Anda di halaman 1dari 18

MUATAN KETERAMPILAN PENDIDIKAN ABAD 21 DALAM

KURIKULUM 2013 DAN 2022


MAKALAH TELAAH KURIKULUM BIOLOGI SMA

Dosen Pengampu:
Dr. Hanum Isfaeni, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 9
Najwa Helmalia Putri 1304622041
Ade Nurul Hikmah 1304622051
Sarah Talia 1304622076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas izin- Nya yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, memberikan kecerdasan ilmu dan wawasan,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Muatan Keterampilan
Pendidikan Abad 21 dalam Kurikulum 2013 dan 2022” yang merupakan salah satu tugas
mata kuliah Telaah Kurikulum Biologi SMA.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Penyusun mengaharapkan semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat, baik bagi
penyusun maupun bagi para pembaca.

Jakarta, 09 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Penghantar..................................................................................................i

Daftar Isi..............................................................................................................ii

Abstrak...............................................................................................................iii

Pendahuluan........................................................................................................1

Perumusan Masalah...........................................................................................1

Tujuan..................................................................................................................2

Topik Kajian dan Pembahasan..........................................................................2

Kesimpulan........................................................................................................12

Daftar Pustaka..................................................................................................13
ABSTRAK

Tujuan pendidikan pada abad 21 adalah menghasilkan generasi penerus bangsa yang
mampu bersaing dalam dunia yang lebih kompetitif dan dengan teknologi yang terus
berkembang. Tantangan abad 21 menuntut agar siswa mampu menerapkan pengetahuannya
untuk memahami dan mengatasi permasalahan di dunia nyata. Sistem pendidikan Indonesia
harus beradaptasi untuk memberikan siswa kompetensi yang diperlukan. Siswa perlu
mempersiapkan keterampilan abad 21 yang dikenal dengan istilah keterampilan 4C, yaitu
Critical Thinking (berpikir kritis), Creativity (kreativitas), Comunication (berkomunikasi), dan
Collaboration (bekerja sama). Fokus penelitian ini diarahkan pada 2 tujuan, yaitu 1)
Menganalisis muatan keterampilan pendidikan Abad 21, 2) Menganalisis implementasi dan
dampaknya dari keterampilan abad 21 dalam kurikulum 2013 dan 2022 (kurikulum merdeka).
Metode pembelajaran yang dibangun berfokus pada sumber daya siswa, strategi, dan konteks
sesuai dengaa siswa sehingga meningkatkan kapasitas berpikir kritis dan kreatif siswa serta
kerjasama dan komunikasi.

Kata Kunci: Pendidikan abad 21, Keterampilan 4C, Kurikulum.

ABSTRACT

The goal of education in the 21st century is to produce the nation's next generation who
are able to compete in a more competitive world and with technology that continues to develop.
The challenges of the 21st century require students to be able to apply their knowledge to
understand and overcome problems in the real world. Indonesia's education system must adapt
to equip students with the necessary competencies. Students need to prepare 21st century skills
known as 4C skills, Critical Thinking, Creativity, Communication and Collaboration. The focus
of this research is directed at 2 objectives, 1) Analyzing the content of 21st Century educational
skills, 2) Analyzing the implementation and impact of 21st Century skills in the 2013 and 2022
Curriculum (independent curriculum). The learning method developed focuses on student
resources, strategies and context according to students, thereby increasing students' critical
and creative thinking capacity as well as cooperation and communication.

Keywords: 21st century education, 4C skills, Curriculum.


I. PENDAHULUAN
Sejalan dengan era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
sangat cepat dan makin canggih, dengan peran yang makin luas maka diperlukan guru yang
mempunyai karakter. Bangsa yang masyarakatnya tidak siap hampir bisa dipastikan akan jatuh
oleh dahsyatnya perubahan alam dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
ciri khas globalisasi itu sendiri. Maka dari itu kualitas pendidikan harus ditingkatakan. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif (creative
thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving),
berkomunikasi (communication), dan berkolaborasi (collaboration) atau yang biasa disebut
dengan 4C.

