Anda di halaman 1dari 24

3 Perumpamaan Sifat Manusia dalam Al-Qur’an

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

‫الحمد هلل الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله ولو كره المشركون أشهد أن ال إله غال هللا الواحد‬
‫ فيا أيها‬:‫اشهد أن محمدا عبده ورسوله بشيرا ونذيرا وداعيا إلى هللا بإذنه وسراجا منيراز أما بعد‬, ‫الصمد إياه نعبد وإياه نستعين‬
‫ َوأَ ْو َحى‬: ‫ فقد قال هللا سبحانه وتعالى فى كتابه العزيز‬.‫المسلمون رحمكم هللا أصيكم بنفسى بتقوى هللا فقد فاز فوزا عظيما‬
َّ ‫َربُّكَ ِإلَى النَّحْ ِل أ َ ِن ات َّ ِخذِي ِمنَ ْال ِج َبا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال‬
ُ ‫ش َج ِر َو ِم َّما َي ْع ِر‬
َ‫شون‬

Hadirin Jama’ah Jum’at di mulikan oleh Allah

Di dalam al-Qur’an ada tiga binatang kecil diabadikan ileh Allah menjadi nama surah, yaitu al-
Naml ( semut), al-‘Ankabut (laba-laba), dan al-Nahl (lebah). Ketiga binatang ini masing-masing
memiliki karakter dan sifat, sebagimana digambarkan oleh al-Qur’an. Dan hal itu patut dijadikan
pelajaran oleh manusia

Semut memiliki sifat suka menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya.
Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak
lebih dari satu tahun. Kelobaanya sedemikian besar sehingga ia berusaha memikul sesuatu yang
lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tidak itu tidak berguna baginya.

Hadirin Sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah!

Lain halnya dengan laba-laba, sebagaimana digambarkan dalam al-Qur’an bahwa sarang laba-
laba adalah tempat yang paling rapuh,

ِ ‫ت لَ َبيْتُ ْال َع ْن َكبُو‬


َ‫ت َل ْو كَانُوا َي ْعلَ ُمون‬ ِ ‫ت َب ْيتًا َو ِإ َّن أ َ ْو َهنَ ْالبُيُو‬ ِ ‫َّللاِ أ َ ْو ِليَا َء َك َمث َ ِل ْال َع ْن َكبُو‬
ْ َ‫ت ات َّ َخذ‬ ِ ‫َمثَ ُل الَّذِينَ ات َّ َخذُوا ِم ْن د‬
َّ ‫ُون‬

ia bukan tempat yang aman, apa pun yang berlindung di sana atau disergapnya akan binasa.
Jangankan serangga yang tidak sejenis, jantannya pun setelah selesai berhubungan disergapnya
untuk dimusnahkan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat
saling memusnahkan.

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa di dalam masyarakat atau rumah tangga yang
keadaannya seperti laba-laba; rapuh, anggotanya saling tindih-menindih, sikut menyikut seperti
anak laba-laba yang baru lahir. Kehidupan ayah dan ibu serta anak-anak tidak harmonis, antara
pimpinan dan bawahan saling curiga.

Sidang Jum’at Yang Dimuliakan oleh Allah

Akan halnya dengan lebah, memiliki insting yang sangat tinggi, oleh al-Qur’an digambarkan
sebagimana dalam Firmannya :

ُ ‫ت َفا ْسلُ ِكي‬


‫سبُ َل َر ِب ِك‬ ِ ‫)ث ُ َّم ُك ِلي ِم ْن ُك ِل الثَّ َم َرا‬68( َ‫شون‬ َّ ‫َوأ َ ْو َحى َربُّكَ ِإلَى النَّحْ ِل أ َ ِن ات َّ ِخذِي ِمنَ ْال ِج َبا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال‬
ُ ‫ش َج ِر َو ِم َّما َي ْع ِر‬
َّ َ ً َ َ
َ‫اس إِ َّن فِي ذلِكَ َليَة ِلق ْو ٍم يَتَفَك ُرون‬ َّ ْ َ
ِ ‫ف أل َوانُهُ فِي ِه ِشفَا ٌء ِللن‬ ْ
ٌ ‫طو ِن َها ش ََرابٌ ُمخت َ ِل‬ ُ ُ‫ذُلُ ًال يَ ْخ ُر ُج ِم ْن ب‬

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-


pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”. kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari
perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan
dalam lokasi. Yang dimakannya adalah kembang-kembang dan tidak seperti semut yang
menumpuk-numpuk makanannya, lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya itulah
menjadi lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sebagai penerang
dan obat. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja dan segala yang tidak berguna
disingkirkan dari sarangnya. Ia tidak mengganggu yang lainnya kecuali yang mengganggunya,
bahkan kalaupun menyakiti (menyengat) sengatannya dapat menjadi obat.
Oleh karenanya, wajarlah kalau Nabi mengibaratkan orang mukmin yang baik seperti lebah,
sebagaimana dalam sabdanya:

‫ مثل المؤمن مثل النحلة ال تأكل إال طيبا وال تضع إال طيبا وإن وقعت فى شئ ال تكسر‬: ‫قال رسول هللا صم‬.

Rasulullah bersabda: Perumpaan seorang mukmin adalah seperti lebah. Ia tidak makan kecuali
yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang baik, dan bila berada pada suatu tempat tidak
merusak”

Hadirin Jama’ah Jumat Yang Dimuliakan Oleh Allah

Dalam kehidupan kita di dunia ini contoh-contoh di atas seringkali diibaratkan dengan berbagai
jenis binatang. Bahkan kalau manusia tidak mengetahui posisinya sebagai makhluk yang
memiliki aturan dalam hal ini petunjuk-petunjuk agama bisa saja menempati posisi lebih rendah
dari binatang bahkan lebih sesat dari binatang.

Jelas ada manusia yang berbudaya semut, yaitu suka menghimpun dan menumpuk materi atau
harta (tanpa disesuaikan dengan kebutuhan. Menumpuk-numpuk harta tanpa ada pemanfaatan
dalam agama (dalam bentuk zakat dan sadaqah) tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari
budaya tersebut. Pemborosan adalah termasuk budaya tersebut di atas yaitu hadirnya berbagi
benda baru yang tidak dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup bagus
untuk dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat
kita, banyak semut-semut yang berkeliaran.

Di dalam al-Qur’an dijelaskan tentang sekelompok manusia yang akan tersiksa di akhirat, karena
mereka bekerja keras tanpa mempertimbangkan akibat buruknya:

‫)ت ُ ْس َقى ِم ْن َعي ٍْن َءانِيَ ٍة‬4(ً‫اميَة‬ ْ َ‫)ت‬3(ٌ‫َاصبَة‬


ً ‫صلَى ن‬
ِ ‫َارا َح‬ ِ ‫املَةٌ ن‬
ِ ‫) َع‬2(ٌ‫ُو ُجوهٌ يَ ْو َمئِ ٍذ خَا ِشعَة‬

“banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang
sangat panas diberi minum (dengan air) dari sumer yang sangat panas”

Menurut riwayat ayat di atas menunjuk kepada sekelompok manusia yang dalam kehidupan
dunia melakukan kegiatan yang menjadikan badan mereka letih dan capek, tetapi kegiatan
mereka tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam, yaitu yang bersangkutan lengah dari
kewajiban keagamaannya. Mereka menjadi budak harta, tergila-gila dengannya sehingga
melupakan segala sesuatu, sehingga di akhirat mereka masuk ke dalam neraka.

Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada disekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi
butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah siapa yang
mereka jadikan mangsa, siapa lagi yang akan ditipu, dan bagimana cara mengambil hak orang.

Hadirin Sidang Jum’at

Demikian pula di dalam masyarakat kita berapa banyak manusia-manusia lebah, tidakkah lebih
banyak manusia-manusia semut atau manusia laba-laba. Manusia lebah itu adalah mereka yang
tidak boros, tidak suka makan atau mengambil haknya orang, yang dimakannya adalah saripati
bunga, dan ketika mengambil saripati itu tidak menjadikan bungan itu rusak atau tidak menjadi
buah.

Itulah gambaran orang mukmin yang baik tidak memakan makanan yang haram, mengambil
uang negara untuk kepentingan diri sendiri. Kemudian apa yang keluar dari mulutnya bukan
sesuatu yang menyakiti persaaan tetapi sesuatu yang menyejukkan dan menyenangkan. Dan bila
berada pada suatu tempat atau daerah tidak menjadi pengacau dan penyebab kericuhan. Tetapi
justru kehadirannya sangat diharapkan oleh orang banyak.

Oleh karenanya, dalam kesempatan ini marilah kita merenungkan dan mencontoh sifat-sifat yang
dimiliki oleh lebah itu, tidak menconoth sifat-sifat semut dan laba-laba, sehingga kita dapat
mendapatkan nikmatnya kehidupan di dunia ini, lebih-lebih nikmatnya kehidupan yang abadi di
akhirat nanti yaitu surga. Amin.

‫أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫وسارعوا إلى مغفرة من ربكم وجنة عرضها السموات واألرض أعدت للمتقين‬

‫بارك هللا لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وإياكم من اَليات والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم إله هو الغفور الرحيم‬

Nasihat Agung Bagi Seluruh Manusia


Oleh: Syahrul Ramadhon

‫ض ِل ْل‬ ْ ُ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن ي‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬،‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬ ِ ‫س ِيئَا‬ َ ‫ش ُر ْو ِر أ َ ْنفُسِ نَا َو ِم ْن‬ ُ ‫إِ َّن ْال َح ْمدَ ِ َّّلِلِ نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُر ْه َونَعُوذ ُ بِاهللِ ِم ْن‬
‫سالَ ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ِه‬ َّ ‫صالَة ُ َوال‬ َّ ‫ َوال‬. ُ‫س ْولُه‬ ُ ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ دَهُ الَ ش َِريْكَ لَهُ َوأَ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر‬.ُ‫ِي لَه‬ َ ‫فَالَ هَاد‬
َ
‫ص ِل َعلى ُم َح َّم ٍد‬ َّ َ
َ ‫ الل ُه َّم‬.‫س ِل ُم ْوا تَ ْس ِل ْي ًما‬ َ
َ ‫صل ْوا َعل ْي ِه َو‬ ُّ َّ َ َ
َ ‫ يَا أيُّها ال ِذيْنَ َءا َمنُ ْوا‬،ِ‫صل ْونَ َعلى النَّبِي‬ َ ُّ َ َ
َ ُ‫أ َّما بَ ْعد ُ؛إِ َّن هللاَ َو َمالئِ َكتَهُ ي‬. ‫صحْ بِ ِه‬ َ ‫َو‬
‫ار ْكتَ َعلَى‬ َ َ‫ب‬
َ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬َ ٍ
‫د‬ ‫م‬
َّ ‫ح‬
َ ِ ‫م‬ ُ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫ع‬َ ‫و‬ ٍ
‫د‬
َ َ ‫م‬
َّ ‫ح‬ ‫م‬ُ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫ك‬ْ ‫ار‬ ‫ب‬
َ
ِ َ ‫و‬ .ٌ ‫د‬ ‫ي‬
ْ ‫ج‬ ‫م‬
ِ َ ٌ ‫د‬ ‫ي‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ح‬
َ َ‫ك‬ َّ ‫ن‬‫إ‬ ، ‫ْم‬‫ي‬
ِ َ َ ِ ِ‫ه‬ِ ‫ا‬ ‫ْر‬
‫ب‬ ‫إ‬ ‫ل‬‫آ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫و‬ ‫ْم‬
َ َ َ ِ ‫ي‬‫ه‬ِ ‫ا‬ ‫ْر‬‫ب‬ ‫إ‬ ‫ى‬َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ َ‫ْت‬‫ي‬َّ ‫ل‬ ‫ص‬
َ َ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬َ ‫د‬ٍ ‫م‬
َّ َ ِ َ‫َو َعل‬
‫ح‬‫م‬ُ ‫ل‬ ‫آ‬ ‫ى‬
ٌ‫ إِنكَ َح ِم ْيد ٌ َم ِج ْيد‬،‫إِب َْرا ِهي َْم َو َعلَى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‬
َّ

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Segala puji marilah kita haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat-
Nya kepada kita sehingga sampai saat ini kita masih bisa memenuhi undangan-Nya untuk
menghadiri sholat jumat berjama’ah di masjid ini.

Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beliaulah
sang penutup para nabi dan imamnya orang-orang yang bertaqwa serta suri tauladan bagi seluruh
umat manusia

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’id bahwasannya jibril as pernah datang kepada Rasulullah SAW
kemudian berkata:

‫ي بِ ِه‬ ِ َ‫ َوأَحْ بِبْ َم ْن أَحْ بَبْتَ فَإِنَّكَ ُمف‬، ٌ‫ش َما ِشئْتَ فَإِنَّكَ َم ِيت‬
ٌّ ‫ َوا ْع َم ْل َما ِشئْتَ فَإِنَّكَ َمجْ ِز‬، ُ‫ارقُه‬ ْ ‫ ِع‬، ُ ‫يَا ُم َح َّمد‬

“Ya Muhammad hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati, dan cintailah
siapapun yang engkau mau tapi engkau akan berpisah dengannya, dan bekerjalah sesukamu tapi
sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya”

Sidang jama’ah sholat jumat rahimakumullah

Hadits di atas mengandung tiga nasihat agung, yaitu: Yang Pertama adalah: ٌ‫ش َما ِشئْتَ َفإ ِ َّنكَ َم ِيت‬
ْ ‫ِع‬
(hiduplah sesukamu tapi sesungguhnya engkau akan mati) sebagian ulama’ berkata bahwasannya
kalimat ini merupakan ancaman, penakut-nakutan, serta peringatan bahwasannya kita semua
akan mati, hal ini sudah ditegaskan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya yang berbunyi:

‫… ُك ُّل نَ ْف ٍس ذَائِقَتُ ال َم ْوت‬.

“Setiap yang bernyawa pasti akan mati” (QS. Al-Ankabut: 57)”

Sekarang setelah kita tahu bahwasannya setiap kita pasti akan mati, maka yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah sudah siapkah kita untuk menghadap Dzat yang Maha kuasa? Bekal
apakah yang telah kita persiapkan untuk menghadapi persidangan-Nya? Apakah harta, pangkat
dan kekuasaan, anak-anak kita yang sukses, istri kita yang cantik, atau gelar kesarjanaan yang
menempel di nama kita? Apakah itu yang kita persiapkan untuk menghadapi persidangan Dzat
yang Maha adil? Sungguh kita akan rugi besar jika hanya itu yang kita persiapkan untuk
menghadapi pengadilan-Nya, bahkan kita akan celaka karenanya. Karena di akhirat kelak
manusia akan ditanyai tentang empat perkara:

1. Tentang umurnya, untuk apa dia habiskan?


2. Tentang hartanya, dari mana dia dapatkan serta di mana dia belanjakan?
3. Tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan?
4. Tentang ilmunya, untuk apa dia amalkan?

Itulah pertanyaan-prtanyaan yang akan dilontarkan kepada kita kelak, bukan berapa
kekayaanmu? Bukan apa pangkatmu di tempat kerja atau organisasimu? Apakah kamu seorang
Sarjana, master, doctor, ataukah professor? Oleh karena itu mumpung kita masih hidup di dunia
ini dan masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri marilah kita mempersiapkan bekal
yang terbaik untuk bekal kita di akhirat kelak. Apa bekal yang terbaik itu? Bekal terbaik bagi
manusia untuk menghadapi persidangan Allah SWT ialah hanya taqwa. Sebagaimana firman
Allah SWT di dalam surat Al-Baqarah: 197

‫َوتَزَ َاود ُْوا فَإِ َّن َخي َْر زَ ا ِد التَ ْق َوى‬

“Berbekallah kamu karena sebaik-baik bekal adalah taqwa”

ِ ‫( َوأَحْ ِببْ َم ْن أَحْ بَ ْبتَ فَإِنَّكَ ُم َف‬dan cintailah siapapun yang engkau mau
Pesan yang kedua adalah ُ‫ارقُه‬
karena sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya) di sini kita diperbolehkan
mencintai siapapun yang kita mau namun perlu kita ingat juga bahwasannya kita akan berpisah
dengannya. Baik itu perpisahan yang bersifat selamanya yang berupa kematian atau yang bersifat
sementara seperti perpisahan kita dengan rekan kerja kita yang mendapat tugas untuk bekerja di
tempat lain.

Oleh karena itu hendaknya kita didalam mencintai seseorang itu sewajarnya saja jangan sampai
kecintaan kita kepada seseorang itu melebihi kecintaan kita kepada Allah SWT. Karena salah
satu ciri orang yang beriman adalah dia sangat mencintai Allah SWT melebihi kecintaan dia
kepada istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, dan yang lainnya. Allah SWT berfirman

َ َ‫َّللاِ َوالَّذِينَ آ َمنُوا أ‬


ِ‫شدُّ ُحبا ِ َّّلِل‬ َّ ‫ب‬ ِ ‫َّللاِ أ َ ْندَادًا ي ُِحبُّونَ ُه ْم َك ُح‬ ِ ‫اس َم ْن يَت َّ ِخذ ُ ِم ْن د‬
َّ ‫ُون‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah SWT. Adapun orang-orang yang
beriman Amat sangat cintanya kepada Allah SWT. ” (QS. Al-Baqarah: 165)

Karena dengan mencintai Allah SWT melebihi selain-Nya kita akan merasakan nikmatnya Iman
sebagaimana sabda Rasulullah SAW

‫سولُهُ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه‬ َّ َ‫ان أ َ ْن يَ ُكون‬


ُ ‫َّللاُ َو َر‬ ِ َ‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َجدَ َحالَ َوة‬
ِ ‫اإلي َم‬ ٌ َ‫ ثَال‬: ‫َع ْن أَبِى قِالَبَةَ َع ْن أَن ٍَس َع ِن النَّبِ ِى صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬
‫ف في النَّار‬ َ َ‫ َوأ َ ْن َي ْك َرهَ أ َ ْن َيعُودَ في ْال ُك ْف ِر َك َما َي ْك َرهُ أ َ ْن يُ ْقذ‬، ِ‫ َوأ َ ْن ي ُِحبَّ ْال َم ْر َء الَ ي ُِحبُّهُ ِإالَّ ِ َّّلِل‬، ‫ِم َّما ِس َوا ُه َما‬

“Tiga hal yang apabila seseorang itu memilikinya maka dia akan merasakan nikmtnya iman:
hendaknya dia mencintai Allah SWT dan rasul-Nya melebihi kecintaan dia kepada selain
keduanya, hendaknya dia tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah, hendaknya dia
tidak kembali kepada kekufuran (setelah dia beriman) seperti dia benci dilemparkan ke neraka”.

Sidang jama’ah sholat jumat rahimakumullah

ٌّ ‫( َوا ْع َم ْل َما ِشئْتَ فَإِنَّكَ ُمجْ ِز‬dan bekerjalah sesukamu tapi


Dan nasihat Jibril yang ketiga adalah ‫ي بِ ِه‬
sesungguhnya engkau akan dibalas dengannya) ini merupakan sebuah peringatan yang besar bagi
kita bahwasannya kita semua sebagai manusia pasti akan dimintai pertanggung jawaban oleh
Allah SWT atas segala apa yang telah kita lakukan di dunia ini, Manusia adalah makhluk yang
paling sempurna yang diciptakan Allah SWT sehingga manusia diberi kedudukan yang lebih
tinggi dari makhluk Allah SWT yang lain, karena manusia dianugerahi otak yang mampu
berfikir sehingga manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Karena manusia adalah makhluk yang
berakal sehingga manusia dituntut untuk berfikir dahulu sebelum dia melakukan suatu amalan
atau perbuatan, apakah amalan ini bertentangan dengan apa yang diperintahkan Allah SWT atau
tidak?

Atau bahkan amalan tersebut termasuk amalan yang dilarang oleh Allah? Oleh karena itu
hendaknya kita senantiasa untuk mengerjakan amal sholih agar kita tidak dikembalikan Allah
SWT kepada tempat yang paling rendah yaitu neraka jahannam. Sebagaimana firman Allah SWT
di dalam surat At-Tin ayat 4-6. ô

ٍ ُ‫ت فَلَ ُه ْم أَجْ ٌر َغي ُْر َم ْمن‬


‫ون‬ َّ ‫سافِلِينَ إِ َّال الَّذِينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫س ِن ت َ ْق ِويم ث ُ َّم َردَدْنَاهُ أ َ ْسفَ َل‬
َ ْ‫سانَ فِي أَح‬ ِ ْ ‫لَقَدْ َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اإل ْن‬

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (5)
Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), (6) Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya.”

Menuju Manusia Terbaik

‫ المقدس فال تقرب‬،‫ و الحمد هلل المنزه عن أن يكون له نظراء وأشباه‬،‫ وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‬,‫الحمد هلل الذي هدانا لهذا‬
ً ‫ وجعل له أصحابا‬،‫ فأرسل به محمد – صلى هللا عليه وسلم – واصطفاه‬،‫ الذي اختار اإلسالم دينا ً وارتضاه‬،‫الحوادث حماه‬
‫ فصلى هللا عليه وعلى آله‬،‫ وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى إلى الحق واقتفاه‬،‫فاختار كالً منهم لصحب ته واجتباه‬
‫ ويجزل لنا النصيب من قسمه } َيا أَيُّ َها‬،‫ أحمده على نعمه كلها حمدا ً يقتضي الزيادة من نعمه‬،‫وأصحابه صالة توجب لهم رضاه‬
َ ً‫َّللاَ َوقُولُوا قَ ْوال‬
‫سدِيدًا‬ َّ ‫(الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬۷٠) } ‫سولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬ ُ ‫َّللا َو َر‬ َ َّ ‫صلِحْ لَ ُك ْم أ َ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر َل ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َمن ي ُِط ْع‬
ْ ُ‫ي‬
{ }‫ور َّر ِحي ٌم‬ َّ ‫شونَ ِب ِه َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم َو‬
ٌ ُ‫َّللاُ َغف‬ ُ ‫ورا ت َ ْم‬ ً ُ‫سو ِل ِه يُؤْ تِ ُك ْم ِك ْفلَي ِْن ِمن َّرحْ َمتِ ِه َو َيجْ َعل لَّ ُك ْم ن‬ َّ ‫{ َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
ُ ‫َّللاَ َو ِآمنُوا ِب َر‬
َ َّ
‫َّللا‬ ‫اتَّقُوا‬ ‫آ َمنُوا‬ َ‫الَّذِين‬ ‫أَيُّ َها‬ ‫يَا‬
َ‫ير ِب َما تَ ْع َملُون‬ َ ‫ت ِلغَ ٍد َواتَّقُو‬
َّ ‫َّللاَّ ِإ َّن‬
ٌ ‫َّللاَ َخ ِب‬ ْ ‫س َّما قَدَّ َم‬ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ ُ ‫َو ْلت َن‬

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada
hari yang berbahagia ini melainkan kata-kata syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan
dan mencucurkan berbagai kenikmatan kepada kita semua, sehingga kita semua dapat berkumpul
dalam majelis ini dalam keadaan sehat wal ‘afiyat. Dan marilah kita merealisasikan rasa syukur
kita dengan menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Sholawat seiring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan insya Allah SWT terlimpah pula
kepada kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha untuk meneladani Beliau. Amin.

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Sebelum khatib menyampaikan khutbahnya, sudah barang tentu menjadi kewajiban seorang
khatib untuk menyampaikan wasiat taqwa. Marilah senantiasa kita tingkatkan mutu kualitas iman
dan taqwa kita kepada Allah SWT, karena iman dan taqwa itulah satu-satunya bekal bagi kita
untuk menuju kehidupan yang kekal dan abadi yakni kehidupan akhirat.

‫ون يَا أ ُ ْو ِلي األ َ ْلبَاب‬ َّ ‫َوت َزَ َّود ُواْ فَإ ِ َّن َخي َْر‬
ِ ُ‫الزا ِد الت َّ ْق َوى َواتَّق‬

“Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku
wahai orang-orang yang berakal”. (QS. Al-Baqoroh: 197)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Allah SWT. berfirman dalam surat At-tin ayat 3-4:

َ ‫س ِن ت َ ْق ِو ٍيم ث ُ َّم َردَدْنَاهُ أَ ْسفَ َل‬


َ‫سافِلِين‬ َ ْ‫سانَ فِي أَح‬ ِ ‫لَقَدْ َخلَ ْقنَا‬
َ ‫اإلن‬

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian
Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”,

Dalam surat At-Tin di atas Allah SWT menggambarkan tentang dua keadaan manusia, yang
pertama yakni manusia Ahsani taqwim (manusia yang paling baik) kemudian yang kedua yakni
manusia Asfala safilin (manusia yang paling rendah).
Dalam tafsir Jalalain disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah manusia yang memilki bentuk
yang paling baik dibandingkan dengan makhluk yang lain, sedangkan Asfal safilin adalah
gambaran manusia pada saat usia tuanya yang tidak lagi mampu untuk mengerjakan aktifitas
sehari-hari sebagaimana yang dilakukan pada waktu mudanya. Kemudian tafsir ini melanjutkan
bahwa pahala dan dosa itu diberikan oleh Allah SWT pada saat seseorang itu mulai aqil balig
lebih-lebih pada waktu mudanya.

Kemudian dalam tafsir Muyassar disebutkan bahwa Ahsani taqwim adalah sama pengertiannya
dalam tafsir Jalalain yakni manusia memiliki bentuk paling baik dibandingkan dengan makhluk
yang lain, sedangkan pengertian Asfala safilin sendiri adalah manusia yang tidak taat pada Allah
SWT dan rasul-Nya, kelak akan dikembalikan pada tempat yang paling buruk dari pada tempat
yang lain yakni neraka jahannam yang panas lagi berkobar-kobar apinya.

