Anda di halaman 1dari 68

KARYA TULIS ILMIAH

Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam


Di SMK YPKP Sentani

Nama Mahasiswa : Muslimin


NIM: 161920211120009

Dosen Pembimbing
Dr Sahudi MHI, M.PdI
NIP. 19770412 200912 1001

MATA KULIAH EVALUASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PRODI PAI


MULTIKULTUR PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA IAIN
FATTAHUL MULUK PAPUA SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK
2021/2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian..............................................................................................6
D. Kajian Pustaka..................................................................................................7
BAB II
KONSEP EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN ISLAM
A. Konsep Evaluasi Pendidikan Islam.................................................................10
B. Tujuan Evaluasi Pembelajaran........................................................................17
C. Fungsi Dan Kegunaan Evaluasi Pembelajaran...............................................18
D. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran..........................................................21
E. Prinsip Evaluasi Pembelajaran........................................................................24
F. Sistem Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam................................26
G. Jenis-Jenis Evaluasi Dalam Pembelajaran......................................................29
H. Langkah-Langkah Evaluasi............................................................................33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian.....................................................................................34
B. Pendekatan Penelitian.....................................................................................35
C. Metode Pengumpulan Data.............................................................................35
D. Metode Analisi Data.......................................................................................38
BAB IV Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK
YKPP Sentani
A. Profil SMK YPKP Sentani..............................................................................40
B. Data Guru PAI di SMK YPKP Sentani..........................................................42
C. Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP
Sentani masing-masing guru PAI...................................................................43

ii
D. Strategi penerapan Konsep Evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam di
SMK YPKP Sentani........................................................................................48
E. Strategi meminimalisir Hambatan Penerapan Konsep Evaluasi Dalam
Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani................................50
F. Kontrol Penerapan Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK
YPKP Sentani.................................................................................................52
1. Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam yang terlaksana
……………………………………………………………………….52
2. Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam yang tidak
terlaksana.................................................................................................53
G. Faktor Pendukung Evaluasi dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK
YPKP Sentani.................................................................................................54
H. Faktor Penghambat Penerapan Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan
Islam di SMK YPKP Sentani..........................................................................55
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................57
B. Rekomendasi/ Saran........................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................58

iii
KATA PENGANTAR
Allhamdulillah segala puji bagi Allah Subhana wa ta’ala yang telah

menganugrahkan kepada kita banyak sekali kenikmatan sehingga kita sebagai

manusia tidak akan pernah mampu untuk menghitungnya. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi

wasallam, beserta para keluarga, sabahat, tabi’in, tabi’ut dan a’lim ulama yang

senantiasa memperjuangkan agama Islam hingga saat ini. Tesis ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar magister pendidikan di Program

Pascasarjana Universitas Islam Negri Raden Intan Lampung. Atas bantuan dan
ketulusan hati dari semua pihak maka skripsi yang berjudul “Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural di SMAS Paramarta 1 Seputih

Banyak” dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Bapak Dr. Sahudi S.HI., M.Pd.I., Selaku Dosen Mata Kuliah Evaluasi

Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan kemudahan dan arahan

selama proses studi di Program Pascasarjana IAIN Fattahul Muluk Papua.

2. Bapak Muhaimin, S.Pd.I., MM, selaku Kepala SMK YPKP Sentani,

Bapak Mahmudi, S.Pd, selaku Wakasek Humas, Ibu Dewi Muriati, S.Pd,

selaku Wakasek Kurikulum SMK YPKP Sentani, yang telah berkenan

memberikan informasi kepada peneliti sehingga penyusunan Karya Tulis

Ilmiah selesai tepat pada waktunya.

3. Ibu Nur Iriani, S.Pd dan Bapak Muhammad Bahri, S.Pd, selaku guru

Pendidikan Agama Islam di SMK YPKP Sentani yang berkenan menggali

informasi terkait judul peneliti yang di teliti yakni Konsep Evaluasi dalam

Pebelajaran Pendidikan Agama Islam.

iv
4. Istri, orang tua, kakak dan adik serta keluarga besar yang telah mendukung

penulis dalam menyelesaikan mata kuliah Evaluasi dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam ini baik secara moril maupun materil.

5. Sahabat-sahabat seperjuangan Prodi Pendidikan Agama Islam angkatan

ke-7, yang telah mewarnai kehidupan penulis selama proses studi hingga

selesai semester ini. Semoga kebaikan dari pihak-pihak yang telah

membantu penulis akan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah

SWT. Penulis menyadari terdapat banyak kesalahan dalam penelitian ini.

Meskipun demikian penulis berhadap bahwa Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri ataupun pembaca.

Aamiin ya Rabbal’alamin…

Jayapura, 20 Maret 2022

Muslimin
NIM. 161920211120009

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah usaha manusia untuk memperluas wawasan

pengetahuannya untuk membentuk nilai, sikap dan perilaku. Sebagai upaya

yang tidak hanya menghasilkan manfaat yang besar, pendidikan juga

merupakan salah satu kebutuhan dasar umat manusia, dan seringkali

masyarakat beranggapan bahwa kebutuhan tersebut tidak memenuhi harapan.

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana yang bertujuan untuk

menciptakan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

pengendalian diri, individualitas, dan bakat yang dibutuhkan oleh dirinya,

masyarakat, negara, dan negara. Akhlak dan ketrampilan yang luhur (Pasal 1)

Ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.1

Dunia pendidikan merupakan alat yang tidak dapat dipisahkan dari

proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat pengajaran mata

pelajaran (guru) dan mata pelajaran pembelajaran (peserta didik). Guru yang

sedang mengajar / mata pelajaran pendidikan adalah praktisi di bidang


pendidikan. Agar perencanaan pembelajaran berhasil, guru memegang peranan

yang sangat penting dan peran pionir untuk mendukung kelancaran kegiatan

pembelajaran di dalam dan di luar kelas. Padahal guru akan dituntut

profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Dalam mengajar,

guru dituntut untuk memberikan pendidikan yang terbaik agar tujuan

pendidikan yang diinginkan dapat tercapai. Untuk melihat ketercapaian

1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahub 2003,

1
2

kegiatan belajar mengajar perlu diadakan evaluasi mengenai proses

pembelajaran di sekolah.

Evaluasi pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan

oleh guru untuk mendukung terwujudnya tujuan pendidikan tersebut. Evaluasi

yang dilakukan oleh guru merupakan evaluasi hasil belajar yang dirancang

untuk mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta didik setelah

memperoleh materi dan bimbingan guru. Evaluasi pendidikan agama adalah

suatu metode atau teknik untuk menilai perilaku peserta didik berdasarkan

standar akuntansi yang komprehensif dari semua aspek psikologi keagamaan,

psikologi dan kehidupan spiritual peserta didik. Karena citra pribadi yang

diharapkan oleh pendidikan Islam tidak hanya menjadi orang yang religius,

tetapi juga memiliki ilmu dan keterampilan untuk berbuat baik dan mengabdi

kepada Tuhan dan masyarakat.

Kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah umum

menurut Departemen Agama, memiliki ciri-ciri seperti : "(1) kemampuan

peserta didik heterogen, (2) waktu/jam pelajaran agama Islam terbatas, (3)

minat peserta didik lebih besar pada mata pelajaran lain, dan (4) sarana dan

prasarana pendidikan agama Islam masih terbatas.2 Pembelajaran PAI di setiap

sekolah harus merata, baik di daerah perkotaan maupun daerah yang sulit

terjangkau.

Pendidikan agama Islam yaitu pembelajaran yang urgen dalam

pembentukan karakter manusia. Pendidikan agama Islam diberikan tanggung

jawab untuk dapat memberikan pengetahuan, wawasan dan pengertian kepada

peserta didik agar dapat memahami dan melaksanakan ajaran Islam dalam

2
https://alamsyahhsb99.wordpress.com/2015/12/28/pengertian-ekstrakurikuler/, diakses
pada Kamis, 03 Maret 2022
3

kehidupan sehari-hari untuk peningkatan kesadaran siswa dalam hal toleransi,

menghargai, menghormati dan berakhlak baik.

Usaha menjaga kerukunan melalui PAI berbasis multikultur harus

dilaksanakan dan bukan hanya sekedar wacana. 3 Artinya terdapat kurikulum

khususnya dimata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, dimana harus paling

tidak menjadikan PAI berbasis multikultrural yang pelaksanaannya bukan

hanya terpaut pada pengetahuan saja namun juga harus lebih menekankan pada

sisi tingkah laku/ afektifnya sehingga siswa dapat melaksanakan

pemahamannya akan keragaman ini dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

Agama Islam berbasis multikultural adalah suatu pendidikan yang membuka

visi dan cakrawala yang lebih luas, mampu melintasi batas kelompok etnis atau

tradisi budaya dan agama sehingga mempu melihat kemanusiaan sebagai

keluarga yang memiliki perbedaan ataupun kesamaan cita-cita.4

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami pada dasarnya bahwa

Pendidikan Agama Islam Multikultural dibuat untuk menekankan sikap saling

memahami, toleransi dari tahap yang minimal hingga maksimal,

mengklarifikasi nilai-nilai kehidupan bersama menurut sudut pandang dari

berbagai ajaran agama, dan pendewasaan berfikir, menekankan pada

kesetaraan serta memahami aturan baru dalam kehidupan sosial berama baik

antar agama ataupun budaya.

Dalam penelitian Sawaludin oleh Prasetya Irawan mengatakan Proses

pembelajaran merupakan tanggung jawab guru dalam mengembangkan segala

potensi yang ada pada siswa. Salah satu komponen yang menjadi sasaran

peningkatan kualitas pendidikan adalah sistem pembelajaran di kelas. Tujuan

3
Ngainun N. dan A. Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2008), h. 205.
4
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural Suatu Upaya Penguatan Jati Diri
Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 322
4

pokok proses pembelajaran adalah untuk mengubah tingkah laku siswa

berdasarkan tujuan yang telah direncanakan dan disusun oleh guru sebelum

proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Perubahan tingkah laku itu

mencakup aspek intelektual. Untuk menghasilkan dan mengetahui daya serap

siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan dan untuk mengetahui perubahan

tingkah lakunya, maka evaluasi adalah salah hal yang sangat urgen untuk

dilakukan. Sebab Evaluasi dipandang sebagai masukan yang diperoleh dari

proses pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan berbagai komponen yang terdapat dalam suatu proses belajar

mengajar.5

Dalam proses pendidikan, bila kita ingin mengetahui pencapaian tujuan

yang dirumuskan sudah tercapai, apakah aktivitas yang telah kita lakukan telah

mencapai sasaran, apakah sumber daya yang dimiliki sudah dapat dimobilisasi

secara optimal untuk mencapai tujuan, apakah elemen pendukung kegiatan

sudah berfungsi dengan baik, kesemuanya itu membutuhhkan proses evaluasi

untuk menjawab secara tepat.6

Pentingnya evaluasi dalam pembelajaran, mengakibatkan seorang guru

harus memiliki persiapan dan kompetensi yang baik, baik dari segi

perencanaan pembelajaran, dan kemampuan guru mengembangkan proses

pembelajaran serta penguasaannya terhadap bahan ajar, dan juga tidak cukup

dengan kemampuan guru dalam menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan

kemampuan melakukan evaluasi terhadap perencanaan kompetensi siswa yang

sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya, atau kebijakan

perlakuan terhadap siswa terkait dengan konsep belajar tuntas.7


5
Sawaluddin, Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam, Jurnal Al-
Thariqah Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018, h.40.
6
Miftakhul Muthoharoh, Konsep Evaluasi dalam Pendidikan Islam, Jurnal (Tasyri’:
Volume 26, Nomor 2, Oktober 2019), h. 1.
7
Ibid., h. 40
5

SMK YPKP Sentani merupakan sekolah swasta pada jenjang menengah

atas yang beralamatkan di kompleks YPKP Sentani Kota kecamatan distrtik

Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. Sekolah SMK YPKP adalah salah

satu sekolah swasta tervaforit yang terdapat di Kecamatan Sentani dan

sekitarnya karena sudah terbukti memiliki prestasi, baik non akademik dan

akademik.

