Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KAJIAN HADITS TENTANG KESETARAAN/ PERSAMAAN


( AL-MUSAWAH )
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kulian Kajian Hadits PAI Multikultural

Dosen Pengampu :
Dr. H. Shofwan Al Jauhari, M.HI., M.Pd.I

Disusun Oleh :

Kelompok : 5

Muttaqin (023112008)
Imam Nur Ramdani (023112004)

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) FATTAHUL MULUK PAPUA

2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i


DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................................... 2
C. TUJUAN ................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. HADITS MUSNAD AHMAD 22391 .................................................................... 3
B. TAKHRIJ HADITS AHMAD 22391 ...................................................................... 4
C. INTISARI HADIST AHMAD 22391 ..................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ...................................................................................................... 10
B. SARAN ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ .... ......... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh umat Islam setuju bahwa hadits digunakan sebagai sumber


hukum kedua setelah al-Qur‟an, mengamalkan hal-hal yang berada dalam hadits,
sama halnya dengan mengamalkan al-Qur‟an.1 Karena tidak bisa dianggap
sepele, memahami Islam memerlukan ilmu yang sangat-sangat luas. Apalagi
dalam berperilaku sehari-hari, bagaimana cara berhubungan yang baik dengan
sesama makhluk ciptaan Allah SWT seperti yang dicontohkan oleh baginda
Nabi Muhammad SAW.
Dalam ayat Alquran dan Hadits Nabi Muhammad SAW digambarkan
sebagai agama yang mempunyai banyak nilai-nilai kebajikan, bersifat universal
seperti kemanusiaan, keadilan, kesetaraan dan lain sebagainya, yang mana
sangat menentang adanya kekerasan atau diskriminasi kepada kelompok lain.2
Musawah merupakan salah satu ajaran pokok Islam yang didasarkan
atas firman Allah SWT dan Hadits Nabi Muhammad SAW, yang berarti
persamaan, kesetaraan, atau egalitarianisme yang mempersamakan keadaan
yang serupa dengan yang lain. Sikap musāwah sering digunakan dalam bidang
hukum untuk menyamaratakan hukuman seseorang terhadap hukuman orang
lain. Namun Musāwah sendiri dapat digunakan dalam berbagai perilaku
tertentu, misalnya pendapat orang awam harus didengarkan asalkan pendapatnya
logis dan masuk akal.
Muhammad Ali Al-Hasyimi merupakan Ulama, Sastrawan dari Aceh
dalam bukunya, “Masyarakat Muslim Dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sunnah”
menyebutkan beberapa hal berkaitan dengan konsep/prinsip Al-Musawah dalam
Islam antara lain: Persamaan adalah buah dari keadilan dalam Islam, Persamaan
tidak ada keistimewaan bagi seseorang, Memelihara hak-hak non muslim,
Persamaan laki-laki dan wanita dalam kewajiban agama dan lainnya, Persamaan
sosial, Persamaan di hadapan hukum , Persamaan dalam memangku jabatan
publik dan Persamaan didasarkan pada kesatuan asal bagi manusia.

1
Idri, Problematika Autentisitas Hadis Nabi Dari Klasik Hingga Kontemporer (Jakarta: Kencana,
2020), 24.
2
Mursyidah Thahir (ed.), Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan (Jakarta: PP
Muslimat NU Kerjasama dengan Logos Wacana Ilmu, 2000), 21.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka diperlukan sebuah
rumusan agar pembahasan mudah dipahami. Adapun beberapa rumusan masalah
tersebut, sebagai berikut:
1. Bagaimana penjelasan hadits riwayat Ahmad nomor hadits 22391
tentang Kesetaraan/persamaan derajat?
2. Bagaimana penjelasan hadits Takhrij hadis riwayat Ahmad nomor
22391 Kesetaraan/persamaan derajat?
3. Bagaimana Intisari yang terkandung dalam hadits riwayat Ahmad
nomor 22391 tentang Kesetaraan/persamaan derajat?
D. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan adanya rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan hadits riwayat Ahmad nomor hadits 22391
tentang Kesetaraan/persamaan derajat?
2. Untuk menganalisa Takhrij Ahmad nomor hadits 22391 tentang
Kesetaraan/persamaan derajat?
3. Untuk mengetahui Intisari yang terkandung dalam hadits riwayat
Ahmad nomor 22391 tentang Kesetaraan/persamaan derajat?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. HADITS MUSNAD AHMAD No. 22391