Dan sebaliknya manusia yang mentaati perintah Allah SWT dan rasul-Nya serta menjauhi segala
larangannya, akan ditempatkan pada tempat yang paling indah yakni surga yang didalamnya
penuh dengan kenikmatan-kenikmatan yang abadi.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Lalu bagaimana kita meraih kedudukan Ahsani taqwim dan menjauhi dengan sejauh-jauhnya
Asfala safilin?

Pertama, kita harus mensyukuri karunia Allah SWT yang berupa dua mata, dua telinga, dua
tangan, dan dua kaki yang masih sempurna ini dengan syukur yang sebenar-benarnya.

َ‫ار َواأل َ ْفئِدَةَ قَ ِليالً َّما تَ ْش ُك ُرون‬


َ ‫ص‬َ ‫س ْم َع َواأل َ ْب‬
َّ ‫شأ َ ُك ْم َو َجعَ َل لَ ُك ُم ال‬
َ ‫قُ ْل ه َُو الَّذِي أَن‬

“Katakanlah: “Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati”. (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur.” (QS. Al-Mulk: 23)

Dan Allah SWT juga berfirman:

َ َ‫شك َْرت ُ ْم أل َ ِزيدَ َّن ُك ْم َولَئِن َكفَ ْرت ُ ْم ِإ َّن َعذَا ِبي ل‬
ٌ ‫شدِيد‬ َ ‫َو ِإذْ تَأَذَّنَ َربُّ ُك ْم لَئِن‬

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7)

Kedua, kita harus menggunakan karunia badan yang masih sempurna ini dengan
menggunakannya sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, karena Allah SWT akan meminta
pertanggung jawabannya di akhirat kelak.

ً‫ص َر َو ْالفُ َؤادَ ُك ُّل أُولئِكَ َكانَ َع ْنهُ َمسْؤُوال‬


َ َ‫س ْم َع َو ْالب‬
َّ ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم إِ َّن ال‬ ُ ‫َوالَ ت َ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya”. (QS. Al-Isra’: 36)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Dari ayat di atas kita dapat mengambil hikmahnya, bahwa semua tindakan yang kita lakukan
baik itu dari mata, telinga, tangan, dan kaki semuanya akan di mintai pertanggung jawabannya.
Maka jangan sampai tangan yang seharusnya kita gunakan untuk membantu serta memberikan
sedekah kepada orang yang membutuhkan, malah kita gunakan untuk menganiaya, menyiksa,
bahkan membunuh orang lain hanya karena hal yang sepele. Dan jangan sampai tangan yang kita
miliki ini kita biarkan untuk mengurangi timbangan, mengurangi yang seharusnya menjadi hak
orang lain, lebih-lebih korupsi yang sangat-sangat merugikan orang lain.

Begitu juga dengan mata, jangan sampai kita biarkan mata kita melihat hal-hal yang di larang
oleh agama bahkan hal-hal yang jelas-jelas di laknat oleh Allah SWT. Begitu juga telinga mulut
dan kaki, jangan sampai telinga dan mulut kita, kita gunakan untuk mendengar dan
mengucapkan hal-hal yang tidak sewajarnya, tetapi marilah kita gunakan mulut dan telinga ini
dengan memperbanyak membaca al-qur’an, berzikir kepada Allah SWT serta membaca kalimat-
kalimat Thoyyibah. Karena tangan, kaki, serta mulut kita ini akan menjadi saksi di akhirat kelak.

‫ْاليَ ْو َم ن َْختِ ُم َعلَى أ َ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُك َِل ُمنَا أ َ ْيدِي ِه ْم َوتَ ْش َهد ُ أ َ ْر ُجلُ ُه ْم بِ َما كَانُوا يَ ْك ِسبُون‬

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dulu mereka usahakan”. (QS. Yasin: 65)

Ketiga, dengan bertambah besarnya seseorang, dari mulai kecil hingga ia menginjak masa muda
inilah, yang seharusnya diperhatikan oleh semua orang. Ada pepatah mengatakan ‘muda foya-
foya, tua kaya raya, mati masuk surga’, pepatah ini sangat salah dan keliru, tidak mungkin
seseorang yang tanpa berusaha payah ketika masa mudanya dengan banyak menggali ilmu
agama, begitu saja masuk surga.

Mustahil sungguh-sungguh mustahil, nabi Muhammad SAW saja orang yang kita kenal sebagai
orang yang nomor satu dalam agama, ketika hendak wafatnya beliau merasakan sakaratul maut
yang benar-benar menyakitkan. Oleh karena itu, mari kita gunakan masa-masa emas ini yakni
masa-masa muda ini dengan banyak menuntut ilmu agama dan pastinya tidak begitu saja
mengabaikan kehidupan dunia ini.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Keempat, mari kita gunakan hati dan fikiran ini sebagai anugrah terbesar yang di berikan oleh
Allah SWT kepada kita dengan sebaik-baiknya. Hati inilah yang menjadi motor atau penggerak
bagi seluruh anggota tubuh kita, hati ini pula yang menjadi raja bagi seluruh anggota tubuh kita
ini, sebagaimana termaktub dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya “Sesungguhnya dalam
tubuh manusia ada segumpal darah, manakala ia baik maka baiklah seluruhnya tapi manakala ia
buruk maka buruklah seluruhnya, ia adalah hati” (HR. Muslim).

Allah SWT juga berfirman di dalam surat Al-Isra’ ayat 36

ً‫ص َر َو ْالفُ َؤادَ ُك ُّل أُولئِكَ َكانَ َع ْنهُ َمسْؤُوال‬


َ َ‫س ْم َع َو ْالب‬
َّ ‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم إِ َّن ال‬ ُ ‫َوالَ ت َ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya.

Kelima, mari kita gunakan agama Islam ini, sebagai ruh utama bagi kita. Segala apa yang kita
kerjakan dan lakukan hendaklah sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama Islam. Karena agama
Islam inilah satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman di dalam
surat Ali-Imran ayat 19. Yang berbunyi:

‫س ِري ُع‬ َّ ‫َّللاِ فَإِ َّن‬


َ َ‫َّللا‬ َّ ‫ت‬ َ ‫ف الَّذِينَ أ ُ ْوتُواْ ْال ِكت‬
ِ ‫َاب إِالَّ ِمن بَ ْع ِد َما َجا َء ُه ُم ْال ِع ْل ُم بَ ْغيًا بَ ْينَ ُه ْم َو َمن يَ ْكفُ ْر بِآيَا‬ َ َ‫اختَل‬
ْ ‫اإل ْسالَ ُم َو َما‬ َّ َ‫إِ َّن الدِينَ ِعند‬
ِ ِ‫َّللا‬
‫ب‬
ِ ‫سا‬ ْ
َ ‫ال ِح‬

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah SWT hanyalah Islam. tiada berselisih orang-
orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah SWT
maka sesungguhnya Allah SWT sangat cepat hisab-Nya.”

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Yang keenam atau yang terakhir adalah dengan menyatukan semua unsur-unsur dan komponen
yang telah kami sebutkan di atas yakni antara anggota badan jasmani dan rohani haruslah
senantiasa di bingkai dengan nilai-nilai agama Islam.

َ‫َّللاَ َح َّق ت ُ َقاتِ ِه َوالَ ت َ ُموت ُ َّن ِإالَّ َوأَنتُم ُّم ْس ِل ُمون‬
َّ ْ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ اتَّقُوا‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.
(QS. Ali-Imron: 102)
Menyeru kepada Allah SWT

‫ المقدس فال تقرب‬،‫ و الحمد هلل المنزه عن أن يكون له نظراء وأشباه‬،‫ وما كنا لنهتدي لوال أن هدانا هللا‬,‫الحمد هلل الذي هدانا لهذا‬
ً ‫ وجعل له أصحابا‬،‫ فأرسل به محمد – صلى هللا عليه وسلم – واصطفاه‬،‫ الذي اختار اإلسالم دينا ً وارتضاه‬،‫الحوادث حماه‬
‫ فصلى هللا عليه وعلى آله‬،‫ وجعلهم كالنجوم بأيهم اقتدى اإلنسان اهتدى إلى الحق واقتفاه‬،‫فاختار كالً منهم لصحبته واجتباه‬
‫ ويجزل لنا النصيب من قسمه } َيا أَ ُّي َها‬،‫ أحمده على نعمه كلها حمدا ً يقتضي الزيادة من نعمه‬،‫وأصحابه صالة توجب لهم رضاه‬
‫سدِيدًا‬ َّ ‫(الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬۷٠) } ‫سولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا َع ِظي ًما‬
َ ً‫َّللاَ َوقُولُوا قَ ْوال‬ ُ ‫َّللا َو َر‬َ َّ ‫ص ِل ْح لَ ُك ْم أَ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْر َل ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم َو َمن ي ُِط ْع‬ ْ ُ‫ي‬
{ }‫ور َّر ِحي ٌم‬ ٌ ُ ‫ف‬‫غ‬َ َّ
‫َّللا‬ ‫و‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬
ُ َ ْ ِْ َ َ َِِ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫ف‬‫غ‬ْ ‫ي‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫ب‬ َ‫ون‬ ُ
‫ش‬ ‫م‬ َ ‫ت‬
ْ ً ْ‫ا‬ ‫ور‬ ُ ‫ن‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ َّ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ْ‫ج‬ ‫ي‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ت‬‫م‬ ْ‫ح‬ ‫ر‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ْن‬‫ي‬َ ‫ل‬
َ َ َ ِ ِ َ َّ ِ ِ ِ ْ ِ ِ ِ ُ َ ِْ
‫ف‬ ‫ك‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ت‬ ْ‫ُؤ‬ ‫ي‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫و‬‫س‬‫ر‬ ‫ب‬ ‫وا‬ ُ ‫ن‬‫آم‬ ‫و‬
ِ َ َ َّ
‫َّللا‬ ‫وا‬ ُ ‫ق‬َّ ‫ت‬‫ا‬ ‫وا‬ُ ‫ن‬‫م‬َ ‫آ‬ َ‫ِين‬‫ذ‬ َّ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ه‬ َ
َ ‫{ َي‬
‫ي‬
ُّ ‫أ‬ ‫ا‬
ُ
َ‫ير ِب َما تَ ْع َملون‬ َّ ‫َّللاَّ إِ َّن‬
ٌ ِ‫َّللاَ َخب‬ ُ َّ
َ ‫ت ِلغَ ٍد َواتقو‬ ْ ‫س َّما قَدَّ َم‬ ْ ُ ْ
ٌ ‫َّللاَ َولتَنظ ْر نَف‬ ُ َّ َّ
َّ ‫يَا أيُّ َها الذِينَ آ َمنُوا اتقوا‬ َ

Jamaah jumat rakhimakumullah

Marilah kita bertaqwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benar taqwa, karena Allah SWT
hanya menyayangi orang-orang yang bertaqwa dan beramal berdasarkan taqwa kepada-Nya.
Allah SWT mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar bagi seluruh
manusia dengan tujuan agar seluruh makhluk mendapatkan hidayah dan merasakan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, dalam surat Al-Anbiya’ ayat 107,

َ‫س ْلنَاكَ ِإالَّ َرحْ َمةً ِل ْل َعالَ ِمين‬


َ ‫َو َما أ َ ْر‬

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Diantara sifat yang Allah SWT berikan untuk makhluk-Nya yang terbaik yaitu nabi kita
Muhammad SAW. adalah dakwah. Allah SWT ta’ala berfirman,

ً ‫س ْلنَاكَ شَا ِهدًا َو ُمبَش ًِرا َونَذ‬


‫ِيرا‬ َ ‫ي إِنَّا أ َ ْر‬
ُّ ِ‫يَا أَيُّ َها النَّب‬

“Wahai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gembira
dan pemberi peringatan” (QS. Al-Ahzab: 45)

Bahkan dakwah adalah wasiat para Rasul untuk pengikut-pengikut mereka, Nabi Muhammad
SAW. bersabda kepada Muadz bin Jabal, “Sungguh engkau akan mendatangi sekelompok ahli
kitab, maka hendaknya yang pertama kali kau dakwahkan kepada mereka adalah persaksian
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku adalah utusan
Allah SWT.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jamaah jumat rakhimakumullah

Berikut ini ada beberapa poin penting yang berkaitan dengan masalah dakwah:

Pertama, amal yang baik di sisi Allah SWT adalah usaha keras untuk menyelamatkan manusia
dari kegelapan menuju hidayah. Karena ucapan seorang da‘i adalah sebaik-baik ucapan dalam
timbangan Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya, “Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS. Fushilat: 33)

