Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR

PROBLEM AND PROJECT BASED LEARNING

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Pengembangan Kurikulum dan Inovasi Pembelajaran Sekolah Dasar

Oleh:
1. Hilmi Alima Muktianti (19712251048)
2. Zulfan Hanif Rahman (19712251053)
3. Annafi’atul Hikmah (19712251059)
4. Wigi Andriyana (19712251068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas
Makalah dalam rangka memenuhi tugas mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan
Inovasi Pembelajaran Sekolah Dasar dengan judul “Konsep Dasar Problem and
Project Based Learning” dapat disusun sesuai harapan. Tugas makalah ini dapat
diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Selain itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Ibu Dr. Christina
Ismaniati, M.Pd. selaku Dosen pengampu mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
dan Inovasi Pembelajaran Sekolah Dasar yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 2 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Manfaat dan Tujuan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pendekatan Problem Based Learning ............................................ 3
1. Pengertian Problem Based Learning ....................................... 3
2. Sintaks Problem Based Learning ............................................ 6
3. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning ............ 9
B. Pendekatan Project Based Learning .............................................. 12
1. Pengertian Project Based Learning ......................................... 12
2. Karakteristik Project Based Learning ..................................... 15
3. Prinsip Project Based Learning ............................................... 16
4. Langkah-Langkah Project Based Learning ............................. 18
5. Kelebihan dan Kekurangan Project Based Learning............... 20

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan........................................................................................ 23
B. Saran .............................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan abad 21 dewasa ini banyak mempengaruhi perubahan di
berbagai bidang dan aspek kehidupan. Kebutuhan masyarakat tentunya juga
mengalami perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. Perubahan secara total
pada masyarakat menjadi hal yang penting untuk dikaji. Pendidikan secara langsung
juga mendapat dampak dari adanya perkembangan ini. Industrialisasi besar-besaran
Revolusi Industri 4.0, globalisasi, dan melimpahnya sumber informasi menjadi
sebuah tantangan tersendiri. Pendidikan sebagai bidang pencipta sumber daya
manusia dipaksa untuk mengikuti perkembangan tersebut. Pendidikan dituntut untuk
dapat menghasilkan manusia yang memiliki berbagai pengetahuan dan keterampilan
untuk menunjang kebutuhan abad 21 dan Revolusi Industri 4.0. Keterampilan
mengharuskan siswa mampu menguasai 4C (Critical Thinking, Creative Inovatif,
Comunication, Collaboration, Self Evidence, dan Literasi). Bahkan saat ini mulai
muncul istilah Society 5.0 sebagai bentuk solusi atas keprihatinan dari mulai
berkurangnya peran manusia dalam berbagai hal. Melalui Society 5.0 diharapkan
manusia mampu memiliki keterampilan-keterampilan asli sebagai makhluk sosial
yang tidak dimiliki oleh robot.
Hal tersebut ternyata telah sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah terkait dengan pelaksanaan
pembelajaran yakni Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesertadidik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses

1
2

pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi


lulusan.
Agar proses pembelajaran dapat memenuhi standar proses diatas, diharapkan
guru mampu memahami dengan baik pendekatan, metode, model, dan strategi yang
digunakan di dalam kelas. Dengan begitu guru dapat melakukan pengembangan
inovasi pembelajaran sebagai usaha meningkatkan minat pembelajaran di kelas. Salah
satu pendekatan yang sesuai dengan perkembangan abad 21, Revolusi Industri 4.0,
dan Society 5.0 yakni Project dan Problem Based Learning yang akan kita bahas
lebih lanjut di BAB II.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pendekatan Poblem dan Project Based Learning?
2. Bagaimana karakteristik pendekatan Poblem dan Project Based Learning?
3. Bagaimana tahap penerapan Poblem dan Project Based Learning?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan Poblem dan Project Based Learning
dalam pembelajaran?

C. Manfaat dan Tujuan


1. Mengetahui pengertian pendekatan Poblem dan Project Based Learning.
2. Mengetahui karakteristik pendekatan Poblem dan Project Based Learning.
3. Mengetahui tahap penerapan Poblem dan Project Based Learning.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Poblem dan Project Based Learning
dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendekatan Problem Based Learning


1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model problem based learning juga biasa disebut dengan model


pembelajaran berbasis masalah. Menurut Darmadi (2017:117) pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk
belajar. Didalam kelas yang menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia
nyata. Masalah yang diberikan pada peserta didik ini digunakan untuk
mengikat rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dipelajari. Pembelajaran
problem based learning didorong oleh tantangan, masalah nyata, dan peserta
didik bekerja dalam kelompok kolaborasi kecil. Peserta didik didorong untuk
bertanggungjawab terhadap kelompoknya dan mengorganisir proses
pembelajaran dengan bantuan instruktur atau guru.

