Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Sholawat beserta salam tak lupa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
saw, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga
akhir zaman.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman kami yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, demi perbaikan dalam
makalah yang akan datang.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih, semoga Allah swt senantiasa
menuntun kita ke jalan yang lurus. Amin
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II PEMBAHASAN 3
2.2 Penjelasan..................................................................................................6
Kesimpulan.........................................................................................................11
Daftar Pustaka......................................................................................................12
iii
BAB I PENDAHULUAN
Agama Islam memiliki tiga pokok ajaran agama yang terdiri dari tiga
komponen, ketiganya saling berkaitan satu sama lain dan harus diamalkan oleh
setiap pemeluknya, yakni Iman, Islam dan Ihsan. Tiga pokok ajaran tersebut juga
terkadang diistilahkan dengan: akidah, syariah dan akhlak, serta dengan istilah:
akidah, ibadah dan Mu’amalah.1 Dalam artikel yang ditulis oleh Nurcholish
Madjid, ketiga istilah ini di anggap sebagai trilogi ajaran Ilahi.
Di antara perbendaharaan kata dalam agama Islam ialah iman (īmān), Islam
(islām), dan ihsan (ihsān). Berdasarkan sebuah hadis yang terkenal, ketiga istilah
itu memberi umat Islam (Sunni) ide tentang Rukun Iman yang enam, Rukun Islam
yang lima, dan ajaran tentang penghayatan terhadap Tuhan Yang Mahahadir
dalam hidup. Dalam penglihatan itu terkesan adanya semacam
kompartementalisasi antara pengertian masing-masing istilah itu, seolah-olah
setiap satu dari ketiga noktah itu dapat dipahami secara tersendiri, dapat bentuk
sangkutan tertentu dengan yang lain.
Sudah tentu hakikatnya tidaklah demikian. Setiap pemeluk Islam mengetahui
dengan pasti bahwa Islam tidak absah tanpa iman, dan iman tidak sempurna tanpa
ihsan. Sebaliknya, ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak
mungkin tanpa inisial Islam. Dalam telaah lebih lanjut oleh para ahli, ternyata
pengertian antara ketiga istilah itu terkait satu dengan yang lain, bahkan tumpang
tindih sehingga setiap satu dari ketiga istilah itu mengandung makna dua istilah
yang lainnya. Dalam iman terdapat Islam dan ihsan, dalam Islam terdapat iman
dan ihsan, dan dalam ihsan terdapat iman dan Islam. Dari sudut pengertian inilah
kita melihat iman, Islam, dan ihsan sebagai trilogi ajaran Ilahi.2
1
Kaelany HD, Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2000), hlm 31
2
Nurcholish Madjid, “Iman, Islam, dan Ihsan Sebagai Trilogi Ajaran Ilahi”