Setiap amal yang dilakukan oleh orang yang mendapatkan hidayah di tangan kita, maka kita pun
akan mendapatkan bagian pahalanya. Sebagai contoh, adalah Abu Bakar menjadi sebab Utsman
bin Affan ra. masuk Islam dan Utsman mempersiapkan kebutuhan seluruh pasukan dalam perang
Tabuk, dan orang-orang yang mengikuti perang Tabuk mendapatkan kedudukan yang berlipat-
lipat, Nabi Muhammad SAW. Bersabda

‫ش ْيئًا‬ ِ ‫ص ذَلِكَ ِم ْن أ ُ ُج‬


َ ‫ور ِه ْم‬ ِ ‫َم ْن دَ َعا ِإلَى هُدًى َكانَ لَهُ ِمنَ األ َ ْج ِر ِمثْ ُل أ ُ ُج‬
ُ ُ‫ور َم ْن تَ ِب َعهُ الَ َي ْنق‬

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka untuknya semisal pahala pelakunya
tidak dikurangi sedikitpun dari pahalanya.” (HR. Muslim)

Kedua, ketidak fasihan dalam berbicara bukanlah penghalang untuk berdakwah. Nabi Musa
adalah orang yang sulit berbicara, oleh karena itu beliau berdoa kepada Allah SWT agar
menghilangkan problem tersebut, dengan do’a yang diabadikan Allah SWT di dalam al-qur’an
surat Thaha yang berbunyi

ُ ‫َواحْ لُ ْل‬
َ ‫ع ْقدَة ً ِمن ِل‬
‫سانِي يَ ْفقَ ُهوا قَ ْو ِلي‬

“Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku. supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha:
27-28)

Ketiga, dakwah tidaklah terbatas ceramah di atas mimbar, karena dakwah itu sangat beragam.
Menasehati seseorang dengan sembunyi-sembunyi adalah dakwah, seorang ayah menasehati
anaknya untuk melaksanakan sholat lima waktu juga dakwah, mendukung dan memudahkan
jalan-jalan dakwah juga dakwah. Dengan pemahaman seperti ini maka seluruh komponen
masyarakat bisa menjadi pendakwah baik dengan harta, tulisan atau lisan.

Keempat, dakwah hendaknya menempuh jalan para nabi dalam berdakwah, yang pertama kali di
dakwahkan para nabi adalah akidah yang benar.

Dalam berdakwah hendaklah kita sejalan dengan kaidah-kaidah syariat dan jangan menodai
dakwah dengan melakukan kemaksiatan.

Kelima, telah menjadi sunatullah bahwa populasi orang yang bermaksiat itu lebih banyak
daripada orang yang taat. Allah SWT berfirman

َّ ‫َّللاِ إِن يَتَّبِعُونَ إِالَّ ال‬


ُ ‫ظ َّن َوإِ ْن ُه ْم إِالَّ يَ ْخ ُر‬
َ‫صون‬ َ ‫ُضلُّوكَ َعن‬
َّ ‫سبِي ِل‬ ِ ‫َوإِن ت ُ ِط ْع أ َ ْكث َ َر َمن فِي األ َ ْر‬
ِ ‫ضي‬

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan
menyesatkanmu dari jalan Allah SWT. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan
belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS. Al-An’am: 116)

Keenam, janganlah menjadikan banyaknya orang-orang yang menerima dakwah sebagai tolak
ukur keberhasilan dakwah. Karena membuka hati seseorang menerima dakwah adalah
kewenangan Allah SWT. Tugas pendakwah adalah terbatas menjelaskan, tidak ada kewenangan
untuk memberikan hidayah dan mengubah hati seseorang.

Nabi Muhammad bersabda: “Ditunjukkan kepadaku berbagai umat maka aku melihat seorang
Nabi dan bersamanya sekelompok orang, kemudian aku melihat lagi seorang Nabi dan yang
menyertainya hanya satu atau dua orang dan aku juga melihat seorang Nabi yang tidak
mempunyai pengikut seorang pun.”

Ketujuh, janganlah menunda-nunda untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah dalam berbagai


waktu dan keadaan. Boleh jadi satu kata yang kita ucapkan menyebabkan orang akan mendapat
kebahagiaan atau kita yang mendapat kebahagiaan dengannya sepanjang masa. Nabi Nuh
mendakwahi kaumnya siang malam selama bertahun-tahun, Nabi Yusuf pun meski di dalam
penjara juga tetap berdakwah.

Kedelapan, do’akan orang yang kita dakwahi tanpa sepengetahuannya, berapa banyak orang
yang tulus mendoakan saudaranya menjadikan sebab keadaan saudaranya itu menjadi lebih baik.
Al-Muzani mengatakan, “Tidaklah Abu Bakar lebih unggul dari para sahabat yang lain
disebabkan puasa dan shalatnya akan tetapi karena sesuatu yang ada dalam hatinya yaitu rasa
cinta kepada Allah SWT dan menginginkan kebaikan untuk orang lain.”

Kesembilan, berbuat baik kepada orang lain dan tutur kata yang manis serta akhlak terpuji
merupakan penarik simpati hati seseorang, seperti halnya Nabi Muhammad beliau adalah
seorang da’i yang memiliki akhlak mulia dan sifat-sifat yang baik, Ibnu Qayyim mengatakan,
“Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah adalah seorang yang bersungguh-sungguh untuk memenuhi
kebutuhan kaum muslimin.”

Kesepuluh, ketaatan adalah cahaya yang terdapat dalam dada dan memberikan pengaruh
terhadap orang yang akan merespon dakwah kita. Maka marilah kita memperbanyak ibadah
kepada Allah SWT karena ibadah adalah sebaik-baik sarana untuk mewujudkan apa yang kita
inginkan, dan marilah kita perbanyak mengingat Allah, membaca Al-Qur’an dan melaksanakan
shalat di kegelapan malam.
Hablum Minallah Wa Hablum Minannas

Islam memiliki ajaran yang membentangkan dua bentuk hubungan yang harmonis

1. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan Tuhannya dalam hal ibadah (ubudiyah)
atau yang populer dikatakan dengan hablum minallah.

2. Tata hubungan yang mengatur antara manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud
amaliyah sosial.

Dalam Al-Qur’an surat Ali Imron: 112 Allah SWT berfirman

ْ‫ت َعلَ ْي ِه ُم ْال َم ْس َكنَةُ ذَلِكَ بِأ َ َّن ُه ْم كَانُوا‬ ْ َ‫َّللاِ َوض ُِرب‬
َّ َ‫ب ِمن‬ ٍ ‫ض‬َ َ‫اس َوبَآؤُوا ِبغ‬ َّ ‫الذلَّةُ أَيْنَ َما ث ُ ِقفُواْ ِإالَّ بِ َح ْب ٍل ِم ْن‬
ِ َّ‫َّللاِ َو َح ْب ٍل ِمنَ الن‬ ِ ‫ت َعلَ ْي ِه ُم‬
ْ َ‫ض ُِرب‬
َ‫صوا َّوكَانُواْ يَ ْعتَدُون‬ َ َ َِ‫ع‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ب‬ َ‫ِك‬ ‫ل‬ َ ‫ذ‬ ‫ق‬ ‫ح‬
ٍ َ ِ ِ ِ‫ْر‬
‫ي‬ َ
‫غ‬ ‫ب‬ ‫اء‬ ‫ي‬
َ ‫ب‬‫ن‬َ ‫أل‬ ‫ا‬ َ‫ون‬ُ ‫ل‬ُ ‫ت‬‫ق‬ْ ‫ي‬
َ ‫و‬
َ ِ َّ
‫َّللا‬ ‫ت‬
ِ ‫ا‬ ‫ي‬
َ ‫آ‬ ‫ب‬
ِ َ‫ون‬ ‫ر‬ُ ُ ‫ف‬‫ك‬ْ ‫ي‬
َ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada
tali (agama) Allah SWT dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka kembali mendapat
kemurkaan dari Allah SWT dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu karena mereka
kafir kepada ayat-ayat Allah SWT dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang
demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”

Ayat ini memberikan kepada kita tentang malapetaka yang telah menimpa Bani Israil sebagai
akibat kedurhakaan mereka kepada Allah SWT dan kepada para nabi. Sehingga mereka harus
mengalami malapetaka, kehinaan, kemiskinan, dan kemurkaan dari Allah SWT. Dan dalam ayat
tersebut diberitakan pula bahwa jalan keluar dari segala malapetaka tersebut adalah membangun
kembali hablum minallah dan hablum minannas.

Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah SWT. Namun dalam
pengertian syariah makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir At-
Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah “Perjanjian dari Allah.

Maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi
mereka di dunia dan di akhirat” Sehingga dapat kita pahami bahwa untuk membangun hubungan
kita kepada Allah, kita mempunyai kewajiban untuk menunaikan hak-hak Allah, dan apakah
hak-hak Allah SWT itu?

Hak-hak Allah SWT ialah mentauhidkan dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain serta
menjalankan syariat Allah SWT. Misalnya: sholat, puasa dan sebagainya.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah saja, sedangkan di sisi yang lain kita
mengabaikan hablum minannas? Tentu tidak cukup, mengingat kita adalah makhluk sosial yang
tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.

Di dalam Al-Quran juga banyak ayat-ayat yang menyebutkan tentang perintah mengerjakan
sesuatu yang berkaitan dengan hablum minannallah namun diiringi juga dengan hablum
minannas, antara lain.

‫صالتِ ِه ْم دَائِ ُمونَ َوالَّذِينَ فِي‬


َ ‫علَى‬ َ ‫سهُ ْال َخي ُْر َمنُوعًا ِإ َّال ْال ُم‬
َ ‫صلِينَ الَّذِينَ ُه ْم‬ َّ ‫ش ُّر َج ُزوعًا َوإِذَا َم‬ َّ ‫سانَ ُخلِقَ َهلُوعًا إِذَا َم‬
َّ ‫سه ُ ال‬ ِ ‫إِ َّن‬
َ ‫اإلن‬
‫وم‬ ‫ر‬ ْ‫ح‬ ‫م‬
ِ ُ َ َ ِ ْ
‫ال‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ئ‬
ِ ‫َّا‬
‫س‬ ‫ل‬ ‫ل‬
ِ ‫م‬ ‫و‬ ُ ‫ل‬ ‫ع‬‫م‬ ‫ق‬ٌّ ‫ح‬
ٌ ْ َّ َ ْ ِ َ ْ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬
ِ ‫ا‬ ‫و‬‫م‬َ ‫أ‬

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir (19), Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah (20), Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir (21), Kecuali
orang-orang yang mengerjakan shalat (22), Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya (23),
Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu (24), Bagi orang (miskin) yang
meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)” (QS. Al-Ma’arij:
19-25)
Dalam ayat tersebut secara tegas Allah SWT menyebutkan bahwa keluh kesah dan kikir itu telah
menjadi sifat bawaan manusia sejak dia diciptakan. Bukankah kalau kita tidak memiliki harta
kita sering berkeluh kesah? Sebaliknya, kalau kita memiliki banyak harta kita sering lebih
cenderung untuk kikir.

Lalu bagaimana caranya agar sifat bawaan kita tersebut dapat kita hindari? Allah SWT
menyebutkan paling tidak ada dua jalan, pertama, mengerjakan sembahyang (hablum minallah)
secara kontinyu. Kedua, menyadari bahwa dalam harta yang kita miliki terkandung bagian
tertentu untuk fakir miskin (hablum minannas).

Di dalam Al-Quran Allah SWT berfirman

ِ ُ‫ار ْال ُجن‬


‫ب‬ ِ ‫ار ذِي ْالقُ ْربَى َو ْال َج‬ ِ ‫ين َو ْال َج‬ِ ‫سا ِك‬ َ ‫سانًا َوبِذِي ْالقُ ْربَى َو ْاليَت َا َمى َو ْال َم‬ َ ْ‫ش ْيئًا َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬
َ ‫َّللاَ َوالَ ت ُ ْش ِر ُكواْ بِ ِه‬
َّ ْ‫َوا ْعبُد ُوا‬
‫ورا‬ َّ ‫َت أ َ ْي َمانُ ُك ْم ِإ َّن‬
ً ‫َّللاَ الَ ي ُِحبُّ َمن َكانَ ُم ْخت َاالً فَ ُخ‬ ْ ‫س ِبي ِل َو َما َملَك‬
َّ ‫ب َواب ِْن ال‬
ِ ‫ب ِبال َجن‬ِ ‫اح‬
ِ ‫ص‬َّ ‫َوال‬

“Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan
berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba
sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (QS. An-Nisa: 36)

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak, yaitu akhlak kepada Allah SWT (hablum
minallah) yang ditunjukkan dengan perintah agar kita menjalin hubungan baik kepada Allah
SWT dengan cara tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Akhlak terhadap sesama manusia (hablum minannas) yang ditunjukkan dengan perintah berbuat
baik kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan dan hamba sahaya.

