Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“PARADIGMA PEMBELAJARAN DAN KOMPETENSI


KECAKAPAN ABAD 21”

disusun oleh:
1. Retno Vita Sari
2. Jamilah Septiyani Dwi Ningrum

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
2024
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat


limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis diberikan kelancaran dan kemudahan
urusan, memberikan kesehatan, rezeki, serta kesabaran bagi penulis dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “Paradigma
Pembelajaran Dan Kompetensi Kecakapan Abad 21”
Penulis sudah berupaya semaksimal mungkin untuk dapat menyajikan
makalah ini agar mudah dipahami, dan dapat dimanfaatkan oleh para pembaca.
Harapannya semoga makalah ini dapat diterima dan dilaksanakan hingga selesai
sebagaimana mestinya. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu dan
mempermudah bagi para pembaca yang sedang membutuhkannya, bermanfaat
serta dapat menambah wawasan sehingga bisa digunakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan memohon rahmat dan inayah dari Allah SWT semoga jasa baik
yang telah mereka berikan kepada penulis demi terselesaikannya makalah
penelitian ini mendapat limpahan hidayah dan pahala yang setimpal oleh Allah
SWT, In syaa Allah, Aamiin Ya Rabb.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Indramayu, Maret 2024


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
2.1 PARADIGMA PEMBELAJARAN ABAD 21......................................2
2.1.1 Paradigma Baru Pendidikan...............................................................2
2.1.2 Paradigma Keilmuan Baru.................................................................5
2.1.3 Pemberdayaan Potensi Peserta Didik.................................................7
2.1.4 Tantangan Pembelajaran Abad Ke-21...............................................8
2.1 KECAKAPAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN.....................9
2.1.5 Pilar Pendidikan.................................................................................9
2.1.6 Kecakapan Abad 21.........................................................................11
2.1.7 Kualitas Karakter Kecakapan Abad 21............................................12
2.1.8 Kompetensi Kecakapan Abad 21.....................................................14
2.1.9 Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills).......................15
2.1.10 Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Innovation)........................16
2.1.11 Kolaborasi (Collaboration)..............................................................16
2.1.12 Implementasi Kecakapan Abad 21 dalam Pembelajaran.................17
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
3.1 Kesimpulan............................................................................................23
3.2 Saran.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pendidikan di era modern ini mengalami pergeseran paradigma yang
signifikan. Paradigma pendidikan abad 21 ditekankan pada kemampuan peserta
didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber, merumuskan permasalahan,
berpikir analitis dan kerja sama serta berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Model pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan abad ke-21 ini hanya akan dapat
terwujud jika terjadinya pergeseran pola pikir dan pola tindak dalam berbagai
konteks penyelenggaraan proses pendidikan dan pengajaran.

Kompetensi kecakapan abad 21 secara global dijabarkan dalam 4 kategori


sebagai berikut:

1. Cara berpikir: Kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, memecahkan masalah,


mengambil keputusan, dan belajar untuk belajar.
2. Cara untuk bekerja: Berkomunikasi dan bekerja sama.
3. Alat untuk bekerja: Pengetahuan umum dan keterampilan teknologi informasi
dan komunikasi.
4. Keterampilan hidup dan kerja: Inisiatif dan kewirausahaan, produktivitas dan
akuntabilitas, kepemimpinan dan tanggung jawab.

Pendidikan perlu dipandang dan diorientasikan sebagai pengembangan


kompetensi abad 21. Sesuai kebutuhan abad 21 pada Society 5.0, guru perlu
memvariasikan model pembelajaran yang unggul agar mampu melejitkan
kecakapan siswa. Pembelajaran yang bisa dipilih agar terwujudnya sumber daya
manusia yang unggul yaitu model yang berpusat pada siswa (student centred).

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana paradigma pembelajaran dapat disesuaikan dengan
tantangan dan kebutuhan abad 21?
2. Bagaimana efektivitas paradigma pembelajaran dalam meningkatkan
kompetensi kecakapan abad 21?
3. Apa saja hambatan dalam implementasi paradigma pembelajaran yang
berorientasi pada kompetensi kecakapan abad 21 dan bagaimana cara
mengatasinya?
4. Bagaimana peran pendidik dalam menerapkan paradigma pembelajaran
yang sesuai dengan kompetensi kecakapan abad 21?
5. Bagaimana pengaruh paradigma pembelajaran terhadap peningkatan
kompetensi kecakapan abad 21 pada siswa?

I.3 Tujuan
1. Memahami cara-cara baru dalam pembelajaran yang relevan dengan
perkembangan zaman.
2. Mengembangkan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan di era
abad 21.
3. Menerapkan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan abad 21.
4. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam mengajar dengan paradigma
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masa kini.
5. Menilai dampak penerapan paradigma pembelajaran terhadap
perkembangan keterampilan abad 21 pada siswa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PARADIGMA PEMBELAJARAN ABAD 21


II.1.1 Paradigma Baru Pendidikan
Pembaruan pendidikan tidak mungkin terjadi tanpa adanya
pembaruan paradigma. Pembaruan paradigma pendidikan nasional harus
dapat mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan internal dan
global. Paradigma tersebut haruslah mengarah kepada lahirnya generasi
bangsa Indonesia yang bersatu dan demokratis. Oleh karena itu,
penyelenggaraan pendidikan dan penyusunan kurikulum yang sentralistik
harus diubah dan disesuaikan dengan tuntutan pendidikan yang demokratis.
Demikian pula dalam menghadapi globalisasi, maka proses pendidikan
haruslah dapat meningkatkan kemampuan berkompetisi di dalam kerja
sama, inovatif, dan meningkatkan kualitas. Oleh sebab itu, paradigma baru
pendidikan nasional dapat mengembangkan kebhinekaan menuju satu
masyarakat Indonesia yang bersatu dan demokratis (Lasminawati Endang,
2015).

