هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر
”هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر َوهَّلِل ِ ْال َح ْم ُد.
ت اَ ْع َمالِنَا ِ اَ ْل َح ْم ُد هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَتُوْ بُ اِلَ ْي ِه َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر اَ ْنفُ ِسنَا َو َسيَِّئا
اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا.ُي لَه َ ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد ِ َم ْن يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم
: اَ َّما بَ ْع ُد.صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َءالِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ اِلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن َّ َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َوال
َ يَااَيُّهَا الَّ ِذ ْين:ال هللاُ تَ َعالَى فِى ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِري ِْم َ َ ق. َص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َو هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن ِ ْ اُو: ِاعبَا َد هللا ِ َفَي
َق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن اِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن َّ اَ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح
“Islam adalah yang terang-terangan, iman di dalam hati.” Dan sambil menunjuk ke dadanya
tiga kali beliau bersabda, “Takwa ada di sini, takwa ada di sini.” (HR Ahmad dari Anas bin
Malik)
Dan tahulah kita jika perubahan dari bersumber dari keimanan, dari hati dan jiwa. Maka
perubahan itu menjadi massif dan universal, raga dan fisik kita turut berubah. Pikiran dan
1
Khutbah Iedul Fitri 1438 di Nurul Jannah Rt. 02/02 Poris Plawad Utara, Cipondoh Kota Tangerang
perasaan kita ikut berbenah. Cita-cita dan harapan kita terarah. Intuisi kita terasah. Lalu lahirlah
peradaban manusia yang membawa mereka kepada kebaikan dan ketinggian.
Sejarah telah membuktikan betapa manusia akan hidup harmoni apabila dikendalikan oleh nilai
dan peradaban yang bersumber dari langit, dari hati dan jiwa. Timur dan Barat merasakan
damainya, tenteramnya, kasih sayangnya, keadilannya, dan keindahannya. Potensi alam dan
manusia tereksplorasi secara maksimal dan kemakmurannya terdistribusikan secara merata dan
proporsional. Keberkahan langit dan bumi menyatu lalu dicurahkan demi kepentingan manusia.
Tempat kehidupan memang bumi namun sumber kehidupan berasal dari langit. Manusia memang
hidup dan beraktivitas dengan fisiknya, namun ia tak berarti apa-apa tanpa kehidupan hati dan
jiwanya.
“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan
yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka
bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan
adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Kahfi: 45)
Rasulullah saw bersabda,
َُت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّهُ َأاَل َو ِه َي ْالقَ ْلب
ْ َوِإ َذا فَ َسد،ُصلُ َح ْال َج َس ُد ُكلُّه َ َأالَ ِإنَ فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغةٌ ِإ َذا
ْ صلُ َح
َ ت
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal darah, jika ia sehat, sehat pula seluruh
jasad, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah
hati.” (Bukhari)
Abu Hurairah mengatakan, “Hati adalah raja dan tubuh adalah tentaranya, jika raja itu baik, baik
pula tentaranya dan jika raja itu jahat maka jahat pula tentaranya.”
Begitu pula dengan bumi, ia akan ada kehidupan dengan kesuburan dan keindahannya serta rizki
manakala ada peran langit.
“Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan
itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46)
Demikian pula jika seluruh kehidupan ini dikendalikan dan diatur oleh unsur tanah dan bumi
dengan segala produk bumi dalam hal nilai, aturan, undang-undang, budaya, dan estetika. Maka
tidak akan ada harmoni di dalamnya. Akan terjadi kontradiksi pada tataran pelaksanaannya.
Apa yang terjadi di tengah kehidupan ini inilah biang dan sumbernya karena bukan wahyu dan
titah langit yang menjadi sumber acuan. Maka keadilan langit tidak ditegakkan. Kebaikan dan
keburukan tidak jelas ukurannya. Siapa yang punya kuasa, dialah yang bisa memaksakan
kebaikan versi dirinya. Manusia menuruti kehendak dan nafsu syahwat hayawaniyah dengan
mengabaikan norma langit. Hingga kejahatan dan kemaksiatan terjadi dimana-mana, tanpa ada
perasaan bersalah oleh pelakunya.
َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َمالِئ َكةٌ ِغالظٌ ِشدَا ٌد ال يَ ْعصُونَ هَّللا
ََما َأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َمرُون
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Pasca Ramadhan suasana itu tetap perlu dijaga. Anak-anak tetap perlu diajak memakmurkan
masjid. Masyarakat perlu dilibatkan dalam menjaga suasana keberagamaan, menegakkan yang
ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Masing-masing bertugas di posnya masing-masing sesuai
dengan kapasitasnya. Da’i, guru, tokoh agama, pemerintah dengan berbagai levelnya
4. Interaksi dengan Al-Quran
Baik dengan membacanya, menghafalnya, mentadaburinya, dan mengamalkannya. Rutinitas
tilawah akan menjaga spiritual seorang mukmin. Jika di bulan Ramadhan kemarin masing-masing
pribadi memiliki target mengkhatamkan tilawah Al-Quran, pasca Ramadhan jangan sampai kitab
suci itu ditinggalkan. Tetap memiliki target meski secara kuantitas berkurang daripada bulan
Ramadhan.
َوقَا َل ال َّرسُو ُل يَا َربِّ ِإ َّن قَوْ ِمي اتَّ َخ ُذوا هَ َذا ْالقُرْ آنَ َم ْهجُورًا
“Berkatalah Rasul, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu
yang tidak diacuhkan.” (Al-Furqan: 30)
5. Menjauhi Kemungkaran
Menjadi shalih adalah dengan melakukan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Jika pada bulan
Ramadhan kita mampu menahan diri dari kemungkaran, baik pada tataran perbuatan, lisan, dan
hati. Di luar bulan Ramadhan kemungkaran tidak berubah menjadi kebaikan, ia tetap sebagai
keburukan dan dosa yang mesti dijauhi. Kemampuan mengendalikan diri di bulan Ramadhan
harus ada dampaknya pasca Ramadhan nanti. Jika pada bulan Ramadhan kita mampu menjauhi
kemaksiatan, bukan lantas di luar Ramadhan kita bebas mengumbar hawa nafsu dan
mempertontonkan kemaksiatan.
Kendatipun intensitas nasihat dan taushiyah di berbagai tempat dan media berkurang, bahkan tak
jarang di antaranya yang mengajak manusia melakukan kemaksiatan. Spirit Ramadhan tidak
boleh melemah dalam membentengi diri dari dosa dan kemungkaran. Bukankah Allah telah
jadikan puasa sebagai tameng dan benteng?
Rasulullah saw bersabda,
ٌالصِّ يَا ُم ُجنَّة
ِ×) هللاُ اَ ْكبَرْ كبيرا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو َأصْ ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوالللهُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكبَرْ َوهلل4( ْ×) هللاُ اَ ْكبَر3( ْهللاُ اَ ْكبَر
ْال َح ْم ُد
ُ ِْك لَ ُه لَ ُه ْال َمل
ك َ ×) اَ ْش َه ُد اَنْ الَ ِالَ َه ِاالَّ هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري3( ْ هللاُ اَ ْك َبر.ان َ ض َ هلل الَّذِى َج َع َل ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن عِ يْدَ ْالف ِْط ِر َبعْ دَ صِ يا َ ِم َر َم ِ اَ ْل َحمْ ُد
الل ُه َّم.ْا َلعظِ ْي ُم ْاالَ ْك َبرْ َواَ ْش َه ٌد اَنَّ َسيِّدَ نا َ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّشافِ ُع فِى ْال َمحْ َشرْ َن ِبيَّ َق ْد َغ َف َر هللاُ لَ ُه َما َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه َو َما َتَأ َّخ َر
هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه ِ َ َف َيا عِ َباد. اَمَّا َبعْ ُد. ْ هللاُ اَ ْك َبر. ْس َو َطهَّر
َ هللا ِا َّتقُوا َ ْب َع ْن ُه ُم الرِّ ج َ لى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َح ِاب ِه الَّ ِذي َْن اَ ْذ َه َ ص ِّل َع َ
َوالَ َتم ُْو ُتنَّ ِاالَّ َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن