Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

HUKUM RIMBA DAN TANGGUNG JAWABNYA SEBUAH PERBUATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah tafsir ijtima’i

Dosen Pengampu :

Muslih M. Ag.

Disusun oleh :

Muhammad Fakhrian (11200340000103)

Narita Salsabila (11200340000112)

Rizkiyatul Awwaliyah (11200340000147)

PROGRAM STUDI S1 ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan kita beribu ribu
nikmat, terutama nikmat iman, islam, ihsan. Sehingga, dengan rahmat dan keridhoanNya Kami
dapat menyusun makalah ini dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Begitupun kepada para
pembaca, yang agar Allah gerakkan selalu untuk senantiasa mengamali dalam kehidupan dari
makalah yang telah dibaca.

Solawat dan salam semoga tercurah kepada uswatun hasanah, Nabiyyina Muhammad Salallahu
‘alaihi wasallam. Semoga kita diberikan keistiqomahan untuk menjalankan sunnahnya hingga
akhir hayat, dan mendapatkan syafaat darinya. Aamiin

Disusunnya makalah ini, sebagai pemenuhan tugas mata kuliah tafsir ijtima’i, terutama hal ini
berfokus pada pembahasan hukum rimba dan tanggung jawab sebuah perbuatannya. Harapan
kami, semoga pembaca dapat memahaminya dan mengambil hikmah dari penulisan tersebut.

Kami memohon maaf, apabila terdapat kekurangan dalam penulisan, baik dari segi nama, gelar,
sumber, maupun isi makalah tersebut. Kami berharap pembaca dapat memakluminya dan bisa
divalidasi dari sumber yang tertera di akhir makalah.

Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Ciputat, 13 Maret 2023

Penyusun makalah
DiAFTAR ISI

Cover
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 6
A. ayat terkait hukum rimba dan pendapat mufassir ...................................................................... 6
1. Quran surah al maidah ayat 27 - 32 .................................................................................... 6
2. Qs hud ayat 61- 68 ........................................................................................................... 11
3. Quran surah al isra ayat 59 ............................................................................................... 14
4. Al haqqah ayat 5 .............................................................................................................. 20
5. Quran surah asy syams ayat 11-14 ................................................................................... 21
BAB III ............................................................................................................................................. 25
PENUTUP......................................................................................................................................... 25
Kesimpulan.................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, senantiasa membutuhkan bantuan manusia lainnya.


Namun, mencapai kehidupan sosial yang rukun, harus didasari dengan keimanan yang
kokoh, terutama agama islam yang selalu mengajarkan berperilaku baik pada manusia lain.
dalam alquranpun dijelaskan bahwa manusia diciptakan berbangsa dan bersuku suku, agar
mengetahui kuantitas dan saling menghargai antar manusia itu sendiri. Sebagaimana dalam
qs al hujurat ayat 13
ۚ ‫َّللا أَتْقَاكُ ْم‬
ِ َّ ‫ارفُوا ۚ ِإنَّ أَك َْر َمكُ ْم ِع ْن َد‬ ُ َّ‫َيا أ َ ُّيهَا الن‬
َ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَاكُ ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنث َ ٰى َو َج َع ْلنَاكُ ْم شُ ُعو ًبا َوقَ َبا ِئ َل ِلت َ َع‬
ٌ ‫ع ِلي ٌم َخ ِب‬
‫ير‬ َ َّ َّ‫ِإن‬
َ ‫َّللا‬
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.
Namun ada, sebagian manusia yang lupa dengan sikap kepedulian, menghargai dengan
sesamnya. Timbullah rasa tidak adil, merasa angkuh dan sombong. Bahkan ada yang berani
melakukan pembunuhan, karena merasa berkuasa, dan ingin mengambil alih apa yang
orang lain miliki.
Hukum rimba adalah hukum dimana pihak yang terkuat adalah dia yang menang. Hal
ini memiliki keterkaitan dengan hilangnya rasa kepedulian dan senantiasa berkuasa pada
sesuatu, sehingga timbullah sifat bangga diri dan merasa paling kuat.
Banyak kisah kisah terdahulu dalam alquran yang dijelaskan ulama mufassir terkait
halnya dengan hukum rimba tersebut. Lalu bagaimana pendapat ulama terkait hukum rimba
dan bagaimana tanggung jawab dalam perbuatan tersebut? terutama pada zaman kini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penjelasan para mufassir mengenai hukum rimba dan tanggung jawab
perbuatannya dalam alquran?
2. Bagaimana analisis penulis terkait hukum rimba dan tanggung jawab perbuatannya
C. Tujuan Penulisan

1. Agar pembaca dapat mengetahui pengertian hukum rimba


2. Pembaca mengetahui ayat ayat mengenai rimba dan penjelasan para mufassir
3. Dapat mengetahui hukum rimba dan tanggung jawab dan perbuatan tersebut.
4. Dapat mengambil hikmah dari setiap ayat yang dipelajari
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat terkait hukum rimba dan pendapat mufassir

1. Quran surah al maidah ayat 27 - 32

ۖ َ‫َق إِذْ قَ َّربَا قُ ْربَانًا فَتُقُبِ َل ِم ْن أ َ َح ِد ِه َما َولَ ْم يُتَقَبَّ ْل ِمنَ ْاْل َخ ِر قَا َل ََل َ ْقتُلَنَّك‬
ِ ‫علَي ِْه ْم نَبَأ َ ابْنَ ْي آ َد َم بِا ْلح‬
َ ‫َواتْ ُل‬
َّ ‫قَا َل إِنَّ َما يَتَقَبَّ ُل‬
َ‫َّللاُ ِمنَ ا ْل ُمت َّ ِقين‬
َ‫ب ا ْلعَالَ ِمين‬ َّ ‫َّللا َر‬ ُ ‫ِي إِلَ ْيكَ َِل َ ْقتُلَكَ ۖ إِنِي أ َ َخ‬
َ َّ ‫اف‬ َ ‫س ْطتَ إِلَ َّي يَدَكَ ِلت َ ْقتُلَنِي َما أَنَا بِبَاسِطٍ يَد‬ َ َ‫لَئِ ْن ب‬
َ‫ظا ِل ِمين‬ َّ ‫ب النَّ ِار ۚ َو ٰذَ ِلكَ ج ََزا ُء ال‬ ِ ‫صحَا‬ ْ َ ‫إِنِي أ ُ ِري ُد أ َ ْن تَبُو َء بِ ِإثْ ِمي َوإِثْ ِمكَ فَتَكُونَ ِم ْن أ‬
َ‫س ِرين‬ ِ ‫صبَ َح ِمنَ ا ْل َخا‬ ْ َ ‫ط َّوعَتْ لَهُ نَ ْفسُهُ قَتْ َل أ َ ِخي ِه فَقَتَلَه ُ فَأ‬
َ َ‫ف‬
َ‫عج َْزتُ أ َ ْن أَكُون‬ َ َ ‫س ْو َءةَ أ َ ِخي ِه ۚ قَا َل يَا َو ْيلَتَا أ‬
َ ‫ْف يُ َو ِاري‬ ِ ‫َث فِي ْاَل َ ْر‬
َ ‫ض ِليُ ِريَهُ كَي‬ ُ ‫َّللاُ غُ َرابًا يَ ْبح‬
َّ ‫ث‬ َ َ‫فَبَع‬
ْ َ ‫س ْو َءةَ أ َ ِخي ۖ فَأ‬ ٰ
َ‫صبَ َح ِمنَ النَّاد ِِمين‬ َ ‫ي‬ َ ‫ِمثْ َل َهذَا ا ْلغُ َرابِ فَأ ُ َو ِار‬
‫ض فَكَأَنَّ َما قَت َ َل‬ ِ ‫سا ٍد فِي ْاَل َ ْر‬ َ َ‫سا ِبغَي ِْر نَ ْف ٍس أ َ ْو ف‬
ً ‫س َرائِي َل أَنَّه ُ َم ْن قَت َ َل نَ ْف‬
ْ ِ‫علَ ٰى بَنِي إ‬ َ ‫ِم ْن أَجْ ِل ٰذَ ِلكَ َكت َ ْبنَا‬
‫يرا ِم ْن ُه ْم‬ ً ِ‫ت ث ُ َّم إِنَّ َكث‬
ِ ‫اس ج َِميعًا ۚ َولَقَ ْد جَا َءتْ ُه ْم ُرسُلُنَا ِبا ْلبَ ِينَا‬ َ َّ‫اس ج َِميعًا َو َم ْن أَحْ يَا َها فَكَأَنَّ َما أَحْ يَا الن‬ َ َّ‫الن‬
ٰ
َ‫س ِرفُون‬ ِ ‫بَ ْع َد ذَ ِلكَ فِي ْاَل َ ْر‬
ْ ‫ض لَ ُم‬
Ayat 27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima
dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).
Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah
hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Ayat 28. "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam".
Ayat 29. "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan
yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim".
Ayat 30. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang
yang merugi.
Ayat 31. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi
untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat
saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat
seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena
itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Ayat 32. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