Selanjutnya Allah SWT menutup ayat di atas dengan kalimat: “Sesungguhnya Allah SWT tidak
menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. Dengan maksud agar
kita tidak sombong kepada orang tua, karena ada saat dimana kita juga pasti akan menjadi tua.

Jangan sombong kepada anak-anak yatim karena ada saat kita juga akan menjadi yatim.

Jangan sombong kepada orang miskin karena ada saat kita juga akan menjadi miskin secara tiba-
tiba.

Jangan sombong kepada tetangga karena merekalah orang yang pertama memberikan
pertolongan kepada kita saat kita mengalami kesulitan.

Jangan sombong kepada teman karena kita sangat membutuhkannya.

Jangan sombong kepada musaffir karena ada saat dimana kitapun akan menjadi musafir dan
jangan sombong kepada pembantu rumah tangga karena mereka besar bantuannya kepada kita
meskipun tidak besar upah yang kita berikan.

Dalam surat Al-Ma’un ayat 1-7 Allah SWT berfirman

ِ ‫سا ُهونَ أ َ َرأَيْتَ الَّذِي يُكَذِبُ بِالد‬


‫ِين‬ َ ‫صالتِ ِه ْم‬ َ ‫ين فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬
َ ‫صلِينَ الَّذِينَ ُه ْم َعن‬ ِ ‫طعَ ِام ْال ِم ْس ِك‬
َ ‫ض َعلَى‬ َ ِ‫ع ْاليَت‬
ُّ ‫يم َوال يَ ُح‬ ُّ ُ ‫فَذَلِكَ الَّذِي يَد‬
َ‫الَّذِينَ ُه ْم ي َُراؤُونَ َو َي ْمنَعُونَ ْال َماعُون‬

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang menghardik anak
yatim(2), Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (3). Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat (4), (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (5), Orang-orang yang
berbuat riya (6), Dan enggan (menolong dengan) barang berguna (7)”

Dalam surat tersebut, Allah SWT demikian lugas mengaitkan antara agama dengan keberpihakan
kepada kaum dhuafa. Seseorang dikategorikan mendustakan agama manakala ia mengabaikan
anak yatim dan orang miskin.
Di awal surat Al-Ma’un tersebut Allah SWT menggunakan pertanyaan, tapi bukan berarti Allah
SWT bertanya karena tidak tahu. Menurut para mufassir hal itu dimaksudkan untuk menggugah
hati pendengarnya agar memberikan perhatian lebih kepada ayat selanjutnya.

Jadi di sini Islam mendorong umatnya agar dalam beragama tidak selalu mementingkan aspek
ibadah mahdhoh saja, akan tetapi Islam juga menganjurkan ibadah sosial, seperti memperhatikan
nasib-nasib orang lemah. Bahkan kalau kita cermati 5 rukun Islam itu adalah merupakan
gabungan antara habluminallah dan hablum minannas, gabungan antara hubungan vertikal dan
horizontal.

Sidang jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Dimulai dari mengucapkan dua kalimat syahadat yang merupakan pertalian antara seorang
hamba dengan Allah, namun pengakuan dan kesaksian tersebut tidaklah cukup tanpa terus
menerus menjaga hubungan baik dengan Allah, yaitu dengan melaksanakan shalat sebagai rukun
Islam yang kedua.

Shalat yang secara simbolis gerak-geriknya mencerminkan kepasrahan kita kepada Allah SWT.
Kemudian ketaatan tesebut dibuktikan dengan mengerjakan amaliah sosial yaitu zakat sebagai
rukun Islam ke-3.

Kemudian dalam rukun Islam yang ke-4 yaitu puasa, kita dilarang makan dan minum sebagai
pelajaran bagi kita untuk dapat merasakan bagaimana rasanya ketika seseorang tidak bisa makan
dan minum.

Dalam sebuah hadits qudsi dikatakan bahwa pada hari kiamat nanti Allah SWT akan berfirman,

“Wahai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberiku makan.” Si
hamba bertanya, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu makan sedangkan
Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah SWT berfirman, “tidakkah kau tahu bahwa hamba-
Ku si fulan meminta makan kepadamu tapi engkau tidak memberinya makan? Tidakkah engkau
tahu bahwa jika engkau memberinya makan, niscaya engkau akan menemukan itu disisi-Ku”.

“Wahai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu tapi engkau tidak memberi-Ku minum.” si
hamba menjawab, “wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku memberi-Mu minum sedangkan
Engkau adalah Tuhan semesta alam?” Allah SWT berfirman, “hamba-Ku si fulan meminta
minum kepadamu tapi engkau tidak memberinya minum. Padahal jika engkau memberinya
minum niscaya akan kau dapati itu disisi-Ku”.

Hadits tersebut secara tidak langsung memerintahkan kita untuk peka terhadap fenomena sosial.
Apakah kita sudah memperhatikan orang-orang yang sedang membutuhkan pertolongan kita baik
berupa makanan, minuman, dll ataukah kita termasuk orang yang terlena dengan gemerlap dunia
sehingga melupakan hal itu?

Amat banyak kehidupan orang lain di sekitar kita yang tidak memiliki kehidupan seberuntung
kita. Seburuk apapun kondisi kita saat ini, pasti masih ada saja yang lebih buruk dibandingkan
dengan kehidupan kita sekarang.

Kita lihat sekarang saudara-saudara kita yang ada di Palestina sana, mereka sedang
membutuhkan bantuan kemanusiaan dari seluruh umat Islam dunia, tak terkecuali bantuan kita
umat Islam indonesia.

Cukupklah ayat-ayat dan hadits tersebut sebagai penggugah hati kita untuk peduli terhadap
saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan bantuan kita.
Memaknai Dunia Akhirat

ِ‫ِباهلل‬ َّ‫إِال‬ َ ‫قُ َّوة‬ َ‫َوال‬ ‫َح ْو َل‬ َ‫َوال‬ ،ِ‫هللا‬ ‫س ْو ِل‬
ُ ‫َر‬ ‫َعلَى‬ ‫سالَ ُم‬
َّ ‫َوال‬ ُ ‫صالَة‬ َّ ‫َوال‬ ِ‫ِ َّّلِل‬ ُ‫ا َ ْل َح ْمد‬
ُُ‫س ْوله‬ ُ ‫َو َر‬ ُ‫َع ْبدُه‬ ‫ُم َح َّمدًا‬ َ
‫َوأ ْش َهد ُ أ َّن‬ َ ُ‫لَه‬ َ‫َوحْ دَهُ الَ ش َِريْك‬ ‫إِالَّ هللا‬ َ‫ِإلَه‬ َ‫ال‬ ‫أ َ ْن‬ ُ ‫َوأَ ْش َهد‬
‫ار ْك َعلَى نَ ِب ِيكَ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ِه َو َم ْن ت َ ِب َع ُهدَاهُ ِإلَى َي ْو ِم ْال ِق َيا َم ِة‬ ِ ‫س ِل ْم َو َب‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
َ ‫ص ِل َو‬

Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah Syaikh Sa’id Hawwa mengatakan, inna
‘ashrana ha hadza mamlu-un bisy syahawat wasy syubuhaati wal ghoflah (sesungguhnya masa
kita ini diliputi oleh kondisi kehidupan hedonis, salah paham terhadap kebenaran, dan
melalaikan).

Prediksi Sa’id Hawwa tersebut ternyata sesuai dengan realitas yang kita alami saat ini. Setiap
saat kita dijejali dengan though (paham), fashion (pakaian), food (makanan), fun (seni), sport
(olahraga) yang mana semua itu untuk mengenyampingkan posisi Tuhan dan melalaikan kita
akan kehidupan setelah mati yaitu akhirat.

Realita sekarang ini seakan mengajak kita untuk mengejar dunia dan jangan melupakan akhirat.
Tentunya prinsip tersebut menyelisihi kaidah seorang hamba mukmin yang mendambakan
kehidupan akhirat yaitu kejarlah akhiratmu dan jangan lupakan bagianmu di Dunia. Sebagaimana
disebutkan dalam surat al-qashas ayat 76-82.

Dari sekian banyak pemeluk agama Islam yang mengaku berpedoman kepada al-qur’an dan as-
sunnah hanya sedikit dari mereka yang memahami ayat tersebut. Mereka tertipu oleh
kenikmatan-kenikmatan duniawi. Mereka disibukkan dengan urusan dunia, yang kemudian
melalaikan dari kehidupan yang lebih kekal yang mana kenikmatannya tidak bisa dikira oleh
indera manusia.

Ma’asyiral muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah

Oleh karena itu, agar kita tidak salah memahami mana kenikmatan yang bersifat sementara dan
mana kenikmatan yang bersifat abadi, dan mana yang harus kita prioritaskan, apakah dunia
ataukah akhirat? marilah sejenak kita renungkan kembali hakikat hidup dan kehidupan di dunia
ini. Allah SWT telah memperkenalkan dunia dalam beberapa tempat dalam al-qur’an diantaranya
:

َ َّ‫ب ْال ُكف‬


ُ‫ار نَبَاتُهُ ث ُ َّم َي ِهي ُج فَت ََراه‬ َ ‫ث أَ ْع َج‬ ٍ ‫ا ْعلَ ُموا أَنَّ َما ْال َحيَاة ُ الدُّ ْنيَا َلعِبٌ َولَ ْه ٌو َو ِزينَةٌ َوتَفَا ُخ ٌر َب ْينَ ُك ْم َوتَكَاث ُ ٌر فِي األ َ ْم َوا ِل َواأل َ ْوال ِد َك َمث َ ِل َغ ْي‬
‫ور‬ ُ
ِ ‫ع الغ ُر‬ْ َّ ْ ُ ْ ٌ
ُ ‫َّللاِ َو ِرض َْوان َو َما ال َحيَاة الدُّنيَا إِال َمت َا‬ َ ٌ‫اَلخ َرةِ َعذَاب‬
َّ َ‫شدِيد ٌ َو َم ْغ ِف َرة ٌ ِمن‬ ِ ‫طا ًما َوفِي‬ َ ‫صفَرا ث ُ َّم يَ ُكونُ ُح‬
ْ ‫ُم‬

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah SWT serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.(QS. Al-
Hadid : 20)

Di dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman:

ُ ‫ث ذَلِكَ َمتَا‬
‫ع‬ ِ ‫س َّو َم ِة َواأل َ ْن َع ِام َو ْال َح ْر‬
َ ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم‬
َّ ‫ب َو ْال ِف‬ َ ‫ير ْال ُمقَن‬
ِ ‫ط َرةِ ِمنَ الذَّ َه‬ ِ ‫ساء َو ْالبَنِينَ َو ْالقَن‬
ِ ‫َاط‬ َ ‫الن‬
ِ َ‫ت ِمن‬ َّ ‫اس حُبُّ ال‬
ِ ‫ش َه َوا‬ ِ َّ‫ُز ِينَ ِللن‬
‫ب‬ ْ
ِ ‫َّللاُ ِعندَهُ ُح ْسنُ ال َمآ‬ ْ
َّ ‫ال َحيَاةِ الدُّنيَا َو‬ ْ

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali-Imran: 14)

Pada dua ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu
yang melalaikan. Kemudian Allah SWT juga menjelaskan bahwa bagaimanapun juga
kenikmatan dunia itu hanyalah kenikmatan yang sementara, kesenangan yang menipu,
kenikmatan yang menggiring seorang hamba untuk melalaikan Robbnya.
Allah SWT hanya menuntut hamba agar akhirat menjadi perhatian utamanya dan bersikap
kepada dunia dengan penuh hati-hati, jangan sampai seluruh perhatiannya tercurah hanya pada
dunia dan syahwatnya. Hendaklah ia mengendalikan sikapnya terhadap dunia sesuai dengan misi
dan tugasnya. Kemudian Allah SWT menjelaskan tercelanya orang yang menghendaki
kehidupan dunia daripada akhirat. Firman Allah SWT yang artinya :

“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu
tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah
mereka kerjakan”.(QS. Huud :15-16)

Dalam ayat yang lain Allah SWT juga berfirman: “Barangsiapa menghendaki kehidupan
sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi
orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya
dalam keadaan tercela dan terusir”.(QS. Al-Isra’:18)

Setelah kita mengetahui betapa tercelanya dunia, kita juga harus tahu betapa mulia dan lebih
kekalnya kehidupan akhirat. Allah SWT berfirman di dalam surat Al Isra’ ayat 19 yang artinya:

“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya
dibalasi dengan baik”.(QS. Al-Isra’:19)

Filsafat barat yang materialistik dan timur yang komunis dan banyak pula falsafah lain dari
penduduk dunia ini, didasarkan pada anggapan bahwa dunia adalah sasaran satu-satunya.
Sementara itu, siapa yang bertujuan mencari akhirat dari para pengikut agama-agama lain dari
kalangan non-muslim adalah tersesat jalan, karena tidak ada surga tanpa Islam. Oleh sebab itu,
tujuan mencapai akhirat termasuk hal terpenting yang harus diingatkan, diserukan dan dijadikan
sebagai agenda tarbiyah kepada kaum muslimin pada umumnya. Terlebih untuk keluarga kita
masing-masing.