Di SMK YPKP Sentani banyak sebagian dari siswa maupun gurunya

memiliki perbedaan baik dari segi latar belakang. Seperti latar belakang sosial,

suku, ekonomi, maupun keagamaan. Sebagaimana Kepala Sekolah

menegaskan SMK YPKP Sentani terdapat banyak siswa-siswi yang memiliki

agama yang beragam yakni Kristen, Hindu dan Islam. Beliau menambahkan,

dalam praktek siswa-siswi SMK YPKP Sentani menunjukan sikap toleransi

yang sangat tinggi terhadap perbedaan yang terlihat dari beberapa kegiatan

seperti PHBI dimana seluruh siswa-siswi baik yang muslim atau non muslim

sama-sama membantu dalam persiapan kegiatan tersebut, begitu juga

sebaliknya (walaupun notabanenya tidak ikut merayakan).8

Yang lebih menarik dan fenomenal lagi saat proses pembelajaran mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam baik muslim dan non muslim mengikuti

proses pemebelajarannya,9 dimana SMK YPKP adalah salah satu lembaga

naungan Yayasan Pondok Karya Pembangunan (YPKP) dari beberapa lembaga

lainnya seperti SMA Al-Fatah YPKP, dan SMP YPKP. Hal ini sudah menjadi

ketentuan Yayasan Pondok Karya Pembangunan (YPKP) memberlakukan

seperti demikian. Sehingga antara muslim dan non muslim akan berbeda dalam

evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam antara lain penilaian,

8
Muhaimin, Wawancara, (43 Tahun), Kepala Sekolah SMK YPKP Sentani, Senin 21
Februari 2022 Pukul 10.00 WIT
9
Tri Handayani, Wawancara, (37 Tahun), Penjamin Mutu SMK YPKP Sentani, Rabu,
Februari 2022, Pukul 10,00 WIT
6

baik dari penilaian secara tertulis dan tidak tertulis juga dari segi akhlak,

perilaku sehari-hari atau bahkan dari segi kognitif, afektif dan psikomotor akan

pasti berbeda. Maka guru Pendidikan Agama Islam membuat suatu

evaluasi/penilaian tersendiri berdasarkan proses belajar mengajar di dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas.

Dari fenomena di atas maka peneliti mengambil judul penelitian Karya

Tulis ilmiah yang berjudul Konsep Evaluasi dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam multikultural di SMK YPKP Sentani.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di

SMK YPKP Sentani

2. Bagaimana Strategi Penerapan Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran

Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani

3. Bagaimana Strategi Meminimalisir Hambatan Penerapan Konsep Evaluasi

Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka dapat di
tarik beberapa tujuan penelitian diantarannya:

1. Mengetahui konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di

SMK YPKP Sentani

2. Mengetahui strategi penerapan konsep evaluasi dalam Pembelajaran

Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani, dan.

3. Mengetahui strategi meminimalisir hambatan penerapan konsep evaluasi

dalam pembelajaran pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani


7

D. Kajian Pustaka
Terkait dengan tema penelitian tentang Konsep Evaluasi dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK YPKP sentani, ditemukan
sejumlah hasil penelitian yang senada antara lain:
Pertama, penelitian yang berjudul “Konsep Evaluasi dalam Pendidikan
Islam”, Karya Miftakhul Muthoharoh. Jurnal Tasyri’: (Vol 26, Nomor 2,
Oktober 2019), penelitian ini mengkaji beberapa indikator diantaranya sasaran
evaluasi dalam pendidikan Islam adalah sejauh mana loyalitas dan
pengabdian seseorang hamba kepada Allah SWT serta melaksanakan evaluasi,
seseorang evaluator harus memperhatikan prinsip-prinsip kontinuitas,
komprehenship, objektif baik diterapkan kepada diri sendiri maupun orang
lain, artinya penelitian ini mencakup secara umum. Sedangkan dalam
penelitian ini ialah mencoba menggali Konsep Evaluasi dalam Pembelajaran
Pendidikan Islam di lembaga tertentu yakni di sekolah SMK YPKP Sentani.
Kedua, Penelitian berjudul “Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran
Pendidikan Islam”. Karya Sawaludin. Jurnal Al-Thariqah (Vol 3 No. 1,
Januari – Juni 2018), penelitian ini mengkaji beberapa indicator, secara umum
membahas tentang evaluasi dalam pembelajaran pendidikan Islam, sedangkan
dalam penelitian ini lebih menekankan cara evaluasi dalam lembaga sekolah
yakni seorang guru mengevaluasi peserta didik dalam proses belajar mengajar
di SMK YPKP Sentani.
Ketiga, Jurnal yang ditulis oleh Ahmad Saifulloh & Imam Safii yang
berjudul “Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di SMPN 2 Ponorogo)”10. Hasil
penelitian menunjukkan bahwasanya tahap perencanaan telah dirumuskan
dalam tahapan evaluasi. Secara umum pelaksanaan evaluasi pembelajaran

10
Saifulloh, A., & Safi’i, I. (2017). Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di SMPN 2 Ponorogo). Educan : Jurnal
Pendidikan Islam, 1(1). https://doi.org/10.21111/educan.v1i1.1303
8

mata pelajaran PAI di SMP N 2 Ponorogo bisa dinyatakan tidak baik


walaupun pelaksanannya sudah sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi
pendidikan, seperti: prinsip berkesinambungan, menyeluruh dan objektif dan
alat ukur yang dipergunakan valid dan reliabel yakni dapat mengukur sesuai
dengan apa yang mau diukur dan hasil yang diperoleh dapat dipercaya. akan
tetapi dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
Hal yang menjadi pembeda antara penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu penelitian ini menggunakan studi kasus sedangkan penelitian
yang akan dilakukan merupakan penelitian evaluatif.
Keempat, Jurnal yang ditulis oleh Nurul Mulyaningsih & Badrun
Kartowagiran yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran PAI dan
Budi Pekerti Dengan Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013” 11 .
Penelitian ini menghasilkan tiga temuan yang terkait dalam pelaksanaan
pembelajaran. Pertama, kualitas perencanaan pembelajaran termasuk dalam
kategori baik. Kedua, kualitas pelaksanaan proses pembelajaran termasuk
dalam kategori baik. Ketiga, penilaian hasil belajar termasuk dalam kategori
baik. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
yaitu hasil dan inti dari hal yang akan dievaluasi.
Kelima, Jurnal yang ditulis oleh Syahri Ramadhan yang berjudul
“Evaluasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Ibnul Qayyim
12
Putri Yogyakarta” . Hasil penelitian ini menunjukkan; (1) implementasi
prinsip-prinsip belajar Utsman Najati dalam bentuk motivasi, pengulangan
belajar, partisipasi aktif, perhatian, pembagian belajar, dan perubahan perilaku
secara bertahap ditemukan di MTs Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta. (2) faktor
yang mempengaruhi; (a) faktor pendukung, yaitu integrasi program
11
N Mulyaningsih, Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti Dengan
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Idea Press 2018)
12
Ramadhan, S. (2017). Evaluasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Ibnul
Qayyim Putri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 2(1), 39–50.
https://doi.org/10.25299/althariqah.2017.vol2(1). 646
9

kepondokan dengan madrasah, keseragaman gender, ketersedian sarana dan


prasarana memadai, aturan yang jelas, keteladanan yang ditampilkan guru, dan
kemampuan guru menggunakan berbagai macam metode pembelajaran; (b)
faktor penghambat, yaitu kesiapan guru dalam merancang Rencana Program
Pembelajaran (RPP),kegiatan madrasah dan kepondokan terlalu padat,
kemampuan murid beragam, buku referensi belum lengkap, alat peraga
pembelajaran belum lengkap, kemampuan guru dalam mengajar belum
merata, indisipliner, dan ada pihak-pihak yang belum terampil memberikan
keteladanan. (3) Cara yang tepat untuk mengimplementasikan prinsip-prinsip
belajar Utsman Najati dalam pembelajaran PAI adalah: (a) merencanakan
kurikulum pembelajaran mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
kedalam Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan aturan-aturan keseharian
di madrasah dan pondok yang aplikatif, seperti Standard Operating Procedure
(SOP), (b) memadukan antara kurikulum PAI madrasah dengan kurikulum
kepondokan, (c) melaksanakan dan mengawasi kurikulum dengan pengawasan
berjenjang, (d) mengevaluasi pelaksanaan kurikulum pembelajaran PAI secara
berkelanjutan dalam jangka waktu tertentu, (e) merekonstruksi kurikulum
pembelajaran PAI dengan mengacu kepada hasil evaluasi kurikulum.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
perbedaan model dan konsep evaluasi.
BAB II
KONSEP EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN ISLAM
A. Konsep Evaluasi Pendidikan Islam

1. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam


Makna evaluasi di ambil dari bahasa Inggris, evaluation, yang lazim di

artikan dengan makna penafsiran atau penilaian. Yang kata kerjanya evaluate, di

artikan menaksir.13 Adapun makna evaluasi dalam bahasa arab disebut al-Thaqdir

(‫ )التقدير‬bermakna penilaian. Akar katanya adalah al-Qimah (‫ )القيمة‬bermakna nilai.

Dengan demikian secara harfiah evaluasi pembelajaran (Educational Evaluation/

al-Taqdir al Tarbawy) diartikan sebagai penilaian dalam pendidikan atau

penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan

pembelajaran.14

Evaluasi ialah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari segi

sesuatu dan evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau kegiatan

yang dilakukan dengan maksud untuk menentukan nilai dalam dunia pendidikan,

yakni segala sesuatu yang berhubungan dalam dunia pendidikan. Evaluasi

merupakan penialaian yang tersistematis tentang manfaat dan kegunaan suatu

obyek.15

Dalam al-Qur’an terminology evaluasi pendidikan terdapat beberapa

makna dengan mengacu kepada makna kalimat;

a. Al-Hisab/ al-Muhasabah
             
           
     

13
Eveline Siregar dan Hartini Nara,.Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ghalia
Indonesia), h. 142
14
Anas sudijono, Pengantar evaluasi pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo, 2019), h. 1.
15
H. 1.

10
11

Terjemahnya:
“kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-
Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (Q.S al-Baqarah: 284)16
Terma al-Hisab/al-muhasabahi dianggap yang paling dekat dengan kata

evaluasi, berasal dari kata “‫ب‬XXX‫ ”حس‬yang berarti menghitung. Al-Ghazali

mempergunakan kata ini di dalam menjelaskan tentang evaluasi diri (‫)محاسبةالنفسم‬

yaitu suatu upaya mengoreksi dan menilai diri sendiri setelah melakukan

aktivitas).17

b. Al-Hukm
         
        
Terjemahnya:
“Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku,
ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai
kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”
c. Al-Fitnah

Secara bahasa al-fitnah adalah “‫ان‬XX‫ ”االمتح‬yang berarti “‫ة‬XX‫”االختباروالتجريب‬

pengujian dan eksperimen. Jika dikatakan “‫ ”فتنت الذهب بالنار‬maka itu berarti emas

itu diuji kadarnya. Menafsirkan maksud kata fitnah dalam surat al-Ankabut, al-

Thobari mengatakan bahwa fitnah adalah, “‫ ”اختباروابتالء‬pengujian baik melalui

hal-hal yang disukai.18 Pengertian lain dari perkataan la yuftanun adalah “‫ألون‬X‫”اليس‬,

16
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul, 2015), h.
17
Al-Ghazali, Iḥya ‘Ulum al-Din. Kairo: (Dar al-Sya‟b, t.th.), h. 391.
18
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami‟ Al- Bayan an Ta‟wil Ayi Al-
Qur‟an, penerjemah: Abdul Somad, Yusuf Hamdani, dkk, jilid 3, 12, 13, 21, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008), h. 19
12

tidak ditanya, sehingga maknanya adalah pengakuan keimanan seseorang mukmin

itu akan ditanyakan kebenarannya.19

Al ‘Askary berpendapat bahwa, fitnah adalah “‫ ”اشداالختبار‬ujian yang sangat

berat.20 Menjadikan sebuah kenikmatan itu sebagai sarana fitnah adalah hiperbola,

sebagaiamna emas meskipun secara lahiriyah merupakan kenikmatan perhiasan

namun kualitas sebenarnya terlihat ketika di bakar.

Dalam ayat ini juga terkandung pengertian bahwa ujian memiliki sifat

intensif atau terus menerus, bukan sesuatu yang baru atau tanpa perencanaan dan

tujuan. Az Zuhaili mengatakan “‫تقبل‬XX‫ي والحضروالس‬XX‫ه في الماض‬XX‫ة في خلق‬XX‫نةهللا الدأىم‬XX‫”هوس‬,

ujian adalah sunnah Allah yang bersifat permanen atas ciptaan-Nya sejak masa

lampau hingga masa yang akan datang.21

d. Al-Bala
         
  

Terjemahnya:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun,(Q.S al-Mulk: 2).22
Secara bahasa al bala berarti “‫”االختبريكون بالخيروالشر‬, ujian yang bisa berupa

kebaikan dan keburukan. Dalam pengertian lain “‫ة‬X‫ون محن‬X‫ة ويك‬X‫ون منح‬X‫”البالءيك‬.23 bala

itu bisa berupa anugerah maupun bencana. Al bala juga berarti “‫االختبارواالمتحنا ليعلم‬

‫بر‬X‫ ”ما يكون من حال المخت‬. Pengujian dan latihan untuk mengetahui hakikat sesuatu

19
Al-Mawardi, Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib, Kitab Al-Ahkam
AlSulthaniyyah, (Kuwait: Dar Ibnu Qutaibah, tt), h. 275
20
Abū Hilāl al-‘Askari, al-Furūq al-Lughawiyyah, versi CD: al-Maktabah al- Syāmilah,
edisi II.(t, tt), h. 217.
21
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir fi al-`aqidah wa asySyar`iah wa al-Manhaj, Suriah,
Juz. 22, (Damaskus : Darul Fikri, 1991), h. 38.
22
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul, 2015), h.
23
AzZubaidy. Murtadho, Taaj al Arus min Jawahir al Qamus, Vol 37, (Daar alHidayah:
t.th,) h. 20.
13

melalui pengalaman.24 Raghib al Ashfihani membedakan ujian yang datang karena

kehendak Allah dan musibah yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.

