Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TAFSIR AHKAM

AYAT TENTANG MEMELIHARA PANDANGAN DAN KEHORMATAN


(q.s An – Nur ; 30, 31, 58, 60)

Disusun Oleh :
Kelompok 8
Bella Fatricia (0203202021)
Siti Afsah (0203201035)
Muhammad Arya Anggiara (0203202020)

PRODI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia Nya  sehingga kami diberikan waktu dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah
Tafsir Ahkam dengan judul “Memelihara Pandangan dan Kehormatan”.
            Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Ahkam program studi
Hukum Tata Negara UIN Sumatera Utara – Medan. Kami menulis makalah ini untuk membantu
mahasiswa supaya lebih  memahami mata kuliah khususnya mengenai ayat ayat Al-Qur’an yang
membahas tentang Memelihara Pandangan dan Kehormatan.

            Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak termasuk teman-teman  yang telah
berpartisipasi dalam mencari bahan-bahan untuk menyusun tugas ini sehingga memungkinkan
terselesaikan makalah ini, meskipun banyak terdapat kekurangan.

            Akhir kata, kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan sumbangan
pikiran dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan kami. Oleh karena itu dengan terbuka dan senang hati kami menerima kritik dan
saran dari semua pihak.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Ada beberapa hal yang harus dijaga oleh Manusia ketika dia masih hidup dan berjalan di muka b
umi yang fana ini, salah keduanya adalah menjaga pandangan dan kemaluan. Hal tersebut sangat
lah penting bagi kita Manusia, khususnya umat Islam. Firman Allah SWT yang tertuang dalam A
l-Quran, sudah beberapa kali mengingatkan Manusia untuk menjaga dua hal tersebut. Sebab dua
hal tersebut akan membawa kemungkaran pada diri Manusia itu sendiri jika ia tidak bisa menjag
anya.
Nabi Muhammad SAW bersabda : “ Pandangan mata adalah panah beracun dari Iblis. Siapa yan
g meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan memberikan keimanan yang dir
asakan nikmatnya dalam hati “ (HR. HAKIM, THABRANI, dan BAIHAQI). Seorang Ulama ter
kemuka bernama Ismail Bin Katsir dalam bukunya “Ghad Al-Basar dalam Al-Quran Surat Annu
r ayar 30-31”, mengatakan bahwa : Pandangan adalah muara dari seluruh musibah yang menimp
a Manusia. Sebab pandangan bisa melahirkan pikiran-pikiran tertentu yang merujuk pada nafsu d
an syahwat.
Permasalahan dalam menjaga pandangan dan kemaluan bukanlah suatu hal sepele yang dapat di
abaikan, apalagi di zaman seperti ini. Banyak sekali perbuatan maksiat yang diawali dari tidak sa
nggupnya seorang anak manusia dalam menjaga pandangan dan kemaluannya. Oleh karena itu, d
alam pembahasan lebih lanjut mengenai “menjaga pandangan dan kemaluan” Pemakalah berhara
p kita semua dapat mengamalkan dan mengingat perintah yang sangat penting tersebut.
B. Rumusan Masalah.
Adapun rumusan masalah mengenai “Menjaga pandangan dan kemaluan adalah sebagai berikut
:

1. Pemaparan mengenai dalil Al-Quran yang membahas tentang menjaga pandangan dan ke
maluan
2. Pemaparan mengenai dalil dari Hadist mengenai hal tersebut
3. Menjelaskan Asbabun Nuzul dari ayat-ayar yang tertera (mengenai menjaga pandangan d
an kemaluan).
4. Melampirkan kosa kata rumit yang tertera dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut.

C. Tujuan Pembahasan.
Diharapkan setelah membahas dua permasalahan ini, kita bisa semakin teguh dalam menjaga di
ri kita dari perbuatan maksiat yang dimurkai oleh Allah SWT. Juga, kita dapat mengetahui apa sa
ja batasan yang harus kita jaga dalam hal pandangan dan kemaluan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan............................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................8
1. Ayat tentang memelihara pandangan dan kehormatan, QS. An-Nur ayat 30-31.................................8
 Tafsir Surat an-Nur ayat 30..........................................................................................................9
Asbabun Nuzul An’nur Ayat 30..........................................................................................................11
 Surat an-Nur ayat 31......................................................................................................................12
 Tafsir Surat an-Nur ayat 31........................................................................................................13
Asababun Nuzul surat An-Nuur ayat 31.............................................................................................14
An- Nur ayat 58......................................................................................................................................15
Tafsir surah an – nur ayat 58.............................................................................................................16
Asbabun nuzul An-Nur ayat 58..........................................................................................................17
Makna Hukum...................................................................................................................................18
An – nur ayat 60...................................................................................................................................18
Tafsir an-nur ayat 60..........................................................................................................................19
Makna Hukum...................................................................................................................................20
BAB III........................................................................................................................................................21
PENUTUP...................................................................................................................................................21
KESIMPULAN.........................................................................................................................................21
Daftar Pustaka.......................................................................................................................................21
BAB II