Pada kurikulum 2013 terdapat perubahan terutama pada permendikbud nomor 20 tahun
2016. Perubahan tersebut adalah tentang keterampilan yang sangat diperlukan oleh anak-anak
bangsa. Oleh karena itu diperlukan keterlibatan semua pihak terutama pihak sekolah dalam
menyiapkan anak-anak bangsa agar memiliki sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam
kehidupan di abad 21 ini. Untuk bisa berperan secara bermakna pada era globalisasi di abad
ke-21 ini maka setiap warga negara dituntut untuk memiliki kemampuan yang dapat menjawab
tuntutan perkembangan zaman. Hal ini menuntut peran pendidik untuk mengembangkan
keterampilan baik hard skill maupun soft skill pada peserta didik dalam pembelajaran di
sekolah agar dapat terjun ke dunia pekerjaan dan siap berkompetisi dengan negara lain. Guru
menyiapkan segala perangkat seperti kurikulum, Rencana Pelaksaan Pembelajaran, dan model
atau metode yang diintergrasikan dengan pembelajaran abad 21. Dengan mengembangkan
keterampilan abad ke-21 dalam pembelajaran, diharapkan setiap individu memilki
keterampilan untuk hidup di abad ke-21 dengan berbagai peluang dan tantangan yang akan di
hadapi di era kemajuan teknologi dan informasi. Beberapa pakar menjelaskan pentingnya
penguasaan berbagai keterampilan abad ke-21 sebagai sarana kesuksesan di abad dimana dunia
berkembang dengan cepat dan dinamis.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana keterampilan abad 21 didefinisikan?
2. Bagaimana konsep dari kurikulum 2013?
3. Bagaimana konsep dari kurikulum 2022?
4. Bagaimana mengimplementasikan dan apa dampak dari implementasi kurikulum
2013 di keterampilan abad 21?
5. Bagaimana mengimplementasikan dan apa dampak dari implementasi kurikulum
2022 di keterampilan abad 21?

III. TUJUAN
1. Mengevaluasi Perkembangan Kurikulum.
2. Menganalisis Muatan Keterampilan Pendidikan Abad 21.
3. Membahas dan menganalisis Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2022.
4. Menganalisis implementasi keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2013.
5. Menganalisis implementasi keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2022.
6. Menganalisis dampak implementasi keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2013
dan 2022.

IV. TOPIK KAJIAN DAN PEMBAHASAN

A. Keterampilan Abad 21
- Communication (komunikasi)
Seiringnya perkembangan zaman, kita tentunya perlu tahu bagaimana cara
berkomunikasi secara efektif. Karena dengan dapat berkomunikasi secara efektif
tentunya kita tak kalah saing dengan negara lain. Komunikasi efektif yaitu komunikasi
yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa
terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan dari komunikasi yang efektif sebenarnya
adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh
pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan
baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif
adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang
sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih
penggunaan bahasa nonverbal secara baik. (Kurnia, 2009:15).

Dalam proses pembelajaran guru harus membiasakan siswanya untuk saling


berkomunikasi baik tentang pelajaran maupun hal lain, baik dengan guru maupun
dengan siswa. Bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi akan memberikan
dampak pada siswa itu sendiri. Penggunaan kata yang tidak baik dalam komunikasi
membawa dampak negatif. Pesan yang disampaikan oleh siswa tidak dapat diterima
oleh penerima pesan. Hal ini akan memicu terjadinya kesalahan dalam penerimaan
pesan yang dapat menimbulkan kesalahpahaman atau konflik dalam berinteraksi.
Selain itu, membiarkan siswa menggunakan kata-kata kasar dalam berkomunikasi
dapat menimbulkan kebiasaan buruk bagi anak. Penggunaan kata yang baik dalam
berkomunikasi akan membawa dampak positif pada anak. Anak akan merasakan
kepuasan karena tujuan yang diinginkan tercapai sehingga kepercayaan diri anak akan
meningkat.