َ ‫ع ْٓ أ َ ِتٍ َٔض َْزج‬ َ ٌ ُّ ‫س ِعُذ ٌ ْاٌ ُج َزَ ِْز‬َ ‫ َحذَّثََٕا ِإ ْس َّا ِعُ ًُ َحذَّثََٕا‬:٩٩٣٢٢ ‫ِسٕذ أحّذ‬
ْٓ َِ ٍَِٕ‫َحذَّث‬
‫ك فَمَا َي ََا أََُّ َها‬ ِ َ‫س ِظ أََ َِّاَ اٌر َّ ْش ِز‬َ ‫سٍَّ َُ ِفٍ َو‬َ ‫عٍَ ُْ ِه َو‬ َّ ًٍَّ‫ص‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ىي‬
َ ‫َّللا‬ ِ ‫س‬ ُ ‫طثَحَ َر‬ ْ ‫س ِّ َع ُخ‬ َ
ّ ِّ ‫عًٍَ أ َ ْع َج‬
‫ٍ ٍّ َو ََل‬ َ ٍّ ٍ ّ ‫ض ًَ ٌِعَ َز ِت‬ْ َ‫احذ ٌ أ َ ََل ََل ف‬
ِ ‫احذ ٌ َو ِإ َّْ أَتَا ُو ُْ َو‬
ِ ‫اس أ َ ََل ِإ َّْ َرتَّ ُى ُْ َو‬
ُ ٌَّٕ‫ا‬
‫أ َ ْح َّ َز إِ ََّل ِتاٌر َّ ْم َىي‬ ًٍَ‫ع‬ َ َ‫عًٍَ أَس َْىدَ َو ََل أَس َْىد‬ َ ‫ٍ ٍّ َو ََل ِِل َ ْح َّ َز‬ َ ًٍَ‫ع‬
ّ ‫ع َز ِت‬ َ ٍّ ٍ
ّ ِّ ‫ٌِعَ َج‬
ٌَ ‫ََ ْى ٍَّ َهذَا لَاٌُىا ََ ْى‬ ُّ َ ‫سٍَّ َُ ث ُ َُّ لَا َي أ‬
ٌ َ ‫عٍَ ُْ ِه َو‬ َّ ًٍَّ‫ص‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سى ُي‬ ُ ‫أَتٍََّ ْغدُ لَاٌُىا تٍََّ َغ َر‬
ٌ ‫ٌ تٍََ ٍّذ َهذَا لَاٌُىا تٍََذ‬ُّ َ ‫ش ْه ٌز َح َزا ٌَ لَا َي ث ُ َُّ لَا َي أ‬
َ ‫ش ْه ٍّز َهذَا لَاٌُىا‬ َ ٌ ُّ َ ‫َح َزا ٌَ ث ُ َُّ لَا َي أ‬
‫َّللاَ لَذْ َح َّز ََ تَ َُْٕ ُى ُْ ِد َِا َءوُ ُْ َوأ َ ِْ َىاٌَ ُى ُْ لَا َي َو ََل أَدْ ِرٌ لَا َي أ َ ْو‬
َّ َّْ ِ‫َح َزا ٌَ لَا َي فَإ‬
‫ش ْه ِز ُو ُْ َهذَا فٍِ تٍََ ِذ ُو ُْ َهذَا أَتٍََّ ْغدُ لَاٌُىا‬ َ ٍِ‫ض ُى ُْ أ َ َْ ََل َو ُح ْز َِ ِح ََ ْى ِِ ُى ُْ َهذَا ف‬َ ‫أَع َْزا‬
َ ِ‫شا ِهذ ُ اٌْغَائ‬
‫ة‬ َّ ٌ‫سٍَّ َُ لَا َي ٌُُِثَ ٍِّ ْغ ا‬
َ ‫عٍَ ُْ ِه َو‬ َّ ًٍَّ‫ص‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫تٍََّ َغ َر‬
ِ َّ ‫سى ُي‬
َ ‫َّللا‬

