MINTOHARDJO
SUBDEP PSIKIATRI
1. DELIRIUM
Delirium adalah suatu sindroma yang terdiri dari gangguan kesadaran dan kognitif dengan awitan akut dan
fluktuatif (gejala membaik-memburuk silih berganti). Di mana terdapat gangguan kemampuan memusatkan,
mempertahankan dan mengalihkan konsentrasi; serta perubahan kognisi (gg daya ingat, disorientasi, gg
berbahasa, judgment) dan persepsi (halusinasi), yang terjadi dalam durasi singkat, beberapa jam - hari - minggu.
a. Kategori : a. Delirium akibat kondisi medik umum (misalnya infeksi)
b. Delirium terinduksi zat (kokain, opioid, dll)
c. Delirium akibat etiologi ganda (trauma kapitis dan ggn ginjal)
d. Delirium tak tergolongkan (deprivasi tidur)
e. Delirium tak terinci
s
b. Etiologi :
1) Intracranial : epilepsi, trauma, infeksi, tumor, GPDO
2) Extracranial : ggn sistemik ( gg metab, gg ginjal,paru,jantung, hormon, sepsis, defisiensi vit B1,B12,as folatdll)
dan intoxikasi atau withdrawal obat & toxin).
c. Kriteria Diagnosis ( durasi sakit bbrp hari minggu )
a. Gangguan kesadaran (memusatkan, mempertahankan, mengalihkan perhatian) disebut kesadaran berkabut,
menurun. Fluktuasi kesadaran (siang tenang, malam gelisah)
b. Gangguan fungsi kognitif :
1) disorientasi : waktu, tempat, terakhir terganggu thd orang
2) gangguan daya ingat (t.u. recent memories),gg memori/amnesia temporer
3) gangguan berbahasa
4) gangguan persepsi (ilusi atau halusinasi tersering visual)
c. Gangguan konsentrasi : perhatian mudah teralih
d. Gg pola tidur bangun : siang tenang, malam gelisah
e. Gg psikomotor : gelisah/agitasi, atau sub/stupor
f. Gg perasaan: marah, cemas,atau eforia/gembira berlebihan
g. Bisa sembuh sempurna, coma atau meninggal
2. TUJUAN
Mengembalikan status fisik, mental dan social penderita kepada keadaan sehat.
4. PROSEDUR
a. Pemeriksaan penunjang :
1) Laboratorium : DL, UL,LFT,RFT,elektrolit, Astrup, gula darah, Widal, LCS dll
2) Radiologi : Roentgen al. thorax, head; CT Scan, MRI
3) Lain : EKG, EEG, dll
b. Tata laksana
1) Atasi kausa & simptomatis : antibiotika, neurotropika, hormone dll
2) Perbaiki kondisi fisik (ABCD), perbaiki vital sign (infus, simptomatik dll)
3) Ruangan harus tenang, cahaya remang dan dijaga orang yang dikenal.
B. Gangguan A1 dan A2 mengakibatkan hendaya dalam fungsi social dan pekerjaan, juga menunjukkan
menurunnya taraf fungsi tersebut dibandingkan sebelumnya.
C. Onset terjadi secara perlahan dan ada penurunan fungsi kognitif terus menerus.
D. Penurunan kognitif sesuai A1 dan A2 TIDAK DISEBABKAN karena :
1) gg system saraf pusat lain yang menyebabkan deficit progresif dari ingatan dan kognisi (CVD, Parkinsonism,
Huntington, subdural hematom, NPH, tumor otak)
2) kondisi sistemik penyebab demensia ( hipotiroid, defisiensi B12, asam folat, niacin ; hiperkalsemia, nerosifilis,
HIV).
3) kondisi terinduksi zat.
E. Gangguan TIDAK terjadi pada waktu bersamaan dengan Delirium.
F. Tidak disebabkan karena diagnosis pada Axis I (Depresi mayor, Skizofrenia)
Subtipe : onset >65 th dan <65 tahun. Tanpa gangguan perilaku atau dengan gg perilaku (agitasi).
2). Kriteria diagnosis Demensia Vaskular
A. Defisit ganda fungsi kognitif tdd :
1) gangguan ingatan (gg belajar info baru atau mengingat kembali info yang pernah dipelajari/ingat sebelumnya).
2) Satu atau lebih dari gg kognitif :
a) afasia
b) apraxia
c) agnosia
d) gg fungsi eksekutif (merencana, mengorganisasi, melakukan berurutan, pikiran abstrak)
B. Defisit fungsi kognitif sesuai A1 dan A2 masing-masing mengakibatkan hendaya bermakna dalam fungsi social
dan pekerjaan, juga menurunnya fungsi secara bermakna dibandingkan taraf sebelumnya.
