembelajaran
Tema pengembangan Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan
Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi (Kemendiknas, 2014).
Tema pengembangan Kurikulum 2013 sejalan dengan tujuan utama dari pembelajaran
abad 21 yaitu membangun kemampuan belajar individu dan mendukung perkembangan mereka
menjadi pebelajar sepanjang hayat, aktif, pebelajar yang mandiri. Guru sebagai pelatih
pembelajaran akan memberikan bimbingan untuk membantu siswa dalam mengembangkan
keterampilan dan menawarkan berbagai dukungan yang akan membantu siswa mencapai tujuan
belajar mereka (Zubaidah, 2016). Identifikasi kompetensi siswa yang perlu dikembangkan
merupakan hal yang sangat penting untuk menghadapi abad ke-21. Setiap individu harus terlibat
dalam pembelajaran berbasis inkuiri yang bermakna, memiliki nilai kebenaran dan relevansi,
untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills) yang
mereka perlukan (Barron, 2008).
Tujuan pembelajaran fisika adalah membentuk kemampuan bernalar pada dirisiswa
yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obejektif,
jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang fisika, bidang ilmu lain,
maupun dalam kehidupan sehari-hari (Slavin, 2009). Ilmu Fisika pada zaman modern ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan komunikasi, industri, teknologi, dan bidang keilmuan
lainnya karena mampu menjawab berbagai macam pertanyaan mengenai fenomena alam atau
gejala alam yang menarik. Fisika sebagai bagian dari sains sangat erat kaitannya dengan
pendidikan abad 21. Namun, pada kenyataannya peserta didik masih beranggapan bahwa Fisika
merupakan pelajaran yang hanya terdiri dari sekumpulan rumus-rumus yang sulit dipahami dan
rumit untuk dipecahkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep dari belajar dan pembelajaran abad 21?
2. Apa saja prinsip pokok pembelajaran pada abad 21?
3. Bagaimana peran pendidik pada abad 21?
4. Bagaimana model pembelajaran abad 21?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dari belajar dan pembelajaran abad 21?
2. Untuk mengetahui prinsip pokok pembelajaran pada abad 21?
3. Untuk mengetahui peran pendidik pada abad 21?
4. Untuk mengetahui model pembelajaran abad 21
Bab II
Pembahasan
pembelajaran abad 21 adalah pembelajaran yang dirancang untuk generasi abad 21 agar mampu
mengikuti arus perkembangan teknologi terbaru. Untuk mengembangkan pembelajaran abad 21,
guru harus memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang
berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pola pembelajaran
yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana guru banyak memberikan
ceramah sedangkan siswa lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Satu hal lain
yang penting yaitu guru akan menjadi contoh pembelajar (learner model), guru harus mengikuti
perkembangan ilmu terakhir sehingga sebetulnya dalam seluruh proses pembelajaran ini guru
dan siswa akan belajar bersama namun guru mempunyai tugas untuk mengarahkan dan
mengelola kelas.
Menurut Rohim, Bima dan Julian (UNY, 2016) untuk mampu mengembangkan pembelajaran
abad 21 ini ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan yaitu antara lain:
1) Tugas Utama Guru Sebagai Perencana Pembelajaran Sebagai fasilitator dan pengelola
kelas maka tugas guru yang penting adalah dalam pembuatan RPP. RPP haruslah baik
dan detil dan mampu menjelaskan semua proses yang akan terjadi dalam kelas
termasuk proses penilaian dan target yang ingin dicapai. Dalam menyusun RPP, guru
harus mampu mengkombinasikan antara target yang diminta dalam kurikulum nasional,
pengembangan kecakapan abad 21 atau karakter nasional serta pemanfaatan teknologi
dalam kelas.
2) Masukkan unsur Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking). Teknologi dalam hal ini
khususnya internet akan sangat memudahkan siswa untuk memperoleh informasi dan
jawaban dari persoalan yang disampaikan oleh guru. Untuk permasalahan yang bersifat
pengetahuan dan pemahaman bisa dicari solusinya dengan sangat mudah dan ada
kecenderungan bahwa siswa hanya menjadi pengumpul informasi. Guru harus mampu
memberikan tugas di tingkat aplikasi, analisa, evaluasi dan kreasi, hal ini akan
mendorong siswa untuk berpikir kritis dan membaca informasi yang mereka kumpulkan
sebelum menyelasikan tugas dari guru.