PEMBAHASAN

1. Ayat tentang memelihara pandangan dan kehormatan, QS. An-Nur ayat 30-
31

َ‫ت يَ ْغضُضْ ن‬ ِ ‫ َوقُلْ لِ ْل ُمْؤ ِمنَا‬٣٠ ‫ك َأ ْز َكى لَهُ ْم ِإ َّن هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما يَصْ نَعُو‬
َ ِ‫ار ِه ْم َويَحْ فَظُوا فُرُو َجهُ ْم َذل‬
ِ ‫ص‬ َ ‫قُلْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ يَ ُغضُّ وا ِم ْن َأ ْب‬
‫ظهَ َر ِم ْنهَا َو ْليَضْ ِر ْبنَ بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَى ُجيُوبِ ِه َّن َوال يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإال‬
َ ‫ظنَ فُرُو َجه َُّن َوال يُ ْب ِدينَ ِزينَتَه َُّن ِإال َما‬ ْ َ‫ار ِه َّن َويَحْ ف‬
ِ ‫ص‬َ ‫ِم ْن َأ ْب‬
ْ‫لِبُعُولَتِ ِه َّن َأوْ آبَاِئ ِه َّن َأوْ آبَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن َأوْ َأ ْبنَاِئ ِه َّن َأوْ َأ ْبنَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن َأوْ ِإ ْخ َوانِ ِه َّن َأوْ بَنِي ِإ ْخ َوانِ ِه َّن َأوْ بَنِي َأ َخ َواتِ ِه َّن َأوْ نِ َساِئ ِه َّن َأو‬
َ‫ت النِّ َسا ِء َوال يَضْ ِر ْبن‬ ِ ‫ظهَرُوا َعلَى عَوْ َرا‬ ِ ‫ت َأ ْي َمانُه َُّن َأ ِو التَّابِ ِعينَ َغي ِْر ُأولِي اإلرْ بَ ِة ِمنَ الرِّ َج‬
ْ َ‫ال َأ ِو الطِّ ْف ِل الَّ ِذينَ لَ ْم ي‬ ْ ‫َما َملَ َك‬
٣١( َ‫ِبَأرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن َوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِميعًا َأيُّهَا ْال ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

Artinya: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman"Agar mereka menjaga pandangannya, dan
memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Men
getahui apa yang mereka perbuat.” Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, "Agar mer
eka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhias
annya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudun
g ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mere
ka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau pu
tra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba s
ahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhada
p perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah me
reka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatl
ah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.

 Tafsir Surat an-Nur ayat 30


َ‫ار ِه ْم َويَحْ فَظُوْ ا فُرُوْ َجهُ ۗ ْم ٰذلِكَ اَ ْز ٰكى لَهُ ۗ ْم اِ َّن هّٰللا َ خَ بِ ْي ۢ ٌر بِ َما يَصْ نَعُوْ ن‬
ِ ‫ص‬َ ‫قُلْ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ يَ ُغضُّ وْ ا ِم ْن اَ ْب‬

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya,
dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat"(Q.S. an-Nur 30).

1. Dalam tafsir Muyassaarayat ini dijelaskan bahwa “Katakanlah wahai Nabi kepada oran
g-orang yang beriman hendaknya mereka menahan pandangan mereka dari apa yang diha
ramkan, yaitu melihat wanita-wanita dan aurat, serta memelihara kemaluan mereka dari h
al-hal yang diharamkan berupa perbuatan keji dan membuka aurat. Sebab, hal ini menjag
a kesucian jiwa dan melindungi kehormatan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang diperbuat oleh hamba-hambaNya. Oleh karena itu, hendaknya ia selalu merasa diaw
asi Allah dan takut kepada-Nya” (Al-Qarni, 2007: 123).
2. Sebagian ulama berpendapat bahwa “ Pandangan merupakan panah yang menembus k
e hati. Karena itu Allah menyuruh agar memelihara kemaluan, sebagaimana Dia menyuru
h menjaga pandangan yang merupakan pemicu untuk berbuat sesuatu yang tidak baik” (A
r-Rifa’i, 2000: 486).
3. Salah satu hadist dari riwayat Ath-Thabrani dalam (Az-Zuhaili, 2014: 2), dari Abd
ullah bin Mas’ud r.a., Rasulullah SAW bersabda,
“pandangan mata adalah anak panah iblis yang beracun. Barang
siapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku, aku menggantinya
dengan keimanan yang dapat ia rasakan manisnya di dalam hati”.
Maksudnya, pandangan mata terhadap perempuan yang bukan mahram dapat membangki
tkan kilatan api iblis yang membinasakan. Barang siapa yang meninggalkan hal tersebut,
Allah akan menggantinya dengan kehangatan iman.
Ayat di atas menggunakan kata )‫)نونمؤمال‬al-mukminun yang mengandung makna kemant
apan iman yang bersangkutan.