- Collaborative (kolaborasi)
Menurut Roberts (2004: 205), “Collaborative is an adjective that implies
working in a group of two or more to achieve a common goal, while respecting each
individual’s contribution to the whole.” Paz Dennen dalam Roberts (2004: 205),
mengemukakan “Collaborative learning is a learning method that uses social interaction
as a means of knowledge building”. Selanjutnya Bruffee dalam Roberts (2004: 205),
menyatakan bahwa “educators must trust students to perform in ways that the teacher
has not necessarily determined a head of time”, serta berpendapat bahwa “collaborative
learning therefore implies that (educators) must rethink what they have to do to get
ready to teach and what they are doing when they are actually teaching.” Suatu
pembelajaran termasuk pembelajaran kolaboratif apabila anggota kelompoknya tidak
tertentu atau ditetapkan terlebih dahulu, dapat beranggotakan dua orang, beberapa
orang atau bahkan lebih dari tujuh orang. Lebih lanjut Wasono dan Hariyanto
mengemukakan bahwa pembelajaran kolaboratif dapat terjadi setiap saat, tidak harus
di sekolah, misal sekelompok siswa saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan
rumah, bahkan pembelajaran kolaboratif dapat berlangsung antar siswa yang berbeda
kelas maupun dari sekolah yang berbeda. Jadi, pembelajaran kolaboratif dapat bersifat
informal yaitu tidak harus dilaksanakan di dalam kelas dan pembelajaran tidak perlu
terstruktur dengan ketat (Warsono dan Hariyanto (2012: 50-51).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


kolaboratif adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam suatu kelompok untuk
membangun pengetahuan dan mencapai tujuan pembelajaran bersama melalui interaksi
sosial di bawah bimbingan pendidik baik di dalam maupun di luar kelas, sehingga
terjadi pembelajaran yang penuh makna dan siswa akan saling menghargai kontribusi
semua anggota kelompok. Siswa harus dibelajarkan untuk bisa berkolaborasi dengan
orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam latar budaya dan
nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna, siswa
perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya. Dalam
mengerjakan suatu produk, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai kekuatan
dan kemampuan setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri
secara tepat dengan mereka.

- Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)
Setiap manusia pasti memiliki skill untuk berpikir. Berpikir sendiri terbagi
menjadi beberapa tingkatan mulai dari yang paling sederhana yang hanya
membutuhkan ingatan, sampai pada level yang paling tinggi dan membutuhkan
perenungan. Berpikir kritis merupakan suatu proses yang terarah dan jelas yang
digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis
adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis
merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi
dan pendapat orang lain (Elaine B. Johnson, 2009: 182).

Elaine B. Johnson (2009: 185) mengatakan bahwa tujuan berpikir kritis adalah
untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Sementara itu, Fahruddin Faiz, (2012: 2)
mengemukakan bahwa tujuan berpikir kritis sederhana yaitu untuk menjamin, sejauh
mungkin, bahwa pemikiran kita valid dan benar. Dengan kemampuan untuk berpikir
kritis siswa akan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Seseorang tidak
dapat belajar dengan baik tanpa berpikir dengan baik. Pemikiran kritis berhubungan
pada kesuksesan karir, tapi juga untuk kesuksesan di pendidikan tinggi.

- Creativity and innovation (kreativitas dan inovasi)


Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2010: 30-31) kreativitas anak
dapat berkembang dengan baik bila didukung oleh beberapa faktor seperti berikut:
1) Memberikan rangsangan mental yang baik, Rangsangan diberikan pada aspek
kognitif maupun kepribadiannya serta suasana psikologis anak.
2) Menciptakan lingkungan kondusif, Lingkungan kondusif perlu diciptakan agar
memudahkan anak untuk mengakses apapun yang dilihatnya, dipegang,
didengar, dan dimainkan untuk mengembangkan kreativitasnya.
3) Peran serta guru dalam mengembangkan kreativitas, Guru yang kreatif akan
memberikan stimulasi yang tepat pada anak agar anak didiknya menjadi kreatif.
4) Peran serta orangtua, Orangtua yang dimaksud disini adalah orangtua yang
memberikan kebebasan anak untuk melakukan aktivitas yang dapat
mengembangkan kreativitas.

Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang


dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun
diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu (Sa’ud, 2008: 3).

B. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum Nasional yang telah dikembangkan
bertahun tahun dan telah memenuhi dua dimensi kurikulum, yaitu rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Kurikulum ini bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Berikut karakteristik dari kurikulum 2013, diantaranya:


1. Pengembangan Kompetensi Berimbang
Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan
keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan
masyarakat.