https://adoc.pub/queue/iman-islam-dan-ihsan-sebagai-trilogi-ajaran-ilahi.html (artikel yang
diunduh pada 25 September 2022 pukul 06.55)
1
1.2
2
1.3 Rumusan Masalah
3
BAB II PEMBAHASAN
يل َِّاس فََأتَاهُ ِجرْبِ ص لَّى اللَّه َعلَي ِْه َو َس لَّ َم بَا ِرًزا َي ْوًم ا لِلن َ ُّ ال َك ا َن النَّيِب َ ََع ْن َأيِب ُهَري َْرةَ ق
ُ
ال َم ا اِإْل ميَا ُن قَ َال اِإْل ميَا ُن َأ ْن ُت ْؤ ِم َن بِاللَّ ِه َوَماَل ِئ َكتِ ِه َوُكتُبِ ِه َوبِلِ َقاِئِه َوُر ُس لِ ِه َوُت ْؤ ِم َن َ َف َق
ِ ِِ ِ َّ ث قَ َال َم ا اِإْل ْس اَل ُم قَ َ ِإْل ِ بِ الْبع
َ ال ا ْس اَل ُم َأ ْن َت ْعبُ َد اللهَ َواَل تُ ْش رَك ب ه َش ْيًئا َوتُق
يم َْ
ال َأ ْن َت ْعبُ َد َ َض ا َن قَ َال َم ا اِإْل ْح َس ا ُن ق َ وم َرَم َ ص ُ َوض ةَ َوت َّ ي
َ الزَك ا َة الْ َم ْف ُر َ الص اَل َة َوُت َؤ ِّد
َّ
ول َعْن َه ا ُ ال َم ا الْ َم ْس ُئ َ َاعةُ ق َ السَّ ال َمىَت َ ََّك َتَراهُ فَِإ ْن مَلْ تَ ُك ْن َتَراهُ فَِإنَّهُ َيَر َاك ق َ اللَّهَ َكَأن
ُاَأْلم ةُ َربَّ َه ا َوِإذَا تَطَ َاوَل ُر َع اة ِ ُأخرِب َك َعن ْ ِ ِإ َأعلَم ِمن َّ ِئ ِ
َ َأش َراط َها ذَا َولَ َدت ْ ُ ْ الس ا ِل َو َس َ َْب
ِ َس اَل يعلَمه َّن ِإاَّل اللَّه مُثَّ تَاَل النَّيِب ص لَّى اللَّه عل ِ
يْه َ َ ُّ ُ ُ ُ ْ َ ٍ ْاِإْل بِ ِل الُْب ْه ُم يِف الُْبْنيَ ان يِف مَخ
الَ ال ُرُّدوهُ َفلَ ْم َي َرْوا َش ْيًئا َف َق َ اع ِة ) اآْل يَةَ مُثَّ َْأد َب َر َف َقَ السَّ َو َسلَّ َم ( ِإ َّن اللَّهَ ِعْن َدهُ ِع ْل ُم
َّاس ِد َين ُه ْم ِِ
َ يل َجاءَ يُ َعلِّ ُم الن ُ َه َذا جرْب
3
Artinya:
Dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi saw. pada suatu hari muncul
kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril as. yang kemudian
bertanya: "Apakah iman itu?" Nabi saw. menjawab: "Iman adalah kamu
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan
dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari
berbangkit". (Jibril) berkata: "Apakah Islam itu?" Nabi saw. menjawab:
"Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya
dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang
diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan". (Jibril) berkata: "Apakah
ihsan itu?" Nabi saw. menjawab: "Kamu menyembah Allah seolah-olah
3
M Resky Syafri, “Hadits Shahih Al-Bukhari No. 48 – Kitab Iman” (https://pecihitam.org/hadits-
shahih-al-bukhari-no-48-kitab-iman, diakses pada 22 September 2022)
4
melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia
melihatmu". (Jibril) berkata lagi: "Kapan terjadinya hari kiamat?" Nabi
saw. menjawab: "Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang
bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang
budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit
hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa,
yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah". Kemudian Nabi saw.
membaca: "Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari
kiamat" (QS. Luqman: 34). Setelah itu Jibril pergi, kemudian Nabi saw.