Kata (‫ )او ضغي‬yaghudhdhu terambil dari kata ( ‫ )ضغ‬ghadhdha


yang berarti menundukkan atau mengurangi. Yang dimaksud di sini adalah mengalihkan
arah pandangan serta tidak memantapkan pandangan dalam waktu yang lama kepada sesu
atu yang terlarang atau kurang baik.
Ayat ini tidak mengatakan bahwa orang-orang beriman harus menutup mata mereka, mel
ainkan bahwa mereka harus mengurangi atau mempersingkat pandangannya. Karena jika
seorang laki-laki ingin menutup matanya ketika melihat seorang wanita yang bukan muhr
imnya, niscaya tiadak akan bisa berjalan. Akan tetapi jika dia merendahkan pandanganny
a dan tidak memandang ke wajah dan tubuh si wanita, maka seolah-olah dia telah merend
ahkan pandangannya dan sama sekali menghapuskan apa-apa yang dilarang dari lingkup
pandangannya (Imani, 2006: 337).
4. Menurut Sayyid Rasyid Ridha yang dimaksud dengan memejamkan mata bukanlah ber
jalan dengan menundukkan kepala dan tidak memandang perempuan atau laki-laki yang
berlalu. Memejamkan sebagian mata artinya tidak terus menerus memandang dan melihat
aurat perempuan yang kebetulan terbuka. Pandangan yang terus menerus kepada auratlah
yang kita diperintahkan untuk memejamkannya (Ash-Shiddieqyi, 2000: 2813).
5. Kata )‫ (جورف‬furuj adalah jamak dari kata (‫ )جرف‬farj yang pada mulanya berarti celah di
antara dua sisi. Al-Qur’an menggunakan kata yang sangat halus itu untuk sesuatu yang sa
ngat rahasia bagi manusia, yakni alat kelamin.
Ayat diatas menggunakan kata (‫ )نم‬min ketika berbicara tentang (‫ )رصبأ‬abshar atau pand
angan-pandangan dan tidak menggunakan kata min ketika berbicara tentang )‫ (جورف‬fur
uj atau kemaluan. Kata min itu dipahami dalam arti sebagian. Ini agaknya disebabkan me
mang agama memberi kelonggaran bagi mata dalam pandangannya (Shihab,2012:525). U
lama sepakat tentang bolehnya melihat wajah dan telapak tangan wanita yang bukan mah
ram, tetapi sama sekali tidak memberi peluang bagi kemaluan untuk selain istri dan hamb
a sahaya yang bersangkutan.Dalam pendapat yang lain mengatakan bahwasannya muka d
an telapak tangan tidaklah termasuk aurat. Karenanya tidak haram jika melihat muka dan
telapak tangan dalam keadaan terbuka, kecuali kalau yang demikian itu menimbulkan kej
ahatan (Ash-Shiddieqyi, 2000: 2813).
6. Thabathaba’i memahami perintah memelihara furuj bukan dalam arti memeliharanya
sehingga tidak digunakan bukan pada
tempatnya, tetapi memeliharanya sehingga tidak terlihat oleh orang lain. Bukan dalam art
i larangan berzina (Shihab, 2012: 525).
7. Dalam kaidah hukum islam, terdapat aturan bahwa segala sesuatu yang dapat menghant
arkan seseorang pada perbuatan buruk atau haram, dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 32
telah dijelaskan tentang larangan mendekati zina, karena itu perbuatan keji. Zina memang
memiliki banyak sarana. Salah satunya adalah memandang lawan jenis secara bebas. Ole
h karenanya kita harus memperketat dan mengendalikan pandangan terhadap lawan jenis.
Awalnya mungkin memandang biasa tanpa berfikiran apa-apa, akan tetapi lama-kelamaa
n sangat mungkin juga pandangan tersebut berubah menjadi pandangan nafsu. Batasan ya
ng membedakan antara pandangan yang halal dan yang haram adalah pandangan pertama
yang tidak sengaja, dan karenanya ia tidak berdosa. Sementara pandangan kedua, mata m
engikuti ke arah objek yang dipandang maka perbuatan ini dicatat sebagai dosa. Hadist ri
wayat Ahmad dari Ali bin Abi Thalib r.a. Nabi Saw bersabda ,”Hai Ali, sungguh eng
kau mempunyai harta karun di surga dan engkau yang mempunyai dua tanduknya. Maka,
janganlah engkau ikuti pandangan pertama dengan pandangan berikutnya, karena yang
pertama itu untukmu, sedangkan yang berikutnya bukanlah untukmu” (Az-Zuhaili, 2014,
2).
8. Pada dasarnya menahan pandangan dan memelihara kemaluan adalah suci dan terhormat,
karena dengan demikian telah tertutup salah satu pintu kedurhakaan yang besar, yakni per
zinahan. Kemudian Rasulullah SAW diperintahkan menyampaikan tuntutan ini kepada or
ang-orang mukmin agar mereka melaksanakannya dengan baik dan hendaklah mereka ter
us awas dan sadar karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbu
at (Shihab, 2012: 589).
Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwasannya orang yang beriman harus bis
a menjaga pandangannya dan menjaga kemaluannya untuk menjaga kesucian jiwa dan ke
hormatannya. Karena Allah mengetahui apa yang kita perbuat.

