Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

INOVASI LEMBAGA PAUD


“INOVASI DALAM PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING,
COOPERATIVE LEARNING, CONCEPTUAL CHANGE INSTRUCTION”

ERMIANI N. KOLTA

(150401150025)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PG-PAUD
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Inovasi
Dalam Pembelajaran Project Based Learning, Cooperative Learning, Conseptual Change
Instruction guna memenuhi mata kuliah Inovasi Lembaga Paud.

Dalam makalah ini kami membahas tentang inovasi – inovasi yang digunakan dalam
model pembelajaran procet based learning, cooperative learning, conseptual change
instruction yang lebih kepada dunia ke PAUD an. Kami berharap makalah ini mampu
menambah wawasan bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 3

A. Model Pembelajaran Procject Based Learning ............................................. 3


1. Defenisi Project Based Learning .................................................................. 3
2. Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning .................................... 3
3. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning...................................... 4
B. Prinsip dan Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model
Pembelajaran Project Based Learning ........................................................... 5
C. Model Pembelajaran Cooperative Learning .................................................. 7
1. Cooperative Learning.................................................................................... 7
2. Teknik-Teknik Cooperative Learning........................................................... 9
3. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning ........................................ 11
D. Prinsip dan Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model
Pembelajaran Cooperative Learning .............................................................. 12
E. Model Pembelajaran Conceptual Change Instruction .................................. 14
1. Conceptual Change Instruction ..................................................................... 14
2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Conceptual
Change Instruction ........................................................................................ 16
F. Prinsip dan Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model
Pembelajaran Conceptual Change Instruction .............................................. 17

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 18

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 18
B. Saran .................................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dengan perkembangan dunia yang sekarang ini, terdapat banyak perubahan
yang terjadi. Perubahan yang terjadi ini hampir di segala bidang, termasuk dalam
bidang pendidikan. Dunia pendidikan sekarang yang terus berubah dengan signifikan
membuat pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern dan hal ini juga
mempengaruhi kemajuan pendidikan di indonesia.
Pengertian pedidikan menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang
mengatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Untuk memenuhi hal ini pendidik diharuskan
memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan keadaan dunia yang terus
berkembang dan berani merombak. Pola pikir pendidik harus selalu maju dan terus
membuat inovasi yang berguna bagi perkembangan peserta didik dan dunia
pendidikan itu sendiri. Inovasi yang dapat dilakukan oleh pendidik bisa berupa
banyak hal salah satunya adalah dengan menggunakan model-model pembelajaran
yang dianggap bisa membantu peserta didik dalam memperoleh pendidikan dan
membentuk kualitas dirinya.
Model pembelajaran yang dapat digunakan pendidik ada banyak jenisnya,
namun dilihat dari bentuk inovasinya ada beberapa yang model pembelajaran yang
dinilai bagus dan baik untuk diterapkan pada peserta didik yakni model pembelajaran
project based learning, cooperative learning, dan conceptual change instruction.
Model-model pembelajaran ini dinilai efektiv dan bermakna ketika diterapkan kepada
peserta didik, namun juga ada hambatan-hambatan atau kelemahan yang ada pada
setiap model pembelajaran ini, baik itu model pembelajaran project based learning,
cooperative learning, maupun conceptual change instruction.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu model pembelajaran project based learning?
2. Bagaimana prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dari model pembelajaran
project based learning?
3. Apa itu model pembelajaran cooperative learning?
4. Bagaimana prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dari model pembelajaran
cooperative learning?
5. Apa itu model pembelajaran conceptual change instruction?
6. Bagaimana prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dari model pembelajaran
conceptual change instuction?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran project based learning.
2. Untuk mengetahui prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dari model
pembelajaran project based learning.
3. Untuk mengetahui model pembelajaran cooperative learning.
4. Untuk mengetahui prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dari model
pembelajaran cooperative learning.
5. Untuk mengetahui model pembelajaran conceptual change instruction.
6. Untuk mengetahui prinsip dan langkah-langkah pembelajaran dari model
pembelajaran conceptual change instuction.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Pembelajaran Project Based Learning