berkata; "Hadapkan dia ke sini." Tetapi para sahabat tidak melihat
sesuatupun, maka Nabi saw. bersabda; "Dia adalah Malaikat Jibril datang
kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka." (HR. Bukhari no. 48)
2. Berkurangnya Iman Karena Maksiat
اَل َي ْزيِن: صلى اهلل عليه وسلم- حديث أيب هريرة رضي اهلل عنه قال رسول اهلل
ِ ِ ِ ِ َّ
ْر
َ ب اخْلَم َ ني َي ْزيِن َوُه َو ُم ْؤ م ٌن َواَل يَ ْس ِر ُق ح
ُ ني يَ ْس ِر ُق َوُه َو ُم ْؤ م ٌن َواَل يَ ْش َر َ الزايِن ح
ني يَ ْشَربُ َها َوُه َو ُمْؤ ِم ٌن
4
َح
ِ
Artinya:
Abu Hurairah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidaklah seorang pezina saat berzina disebut sebagai
mukmin, dan tidaklah seorang pencuri saat mencuri disebut mukmin, dan
tidaklah seorang yang meminum khamer saat meminumnya disebut
mukmin.” (HR. Muslim no. 87)
3. Rasa Malu Bagian Dari Iman
4
Hadits.id, “Hadits Shahih Muslim No. 87 – Kitab Iman”(https://www.hadits.id/hadits/muslim/87
diakses pada 22 September 2022)
5
Hadits.id, “Hadits Shahih Muslim No. 51 - Kitab Iman”
(https://www.hadits.id/hadits/muslim/51,diakses pada 22 September 2022)
5
Artinya:
Dari Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Iman itu ada tujuh puluh tiga sampai tujuh puluh sembilan, atau
enam puluh tiga sampai enam puluh sembilan cabang. Yang paling utama
adalah perkataan, LAA ILAAHA ILLALLAHU (Tidak ada tuhan yang
berhak disembah selain Allah). Dan yang paling rendah adalah
menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu adalah sebagian dari
iman." (HR. Muslim no. 51)
4. Manisnya Iman
ث َم ْن ُك َّن فِ ِيه َو َج َد َحالََوَة ٌ َ قَ َال ثَال- صلى اهلل عليه وسلم- ِّ س َع ِن النَّىِب ٍ ََع ْن َأن
َّب الْ َم ْرءَ الَ حُيِ بُّهُ ِإالَّ ِ َوَأ ْن حُي، ْه مِم َّا ِس َوامُهَا
ِ ب ِإلَي ِ
َ ُاِإل ميَان َأ ْن يَ ُك و َن اللَّهُ َوَر ُس ولُه
َّ َأح
6ِ
ف ىِف النَّار َ ود ىِف الْ ُك ْف ِر َك َما يَكَْرهُ َأ ْن يُ ْق َذ ِِ
َ ُ َوَأ ْن يَكَْرَه َأ ْن َيع، للَّه
Artinya:
Dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan
mendapatkan manisnya iman: Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih
dicintainya dari selain keduanya. Jika ia mencintai seseorang, dia tidak
mencintainya kecuali karena Allah. Dan dia benci kembali kepada
kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka" (HR. Bukhari no. 15)
5. Berbuat Ihsan
ِ َول اللَّ ِه ص لَّى اللَّه عل
يْه َو َس لَّ َم ِ ان ح ِفظُْتهم ا َعن رس ِ ِ َ ََّاد ب ِن َأو ٍس ق ِ
َُ َ ُ َ ْ َ ُ َ َال ثْنت ْ ْ َع ْن َش د
َأح ِس نُوا الْ ِقْتلَ ةَ َوِإ َذا َذحَبْتُ ْم ٍ
ْ َب اِإْل ْح َس ا َن َعلَى ُك ِّل َش ْيء فَِإ َذا َقَت ْلتُ ْم ف ِإ
َ َقَ َال َّن اللَّهَ َكت
ِ ِ َّ َأح ِسنُوا
َ َأح ُد ُك ْم َش ْفَرتَهُ َف ْلرُيِ ْح َذب
ُيحتَه َ الذبْ َح َولْيُح َّد ْ َف
Artinya:
Dari Syaddad bin Aus, dia berkata: ‘Dua perkara yang selalu saya ingat
dari Rasulullah saw. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah
mewajibkan berbuat baik kepada segala sesuatu, apabila kalian membunuh
6
Sofyan Efendi, “HR. Bukhari: 51” (https://risalahmuslim.id/hadits/bukhari-51, diakses pada 22
September 2022)
6
maka bunuhlah dengan cara yang baik, dan apabila kalian menyembelih
maka sembelihlah dengan cara yang baik, tajamkan pisaumu dan
senangkanlah hewan sembelihanmu." (HR. Muslim)7
2.2 Penjelasan
7
khusus daripada pelaku iman, sebagaimana iman lebih meliputi daripada Islam,
sehingga pelaku iman lebih khusus daripada pelaku Islam. Sebab dalam ihsan
sudah terkandung iman dan Islam, sebagaimana dalam iman sudah terkandung
Islam.8
Kemudian, kata-kata ihsan itu sendiri secara harfiah berarti “berbuat baik”.
