Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam proses pendidikan, tentu kita tidak memiliki peserta didik
berupa benda mati, hewan, tumbuhan ataupun robot. Tetapi, peserta didik
yang kita hadapi adalah manusia. Dimana manusia memiliki hal yang
unik, yang membedakan dari makhluk lain.
Manusia memiliki karakteristik, identitas dan kepribadian yang
berbeda-beda dan perlu perlakuan tersendiri dalam proses pembelajaran.
Tentu kita sebagai pengajar harus mengetahui bagaimana proses yang
terjadi mengenai itu. Disitulah bidang ilmu psikologi berperan, juga di
integrisasi dengan agama Islam dan pembelajaran. Menghasilkan tema
kajian khusus yaitu psikologi dalam pembelajaran. Maka dari itu kita
harus mengetahui psikologi dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Psikologi Pembelajaran ?
2. Bagaimana penjelasan Matan, Sanad, dan Rawi dari hadits yang
bersangkutan ?
3. Bagaimana penjelasan Terjemah dari hadits yang bersangkutan ?
4. Bagaimana penjelasan Kualitas dari hadits yang bersangkutan ?
5. Bagaimana penjelasan Tashih/I’tibar dari hadits yang bersangkutan ?
6. Bagaimana penjelasan Ta’amul hadits dari hadits yang bersangkutan ?
7. Bagaimana penjelasan Munasabah dan Asbab al-Wurud dari hadits
yang bersangkutan ?
8. Bagaimana penjelasan Problematika Tafhim dan Tatbiq dari hadits
yang bersangkutan ?
9. Bagaimana penjelasan Simpulan dari hadits yang bersangkutan ?

C. Tujuan Penulisan
2

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pendidikan dan Pengajaran;


2. Mengetahui bagaimana penjelasan Matan, Sanad, dan Rawi dari hadits
yang bersangkutan;
3. Mengetahui bagaimana penjelasan Terjemah dari hadits yang
bersangkutan;
4. Mengetahui bagaimana penjelasan Kualitas dari hadits yang
bersangkutan;
5. Mengetahui bagaimana penjelasan Tashih/I’tibar dari hadits yang
bersangkutan;
6. Mengetahui bagaimana penjelasan Ta’amul hadits dari hadits yang
bersangkutan;
7. Mengetahui bagaimana penjelasan Munasabah dan Asbab al-Wurud
dari hadits yang bersangkutan;
8. Mengetahui bagaimana penjelasan Istinbath Ahkam dan Hikmah dari
hadits yang bersangkutan;
9. Mengetahui bagaimana penjelasan Simpulan dari hadits yang
bersangkutan.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Psikologi dan Pembelajaran


Psikologi merupakan salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu
terapan yang mempelajari tentang perilaku, fungsi mental, dan proses
mental manusia melalui prosedur ilmiah.
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar.
Jadi psikologi pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan dalam
belajar dengan mempertimbangkan perilaku, fungsi mental, dan proses
mental manusia melalui prosedur ilmiah.

B. Hadits-hadits Psikologi Dalam Pembelajaran


1. Faktor Pengaruh Dalam Pendidikan : Pengaruh Orang Tua
a. Matan, Sanad dan Rawi

ُّ ‫ َع ْن‬،‫س‬
،ِ‫الز ْه ِري‬ ُ ُ‫ أ َ ْخ َب َرنَا يُون‬،ِ‫َّللا‬
َّ ُ ‫ أ َ ْخ َب َرنَا َع ْبد‬،‫ان‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
ُ َ‫ع ْبد‬
‫ي‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ أ َ َّن أَبَا ُه َري َْرة َ َر‬،‫الر ْح َم ِن‬ َ ‫ أ َ ْخبَ َرنِي أَبُو‬:‫قَا َل‬
َّ ‫سلَ َمةَ ب ُْن َع ْب ِد‬
‫ " َما ِم ْن َم ْولُو ٍد ِإ ََّّل يُولَد ُ َعلَى‬:ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل َر‬:‫ قَا َل‬،ُ‫َّللاُ َع ْنه‬َّ
َ ‫ أ َ ْو يُ َم ِج‬،‫َص َرانِ ِه‬
‫سانِ ِه َك َما ت ُ ْنت َ ُج‬ ْ ‫ْال ِف‬
ِ ‫ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه أ َ ْو يُن‬،ِ‫ط َرة‬
:ُ‫ ث ُ َّم َيقُول‬،‫ ه َْل ت ُ ِحسُّونَ ِفي َها ِم ْن َج ْد َعا َء‬،‫ْال َب ِهي َمةُ َب ِهي َمةً َج ْم َعا َء‬
ِ ‫اس َعلَ ْي َهاف َّل ت َ ْبدِي َل ِلخ َْل‬
‫ق اللَّ ِهق ذَ ِل َك‬ َ َ‫َّللاِ الَّتِي ف‬
َ َّ‫ط َر الن‬ ْ ِ‫ف‬
َّ َ ‫ط َرة‬
)‫ِين ْال َق ِيم (متفق عليه‬ ُ ‫الد‬

“Abdan Menceritkan kepada kami (dengan berkata) Abdullah


memberitahukan kepada kami (yang berasal) dari al-Zukhri (yang
menyatakan) Abu salamah bin Abd al-Rahman memberitahukan
4

kepadaku bahwa Abu Hurairah, ra. Berkata : Rasulullah SAW


bersabda “setiap anak lahir (dalam keadaan) Fitrah, kedua orang
tuanya (memiliki andil dalam) menjadikan anak beragama Yahudi,
Nasrani, atau bahkan beragama Majusi. sebagimana binatan ternak
memperanakkan seekor binatang (yang sempurnah Anggota tubuhnya).
Apakah anda melihat anak binatang itu ada yang cacak (putus
telinganya atau anggota tubuhnya yang lain) kemudian beliau
membaca, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptkan menurut
manusia fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah)
agama yang lurus”
Muttafaq Alaih (H.R. Bukhari No. 4402, H.R Muslim No. 4803).1