Menurutnya perbedaan tersebut bisa dilihat dari penggunaan kata balaa dan

ibtalaa. Penggunaan kata balaa (menguji) dimaksudkan untuk sebuah ketetapan

Allah atas hambanya, sedangkan penggunaan kata ibtalaa (mendapatkan ujian)

bisa bermakna selain hal tersebut sebelumnya juga bisa bermakna orang tersebut

memahami keadaan yang berlaku pada dirinya dan tidak memahami sesuatu

diluas batasannya.25 Dari pengertian-pengertian evaluasi Allah atas manusia

tersebut di atas baik dalam terminologi, Al-Hisāb/al-Muhāsabah, Al-Hukm, al

fitnah, maupun al bala memiliki tujuan untuk mengetahui hakikat dari sesuatu

yang diuji, pada diri manusia berarti mengetahui respon aspek pemikiran, hati

maupun sikap atau tindakan fisik atas ujian yang secara permanen diberikan baik

berupa kebaikan yang disenanginya maupun keburukan yang dibencinya Dalam

arti luas makna evaluasi sebagaimana yang dikutif oleh ngalim purwanto dalm

mehrens & Lehmann, menjelaskan adalah suatu proses merencanakan,

memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk

alternative-alternatif keputusan.26

Evaluasi mengandung makna, sebagai alat penilaian bagi guru untuk

mengetahui keberhasilan dan pencapaian tujuan setelah berlansung. Evaluasi

memiliki makna adanya pengumpulan informasi, penggambaran, pencarian, dan

penyajian informasi guna pengambilan keputusan tentang program yang

dilaksanakan.27 Sax juga berpendapat “evaluation is a process through which a

24
Wahbah Az-Zuhaili, al-fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Darul-Fikr, Juz IX, 1418 H/1997
M), h. 38
25
Al-Ashfihani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, ed. Shafwan ‘Adnan al-Dawudi,
(Damaskus: Dar al-Qalam, 1412 H), Cet. I
26
M. Ngalim Purwanto,. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2009), h. 3.
27
Djemari Mardapi, , Evaluasi Penerapan Ujian Akhir Sekolah Dasar Berbasis Standar
Nasional, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 13, (Nomor 2, 2009), h. 231
14

value judgement or decision is made from a variety of observations and from the

background and training of the evaluator” evaluasi adalah suatu proses dimana

pertimbangan atau keputusan suatu nilai dibuat dari berbagai pengamatan, latar

belakang serta pelatihan dari evaluator.28

Evaluasi menggunakan informasi hasil pengukuran dan penilaian. Hasil

pengukuran berbentuk skor (angka) yang kemudian skor ini dinilai dan ditafsirkan

berdasarkan aturan untuk ditentukan tingkat kemampuan seseorang. Hasil proses

penilaian ini kemudian dilakukan evaluasi untuk menentukan tingkat keberhasilan

seseorang atau suatu program. Dalam dunia pendidikan, menilai sering diartikan

sama dengan melakukan evaluasi. Perbedaan antara kedua kata tersebut terletak

pada pemanfaatan informasi, dimana informasi penilaian merupakan hasil

pengukuran, sedangkan informasi pada evaluasi berupa nilai.29

Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi yaitu

suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang

kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan

(pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang dapat dijadikan dasar

untuk membuat keputusan.

2. Pengukuran
Pengukuran adalah proses pemberian bilangan atau angka pada objek-objek

atau sesuatu kejadian menurut aturan tertentu (Kerlinger, 1986), pengukuran

terdiri dari aturanaturan tertentu untuk memberikan angka atau bilangan kepada

objek dengan cara tertentu pula sehingga angka itu dapat mempresentasikan

dalam bentuk kuantitatif sifat-sifat dari objek tersebut.30

28
Ismanto. Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI), Edukasi: Jurnal
Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 9, No. 2, Agustus 2014. h. 216
29
Ibid., h. 216
30
Purnomo, Edy, dan Sudji Munadi. "Evaluasi Hasil Belajar dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah Menengah Kejuruan." Cakrawala Pendidikan 2, 2005.
h. 265-266
15

Menurut Ismanto dalam Allendan Yen, pengukuran didefinisikan sebagai

penetapan suatu angka terhadap suatu subjek dengan cara yang sistematik. Jadi

pengukuran adalah memberi bentuk kuantitatif pada subjek, objek atau kejadian

dengan memperhatikan aturan-aturan tertentu sehingga bentuk kuantitatif tersebut

betul-betul menunjukkan keadaaan yang sebenarnya yang diukur.31

Pada hasil pengukuran yang berupa angka/skor, objek yang diukur berupa

pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai satu kesatuan yang utuh yang

menunjukkan kualitas perilaku belajar dari peserta didik. Subjek dalam hal ini

menunjuk pada peserta didik, objek menunjuk kepada domain hasil belajar, dan

kejadian ditunjukkan oleh kualitas perilaku belajar peserta didik.32

3. Penilaian
Penilaian merupakan suatu kegiatan untuk menentukan tingkat atau derajat

sesuatu objek atau kejadian yang didasarkan atas hasil pengukuran objek tersebut.

Ismanto dalam Hill (1997), menjelaskan penilaian adalah kegiatan mengolah

informasi yang diperoleh melalui pengukuran untuk menganalisisdan

mempertimbangkan unjuk kerja peserta didik pada tugas-tugas yang relevan.

Kegiatan ini juga digunakan untuk menilai materi, program, atau kebijakan-

kebijakan dengan maksud untuk menetapkan nilai kelayakan peserta didik.33

Nitko menjelaskan “assessment is abroadterm defined as aprocess for

obtaining information that is used formaking decisions about students, curricula

and programs, and educational policy” penilaian merupakan suatu proses yang

dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan tujuan mempermudah mengambil

keputusan tentang peserta didik, kurikulum, program, dan kebijakan

pendidikan.Jadi, penilaian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan formal untuk

31
Op. Cit, h. 214
32
Ibid.,
33
Ibid.,
16

menentukan tingkat atau status, penafsiran dan deksripsi hasil pengukuran hasil

belajar peserta didik dibandingkan dengan aturan tertentu.34

Penilaian (assessment) diartikan sebagai prosedur yang digunakan untuk

mendapatkan informasi untuk mengukur taraf pengetahuan dan keterampilan

subjek didik yang hasilnya akan digunakan untuk keperluan evaluasi. 35 Penilaian

pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Informasi adalah data yang

diperoleh melalui pengukuran dan non pengukuran termasuk di dalamnya dengan

melakukan observasi kelas, menggunakan tes yang standar atau tes buatan guru,

proyek, dan portofolio subjek belajar.

Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

ayat 21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,

penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen

pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk

pertanggung jawaban penyelenggaraan pendidikan. Pejelasan tersebut tertuang

dalam peraturan Pemerintah 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I

pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.36

Ditjen Dikdasmen Depdiknas secara eksplisit mengemukakan bahwa antara

evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan perbedaan. Adapun

kesamaannya adalah adalah keduanya mempunyai sama-sama bermakna menilai

atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks

penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih

sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang
34
A.J Nitko,. Educational Assessment of Students, (New Jersey: Englewood Cliffs, 1996),
h. 4
35
Bambang Subali, Penilaian, Evaluasi,dan Remediasi Pembelajaran Biologi,
(Yogyakarta: Jurusan Biologi Fakultas MIPA, 2010), h. 3.
36
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), h. 1
17

menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai

hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Guru dan supervisor merupakan

bahagian penting dalam sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam

konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti

konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level

terbatas maupun pada level yang luas.37

B. Tujuan Evaluasi Pembelajaran


Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah:

1. Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program

pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul


kegairahan atau rangsangan pada peserta didik untuk memperbaiki dan

meningkatkan prestasinya masing-masing

2. Mengetahui tingkat efektifitas metode yang digunakan dalam

meningkatkan kemampuan pemahaman peserta didik terhadap materi

pelajaran yang di pelajari, serta melatih keberanian, dan mengajak

peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan

mengetahui tingkat perubahan perilakunya.38

3. Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang lemah,

sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar

kekurangannya.

4. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar untuk

mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan yang

telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.39
37
Ibid.,
38
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h.
211
39
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 53
18

Pendapat senada mengungkapkan bahwa tujuan evaluasi yaitu untuk

mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompetensi/subkompetensi

tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran, untuk mengetahui kesulitan

belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan

lingkup pengembangan eavaluasi selanjutnya. Ada tiga tujuan pedagogis dari

sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia, yaitu:40

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai

macam problema kehidupan yang dialaminya.

2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan Islam yang telah

diterapkan Rasulullah SAW. terhadap umatnya.

3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup keislaman atau

keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling mulia di sisi

Allah SWT yaitu paling bertaqwa kepadaNya, manusia yang sedang

dalam iman atau ketaqwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran

Islam.

C. Fungsi Dan Kegunaan Evaluasi Pembelajaran


Di antara kegunaan yang dapat di ambil dari kegiatan evaluasi

pendidikan dan pembelajaran di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi

tentang hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan

program pendidikan dan pembelajaran.

2. Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di

kelasnya.

3. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.

40
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 163-164
19

4. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah

mengalami pendidikan dan pengajaran.

5. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan

berbagai penyesuaian dalam kelas.

6. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport,

ijazah, piagam dan sebagainya.41

Hamalik, menjelaskan bahwa fungsi evaluasi adalah untuk membantu

peserta didik agar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya

secara sadar, serta memberi bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan

bila berbuat sebagaimana mestinya, selain itu juga dapat membantu seorang

pendidik dalam mempertimbangkan adequate (cukup memadai) metode

pengajaran serta membantu dan mempertimbangkan administrasinya. 42

Sementara pendapat lain mengemukakan, evaluasi berfungsi sebagai: 43

1. Mengidentifikasi dan merumuskan jarak dari sasaran-sasaran pokok

dari kurikulum secara komprehensif;

2. Penetapan bagi tingkah laku apa yang harus direalisasikan oleh siswa;

3. Menyeleksi atau membentuk instrumen-instrumen yang valid,

terpercaya dan praktis untuk menilai sasaran-sasaran utama proses

kependidikan atau ciri-ciri khusus dari perkembangan dan pertumbuhan

manusia didik.

Kemudian, secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam

pendidikan Islam, diantaranya:44

41
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), h.
17
42
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, (Bandung: Alumni, 1982), h. 212
43
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 167
44
Al-Rasyidin, dkk. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Praktis,
(Jakarta: Ciputat Press, 2005), h. 77-78
20

1. Dari segi pendidik, yaitu untuk membantu seorang pendidik

mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan

tugasnya

2. Dari segi peserta didik, yaitu membantu peserta didik untuk dapat

mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar ke arah

yang lebih baik.

3. Dari segi ahli fikir pendidikan Islam, untuk membantu para pemikir

pendidikan Islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan Islam

dan membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori

pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman yang

senantiasa berubah.

4. Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk

membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan

mempertimbangkan kebijakan yang akn diterapkan dalam sistem

pendidikan nasional (Islam).

Sementara itu, sasaran evaluasi pendidikan meliputi: peserta didik dan

juga pendidik untuk mengetahui sejauhmana ia bersungguh-sungguh dalam

menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam.

Sementara menurut Abudin Nata, bahwa sasaran evaluasi yaitu untuk

mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi pendidikan, proses

penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan

dengan materi pendidikan.45 Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam

secara garis besarnya melihat empat kemampuan peserta didik, yaitu:46

45
Abudin Nata, , Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 308
46
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 213
21

1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan

Tuhannya.

2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan

masyarakat.

3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan

alam sekitarnya.

4. Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah Swt,

anggota masyarakat serta selaku khalifah-Nya di muka bumi.