Dengan demikian, paradigma baru pendidikan nasional haruslah


dituangkan dalam bentuk kebijakan pemerintah. Kebijakan tersebut dapat
dijabarkan dalam berbagai program pengembangan pendidikan nasional
secara bertahap dan berkelanjutan (Tilaar,2000). Kebijakan dan peran
pendidikan yang berorientasi kemajuan ke masa depan itu adalah dapat
melahirkan manusia Indonesia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas
adalah manusia yang memiliki moral yang tinggi dan intelektual yang
memadai untuk mengenal atau menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut Sidi (2001) “Manusia berkualitas yang hendak dilahirkan
melalui pendidikan itu, tidak mungkin terealisasikan jika pendidikan kita
masih berorientasi pada nilai akademik saja, tetapi juga berorientasi pada

2
bagaimana seorang peserta didik mampu belajar dari pengalaman
lingkungan, dan kehebatan para ilmuwan, sehingga ia bisa mengembangkan
potensi intelektualnya”. Orientasi pendidikan tidak dapat terlaksana jika
pendidikan kita tidak memiliki visi yang jelas. Untuk mencapai
terselenggaranya pendidikan bermutu dewasa ini muncul paradigma baru
dengan istilah manajemen pendidikan yang difokuskan pada otonomi,
akuntabilitas, akreditasi dan evaluasi. Keempat pilar manajemen pendidikan
ini diharapkan pada akhirnya mampu menghasilkan pendidikan bermutu dan
meningkatnya daya saing sumber daya manusia sekaligus mampu membawa
perubahan bagi bangsa Indonesia kedepan. dengan adanya paradigma
pendidikan baru maka akan terjadi adanya perubahan mind set untuk
mencetak out put yang lebih berkualitas yang pada akhirnya mampu
membawa perubahan yang lebih baik. Menurut Wirakartakusumah (1998)
keempat pilar manajemen pendidikan yaitu:
1. Otonomi
Pengertian otonomi dalam pendidikan belum sepenuhnya
mendapatkan kesepakatan pengertian dan implementasinya. Tetapi
paling tidak, dapat dimengerti sebagai bentuk pendelegasian
kewenangan seperti dalam penerimaan dan pengelolaan peserta didik
dan staf pengajar/staf non akademik, pengembangan kurikulum dan
materi ajar, serta penentuan standar akademik. Dalam penerapannya di
sekolah, misalnya, paling tidak bahwa guru/pengajar semestinya
diberikan hak-hak profesi yang mempunyai otoritas di kelas, dan tak
sekedar sebagai bagian kepanjangan tangan birokrasi di atasnya.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan
output dan outcome yang memuaskan. Akuntabilitas menuntut
kesepadanan antara tujuan lembaga pendidikan tersebut dengan
kenyataan dalam hal norma, etika dan nilai termasuk semua program
dan kegiatan yang dilaksanakannya. Hal ini memerlukan transparansi

3
(keterbukaan) dari semua pihak yang terlibat dan akuntabilitas untuk
penggunaan semua sumberdayanya.
3. Akreditasi
Akreditasi merupakan suatu pengendalian dari luar melalui proses
evaluasi tentang pengembangan mutu lembaga pendidikan tersebut.
Hasil akreditasi tersebut perlu diketahui oleh masyarakat yang
menunjukkan posisi lembaga pendidikan yang bersangkutan dalam
menghasilkan produk atau jasa yang bermutu. Pelaksanaan akreditasi
dilakukan oleh suatu badan independen yang berwenang. Di Indonesia
pelaksanaan akreditasi pendidikan untuk perguruan tinggi dilakukan
oleh Badan Akreditasi Nasional (BAN) dan sekolah-sekolah menengah
ke bawah oleh Badan Akreditasi Sekolah (BAS).
4. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu upaya sistematis untuk mengumpulkan dan
memproses informasi yang menghasilkan kesimpulan tentang nilai,
manfaat, serta kinerja dari lembaga pendidikan atau unit kerja yang
dievaluasi, kemudian menggunakan hasil evaluasi tersebut dalam
proses pengambilan keputusan dan perencanaan.
Pemberdayaan potensi peserta didik dalam proses pembelajaran
harus berpijak pada fakta dan realita. Untuk dapat mencapai
keberhasilan atau sukses yang didambakan oleh setiap individu, maka
diperlukan upaya-upaya sistematik. Menurut Jufri (2013),
pembelajaran harus lebih difokuskan pada pengembangan kemampuan
intelektual yang berlangsung secara terus-menerus dan mendorong
peserta didik untuk membangun pemahaman dan pengetahuan sendiri
dalam konteks sosial dan budaya. Tugas belajar didesain sedemikian
rupa oleh guru agar menantang dan menarik perhatian peserta didik
sehingga pembelajaran akan dapat mengantarkan peserta didik untuk
mencapai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Paradigma baru
pembelajaran yang perlu dikembangkan oleh setiap pendidik bidang

4
sains adalah pembelajaran yang mendidik yakni pembelajaran yang
memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut :

a. Menekankan pentingnya proses membelajarkan bagaimana cara


belajar (learning how learn).

b. Mengutamakan strategi yang mendorong dan melancarkan proses


belajar peserta didik.