C. Tanda dan gejala nerologis (meningkatnya reflex tendon, respons plantar ekstensor, pseudobulbar palsy, gg
gaya berjalan, lemahnya extremitas) atau kelainan laboratories yang mengarah pada CVD (infark multiple
meliputi kortex dan subs alba).
D. Defisit TIDAK terjadi bersamaan dengan Delirium.
Catatan : Dengan Delirium /dengan Waham / dengan Depresi /tanpa komplikasi
4. PROSEDUR
a. Pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium : DL, UL,LFT,RFT, elektrolit, Astrup, gula darah, TPHA, HIV dll
b. Radiologi : Roentgen al. thorax, CT Scan, MRI,dll
c. Lain : EKG, EEG, EMG dll
d. Psikotest Mini Mental State, Halsted-Reitan test dll
b. Terapi
a. Perawatan medik umum. Farmakoterapi : antianxietas, antidepresan, antipsikotik, antikonvulsan, hormon,
vitamin, antipsikotik dll. Cholinsestrase inhibitor (mengurangi inaktivasi nerurotransmiter kolinergik sehingga
memperbaiki memori dan pikiran bertujuan, antara lain : donepezil, /Aricept, rivastigmine/Exelon, galantamine/
Reminyl. Bila gelisah atau ada gejala psikosis, diberikan Haloperidol atau antipsikotik
b. Diet, latihan fisik, rekreasi, terapi aktivitas, atasi gg visus dan pendengaran.
c. Terapi psikososial
1) Terapi kognitif : koreksi gg kognitifnya
2) Terapi stimulasi : rekreasi, seni, dansa, hewan peliharaan dll
3) Terapi ingatan : mengingat masa lalu (perbaiki mood)
3. PENYALAHGUNAAN ZAT
Penyalahgunaan zat adalah suatu efek psikologik (ketergantungan psikologik) atau efek fisiologik
(ketergantungan fisik) akibat penggunaan patologis dari suatu zat secara periodic. Ada toleransi dan sindroma
putus zat. Intoksikasi adalah keadaan non dependensi/bukan ketergantungan, yang reversible, akibat
penggunaan zat yang mengnyebabkan terjadinya hendaya/impairment.
Macam zat : alcohol, amphetamine, ganja, kokain, kafein, halusinogen, inhalansia, nicotine, opioid, phencyclidine,
sedatif, hipnotika atau anxiolitik, steroid.
Sedativa : obat yang mengurangi ketegangan subyektif dan menginduksi ketenangan mental dapat disebut juga
menyerupai anxiolitik.
Hipnotika : obat tidur.
a. Kriteria Diagnosis
1) KRITERIA DIAGNOSIS INTOKSIKASI ZAT
A. Ada sindrom khas terkait zat yang reversible akibat memakai atau terpajan pada zat. Cat : beberapa zat
berbeda dapat memberi gejala mirip.
B. Perilaku maladaptive atau perubahan psikologik secara klinik yang bermakna akibat efek zat pada CNS(emosi
labil, gg kognitif, gg mengambil keputusan, gg fungsi social dan kerja). Hal ini terjadi segera/jangka pendek
setelah pemakaian zat.
C. Tidak akibat kondisi medik umum atau gangguan mental lain.
1a) Intoksikasi Opioid
A. Baru saja menggunakan opioid
B. Perubahan perilaku atau mental yang bermakna secara klinis (misal eforia diikuti apatis, disforia, agitasi
psikomotor atau retardasi, gangguan mengambil keputusan atau hendaya social, pekerjaan) yang terjadi saat
penggunaan atau segera setelah memakai zat.
C. Konstriksi pupil (atau dilatasi akibat anoksia karena overdosis) dan satu/lebih dari (saat memakai atau segera
setelah pakai) :
1) kesadaran menurun atau coma
2) bicara pelo/slurred
3) gangguan perhatian atau daya ingat
D. Tidak akibat kondisi medik umum atau gangguan mental lain.
1b) Intoksikasi Amfetamin
A. Baru saja menggunakan amfetamin atau sejenis (metilfenidat).
B. Perubahan perilaku atau mental yang maladaptive dan bermakna secara klinis (misal eforia atau afek tumpul,
sensitive, tegang, cemas atau marah, perilaku stereotipik, gangguan mengambil keputusan,hendaya fungsi
social, pekerjaan) yang terjadi saat penggunaan atau segera setelah memakai zat.
C. Dua/lebih dari (saat memakai atau segera setelah pakai) :
1) takikardi atau bradikardia
2) dilatasi pupil
Gg Siklotimik : gejala depresi mayor (yang tidak memenuhi criteria A Depresi Mayor) dan hipomania, terpisah
atau tercampur, terus-menerus atau hilang-timbul, berlangsung paling sedikit 2 tahun. Mulai usia 20-an (laki :
wanita = 1:1) dengan riwayat keluarga dg gg afektif mayor dan ggn kronik yg mengganggu hubungan
interpersonal, pekerjaan tak stabil, kadang ada usaha bunuh diri, dirawat sebentar di RS, peningkatan risiko
penyalahgunaan zat.
a. Kriteria Diagnosis Episode Depresi Mayor (DSM-IV-TR)
A. Terdapat lima atau lebih dari gejala di bawah ini selama minimal 2 minggu. Paling sedikit salah satu dari (1)
mood depresi atau (2) hilangnya minat atau rasa senang.
