Anda di halaman 1dari 7

Agar Kemesraan Tak Segera Berlalu

Abdul Roup, M.Pd.I1

‫ هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر‬  ‫هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر‬   ‫هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر‬
‫”هَّللا ُ َأ ْكبَ ُر َوهَّلِل ِ ْال َح ْم ُد‬.
‫ت اَ ْع َمالِنَا‬ ِ ‫اَ ْل َح ْم ُد هّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَتُوْ بُ اِلَ ْي ِه َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر اَ ْنفُ ِسنَا َو َسيَِّئا‬
‫ اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا‬.ُ‫ي لَه‬ َ ‫ض َّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَالَ هَا ِد‬ ِ ‫َم ْن يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم‬
:‫ اَ َّما بَ ْع ُد‬.‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى نَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى َءالِ ِه َواَصْ َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َعهُ اِلَى يَوْ ِم ال ِّدي ِْن‬ َّ ‫َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َوال‬
َ‫ يَااَيُّهَا الَّ ِذ ْين‬:‫ال هللاُ تَ َعالَى فِى ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِري ِْم‬ َ َ‫ ق‬. َ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َو هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬ ِ ْ‫ اُو‬: ِ‫اعبَا َد هللا‬ ِ َ‫فَي‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن اِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ َّ ‫اَ َمنُوا اتَّقُوا هللاَ َح‬

Kaum Muslimin, hafidzakumullah


Bulan Ramadhan telah berlalu. Bulan yang telah mengharu biru perasaan kita. Membawa jiwa kita
kepada ketinggian melalui tangga-tangga takwa. Suasana spiritual kita melambung tinggi
meninggalkan bumi yang kita jejak menuju alam illiyyin. Tiba-tiba di bulan itu kita mengalami
suasana batin yang berbeda. Tiba-tiba kita lebih dekat dengan masjid, lebih mesra dengan Al-
Quran, lebih khusyu’ berhadapan dengan Ar-Rahman. Seolah kita tak tercipta dari tanah.
Suasana di rumah menjadi lebih meriah. Masjid ramai oleh jamaah. Kantor menjadi majelis taklim
beriring merdu suara tilawah. Mall dan pusat perbelanjaan berhias spanduk dan baliho pesan-
pesan dan taushiyah. Dengan pramuniaga mengenakan kerudung dan kopiyah. Pun pula host di
acara Entertainment di media elektronik fasih mengucapkan salam dengan wajah sumringah. Lalu
di penghujung bulan suasana bandara, terminal, pelabuhan dan stasiun kereta sibuk melayani
pemudik menjinjing tas dan membawa kopor serta oleh-oleh sebagai hadiah.
Kegiatan Ramadhan diselenggarakan. Buka puasa bersama mempertemukan teman alumni
seangkatan atau karyawan perusahaan. Atasan dan bawahan menyantap hidangan yang sama
pada waktu yang telah ditentukan. Karena bawahan, bukan lantas bersantap belakangan sedang
yang atasan didahulukan. Tarawih bahkan qiyam Ramadhan meriah dilaksanakan. Lalu para
ustadz dan da’i mendadak menjadi selebriti yang meramaikan panggung-panggung kajian
menyampaikan pesan-pesan ketakwaan.

Kaum Muslimin, hafidzakumullah


Mengertilah kita betapa Ramadhan telah membawa dan menciptakan perubahan, baik pada skala
pribadi, keluarga, lembaga, dan masyarakat. Harapannya semoga perubahan itu bersumber dari
keimanan. Sejak panggilan cinta dari Ar-Rahman dari Arasy-Nya “Hai orang-orang beriman,
diwajibkan kalian berpuasa…” yang sesungguhnya puasa itu bukan sekedar urusan perut, mulut,
dan syahwat, dan ia lebih berurusan dengan jiwa. “Agar kalian bertakwa.”
‫ اَلتَّ ْق َوى هَاهُنَا‬،‫ اَلتَّ ْق َوى هَاهُنَا‬:ً‫ت قَاِئال‬ َ َ‫ص ْد ِر ِه ثَال‬
ٍ ‫ث َمرَّا‬ َ ‫ َوَأ َش‬،‫ب‬
َ ‫ار ِإلَى‬ ِ ‫ان فِي ْالقَ ْل‬
ُ ‫ َواِإْل ْي َم‬،ٌ‫اِإل ْسالَ ُم َعالَنِيَة‬