5. Allah Swt. dalam mengevaluasi hambahamba-Nya tidak memandang

formalitas, tetapi memandang substansi di balik tindakan hambahamba-

Nya. Kualitas perilaku lebih dipentingkan daripada kualitasnya dalam

proses evaluasi.47

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai

(keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.

Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu

mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar

gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

D. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran


Ruang lingkup evaluasi pembelajaran berkaitan dengan cakupan objek

evaluasi itu sendiri. Jika objek evaluasi itu tentang pembelajaran, maka

semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menjadi ruang lingkupnya.

Oleh sebab itui yang menjadi ruang lingkup evaluasi Pembelajaran yaitu:

1. Domain hasil belajar

Menurut Benyamin S. Bloom, hasil belajar dapat dikelompokkan

kedalam tiga domain, yaitu kognitif, apektif, psikomotorik. Setiap

47
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h.
213
22

domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan mulai dari yang

sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari yang mudah

kepada yang sukar, dan mulai dari yang konkrit sampai dengan hal yang

abstrak.48

2. Sistem pembelajaran

Sebagaimana yang telah disinggung di atas, ruang lingkup evaluasi

pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi pembelajaran

itu sendiri. Jika tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keefektifan

sistem pembelajaran, maka ruang lingkup evaluasi sebagai berikut:

a. Program pembelajaran

b. Proses pelaksanaan pembelajaran

c. Hasil belajar

3. Proses dan hasil belajar

Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pembelajaran mencakup:

a. Kesesuain antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan

garis-garis besar program pengajaran yang telah ditentukan;

b. Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajara;

c. Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran;

d. Minat atau perhatian siswa yang memerlukan;

e. Komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses

pembelajaran berlangsung;

f. Pemberian motivasi atau dorongan terhadap siswa;

g. Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-

teori yang diperoleh didalam kelas;

48
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 21
23

h. Upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari

kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah.49

Sedangkan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik mencakup:

a. Evaluasi mengenai tingkat penguasaan pesertadidik terhadap

tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam unit-unit program

pengajaran yang bersifat terbatas;

b. Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik trhadap tujuan-

tujuan umum pengajaran

c. Kecerdasan peserta didik;

d. Perkembangan jasmani dankesehatan.50

4. Kompetensi atau berbasis kelas

Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum, maka ruang

lingkup penilaian Kompetensi atau berbasis kelas mencakup:

a. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran;

b. Kompetensi Rumpun Pelajaran;

c. Kompetensi Lintas Kurikulum;

d. Kompetensi Tamatan;

e. Pencapaian Keterampilan Hidup.51

E. Prinsip Evaluasi Pembelajaran


Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta didik,

pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus memperhatikan prinsip-

prisip sebagai berikut:52

1. Valid

49
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), h.
30
50
Ibid., 30
51
Op., Cit, h. 27-28
52
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 2008), h. 225-226
24

Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis

tes yang terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur dengan fungsi

pengukuran dan sasaran pengukuran.

2. Berorientasi

Berorientasi kepada kompetensi Dengan berpijak pada kompetensi, maka

ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan

terarah.

3. Berkelanjutan atau Berkesinambungan (kontinuitas)

Evaluasi tidak boleh dilakukan secara insidental karena pembelajaran itu

sendiri adalah suatu proses yang kontinu. Oleh sebab itu Evaluasi harus dilakukan

secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh

perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja peserta didik

dapat dipantau melalui penilaian.53 Dalam ajaran Islam sangatlah diperhatikan

kontinuitas, karena dengan berpegang prinsip ini, keputusan yang diambil oleh

seseorang menjadi valid dan stabil serta menghasilkan suatu tindakan yang

menguntungkan.

4. Menyeluruh (Komprehensif)

Dalam melakukan evaluasi terhadap objek, guru harus mengambil seluruh

objek itu sebagai bahan evaluasi. Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh,

meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap

kerja sama, tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S.

Bloom lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian

Anderson dan Cratwall mengembangkannya menjadi 6 aspek yaitu mengingat,

mengetahui, aplikasi, analisis, kreasi dan evaluasi.

5. Bermakna

53
Op., Cit, h. 31
25

Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak.

Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat ditindaklanjuti oleh

pihak-pihak yang berkepentingan.

6. Adil dan objektif

Dalam melaksanakan, guru harus berlaku adil tanpa pilih kasih. Evaluasi

harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektif

berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh dipengaruhi oleh hal-hal

yang bersifat emosional dan irasional. Jangan karena kebencian menjadikan

ketidakobjektifan evaluasi. Kata “adil” dan “objektif” memang mudah diucapkan,

tetap sulit dilaksanakan. Meski demikian, kewajiban manusia adalah harus

beriktiar. Semua peserta didik harus diberlakukan sama tanpa “pandang bulu”

guru juga hendaknya bertindak secara objektif, apa adanya sesuai dengan

kemampuan peserta didik. Oleh sebab itu, sikap like and dislike, perasaan,

keinginan, dan prasangka yang bersifat negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus

didasarkan atans kenyataan (data dan fakta) yang sebenarnya, bukan hasil

manipulasi atau rekayasa.54

7. Terbuka

Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan

sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyisembunyi yang dapat

merugikan semua pihak.

8. Ikhlas

Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka efisiensi

tercapainya tujuan pendidikan dan bai kepentingan peserta didik.

9. Praktis

54
Ibid., h. 31
26

Praktiks mengandung arti mudah digunakan, baik guru maupun yang

menyusun alat evaluasi maupun yang menggunakanalat tersebut. Oleh sebab

ituEvaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan

beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b) mudah

diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d) mudah ditafsirkan

10. Dicatat dan akurat

Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara sistematis dan

komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu dapat dipergunakan.

F. Sistem Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan Islam


Sistem evaluasi yang dikembangkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya
berimplikasikan paedagogis sebagai berikut:55

1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai

macam problema kehidupan yang dihadapi. Seperti tercantum dalam QS.

Al-Baqarah: 155
      
      
Terjemahnya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.56
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah

diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya. Seperti tercantum dalam

QS. An-Naml: 40:


          
          
         
         

55
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), h.
163-164
56
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Jumanatul, 2014), h.
445
27

Terjemahnya:
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu
berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, iapun berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk
mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-
Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang
ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".57

Juga seperti pengevaluasian Nabi Sulaiman terhadap burung hud-

hud, seperti tercantum dalam Q.S al-Naml ayat 27:58


       
Terjemahnya:
“Berkata Sulaiman: "Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah
kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.”

3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan

seseorang, seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang

menyembelih Ismail putera yang dicintainya. Seperti tercantum dalam QS.

As-Shaffat ayat 103-107:59


       
         
        


Terjemahnya:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan
Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu Sesungguhnya Demikianlah Kami
memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami
tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”

57
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemanhya, h. 326
58
Ibid.,
59
Ibid.,
28

4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah

diberikan padanya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang

asma-asma yang diajarkan Allah SWT kepadanya di hadapan para malaikat,

seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 31:60


        
      

Terjemahnya:
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat
lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu
jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

5. Memberikan semacam tabsyîr (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik,

dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi yang beraktivitas buruk, seperti

tercantum dalam QS. Al-Zalzalah ayat 7-8:61

         

   

Terjemahnya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula.”
G. Jenis-Jenis Evaluasi Dalam Pembelajaran
Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi dan ruang lingkup sistem

pembelajaran, maka pada hakekatnya pembelajaran adalah suatu program. Artinya

evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi penilaian hasil

belajar. menjelaskan ada empat jenis evaluasi penilaian hasil belajar yang dapat

digunakan. Yakni penilaian formatif, penilaian sumatif, penempatan dan penilaian

60
Ibid.,
61
Ibid.,
29

diagnostik.62 Hal senada juga dikemukanan Yahya Qahar, Jenis-jenis evaluasi

yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:63

1. Evaluasi Formatif,

Evaluasi Formatif yaitu penilaian untuk mengetahui dan memantau

kemajuan hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik selama proses belajar

berlangsung dan setelah menyelesaikan satuanprogram pembelajaran (kompetensi

dasar) pada mata pelajaran tertentu, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan

yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil belajar peserta didik dan proses

belajar guru menjadi lebih baik.Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk

memperbaiki proses pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan

peserta didik. Jenis ini diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki

banyak kelemahan seperti tercantum dalam QS. An-Nisa ayat 28 “Allah hendak

memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”. Dan

pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, tercantum dalam QS. An-Nahl: 78,

sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan sikap itu tidak dibiasakan. “Dan Allah

mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui

sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu

bersyukur”.Untuk itu Allah SWT menganjurkan agar manusia berkonsentrasi

pada suatu informasi yang didalami sampai tuntas, mulai proses pencarian,

(belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian. Setelah informasi itu

dikuasai dengan sempurna, ia dapat beralih pada informasi yang lain, tercantum

dalam QS. Al-Insyirah: 7-8. “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh (urusan) yang lain, dan hanya

kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.

62
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, dan Prosedur), Cetakan
Kedelapan, Jakarta: Rosda Karya, 2016), h. 35-36
63
Yahya Qahar, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bursa FIP IKIP, 1972), h. 57
30

a. Fungsi, yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah yang lebih baik

dan efisien atau memperbaiki satuan/rencana pembelajaran.

b. Tujuan, yaitu untuk mengetahui penguasaan peserta didik tentang materi yang

diajarkan dalam satu satuan/rencana pembelajaran.

c. Aspek yang dinilai, terletak pada penilaian normatif yaitu hasil kemajuan

belajar peserta didik yang meliputi: pengetahuan, keterampilan dan sikap

terhadap materi ajar PAI yang disajikan

d. Waktu pelaksanaan : akhir kegiatan pembelajaran dalam satu satuan/rencana

pembelajaran.
31

2. Evaluasi Sumatif,

Istilah “sumatif” berasal dari kata “sum” yang berarti “total obtained by

adding together items, numbers or amounst, yaitu evaluasi yang dilakukan

terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu

semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya, seperti tercantum

dalam QS. Al-Insyiqaq ayat 19 “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat

(dalam kehidupan). Dan juga dalam QS. Al-Qamar ayat 49 yaitu “Sesungguhnya

Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

Dengan demikian, ujian akhir semester dan ujian nasional termasuk

penilaian Sumatif. Penilaian sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui

apakah peserta didik sudah dapat menguasai standar kompetensi yang telah

ditetapkan atau belum. Tujuan penelian sumatif adalah untuk menentukan nilai

(angka) berdasarkan tingkatan hasil belajar peserta didik yang selanjutnya dipakai

sebagai angka rapor. Oleh sebab itu evaluasi dilakukan mengacu dan pada:

a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik setelah

mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester atau akhir

tahun.

b. Tujuan, untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah

mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester atau akhir

tahunpada setiap mata pelajaran (PAI) pada satu satuan pendidikan tertentu.

c. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kemajuan hasil belajar meliputi pengetahuan,

ketrampilan, sikap dan penguasaan peserta didik tentang mata pelajaran yang

diberikan.
32

d. Waktu pelaksanaan, yaitu setelah selesai mengikuti program pembelajaran

selama satu catur wulan, semester atau akhir tahun pembelajaran pada setiap

mata pelajaran (PAI) pada satu tingkat satuan pendidikan.

3. Evaluasi penempatan (placement),

Evaluasi penempatan yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk

kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi

peserta didik.

a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui keadaan peserta didik termasuk keadaan

seluruh pribadinya, sehingga peserta didik tersebut dapat ditempatkan pada

posisi sesuai dengan potensi dan kapasitas dirinya.

b. Tujuan, yaitu untuk menempatkan peserta didik pada tempat yang sebenarnya,

berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta keadaan diri peserta

didik sehingga peserta didik tidak mengalami hambatan yang berarti dalam

mengikuti pelajaran atau setiap program bahan yang disajikan guru.

c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi keadaan fisik, bakat, kemampuan,

pengetahuan, pengalaman keterampilan, sikap dan aspek lain yang dianggap

perlu bagi kepentingan pendidikan peserta didik selanjutnya.

d. Waktu pelaksanaan, sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta didik

menempati/menduduki kelas tertentu, bisa sewaktu penerimaan murid baru

atau setelah naik kelas.

4. Evaluasi Diagnostik

Evaluasi diagnostik yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil

penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik, baik merupakan kesulitan-

kesulitan maupun hambatan-hambatan yang ditemui dalam situasi belajar

mengajar:
33

a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita atau

mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalani kesulitan,

hambatan atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran dalam satu

mata pelajaran tertentu (PAI). Sehingga kesulitan peserta didik tersebut dapat

diusahakan pemecahannya.

b. Tujuan, yaitu untuk membantu kesulitan atau mengetahui hambatan yang

dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan pembelajaran pada satu mata

pelajaran tertentu (PAI) atau keseluruhan program pembelajaran.

c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi hasil belajar, latar belakang kehidupannya,

serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.

d. Waktu pelaksanaan, disesuaikan dengan keperluan pembinaan dari suatu

lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan para

peserta didiknya.