Ma’asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah

Setelah kita faham dan menyadari bahwa hidup di Dunia ini tiada kekal, maka sepantasnyalah
kita menggunakan dan memanfaatkan waktu kita hidup dengan sebaik mungkin. Agar nantinya
kita tidak menjadi manusia yang merugi di Akhirat.

Bagaimana cara kita memanfaatkan waktu yang sebentar ini dengan sebaik-bainya? Allah SWT
telah mengajarkan kepada hamba-Nya tentang orang yang tidak akan merugi dalam
memanfaatkan waktunya, sebagaimana tercantum dalam surah Al ‘asr :

۳( ‫صب ِْر‬
َّ ‫ص ْوا بِال‬ ِ ‫ص ْوا بِ ْال َح‬
َ ‫ق َوت ََوا‬ َ ‫ت َوت ََوا‬ َّ ‫) إِالَّ الَّذِينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬٢( ‫سانَ لَ ِفي ُخس ٍْر‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫اإلن‬ ْ َ‫) َو ْالع‬
ِ ‫) إِ َّن‬۱( ‫ص ِر‬

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-‘Asr : 1-3)

Surat ini menerangkan bahwa manusia yang tidak dapat menggunakan waktunya dengan sebaik-
baiknya termasuk golongan yang merugi. Setidaknya ada tiga ciri golongan yang tidak akan
merugi; yang pertama adalah orang-orang beriman, kedua; orang yang beramal sholeh, dan yang
ketiga; mereka yang saling menasehati satu sama lainnya, baik dalam hal kebaikan (amar ma’ruf)
maupun kesabaran.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ketiga-tiganya ada keterkaitan atau hubungan yang tak
dapat dipisahkan satu sama lainnya. Bila perhatian kita terpusat pada kehidupan akhirat, maka
secara otomatis ketiga ciri tersebut terdapat pada diri kita.

Dan akhirnya, mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang mengejar akhirat dan
tidak melalaikan dunia. Amiin
Terbaru Persatuan Umat

Menjalin persaudaraan pada semua orang serta menjauhkan diri dari perpecahan adalah
merupakan realisasi pengakuan bahwa hakekatnya semua kedudukan manusia dihadapan Allah
SWT adalah sama sesuai dengan tugas dan beban masing-masing.

Allah SWT mengembalikan kepada siapa yang melahirkan kita pertama kali ke dunia ini, yaitu
Adam dan Hawa, sebab Allah SWT akan menjadikan tempat pertemuan yang abadi dari
persaudaraan umat manusia atau anak cucu Adam. Allah SWT tidak membeda-bedakan diantara
hamba-hamba-Nya dan diantara hamba yang paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang paling
bertaqwa, sebagaimana firman-Nya.

َّ ‫َّللاِ أَتْقَا ُك ْم ِإ َّن‬


ٌ ‫َّللاَ َع ِلي ٌم َخ ِب‬
‫ير‬ َّ َ‫ارفُوا ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِعند‬ ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُكم ِمن ذَك ٍَر َوأُنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبًا َوقَ َبا ِئ َل ِلتَ َع‬ ُ َّ‫َيا أَيُّ َها الن‬

“Wahai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Dari ayat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa segala bangsa yang tersebar diseluruh
penjuru dunia ini ialah dari keturunan Adam dan Hawa, sedangkan perbedaan warna kulit,
perbedaan tempat tinggal, perbedaan bahasa, perbedaan suku, perbedaan ras, perbedaan bangsa
dan perbedaan negara bukanlah satu hambatan bagi kita untuk saling mengenal, karena tujuan
diciptakannya perbedaan tersebut adalah untuk saling mengenal

Pada hakikatnya dimanapun kita hidup adalah sama, hanya saja terkadang tempat tinggal yang
berbedalah yang menyebabkan timbulnya adat istiadat dan pemikiran atau cara pandang yang
beragam dan pendapat yang fanatiklah yang menyebabkan terjadinya benturan-benturan,
pertikaian, perselisihian diantara kita dan orang-orang yang sebelum kita, dan perbedaan inilah
yang menyebabkan diutusnya rasul dan nabi pada zaman nenek moyang kita.

Jamaah shalat jumat yang dirahmati Allah SWT

Dengan berpedoman kepada ajaran atau kitab dari Allah SWT para nabi dan rasul melaksanakan
tugasnya, yaitu menyeru atau mengajak serta mengingatkan manusia kepada persatuan dan
mencegah dari perpecahan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain, maka dari itu kita butuh persatuan dan kesatuan terutama pada
masyarakat atau tempat yang kita tempati pada saat ini.

Untuk itu marilah kita hindari rasa dan sikap hidup yang hanya mementingkan diri sendiri
(egois) sebab apabila seseorang sudah memiliki sikap ingin menang sendiri (egois) maka
hilanglah rasa atau sikap kemanusiaannya dan ia akan memiliki rasa ingin menguasai orang lain,
maka akan tumbuhlah kerusakan pada dirinya dan kerusakan itu akan terus berkembang,
sehingga kerusakan itu akan menyebabkan dirinya terperangkap dalam ruang lingkup yang
sempit, dan perlu kita sadari bahwa apabila semuanya itu sudah terjadi dalam kehidupan kita,
maka kita tidak akan mempunyai saudara lagi kecuali diri kita sendiri.

Islam memberantas sikap egois dan mementingkan diri sendiri serta mengajarkan kepada
manusia bahwa hidup ini bukan hanya untuk diri sendiri akan tetapi untuk saling kerja sama,
tolong-menolong dan saling tunjang-menunjang dalam kehidupan kita sehari-hari, karena itu
perlu kita sadari bersama bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan bisa hidup
sendiri tanpa bantuan orang lain.

Walaupun diberi fasilitas yang mewah sekalipun, tapi jika kita harus hidup sendiri tanpa bantuan
orang lain maka kita tidak akan bisa, dan kita akan merasakan hampanya kehidupan, maka dari
itulah Islam mengajarkan kepada kita untuk membangun persatuan dan ukhuwah Islamiyah di
dunia ini.

Jama’ah sholat jumat yang dimuliakan Allah

Apabila kita menuntut hak kita yang menjadi kewajiban kita, maka hendaknya kita juga
memberikan hak orang lain yang sudah menjadi kewajibannya tersebut, dan apabila yang
demikian itu dapat kita wujudkan, maka rasa ingin hidup sendiri dan egoisme tersebut dapat
hilang dari diri dan watak kita, maka dari situlah akan timbul rasa kasih sayang antar sesama kita
yang akan mewujudkan perdamaian diantara kita, lebih-lebih akan mewujudkan perdamaian
kehidupan di dunia, terutama sesama umat Islam atau kaum muslimin.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat asy-syura ayat 23

ٌ ‫ش ُك‬
‫ور‬ َ ‫ور‬ َّ ‫سنَةً نَّ ِزدْ لَهُ فِي َها ُح ْسنًا إِ َّن‬
ٌ ُ‫َّللاَ َغف‬ ْ ‫قُل الَّ أ َ ْسأَلُ ُك ْم َعلَ ْي ِه أَجْ ًرا إِالَّ ْال َم َودَّة َ فِي ْالقُ ْربَى َو َمن يَ ْقت َِر‬
َ ‫ف َح‬

“Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih
sayang dalam kekeluargaan”. dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan
baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri”

Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwasannya seseorang yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT hendaknya bisa menciptakan suasana yang sehat di dalam kehidupan bermasyarakat
dengan landasan kasih sayang dan persaudaraan. Apalagi negara kita ini yang mayoritas
penduduknya muslim dan kita juga tahu bahwa sesama muslim itu bersaudara, sebagaimana
firman Allah SWT

َ‫َّللاَ لَعَ َّل ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ ْ َ ‫إِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ إِ ْخ َوة ٌ فَأ‬
َّ ‫ص ِل ُحوا بَيْنَ أَخ ََو ْي ُك ْم َواتَّقُوا‬

“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10)

Dalam ayat di atas sudah jelas bahwa semua orang mukmin itu bersaudara, maka dari itu
hendaknya kita saling tolong-menolong sesama kita, dan Rasulullah SAW juga menegaskan
dalam sabdanya yang berbunyi

‫س َه ِر َو ْال ُح َّمى (رواه‬ َ ‫سا ِئ ُر ْال َج‬


َّ ‫س ِد ِبال‬ َ ُ‫عض ٌْو تَدَا َعى لَه‬ َ ‫ط ِف ِه ْم َمث َ ُل ْال َج‬
ُ ُ‫س ِد ِإذَا ا ْشتَكَى ِم ْنه‬ ُ ‫َمث َ ُل ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِفى ت ََو ِاد ِه ْم َوت ََرا ُح ِم ِه ْم َوتَ َعا‬
‫مسلم‬

“Perumpamaan orang mukmin di dalam cinta kasih dan kasih sayang dan kelembutannya itu
seperti satu tubuh yang apabila salah satu dari anggota tubuh itu terluka maka anggota yang lain
akan merasa tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Muslim)

Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah

Dan kita juga tahu bahwa lebah selalu memberikan yang baik-baik kepada manusia dengan madu
yang dihasilkannya, begitu juga kita harus selalu memberikan yang terbaik kepada saudara-
saudara kita terutama ditempat yang kita huni saat ini, dan memang kita diharuskan berbuat baik
kepada siapapun

Ada sebuah syair yang artinya: “dulu saat engkau dilahirkan engkau dalam keadaa menangis,
sedangkan orang-orang sekitarmu tertawa menyaksikan kehadiranmu, makadari itu berbuatlah
kebaikan di dunia ini selama hidupmu di dunia ini, agar nanti ketika engkau pergi meninggalkan
dunia ini engkau dalam keadaan tersenyum gembira, sedangkan orang-orang disekitarmu
menangis karena kepergianmu.”

Dari syair di atas dapat kita ketahui bersama bahwa kita dianjurkan untuk terus-menerus berbuat
kebaikan selama hidup di dunia ini, agar tercipta kehidupan yang harmonis dan persatuan umat
yang kuat.
Isilah Waktu Luang Dengan Kebaikan

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Marilah kita panjatkan puji ke hadirat Allah SWT, sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah
daikarunaikan-Nya kepada kita semua selaku hamba-Nya sehingga kita masih dapat
melaksanakan setiap aktivitas kita, terutama sekali untuk beribadah dalam rangka mendekatkan
diri kepada-Nya.

Sholawat seiring salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi akhir zaman yang membawa
risalah kedamaian untuk semesta alam dari sang Maha Pencipta, junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, para tabi’in, para tabi’ut tabi’in dan insya Allah
SWT terlimpah pula kepada kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha untuk meneladani
Beliau. Amin.

Pada kesempatan khutbah kali ini khotib berwasiat kepada diri khotib pribadi khususnya dan
kepada para jam’ah sekalian pada umumnya, mari kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita,
dengan senantiasa menjalani segala perintah-Nya dan berusaha menjauhi segala larangan-Nya,
dan dengan takwa pula kita bisa berbekal menghadap sang kholiq di yaumil akhir nanti.

ِ ‫ون يَا أ ُ ْو ِلي األ َ ْلبَا‬


‫ب‬ َّ ‫َوت َزَ َّود ُواْ فَإ ِ َّن َخي َْر‬
ِ ُ‫الزا ِد الت َّ ْق َوى َواتَّق‬

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku
Wahai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqoroh:197)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Dalam peribahasa orang barat “the time is money” waktu adalah uang, orang-orang arab sendiri
mengibaratkan “al-waqtu kas-saif” waktu itu ibarat pedang.

Nampaknya dari pengibaratan waktu di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa waktu
adalah sesuatu yang sangat berharga, orang-orang barat yang selalu mengejar kehidupan duniawi
mangibaratkan waktu adalah uang karena mereka merasa jika kehilangan satu detik saja maka
uang akan melayang.

Sedangkan orang arab yang memang dari sebelum Islam datangpun sudah amat suka bersya’ir,
maka lahirlah peribahasa waktu yang diibaratkan seperti pedang, karena pedang satu sisi bisa
menyelamatkan nyawa seseorang, tapi di lain waktu ia bisa sangat berbahaya bahkan bisa
mengakibatkan kematian itu sendiri.

Ada juga pepatah yang mengatakan bahwa waktu lebih berharga daripada uang, karena sejatinya
uang adalah harta dunia yang bisa dicari, sedangkan waktu adalah karunia Allah SWT. yang
tidak bisa dicari bahkan untuk mengembalikan satu detik yang telah kita lewati pun adalah
sesuatu yang sangat musatahil bisa terjadi.

