Dosen Pengampu:
Dr. Hanum Isfaeni, M.Si.
Disusun Oleh:
Kelompok 9
Najwa Helmalia Putri 1304622041
Ade Nurul Hikmah 1304622051
Sarah Talia 1304622076
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas izin- Nya yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, memberikan kecerdasan ilmu dan wawasan,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Muatan Keterampilan
Pendidikan Abad 21 dalam Kurikulum 2013 dan 2022” yang merupakan salah satu tugas
mata kuliah Telaah Kurikulum Biologi SMA.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Penyusun mengaharapkan semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi
penyusun maupun bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Penghantar..................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................ii
Abstrak...............................................................................................................iii
Pendahuluan........................................................................................................1
Perumusan Masalah...........................................................................................1
Tujuan..................................................................................................................2
Kesimpulan........................................................................................................12
Daftar Pustaka..................................................................................................13
ABSTRAK
Tujuan pendidikan pada abad 21 adalah menghasilkan generasi penerus bangsa yang
mampu bersaing dalam dunia yang lebih kompetitif dan dengan teknologi yang terus
berkembang. Tantangan abad 21 menuntut agar siswa mampu menerapkan pengetahuannya
untuk memahami dan mengatasi permasalahan di dunia nyata. Sistem pendidikan Indonesia
harus beradaptasi untuk memberikan siswa kompetensi yang diperlukan. Siswa perlu
mempersiapkan keterampilan abad 21 yang dikenal dengan istilah keterampilan 4C, yaitu
Critical Thinking (berpikir kritis), Creativity (kreativitas), Comunication (berkomunikasi), dan
Collaboration (bekerja sama). Fokus penelitian ini diarahkan pada 2 tujuan, yaitu 1)
Menganalisis muatan keterampilan pendidikan Abad 21, 2) Menganalisis implementasi dan
dampaknya dari keterampilan abad 21 dalam kurikulum 2013 dan 2022 (kurikulum merdeka).
Metode pembelajaran yang dibangun berfokus pada sumber daya siswa, strategi, dan konteks
sesuai dengaa siswa sehingga meningkatkan kapasitas berpikir kritis dan kreatif siswa serta
kerjasama dan komunikasi.
ABSTRACT
The goal of education in the 21st century is to produce the nation's next generation who
are able to compete in a more competitive world and with technology that continues to develop.
The challenges of the 21st century require students to be able to apply their knowledge to
understand and overcome problems in the real world. Indonesia's education system must adapt
to equip students with the necessary competencies. Students need to prepare 21st century skills
known as 4C skills, Critical Thinking, Creativity, Communication and Collaboration. The focus
of this research is directed at 2 objectives, 1) Analyzing the content of 21st Century educational
skills, 2) Analyzing the implementation and impact of 21st Century skills in the 2013 and 2022
Curriculum (independent curriculum). The learning method developed focuses on student
resources, strategies and context according to students, thereby increasing students' critical
and creative thinking capacity as well as cooperation and communication.
Pada kurikulum 2013 terdapat perubahan terutama pada permendikbud nomor 20 tahun
2016. Perubahan tersebut adalah tentang keterampilan yang sangat diperlukan oleh anak-anak
bangsa. Oleh karena itu diperlukan keterlibatan semua pihak terutama pihak sekolah dalam
menyiapkan anak-anak bangsa agar memiliki sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam
kehidupan di abad 21 ini. Untuk bisa berperan secara bermakna pada era globalisasi di abad
ke-21 ini maka setiap warga negara dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat menjawab
tuntutan perkembangan zaman. Hal ini menuntut peran pendidik untuk mengembangkan
keterampilan baik hard skill maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di
sekolah agar dapat terjun ke dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain. Guru
menyiapkan segala perangkat seperti kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran, dan model
atau metode yang diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21. Dengan mengembangkan
keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran, diharapkan setiap individu memilki
keterampilan untuk hidup di abad ke-21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di
hadapi di era kemajuan teknologi dan informasi. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya
penguasaan berbagai keterampilan abad ke-21 sebagai sarana kesuksesan di abad dimana dunia
berkembang dengan cepat dan dinamis.
III. TUJUAN
1. Mengevaluasi Perkembangan Kurikulum.
2. Menganalisis Muatan Keterampilan Pendidikan Abad 21.
3. Membahas dan menganalisis Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2022.
4. Menganalisis implementasi keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2013.
5. Menganalisis implementasi keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2022.
6. Menganalisis dampak implementasi keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2013
dan 2022.