H. Langkah-Langkah Evaluasi
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan evaluasi

belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut:64

1. Penentuan Tujuan Evaluasi


2. Penyususnan Kisi-kisi soal
3. Telaah atau review dan revisi soal
4. Uji Coba (try out)
5. Penyusunan soal
6. Penyajian tes
7. Scorsing
8. Pengolahan hasil tes
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemanfaatan hasil tes

64
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 225-226
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, yaitu

langkah-langkah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata baik tertulis maupun lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.65 Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif

sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya

dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga

sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak

digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Disebut juga

metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih

bersifat kualitatif.66

Berdasarkan pendapat diatas, alasan peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif ialah untuk mendeskripsikan, menggambarkan, dan

menganalisa peristiwa yang dialami oleh peneliti di lapangan terhadap


penerapan silaturahim di kampung Harapan Sentani Timur. Selanjutnya

cara menyelesaikan hambatan-hambatan dalam konsep evaluasi dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK YPKP Sentani.

Desain penelitian ini termasuk desain penelitian lapangan (field

research), yakni suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan

mengangkat data yang ada di lapangan.67 Oleh karena itu, desain penelitian

kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin

65
Lexi. J. Moeleong, Metodologi kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm 3.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2019), hlm 17.
67
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Research, (Bandung: Tarsoto, 1995), hlm 58.

34
mendapatkan cara atau proses penerapan sekaligus cara penyelesaian

dalam bersilaturahim.

35
36

Dimana untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, peneliti mendapatkan

data-data yang diperlukan melalui temuan data di lapangan dengan mencari data-data

yang ada yaitu peneliti mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah yang

peneliti bahas. peneliti mengumpulkan data pada saat covid-19 masuk ke daerah

kabupaten jayapura khususnya di SMK YPKP Sentani.

B. Pendekatan Penelitian
Untuk menjawab fokus penelitian tentang penerapan dan penyelesaian, faktor
penghambat serta dampak/implikasi penerapan konsep evaluasi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Maka peneliti turun langsung bersama dalam lingkungan
kehidupan mereka untuk meneliti sekaligus menganalisis data penelitian. Untuk menganalisis
penelitian ini diperlukan beberapa disiplin keilmuan sebagai landasan berfikir dan teoritis
antara lain keilmuan Studi Evalausi Pendidikan Agama Islam itu sendiri sebagai landasan
dasar, religius, sosial dan psikologis yang secara bersama-sama saling terjalin erat. Maka
pendekatan keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan edukatif.

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan peneliti ada 4, yaitu

sebagai berikut:

a) Observasi Partisipatif

Teknik ini menuntut adanya pengamatan baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap objek penelitiannya. Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan,

panduan pengamatan, dan lainnya.68

Peneliti melakukan pengamatan sekaligus partisipan langsung dalam penerapan

silaturahim dalam keluarga atau lebih luasnya warga Kampung Harapan Sentani Timur.

Metode observasi partisipatif digunakan untuk mendapatkan data-data berkaitan dengan

bentuk, proses, dan faktor penghambat penerapan silaturahim mulai dari mengidentifikasi

keragaman warga di Kampung Harapan, sampai menemukan bentuk dan proses interaksi

antara warga satu dengan yang lain. Adapun hal-hal yang diamati antara lain sebagai berikut:

1) Latar tempat terjadinya data dan informasi


68
Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2007), hlm 51.
37

2) Keadaan fisik, yang meliputi situasi lingkungan dan sarana prasarana yang menunjang

evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam

3) Kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di kelas

4) Fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar lingkungan lokasi penelitian.

Cara peneliti melakukan observasi yakni secara langsung. Peneliti juga sebagai salah

satu pengajar di SMK YPKP Sentani sehingga peneliti sedikit banyaknya mengetahui kondisi

di sana. maka temuan-temuan yang diobservasi tersebut lebih cepat sehingga memudahkan

peneliti untuk mendapatkan data dilapangan.

b) Wawancara (Interview)

Wawancara (Interview) adalah suatu cara peneliti kepada informan untuk berdialog

serta mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada

responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.

Peneliti melakukan wawancara dari beberapa narasumber untuk mengumpulkan data-

data yang diperlukan, narasumber tersebut diantaranya:

1) Bapak Muhaimin, S.Pd.I., MM selaku Kepala Sekolah SMK YPKP Sentani.

2) Ibu Ibu Dewi Muriati, S.Pd selaku Wakasek Kurikulum.

3) Bapak Mahmudi, S.Pd selaku Wakasek Humas

4) Ibu Nur Iriani, S.Pd dan Bapak Muhammad Bahri, S.Pd, selaku guru Pendidikan
Agama Islam

Sanafiah Faisal sebagaimana dikutip Spardley mengemukakan bahwa, situasi sosial

untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang di dalamnya menjadi semacam

muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa, sampel sebagai sumber

data atau sebagai informan wawancara sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 69

1) Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga

sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.

2) Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang

tengah diteliti.

3) Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi

69
Soehartono & Irawan, Metode Penelitian Social, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm 389-390.
38

Adapun bentuk wawancara yang peneliti terapkan adalah menggunakan wawancara

semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur adalah teknik wawancara dimana peneliti sudah

menyiapkan daftar pertayaan sehingga proses wawancara akan terarah dengan baik. Selain itu

peneliti memilih dan menyusun pertayaan dengan gaya dan kalimat yang tetap dan sesuai

dengan narasumber dan apabila peneliti hendak bertanya dari selain pedoman wawancara

yang telah disiapkan maka diperbolehkan.

Dengan terjadinya wabah virus corona-19 di Papua khususnya di Kabupaten Jayapura

lebih tepatnya di SMK YPKP Sentani dimana wilayah tersebut sebagai tempat penelitian,

maka peneliti menggunakan wawancara secara langsung (tatap muka) ataupun wawancara

melalui via whatsApp, telephone ataupun SMS.

c) Dokumentasi

Selain wawancara dan observasi, informasi juga diperoleh lewat dokumentasi/fakta

yang tersimpan dalam bentuk arsip foto, sejarah kehidupan, sketsa dan sebagainnya. Data

berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa

silam.70 Metode dokumentasi penelitian berguna untuk mencatat dan mengkaji berbagai

dokumen atau arsip yang berhubungan dengan bentuk, strategi, dan faktor penghambat

strategi evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK YPKP Sentani, terdiri

atas dokumen dari warga sekolah, pendidik dan peserta didik, dokumentasi kegiatan-kegiatan
pendukung, peraturan-peraturan dan kebijakan yang diberlakukan di SMK YPKP Sentani.

Teknik ini akan memperkuat dalam menggali informasi dari sumber atau objek wawancara

dalam penelitian. Selain itu memudahkan peneliti agar menyimpan foto, arsip, atau dokumen

lainnya.

d) Penelusuran referensi/kajian pustaka

Penelusuran referensi adalah metode pengumpulan data di mana peneliti mencari dan

menelusuri berbagai referensi yang relevan baik dari buku, kamus, ensiklopedia, searching

google, Jurnal dan berbagai referensi yang berkaitan dengan bentuk evaluasi, proses, dan

faktor penghambat penerapan evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK

YPKP Sentani. Hasil dari metode penelusuran referensi ini kemudian dikutip secara langsung

70
Sugiyono, Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, (Bandung:Alfabeta, 2019), hlm 314.
39

ataupun tidak langsung. Metode ini akan memperkuat dalam menggali informasi dari sumber

atau objek wawancara dalam penelitian, selain itu mempertegas peneliti untuk menyusun

penelitian ini.

D. Metode Analisi Data


Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sedangkan

menurut Bogdan dan Tailor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha

secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang

disarankan oleh data dan sebagai data untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis

kerja itu.

Dari dua definisi di atas dapat disintesiskan menjadi: Analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar

sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan

oleh data.71. kemudian penelitian ini menggunakan dua analisis data sebagaimana di jelaskan

sebagai berikut:

1. Analisis Data Kualitatif

Sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dalam menganalisis

data yaitu data reduksi, data display, dan penarikan kesimpulan. Berikut ketiga tahapan
tersebut akan peneliti uraikan di bawah ini:

a. Pengumpulan data

Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan data. Dalam penelitian

kualitatif pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi atau

gabungan ketiganya (triangulasi). Pengumpulan data dilakukan berhari-hari, sehingga data

yang diperoleh akan banyak. Pada tahap awal peneliti melakukan penjelajahan secara umum

terhadap situasi sosial/objek yang diteliti, semua yang dilihat dan didengar direkam semua.

Dengan demikian peneliti akan memperoleh data yang sangat banyak dan sangat bervariasi.72

b. Mereduksi Data

71
Lexy J. Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm 280.
72
Sugiyono, Metode kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2019), hlm 322.
40

Merupakan proses seleksi pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang ada

dalam buku catatan. Proses ini berlangsung sepanjang pelaksanaan penelitian dan saat

pengumpulan data. Data reduksi bagian dari analisis yang mempertegas, memperpendek,

membuat fokus dan membuang hal yang tidak penting, sehingga kesimpulan akhir dapat

diperoleh.

c. Mendisplay Data

Karena kemampuan peneliti terbatas sedangkan data begitu banyak, maka perlu dibuat

penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya berupa gambar, tabel, dan lain-lain

sehingga kesimpulan akhir penelitian dapat diperoleh.

d. Penarikan kesimpulan

Sejak awal pengumpulan data, peneliti sudah mengerti tentang data-data yang

didapatkan. Kemudian data tersebut peneliti verifikasi untuk mendapatkan hasil riset yang

baik. Ketiga komponen analisis data tersebut aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses

pengambilan data sebagai proses siklus dan sifatnya saling terkait baik sebelum pada waktu

maupun sesudah pelaksanaan. Pengumpulan data yang bergerak data reduksi, data display,

dan penarikan kesimpulan. Analisis ini disebut analisis interaktif.

Jika di gambarkan bagan analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman yang dikutip

oleh Sugiyono maka akan seperti bagan berikut:


Gambar 1. Analisis Kualitatif

Koleksi Data
Display Data
(Penyajian Data)

Reduksi Data

Kesimpulan/
Verifikasi
BAB IV
Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YKPP Sentani

A. Profil SMK YPKP Sentani


1. Provil SMK YPKP Sentani73

SMK YPKP Sentani adalah lembaga di antara beberapa lembaga pendidikan di bawah

naungan Yayasan Pondok Karya Pembangunan (YPKP). Dimana profil SMK YPKP sebagai

berikut:
1. Nama Lengkap : Sekolah Menengah Kejuruan YPKP Sentani
2. Tahun Pendirian Sekolah : 1979
3. Status Akademis : Disamakan Berdasarkan Surat Keputusan Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah No. 024/C/Kep/I
/1995 tanggal 22 Maret 1995
4. NDS : Y01024201
5. NSS : 344250103003
6. Waktu Operasional Sekolah : Mulai jam 07.15 – 15.30 Wit
7. Jurusan Yang dimiliki : - Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran
- Akuntansi dan Keuangan Lembaga
- Multimedia
- Asisten Keperawatan
8. Kepala Sekolah :
a. Nama Lengkap : Muhaimin, S.Pd.I., MM
b. Tempat Tanggal Lahir : Wonosobo, 1 Maret 1972
c. NIP : 19720301 199606 1 002
d. Pangkat/Golongan : Penata Tk.I, III/d
9. Alamat Sekolah : Jl. YPKP No. 51 Sentani – Jayapura Telp / Fax
(0967) 591171.
10. Yayasan Penyelenggara :
a. Nama Yayasan : Yayasan Pondok Karya Pembangunan
b. Tahun Berdiri : 20 Desember 1975
c. Akte Yayasan : Nomor 8 tanggal 14 Januari 1976
d. Alamat Yayasan : Jl. YPKP No. 51 Telp. 0967 593451 Sentani
Jayapura Papua

73
Mahmudi, Wawancara, Dokumen Sekolah, Waka Humas SMK YPKP, Sentani, Rabu 2 Maret 2022

41
42

11. Ketua Yayasan :


a. Nama Lengkap : Drs SUPRIADI
b. Tempat Tanggal Lahir :
c. Alamat : Komp. YPKP Sentani
12. Lokasi Yayasan : YPKP dalam operasi sebagai penyelenggara SMK
YPKP memiliki sebidang tanah seluas 2.5 Ha, status
hak pakai selamanya dengan nomor Sertifikat 28
terletak di Rt 01/ RW 05 Kelurahan Sentani Kota,
Distrik Sentani, Kab. Jayapura, Provinsi Papua.