Seseorang yang berihsan disebut muhsin, sebagai seorang yang beriman
disebut mukmin dan yang berislam disebut muslim. Karena itu, sebagai bentuk
jenjang penghayatan keagamaan, ihsan terkait erat sekali dengan pendidikan
berbudi pekerti luhur atau berakhlak mulia. Disabdakan oleh Nabi bahwa yang
paling utama di kalangan kaum beriman ialah yang paling baik akhlaknya.9
Menurut Aqidah Akhlaq oleh Taofik Yusmansyah, ihsan disebut sebagai
hasil akhir dari sebuah proses keimanan dan keislaman seseorang. Sebab itu,
hubungan antara iman, Islam, dan ihsan diibaratkan sebagai segitiga sama sisi.
Segitiga tersebut tidak akan terbentuk bila ketiga sisinya tidak saling terkait.
Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan juga dapat disebut sebagai suatu
bangunan bagi umat muslim. Iman menjadi pondasi diri, Islam yang menjadi
tiang-tiangnya, dan ihsan sebagai atapnya. Pondasi (iman) yang kuat akan
membantu bangunan (Islam dan ihsan) berdiri tegak dan kokoh.10
2. Iman Bertambah dan Berkurang
Melakukan maksiat merupakan indikasi lemah dan kurangnya bobot iman
di dalam hati. Karena sesungguhnya iman itu bertambah dengan melakukan
ketaatan dan berkurang dengan ukiran maksiat dan dosa.
Pelaku dosa besar tidak kafir. Namun dia tidak bisa dikatakan Mukmin
yang sempurna. Kenapa? Karena dia sudah kehilangan sebagian iman. Dan,
tingkat keimanan seseorang hanya Allah lah yang tahu.
Oleh karena itu Rasulullah saw. mengumpamakan iman itu seperti pohon.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan bahwasanya iman itu
8
Nurcholis Majdid, op. cit. hlm 11
9
Nurcholis Majdid, ibid
10
Rahma Indina Harbani, “Pengertian Iman, Islam, & Ihsan: Segitiga Sama Sisi Umat Islam”
(https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5793226/pengertian-iman-islam--ihsan-segitiga-sama-
sisi-umat-islam, diakses pada 24 September 2022)
8
bercabang-cabang. Ada 60 cabang. Seperti halnya pohon yang bercabang-
cabang. Kalau Anda tebang salah satu cabang pohon itu, masih disebut pohon
tidak? Tentu masih. Tapi apakah disebut pohon yang sempurna? Tidak.
Demikian pula cabang-cabang iman ini apabila salah satunya hilang, tidak
menyebabkan hilang nama iman. Nama iman ada akan tetapi dia kehilangan
kesempurnaan iman.
3. Rasa Malu Bagian Dari Iman
Hadits di atas dibawakan oleh Nabi di antaranya untuk menjelaskan bahwa
iman itu memiliki banyak cabang, ada yang bersumber dari perkataan, ada
yang bersumber dari perbuatan, demikian pula ada yang berasal dari dalam
hati. Di antara amalan hati yang merupakan keimanan adalah rasa malu, jika
seorang manusia memiliki rasa malu maka itu adalah tanda-tanda keimanan
pada dirinya. Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari “Hal ini
disebabkan karena rasa malu merupakan sebab terkuat bagi seorang hamba
untuk bisa melaksanakan seluruh cabang-cabang keimanan yang lain.”11
Jika dia punya rasa malu kepada Allah maka dia akan menjalankan
perintah Allah dan akan meninggalkan larangan Allah. Demikian jika dia
memiliki rasa malu kepada manusia maka akan mendorong dia untuk berbuat
baik kepada orang-orang di sekitarnya dan tidak menzalimi mereka. Seorang
yang memiliki rasa malu akan terbentengi dari kemaksiatan karena dia malu
kepada Allah yang telah memberinya begitu banyak kenikmatan. Demikian
pula dia akan malu jika meninggalkan ketaatan karena malu kepada Allah yang
telah memberinya begitu banyak kemudahan.