a. Tafsir al qurtubi
Dalam firman Allah dibahas dua masalah :
Pertama, “ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra adam habil dan kabil
menurut sebenarnya”. Hubungan ayat ini sama sama peringatan dari Allah terkait
pelanggaran janji dan kezaliman dilakukan oleh orang orang yahudi sama dengan
kezaliman yang dilakukan seorang putra adam. Bahwa perlakukan yahudi yang
hendak membunuh nabi muhammad, telah Allah ingatkan kembali bahwa, pada
seorang anak adampun melakukannya.
Hasan al bashri mengatakan bahwa, yang dimaksud dua putra adam adalah
bukan putra kandungnya melainkan dua kaum bani israil. Allah menjadikan contoh
kedengkian orang yahudi terhadap islam, lalu keduanya berkurban sementara
kurban itu hanya terdapat di kalangan bani israil.
Ibnu athiyah, mengatakan bahwa pendapat tersebut keliru, bagaimana mungkin
seorang bani israil tidak mengetahui cara mengubur di tanah, hingga dia mengikuti
cara burung gagak. Pendapat yang benar adalah dua putra kandung nabi adam.
Kurban qabil adalah segenggam benih dia adalah seorang petani. Ketika dia
menemukan sunbulah yang baik, dia memakannya dan mengurbankan benih yang
jelek. Sedangkan habil seorang pengembala, dia mengurbankan kambing, dan
diambilnya kambing yang paling baik. Maka kurban habil pun diterima. Ketika
qabil mengetahui kurban saudaranya diterima, dia merasa hasad sehingga dia ingin
membunuh habil “Aku pasti membunuhmu”.
Menurut Al Qurthubi mengatakan bahwa pendapat yang benar bahwa nabi
adam menikahkan anak laki lakinya dari kelahiran yang satu dengan anak
perempuannya dari kelahiran yang lain. sebagaimana dalil tersebut dalam Qs
Annisa ayat 1 :

ً ‫ث ِم ْن ُه َما ِرج‬
ً ِ‫َاًل َكث‬
‫يرا‬ َّ َ‫اح َد ٍة َو َخلَقَ ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب‬ ُ َّ‫يَا أَيُّهَا الن‬
ِ ‫اس اتَّقُوا َربَّكُمُ الَّذِي َخلَقَكُ ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬
‫علَ ْيكُ ْم َرقِيبًا‬ َ َّ َّ‫سا َءلُونَ بِ ِه َو ْاَل َ ْرحَا َم ۚ إِن‬
َ َ‫َّللا كَان‬ َ َ ‫َّللا الَّذِي ت‬
َ َّ ‫سا ًء ۚ َواتَّقُوا‬َ ِ‫َون‬

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan


kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Firman Allah ini tak mengubahnya sebagai nash. Namun hal itu kemudian di
nasakh, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al baqarah.
Terkait ucapan habil “sesungguhnya Allah hanya menerima korban dari orang
orang yang bertaqwa”
Menurut al qurthubi perkataan tersebut, hal itu khusus untuk ibadah tertentu saja.
Sebagaimana dalam riwayat al bukhari “sesungguhnya Allah tabaraka wata’ala
berfirman “barang siapa yang melakukan pelanggaran terhadapKu dalam
perwalian, maka sesungguhnya aku telah mengizinkan untuk memeranginya.
Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih
aku sukai dari apa yang aku wajibkan kepadanya. Dan tidak hentinya hambaku
mendekatkan diri kepadaku, dengan perbuatan yang sunnah, maka hingga aku
mencintainya maka apabila aku telah mencintainya. Aku akan menjadi
pendegarannya yang dengarnya dia dengar, penglihatanmu yang dengannya dia
melihat, tangannya yang dengannya dia memegang, dan kakinya yang dengannya
dia berjalan. Jika dia meminta kepadaku maka aku berikan untuknya dan jika
meminta pertolongan maka aku akan menolongnya. Tidaklah aku ragu untuk
melakukan seperti keraguanku untuk mencabut nyawa seorang mukmin yang tidak
menyukai kematian, sementara akupun tidak suka menyakitinya.
b. Tafsir at thabari
Ayat 27 : Abu Ja'far berkata: Allah berfirman kepada Nabi
Muhammad SAW, *Ceritakanlah kepada orang-orang Yahudi yang hendak
mencelakai kalian, yakni kamu dan sahabat-sahabatmu, beritahukan kepada mereka
tentang siksa akibat berbuat zhalim dan pengkhianatan yang mereka lakukan
terhadapmu. Sebagaimana orang yang membunuh pasti mendapatkan balasan yang
setimpal*
terkait beberapa pendapat dari kisah habil dan qabil ini.
 Al mutsanna bin ibrahim, dari ismail bin rafi’ bahwa ketika salah seorang anak
adam pengembala kambing, dia menjaga kambingnya dan sangat mencintainya.
Ketika Allah menyuruhnya untuk berkurban, maka dia melaksanakannya
sehingga Allah menerima kurbanya dan masih mengembalakannya sampai surga
sampai menjadi tebusan nabi ibrahim as.
 Dari Muhammad bin amr menceritakan dari mujahid, bahwa ketika kedua anak
adam mempersembahkan kurban, yang satu mengurbankan kambing, dan satu
mengurbankan sayuran. Maka yang diterima adalah kurban kambing, lalu
saudaranya membunuhnya.

Ayat 28 : abu ja’far berkata bahwa seseorang yang terbunuh berkata, tidak akan
menggerakan tangannya untuk membunuh saudaranya, sebelum Allah
mengizinkannya. Sebagaimana hal ini dikuatkan oleh beberapa pendapat

 Muhammad bin basyr dari Abdullah bin amr berkata, demi Allah seorang yang
terbunuh lebih kuat daripada yang membunuh, hanya saja dia mencegah berbuat
dosa untuk menggerakan tangan dengan membunuh saudaranya.
 Al harits dari Mujahid berkata, tentang firman-Nya, “sungguh kalau kamu
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, maka sekali-kali aku
tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu ia berkata,
"Diwajibkan bagi mereka bahwa jika salah seorang dari mereka hendak
membunuh seseorang, maka ia hendaknya membiarkannya dan tidak
mencegahnya.
 Abu ja’far mengatakan pendapat yang paling benar adalah jika seseorang
diperlakukan zalim lalu berkata “aku tidak akan menggerakan tanganku ketika
kamu menggerakan tanganmu kepadaku”. Itu haram baginya untuk membunuh
saudaranya sebagaimana haram saudaranya membunuh dirinya.
Dalam ayat “sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh
alam” maksudnya, aku takut kepada Allah jika menggerakan tanganku untuk
membunuhmu.