c. Dirancang untuk membantu peserta didik agar memperoleh


kecakapan mencari jawaban atau solusi atas suatu masalah.

d. Dirancang dan dilaksanakan bukan untuk sekedar menyampaikan


informasi langsung kepada peserta didik tetapi lebih menekankan
pembelajaran berbasis kompetensi dengan pendekatan kontekstual.
Menurut Lapono (2008) yang dikutip oleh Jufri (2013), rancangan
program pembelajaran yang mendidik dan sistem asesmen yang tepat perlu
diidentifikasi berdasarkan karakteristik tertentu, yang meliputi hal-hal
berikut ini :

a. Hasil belajar peserta didik di nyatakan dengan kompetensi atau


kemampuan yang dapat di demonstrasikan, di tampilakan, atau
dapat di observasi indikator-indikatornya.
b. Kecepatan belajar peserta didik berbeda dalam mencapai
kentutasan belajar.
c. Asesmen hasil belajar menggunakan acuan kriteria.
d. Adanya program pembelajaran remediasi dan pengayaan.

II.1.2 Paradigma Keilmuan Baru


Sebagaimana dikemukakan di depan tentang kemampuan
konektifitas, berkat teknologi ini ilmu pengetahuan semakin mengerucut,
menyatu bahkan menghasilkan hibrida. Hal tersebut dirintis oleh para

5
fisikawan yang mulai berspekulasi mencari teori umum yang dapat
menerangkan hubungan tentang adanya empat gaya (gravitasi,
elektromagnit, gaya kuat, dan gaya lemah) ke dalam teori string atau teori
yang dapat menerangkan segala masalah (Theory of Everything). Dalam
konteks ini, beberapa teknologi masa depan yang sedang dan akan
mengubah paradigma adalah:
a. Nanosains dan Teknologi nano.
Pada saat yang bersamaan dengan perintisan teori DNA, fisikawan
Feineman mengutarakan gagasan tentang inti dari proses manipulasi
materi atom dan molekul dengan menggunakan kehandalan materi itu
sendiri. Dengan bantuan teknologi pemberdayaan yang sesuai dengan
ukuran nano tersebut, diharapkan masalah gravitasi tidak menjadi
kendala, sedangkan tegangan permukaan dan gaya tarik bekerjanya
menjadi semakin signifikan.
b. Neurosains kognitif.
Istilah neurosains kognitif berasal dari "kognisi" yaitu proses
mengetahui, dan "neurosains" yaitu ilmu yang mempelajari sistem
saraf. Ilmu ini berupaya untuk melokalisir bagian-bagian otak sesuai
dengan fungsinya dalam kognisi. Oleh karena itu fokusnya adalah otak
dan sistem saraf yang berkaitan dengan fungsi otak. Ilmu ini pada
dasarnya berupaya untuk mengungkap struktur dan fungsi dari otak
manusia.
c. Teknologi pencitraan.
Studi tentang optik mengantarkan pada penelitian yang lebih jauh
mengenai pencitraan. Di antara teknologi pencitraan yang paling
memberikan sumbangan besar pada kehidupan abad XXI adalah serat
optik, hologram, dan Realitas Virtual.
d. Hologram/Holografi.
Hologram adalah produk dari teknologi holografi. Hologram
terbentuk dari perpaduan dua sinar cahaya yang koheren dan dalam
bentuk mikroskopik. Hologram bertindak sebagai gudang informasi

6
optik. Informasi- informasi optik itu kemudian akan membentuk suatu
gambar, pemandangan, atau adegan.
e. Teknologi Informasi.
Dunia kehidupan dan pendidikan khususnya pada abad XXI ini
telah dicirikan oleh hadirnya teknologi informasi, yang dampaknya
telah mengubah berbagai sendi kehidupan yang bersifat mendasar.
Dalam kaitannya dengan dunia akademis, sains dan teknologi tersebut
di atas telah membuka wawasan baru tentang realitas alam, manusia
(kemampuan dan keterbatasannya) serta makna kehidupan sosial
budayanya, sehingga mendobrak dominasi filsafat ilmu reduksionistik
pada tataran ontologis, epistimologis maupun metodologis.
II.1.3 Pemberdayaan Potensi Peserta Didik

Dunia pendidikan Indonesia terus berbenah diri, demi tercapainya


tataran hasil yang baik, terutama pada era globalisasi. Dewasa ini tuntutan
out put pendidikan harus mampu bersaing secara global dan internasional,
sehingga persaingan lapangan kerja bangsa kita mampu menjadi pemenang
baik untuk lapangan kerja dalam negeri maupun luar negeri, hal tersebut
tidak dapat dipungkiri diperlukan penanganan yang serius mulai dari tataran
pendidikan formal maupun nonformal pendidikan di Indonesia.

