Dosen Pengampu :
Muslih M. Ag.
Disusun oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan kita beribu ribu
nikmat, terutama nikmat iman, islam, ihsan. Sehingga, dengan rahmat dan keridhoanNya Kami
dapat menyusun makalah ini dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Begitupun kepada para
pembaca, yang agar Allah gerakkan selalu untuk senantiasa mengamali dalam kehidupan dari
makalah yang telah dibaca.
Solawat dan salam semoga tercurah kepada uswatun hasanah, Nabiyyina Muhammad Salallahu
‘alaihi wasallam. Semoga kita diberikan keistiqomahan untuk menjalankan sunnahnya hingga
akhir hayat, dan mendapatkan syafaat darinya. Aamiin
Disusunnya makalah ini, sebagai pemenuhan tugas mata kuliah tafsir ijtima’i, terutama hal ini
berfokus pada pembahasan hukum rimba dan tanggung jawab sebuah perbuatannya. Harapan
kami, semoga pembaca dapat memahaminya dan mengambil hikmah dari penulisan tersebut.
Kami memohon maaf, apabila terdapat kekurangan dalam penulisan, baik dari segi nama, gelar,
sumber, maupun isi makalah tersebut. Kami berharap pembaca dapat memakluminya dan bisa
divalidasi dari sumber yang tertera di akhir makalah.
Penyusun makalah
DiAFTAR ISI
Cover
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................... 6
A. ayat terkait hukum rimba dan pendapat mufassir ...................................................................... 6
1. Quran surah al maidah ayat 27 - 32 .................................................................................... 6
2. Qs hud ayat 61- 68 ........................................................................................................... 11
3. Quran surah al isra ayat 59 ............................................................................................... 14
4. Al haqqah ayat 5 .............................................................................................................. 20
5. Quran surah asy syams ayat 11-14 ................................................................................... 21
BAB III ............................................................................................................................................. 25
PENUTUP......................................................................................................................................... 25
Kesimpulan.................................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan para mufassir mengenai hukum rimba dan tanggung jawab
perbuatannya dalam alquran?
2. Bagaimana analisis penulis terkait hukum rimba dan tanggung jawab perbuatannya
C. Tujuan Penulisan
ۖ ََق إِذْ قَ َّربَا قُ ْربَانًا فَتُقُبِ َل ِم ْن أ َ َح ِد ِه َما َولَ ْم يُتَقَبَّ ْل ِمنَ ْاْل َخ ِر قَا َل ََل َ ْقتُلَنَّك
ِ علَي ِْه ْم نَبَأ َ ابْنَ ْي آ َد َم بِا ْلح
َ َواتْ ُل
َّ قَا َل إِنَّ َما يَتَقَبَّ ُل
ََّللاُ ِمنَ ا ْل ُمت َّ ِقين
َب ا ْلعَالَ ِمين َّ َّللا َر ُ ِي إِلَ ْيكَ َِل َ ْقتُلَكَ ۖ إِنِي أ َ َخ
َ َّ اف َ س ْطتَ إِلَ َّي يَدَكَ ِلت َ ْقتُلَنِي َما أَنَا بِبَاسِطٍ يَد َ َلَئِ ْن ب
َظا ِل ِمين َّ ب النَّ ِار ۚ َو ٰذَ ِلكَ ج ََزا ُء ال ِ صحَا ْ َ إِنِي أ ُ ِري ُد أ َ ْن تَبُو َء بِ ِإثْ ِمي َوإِثْ ِمكَ فَتَكُونَ ِم ْن أ
َس ِرين ِ صبَ َح ِمنَ ا ْل َخا ْ َ ط َّوعَتْ لَهُ نَ ْفسُهُ قَتْ َل أ َ ِخي ِه فَقَتَلَه ُ فَأ
َ َف
َعج َْزتُ أ َ ْن أَكُون َ َ س ْو َءةَ أ َ ِخي ِه ۚ قَا َل يَا َو ْيلَتَا أ
َ ْف يُ َو ِاري ِ َث فِي ْاَل َ ْر
َ ض ِليُ ِريَهُ كَي ُ َّللاُ غُ َرابًا يَ ْبح