Kehidupan duniawi memang dihiasi berbagai kesenangan sehingga dengan kesenangan yang
bersifat sementara tersebut manusai sering terlena dan lupa waktu, bahkan tidak jarang banyak
waktu yang terbuang hanya untuk menikmati kehidupan duniawi semata tanpa berpikir bahwa
dirinya akan mati dan menghadap ke hadirat sang Maha Pencipta untuk mempertanggung
jawabkan semua amalan perbuatannya selama hidup di dunia. Maka kenapa kita harus terlena
dengan kehidupan dunia?

Hadirin sidang jama’ah jumat yang berbahagia,


Salah satu yang sering dilalaikan oleh manusia adalah waktu luang, dimana manusia memiliki
jeda dalam rumitnya aktivitas sehari-sehari, orang sesibuk apapun bekerja baik di kantor,
sekolah, pabrik, pasar, ladang, sawah dan sebagainya, pastilah mempunyai waktu luang
ditengah-tengah kesibukannya. Dan dari waktu luangnyalah manusia membangun kerangka
sejati mengenai dirinya.

Orang-orang yang tidak punya kegiatan dalam hidupnya berpotensi sekali untuk melakukan
pergunjingan dan gosip.

ِ ‫َرضُوا ِبأ َ ْن َي ُكونُوا َم َع ْالخ ََوا ِل‬


‫ف‬

“Mereka merasa senang tinggal bersama orang-orang yang tidak diwajibkan ikut berperang”.
(QS. At-Taubah : 87).

Kosong tanpa kegiatan sama saja dengan mobil yang didorong, jalan sendiri di sebuah jalan
menurun. Jadilah mobil itu menabrak kesana kemari tanpa tujuan. Manakala suatu hari kita
mengalami kekosongan dalam hidup, bersiap-siaplah untuk menyambut datangnya kesedihan,
kesusahan, dan ketakutan.

Sesungguhnya kekosongan kita akan membuka semua arsip masa lalu, masa kini, dan masa
depan dari panggung kehidupan sehingga kita berada dalam kondisi yang ruwet.

Maka mari kita isi kekosongan yang mematikan ini dengan melakukan kegiatan yang
membuahkan hasil dan bermanfa’at. Kekosongan itu ibarat seorang pencopet yang sedang
menunggu mangsanya, begitu kita mengalami kekosongan, maka saat itu juga kita akan diserang
gempuran ilusi dari angan-angan dan saat itu hilanglah seluruh diri kita.

Oleh Karena itu marilah kita bangkit mulai dari sekarang untuk melakukan kegiatan, seperti
shalat sunnah, membaca, bertasbih, menelaah sebuah buku, menulis, merapikan meja kerja,
memperbaiki rumah atau memberi hal yang berguna bagi orang lain. Maka insya Allah 50%
kebahagiaan akan kita peroleh.

Apa yang harus dilakukan? Membaca merupakan salah satu jawabannya, baik itu membaca Al-
Qur’an, kitab-kitab hadits, buku-buku ilmu pegetahuan dan motivasi, sampai membaca situasi
kehidupan di sekeliling kita. Sehingga dengan begitu waktu luang tidak akan terlewati dengan
percuma.

Abu Ubaidah mengatakan bahwa Al-Muhallab pernah mengatakan kepada anak-anaknya dalam
wasiatnya, “Wahai anka-anakku, janganlah kalian berada di pasar-pasar kecuali membawa buku
untuk dibaca.” Al-Hasan Al-Lu’lu mengatakan, “Aku telah menjalani masa 40 tahun tidak
pernah tidur siang, tak banyak tidur malam hari, dengan buku yang kuletakkan di dadaku.”

Renungkanlah saudara-saudaraku, orang-orang yang telah mendahului kita, begitu antusiasnya


terhadap buku, dan begitu efektifnya mereka memanfaatkan waktu, maka sudah sepantasnyalah
kita yang hidup di dunia serba modern ini dimana buku-buku sudah tersebar merata bahkan di
internet pun dengan mudah kita bisa mengakses berbagai ilmu pengetahuan, maka patutkah kita
berdiam diri membiarkan waktu luang kita berlalu begitu saja?

Hadirin sidang jumat rohimakumullah

Marilah kita mulai hal ini dari diri kita, anak-anak kita, istri-istri kita, karib kerabat kita, teman-
teman kita, agar senantiasa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
Tanda Kuatnya Iman

Hadirin jama’ah jumat rakhimakumullah

Tiada kata yang paling pantas kita senandungkan pada hari yang berbahagia ini melainkan kata-
kata syukur kepada Allah SWT yang telah mencurahkan dan mencucurkan berbagai kenikmatan
kepada kita semua, sehingga kita semua dapat berkumpul dalam majelis ini dalam keadaan sehat
wal aafiyat. Dan marilah kita realisasikan rasa syukur kita dengan melakukan perintah-Nya serta
menjauhi larangan-larangan-Nya.

Sholawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, para sahabat, para tabi’in, para tabi’ut tabi’in dan insya Allah SWT
terlimpah pula kepada kita selaku umatnya yang senantiasa berusaha untuk meneladani Beliau.
Amin.

Kemudian tak lupa kami wasiatkan kepada diri kami pribadi dan kepada jamaah semuanya,
marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. karena keimanan dan
ketaqwaan merupakan sebaik-baik bekal menuju akhirat nanti.

Allah SWT berfirman :

ِ ‫ون َيا أ ُ ْو ِلي األ َ ْل َبا‬


‫ب‬ َّ ‫َوت َزَ َّود ُواْ فَإ ِ َّن َخي َْر‬
ِ ُ‫الزا ِد الت َّ ْق َوى َواتَّق‬

“Berbekallah kalian, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah
kepada-Ku wahai orang-orang yang berakal. (Q.S Al-Baqoroh: 197)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Iman dan Taqwa adalah dua kata yang senantiasa berdampingan dan beriringan, yang sudah
tidak asing lagi di telinga kita. Taqwa itu sendiri artinya menjalankan semua perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-larangan-Nya, sedangkan iman artinya menyakini dalam hati,
diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan, dan masih banyak lagi devinisi
taqwa dikalangan para ulama’, namun semuanya bermuara kepada satu pengertian yaitu seorang
hamba yang meminta perlindungan kepada Allah SWT dari adzab dan siksa-Nya, hal ini dapat
terwujud dengan melaksanakan apa yang di perintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-
Nya. Begitu juga dengan iman. Kemudian mengenai perintah iman dan taqwa itu sendiri banyak
terdapat didalam Al-Qur’an dan sebagian hadits. Diantaranya :

َ‫َّللاَ َح َّق ت ُ َقاتِ ِه َوالَ ت َ ُموت ُ َّن ِإالَّ َوأَنتُم ُّم ْس ِل ُمون‬
َّ ْ‫َيا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُواْ اتَّقُوا‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
(QS. Ali-Imran: 102)

Dan di dalam surat Al-Hasyr Allah SWT juga berfirman

َ‫ير ِب َما تَ ْع َملُون‬ َّ ‫ت ِلغَ ٍد َواتَّقُوا‬


َّ ‫َّللاَ ِإ َّن‬
ٌ ‫َّللاَ َخ ِب‬ ُ ‫َّللاَ َو ْلتَن‬
ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬
ْ ‫س َّما قَدَّ َم‬ َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)

Selain itu Allah SWT juga berfirman


َ‫شدُون‬ ِ ‫سأَلَكَ ِعبَادِي َعنِي فَإِنِي قَ ِريبٌ أ ُ ِجيبُ دَع َْوة َ الدَّاعِ ِإذَا دَ َع‬
ُ ‫ان فَ ْليَ ْست َِجيبُواْ ِلي َو ْليُؤْ ِمنُواْ ِبي لَ َع َّل ُه ْم يَ ْر‬ َ ‫َو ِإذَا‬

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqoroh : 186)

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Selain di dalam Al-Qur’an, perintah iman dan taqwa itu juga terdapat di dalam sebagian hadits
Rasulullah SAW, diantaranya yaitu;

‫سن‬ ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬


َ ‫ق َح‬ َ َّ‫ق الن‬ َ ‫ َوأَتْبِعِ السَّيِئَةَ ْال َح‬، َ‫ْث َما ُك ْنت‬
ِ ‫ َوخَا ِل‬، ‫سنَةَ تَ ْم ُح َها‬ ُ ‫َّللاَ َحي‬
َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫ات‬

“Bertaqwalah kalian kepada Allah SWT dimanapun berada, dan iringilah kejelekan dengan
kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus kejelekan, dan pergaulilah manusia dengan
akhlak yang baik”.

Imam Ibnu Kasir menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Umar bin khattab berkata kepada Ubai
bin Ka’ab tentang takwa ini, maka berkatalah Ubai kepada Umar, “Pernahkah engkau melewati
jalan yang penuh duri?” “ya, pernah.” Jawab Umar. Ubai bertanya lagi, “Apa yang anda lakukan
saat itu?” Umar menjawab, “saya akan berjalan dengan sungguh-sungguh dan berhati-hati sekali
agar tak terkena duri itu.” Lalu Ubai berkata, “itulah taqwa”.

Dari riwayat ini bisa kita ambil ibrahnya, bahwa taqwa itu adalah kepekaan batin, kelembutan
perasaan, rasa khauf kepada Allah SWT terus menerus, hingga ia selalu waspada dan hati-hati
agar tidak terkena duri syahwat dan duri syubhat di jalanan.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Betapa pentingnya nilai iman dan taqwa, hingga iman dan taqwa merupakan bekal yang terbaik
dalam menjalani kehidupan di dunia dan betapa tinggi derajat taqwa, hingga manusia yang
paling mulia di sisi Allah SWT adalah orang yang paling bertaqwa diantara mereka. Dan banyak
sekali buah yang akan dipetik, serta hasil yang akan diperoleh dan nikmat yang akan diraih oleh
orang yang beriman dan bertaqwa, di antaranya adalah:

Allah SWT akan membukakan pintu berkah dari langit dan bumi.

َ‫ض َولَ ِكن َكذَّبُواْ فَأ َ َخذْنَاهُم بِ َما كَانُواْ َي ْك ِسبُون‬


ِ ‫س َماء َواأل َ ْر‬ ٍ ‫َولَ ْو أ َ َّن أ َ ْه َل ْالقُ َرى آ َمنُواْ َواتَّقَواْ لَفَتَحْ نَا َعلَ ْي ِهم بَ َركَا‬
َّ ‫ت ِمنَ ال‬

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)

Allah SWT akan memberikan jalan keluar dari segala problema yang dihadapinya dan member
rizki tanpa di duga serta dimudahkan semua urusannya.

ُ ‫َّللاَ يَجْ َعل لَّهُ َم ْخ َر ًجا َو َي ْر ُز ْقهُ ِم ْن َحي‬


4 ُ‫ْث ال يَحْ تَسِب‬ َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫َو َمن يَت‬

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya”. (Q.S At-tholaq: 2-3)

· Allah SWT akan menempatkannya dalam surga yang kekal.

ْ َ‫ت أُولَئِكَ أ‬
َ‫ص َحابُ ْال َجنَّ ِة ُه ْم ِفي َها خَا ِلد ُون‬ َّ ‫َوالَّذِينَ آ َمنُواْ َو َع ِملُواْ ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬

“Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqoroh: 82)

Hadirin jama’at jumat rahimakumullah.


Iman dan Taqwa adalah barometer keimanan seorang muslim. Dengan iman dan taqwa mata hati
akan terbuka untuk melihat dan menerima kebenaran serta menolak dan menjauhi kemungkaran.
Namun sayang seribu sayang, tidak semua orang yang mengaku Islam itu beriman, sebagaimana
tidak semua orang yang beriman itu bertaqwa.

Kata taqwa yakni takut kepada Allah SWT sering kita dengar bahkan sering meluncur dari lidah
kita, seakan menjadi bahasa yang datar tanpa makna. Takut kepada Allah SWT tidak lagi
menjadi rasa, tetapi hanya sekedar menjadi bahasa.

Hadirin jama’ah jumat rahimakumullah.

Saat inilah keimanan dan ketaqwaan kita di uji, gila bola, ya itulah kiranya yang pantas menjadi
julukan sekarang ini. Piala dunia seolah menyedot seluruh perhatian semua orang, termasuk
kaum muslimin didalamnya. Tidak bisa dipungkiri memang, siapa sih yang gak suka bola?

Coba kita lihat mulai dari anak-anak, remaja, orang tua bahkan sampai pejabat negarapun
menyukainya. Begitu juga dengan tayangan tv, semua tayangan seolah menjadi bola. Mulai dari
iklan mie instan, sabun, sampai minumanpun semuanya seolah menjadi bola. Namun bukan itu
yang terpenting, sekali lagi disinilah keimanan kita diuji, apakah kita akan mengikuti mereka
yang menjadikan ajang bola ini menjadi sebuah perjudian?

Apakah kita akan mengabaikan begitu saja keutamaan waktu shalat atau malah melewatkan
waktu shalat? Dan apakah kita akan sama dengan mereka yang bangun malam tapi hanya duduk
manis menonton bola tanpa sedikitpun mengambil air wudhlu lalu berdiri untuk menghadap
Allah?