3) Penerapan pola pendekatan dan model pembelajaran yang bervariasi Beberapa
pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning), pembelajaran berbasis keingintahuan (Inquiry Based Learning) serta model
pembelajaran silang (jigsaw) maupun model kelas terbalik (Flipped Classroom) dapat
diterapkan oleh guru untuk memperkaya pengalaman belajar siswa (Learning
Experience). Satu hal yang perlu dipahami bahwa siswa harus mengerti dan memahami
hubungan antara ilmu yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan nyata, siswa harus
mampu menerapkan ilmunya untuk mencari solusi permasalahan dalam kehidupan
nyata.
4) Integrasi Teknologi Sekolah dimana siswa dan guru mempunyai akses teknologi yang
baik harus mampu memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, siswa harus
terbiasa bekerja dengan teknologi seperti layaknya orang yang bekerja. Seringkali guru
mengeluhkan mengenai fasilitas teknologi yang belum mereka miliki, satu hal saja
bahwa pengembangan pembelajaran abad 21 bisa dilakukan tanpa unsur teknologi,
yang terpenting adalah guru yang baik yang bisa mengembangkan proses pembelajaran
yang aktif dan kolaboratif, namun tentu saja guru harus berusaha untuk menguasai
teknologinya terlebih dahulu.Hal yang paling mendasar yang harus diingat bahwasannya
teknologi tidak akan menjadi alat bantu yang baik dan kuat apabila pola
pembelajarannya masih tradisional.
B. PRINSIP PEMBELAJARAN ABAD 21
Menurut Jennifer Nichols manajemen pendidikan abad 21 di kelompokkan ke dalam
4 prinsip, yaitu:
a. Instruction should be student-centered
Pengembangan pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai
subyek pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
dimilikinya. Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi
pelajaran yang diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan
keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya,
sambil diajak berkontribusi untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi
di masyarakat.
Pembelajaran berpusat pada siswa bukan berarti guru menyerahkan kontrol
belajar kepada siswa sepenuhnya. Intervensi guru masih tetap diperlukan. Guru
berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan pengetahuan
awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan informasi baru yang akan
dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sesuai dengan cara dan
gaya belajarnya masing-masing dan mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas
proses belajar yang dilakukannya. Selain itu, guru juga berperan sebagai
pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika menemukan kesulitan dalam
proses mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.
b. Education should be collaborative
Dalam prinsip ini Siswa diharapkan bisa berkolaborasi dengan orang lain.
Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dengan latar budaya dan nilai-nilai
yang dianutnya. Oleh karena itu, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi
dengan teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu
diajarkan bagaimana menghargai kekuatan dan talenta setiap orang serta
bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
Begitu juga, sekolah (termasuk di dalamnya guru) seyogyanya dapat bekerja sama
dengan lembaga pendidikan (guru) lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling
berbagi informasi dan penglaman tentang praktik dan metode pembelajaran yang
telah dikembangkannya. Kemudian, mereka bersedia melakukan perubahan metode
pembelajarannya agar menjadi lebih baik.
c. Learning should have context
Artinya Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak memberi dampak
terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan metode
pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real word).
Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas apa
yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.
d. Schools should be integrated with society
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam
lingkungan sosialnya. Misalnya, mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat,
dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu
dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan
program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan,
lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi
panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak
lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat
tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan
dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga digital yang bertanggung
jawab.
Menurut Hampson, Patton, dan Shanks, menyebutkan 10 prinsip utama pembelajaran abad
ke 21 sebagai berikut :
1) Pembelajaran tidak secara kaku dibatasi oleh waktu yang dirancang dalam RPP. Apabila
ternyata waktu yang diperlukan peserta didik menguasai kompetensi lebih lama, waktu
bisa ditambah dan sebaliknya.
2) Pembelajaran tidak terbatas berlangsung di dalam kelas, tetapi juga di rumah dan
masyarakat (lingkungan sekolah) dengan berbagai sumber belajar.
3) Pembelajaran memperhatikan kebutuhan individual peserta didik, misalnya gaya
belajar, minat, dan kecepatan belajarnya. Oleh karena itu pendidik perlu mendesain
pembelajaran bagi peserta didik tertentu yang berbeda dengan peserta didik lainnya
dalam kelas.