Catatan : Tidak termasuk gejala yang jelas akibat kondisi medik umum atau wahan terkait mood atau halusinasi
(1) mood depresi hampir sepanjang hari, hampir setiap hari baik dilaporkan pasien (merasa sedih atau kosong)
atau terobservasi orang lain. Catatan : pada anak dan remaja berupa moor iritabel
(2) jelas hilangnya sama sekali minat atau rasa senang pada aktivitas hampir sepanjang hari, hampir setiap hari
(3) berat badan berkurang atau bertambah secara bermakna walau tidak diet.
(4) insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
(5) agitasi atau retardasi psikomotor
(6) kelelahan hampir setiap hari
(7) merasa tidak berguna atau bersalah hampir setiap hari
(8) hilangnya kemampuan berpikir, konsentrasi atau tidak dapat mengambil keputusan
(9) pikiran berulang tentang kematian, ide bunuh diri berulang tanpa rencana khusus atau mencoba bunuh diri
atau ada rencana
B. Tidak memenuhi criteria episode campuran.
C. Mengakibatkan hendaya bermakna dalam bidang sosial, pekerjaaan dan fungsi lain
D. Tidak diakibatkan efek langsung fisiologis penggunaan zat atau kondisi medik umum.
E. Bukan berduka misalnya setelah kehilangan orang yang dicintai, lama menetap lebih dari 2 bulan.
Gejala klinis Depresi (DSM-IV-TR):
1. Tampak sedih, putus asa, kecewa atau tak berdaya. Kadang seperti tidak punya perasaan, atau cemas.
Kadang ada keluhan somatic spt nyeri. Ada yang meningkat iritabilitasnya (marah terus menerus, mudah marah
atau cenderung menyalahkan orang lain atau membesar-besarkan masalah.
2. Sering tampak kehilangan minat atau kesenangan. Kurang suka melakukan hobi yang biasa disukai.
Menghindari aktivitas social.
3. Berkurangnya nafsu makan. Kadang meningkatnya nafsu makan (manis, KH). Berat badan naik atau turun
secara bermakna atau pada anak berat badannya tidak sesuai.
4. Gangguan tidur yang paling sering pada Episode Depresi Mayor adalah insomnia. Khususnya middle insomnia
(terbangun tengah malam dan sulit tidur lagi) atau terminal insomnia (terbangun dini hari, sulit tidur lagi). Kadang
juga initial insomnia. Dapat juga tidur terus menerus.
5. Perubahan psikomotor seperti agitasi (bergerak terus, mender-mandir, gosok/tarik tangan, usap kulit.
Pembicaraan dan proses pikir melambat (volume suara dan isi, variasi bicara turun, irama melambat, gerakan
tubuh melambat)
6. Berkurangnya energi, rasa capek dan kelelahan yang sangat dan berkepanjangan, bahkan tanpa kegiatan fisik
sekalipun. Efisiensi pekerjaan menurun.
7. Preokupasi rasa tidak berguna / bersalah, menyalahkan diri sendiri karena sakitny /gagalnya suatu pekerjaan.
8. Hendaya proses pikir, konsentrasi atau mengambil keputusan. Perhatian mudah teralih atay mengeluh adanya
gangguan daya ingat (pseudo-dementia)
9. Ingatan berulang akan kematian, ide bunuh diri atay percobaan bunuh diri.
anak/remaja).
5. TIDAK pernah ada Episode Manik, Episode Campuran atau Episode Hipomanik, atau Gg Siklotimik.
6. Gangguan Distimik tidak terjadi selama adanya Gg Psikotik kronik, seperti Skizofrenia atau Gg Waham.
G. Tidak akibat efek langsung zat atau kondisi medik umum.
H. Mengakibatkan hendaya bermakna dan bidang social, pekerjaan atau fungsi penting lain.
7. Kriteria Diagnosis Gangguan SIKLOTIMIK
A. Paling sedikit 2 tahun ada sejumlah periode dengan gejala hipomanik dan depresi yang tidak memenuhi
criteria episode depresi mayor. (Anak/remaja min 1 th)
B. Dalam periode 2 th (anak/remaja 1 th), tidak pernah tanpa gejala criteria A lebih dari 2 bulan.
C. Tidak ada episode depresi, manik atau campuran pada 2 tahun pertama dari gangguan.
Catatan : Setelah 2 th (anak/remaja 1th) dari gejala siklotimik, ada episode manik atau campuran yang tumpang
tindih(mungkin terdiagnosis sbg bipolar l dan siklotimik) atau episode depresi mayor (terdiagnosis sbg bipolar ll
dan siklotimik)
D. Episode manik tidak disebabkan oleh gangguan skizoafektif dan tidak bertumpang-tindih dengan skizofrenia,
gangguan skizofreniform, gg waham atau psikosis NOS/not otherwise specified.