Sanad :
ُّ ‫ َع ْن‬،‫س‬
،ِ‫الز ْه ِري‬ ُ ُ‫ أ َ ْخ َب َرنَا يُون‬،ِ‫َّللا‬
َّ ُ ‫ أ َ ْخ َب َرنَا َع ْبد‬،‫ان‬ َ ‫َحدَّثَنَا‬
ُ َ‫ع ْبد‬
‫ي‬
َ ‫ض‬ِ ‫ أ َ َّن أ َ َبا ُه َري َْرة َ َر‬،‫الر ْح َم ِن‬ َ ‫ أ َ ْخ َب َرنِي أَبُو‬:‫قَا َل‬
َّ ‫سلَ َمةَ ب ُْن َع ْب ِد‬
:ِ‫َّللا‬ ُ ‫ َقا َل َر‬:‫ قَا َل‬،ُ‫َّللاُ َع ْنه‬
َّ ‫سو ُل‬ َّ
Matan :
ْ ‫َما ِم ْن َم ْولُو ٍد إِ ََّّل يُولَدُ َعلَى ْال ِف‬
ِ ‫ َفأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه أ َ ْو يُن‬،ِ‫ط َرة‬
،‫َص َرانِ ِه‬
‫ َه ْل ت ُ ِحسُّونَ ِفي َها ِم ْن‬،‫سا ِن ِه َك َما ت ُ ْنت َ ُج ْال َب ِهي َمةُ َب ِهي َمةً َج ْم َعا َء‬
َ ‫أ َ ْو يُ َم ِج‬
‫اس َعلَ ْي َهاف َّل ت َ ْبدِي َل‬َ َّ‫ط َر الن‬ َ َ‫َّللاِ الَّتِي ف‬
َّ َ ‫ط َرة‬ ْ ِ‫ ف‬:ُ‫ ث ُ َّم يَقُول‬،‫َج ْد َعا َء‬
‫ِين ْالقَ ِيم‬ ِ ‫ِلخ َْل‬
ُ ‫ق اللَّ ِهق ذَ ِل َك الد‬
Rawi :
)‫(متفق عليه‬
b. Mufrodat dan Maksud Lafadz2
 Mufrodat

1
Imam Az-Zabidi. 2016. Ringkasan Shahih Bukhari. Bandung: Penerbit Jabal. Hal 26.
2
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. 1989. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus
Wadzuryah.
5

Arab Terjemah Arab Terjemah

‫َم ْولُو ٍد‬ Anak Yang


Dilahirkan
‫َج ْم َعا َء‬ Sempurna

‫ت ُ ْنت َ ُج‬ Ia Melahirkan ‫ِم ْن َج ْد َعا َء‬ Daripada


Kekurangan

 Maksud Lafadz
Maksud lafadz fitrah adalah ciptaan awal, asal kejadian, insting, dan
bawaan sejak lahir, baik berbentuk fisik, psikis, rohani atau sifat,
dan normaa, baik pada makhluk manusia ataupun yang lain. Maka
fitrah cakupannya meliputi naluri dan jati diri baik secara lahir dan
batin.
c. Kualitas Hadits
Hadits ini sanadnya marfu’ (bersambung sampai kepada Rasulullah
SAW) dan semua sanadnya terpercaya. Diriwayatkan oleh Imam
Bukhari yang terkenal mengeluarkan hadits shahih dan sangat berhati-
hati, sehingga hadits ini maqbul (diterima). Hadits ini juga senada
dengan H.R Muslim No. 4804.

d. Tashih dan I’tibar


 Tashih :
Dari data para perawi semuanya tsiqah dan terpercaya
meriwayatkan banyak hadits, dan sanadnya juga bersambung
tanpa terputus. Dari segi matan juga dipahami tidak bertentangan
dengan ayat Al-Qur’an. maka hadits ini tergolong hadits shahih.

 I’tibar :
Jika dilihat dari segi ‘Itibar maka hadits ini merupakan shahih,
karena didapat dari Kitab Shahih Bukhari no.4402 dan ada hadits
serupa di Kitab Hadits Shahih Muslim no. 4803.
e. Ta’ammul Hadits
Menurut penulis hadits diatas adalah hadits yang ma’mul bih yang
terkategori muhkam yaitu Hadits yang dapat diamalkan secara pasti,
sebab tidak ada syubhat sedikitpun, tidak ada pertentangan dengan
6

Hadits lain yang mempengaruhi atau melawan artinya, jelas dan tegas
lafazh dan maknanya. Karena sampai saat ini penulis belum
mendapatkan hadits yang berlawanan yang mengakibatkan tergolong
hadits mukhtalif, rajih atau nasikh.
f. Munasabah dan Asbabul Wurud
ُ ُ‫َو للاُ ا َ ْخ َر َج ُكم ِمن ب‬
‫طو ِن ا ُ َّمہتِ ُك ْم ََّل ت َ ْعلَ ُمونَ شَيئًا ۙ َّو َج َع َل لَ ُك ُم‬
﴾۷۸﴿ َ‫ار َواَّلَ ْفـدَة َ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون‬
َ ‫ص‬َ ‫س ْم َع َواَّلَ ْب‬
َّ ‫ال‬
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl-16: 78)
Menurut Ibnu al-Qayyim, bukan berarti anak mengenal agama
dengan fitrahnya, melainkan dengan fitrahnya ia menerima, mengenal,
mengakui dan mencintai agama. Seandainya ia dilepas dan tidak ada
yang kontra, maka ia tidak akan pindah ke fitrah lain. Ini
menunjukkan perlunya usaha pendidikan fitrah yang sesuai dengan
fitrahnya untuk memelihara, membimbing, dan mengembangkannya
ke arah tujuan pendidikan yang dituju, yaitu membentuk pribadi
Muslim yang takwa kepada Allah SWT.
Pendidikan fitrah tergolong aspek pendidikan keimanan yang
sangat urgen, karena ia adalah pendidikan tauhid dan pendidikan
akidah yang merupakan landasan aspek-aspek pendidikan lain.
Mengenai isi dari hadits ini, Komunisme berpendapat bahwa
manusia bagaikan binatang atau materi lain. Ia bersih dari potensi apa
saja, kita bisa menciptakannya sesuai keinginan kita sendiri.
Pendapat komunisme itu lebih dekat dengan aliran empirisme
dalam pendidikan yang dipelopori oleh John Locke yang dikenal
dengan teori tabularasa, yang artinya anak diumpamakan seperti kertas
putih, belum ada tulisan pena siapa pun, sehingga menimbulkan sifat
otoriterisme pendidik.
Disisi lain aliran nativisme yang di pelopori oleh
Schopenhaueur, melegitimasi adanya potensi bakat anak yang sangat
7