4) Pembelajaran memanfaatkan keterampilan literasi digital peserta didik.
5) Pembelajaran menggunakan proyek yang riil.
6) Pembelajaran mengembangkan keterampilan belajar, kemandirian belajar, dan
kemampuan mengikuti perkembangan/perubahan serta memberdayakan peserta didik
untuk menjadi ‘pendidik’ bagi temannya.
7) Pendidik terlibat dalam pembelajaran sebagai peserta didik sehingga benar-benar
memahami proses pembelajaran.
8) Penilaian pembelajaran hanya mengukur apa yang ditargetkan untuk dicapai.
9) Pembelajaran melibatkan keluarga, tidak terbatas pada peserta didik.
10) Pembelajaran berpusat pada peserta didik, artinya keputusan mengenai tujuan, isi, dan
proses pembelajaran didasarkan pada kebutuhan peserta didik.
Dalam buku Pembelajaran Abad 21,Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru
memasuki abad 21 tidaklah ringan. Pendidikan abad 21 merupakan pendidikan yang
menekankan pada kemampuan siswa untuk berpikir kritis, mampu menghubungkan
ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi, dan berkolaborasi
(Janah dkk, 2019). Kriteria pendidikan abad 21 yang diungkapkan oleh Jannah dkk (2019)
sesuai dengan pilar pendidikan yang diungkapkan oleh UNESCO yakni learning to know,
learning to do, dan learning to live together. Penerapan tiga pilar yang diungkapkan oleh
UNESCO dalam pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik peserta didik saat ini.
Karakteristik peserta didik tingkat dasar di era pendidikan abad 21 dikenal dengan
generasi Z. Siswa generasi Z memiliki kemampuan yang berbeda dengan generasi-
generasi sebelumnya karena mereka lahir pada era digitalisasi. Dengan karakteristik
generasi Z yang dekat dengan dunia digitalisasi maka terdapat dua solusi untuk
mengembangkan kemampuan mereka sesuai dengan kemampuan yang diinginkan
pendidikan abad 21 (Mubarak, 2018). Pertama, memadukan pendidikan tradisional
dengan pendidikan digital. Kedua, pendidikan dengan menggunakan digital secara
keseluruhan. Kedua solusi menghadapi pendidikan abad 21 perlu didukung oleh
kemampuan PCK guru dalam dunia digital. Kemampuan PCK secara lengkap dapat
diperoleh ketika proses mengajar di kelas, namun meskipun begitu seorang calon guru
juga perlu memiliki pengetahuan tentang PCK (Kaya, 2009; Nillson and Loughran, 2012).
Karakter anak pada abad 21 berbeda dengan sebelum abad 21. Menurut
Satrianawati (artikel majalah nova 2016) menyatakan bahwa anak saat ini yaitu sebagai
berikut :
Sedangkan untuk karakter guru yang harus ada, agar siswa Kias menjadi penerus bangsa yang
maksimal terutama pada abad 21 ini. Guru harus memiliki karakter sebagai berikut, di
antaranya adalah:
Life-long learner, Karakter ini adalah guru sebagai pembelajaran tekun sepanjang hayat.
Guru harus iK as mengembangkan pemahaman dan pengetahuannya secara terus
menerus mulai dari membaca, melatih keterampilan, diskusi dengan guru lain dari para
pakar yang terpercaya. Kunci dari life-long learner adalah rasa haus akan ilmu
pengetahuan. Guru harus selalu terbuka dengan wawasan baru, sehingga mereka Kias
relevan dengan siswa dan zaman.
Menerapkan pendekatan diferensiasi, Karakter ini mengimplementasikan pendekatan
yang sesuai dengan cara belajar siswa. Pada sesi ini pengklasifikasian siswa dalam kelas
seperti keahlian dan minat akan digolongkan.Dengan adanya diferensiasi ini guru akan
lebih mudah mengenali kemampuan siswa secara optimal.
Kreatif dan inovatif, Guru dituntut untuk iK as memberikan pembelajaran yang bagus dan
sumbernya juga tidak boleh monoton. Variasi pembelajaran akan membuat kelas
menjadi lebih dinamis dan tidak bosan. Karena guru menjadi panutan, bila guru kreatif
dan inovatif maka siswa juga akan menirunya.