E. Tidak akibat efek langsung zat atau kondisi medik umum.
F. Mengakibatkan hendaya bermakna dan bidang social, pekerjaan atau fungsi penting lain.
4. PROSEDUR
a. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : DL, UL,LFT,RFT, elektrolit, Astrup, gula darah, TPHA, HIV
b. Radiologi : Roentgen al. thorax, CT Scan, MRI
c. Lain : EKG, EEG, dll
d. Test psikologik/kepribadian : Minnesota Multiphasic Personality Inventory(MMPI-2)
Hamilton Depression Rating Scale, Hamilton Anxiety Rating Scale dll
b. Tata laksana
a. Jaga keselamatan dan keamanan pasien
b. Evaluasi diagnostic lengkap termasuk test psikologik, test MMPI dll.
c. Terapi symptom dan rencana bagi aspek kehidupan pasien secara menyeluruh
d. Psikoterapi
e. Farmakoterapi :
1) ANTIDEPRESAN : Sertraline/Zoloft/Fridep 1x50mg, Fluoxetine/Prozac/Kalxetin 1x20mg, Fluvoxamine/Luvox
1x20mg, DuloxetineCymbalta 1x60mg, Citalopram/Cipralex 1x10 mg, Clomipramine/Anafranil 2-3x10-50mg,
Venlafaxine/Effexor 1x75mg, MAOI/Moclobemide 2-3x150 mg, Amitryptyline 2x10-50mg, Tofranil 2-3x10-25mg;
Maprotiline/Ludiomil 1-3x25-50mg dll
2) ANTIMANIA : Lithium carbonat/Eskalith 3x150-300mg/hari. Pada gangguan fungsi ginjal, lanjut usia : 1-2x150300mg. Haloperidol 2-3x5-15mg, Quetiapine 2x100-400mg;
HATI-HATI : Moclobemide tidak boleh dimakan bersama makanan mengandung tyramine (keju, alcohol,
sarden/jeroan kalengan, asinan kol, daging/ikan asap)
6. GANGGUAN CEMAS
Cemas/Ansietas adalah perasaan tidak enak, disertai gejala otonom, dimana orang menjadi gelisah.
Ansietas/cemas adalah tanda waspada akan adanya bahaya dan mempersiapkan orang untuk menghadapi
ancaman internal yang tidak diketahui, samar atau konfliktual. Cemas mempunyai maksud lifesaving, mencegah
kegagalan seseorang dengan cara mewaspadai/mengantisipasi dan mengambil tindakan yang tepat. Mis. Belajar
baik-baik agar lulus; berlari mengejar kereta terakhir. Bedanya, takut, juga tanda waspada, terhadap ancaman
eksternal yang diketahui, nyata atau tidak konfliktual.
Cemas yang singkat dan sembuh dengan menghilangnya stress disebut Gangguan Penyesuaian dengan
Ansietas (DSM-IV).
a. GANGGUAN PANIK
Gejala takut atau tak nyaman yang khas, akut & dramatic (DSM IV). Tdd min 4 dr 13 gejala, yang terjadi dlm
beberapa sampai 10 menit. Bisa terjadi pd px dengan/tanpa cemas kronis. Gejala otonom : berdebar-debar, nyeri
dada, gemetar, rasa tercekik, nyeri abdomen, keringat, pusing, disorganisiasi, bingung, takut mati. Timbul tibatiba atau bersifat cemas antisipatorik. Beberapa kali/hr/mgg/bln, atau hilang berbulan2.Lebih banyak pd wanita
2a. Kriteria Serangan Panik :
Periode yang nyata akan suatu ketakutan yang sangat atau perasaan tak nyaman, paling sedikit 4 (atau lebih)
dari gejala di bawah ini, yang terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncak dalam 10 menit :
1. palpitasi, berdebar,atau meningkatnya denyut jantung
2. berkeringat
3. gemetar
4. merasa sesak nafas, nafas jadi pendek
5. merasa tercekik
6. nyeri atau tak enak di dada
mual atau rasa tak enak di perut.