Guru memiliki peran penting dalam membantu peserta didik untuk


menemukan jati dirinya terkait dengan peran guru dalam memfasilitasi
berkembangnya potensi-potensi peserta didik secara menyeluruh, termasuk
mendorong mereka agar mampu memberdayakan dirinya dalam
menghadapi berbagai masalah. Tugas guru sangat berat terutama dalam
menghadapi tantangan pendidikan saat ini dan profesionalisme guru bukan
hanya selembar sertifikat belaka yang kemudian dapat memperoleh
tambahan penghasilan melalui sertifikasi tapi diharapkan guru-guru akan
lebih optimal bekerja keras, inovati, kreatif dalam bekerja sehingga tuntutan

7
peningkatan mutu pendidikan dapat meningkat sesuai dengan standar yang
diharapkan bersama.
Menurut Jufri (2013) “Dalam kegiatan pembelajaran, guru dituntut
untuk mengembangkan sikap terbuka dan sabar agar dapat memahami
peserta didiknya dengan akal sehat”. Menurut Drost (2000) yang dikutip
oleh Jufri (2013) mengemukakan bahwa “selayaknya guru tidak secara
gegabah melihat kesalahan peserta didik, akan tetapi lebih baik mencari sisi
positif dan berusaha memberikan pujian. Seandainya perlu di berikan
teguran, maka hendaknya tidak di lakukan dengan nada marah dan
membenci”.
Menurut Jufri (2013), secara lebih spesifik, beberapa dimensi
kemapuan peserta didik yang perlu di perhatiakan dalam upaya
pemberdayaan individu peserta didik melalui proses belajar ini adalah:

a. Mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri.


b. Meningkatkan rasa percaya diri .
c. Dapat meningkatkan kemampuan menghargai diri dan orang lain.
d. Meningkatkan kemandirian dan inisiatif untuk memulai perubahan.
e. Meningkatkan komitmen, tanggung jawab dan motivasi internal.
f. Meningkatkan kemampuan mengatasi masalah secara kreatif dan
positif.
g. Meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara
professional.
h. Mengembangkan kemampuan mengendalikan diri dan tidak mudah
menyalahkan orang lain.
i. Meningkatkan kemampuan membina hubungan orang interpersonal
yang baik.
j. Meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.

8
II.1.4 Tantangan Pembelajaran Abad Ke-21
Tuntutan dalam menjawab globalisasi pendidikan telah hadir di
depan mata, berbagai perangkat elektronik dan koneksinya dalam
menghantarkan peserta didik belajar secara cepat dan akurat apabila
dimanfaatkan secara benar dan tepat, untuk itu dibutuhkan sumber daya
manusia yang tanggap terhadap perkembangan TIK (Sutrisno,2011).
Menurut Alessi dan Trollip (2011) “Pembelajaran berbasis ICT memiliki
banyak keunggulan. Salah satunya keunggulan itu berupa penggunaan
waktu yang digunakan menjadi lebih efektif , bahan materi pelajaran
menjadi lebih mudah diakses,menarik, dan murah biayanya”.
Inilah yang menjadi tantangan pembelajaran abad 21, kehadiran ICT
dalam dunia pendidikan maka dituntut siswa untuk kreatif, inovatif, berfikir
kritis serta metakognitif dan sehingga menjadikan siswa memiliki
kemampuan berkomunikasi dan bekerja kolaborasi (berkelompok) dengan
harapan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat
dijadikan bekal hidup di masyarakat yang memiliki karakter baik lokal
maupun global dan dapat dipertanggungjawabkan secara personal maupun
sosial masyarakat.Dengan hadirnya ICT di dunia pendidikan seyogyanya
dapat menghantarkan wajah pendidikan kearah yang lebih baik sehingga
tantangan pembelajaran abad 21 dapat terselesaikan, tentunya tidak terlepas
dari peran guru sebagai tenaga pendidik yang dituntut kreatif dan inovatif
mengembangkan pembelajaran dengan mengintegrasikan teknologi dan
komunikasi.

2.1 KECAKAPAN ABAD 21 DALAM PEMBELAJARAN


II.1.5 Pilar Pendidikan
Pilar pendidikan merupakan soko guru pendidikan. UNESCO
memberikan empat pilar pendidikan yang terdiri atas learning to know,
learning to do, learning to be, dan learning to live together in peace. Tetapi
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, tidak cukup dengan empat
pilar tersebut, maka dalam pendidikan di Indonesia ditambah dengan

9
dengan pilar pendidikan “belajar untuk memperkuat keimanan, ketaqwaan,
dan akhlak mulia” (Drs. Purwadi Sutanto, 2017). Berikut uraian masing-
masing pilar pendidikan tersebut.
1. Belajar untuk Mencari Tahu (Learning to Know)
Belajar untuk mencari tahu terkait dengan cara mendapatkan
pengetahuan melalui penggunaan media atau alat yang ada. Media bisa
berupa buku, orang, internet, dan teknologi yang lainya.
Implementasinya untuk mencari tahu tersebut di Indonesia sudah
berjalan melalui proses belajar membaca, menghafal, dan
mendengarkan, baik yang terjadi di dalam kelas maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
2. Belajar untuk Mengerjakan (Learning to Do)
Belajar untuk melakukan atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari
belajar mengetahui karena perbuatan tidak terlepas dari ilmu
pengetahuan. Belajar untuk melakukan atau berkarya merupakan
upaya untuk senantiasa melakukan dan berlatih keterampilan untuk
keprofesionalan dalam bekerja. Terkait dengan pembelajaran didalam
kelas, maka belajar untuk mengerjakan ini sangat diperlukan latihan
keterampilan bagaimana peserta didik dapat menggunakan
pengetahuan tentang konsep atau prinsip mata pelajaran tertentu dalam
mata pelajaran lainnya atau dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan
demikian peserta didik memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
dapat mempengaruhi kehidupannya dalam mennetukan pilihan kerja
yang ada di masyarakat.
3. Belajar untuk Menjadi Pribadi (Learning to Be)
Belajar untuk menjadi atau berkembang utuh, belajar untuk
menjadi atau berkembang secara utuh berkaitan dengan tuntutan
kehidupan yang semakin kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter
pada diri individu. Belajar menjadi pribadi yang berkembang secara
optimal yang memiliki kesesuaian dan keseimbangan pada