2. Kontekstualisasi Sekolah
Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di
sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
3. Fleksibilitas Waktu
Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetauan, dan keterampilan.

4. Kompetensi yang Rinci


Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata Pelajaran

5. Kompetensi Inti sebagai Unsur Pengorganisasi


Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing
elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

6. Akumulatif, Saling Memperkuat dan saling Memperkaya


Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan
jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

C. Kurikulum 2022 (Kurikulum Merdeka)

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler


yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup
waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki
keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan


berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak
diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat
pada konten mata pelajaran.

Karakteristik pada Kurikulum Merdeka, diantaranya:

1. Pengambangan Soft Skills dan Karakter


Pengembangan soft skills dan karakter melalui projek penguatan profil pelajar
Pancasila.

2. Fokus pada Materi Esensial


Fokus pada materi esensial, relevan, dan mendalam sehingga ada waktu cukup
untuk membangun kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mencapai
kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.

3. Pembelajaran yang Fleksibel


Keleluasaan bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap
capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik dan melakukan
penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

D. Implementasi Keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 bertujuan untuk membekali siswa Indonesia dengan
keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan sebagai individu dan warga negara yang
produktif, kreatif, inovatif dan dapat berkontribusi pada masyarakat, negara, dan
peradaban dunia. Pembelajaran abad 21 diharapkan dapat diimplementasikan ke dalam
kurikulum 2013. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan zaman
yang semakin kompetitif. Kurikulum 2013 telah mengubah penekanan kegiatan
pembelajaran dari hanya berfokus pada guru menjadi berfokus pada siswa.
Pembelajaran yang diterapkan adalah pembelajaran berbasis keterampilan abad 21 atau
dikenal dengan istilah keterampilan 4C, yaitu Critical Thinking (berpikir kritis),
Creativity (kreativitas), Comunication (berkomunikasi), dan Collaboration (bekerja
sama). Pembelajaran pada Kurikulum 2013 juga bertujuan untuk mengembangkan 4C
yang sejalan dengan kompetensi dan keterampilan yang harus dimiliki siswa abad 21.

Berikut implementasi 4C yang dikembangkan dalam kurikulum 2013.


1. Instruction should be student-centered (Pengajaran berpusat pada siswa)
Pengembangan pembelajaran hendaknya menggunakan pendekatan pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Siswa diposisikan sebagai objek pembelajaran yang
secara aktif mengembangkan minat dan bakatnya. Alih-alih mendengarkan dan
menghafal materi pelajaran yang diberikan guru, kini siswa berupaya
mengkonstruksikan pengetahuan dan keterampilannya sendiri sesuai dengan
kapasitas dan tahap perkembangan kognitifnya sambil didorong untuk
berpartisipasi dalam penyelesaian permasalahan masyarakat yang sebenarnya.
Pembelajaran yang berpusat pada siswa tidak berarti bahwa guru menyerahkan
seluruh wewenang pengajaran kepada mereka.Intervensi guru masih tetap
diperlukan. Guru berperan sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan
pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki siswa dengan informasi
baru yang akan dipelajarinya. Memberi kesempatan siswa untuk belajar sesuai
dengan cara dan gaya belajarnya masing-masing dan mendorong siswa untuk
bertanggung jawab atas proses belajar yang dilakukannya. Selain itu, guru juga
berperan sebagai pembimbing, yang berupaya membantu siswa ketika menemukan
kesulitan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya.

2. Education should be collaborative (Pendidikan bersifat kolaboratif)


Penting untuk mengajarkan siswa bagaimana bekerja sama dengan orang lain.
Bekerja sama dengan individu yang memiliki latar belakang budaya dan filosofi
yang berbeda. Kolaborasi teman sekelas merupakan sesuatu yang perlu dipupuk
ketika siswa mengeksplorasi informasi dan mengembangkan makna. Siswa perlu
belajar bagaimana menghargai kekuatan dan bakat setiap orang ketika mengerjakan
sebuah proyek, serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan diri secara
tepat dengan teman kolaborasinya. Selain itu, seharusnya sekolah dan guru juga
harus bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan guru lainnya di seluruh dunia
untuk bertukar pengetahuan dan wawasan mengenai prosedur dan strategi
pengajaran yang telah mereka buat. Kemudian, mereka menunjukkan kemauan
untuk memperbaiki strategi pembelajaran menjadi lebih baik dan bermanfaat.