7. merasa pusing, tak seimbang, kepala terasa ringan atau pingsan
8. derealisasi (merasa sekitranya tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa dirinya bukan dirinya)
9. takut kehilangan kendali atau menjadi gila
10. takut mati
11. parestesia (kesemutan)
12. menggigil atau hot flushes
2b dan c. Kriteria diagnosis Gangguan Panik Dengan atau Tanpa Agorafobia
A. Terdapat keduanya :
1) serangan panik tidak terduga dan berulang
2) paling sedikit selama satu bulan atau lebih,terdapat satu atau lebih dari dibawah:
a) perhatian menetap tentang adanya serangan ulang
b) cemas akan pengaruh serangan /akibatnya (misal hilang kendali, mendapat serangan jantung, menjadi gila)
c) perubahan bermakna dalam perilaku yang terkait pada serangan
B. Ada atau tidak ada Agorafobia
C. Tidak akibat factor fisiologis langsuang dari zat (penyalahgunaan zat, pengobatan) atau kondisi medik umum
(hipertiroidism)
D. Bukan akibat gangguan mental lain seperti fobia social, fobia khusus, obsesif-kompulsif, Posttraumatic Stress
Disorder atau Seperation Anxiety Disorder.
Etiologi : mengalami atau terancam dalam perang, siksaan, bencana alam, penyerangan, perkosaan atau
kecelakaan serius.
Saat mengalaminya, bisa terjadi alexithymia (tidak mampu mengenali/mengatakan perasaannya).
Gambaran klinis : emosi tumpul, perilaku menghindar, sering sangat tegang. Selama beberapa bulan atau tahun.
Merasa bersalah, menyangkal dan terhina. Mungkin ada disosiasi dan serangan panic, ilusi atau halusinasi.
Gangguan daya ingat dan perhatian.
Kadang ada agresivitas, kekerasan, gangguan kendali impuls, depresi dan penyalahgunaan zat.
2. Kriteria Diagnosis Gangguan Stres Pasca Trauma
A. Pernah terpajan pada peristiwa traumatic yang meliputi keduanya :
1) mengalami, menyaksikan atau dihadapkan pada peristiwa yang melibatkan ancaman atau benar-benar
mendekati kematian atau cedera serius atau diancam integritas fisiknya pada diri atau orang lain
2) responsnya berupa ketakutan yang sangat, putus asa atau ketakutan luar biasa.. Catatan : pada anak tampak
sebagai perilaku kacau atau agitasi.
B. Peristiwa traumatic secara menetap dialami kembali dengan cara sebagai berikut satu (atau lebih) dari :
1) ingatan yang menegangkan yang berulang dan mengganggu tentang peristiwa , gambaran, pimiran atau
persepsi. Catatan : pada anak tampak sebagai permainan berulang dengan tema trauma
2) mimpi yang menegangkan dan berulang. Pada anak : mimpi buruk tanpa tema yang jelas.
3) berlaku atau merasa seolah peristiwa traumatic sedang berlangsung I(termasuk merasa pengalaman yang
hidup kembali, ilusi, halusinasi, atau kilas balik yang disosiatif). Pada anak : terjadi perilaku khas seperti saat
trauma
4) ketegangau psikokogis yang sangat saat terpajan symbol internal atau eksternal yang terkait peristiwa
traumatik
5) reaksi fisiologik terhadap pajanan pada symbol peristiwa traumatik
C. Penghindaran terus menerus terhadap stimuli yang terkait trauma dan penumpulan respons secara umum
(tidak muncul sebelum trauma), berupa tiga (atau lebih) dari :
1) usaha untuk menghindari ingatan, perasaan atau percakapan terkait trauma
2) usaha menghindari aktivitas, tempat atau orang yang membangkitkan ingatan akan trauma
3) tidak mampu mengingat aspek yang penting dari trauma
4) jelas-jelas hilangnya minat atau partisipasi dalam aktivitas
5) merasa terasing dari orang lain
6) afek/perasaan jadi terbatas(tak mampu mencintai)
7) merasa masa depannya tak berarti (tak mengharap karir, menikah, atau punya masa kehidupan yang normal)
D. Gejala yang menetap akan meningkatnya ketegangan (tidak ada sebelum trauma) yang tampak sebagai dua
(atau lebih) dari :
1) sulit memulai atau mempertahankan tidur
2) aramah mudah meledak atau irritable
3) sulit konsentrasi
4) mudah terkejut atau terjaga (hypervigilance)
5) respons terjaga yang berlebihan
E. Durasi (criteria B,C,D) lebih dari satu bulan
F. Mengakibatkan ketegangan atau hendaya bermakna secara klinisdalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi
penting lain.
DD/ : Organik (epilepsy, alkohisme, penyalahgunaan zat). Gangguan mental : gangguan nyeri, penyalahgunaan
zat, cemas dan gangguan afek, gg disosiasi, gangguan kepribadian ambang, gg buatan, malingering.
Terapi :
Farmakoterapi : imipramin dan amitriptyline. Durasi 1 tahun sebelum dihentikan. SSRI, MAOI, trazodone,
antikonvulsan (carbamazepine, asam valproate), clonidin, propanolol. Alprazolam.