Asbabun Nuzul An’nur Ayat 30 sebab-sebab turunnya surah an’nur ayat 30, Sebagaimana
diriwayatkan IBNU MADO’I dari ALI Bin ABI THOLIB, R H. Ada seorang laki-laki pada
massa Rosululloh Saw yang berjalan di kota madinah lalu laki-laki itu bertemu dengan seorang
perempuan keduanya saling menatap dan memandang karena saling terpesona laki-laki itupun
terus berjalan sambil memandangi perempuan itu dengan seksama yang akhirnya laki-laki itupun
menabrak sebuah dinding yang membuat hidungnya pecah dan berdarah “Aduh saki…ttt….!!!”
Lalu laki-laki itupun mengatakan pada dirinya sendiri “Aku tidak akan membasuh darahku
sebelum aku tanyakan, apa yang terjadi padaku ini kepada Rosululloh Saw” Kemudian laki-laki
itupun mendatangi Rosululloh dan menceritakan apa yang baru saja dia alami…!!! Lalu turunlah
ayat ini; Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang lelaki yang beriman supaya
mereka menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara
kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; sesungguhnya Allah Amat
Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang mereka kerjakan.

 Surat an-Nur ayat 31


‌‫ـض ِر ۡبنَ بِ ُخ ُم ِر ِه َّن ع َٰلى جُ ي ُۡوبِ ِه ۖ َّن‬ ۡ َ‫ار ِه َّن َويَ ۡحفَ ۡظنَ فُر ُۡو َجه َُّن َواَل ي ُۡب ِد ۡينَ ِز ۡينَتَه َُّن اِاَّل َما ظَهَ َر ِم ۡنهَا‌ َو ۡلي‬ ِ ‫ص‬ َ ‫ُضنَ ِم ۡن اَ ۡب‬ ۡ ‫ت يَ ۡغض‬ ِ ‫َوقُلْ لِّ ۡـل ُم ۡؤ ِم ٰن‬
‫َواَل ي ُۡب ِد ۡينَ ِز ۡينَتَه َُّن اِاَّل لِبُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو ٰابَ ِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو ٰابَٓا ِء بُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو اَ ۡبن َِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو اَ ۡبنَٓا ِء بُع ُۡولَتِ ِه َّن اَ ۡو اِ ۡخ َوانِ ِه َّن اَ ۡو بَنِ ۡۤى اِ ۡخ َوانِ ِه َّن اَ ۡو بَنِ ۡۤى اَ َخ ٰوتِ ِه َّن‬
ِ ‫اَ ۡو نِ َس ِٕٓاٮ ِه َّن اَ ۡو َما َملَـ َك ۡت اَ ۡي َمانُه َُّن اَ ِو ال ٰتّبِ ِع ۡينَ غ َۡي ِر اُولِى ااۡل ِ ۡربَ ِة ِمنَ ال ِّر َجا ِل اَ ِو الطِّ ۡف ِل الَّ ِذ ۡينَ لَمۡ يَ ۡظهَر ُۡوا ع َٰلى ع َۡو ٰر‬
‫ت النِّ َسٓا ِۖ‌ء َواَل‬
َ‫ن ؕ َوتُ ۡوب ُۡۤوا اِلَى هّٰللا ِ َج ِم ۡيعًا اَيُّهَ ۡال ُم ۡؤ ِمنُ ۡونَ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِح ُۡون‬ ‌َّ ‫ض ِر ۡبنَ بِا َ ۡر ُجلِ ِه َّن لِي ُۡـعلَ َم َما ي ُۡخفِ ۡينَ ِم ۡن ِز ۡينَتِ ِه‬ ۡ َ‫ي‬

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangann
ya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganl
ah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah sua
mi mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera-putera-putera suami mereka, atau sa
udara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara-saudara lelaki mereka, atau puter
a-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang merek
a miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakin
yua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepad
a Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung (Q.S. An-Nur : 31).

