I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Istilah “Gizi” dan “Ilmu Gizi” di Indonesia sudah dikenal sekitar tahun 1992-1955
sebagai terjemahan dari bahasa Inggris nutrition. Kata Gizi berasal dari bahasa Arab “Ghidza”
yang artinya makanan dan menurut dialek Mesir, Ghidza dibaca Ghidzi, selain itu sebagian
orang menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai nutrisi, terjemahan ini terdapat
dalam kamus BahasaIndonesiaBadudu-Zein1994.Konsep Gizi yang menyatakan bahwa
manusia memerlukan zat-zat tertentu dari makanan dalam jumlah tertentu juga, pada dasarnya
adalah konsep abad modern. Oleh karena itu gizi baru diakui sebagai ilmu pengetahuan (sain)
pada awal abad ke-20, setelah ada penemuan bidang ilmu lain khususnya di bidang ilmu kimia,
faal, dan penemuan macam-macam vitamin, protein, dan gizi lainnya.
Pengertian puasa adalah menahan diri untuk tidak makan dan minum, serta beberapa hal
yang membatalkannya. Menahan diri ini dimulai dari terbit fajar sampai tenggelamnya
matahari. Puasa harus dikerjakan dengan mengucap niat terlebih dahulu, dan memenuhi
ketentuan yang berlaku. Seperti halnya ibadah yang lainnya, puasa juga harus dikerjakan
dengan benar ya sahabat muslim. Tidak boleh menjalankan ibadah puasa dengan asal-asalan.
Tidak boleh asal tidak makan atau asal tidak minum, namun terdapat ketentuan dan aturan
yang harus diikuti. Sedangkan puasa bulan ramadhan adalah puasa yang dilakukan pada bulan
romadhon.
Perubahan gaya hidup selama sebulan penuh, baik dalam pola makan, tidur, dan
aktivitas sehari-hari, turut menyebabkan banyak perubahan pada tubuh. Anda mungkin
mengalami perubahan dalam komposisi tubuh dan fungsi organ (fisiologi), darah dan cairan
(hematologi), serta elektrolit darah.Perubahan yang terjadi di dalam tubuh saat berpuasa
akan berbeda-beda, tergantung lamanya Anda berpuasa. Secara teknis, tubuh baru memasuki
“fase puasa” setelah 8 jam dari makan terakhir, yakni saat usus selesai menyerap zat gizi
dari makanan. Pada kondisi normal, glukosa (gula) dari makanan tersimpan dalam hati dan
otot sebagai sumber energi utama. Sebelum memasuki fase puasa, tubuh akan membakar
sumber energi ini sehingga Anda dapat melakukan kegiatan seperti biasa. Setelah glukosa
habis, lemaklah yang menjadi sumber energi selanjutnya. Tubuh Anda yang tadinya
membakar glukosa kini beralih melakukan metabolisme lemak saat puasa. Dengan kata lain,
puasa bisa membuat tubuh Anda membakar lemak. Jika lemak habis, tubuh terpaksa
memakai protein sebagai sumber energi. Penggunaan protein sebagai sumber energi tidaklah
sehat karena protein yang dipecah berasal dari otot. Pembakaran protein lama-kelamaan bisa
membuat otot menjadi kecil dan lemah. Namun, pada puasa Ramadan, Anda hanya berpuasa
selama 13 – 14 jam. Ini adalah masa ketika tubuh mulai kehabisan glukosa dan
menggunakan lemak sebagai sumber energi kedua. Jadi, puasa Ramadan tidak menyebabkan
pemecahan protein. Proses metabolisme lemak saat puasa justru bermanfaat bagi tubuh
karena membantu penurunan berat badan dan kolesterol darah. Penurunan berat badan yang
sehat dapat membantu mengontrol diabetes dan menurunkan tekanan darah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Contoh Hadits yang menjelaskan tentang puasa?
2. Apa hubungan antara puasa dengan ilmu gizi?
3. Apa saja manfaat kopi bagi kesehatan?
C. Tujuan
1. Mengetahui contoh Hadits yang menjelaskan tentang puasa
2. Mengetahui hubungan antara puasa dengan ilmu gizi
D. Metode Penafsiran
Metode Maudhu'i (Tematik) Tafsir berdasarkan tema, yaitu memilih satu tema dalam
Al-Qur'an untuk kemudian menghimpun seluruh ayat Al-Qur'an atau hadis yang berkaitan
dengan tema tersebut baru kemudian ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema tersebut.
Metode ini adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban Al-Qur'an dan Hadist
dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist yang mempunyai tujuan satu,
yang bersama-sama membahas topik atau judul tertentu dan menertibkannya sesuai
dengan masa turunnya selaras dengan sebab sebab turunnya, kemudian memperhatikan
ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-keterangan dan hubungan
hubungannya dengan ayat-ayat lain kemudian mengambil hukum-hukum.