Ayat 29, ada beberapa pendapat terkait takwilan dari ayat ini

 Musa bin harun berkata, dari ibnu mas’ud bahwa dosa membunuhku dan dosa
yang ada dipundakmu kamu menanggungnya. Maka kamu menjadi penghuni
neraka.
 Al harits dari mujahid berkata, aku ingin kamu kembali dengan membawa
dosa karena membunuhku dan dosamu sendiri sebelum membunuhku.
 Abu ja’far mengatakan pendapat yang paling benar adalah orang yang
membunuh, membawa dosa orang yang dibunuh beserta dosa dosanya yang
telah lalu (sebelum membunuh saudaranya).
Kami katakan bahwa ini merupakan pendapat yang benar, lantaran
adanya kesepakatan para ahli takwil, karena Allah SWT mengabarkan kepada
kita bahwa bagr setiap orang yang berbuat, terdapat balasan berupa pathala atau
siksa. Jika ketetapan-Nya kepada makhluk demikian adanya, maka dosa orang
yang dibunuh tidak bisa diambil oleh orang yang membunuh. Akan tetapi orang
yang membunuh disiksa karena dosanya melakukan pembunuhan yang
diharamkan dan semua dosa yang dilakukannya sendiri, bukan dosa yang
dilakukan oleh orang yang dibunuh.
 Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Jarir menceritakan
kepada kami, sampai dari abdullah bahwa, Nabi SAW bersabda : 'Tidak ada
jiwa yang membunuh secara zhalim daripada anak Adam yang pertama
(Qabil) mendapat beban dosa darinya. Hal ini karena ia merupakan orang
yang pertama melakukan pembunuhan.'

Ayat 30

Abu ja’far berkata maksud dari firman “maka menganggap mudah” maka nafsu
mendatanginya. Ada beberapa riwayat yang berbede pendapat terkait ayat
tersebut.
 Nashr bin abdirrahman sampai dari mujahid, bahwa beliau berkata
sebagaimana firmanNya “maka hawa nafsu qabil menganggap mudah”
maksudnya nafsunya telah mendorongnya.
Sebagian berpendapat bahwa ketika qabil membunuh saudaranya saat tidur
dengan batu. Ada beberapa pendapat terkait hal ini :
 Muhammad bin umar bin ali dari abu juraij berkata, anak adam tidak
mengetahui cara membunuhnya. Maka iblis mengubah dirinya, menyerupai
seekor burung. Ia mengangkap burung lain dan menangkap kepalanya
diantara 2 batu dan memecahkannya. Iblis mengajari cara membunuhnya.
 Abu ja’far berkata bahwa, perlakuan orang yang merugi adalah kerugian
kehidupannya baik di dunia dan di akhirat. Dan mereka tertipu dengan dunia.

Ayat 31

Al mutsanna dari al hasan berkata bahwa, peristiwa yang terjadi terkait dua
anak adam maka ambillah yang baik diantara perumpamaan tersebut.

Ayat 32

Sebagian ahli takwil berpendapat dalam firman Allah yang berarti


"Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
(membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat keburukan di muka bumi,
maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seutuhnya. Dan barangsiapa
yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya. " artinya dijelaksan dalam hadist
rasulullah, bahwa barangsiapa yang membunuh imam yang adil maka seakan
akan dia membunuh seluruhnya.

Dalam setiap perbuatan manusia, akan dibalas sesuai dengan apa yang
telah diperbuatnya. Pembunuhan yang dilakukan oleh qabil, menjadikannya
orang yang merugi di akhirat, Dan mendapat balasan dan siksa dari Allah.

2. Qs hud ayat 61- 68

‫ست َ ْع َم َركُ ْم فِي َها‬


ْ ‫ض َوا‬ ْ ‫شأَكُ ْم ِم َن‬
ِ ‫اَلر‬ َ ‫َّللا َما لَكُ ْم مِ نْ إِلَ ٍه غَ ْي ُرهُ ه َُو أ َ ْن‬ ْ ‫َوإِلَى ث َ ُمو َد أ َ َخاهُ ْم صَا ِل ًحا قَا َل يَا قَ ْو ِم ا‬
َ َّ ‫عبُدُوا‬
‫) قَالُوا يَا صَالِ ُح قَ ْد كُ ْنتَ فِينَا َم ْر ُج ًّوا قَبْ َل َهذَا أَتَنْ َهانَا أَنْ نَعْبُ َد‬٦١( ‫يب‬ ٌ ‫ست َ ْغ ِف ُروهُ ث ُ َّم ت ُوبُوا إِلَ ْي ِه إِ َّن َربِي قَ ِر‬
ٌ ‫يب ُم ِج‬ ْ ‫فَا‬
‫علَى بَ ِينَ ٍة ِمنْ َر ِبي َوآت َانِي‬ َ ُ‫) َقا َل يَا قَ ْو ِم أ َ َرأ َ ْيت ُ ْم ِإنْ كُ ْنت‬٦٢( ‫ب‬ ٍ ‫َما يَعْبُ ُد آبَا ُؤنَا َوإِنَّنَا لَفِي ش ٍَك ِم َّما ت َ ْدعُو َنا ِإلَ ْي ِه ُم ِري‬
ً‫َّللا لَكُ ْم آ َية‬
ِ َّ ُ‫) َو َيا قَ ْو ِم َه ِذ ِه نَاقَة‬٦٣( ‫ِير‬ ٍ ‫غي َْر ت َ ْخس‬ َ ‫ص ْيتُهُ فَ َما ت َِزيدُونَنِي‬
َ ‫ع‬ َ ْ‫َّللا ِإن‬
ِ َّ ‫ص ُرنِي ِم َن‬ُ ‫مِ ْنهُ َر ْح َمةً فَ َمنْ َي ْن‬
َ‫) فَعَقَ ُروهَا فَقَا َل ت َ َمتَّعُوا فِي د َِاركُ ْم ثَالثَة‬٦٤( ‫يب‬
ٌ ‫اب قَ ِر‬ َ ‫سوهَا بِسُوءٍ فَيَأ ْ ُخذَكُ ْم‬
ٌ َ‫عذ‬ ُّ ‫َّللاِ َوًل ت َ َم‬
َّ ‫ض‬ ِ ‫فَذَ ُروهَا ت َأْكُ ْل فِي أ َ ْر‬
َّ‫) فَلَ َّما َجا َء أ َ ْم ُرنَا نَ َّج ْينَا صَا ِل ًحا َوالَّذِينَ آ َمنُوا َمعَه ُ بِ َرحْ َم ٍة مِ نَّا َومِ نْ خِ ْزي ِ يَ ْومِ ئِ ٍذ إِن‬٦٥( ‫ب‬ ٍ ‫غ ْي ُر َم ْكذُو‬
َ ٌ‫عد‬ ْ ‫أَيَّ ٍام ذ َ ِلكَ َو‬
‫) َكأَنْ لَ ْم يَ ْغنَ ْوا فِي َها‬٦٧( َ‫صبَ ُحوا فِي ِديَ ِار ِه ْم َجاثِ ِمين‬ ْ َ ‫ص ْي َحةُ فَأ‬
َّ ‫ظلَ ُموا ال‬ َ ‫) َوأ َ َخذَ الَّذِي َن‬٦٦( ‫ي ا ْلعَ ِزي ُز‬ُّ ‫َربَّكَ ه َُو ا ْلقَ ِو‬
٦٨(َ‫أًَل إِنَّ ث َ ُمو َد َكفَ ُروا َربَّ ُه ْم أًَل بُ ْعدًا ِلث َ ُمود‬

Ayat 61. Dan kepada kaum Tsamu (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia
berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada bagimu Tuhan yang berhak
disembah selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya kemudian bertobatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat dan memperkenankan (doa hamba-
Nya).