dominan, sehingga tidak membenarkan pengaruh pendidikan, akan


tetapi bakat itu tidak identik dengan fitrah.
Dalam hal ini, konsep pendidikan dalam sunah ada kemiripan
dengan aliran konvergensi yang dipelopori oleh William Stern,
sekalipun tidak sama persis dan memang berbeda. Teori aliran
konvergensi ini adalah mengkompromikan dua teori aliran pendidikan
di atas, yaitu melegitimasi adanya potensi bakat anak sekalipun bakat
yang tidak baik dan perlunya pengaruh pendidikan. Berarti ia tidak
mengakui fitrah anak yang selalu lurus dan suci yaitu Islam, karena
Islam tidak mengakui bakat buruk dan potensi buruk. Pengaruh
eksternal anak sangat kuat, meskipun secara internal anak sudah
memiliki potensi fitrah yakni Islam.3
Mengenai Asbabul Wurud, sejauh ini penulis belum mendapati
sebab dan proses terjadinya hadits tersebut.
g. Istinbat Ahkam dan Hikmah
 Istinbath Ahkam
Adapun hukum yang dapat diambil dari hadits di atas
bahwa faktor yang mempengaruhi pendidikan anak tidak hanya
dari bawaan lahir saja atau dari sekolah. Melainkan dari
lingkungan yang ada di dalam rumah, yaitu keluarga.
 Hikmah yang bisa diambil dari hadits ini sebagai seorang guru
adalah :
1. Pendidikan tidak hanya ditekankan di lingkungan sekolah,
melainkan juga di dalam keluarga.
2. Kemampuan peserta didik tidak hanya bergantung pada
bawaan lahir saja, melainkan faktor lingkungan.
3. Peserta didik sering masih dalam tahap menerima
pembelajaran, sehingga guru dan orang tua harus berhati-hati
dalam mengajari peserta didik atau anak.

3
Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. 2018. Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis Pendidikan. Jakarta:
Prenada Media Group. Hal 242.
8

h. Problematika Tafhim dan Tatbiq


Tidak terdapat permasalahan dalam memahami hadits ini, karena
kata-kata yang disampaikan sangat mudah dipahami dan secara jelas
tertulis, dukungan dari ayat juga membantu memahami hadits ini.
Sehingga hadits ini dipahami dan mudah diamalkan.
i. Kesimpulan
Bahwa dalam mengajari peserta didik harus dipahami bahwa ada
faktor internal, yaitu faktor bawaan lahir dan juga faktor external, yaitu
faktor lingkungan, terutama dalam hadits ini faktor dari keluarga.

2. Hadis Tentang Sumber Motivasi : Ikhlas

ُ‫صلَّى للا‬
َ ِ‫س ْو َل للا‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل َر‬ َ ُ‫ي للا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ب َر‬ ِ ‫َطا‬َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْالخ‬ ُ ‫َع ْن‬
ِ ْ ‫سلَّ َم َيقُ ْو ُل اِنَّما اَّْلَ ْع َما ُل باِلنِ َي ِة َواِنَّ َم‬
ْ ‫اَّل ْم ِرئٍ َمان ََوىفَ َم ْن َكان‬
‫َت‬ َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
‫َت‬ ُ ‫س ْو ِل ِه فَ ِه ْج َرتُهُ اِلَى للاِ َو َر‬
ْ ‫س ْو ِل ِه َو َم ْن َكان‬ ُ ‫ِه ْج َرتُهُ اِلَى للاِ َو َر‬
‫ص ْيبُ َها ا َ ْو ا ِْم َراَةٍ يَت َزَ َّو ُج َها فَ ِه ْج َرتُهُ اِلَى َماهَا َج َر‬
ِ ُ‫ِه ْج َرتُهُ اِلَى دُ ْنيَاي‬
‫اِلَ ْي ِه‬
) ‫( رواه البخاري‬
Artinya : Diriwayatkan dari Umar ibn Khattab RA, ia berkata, saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bahwasanya amal itu hanyalah
berdasarkan pada niatnya. Sesungguhnya bagi tiap-tiap orang (akan
memperoleh) sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang
hijrah karena Allah dan Rasulnya , maka ia akan memperoleh keridhaan
Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu karena mencari
dunia ia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan, maka ia
akan menikahinya. Maka (balasan) hijrah itu sesuai dengan apa yang
diniatkan ketika hijrah.” (MuttafaqunAlaih).

Sanad, Matan, dan Rawi


9

1) Sanad

ُ‫صلَّى للا‬ ُ ‫ي للاُ َع ْنهُ قَا َل َر‬


َ ِ‫س ْو َل للا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ب َر‬ َّ ‫ع َم َر ب ِْن ْالخ‬
ِ ‫َطا‬ ُ ‫َع ْن‬
‫سلَّم‬
َ ‫َعلَ ْي ِه َو‬
2) Matan

‫َت ِه ْج َرتُهُ اِلَى‬ ِ ْ ‫يَقُ ْو ُل اِنَّما اَّْلَ ْع َما ُل باِلنِيَ ِة َواِنَّ َم‬
ْ ‫اَّل ْم ِرئٍ َمان ََوىفَ َم ْن َكان‬
‫َت ِه ْج َرتُهُ اِلَى‬ ُ ‫س ْو ِل ِه فَ ِه ْج َرتُهُ ِالَى للاِ َو َر‬
ْ ‫س ْو ِل ِه َو َم ْن َكان‬ ُ ‫للاِ َو َر‬
‫ص ْيبُ َها ا َ ْو ا ِْم َرا َ ٍة يَت َزَ َّو ُج َها فَ ِه ْج َرتُهُ اِلَى َماهَا َج َر اِ َل ْي ِه‬
ِ ُ‫دُ ْن َياي‬
3) Rawi
(MuttafaqunAlaih).
a. Terjemah
Diriwayatkan dari Umar ibnKhattab RA, ia berkata, saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bahwasanya amal itu
hanyalah berdasarkan pada niatnya. Sesungguhnya bagi tiap-tiap
orang (akan memperoleh) sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barang
siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya , maka ia akan
memperoleh keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang
hijrahnya itu karena mencari dunia ia akan mendapatkannya atau
karena seorang perempuan, maka ia akan menikahinya. Maka
(balasan) hijrah itu sesuai dengan apa yang diniatkan ketika hijrah.”
(MuttafaqunAlaih).