3. Learning should have ccontext (Pendidikan harus memiliki konteks)


Jika pembelajaran hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap kehidupan
siswa di luar kelas, maka hal tersebut tidak akan terlalu berarti. Oleh karena itu,
materi pembelajaran harus relevan dengan kehidupan siswa sehari-harinya. Guru
menciptakan strategi pengajaran yang membantu siswa berhubungan dengan dunia
luar. Guru membantu siswa dalam mengapresiasi, memahami, dan meyakini apa
yang dipelajarinya sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru
mengevaluasi kinerja siswa melalui evaluasi berbasis dunia nyata.
4. Schools should be integrated with society (Sekolah harus terintegrasi dengan
masyarakat)
Dalam upaya mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang bertanggung
jawab, sekolah seharusnya dapat memfasilitasi siswa untuk terlibat dalam
lingkungan sosialnya. Misalnnya mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat,
dimana siswa dapat belajar mengambil peran dan melakukan aktivitas tertentu
dalam lingkungan sosial. Siswa dapat dilibatkan dalam berbagai pengembangan
program yang ada di masyarakat, seperti: program kesehatan, pendidikan,
lingkungan hidup, dan sebagainya. Selain itu, siswa perlu diajak pula mengunjungi
panti-panti asuhan untuk melatih kepekaan empati dan kepedulian sosialnya.
Dengan kekuatan teknologi dan internet, siswa saat ini bisa berbuat lebih banyak
lagi. Ruang gerak sosial siswa tidak lagi hanya di sekitar sekolah atau tempat
tinggalnya, tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai belahan
dunia. Pendidikan perlu membantu siswa menjadi warga digital yang
bertanggung jawab.

E. Implementasi Keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2022 (Kurikulum


Merdeka)
Implementasi Kurikulum MBKM melalui beberapa kegiatan di luar kampus
secara umum telah berdampak positif terhadap peningkatan keterampilan abad 21 yaitu
keterampilan komunikasi, kreativitas, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan
kolaborasi.

- Keterampilan Komunikasi
Komunikasi berhubungan erat dengan proses linguistik dalam interaksi
antarsiswa (Awang & Daud, 2015), siswa dengan pendidik, dan siswa dengan
lingkungan. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan abad 21
mahasiswa yang dapat dilatih dan ditingkatkan pada proses pelaksanaan BKP (Bentuk
Kegiatan Pembelajaran) dalam Kurikulum MBKM. Hal tersebut dimungkinkan karena
proses pelaksanaan BKP akan melibatkan banyak pihak, antara lain mahasiswa,
perangkat dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, staf sekolah, siswa, kepala desa,
perangkat desa, dan berbagai kalangan yang ada di masyarakat.
Keterampilan komunikasi sebelum melaksanakan BKP menunjukkan
kemampuan komunikasi mahasiswa masih rendah dan merupakan komunikator yang
kurang baik, banyak hal yang dikomunikasikan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Namun setelah pelaksanaan kegiatan BKP, mahasiswa telah menjadi komunikator yang
efektif dan hanya sesekali melakukan kegagalan dalam komunikasi.

Adanya interaksi antar mahasiswa dan mahasiswa dengan pihak lain


mendorong peningkatan keterampilan komunikasi mereka. Semakin tinggi intensitas
berkomunikasi dengan bermacam karakter dari partner komunikasi akan semakin
memperkuat keterampilan komunikasinya. Gaya, model pembelajaran berbasis proyek,
pembentukan tim kecil, dan lingkungan belajar baru telah mengasah kemampuan
berkomunikasi mereka. Hal ini telah dibahas dalam penelitian sebelumnya bahwa
adopsi model pembelajaran dan lingkungan baru telah mampu mengembangkan dan
meningkatkan keterampilan komunikasi siswa (Kamarudin, et al., 2012).