Ayat 62. Mereka (kaum Tsamud) berkata, “Wahai Saleh! Sungguh, engkau
sebelum ini berada di tengah-tengah kami merupakan orang yang diharapkan, mengapa
engkau melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami?
Sungguh, kami benar-benar dalam keraguan dan kegelisahan terhadap apa (agama)
yang engkau serukan kepada kami.”

Ayat 63. Dia (Saleh) berkata, “Wahai kaumku! Terangkanlah kepadaku jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-
Nya, maka siapa yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya?
Maka (perintah) kamu (kepadaku) hanya akan menambah kerugian kepadaku.

Ayat 64. Dan wahai kaumku! Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat
(yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi
Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan
menyebabkan kamu segera ditimpa (azab). ”

Ayat 65. Maka mereka membunuh unta itu, kemudian dia (Saleh) berkata,
“Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak
dapat didustakan.”

Ayat 66. Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh dan
orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami dan (Kami selamatkan)
dari kehinaan pada hari itu. Sungguh, Tuhanmu, Dia Mahakuat lagi Mahaperkasa.
Ayat 67. Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu,
sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya,

Ayat 68. Seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah,
kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum Tsamud.

a. Tafsir al muyassar
Ayat 61, Dan kepada kaum Tsamud, Kami utus saudara mereka, Shalih. Dia
berkata : Hai kaumku, sembahlah Allah semata, tidak ada bagi kalian Ilah yang
berhak disembah selain Dia yang Mahaagung lagi Mahatinggi. Ikhlas-lah dalam
beribadah keapada-Nya. Dia-lah yang memulai peciptaan kalian dari tanah, yaitu
dengan menciptakan ayah kalian, Adam, dan menjadikan kalian sebagai
pemakmurnya (bumi). Maka mohonlah kepada Allah agar mengampuni dosa kalian
dan kembalilah kalian kepada-Nya dengan taubat yang baik. Sesungguhnya Rabbku
begitu dekat bagi orang yang ikhlas beribadah dan berharap taubat kepada-Nya. Dia
juga menjawab doa hamba yang berdoa kepada-Nya.
Ayat 62, Kaum Tsamud berkata kepada Nabi mereka, Shalih : Hai Shalih,
sesungguhnya kami berharap bahwa engkau akan menjadi pemimpin yang ditaati
di tengah-tengah kami sebelum engkau mengatakan hal tersebut. Apakah engkau
melarang kami untuk menyembah tuhan-tuhan kami yang telah turun-temurun
disembah oleh leluhur kami?? Sesungguhnya kami benar-benar ragu dan tidak
yakin dengan seruanmu (dakwahmu) kepada kami untuk beribadah hanya kepada
Allah semata.
Ayat 63, Nabi Shalih berkata kepada kaumnya : Hai kaumku, beritahukanlah
kepadaku, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Allah dan di antara bukti itu
bahwa Dia telah memberiku risalah kenabian dan hikmah. Maka siapakah yang
mampu mencegah siksa Allah yang diturunkan kepadaku, jika aku mendurhakai-
Nya dan tidak mau menyampaikan risalah serta nasihat kepada kalian?? Oleh
karena itu kalian tidak menambah apapun untukku selain kesesatan dan semakin
jauh dari kebenaran.
Ayat 64, Hai kaumku, ini adalah unta betina Allah, sebagai hujjah dan bukti
bagi kalian atas kebenaran seruanku itu. Maka biarkanlah ia mencari makan di bumi
Allah, maka kalian bukanlah yang memberinya rizki. Dan janganlah kalian
menyembelihnya, sesungguhnya jika kalian berbuat demikian, niscaya adzab yang
dekat dari Allah akan menimpa kalian siapa pun yang menyembelihnya.
Ayat 65, Mereka mendustakan Nabi Shalih, dan menyembelih unta itu. Berkata
Shalih kepada mereka: Nikmatilah hidup kalian di negeri kalian selama tiga hari,
karena sesungguhnya adzab Allah akan diturunkan sesudah hari itu. Itulah janji
Allah yang tidak dapat didustakan dan mesti terjadi.

Ayat 66, Maka ketika datang ketentuan kami, yaitu dengan membinasakan kaum
Tsamud, Kami selamatkan Shalih bersama orang-orang beriman yang bersamanya
dari adzab dengan rahmat Kami. Dan Kami juga menyelamatkan mereka dari
kebinasaan.

Ayat 67, Dan suara gutur yang sangat keras menimpa penduduk Tsamud yang
zhalim. Maka mereka mati di rumah-rumah mereka sendiri dengan cepat dan jatuh
bergelimpangan di atas wajah mereka tanpa gerakan.

Ayat 68, Karena cepatnya mereka mati dan binasa, seolah-olah tidak ada yang
pernah hidup di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud adalah penentang
ayat-ayat Allah dan hujjah-hujjah-Nya. Ketahuilah, mereka jauh tertolak untuk
mendapatkan rahmat Allah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud. Maka alangkah
sengsara dan hinanya mereka itu.

Sebagaimana yang dilakukan oleh kaum tsamud yang merasa berkuasa di


daerahnya, timbullah rasa sombong dan tidak mau menerima dakwah nabi shaleh
untuk menyembah Allah. Maka Allah menimpa balasan kepada kaum tsamud
berupa suara yang sangat keras.

Hal ini membuktikan, setiap perbuatan buruk yang dilakukan suatu kaum
seperti halnya kaum tasmud yang membunuh unta karena menentang ajaran nabi
shaleh. Maka Allah timpakan azab untuk mereka.

3. Quran surah al isra ayat 59

‫ظلَ ُم ْوا ِبه ََۗا َو َما‬ َ َ‫اًل َّولُ ْو َۗنَ َو ٰات َ ْينَا ث َ ُم ْو َد النَّاقَةَ ُمب ِْص َرةً ف‬ َ َّ‫ت ا َّ ًِٓل ا َ ْن َكذ‬
َ ْ ‫ب ِبهَا‬ ٰ ْ ‫س َل ِب‬
ِ ‫اًل ٰي‬ ِ ‫َو َما َمنَعَنَا ٓ ا َ ْن نُّ ْر‬
‫ت ا ًَِّل ت َ ْخ ِو ْي ًفا‬ ٰ ْ ‫س ُل ِب‬
ِ ‫اًل ٰي‬ ِ ‫نُ ْر‬

Tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda


(kekuasaan Kami), melainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan oleh orang-
orang terdahulu. Kami telah berikan kepada kaum Samud unta betina (sebagai
mukjizat) yang jelas, tetapi mereka menganiayanya (dengan menyembelihnya). Kami
tidak mengirimkan tanda-tanda itu kecuali untuk menakut-nakuti.