Menurut Hamdayama (2016:116) berpendapat bahwa model


pembelajaran problem based learning adalah pembelajaran yang memusatkan
pada masalah kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Sedangkan
menurut Abdullah (2014:127) model pembelajaran problem based learning
merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara
menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaa-pertanyaan,
memfasilitasi penyeledikan dan membuka dialog. Model pembelajaran
problem based learning menuntut peserta didik untuk aktif melakukan
penyelidikan dalam menyelesaikan suatu masalah sehingga mampu
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.

Setiap model pembelajaran mempunyai karakteristik masing-masing,

3
4

hal inilah yan membedakan model pembelajaran yang satu dengan model
pembelajaran yang lainnya. Karakteristik model pembelajaran problem based
learning yang dikembangkan Barrow (dalam Liu 2005:2) adalah sebagai
berikut:
1) Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam problem based learning lebih
menitikberatkan pada peserta didik untuk belajar. Oleh karena itu, problem
based learning didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana peserta didik
didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri.
2) Authentic problems from the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada peserta didik adalah masalah yang otentik
sehingga peserta didik mampu dengan mudah memahami masalah tersebut,
serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya dimasa yang
akan datang.
3) New information is acquired through self-directed learning
Proses pemecahan masalah memungkinkan masih terdapat peserta didik
yang belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya,
sehingga peserta didik berusaha untuk mencari sendiri melalui berbagai
sumber.
4) Learning occurs in small groups
Pada pelaksanaan problem based learning, agar terjadi interaksi ilmiah
dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara
kolaborative, problem based learning dilaksanakan dalam bentuk kelompok
kecil.
5) Teacher act as fasilitators
Pada pelaksanaan problem based learning, guru berperan sebagai
fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau
perkembangan aktivitas peserta didik dan mendorong peserta didik agar
5

dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.


Sedangkan Trianto (2009:93) berpendapat bahwa karakteristik
model pembelajaran problem based learning yaitu: (1) adanya pengajuan
pertanyaan atau masalah; (2) berfokus pada keterkaitan antar disiplin; (3)
penyelidikan autentik; (4) menghasilkan produk atau karya dan
mempresentasikannya; dan (5) kerja sama.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning
adalah suatu model pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah
pada kehidupan nyata sebagai pusat pembelajaran supaya peserta didik
dapat terangsang untuk belajar memecahkan permasalahan tersebut
sehingga peserta didik dapat meningkatan keterampilan dan berfikir kritis
dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah yang dijadikan
pembelajaran berhubungan dengan kenyataan yang dialami oleh peserta
didik. Dalam model problem based learning, pembelajaran dilakukan
dengan cara kolaboratif yaitu menggunakan kelompok kecil untuk
menyelesaikan permasalahan.

Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran


yang sesuai dengan perkembangan abad 21, industri 4.0, dimana model ini
menitik beratkan pada siswa. Dalam model ini guru benar-benar berperan
sebagai fasilitator, namun tetap memantau perkembangan aktivitas anak
dan mendorongnya mencapai target yang menjadi tujuan. Problem based
learning juga mampu menstimulus anak untuk berpikir kritis dengan
memberikan permasalahan yang ada di sekitar lingkungan anak. Dengan
demikian anak dapat mengimplikasikannya di dunia nyata untuk kemudian
hari. Selain itu semua, Problem Based Learning juga memfasilitasi anak
untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, kreatifitas maupun
kemampuan kolaborasi melalui kegiatan pembentukan kelompok kecil
6

dalam menyelesaikan permasalahan.


Berdasarkan analisis di atas, dapat kita pastikan bahwa problem
based learning memiliki karakteristik yang sesuai dengan tuntutan abad 21
dan industri 4.0. karakteristik yang dimiliki problem based learning sangat
memadai untuk pengembangan 4 kemapuan yaitu; critical thinking skill,
creativity, communication, dan collaboration skill pada anak. hal ini tentu
sesuai dengan tuntutan kompetensi abad 21 dan industry 4.0 yaitu 4C.