Para hadirin yang berbahagia, demikianlah apa yang bisa kami sampaikan, marilah kita berharap
kepada Allah SWT semoga kita termasuk orang-orang yang muttaqin yang selalu istiqomah di
jalan-Nya.
Implementasi amal dalam kehidupan

‫ْالم والمسلمين‬ ِ ‫صال ُح االس‬ َ ‫ووفَّقَنا ِل ْلعَ َم ِل بِما في ِه‬ َ َ‫ص ْي ْْن‬ِ ‫ْال ُم ْخ ِل‬ ‫ِعبا ِد ِه‬ ‫َجعَلَنا ِم ْن‬ ‫الحمد هلل الذى‬
‫ فياأيها المسلمون‬،،‫أشهد أن ال اله اال هللا وحده ال شريك وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الهادى الى الصراط لمستقيم أما بعد‬
‫ أعوذ باهلل من الشيطان‬،‫ فقال هللا تعالى في كتابه الكريم‬.‫س ًكا َق ِويا‬ ُّ ‫أوصيكم وإياي بتقوى هللا عز وجل والت َّ َمس ُِّك بهذا الدِين ت َ َم‬
َ َّ ُ َ َّ َ
َّ ‫“ الرجيم “يَا أيُّ َها الذِينَ آ َمنُوا اتَّقوا‬
َ‫َّللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َو َال ت َ ُموت ُ َّن إِال َوأ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬

Alhamdulilllah, segala puji kita panjatkan kehadirat Allah swt bahwa hingga saat ini, Allah
masih memberi kita kesempatan untuk menyempurnakan pengabdian kita kepadaNya, dengan
harapan mudah-mudahan segala kekurangan dalam proses pengabdian itu diampuni oleh Allah
swt. Mudah-mudahan juga momentum hari jumat ini semakin memberikan kita kesadaran akan
peningkatan kualitas iman dan takwa kita kepadaNya. Amin.

Sesungguhnya kehidupan ini memang Allah ciptakan untuk menguji siapa diantara hambaNya
yang paling banyak dan paling baik beramal. Beramal merupakan inti dari keberadaan manusia
di dunia ini, tanpa amal maka manusia akan kehilangan fungsi dan peran utamanya dalam
menegakkan khilafah dan imarah. Allah berfirman menegaskan tujuan keberadaan manusia,

ُ ُ‫يز ْالغَف‬
‫ور‬ ُ ‫سنُ َع َم ًال َوه َُو ْالعَ ِز‬
َ ْ‫الَّذِي َخلَقَ ْال َم ْوتَ َو ْال َحيَاة َ ِليَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَح‬

” Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“. (Al-Mulk: 2)

Namun pada tahap implementasinya, ternyata tidak cukup hanya beramal saja, karena memang
Allah akan menseleksi setiap amal itu dari niatnya dan keikhlasannya. Tanpa ikhlas, amal
seseorang akan sia-sia tidak berguna dan tidak dipandang sedikitpun oleh Allah swt. Imam Al-
Ghazali menuturkan, “Setiap manusia binasa kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu
akan binasa kecuali orang yang beramal (dengan ilmunya). Orang yang beramal juga binasa
kecuali orang yang ikhlas (dalam amalnya). Namun orang yang ikhlas juga tetap harus waspada
dan berhati-hati dalam beramal”.

Dalam hal ini, hanya orang-orang yang ikhlas beramal yang akan mendapat keutamaan dan
keberkahan yang sangat besar, seperti yang dijamin Allah dalam firmanNya, “Tetapi hamba-
hamba Allah yang dibersihkan (bekerja dengan ikhlas). Mereka itu memperoleh rezki yang
tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam syurga-
syurga yang penuh kenikmatan”. (Ash-Shaaffat: 40-43)

Sidang Jamaah Jumat Rahimakumullah

Ayat tentang keutamaan dan jaminan bagi orang yang bekerja dengan ini ini seharusnya menjadi
motifasi utama kita dalam menjalankan tugas dan pekerjaan kita sehari-hari dalam apapun
dimensi dan bentuknya, baik dalam konteks “hablum minaLlah atau Hablum minannas”..karena
hanya orang yang mukhlis nantinya yang akan meraih keberuntungan yang besar di hari kiamat,
yaitu syurga Allah yang penuh dengan kenikmatan, meskipun dia harus banyak bersabar terlebih
dahulu ketika di dunia. Ayat ini juga merupakan salah satu diantara jaminan yang disediakan
oleh Allah bagi orang-orang yang mukhlis.

Jaminan lain yang Allah sediakan bagi mereka yang ikhlas dalam beramal bisa ditemukan dalam
kisah perjalanan Yusuf as ketika beliau berhadapan dengan seorang wanita yang mengajaknya
melakukan kemaksiatan. Bahwa Allah akan senantiasa memelihara hambaNya yang mukhlis dari
perbuatan keji dan maksiat, “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan
itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia
tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang
mukhlis“. (yusuf: 24).

Dalam ayat lain, orang yang mukhlis juga mendapat jaminan akan terhindar dari godaan dan
bujuk rayu syetan. Syetan sendiri mengakui ketidakberdayaan dan kelemahan mereka dihadapan
orang-orang yang beramal dengan ikhlas, “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-
hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka.” (Al-Hijr: 39-40).

Dengan redaksi yang sama, ayat ini berulang dalam surah Shaad, “Iblis menjawab: “Demi
kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang
mukhlis di antara mereka“. (Shad: 82-83). Sungguh benteng keikhlasan merupakan benteng yang
paling kokoh yang tak tergoyahkan oleh apapun bentuk rayuan dan fitnah iblis dan sekutunya.

Sidang Jamaah Jumat Rahimakumullah

Dalam tinjauan ilmu qira’at, para ulama qira’at berbeda dalam membaca kata “Al-Mukhlashin”
yang tersebut pada akhir kedua ayat tersebut. Sebagian qari’ membaca Al-Mukhlashin dengan
ism maf’ul dan sebagian lainnya membaca dengan isim fi’il Al-Mukhlishin. Imam Ibnu Katsir,
Abu Amr dan Ibnu Amir, membaca seluruh kalimat ini dalam Al-Qur’an dengan bacaan “Al-
Mukhlishin” yang artinya: Mereka mampu memurnikan agama dan ibadah mereka dari segala
noda yang bertentangan dengan nilai tauhid.

Sedangkan ulama qira’at yang lain membaca Al-Mukhlashin yang artinya: Mereka yang
dipelihara dan mendapat taufik dari Allah untuk memiliki sifat Ikhlas. Berdasarkan qira’at ini,
ikhlas dan iman adalah mutlak anugerah Allah swt kepada hamba-hambaNya yang dikehendaki.
Namun setiap hamba diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa memperhatikan dan
meningkatkan kadar dan tingkt keikhlasannya dalam beramal. Bahkan Allah menyuruh kita
meneladani orang-orang yang mendapat petunjuk karena tidak pernah mengharapkan balasan
dari amalnya kecuali dari Allah swt, “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Yaasin: 21)

Secara prinsip, Islam memandang keikhlasan sebagai pondasi dan ruh sebuah amal, apapun
bentuknya amal tersebut selama termasuk kategori amal sholih. Baik amal tersebut dilakukan
dalam skala pribadi maupun secara kolektif (bermasyarakat, berbangsa dan bernegara). Bahkan
keikhlasan dalam ruang lingkup kolektif sosial ternyata sesuatu yang berat dan memerlukan lebih
kesabaran.

Dalam konteks ini, keikhlasan harus dibangun secara timbal balik antara seluruh individu dalam
masyarakat dan menghindari kecemburuan serta persepsi negatif terhadap masing-masing
anggota. Demikian, semakin luas wilayah kerja seseorang, maka semakin dibutuhkan keikhlasan.
Apalagi di tengah semakin beragam hambatan atau ujian keikhlasan yang menghadangnya, yang
pada umumnya adalah seperti yang dinyatakan oleh Syekh Hasan Al-Banna’ dalam Risalahnya,
yaitu: harta, kedudukan, popularitas, gelar, ingin selalu tampil di depan dan diberi penghargaan
dan pujian dan sebagainya.

Sidang Jamaah Jumat Rahimakumullah

Jika keikhlasan dituntut dari setiap orang yang beramal, maka menurut Dr. Ali Abdul Halim
Mahmud, keikhlasan bagi seorang da’i merupakan keniscayaan yang harus senantiasa
menyertainya karena ia akan berhadapan dengan berbagai keadaan dan beragam manusia dalam
perjalanan dakwahnya. Jika tidak, maka binasa dan sia-sialah amalnya. Bahkan sifat yang
mendasar bagi seorang da’i yang harus senantiasa melaziminya adalah ikhlas.

Oleh karena itu, para ulama hadits menjadikan bab Niat berada di awal kitab hadits susunan
mereka, agar karya tulis mereka selalu diawali dengan keikhlasan dan tidak luput dari sifat ini.
Bisa dibayangkan para ulama yang merupakan teladan dalam beramal mencontohkan kita agar
senantiasa mengukur setiap amal yang kita lakukan dengan ukuran ikhlas.

Para nabi Allah dalam kapasitas mereka sebagai da’i senantiasa menjadikan keikhlasan sebagai
jargon dan prinsip dakwah mereka. Sebagai contoh Nabi Muhammad saw sebagai teladan utama
dalam hal ini mengemukakan tentang motifasinya dalam berdakwah, “Katakanlah: “Aku tidak
meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan
(mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya“. (Al-
Furqan: 57)

Dengan redaksi yang sama dan dalam surah yang sama secara berdampingan, seluruh nabi Allah
menekankan prinsip keikhlasan dalam dakwah mereka yang ideal, mulai dari nabi Nuh, Hud,
Shalih, Luth dan Syu’aib as. “Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan
itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam“. (Asy-Syu’ara’: 109, 127, 145, 164,
180).

Inilah bangunan keikhlasan yang pernah ditunjukkan dan dicontohkan dalam dakwah para nabi
Allah swt, sehingga mereka meraih kesuksesan dan diabadikan namanya oleh Allah swt sebagai
cerminan bagi para da’i setelah mereka.

Menurut bahasa, dalam kata ikhlas terkandung beberapa makna; jernih, bersih, suci dari
campuran dan pencemaran, baik berupa materi maupun non materi. Lawan dari ikhlas adalah
nifak dan riya’.

Rasulullah saw bersabda tentang sifat yang mulia ini dalam sabdanya, “Barangsiapa yang tujuan
utamanya meraih pahala akhirat, niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya dalam kalbunya,
menghimpunkan baginya semua potensi yang dimilikinya, dan dunia akan datang sendiri
kepadanya seraya mengejarnya. Sebaliknya, barangsiapa yang tujuan utamanya meraih dunia,
niscaya Allah akan menjadikan kemiskinannya berada di depan matanya, membuyarkan semua
potensi yang dimilikinya, dan dunia tidak akan datang sendiri kepadanya kecuali menurut apa
yang telah ditakdirkan untuknya“. (Tirmidzi).

Dalam apapun keadaan, keikhlasan akan tetap menjadi modal, bekal sekaligus kemudi amal
sholih, apalagi dakwah sebagai puncak dari amal sholih. Karena semakin berat dan mulia sebuah
tugas tentu akan semakin dibutuhkan keikhlasan. Semakin dewasa perjalanan dan pengalaman
dakwah seseorang, maka semestinya semakin baik tingkat dan kualitas keikhlasannya.

Keikhlasan juga merupakan salah satu dari dua pilar dan syarat diterimanya amal sholih, bahkan
ia yang paling utama, seperti yang dinyatakan oleh Abdullah bin Al-Mubarak ketika menafsirkan
ayat: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya” (Al-Mulk: 2). Tanpanya amal seseorang akan sia-sia tidak bernilai. Untuk
itu, dengan ikhlas, akan mencukupi amal yang sedikit seperti yang ditegaskan dalam sebuah
riwayat Ad-Dailami, “Ikhlaslah kamu dalam beramal, maka cukuplah amal yang sedikit yang
kamu lakukan”.

” ُ‫ص ْالعَ َم َل يَجْ ِزيْكَ الق ِل ْي ُل ِم ْنه‬


ِ ‫”أَ ْخ ِل‬

Agar ikhlas dapat terpelihara, tentu ada variabel yang melekat pada setiap amal yang kita
lakukan; diantaranya variabel profesionalisme, kompetensi, itqan dan kesungguhan. Maka amal
yang cenderung apa adanya, serampangan, asal jadi, “pokoknya” dan amal yang tidak konsisten
bisa jadi karena ketidak ikhlasan kita dalam menjalankan tugas tersebut. Ini tantangan terberat
bagi kita sesungguhnya. Ikhlas inilah yang akan memperkuat potensi spritualitas kita. Lantas
pertanyaan besar kita, “Apakah ruh dan motifasi yang menggerakkan roda amal kita selama ini
???…

Anda mungkin juga menyukai