b. Takhrij
Pengertian Takhrij hadis menurut bahasa memiliki beberapa
makna. Yang paling mendekati disini adalah adalah berasal dari kata
kharaja ‫خرج‬yang artinya nampak dari tempatnya atau keadaaannya, dan
terpisah,dan kelihatan. Demikian juga kata al-ikhraj ‫الخرج‬yang artinya
menampakkan dan memperlihatkannya. Dan kata al-makhraj ‫المخرج‬yang
artinya tempat keluar dan akhraj al-hadistwa kharajahu artinya
10

menampakkan dan memperlihatkan hadist kepada orang dengan


menjelaska ntempat keluarnya.Sedangkan menurut istilah muhaditsin,
takhrij diartikan dalam beberapa pengertian :
a. Sinonim dan ikhraj, yakni seorang rawi mengutarakan suatu hadist
dengan menyebutkan sumber keluarnya (pemberita) hadist tersebut.
b. Mengeluarkan hadist-hadist dari kitab-kitab, kemudian sanad-
sanadnya disebutkan.
c. Menukil hadist dari kitab-kitab sumber (diwan hadist) dengan
menyebut mudawinnya sertadijelaskan martabat hadistnya.
“Takhrij ialah penunjukan terhadap tempat hadist dalam sumber
aslinya yang dijelaskan sanadnya dan martabatnya sesuai dengan
keperluan”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa takhrij meliputi
kegiatan
a. Periwayatan (penerimaan, perawatan, pentadwinan, dan
penyampaian) hadist.
b. Penukilan hadist dari kitab-kitab asal untuk dihimpun dalam suatu
kitab tertentu.
c. Mengutip hadist-hadist dari kitab-kitab fan (tafsir, tauhid, fiqh,
tasawuf, dan akhlak) denganmenerangkan sanad-sanadnya.
d. Membahas hadist-hadist sampai diketahui martabat kualitas
(maqbul-mardudnya)
Adapun orang yang mengeluarkan hadis tersebut adalah Imam
Bukhari. Bukhari meriwayatkan hadis tersebut di atas yang sepertinya
enam kali dalam kitab shahihnya, yaitu pada hadis no.1, 54, 2529, 3898,
6689, dan 6953. Muslim dalam kitab shahihnya pada hadis no.1907.
Tirmidzi dalam sunannya pada hadis no.1647. Abu Daud dalam sunannya
pada hadis no.2202. Nasai dalam sunannya pada hadis no.75, 3437, dan
3794. Ibnu Majah dalam sunannya pada hadis no. 4227. Ahmad dalam
musnadnya pada hadis no. 169. Hanya ada sedikit susunan redaksinya
agak berbeda dengan di atas. Riwayat Bukhari yang sampai 6 kali, ada
11

yang tidak menggunakan kata“ innama” tapi langsung pada kata


pertamanya adalah “A’malu Binniyat”.Dan susunan redaksi yang paling
banyak menggunakan kata niat dalam bentuk Mufrad (tunggal). Tidak
seperti hadis tersebut di atas yang menggunakan kata niat dalam
bentukjamak (plural) “Binniyat” adanya susunan redaksi hadis yang
beragam seperti ini disebabkan, boleh jadi karena hadis tersebut proses
periwayatannya menggunakan metode maknawi.
Menurut al-Iraqi (806 H/1404 M), hadis tersebut di atas
diriwayatkan oleh 33 sahabat Nabi Saw, bahkan bisa lebih dari itu,
sehingga banyak ulama memposisikan hadis tersebut sebagai hadis
mutawatir. Dan dalam sejarahnya memang disebutkan bahwa Nabi Saw.
Menyampaikan hadis tersebut di atas mimbar di depan orang banyak. Oleh
karena itu, al-katani(1927) memasukkannya dalam daftar hadis mutawatir
pada urutan pertama dalam buku koleksi hadis-hadis mutawatir yang
berjudul Nazhm al-mutanaatsir Min al-hadits al-mutawatir. Ada juga
menilainya sebagai mutawatir maknawi, maksudnya hadis-hadis yang
memuat masalah niat dan ikhlas seperti ini sangat banyak walaupun
susunan redaksinya berbeda, namun maksudnya sama.
Namun demikian, ada juga ulama tetap menilainya bukan hadis
mutawatir, tapi hadis ahad. Termasuk imam Ibnu ash-Shalah (643 H/1245
M),An –Nawawi(676 H/1277 M), dan ulama di era kotemporer ini adalah
DR. Nuruddin ‘Itr. Alasannya. Pada pertengahan sanadnya mencapai
jumlah mutawatir. Sementara di awal sanadnya hanya sampai pada
tingkatan ahad. Kriteria hadis mutawatir adalah jumlah periwayat pada
setiap thabaqahdari awal sanad harus sama atau seimbang sampai pada
akhir sanad. Oleh karena itu, hadis tersebut adalah hadis ahad, yang
kualitasnya shahih.4

c. Munasabah dan Asbabul Wurud

4
Wjidi Sayadi. Hadist tarbawi pesan pesan Nabi SAW tentang Pendidikan. 2015: Jakarta. PT.
Pustaka Firdaus. Hlm. 47-49
12

1) Munasabah
Ada hadis Nabi Saw yang menerangkan tentang peran dan
kedudukan ikhlas dalam beramal.

ُُ‫ج ُهه‬
ْ ‫َو‬ َ ‫ا َِّن للاَ ََّليُ ْقبَ ُل ِمنَ ْالعَ َم ِل ا ََِّّل َما َكانَ لَهُ خَا ِلصا ً َوا ْبت ُ ِغ‬
‫ي بِ ِه‬
Artinya:

"sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali yang


mengerjakannya secara ikhlas, dan mencari hanya ridhanya "(HR. An-
Nasai dari Abu Umamah al-bahili).

Hadis ini diucapkan Nabi Saw sebagai jawaban terhadap adanya


seseorang yang bertanya kepada beliau tentang seseorang yang ikut
berperang dengan tujuan ingin mendapatkan pahala, popularitas,
sekaligus harta kekayaan (motivasi politik dan ekonomi. Zainuddin al-
hambali ketika memberi komentas terhadap hadis tersebut di atas
mengatakan bahwa mereka yang termotivasi dan orientasi pertama dan
kedua di atas ini, tidak layak disebut muhajir.
Tapi, yang layak disebut sebagai muhajir ialah yang berhijrah
benar-benar dengan ikhlas semata karna Allah dan Rasul_Nya untuk
mendapatkan ridha_Nya. Namun, ada juga ulama menilai bahwa orang
yang melakukan kegiatan keagamaan, misalnya hijrah atau yang lain
dengan motivasi lillahita’ala sambil mencari keuntungan ekonomi,
politik, sosial dan lain-lain maka bisa saja tetap mendapatkan pahala,
hanya niali dan kualitasnya tidak samadengan yang benar-benar ikhlas
murni tanpa campuran. Hal ini didasarkan pada ketika abu thalhah masuk
islam karena ingin kawin dengan Ummu Sulaim (Ibunya Annas ibn
Malik) dan didasari keikhlasan karena Allah juga. Hal ini juga ketika
seseoran berpuasa karna Allah sembil ada niat untuk kesehatan dan lain-
lain. Menurut al-Ghazali (505H/1111M), kalau motivasi duniawinya
lebih dominan maka Ia tidak mendapatkan pahala sama sekali. Dan kalau
13

niat Ibadah dan motivasi ikhlasnya masih lebih dominan dan niat lainnya
hanya mengikuti, maka Ia tetap mendapatkan nilai pahala.

