َس ِويًّا،ِل َح ْم ُد هلل.ْ
، َأ َّما بَ ْع ُد،صحْ بِ ِه الَّ ِذ ْينَ يُحْ ِسنُوْ نَ ِإ ْسالَ َمهُ ْم َولَ ْم يَ ْف َعلُوْ ا َش ْيًئا فَ ِريًّا
َ َو َعلَى آلِ ِه َو،
َ فَقَ ْد فَازَ ْال ُمتَّقُوْ ن،ِص ْينِ ْ;ي نَ ْف ِس ْى َوِإيَّا ُك ْم بِتَ ْق َوى هللا ِ فَيَا َأيُّهَا ْال َحا.
ِ ْ اُو،ُضرُوْ نَ َر ِح َم ُك ُم هللا
بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحي ِْم: قَا َل هللاُ تَ َعالَى،
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah, Setidaknya ada tiga binatang kecil menjadi nama dari
tiga surah di dalam Al-Qur’an, yaitu Al-Naml (semut), Al-'Ankabut (laba-laba), dan Al-Nahl
(lebah). Bila kita amati secara seksama, masing-masing binatang ini memiliki karakter khas
yang bisa menjadi kiasan dari kehidupan manusia.
Semut menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa henti-hentinya. Konon, binatang
kecil ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun sedangkan usianya tidak lebih
dari satu tahun. Kelobaannya sedemikian besar sehingga ia berusaha–dan seringkali
berhasil–memikul sesuatu yang lebih besar dari badannya, meskipun sesuatu tersebut tidak
berguna baginya. Dalam surah Al-Naml antara lain diuraikan sikap Fir'aun, juga Nabi
Sulaiman yang memiliki kekuasaan yang tidak dimiliki oleh manusia mana pun sebelum dan
sesudahnya. Ada juga kisah seorang raja wanita yang berusaha menyogok Nabi Sulaiman
demi mempertahankan kekuasaan yang dimilikinya.
Lain lagi uraian Al-Quran tentang laba-laba: Sarangnya adalah tempat yang paling rapuh.
Sebagaimana disinggung oleh
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah, Lantas bagaimana dengan lebah? Al-Qur’an memiliki
insting yang—dalam bahasa Al-Quran lebah bergerak atas atas ilham dari Tuhan sehingga ia
َ َُّوَأوْ َح ٰى َرب
mampu memilih memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal. ك ِإلَى
ِ النَّحْ ِل َأ ِن اتَّ ِخ ِذي ِمنَ ْال ِجبَا ِل بُيُوتًا َو ِمنَ ال َّش َج ِر َو ِم َّما يَعArtinya: “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada
َْر ُشون
lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat
yang dibikin manusia’." (QS An-Nahl: 68) Sarang lebah dibuat berbentuk segi enam
bukannya lima atau empat agar tidak terjadi pemborosan dalam lokasi. Yang dimakannya
adalah kembang-kembang yang tidak seperti semut yang menumpuk-numpuk makanannya,
lebah mengolah makanannya dan hasil olahannya adalah lilin dan madu yang sangat
bermanfaat bagi manusia. Lilin digunakan untuk penerang dan madu—kata Al-Quran—
dapat menjadi obat yang menyembuhkan. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian
kerja, dan segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu
kecuali yang mengganggunya, bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat.
Jamaah shalat jum’at rahimakumullah, Sikap hidup manusia seringkali diibaratkan dengan
berbagai jenis binatang. Jelas ada manusia yang "berbudaya semut", yaitu menghimpun dan
menumpuk ilmu (tanpa mengolahnya) dan materi atau harta benda (tanpa disesuaikan
dengan kebutuhannya). Budaya semut adalah "budaya menumpuk" yang disuburkan oleh
"budaya mumpung". Tidak sedikit problem masyarakat bersumber dari budaya tersebut.
Pemborosan adalah anak kandung budaya ini yang mendorong hadirnya benda-benda baru
yang tidak dibutuhkan dan tersingkirnya benda-benda lama yang masih cukup indah untuk
dipandang dan bermanfaat untuk digunakan. Dapat dipastikan bahwa dalam masyarakat
kita, banyak sekali semut yang berkeliaran. Entah berapa banyak jumlah laba-laba yang ada
di sekitar kita, yaitu mereka yang tidak lagi butuh berpikir apa, di mana, dan kapan ia
makan, tetapi yang mereka pikirkan adalah "siapa yang akan mereka jadikan mangsa. Ia
menjadi kiasan dari sifat manusia mencelakakan, dan rumah/lembaganya yang menjadi
pelindungnya menjerumuskan siapa saja yang terpikat olehnya. Jamaah shalat jum’at
rahimakumullah,
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengibaratkan seorang Mukmin sebagai lebah, sesuatu
yang tidak merusak dan tidak pula menyakitkan: Tidak makan kecuali yang baik, tidak
menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak
pula memecahkannya. Lebih rinci lagi, lebah setidaknya memiliki tiga keistimewaan yang
dapat menjadi analogi tentang karakter ideal manusia. Pertama, lebah tak merusak ranting
yang ia hinggapi, sekecil apa pun pohon tersebut. Hal ini memberi pelajaran manusia agar
menghindari berlaku yang menimbulkan mudarat atau kerugian terhadap orang lain. Lebah
memang datang untuk makan, tapi ia tak ingin merusak untuk kepentingannya pribadinya
itu. Bahkan kerap kali lebah justri berjasa dalam proses penyerbukan sebuah bunga yang ia
hinggapi. Kedua, lebah makan sesuatu yang baik-baik, yakni saripati bunga, sehingga yang
dikeluarkannya pun baik-baik, yakni madu. Manusia dituntut dalam kehidupan yang serba
halal. Rezeki yang halal akan membuahkan perilaku yang positif . Khatib berwasiat kepada
diri sendiri dan jamaah shalat jum’at untuk senantiasa membersihkan jiwa dari kotoran
tamak, keji, dan tak peduli orang lain.
َلى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِهَ .وَأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ
اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ ع َ
فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا; َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى; بِ َمآل ِئ َكتِ ِه
ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الرَّا ِش ِد ْينَ َأبِى بَ ْك ٍر َو ُع َمر َوع ُْث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة الص َ
َّحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوارْ َ
ك يَا َأرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْينَ اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ
ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِ َ;
َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َسا ٍن اِلَىيَوْ ِم ال ِّدي ِْن َوارْ َ
ت اللهُ َّم َأ ِع َّز ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوَأ ِذ َّل ال ِّشرْ كَ
ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َو ْاالَ ْم َوا ِ
ت َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ
َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ
اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ َأ ْعدَا َءال ِّد ْي ِن ك ْال ُم َو ِّح ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن ن َ
َص َر ال ِّد ْينَ َو ْ َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنص ْ;ُر ِعبَا َد َ
لوبَا َء َوال َّزالَ ِز َ;ل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر
ك ِإلَى يَوْ َم ال ِّدي ِْن .اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْا َ
َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ
صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ َ .ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا
ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِي ِْسيَّا خآ َّ
ارَ .ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َواِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا; لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ َح َسنَةً َوفِى ْا ِ
آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ
اب النَّ ِ
بى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِ;ر َو ْالبَ ْغي ْالخَا ِس ِر ْينَ ِ .عبَا َدهللاِ ! ِإ َّن هللاَ يَْأ ُم ُرنَا بِاْل َع ْد ِل َو ْاِإل حْ َس ِ
ان َوِإيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ َ