َّ ث َ َفَبَع
ْ َ س ْو َءةَ أ َ ِخي ۖ فَأ ٰ
َصبَ َح ِمنَ النَّاد ِِمين َ ي َ ِمثْ َل َهذَا ا ْلغُ َرابِ فَأ ُ َو ِار
ض فَكَأَنَّ َما قَت َ َل ِ سا ٍد فِي ْاَل َ ْر َ َسا ِبغَي ِْر نَ ْف ٍس أ َ ْو ف
ً س َرائِي َل أَنَّه ُ َم ْن قَت َ َل نَ ْف
ْ ِعلَ ٰى بَنِي إ َ ِم ْن أَجْ ِل ٰذَ ِلكَ َكت َ ْبنَا
يرا ِم ْن ُه ْم ً ِت ث ُ َّم إِنَّ َكث
ِ اس ج َِميعًا ۚ َولَقَ ْد جَا َءتْ ُه ْم ُرسُلُنَا ِبا ْلبَ ِينَا َ َّاس ج َِميعًا َو َم ْن أَحْ يَا َها فَكَأَنَّ َما أَحْ يَا الن َ َّالن
ٰ
َس ِرفُون ِ بَ ْع َد ذَ ِلكَ فِي ْاَل َ ْر
ْ ض لَ ُم
Ayat 27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima
dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil).
Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah
hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Ayat 28. "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk
membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk
membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam".
Ayat 29. "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa
(membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan
yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim".
Ayat 30. Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh
saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang
yang merugi.
Ayat 31. Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi
untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat
saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat
seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena
itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal.
Ayat 32. Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa:
barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh)
orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia
telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan
seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan
(membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka
sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.
a. Tafsir al qurtubi
Dalam firman Allah dibahas dua masalah :
Pertama, “ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra adam habil dan kabil
menurut sebenarnya”. Hubungan ayat ini sama sama peringatan dari Allah terkait
pelanggaran janji dan kezaliman dilakukan oleh orang orang yahudi sama dengan
kezaliman yang dilakukan seorang putra adam. Bahwa perlakukan yahudi yang
hendak membunuh nabi muhammad, telah Allah ingatkan kembali bahwa, pada
seorang anak adampun melakukannya.
Hasan al bashri mengatakan bahwa, yang dimaksud dua putra adam adalah
bukan putra kandungnya melainkan dua kaum bani israil. Allah menjadikan contoh
kedengkian orang yahudi terhadap islam, lalu keduanya berkurban sementara
kurban itu hanya terdapat di kalangan bani israil.
Ibnu athiyah, mengatakan bahwa pendapat tersebut keliru, bagaimana mungkin
seorang bani israil tidak mengetahui cara mengubur di tanah, hingga dia mengikuti
cara burung gagak. Pendapat yang benar adalah dua putra kandung nabi adam.
Kurban qabil adalah segenggam benih dia adalah seorang petani. Ketika dia
menemukan sunbulah yang baik, dia memakannya dan mengurbankan benih yang
jelek. Sedangkan habil seorang pengembala, dia mengurbankan kambing, dan
diambilnya kambing yang paling baik. Maka kurban habil pun diterima. Ketika
qabil mengetahui kurban saudaranya diterima, dia merasa hasad sehingga dia ingin
membunuh habil “Aku pasti membunuhmu”.