2. Visi Misi SMK YPKP Sentani

a. Visi

Mewujudkan SMK YPKP Yang Religius, Berkarakter, Kompeten dan Mandiri

b. Misi

1. Menciptakan lingkungan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai religius

dalam berfikir dan bertindak;


2. Mengembangkan iklim belajar yang aman, jujur, dan kreatif dengan berakar
pada nilai-nilai kebangsaan.
3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik sesuai
dengan
standar kinerja yang dibutuhkan di Dunia Usaha dan Dunia Industri.
4. Mengembangkan pola Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan
Kewirausahaan
c. Menyiapkan peserta didik sebagi asset masyarakat dan bangsa yang
berkarakter mulia, mandiri, percaya diri dan optimis.

3. Tujuan Strategis SMK YPKP Sentani

a. Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia sebagai

tenaga kerja tingkat menengah yang kompeten sesuai kompetensi keahlian

pilihannya

b. Membekali peserta didik untuk berkarir, mandiri yang mampu beradaptasi

dilingkungan kerja sesuai bidangnya dan mampu menghadapi perubahan yang

terjadi di masyarakat.
43

c. Membekali peserta didik sikap profesional untuk mengembangkan diri dan

mampu berkompetisi di tingkat nasional, regional dan internasional.

d. Menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif mampu

bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan

industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi

dalam program keahlian yang dipilihnya;

e. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih

dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan

mengembangakan sikap profesional dalam bidang keahlian yang

diminatinya;

f. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, Agar

mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun

melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi;

g. Membekali peserta didik dengan kompetensi- kopetensi yang sesuai

dengan program keahlian yang dipilih

B. Data Guru PAI di SMK YPKP Sentani


SMK YPKP Sentani memiliki beberapa guru Pendidikan Agama Islam,

diantaranya sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Guru PAI

NO Nama Mengajar di Kelas Keterangan

1 Muh. Bahri, S.Pd. XII OTKP, AKL dan MM2 Guru PAI

X Semua Jurusan dan XI Perawat 1,


2 Nur iriani, S.Pd Guru PAI
dan 3

XI Semua Jurusan dan XII Perawat 1, 2,


3 Muslimin, S.Pd. Guru PAI
3, dan MM1
44

Adapun data guru Pendidikan Agama Islam secara terperinci sebagai berikut:

a. Muhammad Bahri

Muhammad Bahri, lahir di Purwerojo, 25 April 1988, domisili Doyo Baru. Ia masuk

mengajar di SMK YPKP Sentani tahun 2014. Penulis memberikan tanda nama panggilan

MB. MB mengajar di kelas XII OTKP, AKL dan MM2. Dalam pengamatan penulis, ia

menjalankan tugas dan tanggungjawab dengan baik, serta dapat membantu permasalahan

pada guru lain jika terjadi. Di lain sisi, ia juga telah menjadi ASN di salah satu lembaga

pendidikan di SMP YPKP Sentani.

b. Nur Iriani

Ibu Nur Iriani lahir di Biak, Hari Minggu tanggal 30 Agustus 1992, NI masuk di

SMK YPKP Sentani pada 05 Januari 2022, bersama penulis. NI mengajar di kelas X semua

jurusan dan kelas XI Askep 1 dan XI Askep 2. Dalam amanatan penulis, Ibu Nur Iriani

adalah sosok ibu guru yang terampil, elegan dan semangat dalam membimbing peserta

didik.

c. Muslimin

Muslimin dalam hal ini penulis sendiri lahir di Merauke, 05 Agustus 1995. Penulis

memasuki lembaga sekolah SMK YPKP Sentani pada tanggal 05 Januari 2021. Dalam

melakasanakan kewajiban di sekolah, penulis menyiapkan beberapa alat dalam


pembelajaran. Seperti halnya RPP, Prota, Prosem, media pembelajaran, dan sebagainya. Itu

menjadi menjadi kewajiban penulis sekaligus guru PAI di SMK YPKP Sentani.

C. Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani


masing-masing guru PAI
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam saat ini telah melalui berbagai proses

perkembangan, baik dari segi mata pelajaran, metode, dan lain sebagainaya. Begitupun

dengan perkembangan konsep evaluasi yang ada saat ini telah menunjukkan ke arah yang

lebih luas. Maka dalam konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, harus merencakanan

pembelajaran sedemikian rupa agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Sebagaimana

wawancara bersama guru Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:


45

Dalam konsep penilaian di dalam pembelajaran Pendidikan Islam pak, saya


melakukan dengan beberapa cara penilaian, antara lain penilaian secara tertulis dan
secara non tulis atau lisan.74
SMK YPKP Sentani memiliki peserta didik yang multikultur baik dari segi budaya,

ras, suku dan agama. Di dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, peserta didik yang

non Muslim juga diikutkan dalam pembelajaran bahkan wajib untuk megikuti proses

pembelajarannya, sebagaimana wawancara bersama guru PAI:

“SMK YPKP sentani adalah lembaga naungan Yayasan Islam, mau tidak mau suka
tidak suka, peserta didik yang non muslim wajib mengikuti pembelajaran PAI.75
Hal tersebut senada apa yang dikatakan oleh Kepala SMK YPKP Sentani dimana

aturan antara peserta didik non muslim wajib mengikuti proses belajar mengajar sebagaimana

berikut:
“Iya mas, SMK YPKP Sentani memberlakukan seperti demikian, peserta didik
muslim ataupun non muslim wajib mengikuti pembelajaran PAI, karena itu sebuah
keharusan dan menjadi aturan yayasan”.76

Berdasarkan wawancara tersebut, maka evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMK YPKP Sentani dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku di

sekolah, tetapi semuanya akan dikembalikan kepada guru masing-masing mata pelajaran.

Sebagaimana matapelajaran Pendidikan Agama Islam, melakukan evaluasi sesuai

dengan kebijakan para guru PAI di sekolah tersebut yang tidak terlepas pada aturan sekolah,

seperti halnnya di SMK YPKP Sentani. Sebagaimana wawancara kepala SMK YPKP

Sentani:
“Karena peserta didik kita sangat multikultur, yakni dalam segi agama dan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, non muslim juga diwajibakan untuk
mengikuti proses pembelajaran maka dalam evaluasi atau penilaian, akan
diserahkan kepada guru mapel tetapi sesuai dengan aturan yang ada di sekolah.”77
Konsep evaluasi dalam pembelajaran pendidikan Islam yang dilaksanakan oleh

SMK YPKP Sentani menggunakan dengan cara penilaian dan pengukuran. Konsep penilaian

ini memiliki cakupan yang sangat luas, namun pada pembahasan ini akan membahas atau

mengkaji mengenai penilaian dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penilaian

74
Nur Iriani, Wawancara, (29 tahun) Guru PAI, Tanggal 01 Maret 2022
75
Nur Iriani, Wawancara, (29 Tahun), Guru PAI, tanggal 01 Maret 2022
76
Muhaimin, Wawancara, (44 Tahun), Kepala Sekolah, Tanggal 01 Maret 2022
77
Muhaimin, Wawancara, (44 Tahun), Kepala Sekolah, Tanggal 02 Maret 2022
46

hasil belajar terkait dengan prestasi atau hasil belajar siswa setelah mendapatkan materi yang

disampaiakan oleh guru. Peran penilaian sangat penting untuk menentukan langkah

selanjutnya dalam pembelajaran.

Konsep penilaian merupakan serangakaian kegiatan yang sistematis untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran dan digunakan oleh guru dalam menentukan

tindakan selanjutnya apakah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau tidak. Penilaian

memiliki sifat yang individual bukan komparatif, berarti kooperatif bukan kompetitif.

Penilaian digunakan untuk mengidentisikasi hal-hal yang perlu perbaikan, dan berlangsung

terus menerus untuk memperbaiki pembelejaran. Dengan demikian maka peneliti mencoba

meramu konsep evaluasi pembelajaran yang diadopsi oleh SMK YPKP Sentani antara lain:

a. Pengukuran (measurement)

Pengukuran adalah sebuah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi

numeric dari suatu tindakan dimana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik

tertentu.

b. Penilaian (assestment)

Penilaian adalah sebuah cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk

memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil peserta didik atau ragam

informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Penilaian adalah suatu pernyataan
berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik atau sesuatu. 78 Guru Pendidikan

Agama Islam melakukan penilaian dengan beberapa cara antara lain:

1) Teknik Non Tes

Evaluasi menggunakan teknik non tes berarti melakukan evaluasi dengan cara tidak

melakukan tes, akan tetapi menilai secara keseluruhan yang meliputi kognitif, afektif, dan

psikomotor. Teknik non tes dapat dilakukan dengan cara pengamatan secara seksama,

penilaian teman sejawat, dan dari kehidupan sosialnya.

78
Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 18.
47

a) Daftar cocok (check lits)

Daftar cek adalah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati.

Daftar cek dapat memungkinkan guru Pendidikan Agama Islam mencatat tiap-tiap kejadian

yang betapapun kecilnya, tetatpi dianggap penting. Ada bermacam-macam asspek perbuatan

yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian guru Pendidikan Agama Islam

sebgai observer tinggal memberikan tanda (v) pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan

hasil pengamataan guru PAI.

b) Tanya jawab

SMK YPKP Sentani melakukan evaluasi menggunakan teknik tanya jawab berarti

dengan cara bertatap muka langsung antara pendidik dan peserta didik. Untuk melihat apakah

kompetensi yang telah di sampaikan oleh guru kepada peserta didik telah tersampaikan.

Dengan Tanya jawab juga dapat memudahkan guru apakah materi telah diserap oleh peserta

didik atau belum.

c) Pengamatan (observasi)

Pengamatan adalah cara menghimpun berbagai bahan keterangan berupa data yang

dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena sebagai

sasaran yang dapat dilakukan di dalam kelas, lapangan dan lingkungan sekitar.

Sebagaimana penyampaian guru Pendidikan Agama Islam bahwa dalam evaluasi


pembelajaran dilakukan dengan beberapa cara antara lain evaluasi non tes dan evaluasi tes,

hal tersebut senada apa yang disampaikan oleh guru PAI:

“Untuk melakukan evaluasi atau penilaian non tes saya melakukan pengamatan
secara seksama pak, juga meminta penilaian dari teman sejawatnya, serta melihat
histori sosial dari setiap peserta didik. Sedangkan non tes dilakukan dengan cara
diagnostik, formatif, dan sumatif”79
Dengan demikian seorang guru wajib memiliki bekal yang mempuni untuk

menghadapi berbagai masalah yang dihadapi ketika peserta didik dihadapakan dengan

permasalahan dalam menerima materi ataupun dalam menyampaikan pendapatnya dalam

menyampaikan materi. Hal ini menjadi salah satu faktor keberhasilan guru dalam

pembelajaran berlangsung, yakni dengan melaksanakan metode yang menyenangkangar

79
Ibu Nur Iriani, Wawancara, (29 Tahun), Guru PAI, Tanggal 02 Maret 2022, Pukul 10.58 WIT
48

dalam evaluasi pembelajaran peserta didik merasa nyaman dan merasakan gembira di ajar

oleh guru Pendidikan Agama Islam, metode tersebut memenuhi unsur kreatif, inovatif, dan

solutif.

2) Teknik Tes

Tes sering dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang atau untuk

digunakan untuk mengukur prestasi seseorang. Dalam dunia pendidikan tes sangat sering

digunakan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu tes sering dilakukan bahkan hampir

setiap hari dalam dunia pendidikan mengadakan tes.

SMK YPKP Sentani juga melaksanakan tes dalam proses pembelajaran, baik dalam

awal pembelajaran, pertengahan atau di akhir pembelejaran. Tes di bagi menjadi 3 macam

yaitu tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif.

Pertama, evaluasi tes diagnostik. Tes ini bertujuan untuk melihat kelemahan-

kelemahan siswa. Ketika peserta didik memiliki kelemahan atau kekurangan maka guru

Pendidikan Agama Islam harus membantu dari kelemahan-kelemahan tersebut. Tes

diagnostic dilakukan di tengah-tengah proses pembelajaran di tujukan untuk mengetahui

setengah dari penjelasan yang disampaikan oleh pendidik kepada peserta didik, apakah sudah

memahami atau belum, kemudian guru Pendidikan Agama Islam menganalisis hasil tes

apakah peserta sudah memahami penyampaiannya atau belum dan guru Pendidikan Agama
Islam harus mengetahui penyebab-penyebab ketika peserta didiknya belum memahami

materi. Tes ini digunakan untuk mengambil sikap untuk menjelaskan kembali tentang materi-

materi yang disampaikan dengan metode atau cara lain selain metode yang digunakan di awal

pembelajaran.