a. Tafsir ibnu katsir


Sunaid telah meriwayatkan dari Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Sa’id ibnu
Jubair yang mengatakan bahwa orang-orang musyrik pernah berkata kepada Nabi
Saw., "Hai Muhammad, sesungguhnya kamu men-duga bahwa sebelum kamu
terdapat nabi-nabi. Di antara mereka ada yang angin ditundukkan baginya, ada yang
dapat menghidupkan orang-orang mati. Maka jika kamu menginginkan agar kami
beriman kepadamu dan membenarkanmu, maka doakanlah kepada Tuhanmu agar
Dia menjadikan Bukit Safa ini emas buat kami."
Maka Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, "Sesungguhnya Aku telah
mendengar apa yang dikatakan oleh mereka. Untuk itu jika kamu menghendaki agar
Kami melakukannya, tentulah Kami akan memenuhi permintaan mereka. Tetapi
jika sesudah itu mereka tidak beriman, maka azab Kami akan turun (menimpa
mereka). Karena sesungguhnya tidak ada tawar-menawar lagi sesudah turunnya
tanda-tanda kekuasaan Kami (mukjizat). Dan jika kamu menginginkan Kami
menangguhkan kaummu, tentulah Kami akan memberikan masa tangguh kepada
mereka." Maka Nabi Saw. berdoa memohon kepada Tuhannya:
"‫ستَأ ْ ِن ِب ِه ْم‬
ْ ‫ ا‬،‫ب‬
ِ ‫"يَا َر‬
Ya Tuhanku, tangguhkanlah mereka.
Hal yang sama telah dikemukakan pula oleh Qatadah dan Ibnu Juraij serta yang
lainnya.
Imam Ahmad meriwayatkan, lelah menceritakan kepada kami Usman ibnu
Muhammad, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dan Ja'far ibnu
Iyas, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa penduduk
Mekah pernah meminta kepada Nabi Saw. agar menjadikan Bukit Safa emas buat
mereka, dan gunung-gunung yang ada di sekitar mereka dilenyapkan sehingga
mereka dapat melakukan cocok tanam. Maka dikatakan kepada Nabi Saw., "Jika
kamu menghendaki agar mereka diberi masa tangguh, maka Kami akan
menangguhkan mereka. Dan jika kamu suka bila permintaan mereka di kabulkan,
maka Kami akan memenuhi apa yang mereka minta. Tetapi jika mereka tetap kafir,
maka mereka akan binasa sebagaimana binasanya umat-umat sebelum mereka."
Nabi Saw, berkata, "Tidak, melainkan berilah masa tangguh kepada mereka." Lalu
Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi
Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan
karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59),
hingga akhir ayat.
Imam Nasai meriwayatkan melalui hadis Jarir dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Salamah ibnu Kahil, dari Imran ibnu
Nakim, dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy pernah
mengatakan kepada Nabi Saw., "Doakanlah kepada Tuhanmu agar Dia menjadikan
Bukit Safa ini emas bagi kami, maka kami akan beriman kepadamu." Nabi Saw.
bertanya, "Apakah kalian benar-benar akan melakukannya?" Mereka menjawab,
"Ya." Maka Nabi Saw. berdoa. Kemudian Jibril datang kepadanya, lalu berkata,
"Sesungguhnya Tuhanmu mengirimkan salam buatmu dan berpe-san bahwa jika
kamu suka, maka pada keesokkan paginya Bukit Safa ini akan menjadi emas buat
mereka. Tetapi barang siapa di antara mereka yang kafir sesudah itu, maka Aku
akan mengazab mereka dengan azab yang belum pernah Kutimpakan kepada
seorang pun dari kalangan umat manusia. Dan jika kamu suka Aku bukakan bagi
mereka semua pintu tobat dan rahmat, maka akan Aku lakukan." Nabi Saw. berkata,
"Tidak, bahkan (saya memilih) pintu tobat dan rahmat."
Al-Hafiz Abu Ya'la di dalam kitab musnadnya mengatakan, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Ali Al-Ansari, telah menceritakan
kepada kami Khalaf ibnu Tamim Al-Masisi, dari Abdul Jabbar ibnu Umar Al-Abli,
dari Abdullah ibnu Ata ibnu Ibrahim, dari neneknya (yaitu Ummu Ata, pelayan Az-
Zubair ibnul Awwam) yang telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Az-
Zubair mengatakan bahwa ketika firman Allah Swt. berikut ini diturunkan: Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara: 214)
Maka Rasulullah Saw. berseru dengan suara yang keras di atas puncak Abu Qubais,
"Hai keluarga Abdu Manaf, sesungguhnya aku memberikan peringatan!" Kemudian
datanglah orang-orang Quraisy menemuinya, lalu Nabi Saw. memberikan
peringatan dan ancaman kepada mereka. Maka mereka berkata, "Kamu menduga
bahwa dirimu seorang nabi yang mendapat wahyu. Sesungguhnya Sulaiman telah
ditundukkan baginya angin dan gunung, Musa telah ditundukkan baginya laut, dan
Isa dapat menghidupkan orang-orang mati. Maka doakanlah pada Allah agar Dia
menyisihkan (memindahkan) gunung-gunung ini dari kami dan mengalirkan
sungai-sungai di buminya sehingga kami dapat menggarapnya dan melakukan
cocok tanam padanya buat makan kami. Dan jika engkau tidak mau, maka
doakanlah kepada Allah semoga Dia menghidupkan orang-orang mati kami agar
kami dapat berbicara dengan mereka dan mereka pun dapat berbicara dengan kami.
Jika engkau tidak mau, maka doakanlah kepada Allah untuk kami agar Dia
menjadikan bagi kami batu besar yang berada di bawahmu itu emas sehingga kami
dapat memahatnya dan dapat memberikan kecukupan kepada kami tanpa harus
melakukan perjalanan musim dingin dan musim panas. Karena sesungguhnya
engkau menduga bahwa dirimu sama seperti mereka (nabi-nabi itu)." Ketika kami
masih berada di sekeliling Nabi Saw., tiba-tiba turunlah wahyu. Setelah wahyu
selesai, Nabi Saw. bersabda:
َ َ‫ َولَ ِكنَّهُ َخيَّ َرنِي بَ ْينَ أ َ ْن ت َ ْد ُخلُوا ب‬، َ‫شئْتُ لَكَان‬
" ‫اب‬ ِ ‫ َولَ ْو‬،‫سأ َ ْلت ُ ْم‬ ْ َ ‫ لَقَ ْد أ‬،ِ‫َوالَّذِي نَ ْفسِي بِيَ ِده‬
َ ‫ع‬
َ ‫طانِي َما‬
،‫الرحْ َم ِة‬ َّ ‫ب‬ ِ ‫ فَت َ ِض ُّلوا ع َْن بَا‬،‫سكُ ْم‬ ِ ُ‫اخت َ ْرت ُ ْم َِل َ ْنف‬
ْ ‫ َوبَ ْينَ أ َ ْن يَ ِكلَكُ ْم إِلَى َما‬،‫ فَيُ َؤ َّمنَ ُم ْؤ ِمنُكُ ْم‬،‫الرحْ َم ِة‬