“Islam adalah yang terang-terangan, iman di dalam hati.” Dan sambil menunjuk ke dadanya
tiga kali beliau bersabda, “Takwa ada di sini, takwa ada di sini.” (HR Ahmad dari Anas bin
Malik)
Dan tahulah kita jika perubahan dari bersumber dari keimanan, dari hati dan jiwa. Maka
perubahan itu menjadi massif dan universal, raga dan fisik kita turut berubah. Pikiran dan

1
Khutbah Iedul Fitri 1438 di Nurul Jannah Rt. 02/02 Poris Plawad Utara, Cipondoh Kota Tangerang
perasaan kita ikut berbenah. Cita-cita dan harapan kita terarah. Intuisi kita terasah. Lalu lahirlah
peradaban manusia yang membawa mereka kepada kebaikan dan ketinggian.
Sejarah telah membuktikan betapa manusia akan hidup harmoni apabila dikendalikan oleh nilai
dan peradaban yang bersumber dari langit, dari hati dan jiwa. Timur dan Barat merasakan
damainya, tenteramnya, kasih sayangnya, keadilannya, dan keindahannya. Potensi alam dan
manusia tereksplorasi secara maksimal dan kemakmurannya terdistribusikan secara merata dan
proporsional. Keberkahan langit dan bumi menyatu lalu dicurahkan demi kepentingan manusia.
Tempat kehidupan memang bumi namun sumber kehidupan berasal dari langit. Manusia memang
hidup dan beraktivitas dengan fisiknya, namun ia tak berarti apa-apa tanpa kehidupan hati dan
jiwanya.

َ‫ج ِم ْنهَا َك َذلِك‬ َ ‫ت لَي‬


ِ ‫ْس بِ َخ‬
ٍ ‫ار‬ ِ َّ‫َأ َو َم ْن َكانَ َم ْيتًا فََأحْ يَ ْينَاهُ َو َج َع ْلنَا لَهُ نُورًا يَ ْم ِشي بِ ِه فِي الن‬
ُّ ‫اس َك َم ْن َمثَلُهُ فِي‬
ِ ‫الظلُ َما‬
َ‫ُزيِّنَ لِ ْل َكافِ ِرينَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
“Dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah
masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang
sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu
memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 122)
‫ض فََأصْ بَ َح هَ ِشي ًما ت َْذرُوهُ الرِّ يَا ُح‬ ْ ‫َواضْ ِربْ لَهُ ْم َمثَ َل ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َك َما ٍء َأ ْن‬
ْ َ‫زَلنَاهُ ِمنَ ال َّس َما ِء ف‬
ُ َ‫اختَلَطَ بِ ِه نَب‬
ِ ْ‫ات األر‬
‫َو َكانَ هَّللا ُ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء ُم ْقتَ ِدرًا‬

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan
yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka
bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan
adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Kahfi: 45)
Rasulullah saw bersabda,
ُ‫َت فَ َس َد ْال َج َس ُد ُكلُّهُ َأاَل َو ِه َي ْالقَ ْلب‬
ْ ‫ َوِإ َذا فَ َسد‬،ُ‫صلُ َح ْال َج َس ُد ُكلُّه‬ َ ‫َأالَ ِإنَ فِي ْال َج َس ِد ُمضْ َغةٌ ِإ َذا‬
ْ ‫صلُ َح‬
َ ‫ت‬
“Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada segumpal darah, jika ia sehat, sehat pula seluruh
jasad, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah
hati.” (Bukhari)
Abu Hurairah mengatakan, “Hati adalah raja dan tubuh adalah tentaranya, jika raja itu baik, baik
pula tentaranya dan jika raja itu jahat maka jahat pula tentaranya.”
Begitu pula dengan bumi, ia akan ada kehidupan dengan kesuburan dan keindahannya serta rizki
manakala ada peran langit.