10
kepribadianya baik itu moral, intelektual, emosi, spiritual, maupun
sosial, sehingga dalam pembelajaran, guru memiliki kewajiban untuk
mengembangkan potensi peserta sesuai dengan bakat dan minatnya
agar peserta didik tersebut dapat menentukan pilihannya, terlepas dari
siapa dan apa pekerjaanya, tetapi yang penting adalah dia menjadi
sosok yang pribadi memiliki keunggulan.
4. Belajar untuk Hidup Berdampingan dalam Kedamaian (Learning to
Live Together in Peace)
Belajar hidup bersama ini sangat penting, karena masyarakat yang
beragam, baik dilihat dari latar belakang, suku, ras, agama, etnik, atau
pendidikan. Pada pembelajaran, peserta didik harus memahami bahwa
keberagaman tersebut bukan untuk dibeda-bedakan, akan tetapi
dipahamkan bahwa keberagaman tersebut tergabung dalam suatu
lingkungan masyarakat. Oleh karena itu saling membantu dan
menghargai satu dengan yang lainya sangat diperlukan agar tercipta
masyarakat yang tertib dan aman, sehingga setiap individu dapat
belajar dan hidup dalam kebersamaan dan kedamaian.
5. Belajar untuk Memperkuat Keimanan, Ketaqwaan, dan Akhlak Mulia.
Pilar yang ini hanya terdapat dalam secara tersirat dalam
pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas yang menyatakan bahwa salah satu
tujuan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Implementasi dari pilar tersebut diwujudkan secara langsung
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan mata
pelajaran PPKn, dan dalam mata pelajaran lain sebagai hasil
pembelajaran tidak langsung melalui pencapaian KI-1 (Kompetensi
Spiritual).

11
II.1.6 Kecakapan Abad 21
Pendidikan Abad 21 merupakan pendidikan yang
mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap,
serta penguasaan terhadap TIK. Kecakapan tersebut dapat dikembangkan
melalui berbagai model pembelajaran berbasis aktivitas yang sesuai
dengan karakteristik kompetensi dan materi pembelajaran. Kecakapan
yang dibutuhkan di Abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih
tinggi (Higher Order Thinking Skills (HOTS)) yang sangat diperlukan
dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.

II.1.7 Kualitas Karakter Kecakapan Abad 21


Salah satu karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013
adalah harus dapat mengarahkan peserta didik untuk memahami potensi,
minat dan bakatnya dalam rangka pengembangan karir, baik di jenjang
pendidikan yang lebih tinggi maupun karir di masyarakat. Oleh sebab itu,
maka peserta didik harus dipersiapkankan untuk memiliki kualitas karakter
yang sesuai dengan tuntutan kecakapan Abad 21 sebagai berikut:
a. Iman & taqwa;
Undang-Undang No. 20, Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Oleh sebab itu,
maka pengembangan karakter iman dan dan taqwa menjadi tuntutan
utama dalam proses pendidikan.
b. Cinta tanah air;
Memiliki rasa cinta tanah air yaitu rasa kebanggaan, rasa memiliki,
rasa menghargai, rasa menghormati dan loyalitas pada negara tempat

12
ia tinggal yang tercermin dari perilaku membela tanah airnya, menjaga
dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa
dan negaranya, mencintai adat atau budaya yang ada dinegaranya
dengan melestarikannya dan melestarikan alam dan lingkungan. (self
patriotism)
c. Rasa ingin tahu;
Mampu meningkatkan kualitas dirinya melalui berbagai aktivitas
dan pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dengan penuh rasa ingin tahu
untuk meningkatkan kualitas dirinya (personal productivity and
curiosities).
d. Inisiatif;
Memiliki sejumlah keahlian dasar yang diperlukan untuk
menjalankan fungsi sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang
dapat menginisiasi orang lain untuk berbuat kebaikan (initiative skills).
e. Gigih;
Memiliki sikap bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatan
yang dilakukan sebagai seorang individu mandiri (personal
responsibility), serta menghargai dan menjunjung tinggi pelaksanaan
etika dalam menjalankan kehidupan sosial bersama (ethics).
f. Kemampuan Beradaptasi;
Memiliki kemampuan dalam beradaptasi dan beradopsi dengan
berbagai perubahan yang terjadi sejalan dengan dinamika kehidupan
(adaptability).
g. Kepemimpinan;
Memiliki sikap dan kemampuan untuk menjadi pemimpin dan
menjadi yang terdepan dalam berinisiatif demi menghasilkan berbagai
terobosan- terobosan (leadership).
h. Memiliki rasa bertanggung jawab terhadap lingkungan kehidupan
maupun komunitas yang ada di sekitarnya, serta mencintai adat atau
budaya yang ada dinegaranya dengan melestarikannya dan
melestarikan alam dan lingkungan (sosial and cultural responsibility).

13
i. Memiliki alasan dan dasar yang jelas dalam setiap langkah dan
tindakan yang dilakukan (accountability).
Untuk mewujudkan kualitas karakter abad 21, maka diupayakan
adanya Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) untuk mengembangkan
nilai karakter religious, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreativ,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab dan lain-lain.
Nilai nilai tersebut dapat dikristalisasikan menjadi 5 nilai utama yaitu:
religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas.

II.1.8 Kompetensi Kecakapan Abad 21


a. Kecakapan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah ( Critical Thinking
and Problem Solving Skill )
Berpikir kritis bersifat mandiri, berdisiplin diri, dimonitor diri,
memperbaiki proses berpikir sendiri. Hal itu dipandang sebagai aset
penting terstandar dari cara kerja dan cara berpikir dalam praktek. Hal
itu memerlukan komunikasi efektif dan pemecahan masalah dan juga
komitmen untuk mengatasi sikap egosentris dan sosiosentris bawaan
(Paul and Elder, 2006:xviii ). Berpikir kritis menurut Beyer (1985)
adalah:
1. Menentukan kredibilitas suatu sumber,
2. Membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan,
3. Membedakan fakta dari penilaian,
4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan,
5. Mengidentifikasi bias yang ada,
6. Mengidentifikasi sudut pandang, dan
7. Mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung
pengakuan. Masih banyak para ahli yang memberikan pengertian
atau definisi berpikir kritis ini, tetapi dalam bahasan ini akan
disajikan hasil meramu sebagai berikut:

14
a. Menggunakan berbagai tipe pemikiran/penalaran atau alasan,
baik induktif maupun deduktif dengan tepat dan sesuai situasi.
b. Memahami interkoneksi antara satu konsep dengan konsep
yang lain dalam suatu mata pelajaran, dan keterkaitan antar
konsep antara suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya.
c. Melakukan penilaian dan menentukan keputusan secara efektif
dalam mengolah data dan menggunakan argumen.
d. Menguji hasil dan membangun koneksi antara informasi dan
argumen.
e. Mengolah dan menginterpretasi informasi yang diperoleh
melalui simpulan awal dan mengujinya lewat analisis terbaik.
f. Membuat solusi dari berbagai permasalahan non-rutin, baik
dengan cara yang umum, maupun dengan caranya sendiri.
g. Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha
menyelesaikan permasalahan.
h. Menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikan suatu masalah.

II.1.9 Kecakapan Berkomunikasi (Communication Skills)


Komunikasi merupakan proses transmisi informasi, gagasan,
emosi, serta keterampilan dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata,
gambar, grafis, angka, dsb. Raymond Ross (1996) mengatakan bahwa
“Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-
simbol sedemikian rupa agar membantu pendengar membangkitkan
respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan
oleh komunikator”.
Kecakapan komunikasi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai
berikut:
a. Memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif
dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia
(ICT Literacy).

15
b. Menggunakan kemampuan untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu
pada saat berdiskusi, di dalam dan di luar kelas, maupun tertuang pada
tulisan.
c. Menggunakan bahasa lisan yang sesuai konten dan konteks
pembicaraan dengan lawan bicara atau yang diajak berkomunikasi.
d. Selain itu dalam komunikasi lisan diperlukan juga sikap untuk dapat
mendengarkan, dan menghargai pendapat orang lain, selain
pengetahuan terkait konten dan konteks pembicaraan.
e. Menggunakan alur pikir yang logis, terstruktur sesuai dengan kaidah
yang berlaku.
f. Dalam Abad 21 komunikasi tidak terbatas hanya pada satu bahasa,
tetapi kemungkinan multi-bahasa.

II.1.10 Kreativitas dan Inovasi (Creativity and Innovation)


Creativity is “the achievement of something remarkable and new,
something which transforms and changes a field of endeavor in a
significant way . . . the kinds of things that people do that change the
world.” Guilford (1976) mengemukakan kreatifitas adalah cara-cara
berpikir yang divergen, berpikir yang produktif, berdaya cipta berpikir
heuristik dan berpikir lateral.
Beberapa kecakapan terkait kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran antara lain sebagai
Berikut:
a. Memiliki kemampuan dalam mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru secara lisan atau tulisan.
b. Bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
c. Mampu mengemukakan ide-ide kreatif secara konseptual dan
praktikal.
d. Menggunakan konsep-konsep atau pengetahuannya dalam situasi baru
dan berbeda, baik dalam mata pelajaran terkait, antar mata pelajaran,
maupun dalam persoalan kontekstual.
e. Menggunakan kegagalan sebagai wahana pembelajaran.

16
f. Memiliki kemampuan dalam menciptakan kebaharuan berdasarkan
pengetahuan awal yang dimiliki.
g. Mampu beradaptasi dalam situasi baru dan memberikan kontribusi
positif terhadap lingkungan.

II.1.11 Kolaborasi (Collaboration)


Kolaborasi dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk
kerjasama dengan satu sama lain saling membantu dan melengkapi untuk
melakukan tugas-tugas tertentu agar diperoleh suatu tujuan yang telah
ditentukan. Kecakapan terkait dengan kolaborasi dalam pembelajaran
antara lain sebagai berikut:

1. Memiliki kemampuan dalam kerjasama berkelompok.


2. Beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara
produktif dengan yang lain.
3. Memiliki empati dan menghormati perspektif berbeda.
4. Mampu berkompromi dengan anggota yang lain dalam kelompok demi
tercapainya tujuan yangbtelah ditetapkan.

II.1.12 Implementasi Kecakapan Abad 21 dalam Pembelajaran


1. Pengembangan RPP
Seperti perencanaan pembelajaran pada umumnya, pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan kecakapan Abad 21 juga direncanakan dari
awal dimulai dengan menganalisis Kompetensi sampai menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP (lihat naskah
pengembangan RPP). Karakter kecakapan Abad 21 dapat
dikembangkan sesuai dengan karakteristik KD dan materi yang akan
dibahas.
a. Menentukan jenis kecakapan yang akan dikembangkan sesuai dengan
kompetensi dasar (mungkin fokus, tidak pada keempat-empatnya,
misalnya berpikir kritis dan problem solving, atau kolaborasi) Contoh
kompetensi dasar dalam mata pelajaran Matematika.