1. Defenisi Project Based Learning

Project based learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah


banyak dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, project based learning bermakna sebagai
pembelajaran berbasis proyek.
Project-based learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran
yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang
kompleks (Cord, 2001; Thomas, Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss, Van-
Duzer, Carol, 1998). Project-based learning berfokus pada konsep-konsep dan
prinsip-prinsip utama (central) dengan melibatkan anak usia dini dalam kegiatan
pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya, memberi peluang pada anak
usia dini melakukannya secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan
puncaknya menghasilkan produk karya yang bernilai, dan realistik (Okudan. Gul E.
dan Sarah E. Rzasa, 2004).
Berbeda dengan model-model pembelajaran tradisional yang umumnya
bercirikan praktik di kelas dengan durasi yang pendek, terisolasi atau lepas-lepas, dan
aktivitas pembelajaran berpusat pada pendidik (guru), maka model project based
learning lebih menekankan pada kegiatan pembelajaran yang relatif berdurasi
panjang, perpusat pada peserta didik, dan terintegrasi dengan praktik dan
permasalahan yang akan dihadapai oleh peserta didik di dunia nyata. Dalam project
based learning peserta didik belajar dalam situasi problem yang nyata, yang dapat
melahirkan pengetahuan yang bersifat permanen dan mengorganisir proyek-proyek
dalam pembelajaran. (Thomas, 2000) Buck Institute for Education (1999).

2. Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning


Dalam pembelajaran project based learning, peserta didik sebagai perancang
proses untuk mencapai hasil, bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola
informasi yang dikumpulkan, melakukan evaluasi secara kontinu dan melihat kembali
apa yang mereka kerjakan serta hasil akhir berupa produk. Model pembelajaran
project based learning lebih memberikan toleransi atas kesalahan dan melakukan
perubahan bila diperlukan. Project based learning memiliki potensi yang besar untuk
membuat pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi peserta didik untuk
memasuki dunia nyata. Dalam proses pembelajaran project based learning peserta
didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran, dan banyak keterampilan yang berhasil
dibangun dari proyek di dalam kelas maupun di luar kelas, seperti keterampilan
membangun tim, membuat keputusan kooperatif (secara bersama-sama), pemecahan
masalah dalam kelompok, dan pengelolaan tim. Keterampilan-keterampilan tersebut
besar nilainya ketika sudah memasuki lingkungan masyarakat dan merupakan
keterampilan yang sukar diajarkan jika melalui pembelajaran yang bersifat tradisional.

3. Kelebihan dan Kelemahan Project Based Learning


 Kelebihan PBL
Sanjaya (2008, hlm.220-221) mendeskripsikan bahwa kelebihan dari
PBL sebagai berikut:
 PBL merupakan teknik yang bagus untuk lebih memahami pelajaran
 PBL dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik
 meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik
 membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka
untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
 membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukannya
 mendidik peserta didik untuk percaya pada kemampuan diri sendiri
 menyenangkan dan disukai peserta didik;
 mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berfikir kritis dan
menyesuaikan mereka dengan perkembangan pengetahuan yang baru
 memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang dimilikinya dalam dunia nyata.
 Kelemahan PBL
Dibalik kelebihan tentunya akan ada kelemahan. PBL selain memiliki
kelebihan yang banyak, namun satu sisi PBL memiliki kelemahan. Berikut
kelemahan PBL yaitu:
 Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan,
maka mereka enggan untuk mencoba
 Keberhasilan PBL memerlukan waktu untuk persiapan yang relatif
panjang
 Membutuhkan biaya yang cukup banyak
 Banyak peralatan yang harus disedikan
 Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja
kelompok
 Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan
pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan.

B. Prinsip dan Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model Pembelajaran Project


Based Learning
Pembelajaran project based learning dalam dunia ke PAUD an memiliki beberapa
prinsip dan langkah-langkah dalam melakukan pembelajaran yaitu;
1. Prinsip project based learning
 Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas
pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
 Tugas proyek menekankan kepada kegiatan berdasarkan suatu tema atau
topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.
 Pertanyaan penuntun (driving question) berarti bahwa kerja proyek berfokus
pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk
berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama.
 Investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses
yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan
inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek
haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi
pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya.
Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang
mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha
memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.
 Otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan
sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan
minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja
peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan
merupakan aplikasi dari PBL.
 Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik (nyata) dan
menghasilkan produk nyata yang dikembangkan berdasarkan tema.
 Produk atau hasil karya tesebut selanjutnya dikomunikasikan untuk
mendapatkan tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan proyek
berikutnya.
 Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong
tumbuhnya kemandirian peserta didik.