Musnad Ahmad 22391: Telah menceritakan kepada kami Isma'il Telah


menceritakan kepada kami Sa'id Al Jurairi dari Abu Nadhrah telah
menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khutbah Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa salam ditengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda:
"Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat!
Tidak ada kelebihan bagi orang arab atas orang ajam dan bagi orang ajam
atas orang arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang
berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali
dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?" mereka menjawab:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hari apa ini?" mereka menjawab:
Hari haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Bulan apa
ini?" mereka menjawab: Bulan haram. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
salam bersabda: "Tanah apa ini?" mereka menjawab: Tanah haram.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: " Allah mengharamkan

3
darah dan harta kalian diantara kalian -aku (Abu Nadhrah) Berkata: Aku
tidak tahu apakah beliau menyebut kehormatan atau tidak- seperti haramnya
hari kalian ini, di bulan ini dan di tanah ini." Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa salam bersabda: "Apa aku sudah menyampaikan?" mereka menjawab:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam telah menyampaikan. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda: "Hendaklah yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir."3

B. Takhrij Hadis
1. Ismai’il bin Ibrahim bin Muqsim
Keterangan Komentar Ulama
Kuniyah : Abu Bisyir Syu'bah : Sayyidul Muhadditsin
Laqob : Ibnu 'Ulayyah Yahya bin Ma'in : tsiqah ma`mun
Nasab : Al Asadiy Muhammad bin Sa'd : Tsiqah tsabat hujjah
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in Abdurrahman bin Mahdi : dia lebih kuat dari
kalangan pertengahan Husyaim
Negeri Hidup : Bashrah Yahya bin Ma'in : tsiqah ma`mun
Negeri Wafat : Baghdad Abu Daud : "tidak ada seorang muhaddits
Wafat : Baghdad tahun 193 H kecuali melakukan kesalahan, kecuali Ibnu
'Ulaiyah dan Bisyr bin al Mufadldlal"
Yahya bin Said : Lebih kuat daripada Wuhaib
As Saji : Perlu dikoreksi ulang
An Nasa'i : Tsiqah tsabat
Ibnu Hajar al 'Asqalani : dhaif
Adz Dzahabi : dhaif

2. Sa’id bin Iyas


Keterangan Komentar Ulama
Kuniyah : Abu Mas‟ud Yahya bin Ma‟in : Tsiqah
Laqob : - An Nasa‟i : Tsiqah
Nasab : Al Jurairiy Al „Ajli : Tsiqah

3
HaditsSoft Download,” diakses 16 Oktober 2023, https://haditssoft.software.informer.com

4
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan Ibnu Hajar al „Asqalani : Tsiqah
biasa berubah sebelum matinnya
Negeri hidup : Bashrah Abu Hatim : Berubah hafalannya
Negeri Wafat : Bashrah sebelum meninggal
Wafat : 144 H

3. Al Mundzir bin Malik bin Qath’ah


Keterangan Komentar Ulama
Kuniyah : Abu Nadirah Abu Zur‟ah : Tsiqah
Laqob : - An Nasa‟i : Tsiqah
Nasab : - Yahya bin Ma‟in : Tsiqah
Kalangan : Tabi'ut Tabi'in kalangan Ahmad bin Hambal : tsiqah
Pertengahan Al „Uqaili : disebutkan dalam Adl
Negeri hidup : Bashrah Dluafa‟
Negeri Wafat :- Ibnu Syabin : disebutkan dalam „Ats
Wafat : 108 H Tsiqat‟
Ibnu Hajar : Tsiqah berubah sebelum
matinnya

4. Nama tak diketahui (Mubham)


Mungkin banyak tokoh dalam hadis yang namanya tidak
disebutkan dalam sanad maupun hadis mata. Berdasarkan ilmu hadis,
tokoh yang tidak disebutkan namanya itu disebut Mubham. Mubham
berasal dari kata abhama-yuhibhimu yang artinya “tidak jelas”4
Kitab Majma' Zawaid (3/266) mengatakan bahwa naratornya
otentik. Jika belum yakin dengan keabsahan hadits di atas, saya akan
mengutip tokoh yang menjadi rujukan utama para sahabat Wahabi: Syekh
al-Albani yang juga mengatakan bahwa riwayat di atas shahih (as-sahihah,
6/199)

4
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/mengenal-mubham-sosok-yang-tidak-cepat-namanya-dalam-
hadits-zYTo6