17
b. Merumuskan tujuan pembelajaran agar cukup jelas dalam
menunjukkan kecakapan yang harus dimiliki peserta didik Contoh
Tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran Matematika.
c. Mengembangkan IPK agar dapat mencapai KD (Lihat Naskah
Pengembangan RPP) dan dapat mengembangkan karakter kecakapan
berpikir kritis dan pemecahan masalah Contoh IPK dalam mata
pelajaran Matematika.
d. Mengembangkan materi pembelajaran yang relevan. Materi
dikembangkan sesuai dengan karakteristik KD yang mencakup materi
yang bersifat faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif (lihat
Naskah Pengembangan RPP). Materi-materi tersebut dipilih dan
dipilah agar dapat memenuhi mengembangkan karakter kecakapan
yang telah dirumuskan sesuai tuntutan KD.
e. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan
sesuai dengan hasil analisis .
1. Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan pengembangan
berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and
problem solving skills). Contoh kegiatan dalam mata pelajaran
Matematika.
2. Kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan pengembangan
komunikasi (communication skills). Contohnya Diskusi untuk
mengolah informasi yang diperoleh, Mengemukakan
pendapat/sanggahan, serta memberikan masukkan kepada
pendapat orang lain (guru atau temannya), Melaporkan hasil
diskusi melalui tulisan dan/atau lisan atau penyajian.
3. Melalui kegiatan pembelajaran ini juga peserta didik dapat
mengembangkan kecakapan kepemimpinan (leadership)dengan
mengatur jalannya diskusi, sehingga diskusi tetap fokus dan
dapat memperoleh suatu simpulan yang bermakna. Untuk
selanjutnya peserta didik juga dapat menerapkan
pengetahuannya dalam bentuk suatu karya (tulis, lisan, atau

18
perbuatan) yang berkaitan dengan cara belajar untuk
mengerjakan (learning to do).
4. Kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kreatifitas
dan inovasi (creativity and innovation skills). Contohnya
berdiskusi untuk mengolah informasi yang diperoleh,
Mengimplementasikan konsep atau pengetahuannya dalam
membuat contoh permasalahan dan penyelesaiannya, serta
menganalisa hasil diskusi dan membandingkannya dengan teori
yang ada pada sumber referensi (buku paket atau internet).
5. Kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kolaborasi
(collaboration skills). Contohnya bekerjasama dalam
berkelompok dengan pembagian peran dan tanggungjawab,
untuk menyusun suatu tulisan sederhana tentang fenomena
alam dalam mata pelajaran Matematika, Fisika, atau Bahasa.
6. Kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat mengembangkan
berpikir kritis, kreatif, dan kolaborasi. Contohnya Peserta didik
bekerjasama untuk memecahkan persoalan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pembelajaran Abad 21 merupakan pembelajaran yang harus
mempersiapkan generasi Abad 21 dengan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK atau ICT) yang berkembang begitu
cepat. Perkembangan Teknologi tersebut mempengaruhi berbagai
aspek kehidupan termasuk pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu
Kurikulum 2013 terus diperbaiki sesuai dengan tuntutan kemajuan TIK
tetapi harus tetap mengakar pada budaya bangsa sebagaimana
tercantum dalam Pancasila dan UUD RI Tahun 1945. Pembelajaran
dalam Kurikulum 2013 merupakan pembelajaran berbasis aktivitas
yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan potensi, minat, dan bakatnya, termasuk dalam
penguasaan terhadap TIK, khususnya komputer. Sejalan dengan

19
karateristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 seperti yang tertuang
dalam Permendikbud Nomor 103 Tahun 2015, maka karakteristik
pembelajaran Abad 21 dapat dijabarkan antara lain sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik; guru harus lebih banyak
mendengarkan siswanya saling berinteraksi, berargumen, berdebat,
dan berkolaborasi. Fungsi guru dari pengajar berubah dengan
sendirinya menjadi fasilitator bagi peserta didik.
Contoh kegiatan pembelajaran:
1. Guru membagikan beberapa bagan silsilah jeluarga, peserta
didik diminta untuk mendiskusikan bagan tersebut dalam tiap
kelompok dan menceritakan isinya secara lisan maupun
tertulis.
2. Guru berkeliling untuk memberikan arahan yang diperlukan
dan mengkondisikan terjadinya kolaborasi yang baik antar
peserta didik dengan cara memberikan penjelasan tata cara
kerja kelompok.
b. Mekanisme pembelajaran harus terdapat interaksi multi-arah yang
cukup dalam berbagai bentuk komunikasi serta menggunakan
berbagai sumber belajar yang kontekstual sesuai dengan materi
pembelajaran. Guru harus berusaha menciptakan pembelajaran
melalui berbagai pendekatan atau metode atau model
pembelajaran, termasuk penggunaan TIK. contoh; guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari
informasi mengenai istilah-istilah yang berkaitan dengan silsilah
keluarga dari berbagai sumber, termasuk dari sumber media atau
internet..
c. Peserta didik disarankan untuk lebih lebih aktif dengan cara
memberikan berbagai pertanyaan dan melakukan penyelidikan,
serta menuangkan ide-ide, baik lisan, tulisan, dan perbuatan.