2. Sintaks model pembelajaran problem based learning


Menurut Suprihatiningrum (2013:226) proses pemecahan masalah
dalam problem based learning mengikuti 7 langkah, antara lain: (1)
mengidentifikasi masalah dan klarifikasi kata-kata sulit yang ada didalam
skenario; (2) menentukan masalah; (3) brainstorming, anggota kelompok
mendiskusikan dan menjelaskan masalah tersebut berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki; (4) menentukan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai; (5) memilih solusi yang paling tepat sebagai
penyelesaian masalah; (6) belajar mandiri, peserta didik belajar mandiri
untuk mencari informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran;
(7) setiap anggota kelompok menjelaskan hasil belajar mandiri mereka dan
saling berdiskusi.
Pemecahan masalah dalam problem based learning harus sesuai
dengan langkah-langkah metode ilmiah. Hal ini agar peserta didik dapat
belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Sehingga
peserta didik dapat meningkatkan pengalaman belajar dalam memecahkan
masalah sesuai dengan langkah-langkah yang benar.
Sedangkan Arends (dalam buku Ngalimun 2016:124) berpendapat
bahwa dalam mengimplementasikan problem based learning ada 5
fase/tahapan yaitu:
7

(1) mengorientasikan peserta didik pada masalah; (2) mengorganisasi


peserta didik untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individu
maupun kelompok; (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5)
menganalisis dan mengevakuasi proses pemecahan masalah.
Menurut John Dewey (dalam buku Hamdayama 2016: 144)
mengemukakan bahwa sintaks model pembelajaran tersebut terdapat
beberapa fase antara lain: (1) merumuskan masalah; (2) menganalisis
masalah; (3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menguji
hipotesis; (6) merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. Model
pembelajaran problem based learning diterapkan untuk membantu peserta
didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah,
keterampilan intelektual belajar berperan sebagai orang dewasa melalui
pelibatan peserta didik dalam pengalaman nyata atau simulasi.
Menurut Aris Shoimin (2014:131) mengemukakan bahwa langkah-
langkah dalam model pembelajaran Problem Based Learning adalah
sebagai berikut:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,
tugas, jadwal, dll).
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,
pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas
dengan temannya.
8

5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap


penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat disimpulan bahwa
sintaks model pembelajaran problem based learning yang memungkinkan
untuk dikembangkan dalam pembelajaran kompetensi adalah sebagai
berikut:

Tahapan Kegiatan Guru dan Peserta Didik

Tahap 1 a. Guru menjelaskan tujuan dan


materi pembelajaran dengan
Orientasi peserta didik pada problem based learning
masalah b. Guru menjelaskan tahapan dalam
problem based learning
c. Guru mendeskripsikan perangkat
yang dibutuhkan dalam problem
based learning
d. Guru memotivasi peserta didik
agar terlihat dalam aktivitas
pemecahan masalah
Tahap 2 a. Guru membagi peserta didik
menjadi kelompok kecil untuk
Mengorganisasi peserta memecahkan masalah
didik untuk belajar b. Guru mendorong peserta didik
untuk mengidentifikasi tugas-
tugas belajar terkait permasalahan
Tahap 3 a. Guru mendorong peserta didik
untuk mendapatkan informasi
Membimbing penyelidikan yang tepat berkaitan dengan
individu maupun kelompok materi pembelajaran
b. Guru mendorong siswa
melaksanakan mencoba
memecahkan masalah
c. Guru mendorong peserta didik
untuk mencapai penjelasan dan
solusi dari permasalahan yang
dihadapi
Tahap 4 a. Guru membantu peserta didik
dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan laporan hasil
9

menyajikan hasil karya pemecahan masalah


b. Guru membantu peserta didik
3. K
untuk membagi tugas dengan
e teman kelompoknya terkait
pelaksanaan presentasi
l
Tahap 5 Guru membantu peserta didik untuk
e melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
Menganalisis dan hasil presentasi dan proses yang
b
mengevaluasi proses digunakan.
pemecahan masalah
4. K

5. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning


Kurniasih dan Berlin (2015:49-50) berpendapat bahwa kelebihan
model pembelajaran berbasis masalah diantaranya adalah: (1)
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif peserta didik;
(2) Dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah para peserta
didik dengan sendirinya; (3) Meningkatkan motivasi peserta didik dalam
belajar; (4) Membantu peserta didik dalam belajar untuk mentransfer
pengetahuan dengan situasi yang serba baru;
Dapat mendorong peserta didik mempunyai inisiatif untuk belajar
secara mandiri; (6) Mendorong kreativitas peserta didik dalam
pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan; (7) Dengan
model pembelajaran ini akan terjadi pembelajaran yang bermakna; (8)
Model ini mengintregasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; (9) Model
pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal
untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam
bekerja kelompok.
Menurut Hamdayama (2016: 117) juga menjelaskan bahwa kelebihan
model pembelajaran problem based learning, antara lain: (1) pembelajaran
10

berpusat pada peserta didik karena peserta didik dilibatkan pada kegiatan
belajar sehingga peserta didik mampu menyerap pengetahuan dengan
baik; (2) jiwa sosial peserta didik juga berkembang karena peserta didik
dilatih untuk bekerja sama dengan peserta didik lain dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan guru; (3) peserta didik dapat memperoleh
pengetahuan baru dari berbagai sumber.
Sedangkan menurut Susanto (2014:88-89) menjelaska bahwa
kelebihan dari model pembelajaran problem based learning antara lain:
(1) pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup baik untuk
memahami isi pembelajaran; (2) pemecahan masalah dapat menantang
kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru; (3) pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran peserta didik; (4) pemecahan masalah dapat membantu
peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata; (5) pemecahan masalah dapat
membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan; (6)
pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan diskusi peserta
didik; (7) pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan peserta didik
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru; (8) pemecahan masalah
dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran berbasis masalah
menurut Kurniasih dan Berlin (2015:50-51), antara lain: (1) model ini
membutuhkan pembiasaan, karena dalam teknis pelaksanaannya yang
rumit dan peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi dan daya kreasi yang
tinggi; (2) persiapan proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama,
hal tersebut karena sedapat mungkin persoalan yang ada harus dipecahkan
11

sampai tuntas, agar maknanya tidak terpotong; (3) peserta didik tidak dapat
benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar,
terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya; (4)
tak jarang guru juga merasa kesulitan, hal tersebut disebabkan karena guru
kesulitan dalam menjadi fasilitator dan mendorong peserta didik untuk
mengajukan pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi.
Menurut Hamdayama (2016: 117) juga memaparkan kelemahan dari
model pembelajaran problem based learning, antara lain: (1) untuk peserta
didik yang malas. tujuan pembelajaran ini tidak dapat tercapai; (2)
membutuhkan banyak waktu dan dana; (3) tidak semua pelajaran dapat
diterapkan model ini.
Pendapat lain dari Susanto (2014:90) yang mengungkapkan bahwa
kelemahan dari model problem based learning, antara lain; (1) bila peserta
didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa
masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencoba; (2) keberhasilan pendekatan pembelajar melalui
pemecahan masalah membutuhkan cukup waktu untuk persiapan; (3) tanpa
pemahaman mereka untuk berusaha memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar dari apa yang mereka pelajari.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran problem based learning memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan model pembelajaran problem based learning,
antara lain: (1) peserta didik mampu berfikir kritis dan kreatif dalam
menyelesaikan masalah; (2) peserta didik akan terbiasa dalam menghadapi
suatu masalah yang nyata; (3) menciptakan rasa kebersamaan karena
peserta didik akan terbiasa bekerjasama dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi; (4) mampu meningkatkan motivasi dan keaktifan peserta
didik dalam pembelajaran; (5) mendapatkan pengetahuan atau pengalaman
baru; (6) menciptakan pembelajaran yang bermakna dan tidak monoton;
12

(7) peserta didik mampu mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan


secara simultan serta mengaplikasikannya dalam permasalahan yang ada di
dunia nyata. Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran problem
based learning, antara lain: (1) pelaksanaan model pembelajaran problem
based learning membutuhkan pembiasaan, waktu yang cukup lama dan
dana yang tinggi; (2) pembelajarannya harus dilakukan sampai selesai
agar maknanya tidak terpotong; (3) model pembelajaran ini tidak bisa
diterapkan untuk semua mata pelajaran; (4) jika peserta didik malas maka
tujuan pembelajaran tidak akan tercapai; (5) guru merasa kesulitan dalam
menerapkan pembelajaran ini karena guru kurang mampu mendorong
peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran.