Langkah Penelitian
َّللا ب ِْن َم ْعبَ ٍد ع َْن أَبِي َقتَا َدةَ َقا َل ٍ غي ََْلنَ ب ِْن ج َِر
َ ير ع َْن
ِ َّ ع ْب ِد َ َُّدثَنَا قُت َ ْيبَةُ َوأ َ ْح َم ُد ْبن
َ ع ْب َدةَ َق َاَل َح َّدثَنَا َح َّما ُد ْب ُن َز ْي ٍد ع َْن
Abu Qatadah dia berkata, ditanyakan (kepada Rasulullah )ﷺ, wahai Rasulullah,
bagaimanakah dengan orang yang berpuasa dahr (sepanjang tahun)?
Beliau menjawab, " Dia sama saja dengan tidak berpuasa dan tidak juga berbuka. Dalam
bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Abdullah bin Amr, Abdullah bin Syikhkhir dan 'Imran
bin Husain serta Abu Musa. Abu 'Isa berkata, hadits Abu Qatadah adalah hadits hasan.
Sebagian ulama membenci puasa dahr sedangkan sebagian yang lain membolehkannya,
mereka berkata, dilarangnya seseorang untuk puasa dahr hanya apabila dia tidak berbuka
pada hari Idulfitri, Iduladha, dan hari-hari tasyriq, maka barang siapa yang tidak berpuasa
pada hari-hari tersebut, dia tidak dilarang untuk puasa dahr demikian pendapat yang
diriwayatkan dari Malik bin Anas dan Syafi'i.
Kegiatan I’tibar adalah memperlihatkan dengan jelas seluruh sanad hadits yang
diteliti, termasuk nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh
masing-pasing periwayat, maka dari itu diperlukan pembuatan skema untuk seluruh sanad
yang diteliti.Al-Tirmidzȋ (w. 279 H), menerima hadits dari Suwaid bin Nasr (w. 240 H)
dengan redaksi hadits Haddatsanȃ, Suwaid bin Nasr (w. 240 H) menerima riwayat hadits dari
‘Abdullȃh bin al-Mubȃrak (w. 181 H) dengan menggunakan redaksi hadits akhbarnȃ,
‘Abdullȃh bin al-Mubȃrak (w. 181 H) menyatakan bahwa dia menerima riwayat hadits dari
Zakariyȃ bin Abȋ Zȃidah (w. 147 H) dengan redaksi hadits „an „anah. Zakariyȃ bin Abȋ
Zȃidah (w. 147 H) menerima riwayat hadits dari Muhammad bin ‘Abd al-Rahmȃn bin Saʻd
bin Zurȃrah (w. 124 , meskipun ia menggunakan redaksi hadits ʻan „anah. Muhammad bin
‘Abd al-Rahmȃn bin Saʻd bin Zurȃrah (w. 124 H). Ia menerima riwayat hadits dari Ibn Ka’b
bin Mȃlik al-Ansarȋ (w. 98 H) dengan menggunakan redaksi hadits ʻan „anah. Ibn Ka’ab bin
Mȃlik al-Ansarȋ (w. 98 H) menerima riwayat hadits dari Abȋhi, Kaʻb bin Mȃlik bin Abȋ Kaʻb
(w. 50 H) dengan redaksi ʻan „anah. Kaʻb bin Mȃlik bin Abȋ Kaʻb (w. 50 H) menerima hadits
dari Rasulullah saw. Berdasarkan dari riwayat hadits Tirmidzȋ, penulis menyimpulkan bahwa
jalur sanad diatas menjelaskan adanya kebersambungan sanad dari perawi- perawinya, karena
mereka saling bertemu dan tahun hidup dan wafat mereka saling berdekatan. Berikut adalah
skema jalur periwayatn hadits diatas.
Imam al-Tirmȋdzȋ17
a. Nama lengkapnya: Muhammad bin ‘Ȋsȃ bin Saurah bin Mȗsȃ bin al-Dahhȃk,
Muhammad bin ‘Ȋsȃ bin Yazȋd bin Saurah bin al-Sakan al-Sulȃmȋ, Abȗ ‘Ȋsȃ al-
Darȋr al-Hafȋz. Wafat di Tirmiz pada bulan Rajab(w. 279 H).
b. Guru-gurunya:
Qutaibah, Hannȃd, Mahmȗd bin Ghaylȃn, Muhammad bin Basyȃr, Sufyȃn bin
Waqȋʻ, Suwaid bin Nasr.
c. Murid-muridnya:
Abȗ Bakr Ahmad bin Ismȃʻȋl bin ‘Ȃmir al-Samarqandȋ, Abȗ Hamȋd bin
‘Abdillȃh bin Dȃwud al-Marwazȋ al-Tȃjir, Ahmad bin Yȗsuf al-Nasafȋ dan
Mahmȗd bin ‘Anbar al-Nasafȋ.