َّ
‫طاكُ ْم ذَ ِلكَ ث ُ َّم‬ ْ َ ‫ َوأ َ ْخبَ َرنِي أَنَّهُ إِ ْن أ‬.‫ فَيُ َؤ َّمنُ ُم ْؤ ِمنُكُ ْم‬،‫الرحْ َم ِة‬
َ ‫ع‬ َّ ‫اب‬ َ َ‫اخت َ ْرتُ ب‬ْ َ‫ ف‬،ٌ‫فَ َال يُ َؤ َّمنَ ِم ْنكُ ْم أ َ َحد‬
َ‫عذَابًا ًَل يُعَ ِذبُه ُ أ َ َحدًا ِمنَ ا ْلعَالَ ِمين‬
َ ‫ أَنَّه ُ يُعَ ِذبُكُ ْم‬،‫" َكفَ ْرت ُ ْم‬
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya,
sesungguhnya Dia mau memberiku apa yang kalian minta itu; seandainya aku
menghendaki, niscaya terjadi. Akan tetapi, Allah memberiku pilihan. Yaitu kalian
masuk ke dalam pintu rahmat, sehingga orang yang beriman di antara kalian mau
beriman, atau diserahkan kepada kalian menurut apa yang kalian pilih, nanti
akibatnya kalian akan kehilangan pintu rahmat, dan akhirnya tiada seorang pun dari
kalian yang beriman. Maka aku memilih pintu rahmat, sehingga berimanlah orang-
orang yang mau beriman dari kalian. Dan Allah memberi-tahukan kepadaku bahwa
jika Dia memberi apa yang kalian minta itu, lalu kalian tetap kafir, maka
sesungguhnya Dia akan mengazab kalian dengan azab yang belum pernah Dia
timpa-kan kepada seorang pun dari umat manusia.
Lalu turunlah firman-Nya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami
untuk mengi-rimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena
tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. (Al-Isra: 59)
Dan Nabi Saw. membaca tiga ayat, lalu turun pula firman-Nya:
{‫ض أ َ ْو ك ُِل َم بِ ِه ا ْل َم ْوتَى‬ ْ ‫}ولَ ْو أَنَّ قُ ْرآنًا سُيِ َرتْ بِ ِه ا ْل ِجبَا ُل أ َ ْو قُ ِطعَتْ بِ ِه‬
ُ ‫اَلر‬ َ
Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-
gunung dapat diguncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-
orang yang telah mati dapat berbicara. (Ar-Ra'd: 31), hingga akhir ayat.
Karena itulah Allah Swt. berfirman:
{‫ت‬ ِ ‫}و َما َمنَ َعنَا أ َ ْن نُ ْر‬
ِ ‫س َل ِباْل َيا‬ َ
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan
(kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami). (Al-Isra: 59)
Maksudnya, mendatangkan dan mengirimkan tanda-tanda kebesaran se-suai
dengan apa yang diminta oleh kaummu itu adalah hal yang mudah bagi Kami.
Hanya saja tanda-tanda kekuasaan Kami itu telah didustakan oleh orang-orang
dahulu sesudah mereka memintanya, maka diberlaku-kanlah sunnah Kami atas
mereka, juga terhadap orang-orang yang seperti mereka. Yaitu bila mereka
mendustakannya sesudah dikirimkan, maka .tiada masa tangguh lagi bagi mereka,
dan azab langsung turun menimpa mereka. Perihalnya sama dengan apa yang
disebutkan oleh Allah Swt. di dalam surat Al-Maidah, melalui firman-Nya:
َ َ ‫عذَابًا ًَل أُع َِذبُهُ أ‬
{ َ‫حدًا ِمنَ ا ْلعَالَ ِمين‬ َ ُ ‫علَ ْيكُ ْم فَ َم ْن يَ ْكفُ ْر بَ ْعدُ ِم ْنكُ ْم فَ ِإنِي أ‬
َ ُ‫ع ِذبُه‬ َ ‫َّللاُ ِإنِي ُمنزلُهَا‬
َّ ‫}قََ ا َل‬
Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepada
kalian, barang siapa yang kafir di antara kalian sesudah itu, maka sesungguhnya
Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada
seorang pun di antara umat manusia.” (Al-Maidah: 115)
Allah Swt. berfirman menceritakan kaum Samud ketika mereka meminta suatu
tanda kekuasaan Allah, yaitu seekor unta betina yang keluar dari batu besar yang
ditentukan oleh mereka. Maka Nabi mereka (yaitu Saleh a.s.) berdoa kepada
Tuhannya memohon suatu mukjizat, lalu Allah mengeluarkan seekor unta betina
buat mereka dari batu besar itu sesuai dengan apa yang mereka minta.
Tetapi setelah mereka berbuat aniaya terhadap unta itu, yakni ingkar kepada
Tuhan yang menciptakannya dan mendustakan Rasul-Nya serta menyembelih unta
betina itu, maka Allah berfirman:
َ ٌ ‫}ت َ َمتَّعُوا فِي دَ ِاركُ ْم ثَالثَةَ أَي ٍَّام ذَلِكَ َو ْعد‬
ٍ ‫غي ُْر َم ْكذُو‬
{‫ب‬
Bersukarialah kamu sekalian di rumah kalian selama tiga hari, itu adalah janji
yang tidak dapat didustakan. (Hud: 65)
Karena itulah dalam ayat surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{َ‫}وآت َ ْينَا ث َ ُمودَ النَّاقَة‬
َ
Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu . (Al-Isra: 59)
Yakni Mukjizat yang berupa unta betina itu menunjukkan akan keesaan Tuhan
yang menciptakannya dan membenarkan rasul-Nya yang doanya diperkenankan.
{‫ظلَ ُموا بِ َها‬
َ َ‫}ف‬
tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al-Isra: 59)
Mereka berbuat aniaya terhadap unta betina itu, melarang hari minumny a, dan
membunuhnya. Maka Allah membinasakan mereka sehabis-habisnya sebagai
pembalasan dari-Nya terhadap mereka. Allah mengazab mereka dengan azab Tuhan
Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Firman A'llah Swt.:
{‫ت ِإًل ت َ ْخ ِويفًا‬ ِ ‫} َو َما نُ ْر‬
ِ ‫س ُل ِباْل َيا‬
Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk mena-kuti. (Al-Isra:
59)
Qatadah mengatakan bahwa Allah Swt. mempertakuti manusia dengan tanda
kekuasaan yang dikehendaki-Nya, agar manusia dapat mengambil pelajaran dan
peringatan darinya, lalu mereka kembali kepada-Nya.
Telah diriwayatkan kepada kami bahwa kota Kufah pernah mengalami gempa di
masa Ibnu Mas'ud r.a., lalu Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Hai manusia, sesungguhnya
Tuhan kalian sedang memperingatkan kalian, maka kem-balilah kalian kepada-
Nya!"
Hal yang sama pernah terjadi pula atas kota Madinah di masa pemerin-tahan
Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. selama berkali-kali, maka Khalifah Umar berkata,
"Kalian telah membuat bid'ah. Demi Allah, seandainya terjadi lagi gempa, sungguh
saya akan melakukan anu, sungguh aku akan melakukan anu (maksudnya
memberantas perkara bid'ah)."
Dalam hadis yang muttafaq 'alaih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:

َ َّ َّ‫ َولَ ِكن‬،‫ت أ َ َح ٍد َو ًَل ِل َح َيا ِت ِه‬


" ،‫َّللا‬ ِ َ‫سف‬
ِ ‫ان ِل َم ْو‬ ِ ‫ َو ِإنَّ ُه َما ًَل َي ْن َك‬،‫َّللا‬
ِ َّ ‫ت‬ ِ َ ‫س َوا ْلقَ َم َر آ َيت‬
ِ ‫ان ِم ْن آيَا‬ َ ‫ِإنَّ الش َّْم‬
."ِ‫س ِت ْغفَ ِاره‬ ْ ‫ فَ ِإذَا َرأ َ ْيت ُ ْم ذَ ِلكَ فَافْ َزعُوا ِإلَى ِذك ِْر ِه َو ُدعَا ِئ ِه َوا‬،‫ف ِب ِه َما ِع َبا َد ُه‬ ُ ‫سلُ ُه َما يُ َخ ِو‬
ِ ‫ يُ ْر‬،َّ‫ع ََّز َو َجل‬
،ٍ‫ َيا أ ُ َّم َة ُم َح َّمد‬،ُ‫ع ْب َد ُه أ َ ْو ت َ ْز ِن َي أ َ َمتَه‬
َ ‫َّللا أ َ ْن َي ْز ِن َي‬ ِ َّ ‫ َو‬،ٍ‫ " َيا أ ُ َّمةَ ُم َح َّمد‬:َ‫ث ُ َّم قَال‬
ْ َ ‫َّللا َما أ َ َح ٌد أ‬
ِ َّ َ‫غ َي ُر ِمن‬
ً ‫يال َولَ َب َك ْيت ُ ْم َك ِث‬
‫يرا‬ ْ َ ‫َّللا لَ ْو ت َ ْعلَ ُمونَ َما أ‬
ً ‫ لَض َِح ْكت ُ ْم قَ ِل‬،‫علَ ُم‬ ِ َّ ‫" َو‬
Sesungguhnya matahari dan bulan, keduanya adalah tanda kekuasaan Allah, dan
sesungguhnya keduanya tidak mengalami gerhana karena matinya seseorang dan
tidak (pula) karena hidup (lahir)nya seseorang, tetapi Allah Swt. mempertakuti
hamba-hamba-Nya melalui keduanya. Untuk itu apabila kalian melihat gerhana,
bergegaslah kalian untuk mengingat Allah, berdoa dan memohon ampun kepada-
Nya. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Hai umat Muhammad, demi Allah, tiada
seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah, bila ada hamba laki-lakinya
berbuat zina atau ada hamba perempuannya berbuat zina. Hai umat Muhammad,
demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang saya ketahui, tentulah kalian
sedikit tertawa dan banyak menangis.
b. Tafsir kemenag
Imam Aḥmad meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbās bahwa ia berkata, “Penduduk
Mekah meminta kepada Nabi saw agar mengubah gunung Safa menjadi gunung
emas, dan menghilangkan bukit agar tanahnya bisa diguna-kan untuk pertanian.
Malaikat mengatakan kepada Nabi, “Jika engkau mau memenuhi permintaan
mereka, penuhilah. Apabila mereka mengingkari, mereka dapat dibinasakan seperti
umat-umat terdahulu.” Nabi bersabda, “Tetapi saya ingin menunda permintaan
mereka.” Kemudian Allah menurun-kan ayat ini.”
Allah menjelaskan bahwa tidak ada yang mampu menghalangi ter-laksananya
mukjizat yang diberikan kepada rasul-Nya. Orang-orang dahulu yang mendustakan
tanda-tanda kekuasaan-Nya (mukjizat) seperti yang telah diberikan kepada para
rasul-Nya yang terdahulu, akan dimusnahkan. Begitu pula orang-orang Quraisy
yang meminta kepada Nabi Muhammad saw, supaya Allah menurunkan pula tanda-
tanda kekuasaan-Nya kepada mereka. Akan tetapi, Allah tidak mengabulkannya,
karena bila tanda-tanda kekuasaan Allah itu diturunkan, pasti mereka
mendustakannya juga dan tentulah mereka akan dibinasakan seperti umat-umat
yang dahulu. Sedang Allah tidak akan membinasakan orang-orang Quraisy, karena
di antara keturunan mereka ada yang diharapkan menjadi orang-orang yang
beriman.
Allah swt menjelaskan bahwa Dia telah memberikan tanda-tanda kekuasaan-
Nya (mukjizat-Nya) kepada Nabi Saleh, seperti yang diminta oleh kaum Samud
yaitu unta betina yang dapat mereka saksikan sendiri.

4. Al haqqah ayat 5

َّ ‫فَا َ َّما ث َ ُم ْو ُد فَا ُ ْه ِلك ُْوا بِا ل‬


‫طا ِغ َي ِة‬
“Maka adapun kaum Samud, mereka telah dibinasakan dengan suara yang sangat
keras,”
Tafsir At-Thabari
Firman-Nya, ُ ‫“فَأ َ َّما ث َ ُمود‬Adapun kaum Tsamud,” maksudnya adalah Tsamud kaum
Nabi Shalih, Allah membinasakan mereka dengan kejadian yang luar biasa.
Pakar takwil berbeda pendapat tentang makna ath-thaghiyah yang dengannya Allah
membinasakan kaum Tsamud.
Sebagian berkata, “Ath-thaghiyah adalah sikap mereka yang melampaui batas dan
kufur kepada Allah.” Riwayat-riwayat yang menjelaskan demikian adalah:
Muhammad bin Amru menceritakan kepadaku, dia berkata: Abu Ashim
menceritakan kepada kami, dia berkata: Isa menceritakan kepada kami, Al Harits
menceritakan kepadaku, dia berkata: Al Hasan menceritakan kepada kami, dia berkata:
Warqa menceritakan kepada kami, semuanya dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid,
tentang firman Allah SWT, Maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar
biasa,” dia berkata, “Mereka dibinasakan dengan dosa-dosa.”
Yunus menceritakan kepadaku, dia berkata: Wahb mengabarkan Kepada kami,
dia berkata: Ibnu Zaid berkata tentang firman-Nya, “Adapun kaum Tsamud maka
mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa” Dia lalu membaca firman
Allah, Kaum Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena melampaui batas.” (Qs.
Asy- Syamsy [91]: 11). Dia berkata, “Kejadian luar biasa ini merupakan sikap
melampaui batas mereka dan kekufurannya kepada ayat-ayat Allah. Kejadian luar biasa
ini merupakan sikap mereka yang melampaui batas dalam berbuat maksiat kepada
Allah dan penentangannya kepada kitab Allah.”