B. Konsep Project Based Learning

1. Pengertian Project Based Learning


Project-Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang
sudah banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Project Based
Learning (PBL) bermakna sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek (Rais,
2010, p.4). Pembeajaran Berbasis Proyek adalah suatu pendekatan
pendidikan yang efektif yang berfokus pada kreatifitas berpikir, pemecahan
masalah, dan interaksi antara siswa dengan kawan sebaya mereka untuk
menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru. Khususnya ini
dilakukan dalam konteks pembelajaran aktif, dialog ilmiah dengan
supervisor yang aktif sebagai peneliti (Asan, 2005 dalam Jagantara,
Adnyana, dan Widiyanti, 2014).
13

Menurut (Bender, 2019) Project Based Learning atau Pembelajaran


berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang berfokus pada siswa
untuk menghadapi masalah nyata yang penting dan bermakna di
sekitarnya, menentukan cara mengatasinya, dan membuat solusi atas
masalahnya secara kolaboratif. Selain itu, menurut Mitler dan
Stinson,Project Based Learning dapat juga disebut Pembelajaran Berbasis
Projekyang mana masalah dan waktu aktivitasnya berbeda yakni masalah
terdiri dari multiple problem dan waktu pemecahannya lebih panjang
(Sulisworo, 2019).
Bender & Crane dalam(Bender, 2019) menyatakan bahwa, “ Project
Based Learning is more likely to prepare student with 21st –century
technology and problem solving skills”. Rule Barrera dan Rhem juga
mengungkapkan tentang instruksi yang ada didalam Project Based
Learning mampu mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif
merencanakan proyek, melakukan penelitian dan investigasi, bahkan
menerapkan pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalahnya. Selain
itu, pendekatan ini juga memaksa siswa bekerja kolaboratif dalam
timsebagai usaha menciptakan makna dan mengelola beberapa informasi
abstrak untuk membuat solusi atas permasalahan tersebut (Bender,
2019).Menurut (Nurrohman, 2007) Project based learning merupakan,
“Pendekatan yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk
merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif,
dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan
kepada orang lain”.
Berbeda dengan model-model tradisional yang mementingkan
kecepatan pencapaian target kurikulum yang menghasilkan pembelajaran
yang singkat dan pada tataran kulit, Project Based Learning (PBL)
memberikan pengalaman belajar yang detail, rinci, menantang, dan dalam
jangka waktu yang lebih panjang dengan target terselesaikannya proyek
14

yang menghasilkan sebuah produk, karya siswa yang memuaskan. Menurut


Buck Institute for Education (Samanthis & Sulistyo, 2014:25), terdapat
perbedaan antara pembelajaran tradisional dan Project Based Learning.
Berikut ini perbedaan tersebut.

Tabel 1. Perbandingan Pembelajaran Tradisional dengan PBL


15

Jika dilihat perbandingan dalam tabel diatan pembelajaran Project Based


Learning sudah mengarah kepada tuntutan abad 21, industry 4.0, society 5.0, hal
tersebut dapat dilihat dalam konteks pembelajaran mengenai bahan-bahan ajar
dimana siswa mengembangkan data dan bahan ajar yang disediakan guru. Tidak
hanya itu dalam konteks penggunaan teknologi guru mengarahkan kegunaan
teknologi dalam mempresentasikan hasil pemikirannya.Tuntutan industry 4.0 juga
terlihat pada konteks kelas dimana siswa bekerja daam kelompok, siswa
berkolaboratif satu dengan yang lainnya. Siswa mengkonstruksikan, berkontribusi
dan melakukan sintesis informasi. Selain itu society 5.0 juga sudah nampak dalam
Project Based Learning.

2. Karakteristik Project Based Learning


Hasil penelitian Global SchoolNet tentang The Autodesk
Foundation dalam (Nurrohman, 2007) menunjukkan karakteristik
pendekatan Project Based Learning yang meliputi,
i. Siswa membuat kerangka kerjanya sendiri;
ii. Pemberian tantangan atau masalah awal kepada siswa;
iii. Siswa mendesain sendiri proses penciptaan solusi atas
permasalahan atau tantangannya;
iv. Siswa bekerja dalam tim kelompok kolaboratif untuk mengakses
serta mengelola informasi pemecahan masalahnya;
v. Proses evaluasi dilaksanakan secara kontinu
vi. Refleksi dilakukan secara berkala
vii. Produk akhir aktivitas belajar dievaluasi secara kualitatif
viii. Situasi pembelajaran sangat fleksibel dan toleran.
Dalam karakteristik Project based learning sudah jelas Nampak skill
abad 21, industri 4.0, society 5.0, dimana sudah dijelaskan diatas.
16