A. Keterampilan Abad 21
- Communication (komunikasi)
Seiringnya perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif
tentunya kita tak kalah saing dengan negara lain. Komunikasi efektif yaitu komunikasi
yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa
terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari komunikasi yang efektif sebenarnya
adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh
pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan
baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif
adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang
sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih
penggunaan bahasa nonverbal secara baik. (Kurnia, 2009:15).
- Collaborative (kolaborasi)
Menurut Roberts (2004: 205), “Collaborative is an adjective that implies
working in a group of two or more to achieve a common goal, while respecting each
individual’s contribution to the whole.” Paz Dennen dalam Roberts (2004: 205),
mengemukakan “Collaborative learning is a learning method that uses social interaction
as a means of knowledge building”. Selanjutnya Bruffee dalam Roberts (2004: 205),
menyatakan bahwa “educators must trust students to perform in ways that the teacher
has not necessarily determined a head of time”, serta berpendapat bahwa “collaborative
learning therefore implies that (educators) must rethink what they have to do to get
ready to teach and what they are doing when they are actually teaching.” Suatu
pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota kelompoknya tidak
tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua orang, beberapa
orang atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut Wasono dan Hariyanto
mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat terjadi setiap saat, tidak harus
di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan
rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif dapat berlangsung antar siswa yang berbeda
kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif dapat bersifat
informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak perlu
terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-51).
- Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)
Setiap manusia pasti memiliki skill untuk berpikir. Berpikir sendiri terbagi
menjadi beberapa tingkatan mulai dari yang paling sederhana yang hanya
membutuhkan ingatan, sampai pada level yang paling tinggi dan membutuhkan
perenungan. Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi
dan pendapat orang lain (Elaine B. Johnson, 2009: 182).
Elaine B. Johnson (2009: 185) mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah
untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Sementara itu, Fahruddin Faiz, (2012: 2)
mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis sederhana yaitu untuk menjamin, sejauh
mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar. Dengan kemampuan untuk berpikir
kritis siswa akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Seseorang tidak
dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran kritis berhubungan
pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di pendidikan tinggi.
B. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum Nasional yang telah dikembangkan
bertahun tahun dan telah memenuhi dua dimensi kurikulum, yaitu rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Kurikulum ini bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
2. Kontekstualisasi Sekolah
Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
3. Fleksibilitas Waktu
Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetauan, dan keterampilan.
- Keterampilan Komunikasi
Komunikasi berhubungan erat dengan proses linguistik dalam interaksi
antarsiswa (Awang & Daud, 2015), siswa dengan pendidik, dan siswa dengan
lingkungan. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan abad 21
mahasiswa yang dapat dilatih dan ditingkatkan pada proses pelaksanaan BKP (Bentuk
Kegiatan Pembelajaran) dalam Kurikulum MBKM. Hal tersebut dimungkinkan karena
proses pelaksanaan BKP akan melibatkan banyak pihak, antara lain mahasiswa,
perangkat dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, staf sekolah, siswa, kepala desa,
perangkat desa, dan berbagai kalangan yang ada di masyarakat.
Keterampilan komunikasi sebelum melaksanakan BKP menunjukkan
kemampuan komunikasi mahasiswa masih rendah dan merupakan komunikator yang
kurang baik, banyak hal yang dikomunikasikan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Namun setelah pelaksanaan kegiatan BKP, mahasiswa telah menjadi komunikator yang
efektif dan hanya sesekali melakukan kegagalan dalam komunikasi.
- Kreativitas
Kreativitas merupakan hubungan antara sikap seseorang, proses, dan
lingkungannya dalam menghasilkan suatu karya yang baru (Plucker, Beghetto, & Dow,
2004), ide original, dan gagasan baru. Kreativitas merupakan salah satu keterampilan
yang sangat dibutuhkan karena semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi
masyarakat abad 21. Ide, gagasan, dan karya orisinal dibutuhkan untuk menyelesaikan
berbagai macam permasalahan yang dihadapi masyarakat abad 2.