Keterampilan komunikasi harus terus dikembangkan dan ditingkatkan, karena


keterampilan ini memberikan pengaruh kuat terhadap prestasi mahasiswa (Awang &
Daud,2015). Selain itu, keterampilan komunikasi merupakan salah satu faktor penting
dalam kesuksesan di abad 21 (Janthon, Songkram, & Koraneekij, 2015).

- Kreativitas
Kreativitas merupakan hubungan antara sikap seseorang, proses, dan
lingkungannya dalam menghasilkan suatu karya yang baru (Plucker, Beghetto, & Dow,
2004), ide original, dan gagasan baru. Kreativitas merupakan salah satu keterampilan
yang sangat dibutuhkan karena semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi
masyarakat abad 21. Ide, gagasan, dan karya orisinal dibutuhkan untuk menyelesaikan
berbagai macam permasalahan yang dihadapi masyarakat abad 2.

Indikator kreativitas antara lain dilihat dari ketekunan menghadapi


permasalahan, keberanian menanggung risiko dari sikapnya, keinginan untuk
berkembang, toleransi terhadap perbedaan, keterbukaan dan menghargai pandangan
baru, serta keteguhan baru (Sternberg, 2000). Kegiatan kampus mengajar, asistensi
mengajar, dan KKN Tematik mendukung mahasiswa untuk mengembangkan dan
meningkatkan kreativitasnya. Dalam pelaksanaan BKP, ketekunan, keberanian
toleransi, dan keterbukaan dibutuhkan untuk menyelesaikan program yang telah
disusun. Hal ini juga dibutuhkan untuk menyelesaikan problem yang muncul ketika
program mulai dilaksanakan.

- Keterampilan Berpikir Kritis


Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu pilar keterampilan abad 21
berbasis pengetahuan yang berkontribusi pada kesuksesan akademis dan (Shaw, et al.,
2020). Keterampilan ini merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang terus
dibangun melalui kurikulum MBKM dengan pelaksanaan BKP.

Asistensi Mengajar dan Kampus Mengajar merupakan BKP yang efektif untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa. Program ini memberikan
kesempatan luas kepada mahasiswa untuk mengeksplorasi berbagai macam
permasalahan, terutama pada tahap awal program. Hasil eksplorasi kemudian
diidentifikasi dan dicarikan solusi dalam penanganannya yang direalisasikan dalam
berbagai bentuk rancangan kegiatan program asistensi mengajar. Eksplorasi
permasalahan yang ada, identifikasi masalah, dan proses menemukan solusi
permasalahan yang dihadapi akan meningkatkan keterampilan berpikir kritis secara
langsung (Mahanal, Zubaidah, Sumiati, Sari, & Ismirawati, 2019).

- Keterampilan Kolaborasi
Keterampilan kolaborasi merupakan keterampilan yang dikembangkan untuk
bekerja sama secara efektif dan efisien. Dalam kolaborasi, dibutuhkan sikap saling
menghormati, menerima perbedaan, dan mensinergikan potensi dari masing-masing
pihak untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi adalah proses interaksi sosial untuk

menyelesaikan masalah, mencapai tujuan bersama, sharing pengetahuan, diskusi dalam


perencanaan dan membuat keputusan (Lee, Huh, & Reigeluth, 2015; Ritter, Wehner,
Lohaus, & Krämer, 2020).

F. Dampak Implementasi Keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum 2013 dan


2022 (Kurikulum Merdeka)

Implementasi Keterampilan Abad 21 dalam kurikulum 2013 ataupun 2022


(kurikulum merdeka) memberikan dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari
implementasi pembelajaran dengan muatan keterampilan 4C yaitu memberikan
pengalaman yang penuh makna dalam kehidupan siswa, karena suasana belajar yang
diciptakan guru sesuai dengan minat dan hobi mereka, sehingga kompetensi yang
mereka miliki akan muncul sendiri dari minat dan cara belajar yang disukainya. Dan
akan berdampak positif jika diberikan atau ditujukan kepada siswa yang sudah mampu
dengan muatan kompetensi yang diberikan, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
akan menyenangkan baginya.