Kedua, evaluasi tes formatif. Dalam tes belajar ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa jauh peserta didik telah memahami materi yang diberikan pendidik ke peserta didik

dalam jangka waktu tertentu. Tes ini juga dapat dikatakan tes diagnosis akhir yaitu tes

dilakukan oleh guru ketika proses pembelajaran akan berakhir yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang disamapaikan pendidik.

Tes ini seperti biasa yang telah diketahui bersama yakni ulangan harian, ulangan tengah

semester dan lain sebagainya. Selanjutnya apakah peserta didik diberikan perbaikan atau
49

pengayaan, pendidik juga dapat menentukan mengevaluasi program pengajarannya untuk

melakukan perbaikan terhadap guru PAI itu sendiri dalam penggunaan metode ketika

menyampaikan materi pelajaran.

Ketiga, evaluasi tes sumatif. Tes ini dilakukan ketika semua program pembelajaran

dianggap selesai dalam jangka waktu tertentu. Pada dunia pendidikan tes sumatif

dilaksanakan dua kali dalam setengah tahun yaitu, tes tengah semester dan ter akhir semester,

hal ini juga dilakukan oleh SMK YPKP Sentani dan guru PAI juga akan membuat dan

melaksanakan evaluasi tes sumatif ini. Tes sumatif juga dapat diberikan ketika siswa dalam

tahap akhir sekolah misalnya ujian akhir sekolah. Tes ini juga untuk menentukan melanjutkan

kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, selain itu tes ini juga berfungsi untuk menyampaikan

informasi hasil belajar serta tingkat kemajuan peserta didik selama proses pembelajaran

kepada wali murid.

Dengan demikian evaluasi dalam proses pembelajaran inilah yang menjadi dasar guru

PAI untuk menilai ataua mengevaluasi dalam prosses pembelajaran. Selain itu, proses

evaluasi dalam pembelajaran juga dapat dilakukan melalu guru-guru bidang studi untuk

melihat perilaku, etika, sopan santun dari peserta didik, dari sana juga guru PAI dapat

menjadi tambahan dalam mengevaluasi dalam proses pembelajaran PAI. Sebagaimana

wawancara bersama guru PAI sebagai berikut:

“Sebenarnya tidak dalam proses pembelajaran PAI saja dalam mengevaluasi dalam
pembelajaran, namun sebagai dasar evaluasi tambahan saya bekerja sama dengan
guru bidang studi dari setiap mapel untuk mencari informasi terkait peserta didik,
baik dari perilaku, etika sopan santun dan tatakrama. Karena bagian tersebut adalah
bentuk dari implementasi materi dari PAI itu sendiri pak.”80
D. Strategi penerapan Konsep Evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam di SMK
YPKP Sentani
Strategi dalam penerapan Konsep dalam pembelajaran Pendidikan Islam di SMK

YPKP Sentani tidak terlepas pada aturan dari lembaga tersebut, dimana guru sebelum

melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas, maka guru Pendidikan Agama Islam telah

membuat tugas pokoknya. Seperti Program Tahunan, Program Semester dan Rencana

80
Ibu Nur Iriani, Wawancara, (29 Tahun), Guru PAI, Tanggal 01 Maret 2022, Pukul 08.00 WIT.
50

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hal itu didapatkan sebagaimana wawancara bersama guru

Pendidikan Islam:

“guru itu wajib memiliki senjata, senjatanya guru ya Prota, Prosmes dan RPP, inilah
yang menjadi dasar dalam proses pembelajaran, baik dalam pembelajaran berlangsung
atau dalam penialaian atau evaluasi dilakukan.”81
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan saat ini tidak

menentu karena kondisi dan situasi, yakni adanya wabah covid 19, sehingga SMK YPKP

Sentani memberlakukan dua sesi. Satu minggu untuk pertemuan sesi satu dan minggu

selanjutnya untuk pertemuan sesi dua. Hal tersebut dilakukan karena sesuai surat edaran

bupati Kabupaten Jayapura. Sehingga terkadang dilakukan pembelajaran daring. Namun ada

beberapa strategi dalam penerapan evaluasi dalam pembelajaran pendidikan Islam di SMK

YPKP Sentani sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3. Strategi Konsep evaluasi pembelajaran

Strategi Evaluasi dalam


No Yang ingin Capaian Keterangan
pembelajaran

Rencana yang cermat Guru harus merencanakan sebelum Diharapkan peserta didik
1 mengenai kegiatan turun mengajar baik, dari Prota, dapat aktif dalam proses
mencapai sasaran Promes, dan RPP. dan sudah pembelajaran.
menyiapkan metode yang variatif
dan menyenangkan
Ilmu dan seni dalam Guru harus memiliki cara, metode Cara, metode yang
2 proses pembelajaran yang beragam, dan seni untuk menyenagkan, tidak
memikat hati peserta didik agar membosankan.
senang mengikuti pembelajara PAI
Tempat yang baik Guru mengatur ruangan, dan tempat Mengatur tempat duduk,
3 duduk peserta didik dengan baik dan mengatur peserta didik
merata
Rencana yang cermat menjadi salah satu kesuksesan evaluasi dalam pembelajaran

sehingga membutuhkan rencana strategi yang matang, perencanaan tersebut diantarannya,

guru membuat program tahunan, membuat program semester dan merencakan pelaksanaan

pembelajaran sesuai materi yang akan di ajarkan atau per Kompetensi Dasar (KD). Kemudian

evaluasi dalam pembelajaran, guru harus memiliki ilmu yang mempuni dan seni yang

menarik sehingga ketika dalam pembelajaran tidak monoton. Dan terakhir yakni mengatur

81
Muhammad Bahri, Wawancara, (34 Tahun), Guru PAI, Tanggal 02 Maret 2022, Pukul 09.30
51

tempat yang baik sesuai dengan kebutuhan. Misalnya peserta didik yang pintar dan kurang

pintar di gabung dalam pekerjaan kelompok sehingga peserta didik yang bisa dapat

membantu peserta didik yang belum bisa memahami materi yang disampaikan guru.

E. Strategi meminimalisir Hambatan Penerapan Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran


Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dikatakan berjalan dengan baik ialah segala

proses belajar di dalam kelas terlaksana dengan baik. guru menyampaikan materi dan pesrta

didik menanggapi, atau bahkan bertanya kepada guru jika ada materi yang belum paham, atau

bahkan peserta didik dapat memberikam komentar terkait materi yang disampaikan oleh guru

bidang studi tersebut. Dikatakan guru sukses dalam proses belajar mengajar juga, dapat

mengatur kelas dengan baik, pencahayaan, tata bangku dan meja, tata letak peserta didik, dan

sebagainya. Namun ketika pendidik dihadapkan dengan begitu banyak permasalahan, seperti

halnya dalam proses evaluasi dalam Pendidikan Islam khususnya di SMK YPKP Sentani,

penulis mewawancarai guru Pendidikan Islam sebagai berikut:

“Ketika dihadapakan dengan kendala atau hambatan menerapkan evalausai dalam


pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani, maka dapat diminimalisir
dengan mengikuti workshop tentang evaluasi pembelajaran PAI, melakukan rapat
mingguan untuk mengevaluasi kerja guru dan diskusi bersama dalam satu rumpun
guru.”82

Berdasarkan hal tersebut di perkuat kembali oleh guru PAI kelas 12 Bapak

Muhammad Bahri yang mengatakan:

“Salah satu cara meminimalisir kendala penerapan konsep evaluasi dalam


pembelajaran PAI di SMK YPKP Sentani dengan cara menyiapkan terlebih dahulu
dokumen, seperti RPP, media pembelajaran yang mendukung, serta sarana dan
prasaran yang memadai. Sehingga proses evalusi dalam pembelajaran PAI berjalan
dengan baik.”83

Dengan demikian meminimalisir hambatan dalam penerapan konsep evaluasi

pembelajaran dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan workshop atau pelatihan, dan saat

proses pembelajaran, terlebih dahulu menyiapkan dokumen-dokumen, seperti RPP, media

pembelajaan, alat evaluasi, LKS dan lain sebagainya dalam mengevaluasi pembelajaran.

82
Nur Iriani, Wawancara, (29 Tahun), Guru PAI, Tanggal 14 Maret 2022, Pukul 08.38 WIT
83
Muhammad Bahri, Wawancara (34 Tahun), Guru PAI, Tanggal 14 Maret 2022, Pukul 08.00 WIT
52
53

F. Kontrol Penerapan Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP


Sentani
1. Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam yang terlaksana

Evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam yang sudag terlaksana dapat dilihat

dari tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Konsep Evaluasi Pembelajaran yang terlaksana

KONSEP EVALUASI P. YANG


NO KETERANGAN
TERLAKSANA
1 Apersepsi dan Motivasi Terlaksana
Penyampaian Kompetensi dan Rancangan
2 Kegiatan Terlaksana

3 Penguasaan Materi Pelajaran Terlaksana


Penerapan Strategi Pembelajaran yang
4 Mendidik Terlaksana

5 Pendekatan Saintifik Terlaksana

6 Penerapan pembelajaran Tematik Terpadu Kurang Optimal


Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media dalam
7 Pembelajaran Kurang Optimal

8 Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran Terlaksana


Penggunaan Bahasa yang Baik dan Tepat
9 dalam Pembelajaran Terlaksana

10 Penutup Pembelajaran Terlaksana

a. Pendahuluan Pembelajaran

Kegiatan pendahuluan pembelajaran ialah sebuah kegiatan penting dalam suatu

proses pembelajaran, karena pada kegiatan pendahuluan guru akan memberikan apersespsi

dan motivasi kepada peserta didik. Selain pemberian apersepsi dan motivasi, guru juga

memberikan penjelasan mengenai materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.

Berdasarkan data tabel di atas dapat dilihat bahwa guru selalu memberikan apersepsi dan

motivasi kepada peserta didik begitupun dalam penyampaian kompetensi dan rancangan

terlaksana dengan baik.

b. Kegiatan Inti Pembelajaran


54

Kegiatan inti pembelajaran merupakan inti pembelajaran bagi pendidik dan peserta

didik untuk melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar. Pada kegiatan inti pembelajaran,

aspek evaluasi meliputi penguasaan mata pelajaran, penerapan strategi pembelajaran,

penerapan metode saintifik, penerapan pembelajaran mata pelajaran komprehensif,

penggunaan sumber belajar / media pembelajaran, memungkinkan siswa berpartisipasi dalam

pembelajaran dan menggunakan bahasa, dengan baik dan benar.

Berdasarkan tabel di atas pendidik selalu menerapkan pembelajaran sesuai dengan

aspek-aspek kegiatan inti pembelajaran. Aspek penguasaan materi guru Pendidikan Agama

telah dilaksanakan dengan baik atau dalam kategori selalu melakukan. Penerapan strategi

pembelajaran yang mendidik menunjukkan atau dalam kategori ini selalu menerapkan.

Pendekatan saitifik rata-rata guru Pendidikan Agama Islam menjalankan atau dalam kategori

ini selalu menerapkan. Penerapan pembelajaran tematik terpadu dan pemanfaat sumber

belajar atau media pembelajaran guru kurang optimal dalam melaksanakan artinya kurang

dimanfaatkan. Pelibatan peserta didik dalam pembelajaran guru selalu mengajak peserta didik

atau dalam kategori ini selalu melibatkan peserta didik. Aspek penggunaan bahasa yang baik

dan benar dalam pembelajaran guru melaksanakan atau dalam hal ini selalu menngunakan

bahasa yang baik dan benar dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

c. Kegiatan Penutup
Kegiatan pembelajaran penutup merupakan rangkaian yang terakhid dari proses

belajar mengajar. Pada kegiatan penutup biasanya guru melakukan kegiatan refleksi dan

mengkomunikasikan apa yang terjadi di mata pelajaran Pendididkan Agama Islam.

Berdasarkan tabel di atas, guru PAI SMK YPKP Sentani dalam kegiatan penutup

pembelajaran guru Pendidikan Agama Islam melaksanakan atau dalam kategori ini selalu

melakukan kegiatan penutup pembelajaran.

2. Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam yang tidak terlaksana

Guru Pendidikan Agama Islam telah menjalankan proses belajar mengajar telah

sesuai dengan aturan dan kebijakan yang berlaku di SMK YPKP Sentani, baik dari proses

awal membuka pembelajaran sampai pada penutup. Awal pembelajaran guru memimpin dan

meminta siswa untuk membuka pembelajaran, kemudian guru mengabsen kehadiran siswa.
55

Setelah itu guru memberikan apersepsi atau menyampaikan materi sebelumnya sebelum

melanjutkan materi selanjutnya. Kegiatan inti, proses ini guru menyampaikan materi yang

saat ini disampaikan, seperti halnya menyampaikan tentang hormat dan patuh pada orang tua

dan guru. Kemudia kegiatan penutup, sebelum guru menutup pembelajaran, yang harus

dilakukan guru adalah guru bersama siswa membuat kesimpulan bersama-sama, dan

terkadang guru mengetes siswa secara acak menanyakan materi yang disampaikan saat itu.