2. Langkah-langkah pembelajaran project based learning


Langkah-langkah pembelajaran berbasis project based learning (PBL) telah
dirumuskan secara beragam oleh beberapa ahli pembelajaran. Langkah-langkah
pembelajaran berbasis PBL berikut merupakan hasil mengembangan yang
dilakukan atas langkah-langkah terdahulu. Langkah-langkah pembelajaran
berbasis PBL yaitu;
 Praproyek
Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jam
pembelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek,
menyiapkan media, menyediakan berbagai sumber belajar, dan
mengkondisikan pembelajaran.
 Fase 1, Menganalisis Masalah
Pada tahap ini peserta didik melakukan pengamatan terhadap objek
tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut peserta didik
mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan.
 Fase 2, Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Pada tahap ini peserta didik secara kolaboratif baik dengan anggota
kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan
mereka buat, menentukan penjadwalan pengerjaan proyek, dan melakukan
aktivitas persiapan lainnya.
 Fase 3, Melaksanakan Penelitian
Pada tahap ini peserta didik melakukan kegiatan penelitian awal sebagai
model dasar bagi hasil yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan
penelitian tersebut siswa mengumpulkan data dan selanjutnya
menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan.
 Fase 4, Menyusun Draf atau Prototipe Produk
Pada tahap ini peserta didik mulai membuat produk awal sebagaimana
rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya.
 Fase 5, Mengukur, Menilai, dan Memperbaiki Produk
Pada tahap ini peserta didik melihat kembali produk awal yang dibuat,
mencari kelemahan dan memperbaiki produk tersebut. Dalam praktiknya,
kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan dengan meminta
pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru.
 Fase 6, Finalisasi dan Publikasi Produk
Pada tahap ini siswa melakukan finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai
dengan harapan, produk kemudian dipublikasikan.
 Pasca Proyek
Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran
perbaikan produk yang telah dihasilkan oleh peserta didik.

C. Model Pembelajaran Cooperative Learning


1. Cooperative Learning
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mendukung pembelajaran kontekstual (makna). Sistem pembelajaran kooperatif dapat
didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur. Yang
termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993),
yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,
keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran
kooperatif (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini
socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan
pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam
struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan
faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya
berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap peserta didik dalam anggota
kelompoknya harus saling bekerja sama dan saling membantu. Dalam pembelajaran
kooperatif, pembelajaran dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa
model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok, tetapi ada
unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap pembelajaran kooperatif, untuk itu harus diterapkan lima unsur model
pembelajaran gotong royong yaitu:
 Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
menciptakan kelompok kerja yang efektif, pendidik perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
 Tanggung jawab perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
kooperatif, setiap peserta didik akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan
yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif
membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-
masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar
tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
 Tatap muka.
Dalam pembelajaran kooperatif setiap kelompok harus diberikan kesempatan
untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membentuk sinergi yang menguntungkan
semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan.
 Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar peserta didik dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka
untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam
kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini merupakan proses
yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman
belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional peserta didik.
 Evaluasi proses kelompok
Pendidik perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja
sama dengan lebih efektif.