 Tafsir Surat an-Nur ayat 31


1. Dalam tafsir Muyassaar karya (Al-Qarni, 2007: 124) Ayat ini menjelaskan bahwa “ Dan
katakanlah wahai Nabi, kepada wanita -wanita muslimah hendaknya mereka menahan pa
ndangan dari apa yang diharamkan, yaitu melihat aurat serta menjaga kemaluan dari apa
yang diharamkan dan tidak menampakkan perhiasan kepada laki-laki asing, melainkan m
enutupinya dengan baju, jilbab, dan sebagainya yang dapat menutupi aurat perempuan.
Mereka wajib menutupkan penutup kepala mereka sampai ke dada sebagaimana penutup
muka agar maksud hijab ini bisa tercapai dan janganlah mereka menampakkan perhiasan
dan kecantikan mereka kecuali kepada suami mereka. Sebab suami boleh melihat apa yan
g tidak boleh dilihat oleh orang lain. Sedangkan sebagian anggota badan perempuan sepe
rti muka, leher, kedua tangan, dan kedua lengan boleh dilihat oleh ayah mereka, atau oleh
ayah suami mereka, atau oleh putra-putra mereka, atau oleh puta-putra suami mereka, ata
u oleh saudara laki-laki mereka, atau oleh putra-putra saudara laki-laki mereka, atau oleh
putra-putra saudara perempuan mereka, atau oleh wanita-wanita islam,bukan yang kafir,
atau budaknya, atau oleh lelaki yang tak memiliki syahwat kepada perempuan, atau anak-
anak kecil yang belum mengerti aurat perempuan dan tidak memiliki syahwat.
Dan janganlah wanita memukulkan kakinya ketika berjalan agar perhiasan, seperti gelang
kaki, yang ia sembunyikan di dengar orang lain. Kembalilah kalian semua, wahai orang-o
rang yang beriman, kepada ketaatan kepada Allah dengan melaksanakan segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Hiasilah diri kalian dengan tingkah laku yang ter
puji, dan jauhilah perbuatan-perbuatan jahiliyyah yang hina, keji, dan mungkar. Semoga
kalian mendapatkan keridhaan Allah dan surga-Nya dan meliputi kalian dengan rahmat-N
ya.
2. Menurut Al-Maraghi, ayat ini menerangkan bahwa Allah memerintahkan kepada wanit
a-wanita yang beriman untuk menundukkan pandangan sebagaimana diwajibkan atas par
a pria yang beriman, agar tidak melihat aurat orang lain dengan sengaja atau tidak sengaj
a, atau melihat sesuatu yang haram untuk dilihat. Begitu pula dalam ayat ini Allah memer
intahkan kepada wanita-wanita yang beriman untuk menjaga kehormatan dirinya dari ber
buat zina atau melakukan lesbi, dan mereka dilarang untuk menampakkan perhiasan-perh
iasannya kecuali yang biasa tampak, seperti cincin, celak mata, dan henna (Kemenag RI,
2012: 109).
3. Pendapat As-Syaukani Rahimahullah dalam Muhtadi, berpendapat bahwa dalam ayat
ini “dan katakanlah pada kaum mukminat” merupakan penegasan al-Qur’an akan kewaji
ban mereka menundukkan pandangan, karena pada ayat sebelumnya seruan juga ditujuka
n kepada wanita mukminah. Dan beginilah al-Qur’an dalam mengungkapkannya (Muhtad
i, 2004: 70).
Kata (‫ )ةنيز‬zinah adalah sesuatu yang menjadikan lainnya indah dan baik atau dengan kat
a lain perhiasan.
Kata (‫ )رمخ‬khumur adalah bentuk jamak dari kata (‫ )رامخ‬khimar
yaitu tutup kepala yang panjang. Sejak dahulu wanita menggunakan tutup kepala itu, han
ya saja sebagian mereka tidak menggunakannya untuk menutup tetapi membiarkan melili
t punggung mereka. Ayat ini memerintahkan mereka menutupi dada mereka dengan keru
dung panjang itu. Ini berarti kerudung itu diletakkan di kepala karena memang sejak sem
ula ia berfungsi demikian, lalu diulurkan ke bawah sehingga menutup dada.
Kata (‫ )بويج‬juyub adalah bentuk jamak dari (‫ )بيج‬jayb yaitu lubang di leher baju yang digu
nakan untuk memasukkan kepala dalam rangka memakai baju, yang dimaksud ini adalah
leher hingga ke dada. Dari jayb ini sebagian dada tidak jarang dapat tampak (Shihab, 201
2: 528).
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa sebelum diwahyukannya ayat ini, kaum wanita mema
kai kerudungnya dengan cara sedemikian rupa sehingga sebagian leher dan dada mereka t
erlihat. Lalu al-Qur’an menyuruh mereka mengenakan kerudungnya hingga menutupi bag
ian leher dan dada mereka yang terlihat itu.
Ulama telah sepakat mengatakan bahwa selain wajah, kedua telapak tangan, dan kedua te
lapak kaki dari seluruh badan wanita adalah aurat, tidak halal dibuka apabila berhadapan
dengan laki-laki asing.

Asababun Nuzul surat An-Nuur ayat 31 Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Asma’
binti Murtsid, pemilik kebun kurma, sering dikunjungi wanita-wanita yang bermain-main
dikebunnya tanpa berkain panjang sehingga kelihatan gelang-gelang kakinya. Demikian juga
dada dan sanggul-sanggul mereka kelihatan. Berkatalah Asma’: “Alangkah buruknya
(pemandangan) ini.” Turunnya ayat ini (QS: 24 An-Nuur: 31) sampai, … ‘auratin nisa’…  (…
aurat wanita…) berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang memerintahkan kepada kaum
Mukminat untuk menutup aurat mereka. [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil yang
bersumber dari Jabir bin ‘Abdillah].
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang wanita membuat dua kantong perak yang diisi
untaian batu-batu mutu manikam sebagai perhiasan kakinya. Apabila ia lewat dihadapan
sekelompok orang, ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah sehingga kedua gelang kakinya
bersuara karena turunlah kelanjutan ayat ini. (QS: 24 An-Nuur: 31) dari …wa la yadlirina bi
arjulihinn… (dan janganlah mereka memukulkan kakinya..) sampai akhir hayat, yang melarang 
wanita mengerak-gerak anggota tubuhnya untuk mendapatkan laki-laki. [diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir yang bersumber dari Hadlrami].