2) Asbabul Wurud

Secara etimologis, asbab wurud merupakan susunan idafah dari


kataasbab dan wurud. Kata asbab adalah bentuk jamak dari kata sabab,
yang berarti tali atau penghubung, yaitu segala sesuatu yang dapat
menghubungkan kepada sesuatu yang lain, atau penyebab terjadinya
sesuatu. Sedangkan kata wurud merupakan bentuk isim masdar dari
kata warada-yaridu-wurudan yang berarti datang atau sampai kepada
sesuatu.
Adapun latar belakang yang menyebabkan lahirnya hadis tersebut
di atas adalah sebagaimana diriwayatkan az-Zubair ibn Bakkar bahwa
hadis tersebut disabdakan Nabi Saw. Ketika bersama umat islam dan para
sahabat yang berhijrah baru saja tiba di Madinah mereka langsung
diserang perasaan lelah dan letih yang luar biasa. Dan tiba-tiba datang pula
seseorang dalam rombongan itu yang ikut hijrah hanya dengan harapan
ingin mendapatkan dan melamar seorang perempuan yang juga ikut
berhijrah. Nabi Saw. Mengetahui hal ini, lalu beliau naik di atas mimbar
dan bersabda : “wahai sekalian manusia, sesungguhnya amal itu
didasarkan atas niatnya (sabda ini diulangi sampai tiga kali). Barangsiapa
hijrahnya karena untuk Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu untuk
Allah dan RasulNya juga (maksudnya akan memperoleh ridha-Nya).
Barangsiapa yang hijrahnya untuk mencari keduniaan atau untuk menikahi
seorang perempuan, maka ia akan memperolehnya. Sesungguhnya
seseorang itu mendapatkan dari hijrahnya untuk mencari keduniaan atau
untuk menikahi seorang perempuan, maka ia akan memperolehnya.
Sesungguhnya seseorang itu mendapatkan dari hijrahnya itu berdasar pada
niat hijrahnya. Lalu beliau mengangkat tangannya sambil berdoa “Ya
allah, hindarkanlah bencana ini dari sisi kami” doa ini beliau ulang-ulangi
sampai tiga kali. Ketika tiba waktu pagi, beliau bersabda: “ Tadi malam
14

aku bermimpi dipertemukan dengan seorang yang sakit, maka tiba-


tibadibawa masuk seorang nenek-nenek tua hitam yang mengelayut
diantara kedua tangan orang yang mengantarkannya masuk. Lalu orang itu
bertanya: “nenek ini sakit, bagaimana pendapat tuan? Maka aku pun
menjawab: ”tempatkan dia di khim”.
Ath-Thabrani(360 H) meriwayatkan dalam al-mu’jam al-
kabirdengan sanad yang dapat dipercaya bersumber dari Ibnu Mas’ud,
beliau menerangkan bahwa di antara para sahabat ada seorang laki-laki
yang ikut berhijrah ke Madinah dengan harapan untuk meminang seorang
ummu Qais. Perempuan tersebut tidak mau menerima pinangannya,
kecuali jika laki-laki yang meminangnya itu mau ikut juga berhijrah ke
Madinah dan akhirnya mereka kawin. Berkenaan dengan peristiwa inilah,
Nabi Saw. Menyabdakan hadis tersebut di atas.5

d. Substansi Dan Nilai Hadits


Pada mulanya ulama, terutama dalam disiplin ilmu fikih, hadis
tersebut dijadikan dasar hukum penetapan wajibnya niat dalam melakukan
suatu ibadah. Menurut mereka tidak sah ibadah tanpa disertai dengan niat.
Jalaludin as_suyuthi (911 H/1505 M) dalam bukunya Asbab Wurud al-
Hadits yang memuat hadis-hadis ibadah dan hukum menempatkan hadis
tersebut di atas pada hadis pertama dalam bab Thaharah. Ini sustu indikasi
bahwa beliau dan yang sependapat dengannya berpendapat bahwa
thaharah tidak sah tanpa niat. Dan pandangan seperti ini mayoritas
dipegang oleh para ulama dengan berdasarkan pada teks hadis tersebut di
atas.
Namun demikian, setelah memperhatikan konteks dan latar
belakang historis munculnya hadis tersebut di atas dapat dipahami bahwa
muatan dan pesan utama dari hadis tersebut adalah persoalan
ikhlas dalam melakukan hijrah, karena ucapan ketika Nabi Saw hijrah

5
Wjidi Sayadi. Hadist tarbawi pesan pesan Nabi SAW tentang Pendidikan. 2015: Jakarta. PT.
Pustaka Firdaus. Hlm. 49-50
15

dari Mekah dan baru saja tiba di Madinah menyikapi adanya seseorang
yang ikut hijrah bukan karena didorong oleh perjuangan menegakkan
agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw, tetapi dimotivasi oleh
keinginan-keinginan lain. Dalam hadis tersebut digambarkan oleh beliau
adanya tiga macam motivasi dan orientasi yang mendorong seseorang
untuk ikut hijrah ke Madinah :
1. Karena didorong oleh motivasi ekonomi dengan harapan setibanya
di Madinah mereka akan berbisnis, masyarakat arab memang diakui
naluri dan bakat bisnisnya sampai-sampai pergi melakukan ibadah
bisnisnya sampai-sampai pergi melaksanakan ibadah haji pun
mereka juga tetap berbisnis hingga turun ayat mengenai masalah
bisnis ketika tengah dalam melaksanakan ibadah haji.
2. Karena didorong oleh motivasi cinta kepada seorang
perempuan.Perempuan yang ikut hijrah itu namanya Ummu Qais,
dia dilamar oleh seseorang, tapi ditolak, kecuali mau ikut hijrah ke
Madinah. Akhirnya laki-laki itu ikut hijrah bergabung dengan
rombongan Rasulullah Saw. dan para sahabat dengah harapan di
Madinah bisa melamar dan manikah Ummu Qais. Dan ini terbukti
setelah di Madinah ia pun nikah dengan perempuan tersebut yang
belakangan disebut Ummu Muhajir.
3. Karena motivasi murni semata-mata ingin berjuang bersama Allah
dan Rasul_Nya dalam menegakkan kebenaran Islam untuk
memperoleh kerinduan Allah.
Dengan demikian, dengan kontekstual dapat dipahami peran
utama dari hadis tersebut masalah ikhlas sebagai sumber motivasi dan
orientasi dalam melakukan aktivitas keagamaan terutama dalam
memperjuangkan menegakkan ajarab agama Allah al-Islam.
Sebagaimana yang dopraktekkan oleh Nabi Saw beserta para sahabatnya
ketika hijrah dari Mekah ke Madinah. Oleh karena itu, imam Bukhari
dalam kitab Shahihnya, hadis yang nomor satu ditulis adalah hadis
tersebut di atas. Hal ini bisa menjadi, bahwa dalam memulai sesuatu
16