4. Manisnya Iman
Sesungguhnya manis adalah buah dari pada iman. Untuk itu ketika
disebutkan bahwa mencintai Rasulullah adalah sebagian dari pada iman, maka
dijelaskan setelah itu, bahwa cinta tersebut akan membuahkan sesuatu yang
manis. Seseorang akan merasakan manisnya iman bermula manakala di dalam
11
Firanda Andirja, “Malu Adalah Sebagian dari Iman – Hadis 6”
https://bekalislam.firanda.com/6544-malu-adalah-sebagian-dari-iman-hadis-6.html (diakses pada
25 September 2022 pukul 23.04)
9
hatinya terdapat rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya,
manisnya akan semakin dirasakan bila seseorang berusaha untuk senantiasa
menyempurnakan cintanya kepada Allah, memperbanyak cabang-cabangnya
(amalan yang dicintai Allah swt.) dan menjauhi hal-hal yang bertentangan
dengan kecintaan Allah swt.
Rasul menjadikan tiga perkara tersebut sebagai tanda kesempurnaan iman
seseorang, karena jika seseorang telah meyakini bahwa sang pemberi nikmat
hanya Allah semata, dan Rasululah telah menjelaskan apa yang diinginkan oleh
Allah, maka menjadi keharusan bagi manusia untuk mengorientasikan semua
yang dilakukannya hanya untuk Allah semata, sehingga ia tidak menyukai dan
membenci kecuali apa yang disukai dan dibenci oleh Allah, dan tidak
menyukai seseorang kecuali hanya karena Allah dan Rasui-Nya. Ia yakin
bahwa semua yang dijanjikan oleh Allah akan menjadi kenyataan, dengan
demikian dzikir kepada Allah dan Rasulnya adalah surga dan kekufuran adalah
neraka.12
12
M Resky S, “Hadits Shahih Al-Bukhari No. 15 – Kitab Iman” https://pecihitam.org/hadits-shahih-
al-bukhari-no-15-kitab-iman (diakses pada 26 September 2022)
10
tentu lebih dituntut untuk berbuat baik. Dan termasuk dari berbuat baik (ketika
menyembelih) adalah menajamkan pisau dan menenangkan hewan sembelihan.
11
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Ada trilogi (tiga asas) dalam totalitas agama Islam, yaitu Iman, Islam, dan
Ihsan. Ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan
Kemudian, malu adalah bagian dari iman. Yang mana jika seseorang malu
kepada Allah maka ia tidak akan berbuat maksiat. Begitu juga jika seseorang
malu kepada sesama manusia, ia akan senantiasa terdorong untuk berbuat
kebaikan.
12
Daftar Pustaka
Hadits.id, https://www.hadits.id/
Nurcholish Madjid, Iman, Islam, dan Ihsan Sebagai Trilogi Ajaran Ilahi
https://adoc.pub/queue/iman-islam-dan-ihsan-sebagai-trilogi-ajaran-ilahi.html
(artikel yang diunduh pada 25 September 2022 pukul 06.55)
Rahma Indina Harbani, Pengertian Iman, Islam, & Ihsan: Segitiga Sama Sisi
Umat Islam, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5793226/pengertian-iman-
islam--ihsan-segitiga-sama-sisi-umat-islam
13