An- Nur ayat 58


َ ‫صال ِة ا ْلفَ ْج ِر َو ِحينَ ت‬
{ َ‫َضعُون‬ َ ‫ت ِمنْ قَ ْب ِل‬ َ ‫ستَْأ ِذ ْن ُك ُم الَّ ِذينَ َملَ َكتْ َأ ْي َمانُ ُك ْم َوالَّ ِذينَ لَ ْم يَ ْبلُ ُغوا ا ْل ُحلُ َم ِم ْن ُك ْم َث‬
ٍ ‫الث َم َّرا‬ ْ َ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا لِي‬
ُ ‫ط َّوافُونَ َعلَ ْي ُك ْم بَ ْع‬
‫ض ُك ْم َعلَى‬ َ َّ‫اح بَ ْع َدهُن‬
ٌ َ‫س َعلَ ْي ُك ْم َوال َعلَ ْي ِه ْم ُجن‬ َ ‫ت لَ ُك ْم لَ ْي‬ٍ ‫الث ع َْو َرا‬ُ َ‫صال ِة ا ْل ِعشَا ِء ث‬ َ ‫ثِيَابَ ُك ْم ِمنَ الظَّ ِهي َر ِة َو ِمنْ بَ ْع ِد‬
ِ ‫ض َك َذلِ َك يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم اآليَا‬
‫ت َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬ ٍ ‫} )بَ ْع‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kali
an miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kalian, meminta izin kepada kalian tiga k
ali (dalam satu hari) yaitu: Sebelum salat Subuh, ketika kalian menanggalkan pakaian (luar) kali
an di tengah hari, dan sesudah salat Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kalian. Tidak ada dosa atas ka
lian dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani, sebagian kalian 
(ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kali
an. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. Dan apabila anak-anak kalian telah samp
ai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin seperti orang-orang yang sebelum mereka
meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada kalian. Dan Allah Maha M
engetahui lagi Mahabijaksana. Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid da
n mengandung) yang tiada ingin berkawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan paka
ian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih
baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tafsir surah an – nur ayat 58
Tafsir Ibnu Katsir: Ayat yang mulia ini mencakup masalah permintaan izin kepada karib
kerabat, sebagian mereka atas sebagian yang lainnya. Pada awal Nurah telah disebutkan tata cara
meminta izin kepada ajaanih [bukan karib kerabat], sebagian mereka atas sebagian yang lainnya.
Allah memerintahkan kepada kaum Mukminin agar para pelayan yang mereka miliki dan anak-
anak yang belum baligh meminta izin kepada mereka pada tiga waktu:

1. Pertama, sebelum shalat shubuh, karena biasanya orang-orang pada waktu itu sedang
nyenyak tidur di pembaringan mereka.
َ ‫َضعُونَ ثِيَابَ ُكم ِّمنَ الظَّ ِه‬
2. Kedua, ‫ير ِة‬ َ ‫و ِحينَ ت‬ (“ketika
َ kamu menanggalkan pakaian [luar]mu di tengah
hari.”) yaitu pada waktu siang hari, karena pada waktu itu orang-orang melepas pakaian
mereka untuk bersantai bersama keluarga.
3. Ketiga, ‫صاَل ِة ا ْل ِعشَا ِء‬
َ ‫ َو ِمن بَ ْع ِد‬ (“sesudah shalat ‘isya’”) karena pada waktu itu adalah waktunya
tidur, pelayan dan anak-anak diperintahkan agar tidak masuk menemui ahli bait pada waktu-
waktu tersebut, karena dikhawatirkan seseorang sedang bersama istrinya atau sedang
melakukan hal-hal yang bersifat pribadi.
َ ‫ت لَّ ُك ْم لَ ْي‬
ٌ َ‫س َعلَ ْي ُك ْم َواَل َعلَ ْي ِه ْم ُجن‬
4. Oleh sebab itu Allah berfirman:  َّ‫اح بَ ْع َدهُن‬ ُ ‫ثَاَل‬ (“[Itulah] tiga aurat
ٍ ‫ث ع َْو َرا‬
bagimu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak [pula] atas mereka selain dari [tiga waktu] itu.”)
yakni jika mereka masuk pada waktu di luar tiga waktu tersebut, dan tidak ada dosa atas
kamu bila membuka kesempatan untuk mereka [masuk] dan tiada dosa atas mereka bila
melihat sesuatu di luar tiga waktu tersebut. Mereka telah diizinkan masuk menemui kalian,
karena mereka keluar masuk untuk melayanimu atau untuk urusan lainnya.
5. Para pelayan yang biasa keluar masuk diberi dispensasi yang tidak diberikan kepada selain
mereka. oleh karena itu, Imam Malik, Imam Ahmad dan penulis kitab Sunan meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw. bersabda tentang kucing: “Ia [kucing] tidaklah najis, karena ia selalu
berkeliaran di sekitar kalian.”
6. Ayat ini adalah ayat muhkam, tidak mansukh dan kaum Muslimin yang mengamalkannya
pun sangat sedikit, oleh karena itu ‘Abdullah bin ‘Abbas mengingkari perbuatan mereka itu.
Di antara bukti ayat ini muhkam yang tidak mansukh adalah firman Allah:  ‫ض ُك ْم‬ ُ ‫طَ َّوافُونَ َعلَ ْي ُكم بَ ْع‬
ِ ‫ض َك َذلِ َك يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم اآْل يَا‬
‫ت َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬ ٍ ‫ َعلَى بَ ْع‬ (“Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagimu.
Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”)
Mengingat ayat ini muhkam dan tiada yang me-nasakh-nya, sedangkan orang-orang sedikit
yang mengamalkannya, maka Abdullah ibnu Abbas mengingkari sikap mereka yang
demikian itu. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim yang mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu
Abdullah ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Luhai'ah, telah
menceritakan kepadaku Ata ibnu Dinar, dari Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan bahwa Ibnu
Abbas telah berkata, "Orang-orang meninggalkan tiga ayat, mereka tidak mau
mengamalkannya," yaitu firman Allah Swt.: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
budak-budak (lelaki dan wanita) yang kalian miliki meminta izin kepada kalian. (An-Nur:
58), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt. dalam surat An-Nisa, yaitu: Dan apabila
sewaktu pembagian itu hadir kerabat. (An-Nisa: 8), hingga akhir ayat. Dan firman Allah Swt.
di dalam surat Al-Hujurat, yaitu: Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian. (Al-Hujurat: 13)
Menurut lafaz lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, juga melalui hadis Isma'il ibnu
Muslim yang berpredikat daif, dari Amr ibnu Dinar, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu
Abbas, disebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan, "Setan telah mengalahkan
manusia terhadap tiga ayat, sehingga mereka tidak mengamalkannya, yaitu firman Allah
Swt.: 'Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang
kalian miliki meminta izin kepada kalian. (An-Nur: 58), hingga akhir ayat."