Asistensi Mengajar dan Kampus Mengajar merupakan BKP yang efektif untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Program ini memberikan
kesempatan luas kepada mahasiswa untuk mengeksplorasi berbagai macam
permasalahan, terutama pada tahap awal program. Hasil eksplorasi kemudian
diidentifikasi dan dicarikan solusi dalam penanganannya yang direalisasikan dalam
berbagai bentuk rancangan kegiatan program asistensi mengajar. Eksplorasi
permasalahan yang ada, identifikasi masalah, dan proses menemukan solusi
permasalahan yang dihadapi akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis secara
langsung (Mahanal, Zubaidah, Sumiati, Sari, & Ismirawati, 2019).
- Keterampilan Kolaborasi
Keterampilan kolaborasi merupakan keterampilan yang dikembangkan untuk
bekerja sama secara efektif dan efisien. Dalam kolaborasi, dibutuhkan sikap saling
menghormati, menerima perbedaan, dan mensinergikan potensi dari masing-masing
pihak untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi adalah proses interaksi sosial untuk
V. KESIMPULAN
Implementasi keterampilan abad 21, seperti komunikasi, kolaborasi, berpikir
kritis, dan kreativitas, memiliki dampak positif dan negatif dalam kurikulum
pendidikan seperti Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka (2022). Dampak
positifnya meliputi pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa, peningkatan
keterampilan 4C, dan pengembangan kemampuan siswa, yang relevan dalam
menghadapi tantangan zaman yang kompetitif. Namun, dampak negatifnya termasuk
kesulitan bagi siswa yang tidak sesuai dengan metode pembelajaran tertentu dan potensi
tekanan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi pendekatan
pembelajaran yang fleksibel, disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat
memaksimalkan manfaat dari implementasi keterampilan abad 21 dalam kurikulum
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Awang, H., & Daud, Z. (2015). Improving a communication skill through the learning
approach towards the environment of engineering classroom. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 195, 480–486.
doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.06.241.
Fitria, D., Lufri, L., Elizar, E., & Amran, A. (2023). 21st Century Skill-Based Learning
(Teacher Problems In Applying 21st Century Skills). International Journal Of
Humanities Education and Social Sciences (IJHESS), 2(4).
Janthon, U., Songkram, N., & Koraneekij, P. (2015). Work-based blended learning and
technological scaffolding system to enhance communication skills for
caregivers under local administrative organization, Ministry of Interior,
Thailand (Part I). Procedia - Social and Behavioral Sciences, 174, 984–991.
doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.722.
Jufriadi, A., Huda, C., Aji, S. D., Pratiwi, H. Y., & Ayu, H. D. (2022). Analisis
Keterampilan Abad 21 Melalui Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
Kampus Merdeka. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(1), 39-53.
Kamarudin, S.K., Abdullah, S.R.S., Kofli, N.T., Rahman, N.A., Tasirin, S.M., Jahim,
J., & Rahman, R.A. (2012). Communication and teamwork skills in student
learning process in the university. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
60, 472–478. doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.409.
Lee, D., Huh, Y., & Reigeluth, C.M. (2015). Collaboration, intragroup conflict, and
social skills in project-based learning. Instructional Science, 43(5), 561–590.
doi.org/10.1007/s11251-015-9348-7.
Mahanal, S., Zubaidah, S., Sumiati, I.D., Sari, T.M., & Ismirawati, N. (2019).
RICOSRE: A learning model to develop critical thinking skills for students with
different academic abilities. International Journal of Instruction, 12(2), 417–
434. doi.org/10.29333/iji.2019.12227a.
Plucker, J.A., Beghetto, R.A., & Dow, G.T. (2004). Why isn’t creativity more important
to educational psychologists? Potentials, pitfalls, and future directions in
creativity research. Educational Psychologist, 39(2), 83–96.
doi.org/10.1207/s15326985ep3902_1.
Rita Nichols, Jennifer. “Four Essential Rules Of 21st Century Learning.” [Online].
Tersedia: http://www.teachthought.com/learning/4-essentialrules-of-21st-
century-learning/ diakses pada tanggal 11 Oktober 2017.
Sternberg, R.J. (2000). Identifying and developing creative giftedness. Roeper Review,
23(2), 60–64. doi.org/10.1080/02783190009554067.
Shaw, A., Liu, O.L., Gu, L., Kardonova, E., Chirikov, I., Li, G., … Loyalka, P. (2020).
Thinking critically about critical thinking: Validating the Russian HEIghten®
critical thinking assessment. Studies in Higher Education, 45(9), 1933–1948.
doi.org/10.1080/03075079.2019.1672640.