d. Pandangan ulama:
Beberapa kriteria diterimanya matan hadits menurut Al-Khȃtȋb al- Baghdȃdȋ (w. 463 H) tentang
kriteria matan hadits yang dapat diterima adalah sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengan akal sehat
2. Tidak bertentangan dengan dengan hukum al-Quran yang muhkam
3. Tidak bertentangan dengan hadits mutawatir
4. Tidak bertentangan dengan amalan ulama salaf
5. Tidak bertentangan dengan dalil qatʻȋ
6. Tidak bertentangan dengan hadits ahad yang ke-sahȋh-annya lebih kuat
Ibnu Jauzi (w. 459 H) mengatakan ada dua kriteria ke-sahih-an hadits, yaitu jika satu matan hadits
tidak bertentangan dengan dengan akal sehat, dan tidak bertentangan dengan pokok-pokok kaidah
agama maka sudah dapat dinilai sahȋh. Menurut uraian Bustamin dan M. Isa. H. A. Salam
kriterianya adalah melalui pendekatan bahasa dan sejarah.Syuhudi Ismail menyebutkan
metodologi dalam melakukan penelitian matan adalah:
1. Analisis melalui kualitas sanad hadits
2. Analisis melalui susunan matan yang semakna
3. Analisis melalui kandungan matan.
Dari ketiga langkah diatas mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis, karena langkah tersebut merupakan langkah yang sering sekali digunakan oleh ulama-
ulama penentuan kualitas sebuah hadits.
Jadi matan dari hadis riwayat Tirmidzi diatas adalah Abu Qatadah dia berkata, ditanyakan (kepada
Rasulullah )ﷺ, wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan orang yang berpuasa dahr (sepanjang
tahun)? Beliau menjawab, " Dia sama saja dengan tidak berpuasa dan tidak juga berbuka.
Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Abdullah bin Amr, Abdullah bin Syikhkhir dan
'Imran bin Husain serta Abu Musa. Abu 'Isa berkata, hadits Abu Qatadah adalah hadits hasan.
Sebagian ulama membenci puasa dahr sedangkan sebagian yang lain membolehkannya,
mereka berkata, dilarangnya seseorang untuk puasa dahr hanya apabila dia tidak berbuka pada
hari Idulfitri, Iduladha, dan hari-hari tasyriq, maka barang siapa yang tidak berpuasa pada hari-
hari tersebut, dia tidak dilarang untuk puasa dahr demikian pendapat yang diriwayatkan dari
Malik bin Anas dan Syafi'i.
3 . Penilaian Hadist
Dari penilaian yang telah dilakukan ,hadist tersebut masuk kedalam hadist shahih karena
memiliki sanad (rantai perawi ) yang kuat dan terpercaya .Yang artinya tidak ada cacat dalam
sanad.dan juga dhabit hingga sampai akhir sanad.Sehingga tidak ada kejanggalan dan tidak
ber’illat.
Puasa adalah menahan hawa nafsu serta makan dan minum mulai terbit fajar sampai
terbenam matahari. Dalam makanan yang kita makan, kita harus memperhatikan prinsip
keanekaragaman makanan agar dapat memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan zat gizi
mikro. Kekurangan atau kelebihan zat gizi dapat menyebabkan kelainan ataupenyakit. Ketika
berpuasa, waktu makan berbeda dengan hari-hari selain puasa di bulan Ramadhan. Waktu yang
biasa diperbolehkan untuk makan biasanya sekitar 13-14 jam tanpa makan. Dalam keadaan
puasa, kadar gula darah dijaga karena tubuh membutuhkan glukosa sebagai satu-satunya
sumber energi untuk otak dan sel darah merah. Disarankan agar tidak segera makan dalam
jumlah besar, saat akan berpuasa atau berbuka puasa.
Puasa juga memiliki beberapa efek kesehatan. Peran dokter adalah memberikan wawasan
dan bimbingan tentang dampak puasa terhadap kesehatan pasien. Oleh karena itu, memahami
puasa dan pengaruhnya terhadap berbagai kondisi medis sangat penting bagi dokter memahami
potensi risiko yang terkait dengan puasa selama Ramadhan dan memahami metode yang
diperlukan untuk mengurangi risiko ini. Masalah gizi yang sering dihadapi remaja adalah
masalah gizi multifaset, yaitu kurang makan dan makan berlebih
DAFTAR PUSTAKA
Abror, M. (2022, April 12). Jelaskan Pengertian Puasa : Pengertian, Rukun Dan Syaratnya.
sahabatmuslim.id | Media Informasi Seputar Islam.
https://sahabatmuslim.id/pengertian-puasa-menurut-bahasa-dan-istilah/
Narmodo, N., & Fitriana, M. A. (2022). Rekonstruksi Tafsir Ayat-Ayat Khalîfah: Studi kritis
tafsir klasik Dan Kotemporer. MISYKAT Jurnal Ilmu-Ilmu Al-Quran Hadist Syari Ah
Dan Tarbiyah, 7(1), 22. https://doi.org/10.33511/misykat.v7n1.22-35
Norhasanah, N., & Salman, Y. (2021). Penyuluhan gizi online Dengan Media Video Audio
Visual “Tetap Fit Saat Puasa Dan pasca puasa Dengan Gizi seimbang.” Jurnal Abdimas
Kesehatan (JAK), 3(1), 33. https://doi.org/10.36565/jak.v3i1.147
Su’aidi, H. (2017). Mengenal Kitab Sunan al-Tirmidzi (Kitab hadits Hasan). RELIGIA, 13(1).
https://doi.org/10.28918/religia.v13i1.178