Dosen Pembimbing
Oktari Kanus, S.Th.I, M.Ag
A. Syarat-syarat pendidik
Para ahli pendidikan sangat beragam dalam mengemukakan jumlah syarat-
syarat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Dalam hal ini AnNahlawi
mengemukakan syarat-yarat yang harus dimiliki oleh pendidik. Diantara syarat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya tujuan, tingkah laku dan pola pikir pendidik bersifat robbani
2. Hendaknya pendidik seorang yang ikhlas, dan ini merupakan
kesempurnaan sifat robbaniah.
3. Hendaknya pendidik bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan
kepada anak didik.
4. Hendaknya pendidik berperilaku jujur dalam apa yang diserukannya.
5. Hendaknya pendidik senantiasa membekali diri denga ilmu dan
kesediaan membiasakan untuk terus mengkajinya.
6. Hendaknya pendidik mampu menggunakan berbagai metodemetode
mengajar secara berfarias
7. Hendaknya pendidik mampu mengelola siswa, tegas dalam bertindak
serta meletakkan berbagai perkara secara proposional.
8. Hendaknya pendidik mempelajari kehidupan fisik para peserta didik
9. Hendaknya pendidik tanggap terhadap berbagai kondisi dan
perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa, keyakinan, dan pola
pikir anak muda.1
1
Ahmad Izzan dan Saehuddin, HADIS PENDIDIKAN Konsep Pendidikan Berbasis Hadis,
humaniora (Juli,2016),100.
1. Pendidik harus beriman
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab membimbing anak
untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, pendidik terlebih dahulu
harus beriman.
اإل ْسالَ ِم قَ ْوالً الَ أ َ ْسأ َ ُل ُ عن سفيان بن عبد هللا الثقفي قال قُ ْلتُ يا َ َر
ِ س ْو ُل هللاِ قُ ْل ِل ْي فِي
] رواه مسلم1[. قَا َل قُ ْل آ َم ْنتُ ب ِاهللِ فَا ْستَ ِق ْم: ) َغي َْرك َ ُ ث أ َ ِبي أ
َ َسا َمة َ َع ْنهُ أ َ َحدًا بَ ْعدَك
ِ (وفِي َح ِد ْي َ
وأحمد
B. Sifat-Sifat Pendidik
Rasulullah dalam beberapa hadisnya banyak menguraikan kepada
kita bagaimana sebenarnya sifat-sifat pendidik ideal yang seharusnya
menjadi contoh bagi kita semua. Berikut diuraikan hadis-hadis nabi yang
berkaitan dengan sifat-sifat pendidik.
1. Pendidik harus penyayang
،ً فَأَقَ ْمنَا ِع ْندَهُ ِع ْش ِرينَ يَ ْو ًما َولَ ْيلَة، َاربُون
ِ َشبَبَةٌ ُمتَق
َ سله َم َونَ ْح ُن
َ علَ ْي ِه َو صلهى ه
َ َُّللا َ ِ أَت َ ْينَا ِإلَى النهبِي
- أَ ْو قَدْ ا ْشتَ ْقنَا- ظ هن أَنها قَدْ ا ْشت َ َه ْينَا أ َ ْهلَنَا
َ فَلَ هما،سله َم َرحِ ي ًما َرفِيقًا
َ علَ ْي ِه َو صلهى ه
َ َُّللا َ َّللاِ سو ُل ه ُ َو َكانَ َر
- ،ع ِل ُموهُ ْم َو ُم ُروهُ ْم َ َو، َفأَقِي ُموا فِي ِه ْم،ار ِجعُوا ِإ َلى أ َ ْهلِي ُك ْم ْ :َ َفأ َ ْخ َب ْرنَاهُ َقال،ع هم ْن ت ََر ْكنَا َب ْعدَنَا
َ سأ َ َلنَا
َ
ص َالة ُ فَ ْلي َُؤذ ِْن
ت ال ه َ ُ صلُّوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُمونِي أ
َ فَإِذَا َح،صلِي
ْ ض َر ُ َظ َها أَ ْو َال أ َ ْحف
َ َو- ظ َها ُ ََوذَك ََر أ َ ْشيَا َء أ َ ْحف
َو ْليَ ُؤ هم ُك ْم أ َ ْكبَ ُر ُك ْم،لَ ُك ْم أَ َحدُ ُك ْم
“Kami datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, saat itu
kami adalah para pemuda yang usianya sebaya. Maka kami tinggal
bersama beliau selama dua puluh hari dua puluh malam. Beliau adalah
seorang yang sangat penuh kasih dan lembut. Ketika beliau merasa