Asbabun nuzul An-Nur ayat 58 diturunkannya surat An-Nur ayat 58 ialah diriwayatkan


bahwa Rasulullah saw meminta seorang anak bernama Mujid dari kaum Anshar untuk pergi ke
rumah Umar bin Khattab untuk suatu keperluan.

Saat tiba, anak itu langsung mengetuk pintu dan masuk, padahal Umar di waktu itu sedang
istirahat tidur. Umar terbangun dan segera duduk, akan tetapi ia belum sempat menutupi
auratnya. Maka anak itu melihat apa yang tidak pantas dilihatnya. Atas kejadian itu Umar merasa
sangat menyesal. IA Ia berpikir alangkah baiknya jika Allah Swt menurunkan ayat tentang
melarang para bapak, anak-anak dan pembantu memasuki ke kamar kita pada waktu seperti ini,
kecuali setelah meminta izin terlebih dahulu. Lalu Umar bersama anak itu pergi ke rumah
Rasulullah. Di sana, ia mengetahui dari Rasulullah jika ayat mengenai itu sudah turun. Umar lalu
tersungkur sujud karena turunnya ayat ini. Karena inilah Allah menurunkan ayat mengenai adab
sopan santun dalam rumah tangga.

Makna Hukum
Ayat ini merupakan salah satu ayat yang mengarahkan manusia pada norma sosial dalam
lingkungan keluarga. Keberadaan hamba sahaya (pembantu) dan anak-anak kecil di rumah,
membuat mereka acapkali berkumpul dan bercampur baur. Terkadang, ada di antara mereka
yang masuk ke ruangan yang lain tanpa izin pada waktu-waktu yang disebutkan dalam ayat di
atas. Mengingat bahwa waktu-waktu tersebut adalah waktu-waktu untuk menyendiri, bebas
sendirian dan melepas pakaian rutin yang digunakan ketika berkumpul, maka ayat ini
mengharuskan orang-orang yang disebutkan dalam ayat untuk meminta izin masuk pada waktu-
waktu tersebut, agar mereka tidak melihat apa yang dianggap rahasia dan tidak pantas dilihat.
Karena hal itu merupakan aurat yang harus ditutup. Selain itu, ayat ini juga mengandung anjuran
kepada anggota keluarga agar memakai pakaian yang pantas ketika bertemu satu sama lain,
sehingga kehormatan, kebebasan, dan etika mereka terjaga. Demikianlah, al-Qur'ân sangatlah
pantas mengatur hal-hal yang mengangkat harkat moral ke tingkat yang tinggi semacam ini.

(Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah)

An – nur ayat 60
ٰ
ُ ‫ت بِ ِزينَ ٍة ۖ َوَأن يَ ْستَ ْعفِ ْفنَ خَ ْي ٌر لَّه َُّن ۗ َوٱهَّلل‬ َ َ‫ْس َعلَ ْي ِه َّن ُجنَا ٌح َأن ي‬
ٍ ۭ ‫ض ْعنَ ثِيَابَه َُّن َغي َْر ُمتَبَرِّ ٰ َج‬ َ ‫َو ْٱلقَ ٰ َو ِع ُد ِمنَ ٱلنِّ َسٓا ِء ٱلَّتِى اَل يَرْ جُونَ نِ َكاحًا فَلَي‬
‫َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬

Artinya: Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tia
da ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (ber
maksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Bijaksana.
Tafsir an-nur ayat 60
‫( َو ْالقَ ٰو ِع ُد ِمنَ النِّ َسآ ِء‬Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung))
Yakni wanita-wanita yang sudah tidak dapat haidh dan hamil karena usia mereka yang telah lanj
ut.