Selain itu implementasi 4c meningkatkan keterampilan komunikasi, kreativitas,


keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan kolaborasi siswa. Sedangkan dampak
negatifnya, akan berimbas pada siswa yang tidak menyukai metode belajar yang
digunakan oleh guru ketika pembelajaran berlangsung, sehingga siswa kesulitan untuk
memahami materi yang dipelajari dan suasana kelas menjadi tidak menyenangkan bagi
siswa, ketika muatan kompetensi tersebut tidak sesuai dengan kompetensi yang dimiliki
siswa. Sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak menyenangkan baginya karena
terasa sulit atau bahkan menimbulkan tekanan bagi siswa oleh karena
ketidakmampuannya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

V. KESIMPULAN
Implementasi keterampilan abad 21, seperti komunikasi, kolaborasi, berpikir
kritis, dan kreativitas, memiliki dampak positif dan negatif dalam kurikulum
pendidikan seperti Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka (2022). Dampak
positifnya meliputi pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa, peningkatan
keterampilan 4C, dan pengembangan kemampuan siswa, yang relevan dalam
menghadapi tantangan zaman yang kompetitif. Namun, dampak negatifnya termasuk
kesulitan bagi siswa yang tidak sesuai dengan metode pembelajaran tertentu dan potensi
tekanan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi pendekatan
pembelajaran yang fleksibel, disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat
memaksimalkan manfaat dari implementasi keterampilan abad 21 dalam kurikulum
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Awang, H., & Daud, Z. (2015). Improving a communication skill through the learning
approach towards the environment of engineering classroom. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 195, 480–486.
doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.06.241.

BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. [Online]. Tersedia:


http://www.bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/2012/04/LaporanBSNP-
2010.pdf. diakses pada tanggal 11 Oktober 2017.

Fitria, D., Lufri, L., Elizar, E., & Amran, A. (2023). 21st Century Skill-Based Learning
(Teacher Problems In Applying 21st Century Skills). International Journal Of
Humanities Education and Social Sciences (IJHESS), 2(4).

Janthon, U., Songkram, N., & Koraneekij, P. (2015). Work-based blended learning and
technological scaffolding system to enhance communication skills for
caregivers under local administrative organization, Ministry of Interior,
Thailand (Part I). Procedia - Social and Behavioral Sciences, 174, 984–991.
doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.722.

Jufriadi, A., Huda, C., Aji, S. D., Pratiwi, H. Y., & Ayu, H. D. (2022). Analisis
Keterampilan Abad 21 Melalui Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar
Kampus Merdeka. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 7(1), 39-53.

Kamarudin, S.K., Abdullah, S.R.S., Kofli, N.T., Rahman, N.A., Tasirin, S.M., Jahim,
J., & Rahman, R.A. (2012). Communication and teamwork skills in student
learning process in the university. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
60, 472–478. doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.409.

Lee, D., Huh, Y., & Reigeluth, C.M. (2015). Collaboration, intragroup conflict, and
social skills in project-based learning. Instructional Science, 43(5), 561–590.
doi.org/10.1007/s11251-015-9348-7.

Mahanal, S., Zubaidah, S., Sumiati, I.D., Sari, T.M., & Ismirawati, N. (2019).
RICOSRE: A learning model to develop critical thinking skills for students with
different academic abilities. International Journal of Instruction, 12(2), 417–
434. doi.org/10.29333/iji.2019.12227a.

Plucker, J.A., Beghetto, R.A., & Dow, G.T. (2004). Why isn’t creativity more important
to educational psychologists? Potentials, pitfalls, and future directions in
creativity research. Educational Psychologist, 39(2), 83–96.
doi.org/10.1207/s15326985ep3902_1.
Rita Nichols, Jennifer. “Four Essential Rules Of 21st Century Learning.” [Online].
Tersedia: http://www.teachthought.com/learning/4-essentialrules-of-21st-
century-learning/ diakses pada tanggal 11 Oktober 2017.

Sternberg, R.J. (2000). Identifying and developing creative giftedness. Roeper Review,
23(2), 60–64. doi.org/10.1080/02783190009554067.

Shaw, A., Liu, O.L., Gu, L., Kardonova, E., Chirikov, I., Li, G., … Loyalka, P. (2020).
Thinking critically about critical thinking: Validating the Russian HEIghten®
critical thinking assessment. Studies in Higher Education, 45(9), 1933–1948.
doi.org/10.1080/03075079.2019.1672640.

Anda mungkin juga menyukai