َ‫َوفِي ال َّس َما ِء ِر ْزقُ ُك ْم َو َما تُو َع ُدون‬


“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezkimu[1418] dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan
kepadamu.” (Az-Dzariyat: 22)

Kaum Muslimin, hafidzakumullah


Namun apa jadinya jika kehidupan manusia dikendalikan oleh jasad dengan segala tuntutan dan
syahwatnya. Dengan ego dan kebodohannya. Bisa dipastikan bahwa produk yang dihasilkannya,
baik yang berupa amal, kata-kata, bahkan pikirannya tidak jauh berbeda dengan karakternya.
Fungsi-fungsi ruh dan jiwa tidak lagi berguna. Dan saat itu tak ada bedanya manusia dengan
makhluk lain yang diciptakan dari tanah yang sama.
ٌ ‫ض فَتَ ُكونَ لَهُ ْم قُلُوبٌ يَ ْعقِلُونَ بِهَا َأوْ آ َذ‬
َ ‫ان يَ ْس َمعُونَ بِهَا فَِإنَّهَا ال تَ ْع َمى األ ْب‬
‫صا ُر َولَ ِك ْن‬ ِ ْ‫َأفَلَ ْم يَ ِسيرُوا ِفي األر‬
ِ ‫تَ ْع َمى ْالقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّ ُد‬
‫ور‬

“Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan
itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat
mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati
yang di dalam dada.” (Al-Hajj: 46)
Demikian pula jika seluruh kehidupan ini dikendalikan dan diatur oleh unsur tanah dan bumi
dengan segala produk bumi dalam hal nilai, aturan, undang-undang, budaya, dan estetika. Maka
tidak akan ada harmoni di dalamnya. Akan terjadi kontradiksi pada tataran pelaksanaannya.
Apa yang terjadi di tengah kehidupan ini inilah biang dan sumbernya karena bukan wahyu dan
titah langit yang menjadi sumber acuan. Maka keadilan langit tidak ditegakkan. Kebaikan dan
keburukan tidak jelas ukurannya. Siapa yang punya kuasa, dialah yang bisa memaksakan
kebaikan versi dirinya. Manusia menuruti kehendak dan nafsu syahwat hayawaniyah dengan
mengabaikan norma langit. Hingga kejahatan dan kemaksiatan terjadi dimana-mana, tanpa ada
perasaan bersalah oleh pelakunya.