5. Quran surah asy syams ayat 11-14

ِ ‫َّللا نَا قَةَ ه‬


)13( ‫َّللا َوسُ ْق ٰيهَا‬ َ َ‫) اِ ِذ ا ْۢ ْنبَع‬11( ‫ط ْغ ٰوٮهَا‬
ِ ‫) فَقَا َل لَ ُه ْم َرسُ ْو ُل ه‬12( ‫ث اَش ْٰقٮهَا‬ َ ‫َكذَّبَتْ ث َ ُم ْو ُد ِب‬
َ َ‫علَي ِْه ْم َربُّ ُه ْم ِبذَ ْن ْۢ ِب ِه ْم ف‬
‫س هوٮهَا‬ َ ‫( فَ َكذَّبُ ْوهُ فَعَقَ ُر ْو َها ۖ فَد َْم َد َم‬14)
(Kaum) Samud telah mendustakan (Rasul-Nya) karena mereka melampaui batas
(zalim),”.”ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka,”.”lalu Rasul Allah
(Salih) berkata kepada mereka, “(Biarkanlah) unta betina dari Allah ini dengan
minumannya.””.”Namun mereka mendustakannya dan menyembelihnya, karena itu
Tuhan membinasakan mereka karena dosanya, lalu diratakan-Nya (dengan tanah).”
a. Tafsir Al Misbah
Ayat di atas memberi contoh tentang mereka, yaitu seorang atau sekelompok
manusia yang tampil melakukan kedurhakaan atas restu kaumnya. Allah berfirman:
Kaum Tsamud telah mendustakan Rasul mereka yakni Nabi Shalih as. Karena mereka
mengotori jiwanya sehingga melampaui batas. Itu sangat jelas ketika mereka
menugaskan salah seorang di antara mereka lalu bangkit dia yang ditugaskan itu dan
yang merupakan orang yang paling celaka di antara mereka untuk tampil mengganggu
unta yang dijadikan Allah sebagai mukjizat Nabi Shalih; maka melihat hal tersebut
berkatalah Nabi Shalih as. Kepada mereka yakni semua anggota masyarakat kaum
Tsamud itu secara khusus berkata Rasul Allah itu memperingatkan: “Biarkanlah unta
betina Allah! Jangan sekali-kali mengganggunya dan jangan juga menghalangi atau
mengambil minumannya pada hari yang ditetapkan khusus untuknya.”
Peringatan Nabi Shalih tidak digubris oleh kaumnya, Lalu mereka
mendustakannya yakni mengabaikan peringatannya menyangkut unta itu dan
menyembelihnya maka dibinasakanlah mereka oleh Tuhan mereka dengan suara
menggelegar atau dengan menjungkirbalikkan tanah tempat mereka berpijak
disebabkan dosa mereka, sehingga Dia Yang Maha Kuasa itu menyamaratakan mereka
dengan tanah atau menyamaratakan yang pria dan wanita, tua dan muda dalam siksa
dan Dia yakni Allah swt. Tidak takut yakni tidak peduli Terhadap akibatnya yakni
akibat penyiksaan itu.
ِ ٰ َ‫( نَا قَة‬naqatallahi), tanpa
Peringatan Nabi Shalih as. Yang menyatakan ‫ّللا‬
didahului oleh kalimat apapun, menunjukkan betapa cemas beliau melihat gelagat
kaumnya terhadap unta yang menjadi mukjizatnya itu. Seakan-akan ketika itu waktu
terlalu sempit dan mendesak sehingga beliau tidak berpanjang kata untuk
memperingatkan, karena beliau yakin bahwa begitu unta tersebut dianiaya, maka saat
itu juga ketetapan Allah menyangkut penyiksaan mereka sudah tidak dapat dielakkan
lagi.
Kata (‫عقَ ُر ْوهَا‬
َ ) aqaruhâ terambil dari kata (as) aqara. Dalam ayat ini demikian
juga dalam beberapa ayat yang lain dinyatakan bahwa "Mereka memotong unta itu,"
sedangkan dalam QS. al-Qamar [54]: 29 dinyatakan bahwa: "Mereka memanggil
kawannya yakni seorang terkemuka, yang perkasa di antara mereka lalu ia menangkap
unta itu dan memotongnya." Kedua ayat ini tidak bertentangan walaupun yang pertama
menginformasikan bahwa yang menyembelihnya banyak (mereka memotongnya) dan
yang kedua menyatakan seorang saja. Ini karena orang banyak itu merestui perbuatan
si penyembelih. Merekalah yang memanggil dan mendorong si penyembelih, bahkan
boleh jadi ikut membantu menangkap unta itu sebelum disembelih. Sejarawan Ibn Ishaq
mengemukakan bahwa ada yang melemparnya dengan anak panah, ada yang
memotong kakinya dan ada juga yang menyembelih lehernya dan ini agaknya menurut
Al-Biqâ'i sehingga ayat ini tidak menyatakan (‫ )فَ َن َح ُر ْوهَا‬fanaruha (menyembelihnya)
tetapi (‫ )فَ َعقَ ُر ْوهَا‬fa’aqaruha yang dari segi bahasa digunakan dalam arti memotong dan
yang biasanya bila dipahami dalam arti menyembelih maka penyembelihan dimaksud
bukan bertujuan sesuatu yang bermanfaat, tetapi untuk pengrusakan.
Kata (‫ )دَ ْمدَ َم‬damdama menurut sementara ulama berarti menggoncang bangunan
sehingga menjadi rata dengan tanah. Ada juga yang memahaminya dalam arti
meratakan dengan tanah. Apapun maknanya yang jelas ia merupakan siksaan total yang
menyeluruh dan menimpa semua yang terlibat.
Ayat di atas menunjuk orang yang paling celaka adalah penyembelih unta itu
bersama teman-temannya yang ikut menyembelih. Tetapi selain mereka pun celaka.
Bahwa penyembelihnya yang konon bernama Qudär Ibn Salif yang paling celaka, atau
bersama kelompoknya yang terlibat langsung, karena dia atau mereka yang tampil
menyembelih unta itu, dengan penuh kesadaran bermaksud menganiaya sambil
mendustakan Nabi Shalih as.
b. Tafsir afsir as-Sa'di

Kaum Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena melampaui batas,”


yakni karena tindakan mereka yang melampaui batas dan merasa tinggi hati
terhadap kebenaran serta sombong terhadap rasul mereka. “Ketika bangkit orang
yang paling celaka di antara mereka,” yakni orang paling sengsara di antara
penduduk kabilah tersebut yaitu Qudar bin Salif karena menyembelih unta ketika
mereka sepakat untuk itu dan mereka menyuruhnya lalu ia menunaikan perintah
mereka. “Lalu Rasul Allah, (Shaleh) berkata kepada mereka,” memberi peringatan,
“(Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya.” Artinya, waspadalah kalian,
jangan sampai menyembelih unta Allah yang dijadikan sebagai tanda-tanda
kebesaran Allah untuk kalian. Jangan kalian batasi nikmat Allah berupa meminum
susunya dengan menyembelihnya. Mereka pun mendustakan nabi mereka, Shaleh,
“dan menyembelih unta itu, maka Rabb mereka membinasakan mereka disebabkan
dosa mereka.” Allah membinasakan mereka dan meratakan siksaan pada mereka
semua.
Allah mengirim suara keras dari atas mereka dan goncangan dari bawah
mereka hingga mereka pun berjongkok di atas lutut tanpa seorang pun yang
memanggil dan menyahut. “Lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan
tanah),” yakni Allah meratakan mereka dalam siksaan, “dan Allah tidak takut
terhadap akibat tindakanNya itu,” yakni apa-apa yang menjadi akibat setelah
itu. Bagaimana Dzat Yang Maha Memaksa yang tidak satiu pun makhluk bisa
terlepas dari paksaan dan tindakanNya merasa takut. Mahabijaksana Allah
dalam segala hal yang diputuskan dan disyariatkanNya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Hukum rimba adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa paling berkuasa pada
keadaan tertentu. Sehingga hilanglah rasa kemanusiaan, dan kepedulian terhadap orang lain.
hal ini ditentang oleh agama islam, karena dengan hal itu muncul diskriminasi, perlakuan yang
semena mena dan tidak ada hak untuk bersuara.

Sebagaimana dalam quran surah al maidah ayat 32, bahwa setiap orang yang melakukan
keburukan maka dibalas dan mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya.
Begitupun sebaliknya, jika melakukan ssuatu kebaikan maka mendapatkan balasannya.
DAFTAR PUSTAKA

Satu, hukum.2020. hukum rimba. https://www.satuhukum.com/2020/04/hukum-rimba.html

Tafsir, alquran.2016. tafsir surat hud 61-68.https://tafsir.id/2016/09/tafsir-surat-hud-ayat-61-


68.html

Tafsir.com.https://tafsirq.com/

Tafsir ibnu katsir. 2015. http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-al-isra-ayat-


59.html

M Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, h. 302-303

Syakih muhammad syakir, Tafsir at thabari quran surah al maidah ayat 27-32. Pustaka azzam

Tafsir web, https://tafsirweb.com/12749-surat-asy-syams-ayat-11.html

Anda mungkin juga menyukai