3. Prinsip-Prinsip Project Based Learning


Menurut (Sulisworo, 2019) dalam penerapan Project Based
Learning tidak terlepas dari prinsip-prinsip pengembangan aktivitas siswa
yakni,
a. Menumbuhkan minat belajar siswa;
b. Mendorong munculnya kelompok belajar;
c. Setiap kelompok belajar kemudian difasilitasi untuk dapat membuat
perencanaan proyek belajar sesuai dengan aktivitas yang telah mereka
lakukan sebelumnya.
d. Kelompok belajar bertanggungjawab penuh pada pengendalian
kegiatan. Siswa diberikan kebebasan untuk berdiskusi, saling berbagi
pengalaman, dan melaporkan kemajuan dengan kelompok lainnya.
e. Kemajuan belajar setiap kelompok per minggu sesuai jadwal dapat
dilakukan dengan diskusi, progress report, shared vision, presentasi
dan sebagainya. Sehingga kegiatan tersebut dapat menjadi evaluasi dan
catatan untuk melaksanakan proyek selanjutnya.

Menurut (Wena, 2014) model pembelajaran Project Based Learning


memiliki pronsip sebagai berikut.
1) Prinsip sentralistis (centrality)
menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum.
Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta
didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja
proyek.Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik
tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari,
melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas.
17

2) Prinsip pertanyaan penuntun (driving question)


bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan
yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh
konsep atau prinsip utama.
3) Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation)
merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang
mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi.
Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik
untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan
persoalan yang dihadapinya.Dalam hal ini guru harus mampu
merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa
ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa
ingin tahu yang tinggi.
4) Prinsip otonomi (autonomy)
dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai
kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja
dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena
itu, lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang
sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari PBL.Dalam hal ini guru
hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong
tumbuhnya kemandirian peserta didik.
5) Prinsip realistis (realism)
berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata. PBL harus
dapat memberikan perasaan realistis kepada peserta didik dan
mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan
autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan
di lapangan.
18

4. Langkah-Langkah Penerapan Project Based Learning


The George Lucas Educational Foundation (2003) menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Project Based Learning (PBL) sebagai berikut:

1. Question Start with the Essential Question.


Pembelajaran kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberikan
pertanyaan menantang kepada siswa. Pertanyaan yang akan menggiring
siswa pada konteks pembelajaran berbasis proyek dan memberikan
tugas kepada siswa untuk melakukan sebuah aktivitas yang terkontrol.
Pertanyaan yang disampaikan adalah pertanyaan yang berkaitan dengan
dunia nyata dan dimulai dengan penyelidikan mendalam.
2. Plan which content outcomes will be addressed while answering the
question. Involve students in the questioning, planning, and
projectbuilding process. Teacher and students brainstorm activities
that support the inquiry. Perencanaan Proyek Langkah kedua yaitu,
siswa, dengan bimbingan guru, menyusun perencanaan proyek yang
akan dikerjakan. Penetapan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
dalam proyek dari tahap awal hingga akhir proyek. Kegiatan yang
dilakukan dalam perencanaan di antaranya: (1) menentukan ukuran
proyek; (2) menentukan aturan main; (3) pemilihan aktifitas-aktifitas
yang akan dilakukan sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
esensial; (4) menentukan pelaksana-pelaksana proyek dengan tugas dan
tanggung jawabnya masingmasing; dan (5) menentukan bahan dan alat
yang diperlukan.
3. Schedule Teacher and students design a timeline for project
components. Set benchmarks. Keep it simple and age-appropriate. Pada
bagian ini siswa dengan bimbingan guru diminta membuat sebuah
jadwal kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan perencanaan
aktifitas-aktifitas yang akan dilakukan. Tujuan kegiatan ini adalah
memberikan pemahaman kepada siswa bahwa untuk melakukan sebuah
proyek yang besar, sebuah kelompok kerja membutuhkan jadwal kerja
yang baik agar proyek dapat dilaksanakan sesuai rencana. Meskipun
demikian, kegiatan ini diupayakan dilakukan dengan sederhana dan
tidak membingungkan siswa, mislnya dengan memberikan contoh
jadwal kegiatan yang pernah ada. Setelah mendapatkan pengarahan dari
19

guru, siswa dapat melakukan kegiatan ini di luar jam pembelajaran


biasa. Hal ini dilakukan agar siswa tidak diburu waktu yang singkat dan
dapat memunculkan kreatifitas mereka.Siswa dapat melakukan
eksplorasi dan memperoleh sumber inspirasi yang lebih luas.Siswa
mempresentasikan hasil penyusunan jadwal mereka pada kegiatan
pembelajaran di sekolah sebagai bentuk tanggung jawab.
4. Monitor Make the assessment authentic. Know authentic assessment will
require more time and effort from the teacher. Vary the type of
assessment used. Dalam melaksanakan proyeknya, siswa mendapat
pengawasan dari guru. Pengawasan ini berfungsi bukan hanya sebagai
sebuah kontrol kerja namun juga sebenarnya merupakan sebuah proses
pembimbingan. Monitoring dilakukan dengan memberikan fasilitas
penuh kepada siswa untuk melakukan aktifitasnya dengan sempurna.

5. Facilitate the process. Mentor the process. Utilize rubrics.Pada tahap ini
guru diharapkan mampu memfasilitasi prosesnya, bimbing prosesnya,
dan gunakan rubrik.

6. Evaluate Take time to reflect individually and as a group. Share feelings


and experiences. Discuss what worked well. Discuss what needs change.
Share ideas that will lead to new inquiries, thus new projects.Evaluasi
Proyek Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan kegiatan evaluasi
proyek.Kegiatan yang dilakukan adalah guru dan siswa melakukan
refleksi pelaksanaan proyek.

Dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan menggunakan


Project Based Learning dapat berpedoman pada tingkah laku guru dan
siswa dalam setiap tahap. Tahap-tahap tersebut menurut (Tinenti, 2018)
yakni.
20

Tabel 2. Tahap-Tahap Pengembangkan Project Based Learning

5. Keuntungan dan Kelemahan Project Based Learning


Terdapat beberapa keuntungan atau kelebihandalam (Murniati, 2016)
dengan pendekatan Project Based Learningmeliputi.
21

1. Memotivasi peserta didik dengan melibatkannya di dalam


pembelajarannya, membiarkan sesuai minatnya, menjawab pertanyaan
dan untuk membuat keputusan dalam proses belajar.
2. Menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu.
3. Membantu keterkaitan hidup di luar sekolah, memperhatikan dunia
nyata, dan mengembangkan ketrampilan nyata.
4. Menyediakan peluang unik karena pendidik membangun hubungan
dengan peserta didik, sebagai pelatih, fasilitator, dan co-learner.
5. Menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan dengan
komunitas yang besar.
6. Membuat peserta didik lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
7. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
8. Memberikan pengalaman pada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan
sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
9. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara
kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta
didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran.

Project Based Learning ini juga memiliki kelemahan. Kelemahannya


antara lain:memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah,
membutuhkan biaya yang cukup banyak, banyak pendidik yang merasa
nyaman dengan kelas tradisional, di mana pendidik memegang peran
utama di dalam kelas, banyaknya peralatan yang harus disediakan, peserta
didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
22

informasi akan mengalami kesulitan, ada kemungkinan peserta didik ada


yang kurang aktif dalam kerja kelompok, ketika topik yang diberikan pada
masing-masing kelompok berbeda, dan dikhawatirkan peserta didik tidak
bisa memahami topik secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan yang telah disampaikan sebelumnya
mengenai pendekatan Problem Dan Project Based Learning dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Pendekatan pembelajaran Problem Based Learning yaitu suatu model
pembelajaran yang menyajikan masalah-masalah pada kehidupan nyata
sebagai pusat pembelajaran supaya peserta didik dapat terangsang untuk
belajar memecahkan permasalahan tersebut sehingga peserta didik dapat
meningkatan keterampilan dan berfikir kritis dalam menyelesaikan suatu
masalah. Sedangkan Project Based Learning atau Pembelajaran berbasis
Proyek merupakan suatu pendekatan pendidikan yang efektif yang
berfokus pada kreatifitas berpikir, pemecahan masalah, dan interaksi antara
siswa dengan kawan sebaya mereka untuk menciptakan dan menggunakan
pengetahuan baru.
2. Karakteristik Problem Based Learning meliputi Learning is student-
centered; Authentic problems from the organizing focus for learning; New
information is acquired through self-directed learning; Learning occurs in
small groups, dan teacher acts as facilitator. Sedangkan karakteristik
Project Based Learning atau Pembelajaran berbasis Proyek meliputi siswa
membuat kerangka kerjanya sendiri; pemberian tantangan atau masalah
awal kepada siswa; siswa mendesain sendiri proses penciptaan solusi atas
permasalahan atau tantangannya; siswa bekerja dalam tim kelompok
kolaboratif untuk mengakses serta mengelola informasi pemecahan
masalahnya; proses evaluasi dilaksanakan secara kontinu refleksi dilakukan
secara berkala; Produk akhir aktivitas belajar dievaluasi secara kualitatif;
Situasi pembelajaran sangat fleksibel dan toleran.