Kaum Muslimin, hafidzakumullah


Puasa menciptakan harmoni hubungan antar jasad dan ruh, antar fisik dan jiwa dan menjadikan
jiwa sebagai pusat kendali. Harmoni hubungan antara langit dan bumi. Insan bertakwa adalah
yang kakinya menjejak bumi namun kepalanya menjelajah langit. Yang berjalan di tengah
manusia, bergaul dan bergumul, memberi dan menerima. Perkataan dan perbuatannya
bersumber dari jiwa dan hati yang sepenuhnya berada dalam genggaman Ar-Rahman, Tuhannya.
Itulah suasana Ramadhan yang indah dan penuh kemesraan.
Namun, bulan lain adalah bulannya Allah juga, sebagaimana bulan Ramadhan. Hari lain adalah
hari-hari Allah. Jika di bulan Ramadhan kita merasakan keindahan suasana spiritual kita. Itu
bukan semata karena momen Ramadhannya semata. Betapa banyak manusia yang di bulan suci
kemarin tetap dikuasai oleh setannya, syahwatnya, nafsunya, dan tuntutan jasad kebumiannya.
Maka agar harmoni ini tidak segera berlalu dengan berlalu bulan Ramadhan. Berikut ini suasana
yang tetap bisa dijaga meski berlain bulan berbeda hari. Dan kita tetap menjadi hamba Allah di
bulan Ramadhan dan di luar bulan Ramadhan.
1. Mengikat Diri dengan Akhirat dan Apa yang Dijanjikan Allah
Nuansa spiritual sangat terasa selama bulan Ramadhan. Amal dan ibadah kita jelas sekali
orientasinya. Kita berharap balasan dan janji Allah. Dengan janji-janji pahala dan surga kaum
Muslimin gegap gempita memenuhi panggilan Allah. Berlapar dahaga dan berlelah-lelah rela
dialami demi meraih pahala Allah. Kantuk ditahan agar bisa mengeja Al-Quran karena berharap
syafaatnya. Hingga surga terasa di depan mata.
Orientasi akhirat membuat si kaya tak tertipu dan dengan kekayaannya dan tidak menjadikannya
sombong dengan kekayaannya. Kekayaannya tidak menjadikannya bangga diri dan merasa lebih
mulia dari yang lain. Justru dengan kekayaannya membuatnya khawatir terhadap beban
pertanggung-jawabannya menjadi berat di akhirat kelak. Orientasi akhirat dan apa yang ada di sisi
Allah membuat si miskin tidak minder dengan kemiskinannya. Bahkan kemiskinannya
membuatnya merasa bangga dan bahagia karena beban pertanggung-jawabannya lebih ringan di
akhirat nanti.
Dengan orientasi akhirat, maka semua yang terjadi menimpa seseorang, sedih, gembira, derita,
bahagia, sakit, sehat, lapang, sempit, mudah, susah, malang, mujur, dizalimi, dimuliakan, dihina,
disanjung, semuanya adalah kendaraan yang membuat orang beriman berselancar menuju
kenikmatan dan balasan akhirat. Semua fana dan sementara. Akhiratlah yang kekal dan abadi.
‫واآلخرة خير وأبقى‬

“Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (Al-A’la: 17)


2. Menjaga Syiar-syiar Ibadah
Syiar-syiar ibadah ibarat terminal-terminal kehidupan. Di terminal-terminal itu kita berhenti sejenak
untuk menambah bekal perjalanan dan menambah bahan bakar kendaraan. Sembari
mengevaluasi perjalanan yang kita lewati. Dari shalat ke shalat, dari satu ibadah ke ibadah yang
lain. Demikian pula dengan ibadah lain, puasa, zakat, haji.
‫غ ْال ُوضُوْ ِء‬
ُ ‫ ِإ ْسبَا‬:‫ قَا َل‬،ِ‫ بَلَى يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ت؟ قَالُوْ ا‬ ِ ‫ َويَرْ فَ ُع بِ ِه ال َّد َر َجا‬،‫َأاَل َأ ُدلُّ ُك ْم َعلَى َما يَ ْمحُو هللاُ بِ ِه ْالخَ طَايَا‬
ُ‫صاَل ِة؛ فَ َذلِ ُك ُم الرِّ بَاط‬ َّ ‫ َوا ْنتِظَا ُر ال‬،‫اج ِد‬
َّ ‫صالَ ِة بَ ْع َد ال‬ ِ ‫ َو َك ْث َرةُ ْال ُخطَا ِإلَى ْال َم َس‬،‫ار ِه‬
ِ ‫َعلَى ْال َم َك‬
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang kesalahan-kesalahan yang dihapus Allah dan
mengangkat derajatnya?” Para sahabat menjawab, “Mau ya Rasulullah.” Beliau bersabda,
“Menyempurnakan wudhu terhadap bagian-bagian yang tidak disukai, memperbanyak langkah
menuju masjid. Dan menunggu shalat setelah shalat. Itulah ribath.” (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
3. Menjaga Suasana Keberagamaan dalam Keluarga dan Masyarakat (tadayyun a’ily wa sya’bi)
Di bulan Ramadhan kemarin kita beribadah bersama keluarga. Anak-anak yang belum baligh pun
mulai diajari berpuasa. Di masjid penuh dengan suara gaduh anak-anak bermain dan bercanda.
Beberapa daerah membuat perda larangan berjualan makanan di siang hari untuk menghormati
yang sedang berpuasa. Hampir semua stasiun televisi membuat acara spesial edisi Ramadhan. Di
kampung-kampung maupun di kota para pedagang menjajakan aneka makanan dan minuman
berbuka. Itu adalah syiar-syiar Ramadhan yang memasuki seluruh wilayah kehidupan di semua
segmen, utamanya segmen keluarga dan masyarakat.

َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا َأ ْنفُ َس ُك ْم َوَأ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ َعلَ ْيهَا َمالِئ َكةٌ ِغالظٌ ِشدَا ٌد ال يَ ْعصُونَ هَّللا‬
َ‫َما َأ َم َرهُ ْم َويَ ْف َعلُونَ َما يُْؤ َمرُون‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Pasca Ramadhan suasana itu tetap perlu dijaga. Anak-anak tetap perlu diajak memakmurkan
masjid. Masyarakat perlu dilibatkan dalam menjaga suasana keberagamaan, menegakkan yang
ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Masing-masing bertugas di posnya masing-masing sesuai
dengan kapasitasnya. Da’i, guru, tokoh agama, pemerintah dengan berbagai levelnya
4. Interaksi dengan Al-Quran
Baik dengan membacanya, menghafalnya, mentadaburinya, dan mengamalkannya. Rutinitas
tilawah akan menjaga spiritual seorang mukmin. Jika di bulan Ramadhan kemarin masing-masing
pribadi memiliki target mengkhatamkan tilawah Al-Quran, pasca Ramadhan jangan sampai kitab
suci itu ditinggalkan. Tetap memiliki target meski secara kuantitas berkurang daripada bulan
Ramadhan.
‫َوقَا َل ال َّرسُو ُل يَا َربِّ ِإ َّن قَوْ ِمي اتَّ َخ ُذوا هَ َذا ْالقُرْ آنَ َم ْهجُورًا‬

“Berkatalah Rasul, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu
yang tidak diacuhkan.” (Al-Furqan: 30)
5. Menjauhi Kemungkaran
Menjadi shalih adalah dengan melakukan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Jika pada bulan
Ramadhan kita mampu menahan diri dari kemungkaran, baik pada tataran perbuatan, lisan, dan
hati. Di luar bulan Ramadhan kemungkaran tidak berubah menjadi kebaikan, ia tetap sebagai
keburukan dan dosa yang mesti dijauhi. Kemampuan mengendalikan diri di bulan Ramadhan
harus ada dampaknya pasca Ramadhan nanti. Jika pada bulan Ramadhan kita mampu menjauhi
kemaksiatan, bukan lantas di luar Ramadhan kita bebas mengumbar hawa nafsu dan
mempertontonkan kemaksiatan.
Kendatipun intensitas nasihat dan taushiyah di berbagai tempat dan media berkurang, bahkan tak
jarang di antaranya yang mengajak manusia melakukan kemaksiatan. Spirit Ramadhan tidak
boleh melemah dalam membentengi diri dari dosa dan kemungkaran. Bukankah Allah telah
jadikan puasa sebagai tameng dan benteng?
Rasulullah saw bersabda,
ٌ‫الصِّ يَا ُم ُجنَّة‬

“Puasa adalah perisai.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah)