Menurut Al Qurthubi mengatakan bahwa pendapat yang benar bahwa nabi
adam menikahkan anak laki lakinya dari kelahiran yang satu dengan anak
perempuannya dari kelahiran yang lain. sebagaimana dalil tersebut dalam Qs
Annisa ayat 1 :
ً ث ِم ْن ُه َما ِرج
ً َِاًل َكث
يرا َّ َاح َد ٍة َو َخلَقَ ِم ْنهَا َز ْو َجهَا َوب ُ َّيَا أَيُّهَا الن
ِ اس اتَّقُوا َربَّكُمُ الَّذِي َخلَقَكُ ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو
علَ ْيكُ ْم َرقِيبًا َ َّ َّسا َءلُونَ بِ ِه َو ْاَل َ ْرحَا َم ۚ إِن
َ ََّللا كَان َ َ َّللا الَّذِي ت
َ َّ سا ًء ۚ َواتَّقُواَ َِون
Ayat 28 : abu ja’far berkata bahwa seseorang yang terbunuh berkata, tidak akan
menggerakan tangannya untuk membunuh saudaranya, sebelum Allah
mengizinkannya. Sebagaimana hal ini dikuatkan oleh beberapa pendapat
Muhammad bin basyr dari Abdullah bin amr berkata, demi Allah seorang yang
terbunuh lebih kuat daripada yang membunuh, hanya saja dia mencegah berbuat
dosa untuk menggerakan tangan dengan membunuh saudaranya.
Al harits dari Mujahid berkata, tentang firman-Nya, “sungguh kalau kamu
menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, maka sekali-kali aku
tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu ia berkata,
"Diwajibkan bagi mereka bahwa jika salah seorang dari mereka hendak
membunuh seseorang, maka ia hendaknya membiarkannya dan tidak
mencegahnya.
Abu ja’far mengatakan pendapat yang paling benar adalah jika seseorang
diperlakukan zalim lalu berkata “aku tidak akan menggerakan tanganku ketika
kamu menggerakan tanganmu kepadaku”. Itu haram baginya untuk membunuh
saudaranya sebagaimana haram saudaranya membunuh dirinya.
Dalam ayat “sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seluruh
alam” maksudnya, aku takut kepada Allah jika menggerakan tanganku untuk
membunuhmu.
Ayat 29, ada beberapa pendapat terkait takwilan dari ayat ini
Musa bin harun berkata, dari ibnu mas’ud bahwa dosa membunuhku dan dosa
yang ada dipundakmu kamu menanggungnya. Maka kamu menjadi penghuni
neraka.
Al harits dari mujahid berkata, aku ingin kamu kembali dengan membawa
dosa karena membunuhku dan dosamu sendiri sebelum membunuhku.
Abu ja’far mengatakan pendapat yang paling benar adalah orang yang
membunuh, membawa dosa orang yang dibunuh beserta dosa dosanya yang
telah lalu (sebelum membunuh saudaranya).
Kami katakan bahwa ini merupakan pendapat yang benar, lantaran
adanya kesepakatan para ahli takwil, karena Allah SWT mengabarkan kepada
kita bahwa bagr setiap orang yang berbuat, terdapat balasan berupa pathala atau
siksa. Jika ketetapan-Nya kepada makhluk demikian adanya, maka dosa orang
yang dibunuh tidak bisa diambil oleh orang yang membunuh. Akan tetapi orang
yang membunuh disiksa karena dosanya melakukan pembunuhan yang
diharamkan dan semua dosa yang dilakukannya sendiri, bukan dosa yang
dilakukan oleh orang yang dibunuh.
Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Jarir menceritakan
kepada kami, sampai dari abdullah bahwa, Nabi SAW bersabda : 'Tidak ada
jiwa yang membunuh secara zhalim daripada anak Adam yang pertama
(Qabil) mendapat beban dosa darinya. Hal ini karena ia merupakan orang
yang pertama melakukan pembunuhan.'
Ayat 30
Abu ja’far berkata maksud dari firman “maka menganggap mudah” maka nafsu
mendatanginya. Ada beberapa riwayat yang berbede pendapat terkait ayat
tersebut.
Nashr bin abdirrahman sampai dari mujahid, bahwa beliau berkata
sebagaimana firmanNya “maka hawa nafsu qabil menganggap mudah”
maksudnya nafsunya telah mendorongnya.
Sebagian berpendapat bahwa ketika qabil membunuh saudaranya saat tidur
dengan batu. Ada beberapa pendapat terkait hal ini :
Muhammad bin umar bin ali dari abu juraij berkata, anak adam tidak
mengetahui cara membunuhnya. Maka iblis mengubah dirinya, menyerupai
seekor burung. Ia mengangkap burung lain dan menangkap kepalanya
diantara 2 batu dan memecahkannya. Iblis mengajari cara membunuhnya.