harus dengan ikhlas dan dengan tujuan yang baik dan benar. Perjuangan
yang dilakukan hanya sebatas motivasi dan orientasi kepentingan pribadi,
ekonomi, politik, kekuasaan dan lain-lain itu hanya bersifat sementara
tidak bertahan lama dan tidak kuat, karena landasannya sangat rapuh.
Kedua, bisa juga dipahami, upaya memperjuangkan kebenaran ajaran
agama Allah itu selalu saja ada dan pasti ada tipe-tipe manusia yang
berkarakter seperti disebutkan dalam hadis di atas. Keikhlasan
merupakan basis kekuatan utama dalam memperjuangkan segala cita-cita
mulia termasuk dalam hijrah yang dipraktekkan oleh Rasulullah Saw.
hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. berserta para sahabat
bukanlah lari dan takut serta menghindari orang-orang kafir Quraisy,
akan tetapi lebih merupakan salah satu bagian dari strategi politik dalam
perjuangan. Hijrahnya Rasulullah Saw. itu merupakan tonggak awal
kebangkitan islam. Oleh karena itulah, penetapan awal tahun baru dalam
kalender Islam diambil dari berdasarkan awal hijrahnya Rasulullah Saw.
ke Madinah ini, dan bukan berdasarkan hari kelahiran, hari
pelantikkannya menjadi Nabi dan Rasul atau waktu di isra’mi’rajkannya.
Keikhlasan berasal dari dorongan niat. Olah karena itu, pada awal
pembuka hadis Nabi Saw. menekankan dalam berbagai aktivitas
seseorang. Sesungguhnya niat mengandung tiga unsur pokok, yaitu
sebagai berikut :
1. Ikrar kesungguhan melakukan suatu dengan sepenuhnya (tekad
bulat) didasari oleh keinginan mencapai ridha Allah.
2. Bermakna permohonan bantuan Allah dalam rangka
meraih keberhasilan terhadap apa yang dilakukan.
3. Tersirat rasa oenyerahan diri secara total kepada Allah.
Oleh karena itulah, antara niat dan ikhlas, keduanya tidak dapat
dipisahkan.
Ada hadis Nabi Saw yang menerangkan tentang peran dan
kedudukan ikhlas dalam beramal.

َ ‫ا َِّن للاَ ََّليُ ْق َب ُل ِمنَ ْال َع َم ِل ا ََِّّل َما َكانَ لَهُ خَا ِلصا ً َوا ْبت ُ ِغ‬
ُ‫ي ِب ِه َو ْج ُهه‬
17

Artinya:
"sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali yang
mengerjakannya secara ikhlas, dan mencari hanya ridhanya "(HR. An-
Nasai dari Abu Umamah al-bahili).
Hadis ini diucapkan Nabi Saw sebagai jawaban terhadap adanya
seseorang yang bertanya kepada beliau tentang seseorang yang ikut
berperang dengan tujuan ingin mendapatkan pahala, popularitas,
sekaligus harta kekayaan (motivasi politik dan ekonomi. Zainuddin al-
hambali ketika memberi komentas terhadap hadis tersebut di atas
mengatakan bahwa mereka yang termotivasi dan orientasi pertama dan
kedua di atas ini, tidak layak disebut muhajir.
Tapi, yang layak disebut sebagai muhajir ialah yang berhijrah
benar-benar dengan ikhlas semata karna Allah dan Rasul_Nya untuk
mendapatkan ridha_Nya. Namun, ada juga ulama menilai bahwa orang
yang melakukan kegiatan keagamaan, misalnya hijrah atau yang lain
dengan motivasi lillahita’ala sambil mencari keuntungan ekonomi,
politik, sosial dan lain-lain maka bisa saja tetap mendapatkan pahala,
hanya niali dan kualitasnya tidak samadengan yang benar-benar ikhlas
murni tanpa campuran. Hal ini didasarkan pada ketika abu thalhah
masuk islam karena ingin kawin dengan Ummu Sulaim (Ibunya Annas
ibn Malik) dan didasari keikhlasan karena Allah juga. Hal ini juga
ketika seseoran berpuasa karna Allah sembil ada niat untuk kesehatan
dan lain-lain. Menurut al-Ghazali (505H/1111M), kalau motivasi
duniawinya lebih dominan maka Ia tidak mendapatkan pahala sama
sekali. Dan kalau niat Ibadah dan motivasi ikhlasnya masih lebih
dominan dan niat lainnya hanya mengikuti, maka Ia tetap mendapatkan
nilai pahala.6

3. Hadits Tentang Faktor Pembelajaran : Proses Pembelajaran


6
Wjidi Sayadi. Hadist tarbawi pesan pesan Nabi SAW tentang Pendidikan. 2015: Jakarta. PT.
Pustaka Firdaus. Hlm. 50-52
18