2. Teknik-Teknik Cooperative Learning


Cooperative learning mempunyai banyak teknik dalam proses
pembelajarannya. Berikut beberapa ulasanan dari teknik cooperative learning,
1) Pembelajaran Kooperatif Jigsaw.
Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk. Pembelajaran kooperatif
teknik Jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut
kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997).
Cara pengaplikasiannya sebagai berikut: Guru membagi suatu kelas menjadi
beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 peserta didik
dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku
yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini
disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pembelajaran yang akan dipelajari peserta didik
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini,
setiap peserta didik diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi
pembelajaran tersebut. Semua peserta didik dengan materi pembelajaran yang
sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli
(Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, peserta didik mendiskusikan
bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok
asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi gergaji). Misalnya suatu
kelas dengan jumlah 20 anak, dan materi pembelajaran yang dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 4 bagian materi pembelajaran,
maka dari 20 anak akan terdapat 4 kelompok ahli yang beranggotakan 5 anak
dan 5 kelompok asal yang terdiri dari 4 anak. Setiap anggota kelompok ahli
akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh
dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap anak menyampaikan apa yang telah
diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi
kelompok baik yang dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar materi
baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2) Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together).
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993).
Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan
pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
 Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
anak usia dini sesuai dengan tema dan kompetensi dasar yang akan
dicapai.
 Guru memberikan pertanyaan secara individual kepada anak usia dini
untuk mengetahui pengetahuan awal anak.
 Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 anak, setiap anggota kelompok diberi nomor atau nama.
 Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
 Guru mengecek pemahaman anak dengan menyebut salah satu nomor
(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu anak
yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
 Guru memfasilitasi anak usia dini dalam pembelajaran, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
3) Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara memasang atau mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan anak mampu
berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah pelaksanaannya:
 Guru menyampaikan tema serta kompetensi yang ingin dicapai.
 Menyajikan materi sebagai pengantar.
 Guru menunjukkan atau memperlihatkan gamabar-gambar kegiatan
yang berkaitan dengan tema.
 Guru menunjuk atau memanggil anak usia dini secara bergantian
memasang atau mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
 Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
 Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan
konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

3. Kelebihan dan Kelemahan Cooperative Learning


 Kelebihannya

 Melalui cooperative learning peserta didik tidak terlalu menggantungkan


pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir
sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta
didik yang lain.
 Cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya
dengan ide-ide orang lain.
 Cooperative learning dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
 Interaksi selama pembelajaran kooperatif berlangsung dapat meningkatkan
motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir, hal ini berguna
untuk proses pendidikan jangka panjang.
 Cooperative learning dapat membantu memberdayakan setiap peserta didik
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar
 Cooperative learning merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik skaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,
mengembangkan keterampilan me-manage waktu.
 Melalui cooperative learning dapat mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk menguji ide dan menerima umpan balik. Peserta didik dapat
berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena
keputusan yang di buat adalah tanggung jawab kelompoknya.
 Cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

 Kelemahannya

Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua


faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern).
 Faktor dari dalam, yaitu :

 Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,


disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
waktu.
 Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan
dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai.
 Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
 Saat diskusi kelas, terkadang di dominasi seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

 Faktor dari luar, yaitu :


Faktor dari luar erat kaitannya dengan pendidikan tingkat lanjut (SD) yang
mengukur keberhasilan anak melalui calistung serta tes-tes yang lainnya,
sehingga pembelajaran cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan dalam
memasuki tingkat lanjut (SD).

D. Prinsip dan Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model Pembelajaran


Cooperative Learning
1. Prinsip model pembelajaran cooperative learning
 Saling Ketergantungan Positif
Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar peserta didik merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan ketergantungan positif.
Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif
(memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih
hasil belajar yang optimal). Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai
melalui: saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan
dalam menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling
ketergantungan peran.
 Interaksi Tatap Muka
Setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk bertemu dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa orang akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran satu orang saja.
Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan
dan mengisi kekurangan masing-masing.
 Akuntabilitas Individual/ Tanggung Jawab Perseorangan
Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam bentuk
kelompok, meskipun demikian pembelajaran ditujukan untuk mengetahui
penguasaan peserta didik terhadap materi pembelajaran secara individual.
Hasil penilaian individual tersebut selanjutnya disampaikan guru kepada
kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang
memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan
bantuan. Penilaian kelompok didasarkan atas rata-rata penguasaan semua
anggota kelompok secara individual.
 Komunikasi Antaranggota Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang
rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik
teman, berani mempertahan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain,
mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan
antar pribadi (interpersonal relationship) sengaja diajarkan dalam
pembelajaran kooperatif ini.
 Evaluasi Proses Kelompok
Pendidik perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak
perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang
beberapa waktu setelah beberapa pembelajar terlibat dalam kegiatan
pembelajaran Cooperative Learning.
2. Langkah – Langkah pembelajaran cooperative learning
 Langkah 1, Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi peserta didik.
 Langkah 2, Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada peserta didik
 Langkah 3, Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menginformasikan pengelompokan peserta didik
 Langkah 4, Membimbing kelompok belajar
Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja peserta didik dalam kelompok-
kelompok belajar
 Langkah 5, Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan
 Langkah 6, Memberikan penghargaan
Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