5
Dari keempat sanad yang ada diatas serta penjelasan mengenai ulama
terkait perawi hadis masih dapat diambil hujjah dan sesuai dengan penjelasan
Syekh al-Albani dalam kitabnya as-sahihah ia mengatakan bahwa hadis ini
sahih. Ulama pakar hadis lainnya yang mengatakan hadis ini sahih ialah
Syu‟aib al Arnauth.
C. Intisari Hadis
Kisah di atas mengatakan secara lugas dan jujur bahwa seseorang tidak
lebih baik dari orang lain berdasarkan kebangsaan atau warna kulit. Sabda
Nabi SAW sesuai dengan pesan Al-Qur'an: “Yang paling mulia di sisi Allah
adalah orang-orang yang bertakwa” (QS al-Hujirat: 13). Nabi menekankan:
“Orang-orang Arab tidak mempunyai keunggulan dibandingkan orang-orang
non-Arab.” Pesan Nabi Muhammad SAW di akhir hayatnya sangatlah
dahsyat.
Namun sayangnya masih ada segelintir orang yang merasa rendah diri
dan kurang beragama Islam ketika berinteraksi dengan orang Arab. Semua
bahasa Arab lebih disukai daripada tradisi lainnya. Mereka mengandalkan
beberapa fakta sejarah. Sebagian riwayat ini saya kutip dari Sunan at-
Tirmidzi.Dalam Sunan at-Tirmidzi (Hadits Nomor 3862):
‫اح ٍّذ‬
ِ ‫غُ ُْز َو‬
َ ‫ُع َو‬ٍّ َِِٕ ُْٓ ‫ٌ َوأَحْ َّذُ ت‬ ُّ ‫ َحذَّثََٕا ُِ َح َّّذ ُ ت ُْٓ ََ ْحًَُ ْاِل َ ْس ِد‬:٣٦٨٩ ٌ‫سٕٓ اٌرزِذ‬
‫س ٍْ َّاَْ لَا َي‬
َ ْٓ ‫ع‬َ ‫ع ْٓ أ َ ِتُ ِه‬ َ ٍ‫ُىس ت ِْٓ أ َ ِت‬
َ َْ‫ظ ْثَُا‬ َ ‫ع ْٓ لَات‬ َ ‫ع ت ُْٓ ْاٌ َى ٌُِ ِذ‬ ُ ‫لَاٌُىا َحذَّثََٕا أَتُى تَذْ ٍّر‬
ُ ‫ش َجا‬
‫ارقَ دَِٕ ََه لُ ٍْدُ ََا‬ ِ َ‫ضٍِٕ فَرُف‬ْ َ‫اْ ََل ذ َ ْثغ‬ ُ َّ ٍْ ‫س‬
َ ‫سٍَّ َُ ََا‬
َ ‫عٍَ ُْ ِه َو‬ َّ ًٍَّ‫ص‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سى ُي‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫لَا َي ٌٍِ َر‬
ٍِٕ‫ض‬ َ ‫َض ْاٌعَ َز‬
ُ َ‫ب فَر َ ْثغ‬ ُ ‫َّللاُ لَا َي ذ َ ْثغ‬
َّ ‫ض َه َو ِت َه َهذَأَا‬ ُ َ‫ْف أ َ ْتغ‬
َ ُ‫َّللا َو‬
ِ َّ ‫سى َي‬
ُ ‫َر‬
ِْٓ ‫اع ت‬
ِ ‫ش َج‬ ُ ‫ث أ َ ِتٍ تَذْ ٍّر‬
ِ َِ‫َة ََل َٔ ْع ِزفُهُ ِإ ََّل ِِ ْٓ َحذ‬
ٌ ‫س ٌٓ غ َِز‬ َ ‫َِث َح‬ ٌ ‫سً َهذَا َحذ‬ َ ُ‫لَا َي أَتُى ِع‬
ٍّ ٍ ُ َّ ٍْ ‫س‬
َ ًَ ‫اْ لَ ْث‬
ّ ٍِ ‫ع‬ َ َِ َْ‫س ٍْ َّا‬
َ ‫اخ‬ َ ‫ظ ْثَُاَْ ٌَ ُْ َُذْ ِر ْن‬ َ ‫ْاٌ َى ٌُِ ِذ و‬
َ ‫س ِّ ْعد ُِ َح َّّذَ ْت َٓ ِإ ْس َّ ِعُ ًَ ََمُى ُي أَتُى‬