ٰ
‫(الّتِى اَل يَرْ جُونَ نِ َكاحًا‬yang tiada ingin kawin (lagi)) Yakni mereka tidak lagi menginginkannya keren
a usia mereka yang telah tua.

َ َ‫ْس َعلَ ْي ِه َّن ُجنَا ٌح َأن ي‬


‫ض ْعنَ ثِيَابَه َُّن‬ َ ‫(فَلَي‬tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka) Sebab par
a lelaki sudah tidak lagi memiliki keinginan untuk menikahi mereka. Yakni mereka boleh menan
ggalkan pakaian yang ada menutupi tubuh mereka yang nampak seperti jilbab dan lainnya, dan b
ukan pakaian yang menutupi aurat utama mereka.

ٍ ۭ ‫ (ۖ َغ ْي َر ُمتَبَ ِّر ٰج‬dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan) Yakni tanpa menampakka
‫ت بِ ِزينَ ٍة‬
n perhiasan mereka yang diperintahkan untuk ditutupi yang disebutkan dalam firman-Nya. maks
udnya tidak menampakkan perhiasannya kepada orang lain berupa tindakan menghiasi diri denga
n baju yang tampak (mencolok), menutup wajahnya, dan (tidak) menghentakkan kaki ke tanah su
paya diketahui perhiasan yang tersembunyi. Karena dengan perhiasan itu semata yang ada pada d
iri wanita, (walalupun ia sudah menutup dirinya, dan walalupun merupakan wanita yang sudah ti
dak diminati) dapat menimbulkan fitnah, dan menjerumuskan orang yang melihatnya ke dalam d
osa.

‫(ۗ وَأن يَ ْستَ ْعفِ ْفنَ خَ ْي ٌر لَّه َُّن‬


َ dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka) “kata isti’faf maknanya me
nciptakan ‘iffah (kehormatan) dengan melakukan sebab kausalitas yang dapat merealisasikannya
seperti menikah dan meninggalkan hal-hal yang ditakutkan menimbulkan fitnah

‫( َوهللاُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)

“dan Allah MahaMendengar,” semua suara “lagi MahaMengetahui,” niat-niat dan tujuan-tujuan.
Hendaknya mereka mewaspadai setiap perkataan dan tujuan yang jelek, dan hendaknya mereka
mengetahui bahwa Allah membalas perbuatan tersebut.
(Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir
Universitas Islam Madinah).

Makna Hukum
Wanita-wanita lanjut usia yang tidak berhasrat untuk menikah lagi, tidak berdosa bagi mereka jik
a tidak terlalu rapat dalam berpakaian dengan tidak menampakkan perhiasan berupa anggota tub
uh yang diperintahkan oleh Allah untuk disembunyikan. Meskipun demikian, sikap 'iffah (menja
ga diri) mereka untuk menutupnya secara sempurna lebih baik bagi mereka daripada membukany
a. Allah Maha Mendengar perkataan mereka lagi Maha Mengetahui segala perbuatan dan niat me
reka dan akan membalas itu semuaWanita-wanita lanjut usia yang tidak berhasrat untuk menikah
lagi, tidak berdosa bagi mereka jika tidak terlalu rapat dalam berpakaian dengan tidak menampak
kan perhiasan berupa anggota tubuh yang diperintahkan oleh Allah untuk disembunyikan. Meski
pun demikian, sikap 'iffah (menjaga diri) mereka untuk menutupnya secara sempurna lebih baik
bagi mereka daripada membukanya. Allah Maha Mendengar perkataan mereka lagi Maha Menge
tahui segala perbuatan dan niat mereka dan akan membalas itu semua.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Dalam al-Qur’a terkandung semua ajaran yang mencakup segala dimensi kehidupan manusia
agar dijadikan petunjuk dan rahmat, aturan hukum dan pedoman hidup.Ini berarti semua
manusia, khususnya umat Islam harus mematuhi ajaran dan hukum yang ada di dalamnya. Di
antara salah satu aturan hukum yang terdapat dalam al-Qur’an adalah perintah untuk memelihara
pandangan dan kehormatan seperti yabg terdapat dalam qs an Nur ayat 30, 31, 58, 60 dan
perintah tersebut ditujukan kepada orang-orang mukmin, baik laki-laki maupun perempuan.

Daftar Pustaka
http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-nur-ayat-58.html?m=1

https://risalahmuslim.id/quran/an-nuur/24-58/

https://islam.bangkitmedia.com/tafsir-surat-an-nur-ayat-30-31/

https://almuklas68.wordpress.com/2012/12/30/asbabun-nuzul-surah-annur-ayat-30/

https://mjna.my.id/asbabun_nuzul/view/24-31-31

Anda mungkin juga menyukai