a. Matan, Sanad, dan Rawi

‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه‬


َ ‫ي‬ َّ ‫ي ا هللُ َع ْنهُ أ َ َّن ا لنَّ ِب‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َع ْن أ َ ِب ْي ُه َر ي َْر ة َ َر‬
ُ ‫لر ُج ُل َعلَى ِد ي ِْن َخ ِل ْي ِل ِه فَ ْليَ ْن‬
‫ظ ُر أ َ َحدَ ُك ْم َم ْن يُخَا‬ َّ ‫"ا‬: ‫سلَ َم قَ َل‬ َ ‫َو‬
‫ِل ْل" (رواه أ بو د اود ا لتر مذ ى با سنا د صحيح و قا ل ا لتر‬
(‫مذ ى حد يث حسن‬
‫ي‬َّ ‫ي ا هللُ َع ْنهُ أ َ َّن ا لنَّ ِب‬ ِ ‫سى األ َ ْش َع ِر ى َر‬
َ ‫ض‬ َ ‫َو َع ْن أ َ ِب ْي ُم ْو‬
‫ب" ( متفق‬ َ ‫" ا ل َم ْر ُء َم َع َمنَ أ َح‬: ‫سلَ َم قَا َل‬َ ‫صلَى ا هللُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ
‫ ا‬: ‫ قيل لنبي صلى ا هلل عليه و سلم‬:‫عليه ) و ِفى رو ا ية قا ل‬
‫ " ا ْل َم ْر ُء َم َع‬: ‫لر ُج ُل يُ ِحبُّ ا ْلقَ ْو َم َو لَ َّما َي ْل َح ْق ِب ِه ْم ؟ قا ل‬ َّ
َّ‫َمنَ أ َ َحب‬
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi SAW bersabda:
“seseorang itu mengikuti agama kekasihnya, oleh sebab itu hendaklah
salah seorang diantara kamu memperhatikan siapakah kekasihnya.”
(HR. Abu Daud dan al-tirmiziy dengan sanad yang shahih dan al-
tirmiziy berkata bahwa hadis ini hasan).
Dari abu musa al-Asy’ary r.a. bahwasanya Nabi SAW bersabda:
“Orang itu akan bersama-sama orang yang dicintai.” (HR. Bukhari
dan Muslim). Dalam satu riwayat dikatakan: “Ada seseorang bertanya
kepada Nabi SAW tentang seseorang yang mencintai suatu kaum
(sekelompok orang) tetapi ia pernah bertemu dengan mereka”, maka
beliu menjawab: “seseorang itu akan bersama-sama dengan orang
yang dicintainya (nanti diakhirat)”.
Sanad:

‫صلَّى ا هللُ َعلَ ْي ِه‬ َّ ِ‫ي ا هللُ َع ْنهُ أ َ َّن ا لنَّب‬


َ ‫ي‬ ِ ‫َع ْن أ َ بِ ْي ُه َر ي َْر ة َ َر‬
َ ‫ض‬
‫سلَ َم قَ َل‬
َ ‫َو‬
Matan:
19

ُ ‫لر ُج ُل َعلَى ِد ي ِْن َخ ِل ْي ِل ِه فَ ْل َي ْن‬


‫ظ ُر أ َ َحدَ ُك ْم َم ْن يُخَا ِل ْل‬ َّ ‫ا‬
Rawi:

‫(رواه أ بو د اود ا لتر مذ ى با سنا د صحيح و قا ل ا لتر مذ ى‬


(‫حد يث حسن‬
b. Maksud Lafadz
Hadis ini juga menjelaskan adanya pengaruh kekasih atau teman
yang dicintainya. Secara psikologis setiap orang mempunyai
kecenderungan untuk memiliki kekasih atau teman yang sama dengan
dicintainya. Teman atau kasih yang dicintai seseorang pada umumnya
sesuai dengan apa yang dicintai oleh dirinya. Seseorang berkelompok
atau berkumpul pada umumnya juga cenderung memilih kelompok
yang sama. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan antara sesama
teman yang dicintai baik dalam beragama, hobi, kesenangan, watak,
karakter, profesi, dan lain-lain. Misalnya seorang guru, dosen, ulama,
dokter, insinyur, karyawan, dan lain-lain. Oleh karena itu, disana
banyak kelompok atau organisasi yang mengikat kecendrungan yang
sama tersebut.
Rasulullah bersabda sebagai mana dalam Hadis di atas :

‫الر ُج ُل ِدي ِْن َخ ِل ْي ِل ِه‬


َّ
“Seorang itu mengikuti agama kekasihnya.”
Seseorang itu mengikuti kebiasaan temannya, pendangan hidup,
akhlak dan agamanya. Dengan demikian melihat seseorang cukup
melihat kekasihnya, jika kekasihnya orang baik, dia baik pula dan jika
kekasihnya orang jahat atau orang tidak baik maka diapun menjadi
orang yang tidak baik.
“Hendaklah salah seorang diantara kamu memerhatikan
siapakah kekasihnya.”
20

Hadis ini perintah kepada kita yang memilih kekasih untuk


dijadikan teman agar memerhatikan kebiasaan dan akhlaknya, carilah
kekasih yang baik akhlaknya. Jika agama dan akhlak kekasih itu baik,
temanilah dan jika buruk, tinggalkanlah. Karena sesungguhnya watak
atau karakter itu mencuri dan pergaulan itu berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian.
Al-Ghazali berkata : “berteman dengan orang yang rakus dunia
menjadi rakus dan berteman dengan orang yang zuhud menjadi zuhud.
Perintah memiliki teman yang baik dalam hadis tersebut berlaku
kepada semua orang sekalipun kecenderungan hatinya tidak baik.
Demikian juga makna kekasih juga bersifat umum, baik kekasih
sebagai teman biasa atau kekasih sebagai teman berbisnis maupun
kekasih untuk dijadikan pasangan seperti calon istri, calon menantu,
dan calon mertua. Semuanya hendaknya lebih mengutamakan faktor
agama dan akhlak. Rasulullah SAW berabda dalam hadis yang
diriwayatkan oleh abu Hurairah:

‫س ِب َها َو ِل َج َما ِل َها َو ِل ِد ْينِ َحا‬ َ ‫ ِل َما ِل َها َو ِل َح‬: ‫ت ُ ْن َك ُح ا َ ْل َم ْر أ َ ة ُ ِأل َ ْر بَ ٍم‬
‫س ْبعَة‬ َّ ‫اك ـ ُمتَّفَ ٌق َعلَ ْي ِه َم َع بَ ِقيَّ ِة اَل‬
َ َ‫ت يَد‬ ِ ‫ت ا َلد‬
ْ َ‫ِين ت َ ِر ب‬ ِ ‫ظفَ ْر بِذَا‬ ْ ‫فَا‬
“Wanita itu hendaknya dinikahi karena 4 perkara : karna
hartanya, karna nasab keturunanya, karna kecantikan dan karena
agamanya. Pilihlah wanita yang beragama, berdebu kedua tanganmu
(berkah hidup). (Muttafaq ‘Alaih dan imam tujuan).”
Kekasih untuk dijadikan pasangan hidup untuk membangun
suatau rumah tangga yang berbahagia juga sangat ditentukan oleh
akhlak dan agama. Hadis ini membimbing kita untuk memilih kekasih
yang beragama dan berakhlak di samping faktor lain. Orang yang
mencintai orang saleh dihukumi shaleh pula, ia dikelompokkan
bersama orang shaleh baik di dunia maupun di akhirat. Dalam QS. Al-
Furqan (25): 27-29 Allah menceritakan penyesalan orang yang tidak
mencintai teman orang-orang shaleh besok hari kiamat.
21

‫الر‬ َّ ‫ض‬
َّ ‫الظا ِل ُم َعلَي يَدَ ْي ِه يَقُو ُل يَا لَ ْيتَنِي ات َّ َخ ْذ تُ َم َع‬ ُّ ‫َويَ ْو َم يَ َع‬
.‫سبِيال‬
َ ‫سو ِل‬
ُ
Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zalim itu menggigit dua
tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil
jalan (yang lurus) bersama Rasul.