Sunan Tirmidzi 3862: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin


Yahya Al Azdi dan Ahmad bin Mani' dan yang lain, mereka berkata: telah
menceritakan kepada kami Abu Badr Syuja' bin Al Walid dari Qabus bin
Abu Dhabyan dari ayahnya dari Salman dia berkata: Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Wahai Salman, janganlah kamu
membuatku marah, hingga kamu dapat berpisah dari agamamu." Kataku:
"Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin aku membuatmu marah, padahal
dengan perantaraanmulah Allah memberi petunjuk kepada kami." Beliau

6
bersabda: "yaitu kamu membuat orang-orang arab marah maka sama dengan
kamu telah membuatku marah."5
Abu Isa berkata: "Hadits ini adalah hadits gharib, kami tidak
mengetahuinya kecuali dari hadits Abu Badr Syuja' bin al Walid." Dan saya
mendengar Muhammad bin Isma'il berkata: "Abu Dhabyan tidak pernah
berjumpa dengan Salman, karena Salman meninggal dunia sebelum Ali
(meninggal)."
Penting bagi kita untuk membaca catatan Imam Tirmidz di atas karena
hadis ini seolah mengatakan bahwa jika kita membuat orang Arab marah,
maka Nabi juga akan marah dan keimanan kita akan hilang. Sangat
berbahaya bukan?! Untunglah ternyata hadis gharib (asing/jauh). Dalam
terminologi Sunan at-Tirmidzi, istilah Hadits gharib mempunyai pengertian
yang sama dengan Hadits lemah.
Ada lagi Hadits dari Sunan at-Tirmidzi (Hadits Nomor 3863):
ِ َّ‫ع ْثذ ُ َّللا‬َ ‫ٌ َحذَّثََٕا‬ ُّ ‫ع ْثذُ ْت ُٓ ُح َّ ُْ ٍّذ َحذَّثََٕا ُِ َح َّّذُ ْت ُٓ ِت ْش ٍّز ْاٌعَ ْث ِذ‬َ ‫ َحذَّثََٕا‬:٣٦٨٣ ٌ‫سٕٓ اٌرزِذ‬
‫ق‬
ِ ‫ار‬
ِ ‫ط‬ َ ْٓ ‫ع‬ َ ِ َّ‫ع ْث ِذ َّللا‬
َ ِْٓ ‫ق ت‬ ِ ‫ع ْٓ ُِخ‬
ِ ‫َار‬ َ ٍِ ّ ‫ع َّ َز ْاِلَحْ َّ ِس‬ ُ ِْٓ ‫صُ ِْٓ ت‬ َ ‫ع ْٓ ُح‬ َ ‫َّللاِ ت ِْٓ ْاِلَس َْى ِد‬ َ ُْٓ ‫ت‬
َّ ‫ع ْث ِذ‬
‫عفَّاَْ لَا َي‬َ ِْٓ ‫عثْ َّاَْ ت‬ ُ ْٓ ‫ع‬ َ ‫ب‬ ٍّ ‫ت ِْٓ ِش َها‬
ُ‫ع ِرٍ َوٌَ ُْ ذَٕ ٍَْه‬
َ ‫شفَا‬ َ ‫َش ْاٌعَ َز‬
َ ٍ‫ب ٌَ ُْ ََذْ ُخ ًْ ِف‬ َّ ‫سٍَّ َُ َِ ْٓ غ‬
َ ‫عٍَ ُْ ِه َو‬ َّ ًٍَّ‫ص‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫لَا َي َر‬
ِ َّ ‫سى ُي‬
َ ‫َّللا‬
ٍ‫َِ َىدَّ ِذ‬
ّ ‫ع َّ َز ْاِلَحْ َّ ِس‬
ٍِ ُ ِْٓ ‫صُ ِْٓ ت‬ ِ َِ‫َة ََل َٔ ْع ِزفُهُ ِإ ََّل ِِ ْٓ َحذ‬
َ ‫ث ُح‬ ٌ ‫َِث غ َِز‬ َ ُ‫لَا َي أَتُى ِع‬
ٌ ‫سً َهذَا َحذ‬