23
24

3. Tahap penerapan Problem Based Learning meliputi orientasi peserta didik


pada masalah; mengorganisasi peserta didik untuk belajar; membimbing
penyelidikan individu maupun kelompok; mengembangkan dan
menyajikan hasil karya; dan menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah. Sedangkan tahapan Project Based Learning atau
Pembelajaran berbasis Proyek meliputi Question Start with the Essential
Question; Involve students in the questioning, planning, and
projectbuilding process; Schedule Teacher and students design a timeline
for project components; Monitor Make the assessment authentic; Facilitate
the process; dan Evaluate Take time to reflect individually and as a group.
4. Kelebihan Poblem dan Project Based Learning yakni (1)
Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif; (2)
Meningkatkan motivasi dalam belajar; (3) Membantu peserta didik dalam
belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi yang serba baru; (4)
Dapat mendorong peserta didik mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri; (5) Mendorong kreativitas peserta didik dalam pengungkapan
penyelidikan masalah yang telah ia lakukan; (7) Dengan model
pembelajaran ini akan terjadi pembelajaran yang bermakna; (8) Model ini
mengintregasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; (9) Model pembelajaran
ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Sedangkan kelemahannya yakni memerlukan banyak waktu untuk
menyelesaikan masalah, membutuhkan biaya yang cukup banyak, banyak
pendidik yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana pendidik
memegang peran utama di dalam kelas, banyaknya peralatan yang harus
disediakan, peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan, ada kemungkinan
25

peserta didik ada yang kurang aktif dalam kerja kelompok, ketika topik
yang diberikan pada masing-masing kelompok berbeda, dan dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.
DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Sani Ridwan. (2014). Pembelajaran Saintifik Untuk Kurikulum 2013.


Jakarta: Bumi Aksara.

Archbald, D. (1991). Authentic assessment: what it means and how it can help
schools. Madison, WI: National Center for Effective Schools Research
Wisconsin.

Bender, William N. 2012.Project Based Learning: Differentiating Instruction For


The 21st Century. California: Corwin A SAGE Company.

Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika


Belajar Peserta didik. Yogyakarta: Deepublish.

Hamdayama, Jumanta. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Jagantara, I M. W., Adnyana, P. B, & Widiyanti, N. L. P. M. (2014).Pengaruh Model


Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Terhadap Hasil
Belajar Biologi Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa SMA. E-journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.Volume 4 (1).

Kurniasih, Imas & Berlin Sani. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran
Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Surabaya: Kata Pena.

Liu, Min. (2005). Motivating Students Through Problem-based Learning. Diakses dari
http://coporate.sullivan.edu. Pada tanggal 2 Desember, jam 10.15 WIB.

Murniati, Erni. 2016. Penerapan Metode Project Based Learning Dalam


Pembelajaran.(Online), (http://ap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/03/28-
Erni-Murniarti.pdf), diakses pada 1 Desember 2019.

Ngalimun. (2016). Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja


Pressindo.
Nurgiyantoro, B. (2011). Penilaian autentik dalam pembelajaran
bahasa.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurohman, Sabar. 2007. Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya


Internalisasi Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika. (Online),
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132309687/project-based-learning.pdf),
diakses pada 2 Desember 2019.

26
Rais, M. (2010).Project Based Learning: Inovasi Pembelajaran Yang Berorientasi
Soft Skills.Makalah dalam Seminar Nasional Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya 11 Desember 2010.

Samanthis, A. & Sulistyo, E. 2014.Pengembangan Perangkat Pembelajaran


Menggunakan Model Project Based Learning Pada Standar Kompetensi
Memperbaiki Radio Penerima Di SMKN 3 Surabaya Vol 3 No 1.(Online),
(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-teknik-
elektro/article/view/6328), diakses pada 1 Desember 2019.

Sulisworo, Dwi. 2019. Konsep Pembelajaran Project Based Learning. Semarang:


Penerbit Alprin.

Suprihatiningrum, Jamil. (2016). Strategi Pembelajaran Teori Aplikasi.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Susanto, Ahmad. (2014). Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Prenada


Media Group.

The George Lucas Educational Foundation.2003. Steps for Project-Based Learning


.(Online), (https://prezi.com/ky_fz_eah7rd/steps-for-project-based-learning/),
diakses pada 1 Desember 2019.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana

Wena, Made. 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan


Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

27

Anda mungkin juga menyukai