Psikoterapi psikodinamik, rekonstruksi kejadian traumatik dengan abreaksi asosiasi dan katarsis. Terapi perilaku,
t. kognitif, hypnosis.
Penyulit PTSD : bisa terjadi antara 1 minggu sampai 30 tahun setelah trauma.
Gangguan Stres Akut (Acute Stress Disorder)
Gangguan stress akut : gejalanya = PTSD, kecuali timbul dalam kurun waktu kurang dari 4 minggu dan
berlangsung selama 2 hari - 4 minggu.
2d.Kriteria diagnosis Gangguan stress akut :
A. Seseorang pernah terpajan pada peristiwa traumatik dimana terdapat keduanya :
1) seseorang mengalami, menyaksikan atau dikonfrontasikan pada peristiwa atau kejadian-kejadian yang
mengancam nyawa atau cedera serius, atau terancam integritas fisik dirinya atau orang lain.
2) responsnya berupa ketakutan yang dahsyat, rasa ketidakberdayaan, horror.
B. Saat mengalami atau sesudah mengalami peristiwa traumatik atau distressing itu,ia mengalami tiga atau lebih
gejala disosiatif di bawah ini :
1) perasaan subyektif penumpulan, terlepas/detachment atau tidak ada respons emosional.
7. berkurangnya kewaspadaan akan sekelilingnya (seperti terpana. Terkesima)
3) derealisasi
4) depersonalisasi
5) amnesia disosiatif ( tak mampu mengingat aspek penting dari trauma)
VI. Peristiwa traumatik ini dialami terus menerus/persisten paling sedikit dengan cara : bayangan berulang,
ingatan, mimpi, ilusi, episode kilas balik atau pengalaman mengalami kembali atau terpajan pada hal-hal yang
mengingatkan akan peristiwa traumatik itu.
D. Jelas-jelas menghindari stimuli yang membangkitkan ingatan-ingatan akan trauma ( ingatan, perasaan,
pembicaraan, aktivitas, tempat, orang ).
Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
GAD adalah ansietas yang berlebihan dan kuatir (apprehensive expectation), yang terjadi hampir sepanjang hari
selama paling sedikit 6 bulan, berupa gejala criteria
2 d. Kriteria Diagnosis GANGGUAN CEMAS MENYELURUH :
A. Excessive anxiety and worry (apprehensive expectations, occurring more days than not for at least 6 months,
about a number of events or activities (such as work or school performance).(cemas berlebihan)
B. The person finds it difficult to control the worry (sulit mengendalikan kecemasan)
C. The anxiety and worry are associated with 3 (or more) of the following 6 symptoms (with at least some
symptoms present for more days than not for the past 6 months) Note : only one item is required in children.
1. restlessness or feeling keyed up or on edge (gelisah)
2. being easily fatigued (mudah lelah)
3. difficulty concentrating or mind going blank
4. irritability
5. muscle tension
6. sleep disturbance (difficultly falling or staying asleep, or restless unsatisfying sleep)
5. Terapi
a. Cognitive behaviour therapy tdd : terapi kognitif, relaxasi, latihan pernafasan, pajanan hidup.
b. Antianxietas al : Alprazolam, buspirone. Antidepresan : SSRI (sertraline) & paroxetine, clomipramine,
venlafaxine, fluovoxamine, citalopram, fluoxetine.
c. Family & group therapy.
6. Penyulit
Generalized Anxiety Disorder : Cuma sepertiga pasien GAD datang ke psikiater, sebagian besar berobat ke
lnternis, kardiolog, dokter umum, pulmonolog. GAD bisa diderita seumur hidup.
2g. Terapi Fobia (insight oriented psychotherapy)
1. Terapi perilaku kognitif : dihadapkan pd obyek yg ditakuti dg pembalikan dr ketakutannya.
2. Desensitisasi : bertahap dihadapkan pd obyek.
3. Flooding : pembanjiran/menghadapi langsung obyek
4. Hipnosis
5. Terapi keluarga
6. Farmakoterapi : alprazolam 2-3x0,25-1mh/hari dan/atau
antidepresan : SSRI (sertraline), paroxetine, clomipramine.
7. GANGGUAN SOMATOFORM DAN PSIKOSOMATIK
1. Definisi Gangguan Somatoform
Suatu kumpulan gangguan yang terdiri dari sekelompok peyakit yang menunjukkan tanda dan gejala fisik sebagai
komponen utamanya.
Terdiri dari :
2. Kriteria Diagnosis Gangguan Somatisasi:
a. Riwayat banyak keluhan fisik yang bermula pada usia sebelum 30 tahun yang berlangsung selama beberapa
tahun dan menyebabkannya mencari pengobatan atau jadi hendaya bermakna dalam fungsi social, pekerjaaan
atau fungsi penting lain.