20
d. Kegiatan pembelajaran yang dikembangkan harus dapat
memfasilitasi peserta didik untuk dapat bekerjasama antar
sesamanya (kolaboratif dan kooperatif).
e. Semua kompetensi (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4) harus dibelajarkan
secara terintegrasi dalam suatu mata pelajaran, sehingga peserta
didik memiliki kompetensi yang utuh.
f. Pembelajaran harus memperhatikan karakteristik tiap individu
dengan kuinikannya masing-masing, sehingga dalam perencana
pembelajaran harus sudah diprogramkan pelayanan untuk peserta
didik dengan karakteristik masing-masing (normal, remedial, dan
pengayaan).
g. Guru harus dapat memotivasi peserta didik untuk memahami
interkoneksi antar konsep, baik dalam mata pelajarannya dan antar
mata pelajaran, serta aplikasinya dalam dunia nyata.
h. Sesuai dengan karakter pendidikan Abad 21 (4K atau 4C), maka
pembelajaran yang dikembangkan harus dapat mendorong peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir lebih tinggi
(Higher Order Thinking Skills = HOTS).
i. Pembelajaran yang dilaksanakan mengacu kepada RPP yang telah
dikembangkan sebelumnya.

3. Penilaian Hasil Belajar


Penilaian hasil belajar pada pembelajaran dalam rangka
mengembangkan kecakapan abad 21 pada dasarnya sama dengan
penilaian hasil belajar pada umumnya sesuai dengan peraturan yang
diberlakukan (baca Panduan Penilaian Hasil Belajar di SMA). Namun,
selain harus memenuhi prinsip-prinsip dasar penilaian, dalam rangka
memenuhi tuntutan kecakapan Abad 21, maka penilaian hasil belajar
juga harus dapat mengukur penguasaan peserta didik terhadap kualitas
karakter, kompetensi, dan pengauasaan literasi, serta dapat
mengembangkan proses berfikir tingkat tinggi / Higher Order Thinking

21
Skills (HOTS). Berikut adalah contoh instrumen penilaian yang dapat
digunakan untuk mengukur kecakapan Abad 21 (HOTS, Literasi, 4C).
Soal diberikan dalam bentuk peta untuk menghadirkan multimoda
dalam penguasaan literasi agar peserta didik mampu meramu informasi
yang diperoleh dari bentuk visual melalui pemecahan masalah yang
disajikan dalam bentuk tulisan.

Implikasi kecakapan abad 21 tidak hanya terbatas pada kegiatan


intrakurikuler, tetapi juga pada kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Misalnya kegiatan Karya Ilmiah Remaja (KIR), Pramuka, Pendidikan Bela
Negara (PBN). Sedangkan Contoh kegiatan kokurikuler yang mendukung
implementasi kecakapan abad 21 antara lain : kegiatan peningkatan imtaq,
kegiatan literasi, upacara bendera, pemilihan ketua OSIS secara
demokratis, mengikut sertakan OSIS dalam menentukan kebijakan
sekolah.

22
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Paradigma baru dalam pendidikan adalah pola atau konsep-konsep
baru yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan tersebut adalah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, diperlukan visi-misi yang jelas, strategi-strategi baru, dan
konsep-konsep baru dalam proses dan pengelolaan pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan sosial yang terjadi.

Dalam menghadapi tantangan era globalisasi, para guru perlu


mencari dan menemukan paradigma baru yang terkait dengan tugas dan
peran mereka sebagai pendidik. Paradigma pembelajaran yang relevan
dengan tuntutan ilmu pengetahuan saat ini adalah pembelajaran yang
mendidik. Paradigma pembelajaran yang mendidik memiliki karakteristik
seperti menekankan proses pembelajaran tentang bagaimana cara belajar
(learning how to learn), mengutamakan strategi yang mendorong dan
memfasilitasi proses belajar peserta didik, serta mengarahkan mereka untuk
memperoleh keterampilan dalam mencari jawaban atau solusi atas
pernyataan atau masalah dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis
dan kreatif.

Dalam konteks ini, guru perlu memperhatikan empat pilar


pendidikan, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
untuk menjadi (learning to be), dan belajar untuk hidup bersama-sama atau
belajar bersosialisasi (learning to live together).

23
III.2 Saran
Untuk mencetak generasi yang berkualitas, yang memiliki
penguasaan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu
menghadapi perkembangan zaman, paradigma baru dalam pendidikan
sangatlah penting. Paradigma ini perlu dibentuk melalui kebijakan
pemerintah yang tepat dan peran guru yang sangat signifikan dalam
membentuk hasil belajar peserta didik.

Peran guru juga sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan


yang berkualitas. Guru yang efektif dan profesional dapat memberikan
pengajaran yang berkualitas, memotivasi peserta didik, dan membantu
mereka mengembangkan potensi mereka secara maksimal. Guru juga perlu
terus mengembangkan diri melalui pelatihan dan pengembangan profesional
agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terus berubah.

Dengan adanya kebijakan pemerintah yang sesuai dan guru yang


efektif dan profesional, tujuan pendidikan untuk mencetak generasi
berkualitas dapat lebih terarah dan mudah dicapai. Hal ini akan memberikan
kontribusi yang besar dalam menghadapi perkembangan zaman dan
mempersiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Purwadi Sutanto, M. S. (2017). Panduan Implementasi Kecakapan Abad 21


Kurikulum 2013 Di Sekolah Menengah Atas. Panduan Implementasi
Keterampilan Abad 21 Kurikulum 2013 Di SMA, i–45.
Lasminawati Endang. (2015). Paradigma Pembelajaran Abad 21 (p. 11).

25

Anda mungkin juga menyukai