Abu ja’far berkata bahwa, perlakuan orang yang merugi adalah kerugian
kehidupannya baik di dunia dan di akhirat. Dan mereka tertipu dengan dunia.
Ayat 31
Al mutsanna dari al hasan berkata bahwa, peristiwa yang terjadi terkait dua
anak adam maka ambillah yang baik diantara perumpamaan tersebut.
Ayat 32
Dalam setiap perbuatan manusia, akan dibalas sesuai dengan apa yang
telah diperbuatnya. Pembunuhan yang dilakukan oleh qabil, menjadikannya
orang yang merugi di akhirat, Dan mendapat balasan dan siksa dari Allah.
Ayat 61. Dan kepada kaum Tsamu (Kami utus) saudara mereka, Saleh. Dia
berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada bagimu Tuhan yang berhak
disembah selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu
pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya kemudian bertobatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat dan memperkenankan (doa hamba-
Nya).
Ayat 62. Mereka (kaum Tsamud) berkata, “Wahai Saleh! Sungguh, engkau
sebelum ini berada di tengah-tengah kami merupakan orang yang diharapkan, mengapa
engkau melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami?
Sungguh, kami benar-benar dalam keraguan dan kegelisahan terhadap apa (agama)
yang engkau serukan kepada kami.”
Ayat 63. Dia (Saleh) berkata, “Wahai kaumku! Terangkanlah kepadaku jika aku
mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberi-Nya aku rahmat (kenabian) dari-
Nya, maka siapa yang akan menolongku dari (azab) Allah jika aku mendurhakai-Nya?
Maka (perintah) kamu (kepadaku) hanya akan menambah kerugian kepadaku.
Ayat 64. Dan wahai kaumku! Inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat
(yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi
Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan
menyebabkan kamu segera ditimpa (azab). ”
Ayat 65. Maka mereka membunuh unta itu, kemudian dia (Saleh) berkata,
“Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak
dapat didustakan.”
Ayat 66. Maka ketika keputusan Kami datang, Kami selamatkan Saleh dan
orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami dan (Kami selamatkan)
dari kehinaan pada hari itu. Sungguh, Tuhanmu, Dia Mahakuat lagi Mahaperkasa.
Ayat 67. Kemudian suara yang mengguntur menimpa orang-orang zalim itu,
sehingga mereka mati bergelimpangan di rumahnya,
Ayat 68. Seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu. Ingatlah,
kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, binasalah kaum Tsamud.
a. Tafsir al muyassar
Ayat 61, Dan kepada kaum Tsamud, Kami utus saudara mereka, Shalih. Dia
berkata : Hai kaumku, sembahlah Allah semata, tidak ada bagi kalian Ilah yang
berhak disembah selain Dia yang Mahaagung lagi Mahatinggi. Ikhlas-lah dalam
beribadah keapada-Nya. Dia-lah yang memulai peciptaan kalian dari tanah, yaitu
dengan menciptakan ayah kalian, Adam, dan menjadikan kalian sebagai
pemakmurnya (bumi). Maka mohonlah kepada Allah agar mengampuni dosa kalian
dan kembalilah kalian kepada-Nya dengan taubat yang baik. Sesungguhnya Rabbku
begitu dekat bagi orang yang ikhlas beribadah dan berharap taubat kepada-Nya. Dia
juga menjawab doa hamba yang berdoa kepada-Nya.
Ayat 62, Kaum Tsamud berkata kepada Nabi mereka, Shalih : Hai Shalih,
sesungguhnya kami berharap bahwa engkau akan menjadi pemimpin yang ditaati
di tengah-tengah kami sebelum engkau mengatakan hal tersebut. Apakah engkau
melarang kami untuk menyembah tuhan-tuhan kami yang telah turun-temurun
disembah oleh leluhur kami?? Sesungguhnya kami benar-benar ragu dan tidak
yakin dengan seruanmu (dakwahmu) kepada kami untuk beribadah hanya kepada
Allah semata.