B. Harus memenuhi criteria dengan gejala individual yang terjadi kapan saja selama perjalanan gangguan :
1) empat gejala nyeri : riwayat nyeri berkaitan paling sedikit empat tempat atau fungsi (misal kepala, abdomen,
punggung, sendi, ekstremitas, dada, rectum, selama haid, saat hubungan sex, atau saat mictie).
2) dua gejala GIT : riwayat paling sedikit dua gejala GIT selain nyeri (missal mual, kembung, muntah yang bukan
hamil, diare atau intoleransi aneka makanan).
3) satu gejala sexual : riwayat paling sedikit satu gejala sexual atau reproduksi selain nyeri (kehlangan minat,
disfungsi ereksi atau ejakulasi, darah haid berlebihan)
4) satu gejala pseudoneurologik : riwayat paling sedikit satu gejala atau deficit ke arah kondisi neurologik yang
tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan kordinasi atau keseimbangan, paralysis atau
kelemahan local, sulit menelan atau merasa ada benjolan di kerongkongan, retensi urine, aphonia, halusinasi,
kehilangan rasa sentuh atau nyeri. penglihatan ganda, kebutaan, tuli, kejang, gejala disosiatif seperti amnesia,
atau hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu dari :
1) setelah diteliti, gejala pada criteria B tidak dapat dijelaskan penyebab kondisi medik umum atau efek langsung
dari suatu zat ( medikasi, drug abuse).
2) bila ada kaitan dengan kondisi medik umum, keluhan fisik atau hendaya social/pekerjaan yang diakibatkannya
berlebihan sekali dibandingkan dengan riwayat, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium.
D. Gejala-gejala tidak sengaja ditumbulkan atau dibuat-buat (spt Gangguan Buatan/ Factitious Disorder atau
Malingering/ Berpura-pura).
3. DD/ : Kondisi medik umum ( hipertiroid, porphyria, multiple sclerosis, SLE dll)
Gg mood dan anc\xietas, Skizofrenia, gg waham
4. Pem penunjang : rutin. Singkirkan kelainan fisik.
5.Tata laksana
Pemeriksaan fisik singkat saja. Pemeriksaan penunjang tambahan dihindarkan. Dengarkan keluhan somatiknya
lebih dari keluhan mediknya. Perlu membantu pasien menyadari bahwa gejalanya terkait factor psikologik.
Psikoterapi. Medikasi bila perlu saja.
b. Kriteria Diagnosis Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau deficit pada fungsi motorik volunteer atau fungsi sensoreik yang mengarah pada
unsure saraf atau kondisi medik umum.
B. Faktor psikologik dikatakan terkait dengan gejala atau deficitnys, karena dimulai atau kambuhannya gejala
atau deficit didahului oleh konflik atau stresor lain.
C. Gejala atau deficit tidak disebabkan oleh kesengajaan atau dibuat-buat ( seperti pada factitious disorder dan
malingering).
D. Gejala atu deficit setelah diteliti betul, tidak disebabkan oleh kondisi medik umum, atau efek langusng dari zat,
atau perilaku atau pengalaman terkait kultur.
E. Gejala atau deficit mengakibatkan hendaya bermakna dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi lain .
F. gejala atau deficit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi sexual, yang tak terjadi semata selama gangguan
berlangsung, dan tidak disebabkan gangguan mental lain.
Jelas : Dengan gejala/defisit motor/sensorik/dg kejang/dg gejala campuran.
3. DD/ gangguan saraf atau penyakit sistemik.
4. Pem penunjang : rutin
5. Terapi : insight-oriented supportive atau terapi perilaku. Hipnosis.
c. Kriteria Diagnosis Hipokondriasis
A. Preokupasi akan ketakutan, atau memiliki ide bahwa ia mempunyai suatu penyakit serius yang berdasarkan
interpretasi yang keliru tentang gejala fisiknya.
B. Preokupasi menetap walaupun evaluasi medik dan reassurance telah diberikan.
C. Keyakinan criteria A bukan waham (seperti gg waham tipe somatic) dan tidak terbatas pada kepedulian
terhadap penampilannya (spt pd body dismorphic)
D. Preokupasi menyebabkan hendaya bermakna dalam bidang social, pekerjaan atau fungsi penting lain
E. Durasi minimal 6 bulan
F. Tidak akibat GAD, GOK,, gg panic, episode depresi mayor, cemas perpisahan
DD/ : AIDS, endokrinopati, myasthernia gravis, MS, degeneratif saraf, SLE dan neoplastik. GG somatisasi, gg
konversi. Factitious Dis atau Malingering
Tata laksana : psikoterapi kelompok, insight-oriented supportive atau terapi perilaku, terapi kognitif.Hipnosis.
d. Kriteria Gangguan Nyeri
A. Nyeri pada satu atau lebih lokasi anatomi sebagai fokus predominan dan cukup parah untuk menjadi perhatian
klinis
B. Nyeri menybabkan hendaya bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologik diduga mempunyai peran pada awitan, keparaha, kekambuhan atau menetapnya nyeri.