‫يَا َو ْيلَتَنِي لَ ْم أ َ ت َّ ِخ ْذ فُال نًا َخ ِليال‬


Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak
menjadikan sifulan jadi teman akrab (ku).

‫ان‬
ِ ‫س‬َ ‫إل ْن‬
ِ ‫طا ُن ِل‬ َّ ‫ضلَّنِي َع ِن الذَّ ْك ِر َب ْعدَ إِ ْذ َجاَءنِي َو َكانَ ال‬
َ ‫ش ْي‬ َ َ ‫لَقَ ْد أ‬
.‫خذُوَّل‬ َ
“teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh
bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”
Mendidik anak cinta orang shaleh sangat penting dengan
mengenalkan figur orang-orang saleh baik yang masih hidup maupun
sejarah mereka yang sudah wafat, agar anak-anak dapat meneladani
kehidupan mereka. Disini perlunya mata pelajaran sejarah islam dan
sejarah bangsa agar anak-anak mengenal dan meneladani mereka.
Pada zaman sekarang anak-anak kita lebih kenal nama-nama bintang
film daripada nama-nama para sahabat dan para ulama. Bagaimana
anak-anak kita dapat meneladani mereka.

c. Kualitas Hadits
HR. Abu daud dan al-tirmiziy dengan sanad yang shahih dan
al-tirmiziy berkata bahwa hadis ini hasan

d. Ta’ammul Hadits
Dilihat dari segi pengamalannya Hadits maqbul terbagi ke
dalam Hadits Maqbul Ma'mul bih, yakni:
22

a. Hadits Muhkam, ialah Hadits yang dapat diamalkan secara pasti,


sebab tidak ada syubhat sedikitpun, tidak ada pertentangan
dengan Hadits lain yang mempengaruhi atau melawan artinya,
jelas dan tegas lafazh dan maknanya.
b. Hadits Mukhtalif, yakni Hadits maqbul yang tanakud
(berlawanan) yang dapat dikompromikan (jam'u). Hadits-hadits
yang saling berlawanan kalau bisa dikompromikan diamalkan
kedua-duanya.
c. Hadits Rajih, yakni Hadits yang terkuat di antara dual buah
Hadits maqbul yang berlawanan.
d. Hadits Nasikh, yakni Hadits yang datang lebih akhir yang
menghapus ketentuan hukum yang datang lebih dahulu dari dua
buah Hadits maqbul yang tanaqud.
Hadits ini sudah jelas maknanya sehingga dapat diamalkan
secara pasti untuk dijadikan hujjah dalam setiap interaksi dengan
orang lain sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

e. Munasabah dan Asbabul Wurud


Setelah dilihat dari redaksi hadisnya, hadis diatas bermunasabah
dengan Surat At-Taubah Ayat 119

َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬


َّ ‫َّللاَ َو ُكونُوا َم َع ال‬
َ‫صا ِدقِين‬
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
Dalam hal ini, Allah memerintahkan kepada kita agar memilih-
milih orang yang akan dijadikan teman terutama teman kekasih.
Karena itu akan sangat berpengaruh pada perilaku dan akhlak kita.

f. Hikmah
a. Memilih kekasih, teman, dan sahabat yang dicintai agama dan
menjauhi teman yang dibenci agamanya
23

b. Derajat minimal dalam persaudaraan dan persahabatan adalah


menilai teman sama dengan menilai kepentingan dirinya sendiri
c. Orang yang mencintai kekasih, teman, sahabat orang shaleh dan
takwa di nilai sama dengan orang shaleh baik didunia maupun di
akhirat
d. Menjauhi kekasih atau teman yang nakal dan fasik agar tidak
digiring bersama mereka
e. Teman itu berpengaruh dalam persahabatanya.
24

BAB III
SIMPULAN

Bahwa dalam pendidikan terdapat satu kajian khusus dalam proses


belajarnya, yaitu psikologi dalam pembelajaran. Hal ini untuk membantu
memahami peserta didik agar tujuan pendidikan tercapai.
Dalam Agama Islam terutama hadis banyak yang membahas psikologi
pembelajaran, tiga diantaranya ada tentang motivasi dalam pembelajaran,
faktor pengaruh dalam pembelajaran yaitu orang tua dan orang
disukai/dicintai.
25

DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi Ensiklopedi Hadits – 9 Imam.


Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. 2018. Hadis Tarbawi : Hadis-Hadis
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Hal 242.
Drs. Fatchur Rahman. 1974. Ikhtishar Mushtahalahu’l Hadits. Bandung:
PT. Al-Maarif.
http://educationforalls.blogspot.com/2013/05/blog-post.html?=1
https://kbbi.web.id/ (Kamus Versi Online).
Imam Az-Zabidi. 2016. Ringkasan Shahih Bukhari. Bandung: Penerbit
Jabal.
Mohamad Surya. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran Bandung:
Pustaka Bani Quraisy. 2004.
Penerbit Jabar. 2010. Al-Qur’an Mushaf Per Kata Tajwid. 6 Ringkasan
Tafsir Al-Qur’an dan Ringkasan Kitab Hadis Dalam Satu Jilid.
Bandung: Penerbit Jabal.
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. 1989. Kamus Arab – Indonesia. Jakarta: PT.
Mahmud Yunus Wadzuryah.
Sohari Sahrani. Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia. 2015
Usman el-Qurtuby. 2016. ALQUR’AN CORDOBA, ALQUR’AN TAJWID
DAN TERJEMAH (ALQUR’AN TAFSIR BIL HADIS). (Bandung :
Daar al-Naasyr al-Qurthubat ad-Dauliyyat).
Wjidi Sayadi. Hadist tarbawi pesan pesan Nabi SAW tentang Pendidikan.
Jakarta: PT. Pustaka Firdaus. 2015

Anda mungkin juga menyukai