Ayat 63, Nabi Shalih berkata kepada kaumnya : Hai kaumku, beritahukanlah
kepadaku, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Allah dan di antara bukti itu
bahwa Dia telah memberiku risalah kenabian dan hikmah. Maka siapakah yang
mampu mencegah siksa Allah yang diturunkan kepadaku, jika aku mendurhakai-
Nya dan tidak mau menyampaikan risalah serta nasihat kepada kalian?? Oleh
karena itu kalian tidak menambah apapun untukku selain kesesatan dan semakin
jauh dari kebenaran.
Ayat 64, Hai kaumku, ini adalah unta betina Allah, sebagai hujjah dan bukti
bagi kalian atas kebenaran seruanku itu. Maka biarkanlah ia mencari makan di bumi
Allah, maka kalian bukanlah yang memberinya rizki. Dan janganlah kalian
menyembelihnya, sesungguhnya jika kalian berbuat demikian, niscaya adzab yang
dekat dari Allah akan menimpa kalian siapa pun yang menyembelihnya.
Ayat 65, Mereka mendustakan Nabi Shalih, dan menyembelih unta itu. Berkata
Shalih kepada mereka: Nikmatilah hidup kalian di negeri kalian selama tiga hari,
karena sesungguhnya adzab Allah akan diturunkan sesudah hari itu. Itulah janji
Allah yang tidak dapat didustakan dan mesti terjadi.
Ayat 66, Maka ketika datang ketentuan kami, yaitu dengan membinasakan kaum
Tsamud, Kami selamatkan Shalih bersama orang-orang beriman yang bersamanya
dari adzab dengan rahmat Kami. Dan Kami juga menyelamatkan mereka dari
kebinasaan.
Ayat 67, Dan suara gutur yang sangat keras menimpa penduduk Tsamud yang
zhalim. Maka mereka mati di rumah-rumah mereka sendiri dengan cepat dan jatuh
bergelimpangan di atas wajah mereka tanpa gerakan.
Ayat 68, Karena cepatnya mereka mati dan binasa, seolah-olah tidak ada yang
pernah hidup di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud adalah penentang
ayat-ayat Allah dan hujjah-hujjah-Nya. Ketahuilah, mereka jauh tertolak untuk
mendapatkan rahmat Allah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud. Maka alangkah
sengsara dan hinanya mereka itu.
Hal ini membuktikan, setiap perbuatan buruk yang dilakukan suatu kaum
seperti halnya kaum tasmud yang membunuh unta karena menentang ajaran nabi
shaleh. Maka Allah timpakan azab untuk mereka.
ظلَ ُم ْوا ِبه ََۗا َو َما َ َاًل َّولُ ْو َۗنَ َو ٰات َ ْينَا ث َ ُم ْو َد النَّاقَةَ ُمب ِْص َرةً ف َ َّت ا َّ ًِٓل ا َ ْن َكذ
َ ْ ب ِبهَا ٰ ْ س َل ِب
ِ اًل ٰي ِ َو َما َمنَعَنَا ٓ ا َ ْن نُّ ْر
ت ا ًَِّل ت َ ْخ ِو ْي ًفا ٰ ْ س ُل ِب
ِ اًل ٰي ِ نُ ْر
4. Al haqqah ayat 5
Kesimpulan
Hukum rimba adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa paling berkuasa pada
keadaan tertentu. Sehingga hilanglah rasa kemanusiaan, dan kepedulian terhadap orang lain.
hal ini ditentang oleh agama islam, karena dengan hal itu muncul diskriminasi, perlakuan yang
semena mena dan tidak ada hak untuk bersuara.
Sebagaimana dalam quran surah al maidah ayat 32, bahwa setiap orang yang melakukan
keburukan maka dibalas dan mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya.
Begitupun sebaliknya, jika melakukan ssuatu kebaikan maka mendapatkan balasannya.
DAFTAR PUSTAKA
Tafsir.com.https://tafsirq.com/
M Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Quran, h. 302-303
Syakih muhammad syakir, Tafsir at thabari quran surah al maidah ayat 27-32. Pustaka azzam