E. Model Pembelajaran Conceptual Change Instruction


1. Conceptual Change Instruction
Model pembelajaran conceptual change instruction atau instruksi perubahan
konseptual pertama kali diperkenalkan oleh Posner, dkk tahun 1982 dan sudah lebih
dari satu dekade model ini telah banyak mempengaruhi riset dalam bidang konsepsi
anak. Arti dari konsepsi sendiri adalah pemahaman atau pengertian, pendapat, atau
kerangka berpikir peserta didik tentang suatu konsep yang diperoleh dan dimiliki
peserta didik sesudah mengikuti pembelajaran. Model perubahan konseptual
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang perlu dikembangkan dalam
upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar yang diinginkan. Pembelajaran
inovatif yang berlandaskan paradigma konstruktivistik membantu peserta didik untuk
menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru.
Pengetahuan yang telah dimiliki oleh seseorang sesunggunya berasal dari
pengetahuan yang secara spontan diperoleh dari interaksinya dengan lingkungan.
Sementara pengetahuan baru dapat bersumber dari intervensi (campur tangan) di
sekolah yang keduanya bisa konflik, kongruen (sepadan), atau masing-masing berdiri
sendiri. Dalam kondisi konflik kognitif, peserta didik dihadapkan pada tiga pilihan,
yaitu mempertahankan intuisinya (pola pikir), merevisi sebagian intuisinya melalui
proses asimilasi (penyesuaian), dan merubah pandangannya yang bersifat intuisi
tersebut dan mengakomodasikan (menyediakan) pengetahuan baru. Perubahan
konseptual terjadi ketika peserta didik memutuskan pada pilihan yang ketiga.
Menurut Posner (1982) dan Hewson (1989), jika perubahan konseptual akan terjadi,
mula-mula anak itu harus merasa tidak puas dengan gagasan yang ada. Walaupun
demikian, ketidakpuasan saja tidak cukup untuk mengganti gagasan lama dengan
gagasan baru. Harus ditambah dengan tiga kondisi, yaitu gagasan baru itu harus
intelligible (dapat dimengerti), plausible (masuk akal), dan fraitfull (memberi suatu
kegunaan). Ini berarti bahwa mengajar bukan melakukan transmisi pengetahuan tetapi
memfasilitasi dan memediasi agar terjadi proses negosiasi makna menuju pada proses
perubahan konseptual (Hynd, et al,. 1994).
Belajar memerlukan pengetahuan diri dan pembentukan struktur konseptual
melalui refleksi dan abstraksi. Fosnot menambahkan, tujuan belajar lebih difokuskan
pada pengembangan konsep dan pemahaman yang mendalam daripada sekedar
pembentukan perilaku atau keterampilan. (Sukiman: 2008) Dalam paradigma ini,
belajar lebih menekankan proses daripada hasil. Implikasinya, “berpikir yang baik”
lebih penting daripada “menjawab yang benar”. Seseorang yang bisa berpikir dengan
baik, dalam arti cara berpikirnya dapat digunakan untuk mengahadapi suatu fenomena
baru, akan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan yang lain.
Sementara itu, seorang peserta didik yang sekedar menemukan jawaban benar belum
tentu sanggup memecahkan persoalan yang baru karena bisa jadi ia tidak mengerti
bagaimana menemukan jawaban itu. Bila proses berpikirnya berdasarkan pengandaian
yang salah atau tidak dapat diterima pada saat itu, maka ia masih dapat
memperkembangkannya. Jadi model pembelajaran perubahan konseptual yang
dimaksudkan dalam makalah ini adalah suatu model pembelajaran yang disusun
berdasarkan konsepsi peserta didik dan dapat diterapkan oleh pendidik untuk
meluruskan konsepsi peserta didik yang kurang jelas atau berbeda sekali dengan
konsep ilmiah dan sekaligus membangun konsepsi baru.