Reflektif, Dengan adanya sikap/alat reflektif ini, guru dalam mengembangkan
pembelajaran akan semakin efektif. Karena dengan merefleksikan diri pembelajaran
akan semakin meningkat. Reflektif ini digunakan untuk mengetahui apa yang cocok dan
tidak cocok untuk kebutuhan siswa sehingga pembelajaran lebih maksimal.
Kolaboratif, Salah satu karakter yang iK as membuat pembelajaran ini istimewa adalah
keterlibatan guru dan murid untuk bekerja sama. Pada praktek kerjasama ini guru akan
memberikan kehangatan persahabatan dengan melakukan komunikasi seperti halnya
orang tua ke anak dan teman ke teman.
Mengoptimalkan teknologi, Ini adalah karakter yang utama dari pembelajaran 21 ini,
dimana teknologi berperan sangat signifikan. Disini guru juga harus Kias mengoperasikan
teknologi terkini dengan maksimal terutama teknologi internet yang mana nantinya Kias
digunakan untuk memaksimalkan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang iK as
dioptimalkan dengan teknologi adalah blending learning, dimana pembelajaran
digabung menjadi satu yakni online dan offline.
Menerapkan student centered, Pada karakter ini pembelajaran akan berpusat pada
siswa sehingga guru disini akan bertugas menjadi fasilitator. Siswa akan melakukan
pembelajaran aktif sehingga daya inisiatif dan kreativitasnya akan tumbuh. Dengan
model ini komunikasi akan berjalan dua arah, sehingga karakter kolaboratif juga akan
muncul.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Peran guru dimasa silam cukup sederhana dimana keterampilan baca tulis dan numerasi dasar
merupakan tujuan utama pendidikan. Standar untuk guru di abad kesembilan belas lebih
ditekankan pada bagaimana mereka menjalani kehidupan pribadi dari pada kemampuan
profesionalnya, perubahan yang cepat selama abad kesembilan belas menentukan banyak
elemen sistem pendidikan yang kita miliki saat ini. Pada abad kesembilan belas dan awal abad
ke dua puluh, maksud pendidikan meluas dengan pesat, dan peran guru mendapat banyak
dimensi tambahan serta tantangan-tantangan dalam mengajar.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang merupakan bagian dari diri penulis untuk itu penulis mengharapkan kepada
pembaca untuk memberikan masukan kepada penulis demi kesempurnaan dari makalah ini
Daftar pustaka
1. Daryanto dan syaiful karim. (2007). pembelajaran abad 21. Yogyakarta: Gava media
2. Musfiqon dan Nurdyansyah. (2015). Pendekatan pembelajaran saintifik. Sidoarjo :
Nizamia Learning Center.
3. Satrianawati dan Nur Hidayah (2017). Model pembelajaran untuk keterampilan abad 21.
Yogyakarta: Budi Utama
4. Pratiwi, C.., Aminah. (2019). Pembelajaran IPA Abad 21 dengan Literasi Sains Siswa.
Journal materi dan pembelajaran fisika, vol. 9, no. 1, 35.
5. Suci Nurmatin dan Dudung Abdurrahman. (2021). Analisis Kemampuan Pedagogi
Contect Knowledge (PCK) Calon Guru MI pada Konsep IPA dalam Menghadapi
Pendidikan Abad 21. Journal Kajian Pendidikan IPA, vol 1, no.1, 2
6. Etistika Yuni W, Dwi Agus S dan Amat Nyoto. (2016). Transformasi Pendidikan Abad 21
Sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia Di Era Global. Vol 1, 5.
7. Bektio pamungkas. (2021). Pembelajaran abad 21. Diakses pada 29 Agustus 2021 dari
www.tripven.com/pembelajaran-abad-21/
8. Konsep Dan Prinsip Pokok Pembelajaran. (2018). Diakses pada 29 Agustus 2021, dari
www.defantri.com/2018/04/konsep-dan-prinsip-pokok-pembelajaran/
9. Rudy unesa. (2011). Peran guru abad 21. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2021, dari
www.Rudy-unesa.blogspot.com/2011/02/peran-guru-abad-xxi/