Terlepas dari kegiatan di atas guru juga terkadang mengalami kendala sehingga ada

pembelajaran yang tidak terlaksana, atau evaluasi pembelajaran yang belum terlaksana. salah

satunya dalam mengevaluasi peserta didik, terkadang nilai Pendidikan Agama Islam, yang

notabene Muslim mendapatkan nilai lebih rendah dari non Muslim. Hal ini sebagaimana

wawancara bersama Bapak Muhmmad Bahri:


“Terkadang yang muslim nilai Pendidikan Agama Islam lebih rendah dari pada yang
non muslim, hal itu bisa dilihat dari dua sisi. Muslim mendapat nilai rendah
dikarenakan jarang masuk dalam proses belajar, kurang aktif, menyepelekan, dan lain
sebagainya. Sedangkan sisi yang lain, non muslim merasa ingin tahu, dan mengerti
bagaimana Islam, sehingga rajin dan giat belajar.”84
Sebagaimana sudah dijelaskan di atas bahwa SMK YPKP Sentani melaksanakan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, bukan hanya peserta didik muslim, akan tetapi non

muslim di wajibkan mengikuti proses pembelajarannya. Sehingga kendala yang sering

dihadapi oleh guru dalam mengevaluasi yakni saat penilaian/evaluasi berlangsung, selain itu
saat penyampaian materi Pendidikan Agama Islam, yang bersifat privat, seperti tentang

aqidah. Menjadi delimatis bagi guru Pendidikan Islam itu sendiri karena peserta didik yang

muslim tidak bisa mendapatkan nilai KKM daripada yang non muslim. Walaupun tidak

semua muslim mendapatkan nilai di bawah KKM.

G. Faktor Pendukung Evaluasi dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP


Sentani
Sebelum membahas factor pendukung evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam

di SMK YPKP Sentani, penulis ingin membahas beberapa elemen yang tidak dapat terlepas

dalam dunia pendidikan saat ini. Evaluasi pembelajaran tidak dapat terlepas pada 3 elemen.

84
Muhammad Bahri, Wawancara, (34 Tahun) via WhatsApp, Hari Selasa, 15 Maret 2022 Pukul 20.59
56

Pertama, penguatan pendidikan karakter merupakan pendekatan langsung untuk

mendidik moral dengan memberi pelajaran kepada peserta didik tentang pengetahuan moral

dasar untuk mencegah mereka melakukan perilaku tidak bermoral atau membahayakan bagi

diri sendiri maupun orang lain. Kedua, revitalisasi pengetahuan Humaniora, pengetahuan

yang berhubungan dengan budaya, kemanusiaan, dan nilai-nilai spiritual ini bisa dianggap

kalah pamor dikalangan generasi muda bangsa. Banyak yang lebih menyukai pengetahuan

eksakta dan teknis yang bisa mengarahkan mereka ke hal-hal praktis serta menghasilkan skill

untuk bekerja. Akan tetapi, jika generasi muda Indonesia mengabaikan pengetahuan budaya,

kemanusiaan, dan religi, mereka akan mudah terpengaruh budaya luar. Dan ketiga,

optimalisasi teknologi kemajuan sebuah bangsa sering diukur dengan seberapa canggih

bangsa tersebut, baik itu dalam mengadopsi maupun mencipta sebuah teknologi. Apalagi

dalam proses belajar mengajar saat ini tidak dapat meninggalkan teknologi, karena perubahan

zaman maka pembelajaran dapat dilakukan melalui Zoom Meeting, Cloudx, dan Classroom.

Adapun factor yang mendukung dalam evaluasi pembelajaran di SMK YPKP Sentani

yakni sarana dan prasaran yang memadai dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. Selain

itu pengalaman professional guru, kemampuan guru dalam mengembangkan program

tahunan dan semester, mengembangkan silabus dan RPP, serta menciptakan lingkungan yang

kondusif dalam pelaksanaan pembelajaran

H. Faktor Penghambat Penerapan Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam di


SMK YPKP Sentani
Penerapan evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani,

pasti menemui kelebihan dan penghambat, adapun faktor penghambat dalam menerapkan

evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam di SMK YPKP Sentani diantaranya minimnya

pengalaman guru dalam mengikuti kegiatan pelatihan tentang evaluasi pendidikan Islam,

MGMP dan KKG, kemampuan guru dalam memilih metode, media dan model evaluasi

pembelajaran yang sesuai, serta kurangnya pemanfaatan TIK dalam pembelajaran.

Sebagaimana wawancara bersama ibu Nur Iriani:

“faktor penghambat dalam penerapan evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam


di SMK YPKP Sentani antara lain, kurangnya guru dalam mengikuti pembelajaran
pendidikan Islam pak, kemudian kurangnya adanyan kegiatan MGMP, bukan berarti
57

tidak mau ikut tapi tidak aktif MGMP disini pak, ada lagi media dan model yang
kurang memadai.”85
Dari wawancara tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kurangnya pelatihan-

pelatihan yang di laukan guru, tidak adanya organisasi MGMP PAI yang menampung dan

membina, serta belum bisanya dalam memanfaatkan TIK. Sehingga penulis dapat

memberikan catatan tersendiri. Yakni guru harus mencari dan mengikuti pelatihan-pelatihan

yang sesuai dengan matapelajaran Pendidikan Islam, mengikuti Workshop evaluasi

pendidikan Islam, dan lain sebagainya.

85
Nur Iriani, Wawancara, (29 Tahun), Guru PAI, Rabu 16 Maret 2022 pukul 10.33 WIT
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh guru
selama proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa,
selain untuk mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya
memperhatikan konsep dasar evaluasi yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Konsep dasar evaluasi yang harus dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon
pendidik (calon guru) adalah pengertian dasar tentang evaluasi, tujuan evaluasi,
karakteristik evaluasi, teknik-teknik evaluasi, dan terakhir macam-macam alat evaluasi
yang telah diuraikan di atas. Tanpa mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik
(guru) tidak akan dapat menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu diperlukan pemahaman
yang mendasar tentang konsep dasar evaluasi.

Konsep evaluasi yang dilaksanakan oleh guru PAI meliputi evaluasi diagnostic,
formatif, dan sumatif, selain itu guru PAI juga menerapkan evaluasi dalam pembelajaran
antara lain: penilaian dalam apersepsi dan motivasi, penyampaian kompetensi dan
rancangan kegiatan bagi pendidik, penguasaan materi pelajaran, strategi pembelajaran,
pendekatan saintifik, pemanfaatan sumber belajar, pelibatan peserta didik, penggunaan
bahasa yang baik, dan penutupan pembelajaran.

B. Rekomendasi/ Saran
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk menambah kazanah keilmuan dalam bidang

pendidikan Islam khususnya tentang konsep evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam

di SMK YPKP Sentani. Penulis mengharapkan dalam penelitian ini dapat di teliti lebih

mendalam bagaimana konsep evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan Islam yang ideal,

yang dapat diterapkan oleh semua lembaga, baik lembaga Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah (SMP) dan Sekolah Atas (SMA/K/MA). Harapannya semoga tulisan ini dapat

bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya.

58
DAFTAR PUSTAKA

A.J Nitko,. Educational Assessment of Students, New Jersey: Englewood Cliffs, 1996.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Abū Hilāl al-‘Askari, al-Furūq al-Lughawiyyah, versi CD: al-Maktabah al- Syāmilah, edisi
II.(t, tt), h. 217.
Abudin Nata, , Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005.
Al-Ashfihani, al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, ed. Shafwan ‘Adnan al-Dawudi, (Damaskus:
Dar al-Qalam, 1412 H), Cet. I
Al-Ghazali, Iḥya ‘Ulum al-Din. Kairo: Dar al-Sya‟b, t.th.
Al-Mawardi, Abu Hasan Ali bin Muhammad bin Habib, Kitab Al-Ahkam AlSulthaniyyah,
Kuwait: Dar Ibnu Qutaibah, tt.
Al-Rasyidin, dkk. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, teoritis dan Praktis,
Jakarta: Ciputat Press, 2005.
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009.
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Ath-Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir, Jami‟ Al- Bayan an Ta‟wil Ayi Al-Qur‟an,
penerjemah: Abdul Somad, Yusuf Hamdani, dkk, jilid 3, 12, 13, 21, Jakarta: Pustaka
Azzam, 2008.
AzZubaidy. Murtadho, Taaj al Arus min Jawahir al Qamus, Vol 37, Daar alHidayah: t.th.
Bambang Subali, Penilaian, Evaluasi,dan Remediasi Pembelajaran Biologi, Yogyakarta:
Jurusan Biologi Fakultas MIPA, 2010.
Djemari Mardapi, , Evaluasi Penerapan Ujian Akhir Sekolah Dasar Berbasis Standar
Nasional, Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 13, (Nomor 2, 2009).
Eveline Siregar dan Hartini Nara,.Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
https://alamsyahhsb99.wordpress.com/2015/12/28/pengertian-ekstrakurikuler/, diakses pada
Kamis, 03 Maret 2022
Ismanto. Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI), Edukasi: Jurnal Penelitian
Pendidikan Islam. Vol. 9, No. 2, Agustus 2014.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Jumanatul, 2014.
Lexi. J. Moeleong, Metodologi kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002.
Lexy J. Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
M. Ngalim Purwanto,. Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2009.

59
Mahmudi, Wawancara, (36 Tahun), Dokumen Sekolah, Waka Humas SMK YPKP, Sentani,
Rabu 2 Maret 2022
Miftakhul Muthoharoh, Konsep Evaluasi dalam Pendidikan Islam, Jurnal Tasyri’: Volume
26, Nomor 2, Oktober 2019.
Muhaimin, Wawancara (44 Tahun), Kepala Sekolah, Tanggal 01 Maret 2022
Muhammad Bahri, Wawancara (34 Tahun), Guru PAI, Tanggal 14 Maret 2022, Pukul 08.00
WIT
N Mulyaningsih, Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti Dengan
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Idea Press 2018)
Ngainun N. dan A. Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi, Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2008.
Nur Iriani, Wawancara, (29 Tahun), Guru PAI, tanggal 01 Maret 2022
Oemar Hamalik, Pengajaran Unit, Bandung: Alumni, 1982.
Purnomo, Edy, dan Sudji Munadi. "Evaluasi Hasil Belajar dalam Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi di Sekolah Menengah Kejuruan." Cakrawala Pendidikan 2,
2005.
Ramadhan, S. (2017). Evaluasi Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Ibnul
Qayyim Putri Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 2(1), 39–
50. https://doi.org/10.25299/althariqah.2017.vol2(1).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2008.
Saifulloh, A., & Safi’i, I. (2017). Evaluasi Pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Menengah Pertama (Studi Kasus di SMPN 2 Ponorogo). Educan :
Jurnal Pendidikan Islam, 1(1). https://doi.org/10.21111/educan.v1i1.1303
Sawaluddin, Konsep Evaluasi Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam, Jurnal Al-Thariqah
Vol. 3, No. 1, Januari - Juni 2018.
Soehartono & Irawan, Metode Penelitian Social, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Sugiyono, Metode Kuantitatif, Kualitatif dan R&B, Bandung:Alfabeta, 2019.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Research, Bandung: Tarsoto, 1995.
Sumarna Surapranata, Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Tri Handayani, Wawancara, 42 Tahun, Penjamin MutU SMK YPKP Sentani, Rabu, Februari
2022, Pukul 10,00 WIT
Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta:Raja Grafindo
Persada, 2007
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahub 2003,
Wahbah Az-Zuhaili, al-fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Darul-Fikr, Juz IX, 1418 H/1997 M)
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir fi al-`aqidah wa asySyar`iah wa al-Manhaj, Suriah, Juz.
22, Damaskus : Darul Fikri, 1991.
Yahya Qahar, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bursa FIP IKIP, 1972.

60
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural Suatu Upaya Penguatan Jati Diri
Bangsa, Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Prinsip, Teknik, dan Prosedur), Cetakan Kedelapan,
Jakarta: Rosda Karya, 2016.

61
Lampiran-Lampiran

Wawancara Ibu Nur Iriani Guru PAI


SMK YPKP Sentani

Bersama Waka Kurikulum


Bapak Mahmudi, S.Pd.

62
Bersama Penjamin Mutu SMK YPKP Sentani
Ibu Tri Handayani

Bersama Bapak Muhammad Bahri


Guru PAI SMK YPKP Sentani

63

Anda mungkin juga menyukai