ّ ‫ان ْاٌمَ ِى‬


ٌِ ِ َِ‫صُ ٌْٓ ِع ْٕذَ أ َ ْه ًِ ْاٌ َحذ‬
َ َ‫ث تِذ‬ َ ٌَُ‫ق َو‬
َ ‫ْس ُح‬ ِ ‫ع ْٓ ُِخ‬
ٍّ ‫َار‬ َ
Sunan Tirmidzi 3863: Telah menceritakan kepada kami Abd bin Humaid
telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr Al 'Abdi telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdullah bin Al Aswad dari
Hushain bin Umar Al Ahmasi dari Mukhariq bin Abdullah dari Thariq bin
Syihab dari Utsman bin 'Affan dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda:

"Barangsiapa menipu orang-orang Arab, maka ia tidak akan masuk dalam


syafa'atku, dan tidak pula mendapatkan kasih sayangku."6

Atas wewenang Utsman bin 'Affan, beliau berkata; Nabi SAW


bersabda: “Barangsiapa yang mengkhianati bangsa Arab, tidak akan berasal
dari (golongan yang menerima) syafaatku dan tidak akan menerima cintaku.”

5
HaditsSoft Download,”
6
HaditsSoft Download,”

7
Luar biasa, bukan? Jika orang Arab tertipu, Nabi tidak menyukai orang yang
menipu, dan dia tidak menerima syafaat Nabi. Ah, bagaimana jika orang-
orang Arab mengkhianati kita? Mengapa hal ini tampaknya tidak adil?
Bagaimana status sejarah di atas?
Imam at-Tirmidzi berkata; “Hadits ini merupakan hadits gharib, kita tidak
mengetahuinya kecuali Hadits Mukhariqi Hushain bin Umar al-Ahmas, dan
menurut para ahli hadits, riwayat Hushain tidak kuat.”
Sekali lagi, ini ternyata merupakan hadis gharib.
Jadi jelas sahihnya hadis yang mengatakan bahwa bangsa Arab tidak
mempunyai kelebihan dibandingkan bangsa lain. Pada saat yang sama, kita
patut mempertanyakan sejarah supremasi bangsa-bangsa Arab. Tapi jangan
salah. Kita juga tidak bisa menghina orang-orang Arab. Bahasa Arab adalah
bahasa Al-Quran. Generasi Arab adalah generasi berakhlak mulia hingga
lahirnya Nabi Muhammad SAW. Nabi sangat menyukai kota Makkah. Nabi
Muhammad juga orang Arab. Tidak mungkin kita membenci atau menghina
masyarakat dan tradisi Arab.
Orang Arab punya kelebihan, tentu saja benar. Misalnya, mereka
dikenal karena daya ingatnya yang kuat. Namun hal ini tidak berarti bahwa
kelebihan-kelebihan ini membuat semua orang Arab lebih baik dibandingkan
orang non-Arab. Orang-orang Arab yang tidak bersekolah dan tidak bisa
membaca dan menulis saat ini pasti akan tertinggal dari negara-negara lain
yang mengikuti perintah Iqra. Sebagian besar sahabat Nabi juga orang Arab.
Kita tidak bisa membenci sahabat Nabi. Namun jangan lupa, ada pula
sahabat Nabi yang bukan orang Arab, seperti Salman dari Persia dan Bilal
dari Etiopia (Abyssinia). Kita juga harus mencintai teman-teman non-Arab
kita.
Pada awal perkembangan Islam banyak terdapat ulama-ulama besar
yang berasal dari Arab. Imam Malik lahir dan besar di Madinah. Namun
jangan lupa juga banyak juga orang non-Arab yang menjadi ulama dan
jasanya juga besar dalam sejarah Islam. Abu Hanifah dari Kufah, misalnya,
adalah keturunan Parsi. Imam Bukhari juga bukan orang Arab.
Sejarawan besar seperti Ibnu Khaldun juga mengkritik bangsa Arab.
Misalnya, ia berpendapat dalam salah satu bab bukunya "Muqaddimah"
bahwa orang-orang Arab hanya bertindak dengan menganut perasaan