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Conceptual Change Instruction


Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan
dan kekurangan model pembelajaran perubahan konseptual adalah sebagai berikut
 Kelebihan
 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengungkapkan
pikiran, pendapat, pemahamannya tentang suatu konsep sebelum
dipelajari secara formal. Dengan demikian peserta didik dilibatkan
dalam merencanakan pembelajarannya.
 Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk peduli dengan
konsepsi awalnya (terutama konsepsi awal yang tidak sesuai dengan
konsepsi ilmiah). Dengan demikian peserta didik diharapkan
menyadari kekeliruannya dan bersedia memperbaiki kekeliruan
tersebut.
 Dapat menciptakan suasana kelas yang hidup karena peserta didik
dituntut untuk aktif berdiskusi dengan teman dan gurunya. Dengan
demikian cara belajar peserta didik aktif dapat terlaksana.
 Peserta didik diberi kesempatan untuk menemukan sendiri
pengetahuan yang diajarkan dengan memperhatikan konsepsi awalnya.
Dengan demikian akan terjadi pembelajaran yang bermakna.
 Guru yang mengajar menjadi kreatif karena harus berusaha mencarikan
alternatif untuk meluruskan konsepsi awal peserta didik yang tidak
sesuai dengan konsep ilmiah.

 Kelemahannya
 Karena untuk menerapkan model pembelajaran perubahan konseptual
menggali konsepsi awal peserta didik sebelum peserta didik belajar
secara formal, maka bagi peserta didik yang belum terbiasa pada
situasi ini merasa “takut” dengan beberapa pertanyaan berkenaan
dengan materi yang belum dipelajari.
 Membutuhkan waktu yang banyak.
 Bagi guru yang kurang berpengalaman akan merasa kesulitan karena
pengajaran disusun berdasarkan pada konsepsi awal peserta didik yang
beragam.

F. Prinsip dan Langkah-Langkah Pembelajaran dari Model Pembelajaran


Conceptual Change Instuction
1. Prinsip dari model pembelajaran conceptual change instruction
1) Guru harus berperan sebagai fasilitator dan negosiator (orang yang melakukan
negosiasi).
Peran-peran tersebut dapat ditampilkan secara lisan atau tertulis melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dihafalkan terlebih dahulu oleh guru (resitasi) dan
tersusun (konstruksi). Pertanyaan resitasi bertujuan memberi peluang kepada
peserta didik membuka pengetahuan yang telah dimiliki dan pertanyaan
konstruksi bertujuan memfasilitasi, menegosiasi, dan untuk mengkonstruksi
(menyusun) pengetahuan baru.

2. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran perubahan konseptual untuk


membangkitkan perubahan konseptual dalam hal ini adalah;

1) Orientasi, yaitu guru membuka pembelajaran dengan memberikan uraian singkat


tentang materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran.
2) Pemunculan ide, yaitu peserta didik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok
kecil. Guru berusaha memunculkan ide peserta didik dengan cara peserta didik
diminta untuk menyatakan secara eksplisit idenya kepada teman dalam kelompok
dan pengajar (guru).
3) Penyusunan ulang ide, yaitu peserta didik menyusun kembali ide yang telah
diperoleh, yaitu meliputi;

 Pertukaran ide, yaitu peserta didik mendiskusikan jawaban pada langkah


pemunculan ide dalam kelompoknya.
 Pembukaan situasi konflik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai macam model pembelajaran yang ada, ditemukan tiga model
pembelajaran yang dinilai inovatif di dalam dunia pendidikan khususnya pada dunia
ke PAUD an. Model pembelajaran tersebut adalah project based learning, kooperatif,
dan model pembelajaran perubahan konseptual. Project based learning adalah sebuah
model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar
kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Dalam projet based learning
terdapat berbagai macam kelebihan dan kekuranganya serta prinsip dan langkah-
langkah model pembelajarannya. Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih. Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat juga
kelebihan, kekurangan serta teknik yang digunakan salah satunya adalah teknik
jigsaw. Sedangkan pembelajaran inovatif perubahan konseptual yang berlandaskan
paradigma konstruktivistik membantu peserta didik untuk menginternalisasi,
membentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Di dalam model
pembelajaran perubahan konseptual terdapat kelebihan, kekurangan, serta prinsip dan
langkah-langkah pembelajaran yaitu berupa orientasi, pemunculan ide, dan penyusun
ulang ide.

B. Saran
Sebagai seorang pendidik kita sudah seharusnya menggunakan model
pembelajaran yang dapat memberikan kemampuan dalam berpikir yang kritis dan
kebermaknaan, serta menumbuhkan rasa sosial yag tinggi pada anak. Agar proses dan
hasil pembelajaran sesuai dengan harapan yang sudah direncanakan dan dibutuhkan oleh
anak.

Anda mungkin juga menyukai