bahwa kami telah ingin, atau merindukan keluarga kami, beliau bertanya
kepada kami tentang orang yang kami tinggalkan. Maka kami pun
mengabarkannya kepada beliau. Kemudian beliau bersabda:
"Kembalilah kepada keluarga kalian dan tinggallah bersama mereka,
ajarilah mereka dan perintahkan (untuk shalat)." -Beliau lantas
menyebutkan sesuatu yang aku pernah ingat atau lupa -. Beliau
mengatakan: "Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat. Maka
jika waktu shalat sudah tiba, hendaklah salah seorang dari kalian
mengumandangkan adzan, dan hendaklah yang menjadi Imam adalah
yang paling tua di antara kalian.” (Shahih Bukhari dan Muslim)
Pada hadis di atas disebutkan bahwa Rasulullah memerintahkan para
sahabatnya mereka yaitu bani lais untuk pulang menemui keluarga
mereka ketika para sahabat berkumpul bersama Rasulullah. Selama
tinggal bersama, Rasulullah selalu mengajak mereka untuk
melaksanakan shalat secara berjamaah dan menujuk seorang imam
ketika hendak melaksanakan shalat, serta mencontohkan kepada mereka
bagaimana shalat yang benar. Karena para sahabat sudah lama tidak
bertemu dengan keluarga mereka, Rasulullah mengetahui bahwa para
sahabatnya telah merasa rindu, menyadari hal itu, dengan sifat kasih dan
sayangnya, ia memerintahkan para sahabat untuk pulang. Rasulullah
tidak mau memaksakan para sahabat untuk tetap tinggal bersamanya dan
melanjutkan pelajaran sedangkan mereka sudah tidak dapat
berkonsentrasi. Karena jika dipaksakan, dikhawatirkan para sahabat
tidak dapat menyerap pelajaran yang diberikan dengan baik.
2. Adil
ع ْن َ الرحْ َم ِن َو َ ع ْن ُح َم ْي ِد ب ِْن
ع ْب ِد ه َ ب َ ٍعلَى َمالِك
ٍ ع ِن اب ِْن ِش َها َ َُحدهثَنَا يَ ْحيَى بْنُ يَحْ يَى قَا َل قَ َرأْت
ِ سو َل ه
- َّللا ُ ِير أَنههُ قَا َل إِ هن أَبَاهُ أَت َى بِ ِه َر
ٍ ان ب ِْن بَش َ ِير يُ َح ِدثَانِ ِه
ِ ع ِن النُّ ْع َم ِ ُم َح هم ِد ب ِْن النُّ ْع َم
ٍ ان ب ِْن بَش
ِ سو ُل ه
صلى هللا عليه- َّللا ُ فَقَا َل إِنِى نَ َح ْلتُ ا ْبنِي َهذَا- صلى هللا عليه وسلم
ُ غ َال ًما َكانَ لِي فَقَا َل َر
صلى هللا عليه- َّللا ِ سو ُل هُ فَقَا َل َر. فَقَا َل َال.» « أ َ ُك هل َو َلدِكَ نَ َح ْلتَهُ مِ ثْ َل َهذَا-وسلم
ْ َ « ف-» وسلم
ُار ِج ْعه
“Dari Nu’mân bin Basyîr r.a. dia berkata: ”Bapak saya mendatangi
Rasulullah ia berkata kepada Rasulullah ”Aku memberikan hadiah untuk
anakku seorang pembantu, kemudian Rasulullah bertanya ”Apakah
semua anakmu kamu berikan hadiah seperti itu? Ia (ayah saya) berkata
“Tidak” Rasulullah bersabda”Pulangkan kembali hadiah itu”(H.R.
AlBukhari). (Al-Bukhari, t.t: 212).
Dalam hadis ini, dijelaskan bahwa Basyir (ayah Nu’man) datang
menemui Rasulullah dan berkonsultasi kepada beliau tentang pemberian
hadiah yang ia berikan kepada anaknya (Nu’man) berupa seorang
pembantu yang ia berikan untuk membantu Nu’man. Basyir bertanya
kepada Rasulullah, wahai Rasulullah! Aku telah memberikan anakku
seorang pembantu, kemudian Rasulullah bertanya kepadanya “Apakah
semua anakmu kau berikan hal yang sama? Ia menjawab “tidak”, maka
Rasulullah bersabda “Ambil kembali hadiah tersebut”. Setelah itu,
Basyir kembali dan mengambil kembali hadiah yang ingin diberikannya
kepada Nu’man.