8
keagamaan seperti kenabian dan kesucian. Tanpa ragu pun, Ibnu Khaldun
menulis bab: Bangsa Arab adalah yang paling jauh dari kompetensinya. Ibnu
Khaldun menulis:
‎Dan itulah sebabnya kita menemukan orang-orang Arab dan apa yang
mereka miliki dalam Islam
“Kami mendapati wilayah Arab dan berbagai wilayah yang mereka
taklukkan di bawah panji Islam secara keseluruhan sangat terbelakang
sehingga harus membawa (pengalaman) dari wilayah lain. Lihatlah kerajaan-
kerajaan non-Arab seperti Tiongkok, India, Turki, dan negara-negara Kristen,
bagaimana mereka menghasilkan berbagai keterampilan dan berapa banyak
negara lain yang mengambil (keterampilan) dari mereka.
Pada bab lainnya, masih dalam Muqaddimah, Ibnu Khaldun menulis
bab “kebanyakan ulama bukanlah orang Arab”. Dalam uraiannya beliau
menyebutkan bahwa ahli bahasa yang menyusun ilmu Nahwu bukanlah orang
Arab, yaitu Sibawaih, al-Farisi dan az-Zajjaj. Demikian pula para perawi
hadis, ulama ushul fiqh, ulama kalam dan ahli tafsir sebagian besar juga
merupakan orang non-Arab.
Tentu saja Ibnu Khaldun tidak mau memandang rendah orang Arab, karena
dia juga orang Arab. Ibnu Khaldun (lahir 27 Mei 1332 – meninggal 17 Maret
1406) lahir di Tunis, keturunan Hadramaut di Yaman, yang garis
keturunannya dilanjutkan oleh Hujr bin Adi, salah satu sahabat Nabi
Muhammad SAW. Catatan di atas ditulis Ibnu Khaldun untuk tidak melebih-
lebihkan bangsa Arab dan kontribusinya terhadap dunia ilmu pengetahuan.
Sebab ternyata catatan sejarah menyebutkan bahwa orang non-Arab juga
turut andil dalam perkembangan Islam.7
Jadi dalam hadis ini menujjukan keseteraan tidak ada yang lebih mulia tidak
ada yang lebih diatas dibandingkan yang lain semua sama dalam persamaan
derajat baik yang berkulit hitam maupun putih, yang kaya maupun miskin,
yang tinggi maupun pendek, yang tua maupun muda semua adalah sama pada
dasarnya.

7
https://nadirhosen.net/tsaqofah/tarikh/kajian-hadits-benarkah-orang-arab-lebih-utama-dalam-
islam/

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadis riwayat Ahmad 22391 menjelaskan tentang bagaimana nabiullah
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mengajarkan kepada kita tentang
pentingnya kita menjungjung kesetaran yakni persamaan sama rata dalam
berbagai hak tidak memandang kemuliaan seseorang dari persfektif lain
melainkan dalam pandangan agama semua manusia terlahir sama, Tuhan kita satu,
Ayah kita satu tidak ada kelebihan yang menunjukkan derajat yang lain lebih
tinggi dibanding yang lainnya.
Derajat hadis Ahmad nomor 22391 ada dua pendapat yang sangat mendukung
hadis ini derajatnya adalah sahih yakni syekh al-Albani dan syekh Syu‟aib al
Arnauth, keduanya sepakat hadis ini sahih meskipun dalam hal periwayatan ada
rawi yang tak dikenal namanya namun sudah menjadi hal biasa dalam kalangan
ilmu hadis yang biasa disebut dengan Mubham.
B. Saran
Penulis menyadari bahwasannya masih banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini mulai dari penulisan, penyajian, dan penjelasan data. Oleh sebab itu,
karena adanya kekurangan dari penulis, penulis berharap mendapat sebuah kritik
dan saran untuk makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi sebuah manfaat
untuk berbagai pihak, maupun sebagai support inspirasi untuk penelitian
selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

dri, Problematika Autentisitas Hadis Nabi Dari Klasik Hingga Kontemporer (Jakarta: Kencana,
2020),.
Thahir, Mursyidah. (ed.), Pemikiran Islam tentang Pemberdayaan Perempuan (Jakarta: PP
Muslimat NU Kerjasama dengan Logos Wacana Ilmu, 2000),.
HaditsSoft Download,” diakses 16 Oktober 2023, https://haditssoft.software.informer.com
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/mengenal-mubham-sosok-yang-tidak-cepat-namanya-dalam-
hadits-zYTo6
https://nadirhosen.net/tsaqofah/tarikh/kajian-hadits-benarkah-orang-arab-lebih-utama-dalam-
islam/

11

Anda mungkin juga menyukai