Kaum Muslimin, hafidzakumullah


Memang puasa tidak lantas menjadikan kita menjadi malaikat. Orang-orang bertakwa bukanlah
mereka yang menafikan unsur jasad dengan menyuplai semua kebutuhan ruh mereka. Namun
puasa mengembalikan unsur ciptaan kita berperan secara proporsional sebagaimana ia
digariskan. Apatah lagi di zaman akhir ini. Di mana dominasi tanah dan bumi begitu meraja lela.
Saking melampaui batasnya manusia hendak mengambil alih peran-peran ketuhanan.
Maka, ada saatnya kau perlu naik ke ketinggian spiritual saudaraku. Agar kau tidak dikendalikan
oleh jasad dan bumimu.
Kuatkan keimananmu terhadap risalah langit untuk bumi. Risalah langit adalah solusi, adalah
jawaban bagi segala persoalan yang ada di bumi.
Jasad yang banggakan kelak akan dikubur di perut bumi sedangkan ruhmu akan naik ke langit.
Bermi’rajlah ke langit dengan sujud dan ruku’mu agar kau rasakan di shalat-shalat wajib dan
sunnah agar kau rasakan damainya hati, sehatnya jasad, tenteramnya pikiran.
Naiklah ke ketinggian malakutus-sama’ dengan zikirmu dan nikmatilah keindahan langlang
buanamu
Lantunkan kalimat-kalimat langit dari kalimat-kalimat bumi dalam banyak waktumu niscaya kau tak
akan terlalu dalam terseret oleh gravitasi bumimu
Bila malam tiba, sematkan tekad untuk menemui Tuhan-Mu dalam munajat dan doamu agar
terasa ringan beban bumi yang ada di pundakmu.
Hadirlah kelak menemui Tuhanmu dengan hatimu yang selalu kau bersihkan, dengan jiwamu
yang selalu kau sucikan. Di saat mana, tak ada gunanya harta bendamu yang kau kumpulkan dan
anak-anakmu yang kau banggakan.
KHUTBAH KEDUA

ِ‫×) هللاُ اَ ْكبَرْ كبيرا َو ْال َح ْم ُد هللِ َكثِ ْيرًا َو ُس ْب َحانَ هللا بُ ْك َرةً َو َأصْ ْيالً الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوالللهُ اَ ْكبَرْ هللاُ اَ ْكبَرْ َوهلل‬4( ْ‫×) هللاُ اَ ْكبَر‬3( ْ‫هللاُ اَ ْكبَر‬
‫ْال َح ْم ُد‬
ُ ِ‫ْك لَ ُه لَ ُه ْال َمل‬
‫ك‬ َ ‫×) اَ ْش َه ُد اَنْ الَ ِالَ َه ِاالَّ هللاُ َوحْ دَ هُ الَ َش ِري‬3( ْ‫ هللاُ اَ ْك َبر‬.‫ان‬ َ ‫ض‬ َ ‫هلل الَّذِى َج َع َل ل ِْلمُسْ لِ ِمي َْن عِ يْدَ ْالف ِْط ِر َبعْ دَ صِ يا َ ِم َر َم‬ ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬
‫ الل ُه َّم‬.‫ْا َلعظِ ْي ُم ْاالَ ْك َبرْ َواَ ْش َه ٌد اَنَّ َسيِّدَ نا َ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُ ُه ال َّشافِ ُع فِى ْال َمحْ َشرْ َن ِبيَّ َق ْد َغ َف َر هللاُ لَ ُه َما َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه َو َما َتَأ َّخ َر‬
‫هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه‬ ِ َ‫ َف َيا عِ َباد‬.‫ اَمَّا َبعْ ُد‬. ْ‫ هللاُ اَ ْك َبر‬. ْ‫س َو َطهَّر‬
َ ‫هللا ِا َّتقُوا‬ َ ْ‫ب َع ْن ُه ُم الرِّ ج‬ َ ‫لى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َح ِاب ِه الَّ ِذي َْن اَ ْذ َه‬ َ ‫ص ِّل َع‬ َ
‫َوالَ َتم ُْو ُتنَّ ِاالَّ َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْو َن‬

ISTANANYA SANG PEMAAF...


Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabatnya...
Di tengah perbincangan dengan para sahabat, tiba-tiba Rasulullah SAW tertawa ringan sampai
terlihat gigi depannya.
Umar r.a. yang berada di situ, bertanya :
" apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah ?"
Rasulullah SAW menjawab :
" Aku diberitahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh
sambil menundukkan kepala di hadapan Allah SWT."
"Salah seorang mengadu kepada Allah sambil berkata :
‘Ya Rabb, ambilkan kebaikan dari orang ini untukku karena dulu ia pernah berbuat zalim
kepadaku."
Allah SWT berfirman :
"Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena tidak ada kebaikan di
dalam dirinya sedikitpun..?"
Orang itu berkata,:
" Ya Rabb, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya"
Sampai di sini, mata Rasulullah SAW berkaca-kaca.
Rasulullah SAW tidak mampu menahan tetesan airmatanya.
Beliau menangis...
Lalu, beliau Rasulullah berkata,:
"Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain
yang memikul dosa-dosa nya."
Rasulullah SAW melanjutkan kisahnya.
Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi :
" Sekarang angkat kepalamu.."
Orang itu mengangkat kepalanya, lalu ia berkata :
" Ya Rabb, aku melihat di depan ku ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan
singgasananya yang terbuat dari emas & perak bertatahkan intan berlian..! "
" Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb?"
_" Untuk orang shiddiq yang mana, ya Rabb?
"Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb?"
Allah SWT berfirman :
" Istana itu diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."
Orang itu berkata,:
"Siapakah yang mampu membayar harganya, ya Rabb?"
Allah berfirman :
"Engkaupun mampu membayar harganya."
Orang itu terheran-heran, sambil berkata,:
" Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?"
Allah berfirman,:
‘CARAnya, engkau MAAFkan saudaramu yang duduk di sebelahmu, yang kau adukan
kezalimannya kepada-Ku’.
Orang itu berkata,:
"Ya Rabb, kini aku memaafkannya."
Allah berfirman :
'Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu..."
Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah Saw. berkata,:
"Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian SALING BERDAMAI dan MEMAAFkan,
sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin."
(Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang
shahih.)
Dan marilah kita tengadahkan tangan ke langit dengan kerendahan hati dan kehinaan jiwa di
hadapan Dzat yang Maha Suci dan Maha Sempurna
ِ ‫ َو ِم َن ال َي ِقنيِ َما هُت َ ِّو ُن ِب ِه عَلَ ْينَا ُم ِصي َب‬،‫ َو ِم ْن َطا َع ِت َك َما تُ َب ِل ّ ُغنَا ِب ِه َجن َّ َت َك‬،‫يك‬
,‫ات ادلُّ نْ َيا‬ ُ ُ ‫اللَّه َُّم ا ْق ِس ْم لَنَا ِم ْن خ َْشيَ ِت َك َما حَي‬
َ ‫ول ب َ ْينَنَا َوبَنْي َ َم َع ِاص‬
‫ َو َال جَت ْ َع ْل ُم ِصي َبتَنَا‬، ‫ َوانْرُص ْ اَن عَىَل َم ْن عَا َدااَن‬،‫ َو ْاج َع ْل ثَْأ َراَن عَىَل َم ْن َظلَ َمنَا‬،‫ َو ْاج َعهْل ُ َالو ِار َث ِمنَّا‬،‫َو َم ِتّ ْعنَا ِبَأمْس َ ا ِعنَا َوَأبْ َص ِاراَن َوقُ َّو ِتنَا َما َْأح َي ْيتَنَا‬
‫ َو َال ت ُ َس ِل ّطْ عَلَ ْينَا َم ْن َال يَ ْرمَح ُ نَا اي أرمح الرامحني‬،‫ َو َال َم ْبلَ َغ ِعلْ ِمنَا‬،‫ َو َال جَت ْ َعلِ ادلُّ نْ َيا َأ ْكرَب َ مَه ِّنَا‬،‫يِف ِدي ِننَا‬
‫ وانرص عبادك املؤمنني يف لك ماكن‬،‫اللهم أ َّعز اإلسالم واملسلمني وأذ َّل الرشك واملرشكني وا ِمح حوز َة ادلين‬
‫اللهم اغفر للمسلمني واملسلامت واملؤمنني واملؤمنات األحياء مهنم واألموات إنك مسيع قريب جميب ادلعوات‬

Anda mungkin juga menyukai