3. Demokrasi
أخبرني عمرو بن منصور قال حدثنا أبو جعفر بن نفيل قال قرأت على معقل بن عبيد هللا عن
أقرأني رسول هللا: عكرمة بن خالد عن سعيد بن جبير عن بن عباس عن أبي بن كعب قال
صلى هللا عليه و سلم سورة فبينا أنا في المسجد جالس إذ سمعت رجال يقرؤها يخالف قراءتي
فقلت له من علمك هذه السورة فقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فقلت ال تفارقني حتى نأتي
رسول هللا صلى هللا عليه و سلم فأتيته فقلت يا رسول هللا إن هذا خالف قراءتي في السورة التي
علمتني فقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم اقرأ يا أبي فقرأتها فقال لي رسول اللهصلى هللا
عليه و سلم أحسنت ثم قال للرجل اقرأ فقرأ فخالف قراءتي فقال له رسول هللا صلى هللا عليه و
سلم أحسنت ثم قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يا أبي إنه أنزل القرآن على سبعة أحرف
كلهن شاف کاف قال أبو عبد الرحمن معقل بن عبيد هللا ليس بذلك القوي
“Dari Ubay bin Ka’ab berkata “Rasulullah membacakan sebuah
surat, lalu ketika aku berada di masjid, tiba-tiba aku mendengar seorang
laki-laki membacanya tidak sama dengan bacaanku. Saya berkata ”siapa
yang mengajarkanmu surat ini? Dia berkata “Rasulullah”, saya berkata “
kamu tidak boleh meninggalkanku hingga aku datang kepada Rasulullah.
Maka kami datang kepada beliau, saya berkata “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya orang ini telah menyelisihi bacaanku dalam surat ini yang
engkau ajarkan kepadaku, beliau berkata “wahai Ubay, bacalah!, maka
saya membaca dan beliau berkata “bagus!”. Kemudian Rasulullah
berkata kepada orang laki-laki itu, “bacalah!, maka orang itu membaca
selain dengan bacaanku, lalu beliau berkata kepadanya “bagus!”,
kemudian beliau bersabda “wahai Ubay, sesungguhnya Al-Qur’an
diturunkan dalam tujuh huruf (bacaan), semuanya dapat mengobati
ketidak pahaman maksudnya dan memadai sebagai hujjah” (H.R. Nasâ’î)
(An-Nasa’i, 1995: 164).
Pada hadis ini, dijelaskan bahwa ketika Ubay bin Ka’ab sedang
berada di masjid ia mendengar seorang laki-laki membaca al-Qur’an
dengan bacaan yang berbeda dengan yang Rasulullah ajarkan kepadanya.
Kemudian Ubay menghampiri laki-laki itu dan bertanya kepadanya,
“siapa yang mengajarimu cara membacanya?”, laki-laki itu menjawab
“Rasulullah”, kemudian Ubay mengajak laki-laki tersebut untuk
menemui Rasulullah dan menanyakan masalah tersebut kepada
Rasulullah. “wahai Rasulullah, lakilaki ini membaca al-Qur’an berbeda
dengan bacaan yang telah engkau ajarkan kepadaku”, kemudian
Rasulullah memerintahkan kepada Ubay untuk membaca AlQur’an
seperti yang telah ia ajarkan kepadanya, setelah Ubay membaca,
Rasulullah berkata “bagus”, setelah itu Rasulullah juga memerintahkan
orang laki-laki tersebut untuk membaca, ia membaca dengan bacaan
yang berbeda dengan Ubay, setelah laki-laki tersebut membaca,
Rasulullah berkata “bagus”. Kemudian Rasulullah menjelaskan kepada
Ubay bahwa al-Qur’an diturunkan dengan tujuh macam bacaan yang
berbeda
4. Terbuka
ف ْب ُن ُ َحدهثَنَا يُو، سلَي ٍْم
ُ س َ َحدهثَنِي, َحدهثَنَا ْال َه ْيث َ ُم ْب ُن َجمِ ي ٍل، َحدهثَنَا أ َ ْح َمدُ ْب ُن ْاأل َ ْزه َِر
ُ ع ْم ُرو ْب ُن
ُ َم ْن: سله َم يَقُو ُل
سئِ َل َ ُصلهى هللا
َ علَ ْي ِه و ِ سو َل ه
َ َّللا َ : َس بْنَ َمالِكَ يَقُو ُل
ُ سمِ ْعتُ َر َ سمِ ْعتُ أَن َ ، ِيم َ إِب َْراه
ِ ع ْن ع ِْل ٍم فَ َكتَ َمهُ ْال ِج َم يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة بِ ِل َج ٍام مِ ْن ن
َار َ
“Dari Abî Hurairah r.a. berkata, Rasulullah bersabda:”Barang siapa
yang ditanya tentang ilmu yang diketahuinya, kemudian ia
menyembunyikannya maka dibelenggulah ia pada hari kiamat dengan
belenggu dari api neraka”(H.R. Tirmidzi). (al-Mubârkafũrî, t.t.: 408).
Melalui hadis di atas, Rasulullah memerintahkan kita untuk tidak
menyembunyikan ilmu dan pengetahuan yang kita miliki kepada siapa
pun. Dan itu berarti adanya perintah untuk mengajarkannya tanpa
membedakan murid atas dasar kekayaan dan kedudukan antara orang
miskin dan orang kaya. Apalagi jika yang dimaksud merupakan
pengetahuan yang berkaitan dengan permintaan fatwa atas perkara
tertentu. Karena menyembunyikan ilmu pengetahuan berakibat buruk
bagi orang yang berilmu, yaitu adanya ancaman hukuman yang berat di
akhirat nanti dengan dibelenggu dengan api neraka.
Pada kata “Man suila a’n i’lmin ‘alimahu” yang dimaksud ilmu di
sini adalah ilmu yang dibutuhkan oleh seseorang yang bertanya terutama
pada masalah agama, “Tsumma katamahu” artinya sengaja diam dan
tidak memberikan jawaban atau menahan penjelasan, “uljima” artinya
pada hari kiamat nanti orang yang berilmu namun sengaja
menyembunyikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tersebut mulutnya
akan dimasukkan sebuah cambuk, karena mulut merupakan tempat
keluarnya ilmu dan perkataan (Al-Mubarkafuri, t.t: 408).
5. Memperhatikan Keadaan Peserta Didik
Agar pendidikan dan pembelajaran dapat telaksana dengan efektif,
maka pendidik perlu memperhatikan keaadan peserta didiknya. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah minat, perhatian, kemampuan, dan
kondisi jasmani peserta didik. Sehubungan dengan ini terdapat hadis :
6. Jujur
Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
hadis berikut : Umar bin Al-Khaththab meriwayatkan, “… Jibril
berkata lagi, ‘Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat. ‘Rasulullah
menjawab, “Tentang masalah ini, saya tidak lebih tahu dari engkau.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menjelaskan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW
ditanya oleh Malaikat Jibril tentang hari kiamat, beliau menjawab,
“Saya tidak lebih tahu dari engkau.” Sebagai seorang Rasul beliau tidak
menjawab semua yang ditanyakan kepadanya. Beliau tidak segan
mengatakan tidak tahu, apabila yang ditanyakan seseorang memang
tidak diketahui jawabannya. Inilah sifat yang harus dimiliki oleh setiap
pendidik.
Abu hurairah berkata, “Jika tidak ada ayat 159 ini, niscaya aku
takkan meriwayatkan satu hadis pun kepada orang lain.”Dalam ayat 159 ini
Allah menyatakan, bahwa orang yang menyembunyikan ilmu yang
diturunkan Allah dalam kitab-Nya akan dikutuk oleh Allah, para malaikat,
dan seluruh manusia dan seluruh makhluk yang dapat mengutuk. Kemudian
Allah mengecualikan orang yang bertobat dan memperbaiki perbuatannya
serta menerangkan apa yang dahulu mereka sembunyikan. Allah akan
menerima tobat dan memaafkan mereka. Sebab memang sifat Allah Maha
Pemberi dan Penerima tobat serta Maha Pengasih
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas di ambil kesimpulan bahwa syarat-syarat
pendidik itu ada banyak seperti yang sudah di jelaskan di atas seperti
Pendidik harus beriman, Pendidik harus berilmu, Pendidik Harus
Mengamalkan Ilmunya, Pendidik harus adil, Pendidik Harus Berniat Ikhlas,
Pendidik harus Berlapang Dada.
Mengenai Sifat-Sifat Pendidik Dalam Perspektif Hadis pada
pembahasan di atas dapat ditarik dalam beberapa pemahaman diantaranya
Pendidik merupakan figur yang dijadikan suri tauladan bagi peserta
didiknya, oleh karena itu pendidik selayaknya mempunyai sifat yang mulia.
Dalam hadis-hadis Rasulullah dijelaskan beberapa sifat yang harus dimiliki
oleh pendidik diantaranya adalah, kasih sayang, adil, demokratis dan
motivator, tranparan, memperhatikan peserta didik, dan jujur dalam
penyebaran ilmunya
Penting seorang muslim yang mempunyain ilmu untuk
mengamalkannya agar ilmu yang dimili seseorang bisa bermanfaat bagi
dirinya maupun orang lain.Jika seorang mengetahui syariat Alloh, akan
tetapi ia tidak mengamalkannya, maka orang seperti itu bukanlah seorang
yang fakih (memahami isi agamanya), sekalipun ia hafal dan memahami isi
kitab fikih paling besar diluar kepala. Ia hanya dinamakan seorang qori saja.
Orang fakih adalah orang yang mengamalkan ilmunya.Dan jika seseorang
yang mempunyai tetapi tidak mengamalkannya maka ilmu yang diperoleh
akan mejadi sia-sia dan mendapat ancaman bagi orang yang tidak
mengamalkan ilmunya karena tidak bermaanfaat baginya maupun orang
lain.
Daftar pustaka