D. Gejala atau deficit tidak sengaja dibuat.
E. Tidak akibat gangguan mooe, anxietas, psikotik dan bukan dyspareunia.
3. DD/ Sulit dibedakan dari nyeri fisik. Bedakan dari gangguan somatoform lain. Konversi, hipokondriasis,
Malingering.
4. Pem penunjang : singkirkan gangguan neurologis.
5. Terapi : Farmakoterapi ( antidepresan : SSRI, amitryptiline, amfetamin). Psikoterapi
1. Definisi PSIKOSOMATIK
Disebut juga gangguan psikofisiologik. Terdapat satu kesatuan antara mental dan fisik, serta disebabkan oleh
faktor-faktor psikologik.
2. Kriteria Diagnosis Psikosomatik
A. Ada kondisi medik umum.
B. Faktor psikologik mempengaruhi kondisi medik umum secara sbb :
1) adanya hubungan/asosiasi erat atau sementara antara factor psikologik dan perkembangan atau kekambuhan
atau lambatnya pemulihan suatu kondisi medik umum
2) factor psikologik mengganggu pengobatan kondisi medik umum
3) factor psikologik dapat menambah risiko kesehatan bagi individu
4) respons fisiologik yang terkait stress dapat mencetuskan atau mengakibatkan kambuhnya gejala dari kondisi
medik umum
Sebutkan berdasarkan asal factor psikologiknya :
c. Gangguan mental yang mempengaruhi .. (sebut : kondisi medik umum). (mis. depresi mayor lambat pulih
akibat MCI)
d. Simptom psikologik yang mempengaruhi ..(sebut : kondisi medik umum). (mis depresi lambat sembuh dari
pasca operasi)
e. Ciri kepribadian atau cara coping yang mempengaruhi . (sebut kondisi medik umum) (mis penyangkalan
patologis akan kebutuhan untuk operasi pada pasien kanker)
f. Perilaku sehat yang maladaptive yang mempengaruhi (sebut kondisi medik umum) (mis makan berlebihan,
kurang OR, hub sex tak aman)
g. Respons fisiologik yang terkait stress (sebut kondisi medik umum) (mis kambuhnya stress terkait hipertensi,
aritmia, ulcus peptic )
GEJALA : GIT (ulcus pepticum, ulcerative colitis, Chrons disease), CVS (aritmia, hipertensi, sinkop), RESP
(asthma, sindrom hiperventilasi, COPD), Endokirin (hipertiroidism, hipotiroidism, DM, sin Cushing,
hiperprolactinemia), Kulit (dermatitis atopik, psoriasis, exkoriasi psikogenik, pruritus, hiperhidrosis, urticaria),
Muskuloskeletal (rheumatoid arthritis, SLE, LBP, fibromialgia), Nyeri kepala (migraine, cluster headaches, tension
headaches) dll.
3. DDx : gangguan fisik nyata.
4. Penunjang : sesuai gangguan.
5. Terapi :
1) Psikoterapi
2) Terapi relaksasi dan manajemen stress
3) Problem solving
c. Laboratoris : DL, UL, LFT, RFT, GDA, elektrolit, analisa gas darah, intoksikasi dll
d. Radiologis : cari tanda trauma
5. Terapi
a. Rawat inap !!! Dijaga sangat ketat oleh orang yang dikenal. Jauhkan benda yang mengundang bahaya.
Waspadai ruangan, pintu, celah untuk melarikan diri atau mengulang PBD.
b. Evaluasi : gg kepribadian yang sangat impulsive.
Anamnesis riwayat psikiatrik lengkap. Buat status mental lengkap, cari tanda depresi, pikiran,niat, rencana dan
percobaan BD. Juga tak punya rencana masa depan, membagikan barang pribadinya.
b. Psikoterapi
c. Antidepresan, antianxietas, hipnotik-sedatif, antipsikotik, ECT
4. Pemeriksaan penunjang :
a. Tanda vital / ABCD
b. Anamnesis
1) Mulailah pertanyaan yang mengarah kepada perasaan pasien terhadap arti hidup.Mis apakah pernah anda
merasa hidup ini tidak ada gunanya untuk dijalani?
2) Lanjutkan dengan pertanyaan spesifik tentang pendapat tentang kematian, (lihat lampiran)
c. Laboratoris : DL, UL, LFT, RFT, GDA, elektrolit, analisa gas darah, intoksikasi dll
d. Radiologis : cari tanda trauma
5. Terapi
a. Rawat inap. Dijaga sangat ketat oleh orang yang dikenal. Jauhkan benda yang mengundang bahaya.
Waspadai ruangan, pintu, celah untuk melarikan diri atau mengulang PBD.
b. Psikoterapi
c. Antidepresan, antianxietas, hipnotik-sedatif, antipsikotik, ECT
Jakarta, 2011